2. Operasional. Suatu perusahaan penjualan akan dapat mewujudkan kebutuhan pelanggan apabila peningkatan operasional dilaksanakan artinya
secara langsung kualitas pelayanan juga dilaksanakan.
3. Visi. Suatu organisasi atau perusahaan harus mengetahui arah organisasi dengan cara mengidentifikasitentang apa yang harus dilakukan siapa yang
akan melaksanakan.
4. Strategi pelayanan. Merupakan cara yang ditentukan perusahaan dalam meningkatkan pelayanan sehingga visi dapat terwujud, Strategi pelayanan
tersebut harus memperhatikan: perilaku pelanggan, harapan pelanggan, image pelanggan, loyalitas pelanggan, dan alternatif-alternatif pelanggan.
4. Kualitas pelayanan berkaitan dengan tanggung jawab dalam penanganan keluhan pelanggan.
5. Kualitas pelayanan berkaitan dengan sedikit banyaknya petugas yang melayani serta fasilitas pendukung lainnya.
6. Kualitas pelayanan berkaitan dengan lokasi, ruangan tempat pelayanan, tempat parkir, ketersediaan informasi, dan petunujuk/panduan lainnya.
7. Kualitas pelayanan berhubungan dengan kondisi lingkungan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik, AC, alat komunikasi, dan lainlain.
Konsep Dasar Pelayanan Prima Ada tiga konsep dasar (A3) yang harus
diperhatikan dalam mewujudkan pelayanan prima, yakni:
2. Tahap Do (Pelaksanaan)
2. Penyusunan SOP
4. Pengelolaan Pengaduan
B. Kepuasan Pelanggan
1. Menurut Engel
Keputusan yang menerima pelanggan ditentukan tingkat kesesuaian jasa yang dirasakan dengan standar yang ditentukan (disepakati).
Referensi :
MAKALAH
PELAYANAN PUBLIK
“WAJAH PELAYANAN INDONESIA”
DISUSUN OLEH:
PRIMA AGUNG PALUPI
23.1536
MENEJEMEN PEMERINTAHAN
INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI
KAMPUS CILANDAK
T.A 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji dan dan syukur penulis panjatkan kehadirata Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Wajah Pelayanan
Indonesia”
Dan tak lupa shalawat serta salam penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW karena
yang telah membawa umat manusia ke zaman terang menderang ini dari zaman jahiliah.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari
itu penulis mengharapkan saran yang konstruktif dari para pembaca.
Akhirnya semua hal yang akan terjadi penulis serahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
yang mempunyai kuasa didunia ini adalah Dia.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................................................... i
Daftar isi ..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum ............................................................................................. 3
2.2 Penyebab Tidak Maksimalnya Pelayanan ........................................................ 4
2.3 Kiat Mengatasi Masalah Pelayanan Publik ...................................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan upaya negara untuk memenuhi kebutuhan
dasar dan hak-hak sipil setiap warga negara atas barang, jasa, dan pelayanan administrasi
yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Di Indonesia, Undang-Undang Dasar
1945 mengamanatkan kepada negara agar memenuhi kebutuhan dasar setiap warganya demi
kesejahteraannya, sehingga efektivitas suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik
buruknya penyelenggaraan pelayanan publik. Penyelenggara pelayanan publik di Indonesia
adalah semua organ negara seperti Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah (Provinsi,
Kabupaten, Kota). Dalam hal ini, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 pun pada aliena
ke-4 secara tegas menyatakan bahwa salah satu tujuan didirikan Negara Republik Indonesia
adalah untuk memajukan kesejahteraan publik dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Disadari bahwa kondisi penyelenggaraan pelayanan publik masih dihadapkan pada sistem
pemerintahan yang belum efektif dan efisien serta kualitas sumber daya manusia aparatur
yang belum memadai. Hal ini terlihat dari masih banyaknya keluhan dan pengaduan dari
masyarakat baik secara langsung maupun melalui media massa, seperti, prosedur yang
berbelit-belit, tidak ada kepastian jangka waktu penyelesaian, biaya yang harus dikeluarkan,
persyaratan yang tidak transparan, sikap petugas yang kurang responsif dan lain-lain,
sehingga menimbulkan citra yang kurang baik terhadap citra pemerintah. Untuk mengatasi
kondisi tersebut perlu dilakukan upaya perbaikan kualitas penyelenggaraan pelayanan publik
secara berkesinambungan demi mewujudkan pelayanan publik yang prima. Maka dari itu
penulis mengangkat judul mkalah “Wajah Pelayanan Publik Indonesia”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang menyebabkan kondisi Pelayanan Publik di Indonesia tidak maksimal?
2. Bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan oleh penyelenggara pelayanan publik
dalam mengatasi masalah pelayanan yang tidak maksimal?
1.3 Tujuan
Sebagai Praja IPDN (Institut Pemerintahan Dalam Negeri) yang notabenenya kelak nanti
akan menjadi penyelenggara dari pada pelayanan publik. Penulis menyusun makalah ini
untuk bahan pembelajaran bagi keseluruhan Praja IPDN dalam rangka untuk bekal dan titik
acuan untuk mengatasi permasalahan Pelayanan Publik yang ada di Indonesia demi masa
depan Pemerintahan yang lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gambaran Umum Pelayanan Publik Di Indonesia.
Berbicara mengenai pelayanan publik, tidak akan ada habisnya untuk dibahas. Banyak
pandangan miring manakala kata pelayanan publik itu dibahas. Pelayanan publik sering
dikaitan dengan hal-hal yang kotor, korup, berbelit-belit, dan petugas yang kurang ramah.
Mungkin hal ini bisa saja tidak terjadi tetapi inilah realita yang dirasakan penulis terjadi di
Negara kita. Seharusnya pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai
segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang
pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat,
di Daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah,
dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Contoh dari pelayanan publik ini banyak sekali.
Sebagai contoh pembuatan SIM, E-KTP, jasa listrik (PLN), PDAM, PT KAI, pelayanan
pajak, pengurusan paspor dan segala bentuk perizinan.
Pada makalah ini penulis menuliskan kasus pelayanan yang tidak seharusnya terjadi di
lingkungan pemerintahan di Indonesia. Mengenai proses pembuatan KTP di Indonesia. Kartu
Tanda Penduduk (KTP) adalah identitas kependudukan. Kartu ini wajib dimiliki oleh warga
negara Indonesia yang berusia di atas 17 tahun atau sudah menikah. Batas pembuatannya
adalah 14 hari semenjak menikah atau berusia 17 tahun dengan biaya gratis atau tanpa uang
sepeserpun. Sebagai sampling kasus, terdapat beberapa fakta yang menunjukan sebaliknya
dimana calon pembuat KTP dikenakan semacam charge atau bolehlah secara kasar kita sebut
uang sogok. Di kecamatan X sebut saja begitu, ketika proses pembuatan KTP yang sedianya
harus mengantri berjam-jam akibat banyaknya yang mengurus KTP dalam sesi foto cukup
membayar Rp 20.000 maka akan dipercepat alias tanpa antri dan keesokan harinya KTP
sudah siap di tangan. Itulah sekelumit fakta bahwa pembuatan KTP yang sedianya gratis
tanpa sepeser uang pun menjadi ajang mencari sampingan oknum-oknum yang tidak
bertanggung jawab. Saya pikir tidak semua instansi baik di kecamatan, atau kelurahan atau
RT seperti itu tetapi paling tidak, dari beberapa instansi atau bahkan mungkin banyak
instansi, mengingat hal itu sudah menjadi rahasia umum, terjadi hal yang kurang patut seperti
itu.
Serupa dengan kasus pembuatan KTP adalah pembuatan SIM atau surat izin mengemudi,
bahkan dalam masyarakat sampai terdapat istilah SIM nembak atau SIM yang dibuat dengan
uang pelicin. Misalnya, di Kota XYZ peserta yang ingin mendapat SIM tanpa tes cukup
membayar Rp 170.000.
Selanjutnya adalah mengenai pelayanan pajak. Masih segar dalam ingatan ketika bagaimana
oknum pegawai pajak, Gayus Halomoan Tambunan dalam kasus pajak yang melibatkan
“pemain-pemain kelas kakap” yang tentu saja menciderai perasaan para wajib pajak dan
makin memperparah sentiment negatif masyarakat terhadap institusi perpajakan. Reformasi
perpajakan memang sudah digulirkan semenjak tahun 2002 dan berdampak positif ditandai
dalam berbagai barometer dan penelitian bahwa pajak bukanlah institusi terkorup dan
tercapainya target penerimaan negara yang semakin meningkat, tetapi tetap Instansi
perpajakan butuh usaha ekstra keras untuk bisa memperbaiki citranya.
Dari uraian-uraian di atas kondisi pelayanan publik masih sangat buruk, masih diwarnai
praktek kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN) serta sarat dengan paradigma korporatisme
untuk mencari keuntungan pribadi. Buruknya pelayanan publik diperparah pula oleh
rendahnya partisipasi masyarakat dalam mengingatkan para pejabat publik termasuk pegawai
negeri sipil (PNS) agar bekerja lebih profesional. Namun itulah gambaran realita yang terjadi
di Negara Indonesia kita ini.
2.2 Penyebab Tidak Maksimalnya Pelayanan Publik
Faktor-faktor penyebab buruknya pelayanan publik selama ini antara lain:
1. Kebijakan dan keputusan yang cenderung menguntungkan para elit politik dan sama
sekali tidak pro rakyat.
Teori kebijakan menyatakan bahwa “Kebijakan di buat untuk menguntungkan orang yang
membuat kebijakan tersebut”. Terlepas dari keuntungan positif atau negatif terhadap orang
tersebut. Namun realita yang terjadi pada sistem pemerintahan kita yaitu masih banyaknya
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dengan latar belakang ingin meperoleh keuntungan.
Banyak contoh yang dapat kita temukan, salah satunya. Msalnya, di beberapa kota-kota besar
dilakukan penggusuran besar-besaran sektor informal dan pedagang kaki lima dengan alasan
keberadaan sektor informal dan pedagang kaki lima tersebut mengganggu ketertiban,
kenyamanan serta kepentingan umum (publik). Namun, sebagian besar publik adalah
penduduk miskin yang butuh lapangan pekerjaan. Bila diteliti maka kebutuhan kota yang
bersih tanpa pedagang kaki lima sebenarnya, cuman kebutuhan sebagian kecil masyarakat
menengah ke atas. Dalam hal ini Kota Makassar, karena penulis berasal dari kota Makassar.
Di kota Makassar, sektor informal dan pedagang kaki lima bukannya di gusur tetapi di tata.
Di Kawasan Pantai Losari , tiap hari sabtu dan minggu pagi sampai siang diperbolehkan bagi
pedagang kaki lima untuk berjualan.
2. Kelembagaan yang dibangun selalu menekankan sekedar teknis-mekanis saja dan
bukan pedekatan pe-martabat-an kemanusiaan.
3. Kecenderungan masyarakat yang mempertahankan sikap menerima (pasrah) apa
adanya yang telah diberikan oleh pemerintah sehingga berdampak pada sikap kritis
masyarakat yang tumpul.
Pada umumnya masyarakat yang hidup di desa, baik itu desa dekat kota maupun desa
pedalaman, memiliki sikap acuh dan tidak mau tau (apatis) terhadap apa yang telah diberikan
oleh pemerintah. Padahal pemerintah telah berusaha untuk memberikan pelayanan yang baik
kepada mereka. Hal ini dipicu karena masyarakat berfikir pelayanan yang memakan waktu
banyak dan urusan yang berbelit-belit dapat mengganggu waktu mereka untuk mencri nafkah
di sawah dan dikebun.
4. Adanya sikap-sikap pemerintah yang berkecenderungan mengedepankan informality
birokrasi dan mengalahkan proses formalnya dengan asas mendapatkan keuntungan
pribadi.
Hal ini sangat sering kita temukan dalam kehidupan bermasyarakat kita. Salah satu contoh,
pada saat kita ingin mengurus surat kehilangan di kantor polisi, untuk mempercepat proses
pembuatnya penyelenggara pelayanan tersebut memita upah sebagai uang pelicin/pungli
(pungutan liar) untuk mempermudah proses pembuatannya. Prilaku tersebut mencerminkan
prilaku yang tidak benar pada seorang penyelenggara pelayanan publik, pasalnya kegiatan
pungli tersebut sangat diharamkan dalam aturan pelayanan. Hal ini bisa saja dipicu karena
kurangnnya gaji atau upah yang didapatkan oleh penyelenggara pemerintah, namun di sisi
lain kenaikan gaji para pelayan masyarakat juga dinaikkan untuk mengimbangi kinerjanya
tersebut. Tetapi itulah realitanya di Indonesia.
Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu unsur pertama, adalah organisasi
pemberi (penyelenggara) pelayanan yaitu Pemerintah Daerah, unsur kedua, adalah penerima
layanan (pelanggan) yaitu orang atau masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan
unsur ketiga, adalah kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan
(pelanggan).
1. Unsur pertama menunjukkan bahwa pemerintah daerah memiliki posisi kuat sebagai
(regulator) dan sebagai pemegang monopoli layanan, dan menjadikan Pemda bersikap statis
dalam memberikan layanan, karena layanannya memang dibutuhkan atau diperlukan oleh
orang atau masyarakat atau organisasi yang berkepentingan. Posisi ganda inilah yang menjadi
salah satu faktor penyebab buruknya pelayanan publik yang dilakukan pemerintah daerah,
karena akan sulit untuk memilah antara kepentingan menjalankan fungsi regulator dan
melaksanakan fungsi meningkatkan pelayanan.
2. Unsur kedua, adalah orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan atau
memerlukan layanan (penerima layanan), pada dasarnya tidak memiliki daya tawar atau tidak
dalam posisi yang setara untuk menerima layanan, sehingga tidak memiliki akses untuk
mendapatkan pelayanan yang baik. Posisi inilah yang mendorong terjadinya komunikasi dua
arah untuk melakukan KKN dan memperburuk citra pelayanan dengan mewabahnya Pungli,
dan ironisnya dianggap saling menguntungkan.
3. Unsur ketiga, adalah kepuasan pelanggan menerima pelayanan, unsur kepuasan pelanggan
menjadi perhatian penyelenggara pelayanan (Pemerintah), untuk menetapkan arah kebijakan
pelayanan publik yang berorienntasi untuk memuaskan pelanggan, dan dilakukan melalui
upaya memperbaiki dan meningkatkan kinerja manajemen pemerintahan daerah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan ulasan yang telah dijelaskan di Bab II mengenai Pembahasan. Telah jelas
bahawa “Wajah Pelayanan di Indonesia” masih terlihat buruk, masih banyak hal-hal yang
perlu diperbaiki terkait masalah pelayanan terhadap publik. Gambaran umum pelayanan di
Indonesia masih di nodai dengan adanya tindakan Pungutan Liar, Pelayanan yang berbelit-
belit, penyelenggara pelayanan yang tidak ramah dan praktek KKN yang masih sering
ditemukan.
Semua hal itu dipicu karena Kebijakan dan keputusan yang cenderung menguntungkan
para elit politik dan sama sekali tidak pro rakyat; Kelembagaan yang dibangun selalu
menekankan sekedar teknis-mekanis saja dan bukan pedekatan pe-martabat-an
kemanusiaan, Kecenderungan masyarakat yang mempertahankan sikap menerima
(pasrah) apa adanya yang telah diberikan oleh pemerintah sehingga berdampak pada
sikap kritis masyarakat yang tumpul; Adanya sikap-sikap pemerintah yang
berkecenderungan mengedepankan informality birokrasi dan mengalahkan proses
formalnya dengan asas mendapatkan keuntungan pribadi.
Jadi perlu dilakukan pembenahan terhadap 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu
unsur pertama, adalah organisasi pemberi (penyelenggara) pelayanan yaitu Pemerintah
Pusat/Daerah, unsur kedua, adalah penerima layanan (pelanggan) yaitu orang atau
masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan unsur ketiga, adalah kepuasan yang
diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan).
Adapun kiat untuk menangani masalah buruknya pelayanan publik dewasa ini yaitu
dengan Revitalisasi, restrukturisasi, dan deregulasi di bidang pelayanan publik;
Korporatisasi unit pelayanan publik; Peningkatan profesionalisme pejabat pelayan
publik; Pengembangan dan pemanfaatan E-Government bagi instansi pelayanan
publik; Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pelayanan publik.
DAFTAR PUSTAKA
Karjuni Dt. Maani, (2005). Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Era Otonomi
Daerah.http://www.academia.edu/5322930/Upaya_Peningkatan_Kualitas_Upaya_Peningkata
n_Kualitas_Pelayanan_Publik_di_Era_Otonomi_Daerah.
Muh. Mahsun, (2011). Memperbaiki Kualitas Pelayanan Publik Di
Indonesia.http://mohmahsun.blogspot.com/2011/04/memperbaiki-kualitas-pelayanan-
publik.html
A. Kuswandi, (2008). Pelayanan Publik Dan Tata Pemerintahan Yang
Baik.http://akangkuswandi.blogspot.com/2008/11/pelayanan-publik-dan-tata-
pemerintahan.html
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian melayani adalah membantu menyiapkan
apa yang diperlukan seseorang. Sedangkan pengertian pelayanan adalah usaha melayani
kebutuhan orang lain. Pelayanan nasabah adalah rangkaian kegiatan sikap dan perilaku
petugas bank dalam menerima kehadiran atau berkomunikasi dengan nasabah secara
langsung maupun tidak langsung.
Tujuan pelayanan prima adalah memberikan pelayanan yang dapat memenuhi dan
memuaskan pelanggan atau masyarakat serta memberikan focus pelayanan kepada
pelanggan. Untuk dapat memberikan pelayanan prima dan menjalin hubungan yang baik
dengan nasabah maka yang menjadi kunci keberhasilannya adalah orang (human), karena
pelayanan dan menjalin hubungan dengan nasabah merupakan interaksi antara
pegawai/pekerja perusahaan dengan masyarakat diluar perusahaan yang disebut nasabah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pelayanan Prima
Menurut kamus besar bahasa Indonesia pengertian melayani adalah membantu
menyiapkan apa yang diperlukan seseorang. Sedangkan pengertian pelayanan adalah usaha
melayani kebutuhan orang lain.[1] Pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang ditawarkan
oleh organisasi atau perorangan kepada konsumen, yang bersifat tidak berwujud dan tidak
dapat dimiliki. Sementara itu pelayanan prima merupakan terjemahan dari istilah excellent
service yang secara harfiah berarti pelayanan yang sangat baik atau pelayanan yang terbaik.
Disebut sangat baik atau terbaik, karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku
atau dimiliki oleh instansi yang memberikan pelayanan serta memuaskan pelanggan. Standar
pelayanan adalah ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu penbakuan pelayanan yang
baik.
Pelayanan nasabah adalah rangkaian kegiatan sikap dan perilaku petugas bank dalam
menerima kehadiran atau berkomunikasi dengan nasabah secara langsung maupun tidak
langsung. Dapat disimpulkan dari pengertian diatas sebagai berikut[2] : adanya rangkaian
kegiatan sikap dan perilaku petugas bank, adanya komunikasi dengan nasabah, dan bertujuan
untuk membantu menolong dan menyenangkan konsumen (nasabah) atau memenuhi
kebutuhan dan keinginan nasabah.
Salah satu kualitas pelayanan yang banyak dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah
modal servqual ( service quality). Pelayanan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok,
yaitu[3] :
1. Core service adalah pelayanan yang ditawarkan kepada pelanggan yang merupakan produk
utamanya.
2. Facilitating service adalah fasilitas layanan tambahan kepada pelanggan.
3. Supporting service merupakan pelayanan tambahan untuk meningkatkan nilai pelayanan atau
untuk membedakan dengan pelayanan-pelayanan dari pihak “pesaing”.
Dalam proses pelayanan ada tiga hal penting yang harus diperhatikaan yaitu :
1. Penyedia layanan, adalah pihak yang dapat memberikan suatu layanan tertentu kepada
konsumen, baik berupa layanan dalam bentuk penyediaan barang atau jasa.
2. Penerima layanan, adalah mereka yang disebut sebagai konsumen atau pelanggan yang
menerima layanan dari para penyedia layanan. Penerima layanan atau biasa disebut
konsumen atau nasabah dapat dibedakan menjadi dua kelompok :
Konsumen internal, adalah orang-orang yang terlibat dalam proses penyediaan jasa atau
proses produk barang sejak dari perencanaan sampai dengan pemasaran, penjualan dan
pengadministrasian.
Konsumen eksternal, adalah semua orang yang berada diluar perusahaan, yang menerima
layanan penyerahan barang atau jasa dari perusahaan.
3. Jenis dan bentuk layanan, yang dapat diberikan oleh penyedia layanan kepada pihak yang
membutuhkan layanan terdiri dari beberapa macam yaitu :
Pemberian jasa-jasa
Layanan yang berkaitan dengan penyediaan dan distribusi barang-barang saja
Layanan yang berkaitan dengan kedua-duanya.
Tujuan pelayanan prima adalah memberikan pelayanan yang dapat memenuhi dan
memuaskan pelanggan atau masyarakat serta memberikan focus pelayanan kepada
pelanggan.
Dalam etika pelayanan ada beberapa karakter yang harus dimiliki oleh petugas bank
dalam melakukan pelayanan kepada nasabah, yaitu :
1. Tidak melakukan perbuatan tercela
2. Memegang teguh amanah
3. Menjaga nama baik bank dan nasabah
4. Beriman dan mempunyai rasa tanggung jawab moral
5. Sabar tapi tegas dalam menghadapi permasalahan
6. Memiliki integritas, artinya bertindak jujur dan benar
7. Manners, artinya tidak egois, disiplin dan tidak kasar.
Cirri-ciri etika pelayanan perbankan yang prima adalah :
1. Memiliki personil yang professional dan bermoral
2. Memiliki sarana dan prasarana yang meyakinkan
3. Responsive (tanggap)
4. Komunikatif
5. Memiliki perilaku dan penampilan simpatik
6. Memiliki penampilan dan bicara yang meyakinkan.
B. Konsep Pelayanan Prima
Ada enam factor dalam pelayanan prima, yaitu Ability (kemampuan), attitude (sikap),
appearance (penampilan), attention (perhatian), action (tindakan), dan accountability
(pertanggung jawaban). Untuk dapat memberikan pelayanan prima dan menjalin hubungan
yang baik dengan nasabah maka yang menjadi kunci keberhasilannya adalah orang (human),
karena pelayanan dan menjalin hubungan dengan nasabah merupakan interaksi antara
pegawai/pekerja perusahaan dengan masyarakat diluar perusahaan yang disebut nasabah.
Perlu ditetapkan konsep diri dalam member pelayanan dan menjalin hubungan dengan
nasabah berupa :
1. Sikap mental positif
Sikap mental ini merupakan landasan dalam melaksanakan interaksi dengan nasabah. Ada
tujuh perwujudan dari sikap mental positif, yaitu keinginan untuk maju, belajar dari orang
lain, terbuka dan menerima ide-ide baru, kritis, aktif bertanya dan diskusi, partisipasi dalam
kegiatan, komitmen mau mencoba sampai sukses, dan cermat mencatat hal-hal penting.
2. Orientasi kepuasan nasabah dan mengenal nasabah
Pencapaian kepuasan nasabah hanya dapat dicapai dengan adanya sinergi dalam perusahaan
yang pada akhirnya pegawai dapat memberikan kepuasan yang berkesinambungan kepada
nasabah yang akan memberikan keuntungan jangka panjang kepada stake holder dan
selanjutnya pemilik perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pegawainya.
3. Penghayatan terhadap waktu
Sebagai pegawai perusahaan terkadang belum terdapat persepsi yang sama diantara para
petugas mengenai waktu, sehingga tidak jarang kita bahwa terdapat pegawai yang masih
menganggap remeh kepada nasabah, seolah-olah tidak menghargai waktu yang telah
dikorbankan. Untuk itu perlu adanya persepsi yang sama terhadap waktu dalam kaitannya
dalam pelayanan. Kunci kebehasilan pelayanan adalah bagaimana kita dapat membagi waktu-
waktu tersebut bersama dengan nasabah dan menempatkan waktu tersebut sesuai dengan
proporsinya masing-masing sehingga dapat memuaskan nasabah.
C. Dasar-dasar Pelayanan Nasabah[4]
Agar pelayanan prima yang diberikan dapat memuaskan nasabah, maka seorang CS harus
memiliki dasar-dasar pelayanan yang kokoh. Pelayanan yang diberikan akan berkualitas jika
setiap CS telah dibekali dasar-dasar pelayanan. Adapun dasar-dasar pelayanan yang harus
dipahami sebagai berikut :
1. Berpakaian dan berpenampilan rapi dan bersih
2. Percaya diri, bersikap akrab, dan penuh dengan senyum.
3. Menyapa dengan lembut dan berusaha menyebutkan nama jika kenal
4. Tenang, sopan, hormat serta tekun mendengarkan setiap pembicaraan
5. Berbicara dengan bahasa yang baik dan benar
6. Bergairah dalam melayani nasabah dan tunjukkan kemampuannya
7. Jangan menyela atau memotong pembicaraan
8. Mampu menyakini nasabah serta memberikan kepuasan
9. Jika tidak sanggup dalam menangani permasalahan yang ada, minta bantuan
10. Bila belum dapat melayani, beritahukan kapan akan dilayani.
D. Sikap Melayani Nasabah
Sikap yang kurang baik akan berpengaruh kepada hasil pelayanan yang diberiakan. Ada
beberapa sikap yang harus diperhatikan dalam melaani nasabah :
1. Beri kesempatan nasabah berbicara, maksudnya petugas cs memberikan kesempatan kepada
nasabah untuk mengemukakan keinginannya dan cs harus dapat menyimak dan berusaha
memahami keinginan dan kebutuhan nasabah.
2. Dengarkan baik-baik, selama nasabah mengemukakan pendapatnya cs dengar dan menyimak
baik-baik tanpa membuat gerakan yang dapat menyinggung nasabah, terutama gerakan tubuh
yang kurang sopan.
3. Jangan menyela pembicaraan, sebelum nasabah selesai berbicara cs tidak boleh memotong
atau menyela pembicaraan.
4. Ajukan pertanyaan setelah nasabah selesai berbicara, pengajuan pertanyaan hendaknya
dengan bahasa yang baik, singakt, dan jelas.
5. Jangan marah dan mudah tersinggung, cs jangan mudah marah terhadap nasabah yang
bertemperamen tinggi dan usahakan tetap sabar dalam melayaninya.
6. Jangan mendebat nasabah, jangan sekali-kali berdebat atau memberikan argument yang tidak
dapat diterima oleh nasabah.
7. Jaga sikap sopan, ramah, dan selalu berlaku tenang, emosi harus tetap terkendali dan selalu
berlaku tenang dalam menghadapi nasabah yang kurang menyenangkan..
8. Jangan menangani hal-hal yang bukan merupakan pekerjaannya, sebaiknya cs tidak
menangani tugas-tugas yang menjadi wewenangnya.
9. Tunjukkan sikap perhatian dan sikap ingin membantu, berikan perhatian sepenuhnya dan
tunjukkan bahwa memang kita ingin membantu nasabah.
E. Kualitas Pelayanan Jasa Bank
Ada lima kriteria pokok kualitas pelayanan yaitu[5] :
1. Bentuk fisik (tangibles), yaitu kemampuan perusahaan (bank) dalam menunjukkan
eksistensinya pada pelanggan.
2. Kehandalan (reabillity), yaitu kemampuan perusahaan (bank) untuk memberikan pelayanan
sesuai dengan yang dijanjikan.
3. Ketanggapan (responsiveness), yaitu kemampuan bank untuk menolong pelanggan dan
ketersediaan untuk melayani nasabah dengan baik.
4. Jaminan (assurance), yaitu kemampuan pegawai bank untuk menumbuhkan rasa percaya para
nasabah pada bank.
5. Empaty (empathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual yang
diberikan kepada para nasabah dengan berupa memahami keinginan nasabah.
Kualitas pelayanan bank terbagi atas :
1. Kualitas layanan internal
Factor yang mempengaruhi kualitas pelayanan internal adalah :
Pola manajemen umum perusahaan
Penyediaan fasilitas pendukung
Pengembangan sumber daya manusia
Iklim kerja dan keselarasan hubungan kerja
Pola insentif
2. Kualitas layanan eksternal
Kualitas layanan ditentukan oleh beberapa factor yaitu :
Yang berkaitan dengan penyediaan jasa
Yang berkaitan dengan penyediaan barang.
Ciri-ciri pelayanan perbankan yang professional adalah :
1. Cepat, waktu pelayanan tidak terlalu lama
2. Tepat, dilayani sesuai dengan keinginan nasabah
3. Cermat, jangan ada yang menyimpang dari prosedur yang berlaku
4. Cekatan, petugas harus cepat tanggap dalam pelayanan
5. Teliti, dapat melaksanakan tahapan-tahapan pekerjaan tanpa kesalahan
6. Dan lain-lainnya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
pelayanan prima merupakan terjemahan dari istilah excellent service yang secara
harfiah berarti pelayanan yang sangat baik atau pelayanan yang terbaik. Pelayanan nasabah
adalah rangkaian kegiatan sikap dan perilaku petugas bank dalam menerima kehadiran atau
berkomunikasi dengan nasabah secara langsung maupun tidak langsung.
Ada enam factor dalam pelayanan prima, yaitu Ability (kemampuan), attitude (sikap),
appearance (penampilan), attention (perhatian), action (tindakan), dan accountability
(pertanggung jawaban). pelayanan dan menjalin hubungan dengan nasabah merupakan
interaksi antara pegawai/pekerja perusahaan dengan masyarakat diluar perusahaan yang
disebut nasabah.
Ciri-ciri pelayanan perbankan yang professional adalah :
1. Cepat, waktu pelayanan tidak terlalu lama
2. Tepat, dilayani sesuai dengan keinginan nasabah
3. Cermat, jangan ada yang menyimpang dari prosedur yang berlaku
4. Cekatan, petugas harus cepat tanggap dalam pelayanan
5. Teliti, dapat melaksanakan tahapan-tahapan pekerjaan tanpa kesalahan
6. Dan lain-lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta: Pusat
Bahasa. 2008.
Herry Achmad Buchory dan Djaslim Saladin. Dasar-dasar Pemasaran Bank. Bandung :
Linda Karya, 2006.
M Nur Rianto Al Arif. Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung: Alfabeta, 2010.
Kasmir. Pemasaran Bank. Jakarta: Kencana, 2005
[1] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta: Pusat Bahasa. 2008, h 206
[2] Herry Achmad Buchory dan Djaslim Saladin. Dasar-dasar Pemasaran Bank. Bandung : Linda Karya, 2006, h. 108
[3] Sutopo dan Adi Suryanto. Pelayanan Prima, h. 14
[4] Kasmir. Pemasaran Bank. Jakarta: Kencana, 2005. h, 204
[5] Buchory dan Djaslim Saladin. Dasar-dasar Pemasaran Bank, h, 110-111
Pelayanan dan visi dan misi nasional Indonesia pada Bab 1 Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN 1999) menunjukkan bahwa tuntutan masyarakat
terhadap pelayanan prima aparatur pemerintahan kepada masyarakat tidak dapat diadakan lagi, karena merupakan tugas dan fungsi pemerintah dalam menjalankan
pemerintahan. Pelayanan prima dalam masyarakat dipertegas dalam IMPRES I/95 mengenai kualitas pelayanan aparatur pemerintah kepada masyarakat, keputusan
MENPAN 81/93 tentang pedoman pelayanan umum, dan surat Edaran Menko WASBANGPAN 56/98 mengenai pelayanan prima kepada masyarakat.
Pelayanan yang bermakna adalah pelayanan yang diberikan oleh pelayanan dengan penuh perhatian, sehingga pelanggan yang dilayani merasa diperhatikan.
Pelayanan Eksternal
Yaitu pelayanan organisasi kepada masyarakat / diluar organisasi (pelanggan/klien) dapat dibedakan :
a) Pelayanan Makro/Menegeria, yaitu pelayanan dari organisasi kepada mayarakat di luar organisasi yang tampilannya diukur dari kualitas manajemen organisasi tsb.
b) Pelayanan mikro/front liner, yaitu pelayanan organisasi kepada masyarakat di luar organisasi yang tampilannya diukur dari kualitas dan tampilan fisik.
Salah satu tip menghindari ketidak puasan pelanggan adalah dengan cara :
Merasa
Mengakui
Menemukan
BAB II
ESENSI PELAYANAN PRIMA
1. Paradigma Pelayanan
Paradigma adalah suatu konsepsi yang dapat mendasari seseorang untuk merefleksikan keyakinannya dalam memberikan pelayanan kepada pelanggannya, salah satu tip
menuju kemasa depan aparatur yang lebih baik, adalah dengan mengkaji pelayanan yang prima kepada masyarakat (pelanggan), pelayanan yang memusatkan perhatian pada
masyarakat. Hal ini duwujudkan dengan cara :
Mendengarkan dengan penuh perhatian.
Memperhatikan sikap tubuih, dan tindakan secara tenang dan rileks dalam melayani pelanggan.
Menatap mata pelanggan saat berbicara.
Memperhatikan ekspesi wajah dengan menampilkan senyum sesuai dengan konsep pribadi prima.
Pribadi prima yaitu :
a) Tampil rapi
b) Tampil sopan
c) Tampil ceria
d) Tampil yakin
e) Tampil dengan prinsip senang belajar
f) Senang dan menyenangkan orang lain
Memperhatikan sikap dan perilaku jangan sampak mengecewakan pelanggan.
Menempatkan kepentingan pelanggan nomor satu.
Mengetahui siapa pelanggan dan apa keinginannya.
Pembangunan sistem kualitas pada awal diungkapkan oleh W.E. Deming yang berbicara didepan lmuwan jepang tahun 1950. Pada kesempatan ini disoroti
mengenai keberhasilan yang dramatis dari industri jepang dalam meningkatkan kualitas pelayanan prima.
Pasar global adalah suatu pasar yang diselimuti oleh situasi dan sistem kompetensi yang ketat, sehingga dituntut kualitas pelayanan jasa yang lebih baik.
Konsep dasar dalam memuaskan pelanggannya minimal mengacu pada :
Keistimewaan
Kualitas
Kepuasan pelanggan dapat dicapai aparatur pemerintah yang baik telibat langsung maupun tidak langsung dalam pelayanan dapat mengerti dan menghayati
serta berkeinginan untuk melaksanakan pelayanan prima.
Istilah kepemimpinan-pelayanan pada awalnya diciptakan oleh Robert K. Greenleaf (1970) yang berjudul the sevent as leader (playan sebagai pemimpin).
Selanjutnya larry spears melalui karya Greenleaf mengidentifikasikan 10 ciri khas pelayanan pemimpin-pelayanan:
a) Mendengarkan
b) Empati
c) Menyembuhkan
d) Kesadaran
e) Bujukan dan Persuasif
f) Konseptualisasi
g) Kemampuan meramal
h) Kemampuan melayani
i) Komitmen terhadap pertumbuhan manusia
j) Membangun masyarakat
Kepuasan pelanggan adalah tujuan utama dalam pelayanan prima, karena itu aparatur pemerintah dituntut untuk menciptakan citra positif dimata pelanggan.
BAB III
Willington Patricia
Strategi pelayanan prima adalah pengembangan citra aparatur pemerintah yang dihati masyarakat.
Dimensi biaya dalam pelayanan prima adalah dimensi yang ditetapkan dengan transparan tentang besar biaya yang dibebankan kepada pelanggan dalam sebuah jenis
layanan.
Dimensi kualitas dalam pelayanan prima adalah dimensi yang ditunjukkan kepada aparatur pelayanan dan pelanggan yang memerlukan jasa pelayanan.
Dimensi moral dalam pelayanan prima adalah dimensi yang ditunjukkan kepada aparatur pelayanan dan pelanggan dimensi ini aparatur memberikan pelayanan kepada
pelanggan tidak melakukan praktek-praktek.
Pelayanan prima berdasarkan konsep perhatian (attention) mencakup tiga prinsip pokok, yaitu:
1.Mendengarkan dan memahami secara sungguh-sungguh kebutuhan para kolega dan pelanggan.
Agar memperoleh gambaran yang lebih jelas, ketiga hal tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
a. Mendengarkan dan memahami kebutuhan pelanggan
Pelayanan prima berdasarkan konsep perhatian dapat diterapkan dengan cara mendengarkan dan memahami kebutuhan pelanggan. Cara-cara yang efektif dalam mendengarkan dan
4. Berusaha dengan penuh perhatian untuk mendengarkan permintaan dan kebutuhan pelanggan
7. Memberikan penjelasan dengan sejujur-jujurnya tentang kondisi kualitas dan harga barang yang akan dibeli oleh pelanggan
Perilaku pelanggan adalah tindakan, proses dan hubungan sosial yang dilakukan oleh seseorang, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan dan menggunakan suatu produk atau
lainnya sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan, dan sumber lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian Ernest Kretschmer, perilaku pelanggan sangat dipengaruhi oleh bentuk tubuhnya. Ia mengelompokkan perilaku pelanggan kedalam tiga tipe kepribadian, yaitu
Ciri-ciri dan karakter ketiga tipe pelanggan tersebut adalah sebagai berikut.
Bentuk tubuh pelanggan tipe piknis antara lain bentuk badan bulat, agak pendek, dan muka atau wajahnya bulat lebar. Pelanggan tipe ini pada umumnya bersifat ramah, suka berbicara,
Dalam menghadapi pelanggan tipe piknis ini, seorang penjual hendaknya memperhatikan suasana hatinya dan melayani bercakap-cakap jika pelanggan menghendakinya, serta
Bentuk tubuh pelanggan tipe leptosom, diantaranya agak kecil dan lemah, bahu tampak kecil, leher dan anggota badan kurus dan panjang. Pelanggan tipe leptosom umumnya bersifat
Dalam menghadapi pelanggan tipe leptosom, seorang pelayan atau penjual hendaknya menghormati pelanggan seperti layaknya seorang raja yang harus selalu dilayani, bersikap sabar,
Bentuk tubuh pelanggan tipe atletis, diantaranya badannya kokoh, pundak tampak lebar, dan pinggul berisi, anggota badannya cukup panjang, berotot dan lebar, muka atau wajahnya bulat
lonjong. Pelanggan tipe atletis ini umumnya mempunyai karakter, seperti banyak gerak, berpenampilan tenang, jarang humor, dan tidak cepat percaya pada orang lain.
Dalam menhadapi pelanggan tipe atletis, pelayan atau penjual hendaknya menghindari perdebatan yang tidak bermanfaat, memberikan kesan seolah-olah pelanggan adalah orang yang
baik dan cerdas, serta menghindari sikap terburu-buru, dan harus bersabar dalam melayaninya.
Selain tiga tipe pelanggan tersebut, pelanggan dapat pula dikelompokkan sebagai berikut.
1. Pelanggan pria
2. Pelanggan wanita
3. Pelanggan remaja
5. Pelanggan pendiam
9. Pelanggan pembantah
Dari bermacam-macam tipe dan golongan pelanggan seperti tersebut di atas, kita dapat mengetahui bahwa tidak semua pelanggan bersikap baik dan bersahabat. Itulah sebabnya
mengamati pelanggan sangatlah penting, karena hal itu merupakan syarat mutlak yang harus dilakukan dalam melaksanakan pelayanan prima berdasarkan konsep perhatian.
Penerapan pelayanan prima berdasarkan konsep perhatian merupakan konsep yang sesuai dengan hukum tentang pelanggan, yaitu “the costumer is always right” artinya pelanggan selalu
Pelayanan prima berdasarkan konsep perhatian (attentioan) dapat dilakukan dengan cara mencurahkan perhatian penuh kepada perilaku pelanggan. Dalam hal ini terdapat tujuh prinsip
5. Mendekati pelanggan
6. Memberdayakan karyawan
Pada dasarnya seorang pelanggan akan merasa senag jika harapan dan kebutuhannya diperhatikan. Oleh karenanya penjual atau perusahaan dalam mencurahkan perhatian terhadap
pelanggan dapat dilakukan dengan cara berfokus pada pelanggan dan harus memperhatikan ketujuh prinsip tersebut diatas.
Pelayanan Publik
Dosen : DR. Dedy Herdianysah, SE, M. Si,.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah kepada kita semua, sehingga berkat
Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang ber temakan ”PELAYANAN PUBLIK”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak terimakasih pada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas makalah ini sehinggga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Dan tidak lupa juga kami ucapkan terima
kasih kepada Dosen Pembimbing yaitu Bapak DR. Dedi Herdiansyah, SE., M.Si yang telah membimbing kami.
Dalam penyusunan makalah ini penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri maupun kepada
pembaca umumnya.
Pontianak, Oktober 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan publik dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan tuntutan kepada pemerintah dalam hal ini adalah pegawai negeri,
untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat atau sering dinamakan pelayanan prima. Sebagai abdi negara dan abdi
masyarakat, pegawai negeri sipil dituntut tanggung jawab yang tinggi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan publik
biasanya diselenggarakan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah. Kuatnya tuntutan masyarakat akan pelayanan yang lebih
baik memaksa berbagai instansi pemerintah untuk mendorong peningkatan prestasi kerja yang prima.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:646), pengertian pelayanan adalah 1 prihal atau cara melayani; 2 usaha melayani
kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang); jasa, 3 kemudahan yang di berikan sehubungan dengan jual beli barang atau
jasa. Pengertian melayani adalah “membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang”. Sedangkan pengertian pelayanan adalah “usaha melayani kebutuhan orang
lain” .
Dari pengertian pelayanan yang terdapat dalam KBBI tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa pelayanan merupakan suatu
kegiatan yang diberikan seseorang atau badan untuk melayani kebutuhan orang lain.
Pelayanan Publik juga dapat diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai
kepentingan sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan
Menurut KEPMENPAN Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 Pelayanan publik yaitu segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik
sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hakekat pelayanan publik seperti dijelaskan Keputusan Menpan Nomor 63 tahun 2003 bahwa hakikat pelayanan publik adalah
pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.
Berdasarkan fungsi pemerintah dalam melakukan pelayanan umum (publik) terdapat 3 (tiga) fungsi pelayanan, yaitu environmental
service (layanan jasa lingkungan), development service (pembangunan), protective service (perlindungan).
Pelayanan yang diberikan oleh pemerintah juga dapat dibedakan berdasarkan siapa yang dapat menikmati atau memperoleh dampak
dari suatu layanan, baik seseorang secara individu maupun kelompok atau kolektif. Untuk itu perlu disampaikan bahwa konsep barang layanan
pada dasarnya terdiri dari jenis barang layanan privat (private goods) dan barang layanan yang dinikmati secara kolektif (public goods).
Pelayanan prima merupakan terjemahan dari istilah “Excellent Service atau Customer Care ” yang secara harfiah berarti pelayanan
yang sangat baik dan atau pelayanan yang terbaik. Disebut sangat baik atau terbaik, karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau
dimiliki oleh instansi yang memberikan pelayanan. Apabila instansi pelayanan belum memiliki standar pelayanan, maka pelayanan disebut sangat
baik atau terbaik atau akan menjadi prima, manakala dapat atau mampu memuaskan pihak yang dilayani (pelanggan). Jadi pelayanan prima
dalam hal ini sesuai dengan harapan pelanggan. Tentunya agar keprimaan suatu pelayanan dapat terukur, bagi instansi pemberi pelayanan yang
belum memiliki standar pelayanan, maka perlu membuat standar pelayanan prima sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Perbaikan pelayanan sektor publik jelas merupakan kebutuhan yang mendesak, bahwa dalam rangka reformasi administrasi negara, perbaikan
pelayanan kepada publik merupakan kunci keberhasilannya. Pelayanan prima bertujuan memberdayakan masyarakat, bukan memperdayakan,
sehingga akan menumbuhkan kepercayaan publik atau masyarakat kepada pemerintahannya. Adapun kepercayaan adalah awal atau modal dari
kolaborasi dan partisipasi masyarakat dalam program-program pembangunan.
Adapun pelayanan prima akan bermanfaat bagi upaya peningkatan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat sebagai
pelanggan dan sebagai acuan untuk pengembangan penyusunan standar pelayanan. Baik pelayan, pelanggan ataustakeholder dalam kegiatan
pelayanan, akan memiliki acuan mengenai mengapa, kapan, dengan siapa, dimana dan bagaimana pelayanan mesti dilakukan.
C. Standar Layanan
Standar pelayanan adalah ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu pembakuan pelayanan yang baik. Dalam standar pelayanan ini
juga terdapat baku mutu pelayanan. Adapun pengertian mutu menurut Goetsch dan Davis (1994), merupakan kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya.
Dalam teori pelayanan publik, pelayanan prima dapat diwujudkan jika ada standar pelayanan minimal (SPM). SPMadalah tolok ukur
yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai komitmen atau janji dari
penyelenggara negara kepada masyarakat untuk memberikan pelayanan yang berkualitas.
Dalam Rancangan Undang Undang Pelayanan Publik (Republik Indonesia, 2007:7) standar pelayanan ini setidaknya-tidaknya berisi
tentang: dasar hukum, persyaratan, prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya pelayanan, produk pelayanan, sarana dan prasarana,
kompetensi petugas pemberi pelayanan, pengawasan intern, penanganan pengaduan, saran dan masukan dan jaminan pelayanan.
Jika suatu instansi belum memiliki standar pelayanan, maka pelayanan disebut prima jika mampu memuaskan pelanggan atau sesuai
harapan pelanggan. Instansi yang belum memiliki standar pelayanan perlu menyusun standar pelayanan sesuai tugas dan fungsinya agar tingkat
keprimaan pelayanan dapat diukur.
Kepuasan masyarakat ini merupakan salah satu ukuran berkualitas atau tidaknya pelayanan publik yang diberikan oleh aparat birokrasi
pemerintah. Bersandarkan pada SPM ini, seharusnya pelayanan publik yang diberikan (pelayanan prima) oleh birokrasi pemerintah memiliki ciri
sebagaimana dirumuskan dalam kebijakan strategis melalui Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) Nomor
63/Kep/M.PAN/7/2003 (Menpan, 2003:2) tentang Pedoman Umum Penyelenggaraaan Pelayanan Publik yang meliputi Kesederhanaan,
Kejelasan, Kepastian Waktu, Akurasi, Keamanan, Tanggung Jawab, Kelengkapan Sarana dan Prasarana, Kemudahan Akses, Kedisiplinan,
Kesopanan dan Keramahan serta Kenyamanan. Inilah potret pelayanan publik dambaan setiap warga masyarakat Indonesia setelah munculnya
gerakan reformasi 1998.
D. Proses Layanan
Pelayanan merupakan suatu proses. Proses tersebut menghasilkan suatu produk yang berupa pelayanan kemudian diberikan kepada
pelanggan. Pelayanan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok (Gonroos dalam Sutopo dan Suryanto, 2003:13):
1. Core service
Core service adalah pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sebagai produk utamanya. Misalnya untuk hotel berupa penyediaan kamar.
Perusahaan dapat memiliki beberapa core service, misalnya perusahaan penerbangan menawarkan penerbangan dalam negeri dan luar negeri.
2. Facilitating service
Facilitating service adalah fasilitas pelayanan tambahan kepada pelanggan. Misalnya pelayanan “check in” dalam penerbangan. Facilitating
service merupakan pelayanan tambahan yang wajib.
3. Supporting service
Supporting service adalah pelayanan tambahan untuk meningkatkan nilai pelayanan atau membedakan dengan pelayanan pesaing. Misalnya
restoran di suatu hotel.
Janji pelayanan (service offering) merupakan suatu proses yaitu interaksi antara pembeli (pelanggan) dan penjual (penyedia layanan).
Pelayanan meliputi berbagai bentuk. Pelayanan perlu ditawarkan agar dikenal dan menarik perhatian pelanggan. Pelayanan yang ditawarkan
merupakan “janji” dari pemberi layanan kepada pelanggan yang wajib diketahui agar pelanggan puas.
F. SIKAP YANG PERLU DIMILIKI OLEH PEGAWAI BERDASARKAN KONSEP PELAYANAN PRIMA
Sikap yang perlu dimiliki oleh pegawai berdasarkan konsep pelayanan prima adalah sebagai berikut :
1. Rasa memiliki terhadap instansi.
2. Rasa kebanggaan terhadap pekerjaan.
3. Loyalitas yang tinggi terhadap pekerjaan.
4. Ingin menjaga martabat dan nama baik instansi.
Berdasarkan konsep sikap, untuk mewujudkan pelayanan prima kepada pelanggan/masyarakat perlu memperlihatkan kemampuan diri
dan penampilan seseorang atau kelompok secara optimal.
Kemampuan diri adalah kemampuan optimal yang harus dimiliki seseorang dalam memberikan pelayanan berkaitan dengan wawasan
pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Penampilan adalah suatu bentuk citra diri yang terpancar pada diri seseorang dan akan menambah kepercayaan diri seseorang dalam
bersikap.
Pelayanan pelanggan/masyarakat berdasarkan penampilan serasi. Hal-hal yang harus diperhatikan, agar penampilan serasi adalah
sebagai berikut.
1. Penampilan serasi dengan berhias diri. Berhias yang rapi dan menarik akan tampaklah penampilan yang serasi, tidak harus mewah dan mahal.
2. Penampilan serasi dengan busana dan aksesoris yang baik, cara berbusana yang baik merupakan ciri khusus yang menunjukkan kepribadian dan
kewibawaan. Berbusana yang baik berarti memperhatikan penampilan diri (personal appearance) secara keseluruhan.
3. Penampilan serasi dengan kepribadian dan ekspresi wajah yang simpatik dan menarik. Perilaku simpatik ini mempunyai andil besar dalam
menciptakan hubungan yang baik. Oleh karena itu berusaha lah menampilkan ekspresi wajah yang bersahabat.
Pelayanan pelanggan/masyarakat dengan berpikir positif.Berfikir positif artinya berfikir sehat, logis dan masuk akal (rasional). Untuk
memelihara pola berpikir positif ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu
1. Melayani pelanggan/masyarakat dengan penuh rasa hormat
2. Menghindari sikap berprasangka buruk terhadap pelanggan/masyarakat
3. Tidak mencari atau memanfaatkan kelemahan pelanggan/masyarakat.
Pelayanan pelanggan/masyarakat dengan sikap menghargai. Salah satu sifat manusia adalah perasaan yang ingin dihargai dan
dihormati. Pelanggan/masyarakat yang merasa dihargai akan termotivasi untuk berinteraksi dengan kita. Sikap menghargai
pelanggan/masyarakat adalah sikap memanusiakan dan menempatkan diri pelanggan/masyarakat sebagai orang yang paling penting. Hal ini
untuk menjaga dan memelihara kelangsungan hubungan antara instansi dengan pelanggan/masyarakat. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk
mewujudkan sikap menghargai pelanggan/masyarakat adalah sebagai berikut:
1. Setiap pelanggan/masyarakat harus dilayani dengan sebaik-baiknya
2. Jangan sekali-sekali membeda-bedakan pelanggan/masyarakat.
3. Bersikap hormat, ramah, dan gunakan tutur kata yang baik dan santun.
4. Setiap menghadapi pelanggan/masyarakat, pergunakanlah istilah 3S, yaitu senyum, sapa, dan salam.
5. Selalu menjaga perasaan pelanggan/masyarakat dan berbicara jujur.
6. Sigap, cekatan dalam membantu keinginan pelanggan/masyarakat.
7. Selalu tenang dan dan sabar dalam memberikan segala informasi kepada pelanggan/masyarakat.
8. Usahakan sikap menghargai pelanggan/masyarakat secara konsisten, artinya tidak berubah-ubah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hakekat pelayanan publik seperti dijelaskan Keputusan Menpan Nomor 63 tahun 2003 bahwa hakikat pelayanan publik adalah
pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.
Pelayanan prima biasanya berhubungan erat dengan bisnis jasa pelayanan yang dilakukan dalamu paya untuk memberikan rasa puas dan menumbuhkan
kepercayaan terhadap pelanggan atau konsumen, sehingga pelanggan merasa dirinya dipentingkan atau diperhatikan dengan baik dan benar. Pelayana Prima juga
sebagai
Pentingnya pelayanan prima terhadap pelanggan juga merupakan strategi dalam rangka memenangkan persaingan. Akan tetapi tidak cukup hanya memberikan rasa puas
dan perhatianterhadap pelanggan saja, lebih dari itu adalah bagaimana cara merespon keinginan pelanggan, sehingga dapat menimbulkan kesan positif dari pelanggan. Pelayanan prima
hasus ditunjang oleh kualitas sumber daya manusia yang handal, mempunyai visi yang jauh ke depan dan dapat mengembangkan strategi dan kiat pelayanan prima yang
mempunyai keunggulan.
B. Saran
Konsep pelayanan prima seharusnya diterapkan di instansi pemerintahan, sudah saatnya seorang public servis memberikan pelayanan
yang terbaik, berkualitas serta beretika. Mulailah konsep pelayanan prima diterapkan dari diri sendiri, orang lain, kelompok serta organisasi baik
itu instansi maupun swasta.
DAFTAR PUSTAKA
Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. 2003. Surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun
2003 Tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum. Jakarta.
http://www.anneahira.com/pengertian-pelayanan.htm
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31844/5/Chapter%20I.pdf
http://pap.diklat.dephub.go.id/lampiran/materiprajab/PRAJAB3/pelayanan_prima3.pdf
http://www.dispenda.jabarprov.go.id/index.php/learning/detailtutorial/102
http://administrasidanmanajemen.blogspot.com/2009/01/pengertian-tujuan-dan-manfaat-pelayanan.html
http://pta.kemenag.go.id/index.php/frontend/news/index/85
http://www.pakbendot.com/2012/05/pentingnya-pelayanan-prima-terhadap.html#ixzz295HntMju