DEFINISI
Adalah area toraks yang "melayang" (flail) oleh sebab adanya fraktur iga
multipel berturutan ≥ 3 iga, dan memiliki garis fraktur ≥ 2
(segmented) pada tiap iganya.
Akibatnya adalah: terbentuk area "flail" yang akan bergerak paradoksal
(kebalikan) dari gerakan mekanik pernapasan dinding dada. Area tersebut
akan bergerak masuk saat inspirasi dan bergerak keluar pada ekspirasi.
Flail chest dapat diperburuk oleh kontusio pulmonal.
ETIOLOGI
Flail chest berkaitan dengan trauma thorax. Biasanya sering disebabkan oleh
trauma tumpul pada thorax, misalnya akiabt kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh
dari ketinggian, tindak kekerasan, atau benturan dengan energi yang besar.
PATOFISIOLOGI
Trauma kompresi anteroposterior dari
rongga thorax
Adanya segmen yang mengambang (flail) Gerakan fragmen costa yang patah
menimbulkan gesekan antara
ujung fragmen dengan jaringan
Gangguan pergerakan dinding dada
lunak sekitar
Kompensasi: O2 ↓, CO2↑
Takikardi
Sesak nafas Saturasi O2 ↓
Sianosis
MANIFESTASI KLINIS
Awalnya mungkin tidak terlihat, karena splinting (terbelat) dengan dinding
dada.
Gerakan paradoksal segmen yang mengambang saat inspirasi ke dalam,
ekspirasi ke luar. Gerakan ini tidak terlihat pada pasien dengan ventilator.
Sesak nafas
Krepitasi iga, fraktur tulang rawan
Takikardi
Sianosis
Os menunjukkan trauma hebat
Biasanya selalu disertai trauma pada organ lain (kepala, abdomen,
ekstremitas).
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Gejala: nyeri dada, sesak nafas
Riwayat benturan yang keras yang mengenai dinding dada
2. Pemeriksaan fisik
Airway
- look benda2 asing di jalan nafas, fraktur tulang wajah, fraktur
laring, fraktur trakea
- listen Dapat bicara, ngorok, berkumur-kumur, stridor
- feel
Breathing
- Look pergerakan dinding dada asimetris, warna kulit, memar,
deformitas, gerakan paradoksal.
- Listen vesikular paru, suara jantung, suara tambahan
- Feel krepitasi, nyeri tekan
Ciculation
- Tingkat kesadaran
- Warna kulit
- Tanda-tanda laserasi
- Perlukaan eksternal
Disability
- Tingkat kesadaran
- Respon pupil
- Tanda-tanda lateralisasi
- Tingkat cedera spinal
Exposure
3. Pemeriksaan penunjang
Rontgen standar
- Rontgen thorax anteroposterior dan lateral dapat menentukan jumlah
dan tipe costae yang fraktur.
- Pada pemeriksaan foto thoraks pasien dewasa dengan trauma tumpul
toraks, adanya gambaran hematotoraks, pneumothoraks atau kontusio
pulmo menunjukkan hubungan yang kuat dengan gamabran fraktur
costa.
EKG
Monitor laju nafas, analisis gas darah
Pulse oksimetri
DIAGNOSIS BANDING
PENATALAKSANAAN
a. Primary survey
1) Airway dengan kontrol servikal
Penilaian:
Perhatikan patensi airway (inspeksi, auskultasi, palpasi)
Penilaian akan adanya obstruksi
Management:
Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line
immobilisasi
Bersihkan airway dari benda asing.
Memasang airway definitif intubasi endotrakeal
Management:
Menempatkan os dengan posisi terlentang atau dekubitus sehingga
segmen yang mengambang tadi terletak menempel pada tempat tidur.
Pemberian ventilasi adekuat, oksigen dilembabkan.
Kontrol Nyeri dan membantu pengembangan dada:
- Pemberian analgesia Morphine Sulfate, Hidrokodon atau
kodein yang dikombinasi dengan aspirin atau asetaminofen setiap
4 jam.
- Blok nervus interkostalis dapat digunakan untuk mengatasi nyeri
berat akibat fraktur costae
Stabilisasi area flail chest.
- Ventilator
- Stabilisasi sementara dengan menggunakan towl-clip traction,
atau pemasangan firm strapping
- Pada pasien dengan flail chest tidak dibenarkan melakukan
tindakan fiksasi pada daerah flail secara eksterna, seperti
melakukan splint/bandage yang melingkari dada, oleh karena
akan mengurangi gerakan mekanik pernapasan secara
keseluruhan.
Pemasangan WSD sebagai profilaksis/preventif pada semua pasien
yang dipasang ventilator.
Management:
Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal (balut & tekan)
Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil sampel
darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, golongan darah dan cross-
match serta Analisis Gas Darah (BGA).
Beri cairan kristaloid 1-2 liter yang sudah dihangatkan dengan tetesan
cepat. Klo os tidak syok, pemberian cairan IV harus lebih berhati-hati.
Pemasangan kateter urin untuk monitoring indeks perfusi jaringan.
4) Disability
Menilai tingkat kesadaran memakai GCS
Nilai pupil : besarnya, isokor atau tidak, refleks cahaya dan awasi
tanda-tanda lateralisasi.
5) Exposure/environment
Buka pakaian penderita
Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan temapatkan pada ruangan
yang cukup hangat.
d. Secondary survey
1) Anamnesis AMPLE dan mekanisme trauma
2) Pemeriksaan fisik
Kepala dan maksilofasial
Vertebra servikal dan leher
Thorax
Abdomen
Perineum
Musculoskeletal
Neurologis
Reevaluasi penderita
e. Terapi definitif
Fiksasi internal dengan menyatukan fragmen-fragmen yang terpisah
dengan operatif
Indikasi Operasi (stabilisasi) pada flail chest:
1. Bersamaan dengan Torakotomi karena sebab lain (cth:
hematotoraks masif, dsb)
2. Gagal/sulit weaning ventilator
3. Menghindari prolong ICU stay (indikasi relatif)
4. Menghindari prolong hospital stay (indikasi relatif)
5. Menghindari cacat permanen
Tindakan operasi adalah dengan fiksasi fraktur iga sehingga tidak
didapatkan lagi area "flail"
f. Rujuk
Pasien dirujuk apabila rumah sakit tidak mampu menangani pasien
karena keterbatasan SDM maupun fasilitas serta keadaan pasien yang
masih memungkinkan untuk dirujuk.
Tentukan indikasi rujukan, prosedur rujukan, dan kebutuhan penderita
selama perjalanan serta komunikasikan dnegan dokter pada pusat
rujukan yang dituju.
PROGNOSIS
Dubia
KOMPLIKASI
Gagal napas, sebagai akibat adanya ineffective air movement, yang
seringkali diperberat oleh edema/kontusio paru, dan nyeri.
DAFTAR PUSTAKA
Http://yogiiiskndar220408.blogspot.co.id//2013/10/fail-chest-trauma-thorax.html?=1
https://books.google.co.id/books?html- pernapasan-paradoksial