Anda di halaman 1dari 107

BAB 1

PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini akan membahas tentang latar belakang, tujuan
praktikum, dan fungsi alat serta bahan yang digunakan dalam praktikum
perancangan sistem kerja dan ergonomi modul perancangan sistem kerja.
1.1 Latar Belakang
Dalam perancangan sistem kerja, ergonomi atau Ergonomics (bahasa
Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata yunani yaitu ergo yang berarti kerja dan
nomos yang berarti aturan atau hukum. Ergonomi mempunyai berbagai batasan
arti, di Indonesia disepakati bahwa ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang
berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau
sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan efisiensi yang setinggi-
tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal optimalnya.
Perancangan sistem kerja adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari
prinsip– prinsip dan teknik–teknik untuk mendapatkan suatu rancangan sistem
kerja yang terbaik, yang terdiri dari manusia, mesin, material, dan peralatan kerja
serta lingkungan kerja agar sistem kerja tersebut efektif dan efisien. Dilihat dari
sejarahnya, disiplin ilmu teknik industri dimulai dari perbaikan sebuah sistem
kerja yang dianggap sebagai sebuah teknik manajemen, maka dapat dikatakan
bahwa teknik tata cara kerja sebagai disiplin ilmu teknik industri yang pertama.
Pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk menentukan lamanya
sebuah pekerjaan bisa diselesaikan. Pengukuran kerja berkaitan dengan penentuan
waktu standar. Waktu standar adalah waktu yang diperlukan oleh seorang pekerja
terlatih untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu, bekerja pada tingkat kecepatan
yang berlanjut, serta menggunakan metode, mesin dan peralatan, material, dan
pengaturan tempat kerja tertentu.
1.2 Tujuan Praktikum
Berikut adalah tujuan praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi
modul perancangan sistem kerja:
1. Mampu mengetahui tentang perancangan sistem kerja dan ergonomi.

1
2. Mampu mengetahui tentang peta kerja.
3. Mampu melakukan perhitungan dan analisa proses pengukuran,
pemotongan, penghalusan, dan perakitan.
1.3 Fungsi Alat dan Bahan
Berikut adalah alat dan bahan beserta fungsinya yang digunakan dalam
praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomic modul perancangan sistem
kerja.
Alat yang digunakan:
1. Gergaji, berfungsi untuk memotong rangka dan papan kayu.
2. Obeng, berfungsi untuk merakit kursi.
3. Meteran, berfungsi untuk mengukuran rangka dan papan kayu.
4. Stopwatch digital, berfungsi untuk mengukur lamanya waktu kerja.
5. Amplas, berfungsi untuk menghaluskan potongan rangka dan papan kayu.
Bahan yang digunakan:
1. Rangka kayu, sebagai media yang akan dirakit menjadi kursi TK.
2. Papan kayu, berfungsi sebagai sandaran dan dudukan kursi TK.

2
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Pada bab kajian pustaka dan dasar teori ini akan membahas tentang
ergonomi, perancangan sistem kerja, peta kerja, simbol-simbol standar pembuatan
peta kerja, macam-macam peta kerja, pengukuran waktu kerja, performance
rating, allowance pada praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi modul
perancangan sistem kerja.
2.1 Ergonomi
Menurut Nurmianto dalam Suhadri (2008), ergonomi atau ergonomics
(bahasa Inggrisnya) sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti
kerja dan nomos yang berarti aturan atau hukum. Ergonomi mempunyai berbagai
batasan arti, di Indonesia disepakati bahwa ergonomi adalah ilmu serta
penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan
terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya produktifitas dan
efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal
optimalnya.
2.2 Perancangan Sistem Kerja
Menurut Akhimelita (2013), perancangan sistem kerja adalah suatu
disiplin ilmu yang mempelajari prinsip–prinsip dan teknik–teknik untuk
mendapatkan suatu rancangan sistem kerja yang terbaik, yang terdiri dari
manusia, mesin, material, dan peralatan kerja serta lingkungan kerja agar sistem
kerja tersebut efektif dan efisien. Dilihat dari sejarahnya, disiplin Ilmu Teknik
Industri dimulai dari perbaikan sebuah system kerja yang dianggap sebagai
sebuah teknik manajemen, maka dapat dikatakan bahwa teknik tata cara kerja
sebagai disiplin ilmu teknik industri yang pertama.
2.3 Peta Kerja
Menurut Akhimelita (2013), peta kerja adalah suatu alat yang
menggambarkan kegiatan kerja secara sistematis dan jelas (biasanya kerja
produksi). Lewat peta-peta ini kita bisa melihat semua langkah atau kejadian yang
dialami oleh suatu benda kerja dari mulai masuk ke pabrik (berbentuk bahan

3
baku) kemudian menggambarkan semua langkah yang dialaminya seperti
transformasi, operasi mesin, pemeriksaan dan perakitan sampai akhirnya menjadi
sebuah produk jadi, baik produk lengkap atau merupakan bagian dari suatu
produk lengkap.
2.4 Simbol-simbol Standar Pembuatan Peta Kerja
Lambang-lambang tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Operasi

Suatu kejadian operasi terjadi apabila benda kerja mengalami


perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawi, mengambil informasi maupun
memberikan informasi pada suatu keadaan juga termasuk operasi. Operasi
merupakan kegiatan yang paling banyak terjadi dalam suatu proses, dan biasanya
terjadi pada suatu mesin atau stasiun kerja. contohnya : Pekerjaan menyerut kayu
dengan mesin serut, pekerjaan mengeraskan logam, pekerjaan merakit. Dalam
prakteknya lambang ini juga bisa digunakan untuk menyatakan aktivitas
administrasi, misalnya : aktivitas perencanaan atau perhitungan.
2. Pemeriksaan

Suatu pemerikasaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan mengalami


pemeriksaan baik untuk segi kualitas maupun kuantitas. Lambang ini digunakan
jika kita melakukan pemeriksaan terhadap suatu objek atau membandingkan objek
tertentu dengan suatu standar. Suatu pemeriksaan tidak menjuruskan bahan ke
arah menjadi suatu barang jadi, contohnya: Mengukur dimensi benda, Memeriksa
warna benda, Membaca alat ukur tekanan uap pada suatu mesin uap.
3. Transportasi

4
Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau
perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan merupakan bagian dari
suatu operasi. Contoh: pemindahan barang antar department.
4. Menunggu

Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja atau


perlengkapan tidak mengalami pencatatan apa-apa selain menunggu (biasanya
sebentar). Kejadian ini menunjukkan bahwa suatu objek ditinggalkan untuk
sementara tanpa pencatatan sampai diperlukan kembali. Contoh: menunggu lem
merekat.
5. Penyimpanan

Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja disimpan untuk


jangka waktu yang cukup lama. Jika benda kerja tersebut akan diambil
kembali, biasanya memerlukan suatu prosedur perizinan tertentu. Lambang
ini digunakan untuk menyatakan suatu objek yang mengalami penyimpanan
permanen, yaitu ditahan atau dilindungi terhadap pengeluaran tanpa izin
tertentu. Prosedur perizinan dan lamanya waktu adalah hal yang
membedakan antara kegiatan menunggu dan penyimpanan. Contoh: penyimpanan
produk jadi
6. Aktivitas gabungan

Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan


dilakukan secara bersamaan atau dilakukan pada suatu tempat kerja yang sama.
Contoh: melakukan aktivitas dengan secara bersamaan.
2.5 Macam-macam Peta Kerja
Menurut Akhimelita (2013), Pada dasarnya peta-peta kerja yang ada
sekarang bisa dibagi dalam dua kelompok besar berdasarkan kegiatannya yaitu:

5
1. Peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja
keseluruhan.
2. Peta kerja yang digunakan untuk menganalisa kegiatan kerja setempat.
Kalau dibuatkan flow chart dari langkah-langkah untuk melakukan
perbaikan kerja.
2.5.1 Peta Kerja Keseluruhan
1. Peta Proses Operasi
Menurut Akhimelita (2013), peta proses operasi ini merupakan suatu
diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan-
bahan baku mengenai urut-urutan operasi dan pemeriksaan. Sejak dari awal
sampai menjadi produk jadi utuh maupun sebagai komponen, dan juga memuat
informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa lebih lanjut seperti: waktu
yang dihabiskan, material yang digunakan, dan tempat atau alat atau mesin yang
dipakai. Jadi dalam suatu peta proses operasi, yang dicatat hanyalah kegiatan-
kegiatan operasi dan pemerikasaan saja, kadang-kadang pada akhir ptoses dicatat
tentang penyimpanan.
Berikut ini adalah kegunaan peta proses operasi:
 Bisa mengetahui kebutuhan mesin dan pengganggarannya.
 Bisa memperkirakan kebutuhan bahan baku (dengan memperhitungkan
efesiensi disetiap operasi atau pemeriksaan).
 Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.
 Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang dipakai.
 Sebagai alat untuk latihan kerja dan lain-lain.
2. Peta Aliran Proses
Menurut Akhimelita (2013), peta aliran proses memperlihatkan semua
aktivitas dasar operasi pemeriksaan, delay (menunggu), transportasi dan
penyimpanan setiap komponen.
Berikut ini adalah kegunaan peta aliran proses:
 Untuk mengetahui aliran bahan atan aktivitas orang mulai awal proses
sampai dengan aktivitas terakhir pembuatan suatu komponen.
 Memberikan informasi waktu dan penyelesaian pembuatan suatu
komponen.

6
 Alat untuk memperbaiki metoda kerja.
 Alat untuk menganalisa dimana tempat-tempat terjadinya ketidakefisienan
atau terjadinya ketidaksempurnaan pekerjaan untuk menghilangkan
ongkos atau biaya yang tidak perlu.

3. Peta Kelompok Kerja


Menurut Akhimelita (2013), peta kelompok kerja dikembangkan oleh John
A Aldridge berdasarkan peta aliran proses yang dikerjakan oleh sekelompok
(lebih dari seorang) pekerja. Hal utama yang ditunjukkan dalam peta proses
kelompok kerja adalah ketergantungan proses antara pekerja yang satu dengan
pekerja yang lain sehingga menimbulkan delay (menunggu) yang harus
diminimumkan.
Berikut ini adalah kegunaan peta kelompok kerja:
 Mengurangi ongkos produksi atau proses.
 Mempercepat waktu penyelesaian produksi atau proses.
4. Diagram Aliran
Menurut Akhimelita (2013), diagram aliran yaitu diagram yang
merupakan gabungan antara peta aliran proses atau peta proses kelompok kerja
dengan dena atau layout dari lokasi di mana ativitas-aktivitas tersebut
dilaksanakan.
Berikut ini adalah kegunaan diagram aliran:
 Di samping untuk lebih memperjelas peta aliran proses atau peta proses
kelompok kerja tentang dimana masing-masing aktivitas terjadi, diagram
aliran juga berguna dalam memperbaiki tata letak (layout) tempat kerja.
2.5.2 Peta Kerja Setempat
1. Peta Pekerja dan Mesin
Menurut Akhimelita (2013), peta pekerja dan mesin merupakan suatau
grafik yang menggambarkan koordinasi antara waktu bekerja dan waktu
menganggur dari kombinasi antara pekerja dan mesin.
Berikut ini adalah kegunaan peta pekerja dan mesin:
 Merubah tata letak tempat kerja.
 Mengatur kembali gerakan-gerakan kerja,dan sebagainya.

7
2. Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Menurut Akhimelita (2013), untuk mendapatkan gerakan-gerakan yang
lebih terperinci, agar dapat menyempurnakan cara kerja disetiap stasiun kerja
terutama dengan mengurangi gerakan yang tidak perlu dan untuk mengatur
kembali gerakan sehingga diperoleh urutan kerja yang baik, dapat digunakan peta
tangan kiri dan kanan. Peta ini menggambarkan semua gerakan-gerakan saat
bekerja dan saat menganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan.
Berikut ini adalah kegunaan peta tangan kiri dan tangan kanan:
 Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan.
 Menghilangkan gerakan yang tidak perlu untuk menghemat waktu.
 Untuk menganalisa tata letak stasiun kerja.
 Melatih operator baru dengan cara ideal.
2.6 Pengukuran Waktu Kerja
Menurut Suhadri (2008), pengukuran kerja adalah suatu aktivitas untuk
menentukan lamanya sebuah pekerjaan bisa diselesaikan. Pengukuran kerja
berkaitan dengan penentuan waktu standar. Waktu standar adalah waktu yang
diperlukan oleh seorang pekerja terlatih untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu,
bekerja pada tingkat kecepatan yang berlanjut, serta menggunakan metode, mesin
dan peralatan, material, dan pengaturan tempat kerja tertentu.
2.6.1 Uji Kecukupan Data
Menurut Sofyan, dkk (2018), untuk memastikan bahwa data yang telah di
kumpulkan telah cukup secara obyektif. Pengujian kecukupan data dilakukan
dengan berpedoman pada konsep statistik, yaitu derajat ketelitian dan tingkat
keyakinan/kepercayaan. Dengan ketelitian dan tingkat kenyakinan adalah
mencerminkan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah
memutuskan tidak akan melakukan pengukuran dan jumlah yang banyak
(populasi). Tingkat ketelitian (s) menunjukkan penyimpangan maksimum hasil
pengukuran dari waktu penyelesaian sebennarnya. Tingkat kenyakinan atau
tingkat kepercayaan (k) menunjukan besarnya kenyakinan pengukur akan
ketelitian data waktu yang telah dikumpulkan. Berikut rumus untuk uji kecukupan
data:

N’=

8
2
Sumber: Sofyan (2015)
Keterangan:
N = Jumlah data pengamatan.
N’ = Jumlah minimum data yang harus ada.
Jika N > N’, maka data cukup
k = Tingkat keyakinan, jika k = 99% =3, jika k = 95% = 2.
s = Derajat ketelitian.
2.6.2 Keseragaman Data
Menurut Tannady (2015), dalam melakukan penelitian, data yang
diamati harus bersifat seragam, di mana tidak terdapat data yang melampaui batas
– batas kontrol (Control Limit). Sehingga, jika data penelitian berada diluar
jangkauan atau melampau batas – batas kontrol, maka data tersebut harus
dihilangkan. Jika sudah ada data yang dihilangkan, kemudian buat kembali
batas kontrolnya, Sampai uji keseragaman data sampai tidak ada data yang
melebihi batas kontrol. Berikut rumus mencari batas – batas kontrol:

BKA=
∑ ( xi− x́ ) 2
x́ +k
√ n−1
BKB=
Sumber: Tannady (2015)
Keterangan:
BKA = Batas Kontrol Atas.
BKB = Batas Kontrol Bawah.
x = Data yang diolah.
x́ = Rata – Rata data.
k = Tingkat Keyakinan.
N = Jumlah Data Pengamatan.
a. Mean (rata-rata)
Berikut rumus mencari rata-rata:
Σx
X́ =
n
Sumber: Tannady (2015)
b. Standart deviasi

9
Berikut rumus mencari standart deviasi:

σ =

2
Sumber:∑ ( xi−x́ )(2015)
Keterangan: √Tannady
n

N = Jumlah pengamatan atau banyaknya sub grup.


Xi = Data 1,2,3...i.
c. Peta kontrol
Berikut adalah rumus dari batas kontrol atas dan batas kontrol bawah:

BKA = x́ + ( k . σ )

BKB = x́−( k . σ )
Sumber: Tannady (2015)
Keterangan:
BKA : Batas kontrol atas.
x́ : Rata – Rata data.
BKB : Batas kontrol bawah.
d. Menghitug Waktu baku
1. Ws (Waktu siklus)
Waktu siklus adalah waktu antara penyelesaian dari dua pertemuan
berturut-turut atau bisa juga disebut hasil pengamatan secara langsung yang
tertera dalam stopwatch. Waktu untuk melaksanakan elemen-elemen kerja pada
umumnya sedikit berbeda dengan siklus ke siklus kerja sekalipun operator bekerja
dengan kecepatan normal dan uniform, karena tiap pekerjaan tidak akan bisa sama
waktu pengerjaannya. Perbedaan nilai waktu itu biasa terjadi karena disebabkan
oleh beberapa hal, seperti penetapan mulai atau berakhir pengukuran waktu suatu
pekerjaan. Sehingga perlu d ihitung dengan rumus:

Σx
Ws =
n
Sumber: Tannady (2015)
Keterangan:
Xi = Data 1,2,3...i.

10
N = Jumlah pengamatan yang dilakukan
2. Wn (Waktu normal)
Waktu normal merupakan waktu kerja yang telah mempertimbangkan
faktor penyesuaian, yaitu waktu siklus rata-rata dikalikan dengan faktor
prnyesuaian.Didalam praktek pengukuran kerja maka metoda penerapan
rating performance kerja operator adalah didasarkan pada satu faktor tunggal
yaitu operator speed, space atau tempo. Sistem ini dikenal sebagai
“performance rating/speed rating)”. Rating factor ini umumnya dinyatakan
dalam persentase (%) atau angka desimal, dimana performance kerja normal akan
sama dengan 100% atau 1,00. Rating factor pada umumnya diaplikasikan untuk
menormalkan waktu kerja yangdiperoleh dari pengukuran kerja akibat tempo
atau kecepatan kerja operator yang berubah-ubah. Untuk itu maka waktu
normal dapat diperoleh dari rumus berikut:
Wn = Wsp x p
Wn=Ws×
Sumber: Tannady (2015)
Keterangan:
P = faktor penyesuaian
3. Wb (Waktu baku)
Waktu standar adalah waktu yang sebenarnya digunakan operator untuk
memproduksi satu unit dari data jenis produk. Waktu standar untuk setiap part
harus dinyatakan termasuk toleransi untuk beristirahat untuk mengatasi kelelahan
atau untuk faktor-faktor yang tidak dapat dihindarkan. Namun jangka waktu
penggunaannya waktu standar ada batasnya. Dengan demikian waktu baku
tersebut dapat diperoleh dengan rumus berikut:
Wb = Wn x
100 %
100 %−%allowance
Sumber: Tannady (2015)
Keterangan:
Allowance: kelonggaran
4. Os (Output standart)
Berikut rumus output standart:

1
Os =
Wb

11
Sumber: Tannady (2015)
2.7 Performance Rating
Menurut Yonathan, dkk (2019), rating factor/perfomance rating adalah
didasarkan pada satu faktor tunggal yaitu menggunakan metode westinghouse di
mana akan mengarahkan pada penilaian pada 4 faktor yang dianggap
menentukan kewajaran atau ketidakwajaran dalam bekerja yaitu keterampilan,
usaha, kondisi kerja dan konsistensi. performance rating dapat dihitung
menggunakan tabel westinghouse rating system.
Tabel 2.1 Performance Rating Menurut Schumard.
Kelas Nilai Kelas Nilai
Supefast 100 Good - 65
Fast + 95 Normal 60
Fast 90 Fair + 55
Fast - 85 Fair 50
Excellent 80 Fair - 45
Good + 75
Poor 40
Good 70

Tabel 2.2 Performance Rating Menurut Westinghouse.


SKILL EFFORT
+0,15 A1 +0,13 A1
Super skill Super skill
+0,13 A2 +0,12 A2
+0,11 B1 +0,10 B1
Excellent Excellent
+0,08 B2 +0,08 B2
+0,06 C1 +0,05 C1
Good Good
+0,03 C2 +0,02 C2
0 D Average 0 D Average
-0,05 E1 -0,04 E1
Fair Fair
-0,10 E2 -0,08 E2
-0,16 F1 Poor -0,12 F1 Poor
-0,22 F2 -0,17 F2
CONDITION CONSISTENCY
+0,06 A Ideal +0,04 A Ideal
+0,04 B Excellent +0,03 B Excellent
+0,02 C Good +0,01 C Good
0 D Average 0 D Average
-0,03 E Fair -0,02 E Fair
-0,07 F Poor -0,01 F Poor

2.8 Allowance

12
Menurut Yonathan, dkk (2019), allowance atau kelonggaran yang dibutuhkan
dan akan mengintrupsi proses produksi ini bisa diklasifikasikan menjadi
personal allowance, fatique allowance, dan delay allowance. Waktu baku yang
akan ditetapkan harus mencakup semua elemen-elemen kerja dan ditambah
dengan kelonggaran-kelonggaran (allowance) yang perlu. Dengan demikian
maka waktu baku adalah sama dengan waktu normal kerja ditambah dengan
waktu longgar.
1. Personal allowance, merupakan waktu yang dipertimbangkan untuk pekerja
mengurus kebutuhan individu, seperti pergi menuju kamar kecil dan minum.
2. Fatique allowance, rasa fatique diberikan untuk menyembukan diri dari
kelelahan yang disebabkan pekerjaan, dengan tercerminnya antara lain dari
menurunnya hasil produksi baik dari segi jumlah maupun kualitas.
3. Delay allowance, dalarn melaksanakan pekerjaannya, pekerja tidak akan
lepas dari berbagai "hambatan". Ada hambatan yang dapat dihindarkan
seperti mengobrol yang berlebihan dan menganggur dengan sengaja ada
pula harnbatan yang tidak dapat dihindarkan karena berada diluar kekuasaan
pekerja untuk mengendalikannya.

BAB 3

13
PENGUMPULAN DATA

Pada bab pengumpulan data ini akan menyajikan langkah kerja dan data
pengamatan pada praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi modul
perancangan sistem kerja.
3.1 Data Pengamatan
Berikut ini adalah data pengamatan pada praktikum perancangan sistem
kerja dan ergonomi modul perancangan sistem kerja.
Tabel 3.1 Data Pengamatan
Waktu (Menit)
Pengukuran Pemotongan Penghalusan Perakitan
Pengamatan Papan Papan Papan
Rangka Rangka Rangka
Kayu Kayu Kayu
1 0,05 0,09 0,48 0,26 0.86 0,27 2,23
2 0,04 0,1 0,38 0,04 0,71 0,28 1,53
3 0,03 0,06 0,34 0,05 0,59 0,25 1,4
Jumlah 0,12 0,25 1,2 0,35 2,16 0,8 5,16

Keterangan:
Confident level : 95% k = 2
Degre of Accuracy : 5% = 0,05

Allowance : 9,6% , meliputi BAB, BAK, Sholat, menghilangkan rasa


lelah atau fatique, berikut adalah perhitungannya :
3 menit
BAB = × 100% = 3%
100 menit
2 menit
BAK = × 100% = 2%
100 menit
3 menit
Sholat = × 100% = 3%
100 menit
1,6 menit
Menghilangkan rasa lelah ¿ × 100% = 1,6%
100menit
Jadi total keseluruhan dari allowance adalah 3% + 2% + 3% + 1,6% = 9,6%
70
Performance rating : = 1,17
60
- 70 nilai yang diberikan operator yang diteliti dalam metode schumard.

14
- 60 diambil dari nilai normal yang diberikan perusahaan dalam metode
schumard.
3.2 Langkah Kerja
Berikut ini adalah langkah kerja dari praktikum perancangan sistem kerja
dan ergonomi modul perancangan sistem kerja.
1. Menyiapkan semua alat yang akan digunakan.
2. Ambil kayu, lalu ukur sesuai keinginan dengan menggunakan meteran,
bersamaan dengan perhitungan stopwatch digital, setelah selesai
pengukurannya maka berikan juga perhitungan waktunya.
3. Ulangi percobaan tersebut sebanyak tiga dan catat hasil pengamatannya
pada kolom pengukuran.
4. Kayu yang sudah diukur lalu dipotong sesuai ukuran dengan gergaji,
bersamaan dengan perhitungan stopwatch digital, setelah selesai
pengukurannya maka berikan juga perhitungan waktunya.
5. Ulangi percobaan tersebut sebanyak tiga dan catat hasil pengamatannya
pada kolom pemotongan.
6. Kayu yang sudah dipotong lalu dihaluskan dengan amplas, bersamaan
dengan perhitungan stopwatch digital, setelah selesai pengukurannya
maka berikan juga perhitungan waktunya.
7. Ulangi percobaan tersebut sebanyak tiga dan catat hasil pengamatannya
pada kolom penghalusan.
8. Terakhir proses perakitan, tempatkan bagian-bagian kerangka kursi
dengan tepat lalu dirangkai dengan siku dan dirapatkan dengan sekrup,
bersamaan dengan perhitungan stopwatch digital, setelah selesai
pengukurannya maka berikan juga perhitungan waktunya.
9. Ulangi percobaan tersebut sebanyak tiga dan catat hasil pengamatannya
pada kolom perakitan.

BAB 4

15
PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini, akan membahas tentang kecukupan data, standar deviasi, uji
keseragaman data, waktu siklus, waktu normal, waktu baku, dan output standar
pada praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi modul perancangan
sistem kerja.
4.1 Pengolahan Data
Berikut ini adalah pengelolahan data yang membahas tentang proses
pengukuran, proses pemotongan, proses penghalusan, dan proses perakitan.
4.1.1 Proses Pengukuran
Berikut ini adalah data pengamatan proses pengukuran eerangka dan
papan kayu. Terlihat pada tabel 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Pada Proses Pengukuran Rangka.
Pengamata Waktu (Menit)
Pengukuran
n Rangka
1 0,05
2 0,04
3 0,03
Jumlah 0,12

∑x = 0,12 menit.

(∑ x ) 2 = 0,014 menit.

∑ x2 = 0,005 menit.
x́ = 0,04 menit
k =2
s = 0,05
70
Performance rating = = 1,17
60

1. Uji Kecukupan Data

16
Berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data pada proses pengukuran
rangka.
k
n . ( ∑ x 2 )−( ∑ x ) 2

N’ = s
( ∑x ) 2

2
√ 3 . ( 0,05 2+ 0,042 +0,032 ) −( 0,12 ) 2
N’
(
= 0,05
0,12 ) 2

N’ =( 40 √ 3 .( 0,0025+ 0,0016+0,0009
0,12
)− ( 0,0144 )
) 2

40 √ 3 . ( 0,005 )−( 0,0144 )


N’ =( ) 2
0,12

N’ =( 40 √ 0,015−0,0144
0,12 ) 2

40 √ 0,0006
N’ =( ) 2
0,12
40 . 0,0245
=(
0,12 )
2
N’

0,98
=(
0,12 )
2
N’

N’ = ( 8,166 ) 2
N’ = 66,67
N’ > n maka data tidak cukup.
2. Standart Deviasi
Berikut ini adalah perhitungan standart deviasi pada proses pengukuran
rangka.

∑ ( xi−x́ ) 2
σ =
√ n−1
2 2 2
= ( 0,05−0,04 ) + ( 0,04−0,04 ) + ( 0,03−0,04 )
σ
√ 2 2
2
2
= ( 0,01 ) + ( 0 ) + (−0,01 )
σ
√ 2
0,0001+ 0+0,0001
σ =
√ 2

17
0,0002
σ =
√ 2
σ = √ 0,0001
σ = 0,01
3. BKA dan BKB
Berikut ini adalah BKA dan BKB pada proses pengukuran rangka.
 BKA (Batas Kontrol Atas)
BKA = x́ + ( k . σ )
BKA = 0,04+ ( 2. 0,01 )
BKA = 0,04+ 0,02
BKA = 0,06
 BKB (Batas Kontrol Bawah)
BKB = x́−( k . σ )
BKB = 0,04−( 2 . 0,01 )
BKB = 0,04−0,02
BKB = 0,02
BKA = 0,06
x́ = 0,04
BKB = 0,02
4. Waktu Siklus
Berikut ini adalah perhitungan waktu siklus pada proses pengukuran
rangka.

Ws =
∑x
n
0,12
Ws =
3
Ws = 0,04 menit
5. Waktu Normal
Berikut ini adalah perhitungan waktu normal pada proses pengukuran
rangka.
Wn = Ws x PR
Wn = 0,04 x 1,17
Wn = 0,046 menit

18
6. Waktu Baku
Berikut ini adalah perhitungan waktu baku pada proses pengukuran
rangka.
100 %
Wb = Wn x
100 %− Allowance
100 %
Wb = 0,046 x
100 %−9,6 %
100 %
Wb = 0,046 x
90,4 %
Wb = 0,05 menit
Wb = 0,0008 jam
7. Output Standart
Berikut ini adalah perhitungan output standart pada proses pengukuran
rangka.
1
Os =
Wb
1
Os =
0,0008
Os = 1250 unit/jam
Tabel 4.2 Data Hasil Pengamatan Pada Proses Pengukuran Papan Kayu.
Pengamata Waktu (Menit)
Pengukuran
n Papan Kayu
1 0,09
2 0,1
3 0,06
Jumlah 0,25

∑x = 0,25 menit

(∑ x ) 2 = 0,063 menit

∑ x2 = 0,022 menit
x́ = 0,08 menit
k =2
s = 0,05
70
Performance rating = = 1,17
60
1. Uji Kecukupan Data

19
Berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data pada proses pengukuran
papan kayu.
k
n . ( ∑ x 2 )−( ∑ x ) 2

N’ = s
( ∑x ) 2

2
√ 3 . ( 0,09 2+ 0,12+ 0,062 )−( 0,25 ) 2
N’
(
= 0,05
0,25 ) 2

N’ =( 40 √ 3 .( 0,0081+ 0,01+0,25
0,0036 )−( 0,062 )
) 2

40 √ 3 . ( 0,022 ) −( 0,063 )
N’ =( ) 2
0,25

N’ =( 40 √ 0,066−0,063
0,25 ) 2

40 √ 0,003
=(
0,25 )
2
N’

40 . 0,055
=(
0,25 )
2
N’

2,2
=(
0,25 )
2
N’

N’ = ( 8,8 ) 2
N’ = 77,44
N’ > n maka data tidak cukup.
2. Standart Deviasi
Berikut ini adalah perhitungan standart deviasi pada proses pengukuran
papan kayu.

∑ ( xi−x́ ) 2
σ =
√ n−1
2 2 2
= ( 0,09−0,08 ) + ( 0,1−0,08 ) + ( 0,06−0,08 )
σ
√ 2 2
2
2
= ( 0,01 ) + ( 0,02 ) + (−0,02 )
σ
√ 2
0,0001+ 0,0004+0,0004
σ =
√ 2

20
0,0009
σ =
√ 2
σ = √ 0,00045
σ = 0,021
3. BKA dan BKB
Berikut ini adalah BKA dan BKB pada proses pengukuran papan kayu.
 BKA (Batas Kontrol Atas)
BKA = x́ + ( k . σ )
BKA = 0,08+ ( 2 . 0,021 )
BKA = 0,08+0,042
BKA = 0,122
 BKB (Batas Kontrol Bawah)
BKB = x́−( k . σ )
BKB = 0,08−( 2. 0,021 )
BKB = 0,08−0,042
BKB = 0,038
BKA = 0,122
x́ = 0,08
BKB = 0,038
4. Waktu Siklus
Berikut ini adalah perhitungan waktu siklus pada proses pengukuran papan
kayu.

Ws =
∑x
n
0,25
Ws =
3
Ws = 0,08 menit
5. Waktu Normal
Berikut ini adalah perhitungan waktu normal pada proses pengukuran
papan kayu.
Wn = Ws x PR
Wn = 0,08 x 1,17
Wn = 0,094 menit

21
6. Waktu Baku
Berikut ini adalah perhitungan waktu baku pada proses pengukuran papan
kayu.
100 %
Wb = Wn x
100 %− Allowance
100 %
Wb = 0,09 x
100 %−9,6 %
100 %
Wb = 0,09 x
90,4 %
Wb = 0,104 menit
Wb = 0,0017 jam

7. Output Standart
Berikut ini adalah perhitungan output standart pada proses pengukuran
papan kayu.
1
Os =
Wb
1
Os =
0,0017
Os = 588,24 unit/jam
4.1.2 Proses Pemotongan
Berikut ini adalah data pengamatan proses pemotongan rangka dan papan
kayu. Terlihat pada tabel 4.3 dan 4.4.
Tabel 4.3 Data Hasil Pengamatan Pada Proses Pemotongan Rangka.
Pengamata Waktu (Menit)
Pemotongan
n Rangka
1 0,48
2 0,38
3 0,34
Jumlah 1,2

∑x = 1,2 menit.

(∑ x ) 2 = 1,44 menit.

∑ x2 = 0,49 menit.
x́ = 0,4 menit.

22
k = 2.
s = 0,05.
70
Performance rating = = 1,17
60
1. Uji Kecukupan Data
Berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data pada proses
pemotongan rangka.
k
n . ( ∑ x 2 )−( ∑ x ) 2

N’ = s
( ∑x ) 2

2
√ 3 . ( 0,48 2+ 0,382+ 0,342 ) −( 1,2 ) 2
N’
(
= 0,05
1,2 ) 2

N’ =( 40 √ 3 .( 0,2304 +0,1444+
1,2
0,0011 )−( 1,44 )
) 2

40 √ 3 . ( 0,49 )−( 1,44 )


N’ =( ) 2
1,2

N’ =( 40 √ 1,47−1,44
1,2 ) 2

40 √ 0,03
=(
1,2 )
2
N’

40 . 0,17
=(
1,2 )
2
N’

6,8
=(
1,2 )
2
N’

N’ = ( 5,66 ) 2
N’ = 32,03
N’ > n maka data tidak cukup.
2. Standart Deviasi
Berikut ini adalah perhitungan standart deviasi pada proses pemotongan
rangka.

∑ ( xi−x́ ) 2
σ =
√ n−1

23
2 2 2
= ( 0,48−0,4 ) + ( 0,38−0,4 ) + ( 0,34−0,4 )
σ
√ 2 2
2
2
= ( 0,08 ) + (−0,02 ) + (−0,06 )
σ
√ 2
0,0064+0,0004+ 0,0036
σ =
√ 2
0,01
σ =
√ 2
σ = √ 0,005
σ = 0,07
3. BKA dan BKB
Berikut ini adalah BKA dan BKB pada proses pemotongan rangka.
 BKA (Batas Kontrol Atas)
BKA = x́ + ( k . σ )
BKA = 0,4 + ( 2. 0,07 )
BKA = 0,4 +0,14
BKA = 0,54
 BKB (Batas Kontrol)
BKB = x́−( k . σ )
BKB = 0,4−( 2 . 0,07 )
BKB = 0,4−0,14
BKB = 0,26
BKA = 0,54
x́ = 0,4
BKB = 0,26
4. Waktu Siklus
Berikut ini adalah perhitungan waktu siklus pada proses pemotongan
rangka.

Ws =
∑x
n
1,2
Ws =
3
Ws = 0,4 menit

24
5. Waktu Normal
Berikut ini adalah perhitungan waktu normal pada proses pemotongan
rangka.
Wn = Ws x PR
Wn = 0,4 x 1,17
Wn = 0,46 menit
6. Waktu Baku
Berikut ini adalah perhitungan waktu baku pada proses pemotongan
rangka.
100 %
Wb = Wn x
100 %− Allowance
100 %
Wb = 0,46 x
100 %−9,6 %
100 %
Wb = 0,46 x
90,4 %
Wb = 0,5 menit
Wb = 0,008 jam

7. Output Standart
Berikut ini adalah perhitungan output standart pada proses pemotongan
rangka.
1
Os =
Wb
1
Os =
0,008
Os = 125 unit/jam
Tabel 4.4 Data Hasil Pengamatan Pada Proses Pemotongan Papan Kayu.
Pengamata Waktu (Menit)
Pemotongan
n Papan Kayu
1 0,26
2 0,04
3 0,05
Jumlah 0,35

∑x = 0,35 menit.

25
(∑ x ) 2 = 0,12 menit.

∑ x2 = 0,07 menit.
x́ = 0,12 menit.
k = 2.
s = 0,05.
70
Performance rating = = 1,17
60
1. Uji Kecukupan Data
Berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data pada proses
pemotongan papan kayu.
k
n . ( ∑ x 2 )−( ∑ x ) 2

N’ = s
( ∑x ) 2

2
√ 3 . ( 0,26 2+ 0,042 +0,052 ) −( 0,35 ) 2
N’
(
= 0,05
0,35 )
2

N’ =( 40 √ 3 .( 0,0676+ 0,0016+0,0025
0,35
) −( 0,12 )
) 2

40 √ 3 . ( 0,07 )−( 0,12 )


N’ =( ) 2
0,35

N’ =( 40 √ 0,21−0,12
0,35 ) 2

40 √ 0,09
=(
0,35 )
2
N’

40 . 0,3
=(
0,35 )
2
N’

12
=(
0,35 )
2
N’

N’ = ( 34,28 ) 2
N’ = 1.175,11
N’ > n maka data tidak cukup.
2. Standart Deviasi

26
Berikut ini adalah perhitungan standart deviasi pada proses pemotongan
papan kayu.

∑ ( xi−x́ ) 2
σ =
√ n−1
2 2 2
= ( 0,26−0,12 ) + ( 0,04−0,12 ) + ( 0,05−0,12 )
σ
√ 2 2
2
2
= ( 0,14 ) + (−0,08 ) + (−0,07 )
σ
√ 2
0,0196+0,0064+0,0049
σ =
√ 2
0,0309
σ =
√ 2
σ = √ 0,01545
σ = 0,12
3. BKA dan BKB
Berikut ini adalah BKA dan BKB pada proses pemotongan papan kayu.
 BKA (Batas Kontrol Atas)
BKA = x́ + ( k . σ )
BKA = 0,12+ ( 2 . 0,12 )
BKA = 0,12+0,24
BKA = 0,36
 BKB (Batas Kontrol Bawah)
BKB = x́−( k . σ )
BKB = 0,12− ( 2. 0,12 )
BKB = 0,12−0,24
BKB = -0,12
BKA = 0,36
x́ = 0,12
BKB = -0,12
4. Waktu Siklus
Berikut ini adalah perhitungan waktu siklus pada proses pemotongan
papan kayu.

27
Ws =
∑x
n
0,35
Ws =
3
Ws = 0,12 menit
5. Waktu Normal
Berikut ini adalah perhitungan waktu normal pada proses pemotongan
papan kayu.
Wn = Ws x PR
Wn = 0,12 x 1,17
Wn = 0,14 menit
6. Waktu Baku
Berikut ini adalah perhitungan waktu baku pada proses pemotongan papan
kayu.
100 %
Wb = Wn x
100 %− Allowance
100 %
Wb = 0,14 x
100 %−9,6 %
100 %
Wb = 0,14 x
90,4 %
Wb = 0,155 menit
Wb = 0,0026 jam
7. Output Standart
Berikut ini adalah perhitungan output standart pada proses pemotongan
papan kayu.
1
Os =
Wb
1
Os =
0,0026
Os = 384,62 unit/jam
4.1.3 Proses Penghalusan
Berikut ini adalah data pengamatan proses penghalusan rangka dan papan
kayu. Terlihat pada tabel 4.5 dan 4.6.
Tabel 4.5 Data Hasil Pengamatan Pada Proses Penghalusan Rangka.
Pengamata Waktu (Menit)

28
Penghalusan
n
Rangka
1 0.86
2 0,71
3 0,59
Jumlah 2,16

∑x = 2,16 menit.

(∑ x ) 2 = 4,66 menit.

∑ x2 = 1,59 menit.
x́ = 0,72 menit.
k =2
s = 0,05
70
Performance rating = = 1,17
60
1. Uji Kecukupan Data
Berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data pada proses
penghalusan rangka.
k
n . ( ∑ x 2 )−( ∑ x ) 2

N’ = s
( ∑x ) 2

2
√ 3 . ( 0,86 2+ 0,712+ 0,592 )−( 2,16 ) 2
N’
(
= 0,05
2,16 ) 2

N’ =( 40 √ 3 .( 0,7396+ 0,5041+0,3481
2,16
)−( 4,66 )
) 2

40 √ 3 . ( 1,59 ) −( 4,66 )
N’ =( 2
)
2,16

N’ =( 40 √ 4,77−4,66
2,16 ) 2

40 √ 0,11
=(
2,16 )
2
N’

40 . 0,33
=(
2,16 )
2
N’

29
N’ = ( 13,2
2,16 )
2

N’ = ( 6,11 )2
N’ = 37,33
N’ > n maka data tidak cukup.
2. Standart Deviasi
Berikut ini adalah perhitungan standart deviasi pada proses penghalusan
rangka.

∑ ( xi−x́ ) 2
σ =
√ n−1
2 2 2
= ( 0,86−0,72 ) + ( 0,71−0,72 ) + ( 0,59−0,72 )
σ
√ 2 2
2
2
= ( 0,14 ) + (−0,01 ) + (−0,13 )
σ
√ 2
0,0196+0,0001+0,0169
σ =
√ 2
0,0366
σ =
√ 2
σ = √ 0,0183
σ = 0,13
3. BKA dan BKB
Berikut ini adalah BKA dan BKB pada proses penghalusan rangka.
 BKA (Batas Kontrol Atas)
BKA = x́ + ( k . σ )
BKA = 0,72+ ( 2 . 0,13 )
BKA = 0,72+0,26
BKA = 0,98
 BKB (Batas Kontrol Bawah)
BKB = x́−( k . σ )
BKB = 0,72− ( 2. 0,13 )
BKB = 0,72−0,26
BKB = 0,46
BKA = 0,98

30
x́ = 0,72
BKB = 0,46
4. Waktu Siklus
Berikut ini adalah perhitungan waktu siklus pada proses penghalusan
rangka.

Ws =
∑x
n
2,16
Ws =
3
Ws = 0,72 menit
5. Waktu Normal
Berikut ini adalah perhitungan waktu normal pada proses penghalusan
rangka.
Wn = Ws x PR
Wn = 0,72 x 1,17
Wn = 0,84 menit
6. Waktu Baku
Berikut ini adalah perhitungan waktu baku pada proses penghalusan
rangka.
100 %
Wb = Wn x
100 %− Allowance
100 %
Wb = 0,84 x
100 %−9,6 %
100 %
Wb = 0,84 x
90,4 %
Wb = 0,92 menit
Wb = 0,015 jam
7. Output Standart
Berikut ini adalah perhitungan output standart pada proses penghalusan
rangka.
1
Os =
Wb
1
Os =
0,015

31
Os = 66,66 unit/jam

Tabel 4.6 Data Hasil Pengamatan Pada Proses Penghalusan Papan Kayu.
Pengamata Waktu (Menit)
Penghalusan
n Papan Kayu
1 0,27
2 0,28
3 0,25
Jumlah 0,8

∑x = 0,8 menit.

(∑ x ) 2 = 0,64 menit.

∑ x2 = 0,2138 menit.
x́ = 0,26 menit.
k =2
s = 0,05.
70
Performance rating = = 1,17
60
1. Uji Kecukupan Data
Berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data pada proses
penghalusan papan kayu.
k
n . ( ∑ x 2 )−( ∑ x ) 2

N’ = s
( ∑x ) 2

2
√ 3 . ( 0,27 2+ 0,282 +0,252 )− ( 0,8 ) 2
N’
(
= 0,05
0,8 ) 2

N’ =( 40 √ 3 .( 0,0729+ 0,0784+0,0625
0,8
) −( 064 )
) 2

40 √ 3 . ( 0,2138 )−( 0,64 )


N’ =( ) 2
0,8

N’ = ( 40 √ 0,6414−0,64
0,8 ) 2

32
N’ =( 40 √0,80,0014 ) 2

40 . 0,0374
N’ =( ) 2
0,8
1,496
=(
0,8 )
2
N’

N’ = ( 1,87 ) 2
N’ = 3,5
N’ > n maka data tidak cukup.
2. Standart Deviasi
Berikut ini adalah perhitungan standart deviasi pada proses penghalusan
papan kayu.

∑ ( xi−x́ ) 2
σ =
√ n−1
2 2 2
= ( 0,27−0,26 ) + ( 0,28−0,26 ) + ( 0,25−0,26 )
σ
√ 2 2
2
2
= ( 0,01 ) + ( 0,02 ) + ( 0,01 )
σ
√ 2
0,0001+ 0,0004+0,0001
σ =
√ 2
0,0006
σ =
√ 2
σ = √ 0,0003
σ = 0,017
3. BKA dan BKB
Berikut ini adalah BKA dan BKB pada proses penghalusan papan kayu.
 BKA (Batas Kontrol Atas)
BKA = x́ + ( k . σ )
BKA = 0,26+ (2 . 0,017 )
BKA = 0,26+ 0,034
BKA = 0,29
 BKB (Batas Kontrol Bawah)
BKB = x́−( k . σ )

33
BKB = 0,26−( 2 .0,017 )
BKB = 0,26−0,034
BKB = 0,22
BKA = 0,29
x́ = 0,26
BKB = 0,22

4. Waktu Siklus
Berikut ini adalah perhitungan waktu siklus pada proses penghalusan
papan kayu.

Ws =
∑x
n
0,8
Ws =
3
Ws = 0,26 menit
5. Waktu Normal
Berikut ini adalah perhitungan waktu normal pada proses penghalusan
papan kayu.
Wn = Ws x PR
Wn = 0,26 x 1,17
Wn = 0,3 menit
6. Waktu Baku
Berikut ini adalah perhitungan waktu baku pada proses penghalusan papan
kayu.
100 %
Wb = Wn x
100 %− Allowance
100 %
Wb = 0,3 x
100 %−9,6 %
100 %
Wb = 0,3 x
90,4 %
Wb = 0,33 menit
Wb = 0,0055 jam
7. Output Standart

34
Berikut ini adalah perhitungan output standart pada proses penghalusan
papan kayu.
1
Os =
Wb
1
Os =
0,0055
Os = 181,81 unit/jam

4.1.4 Proses Perakitan


Berikut ini adalah data pengamatan proses perakitan rangka dan papan
kayu.
Tabel 4.7 Data Hasil Pengamatan Pada Proses Perakitan Rangka Dan Papan
Kayu.
Pengamata Waktu (Menit)
n Perakitan
1 2,23
2 1,53
3 1,4
Jumlah 5,16

∑x = 5,16 menit

(∑ x ) 2 = 26,62 menit

∑ x2 = 9,27 menit
x́ = 1,72 menit
k =2
s = 0,05
70
Performance rating = = 1,17
60
1. Uji Kecukupan Data
Berikut adalah perhitungan uji kecukupan data pada proses perakitan
rangka dan papan kayu.

35
k
n . ( ∑ x 2 )−( ∑ x ) 2

N’ = s
( ∑x ) 2

2
√ 3 . ( 2,23 2+1,532 +1,4 2 )−( 5,16 ) 2
N’
(
= 0,05
5,16 ) 2

N’ =( 40 √ 3 .( 4,9729+2,3409+1,96
5,16
) −( 26,62 )
) 2

40 √ 3 . ( 9,27 )−( 26,62 )


N’ =( 2
)
5,16

N’ =( 40 √ 27,81−26,62
5,16 ) 2

40 √ 1,19
=(
5,16 )
2
N’

40 . 1,09
=(
5,16 )
2
N’

43,6
=(
5,16 )
2
N’

N’ = ( 8,44 )2
N’ = 71,23
N’ > n maka data tidak cukup.
2. Standart Deviasi
Berikut ini adalah perhitungan standart deviasi pada proses perakitan
rangka dan papan kayu.

∑ ( xi−x́ ) 2
σ =
√ n−1
2 2 2
= ( 2,23−1,72 ) + ( 1,53−1,72 ) + ( 1,4−1,72 )
σ
√ 2 2
2
2
= ( 0,51 ) + (−0,19 ) + (−0,32 )
σ
√ 2
0,2601+ 0,0361+ 0,1024
σ =
√ 2
0,3986
σ =
√ 2

36
σ = √ 0,1993
σ = 0,44
3. BKA dan BKB
Berikut adalah BKA dan BKB pada proses perakitan rangka dan papan
kayu.
 BKA (Batas Kontrol Atas)
BKA = x́ + ( k . σ )
BKA = 1,72+ ( 2 .0,44 )
BKA = 1,72+¿0,88
BKA = 2,6
 BKB (Batas Kontrol Bawah)
BKB = x́−( k . σ )
BKB = 1,72−( 2 . 0,44 )
BKB = 1,72−0,88
BKB = 0,84

BKA = 2,6
x́ = 1,72
BKB = 0,84
4. Waktu Siklus
Berikut adalah perhitungan waktu siklus pada proses perakitan rangka dan
papan kayu.

Ws =
∑x
n
5,16
Ws =
3
Ws = 1,72 menit
5. Waktu Normal
Berikut adalah perhitungan waktu normal pada proses perakitan rangka
dan papan kayu.
Wn = Ws x PR
Wn = 1,72 x 1,17

37
Wn = 2,01 menit
6. Waktu Baku
Berikut adalah perhitungan waktu baku pada proses perakitan rangka dan
papan kayu.
100 %
Wb = Wn x
100 %− Allowance
100 %
Wb = 2,01 x
100 %−9,6 %
100 %
Wb = 2,01 x
90,4 %
Wb = 2,22 menit
Wb = 0,037
7. Output Standart
Berikut adalah perhitungan output standart pada proses perakitan rangka
dan papan kayu.
1
Os =
Wb
1
Os =
0,037
Os = 27,027 unit/jam

4.2 Analisa Data


Berikut ini adalah analisa data dari perhitungan pengukuran, pemotongan,
penghalusan, dan perakitan kursi TK.
Tabel 4.8 Analisa Data.
Nilai
Waktu Waktu Waktu
Hasil Pengukuran Pemotongan Penghalusan Waktu
Papan Papan Papan Perakitan
Rangka Rangka Rangka
kayu kayu kayu
1.175,1
N’ 66,67 77,44 31,36 37,33 3,5 71,23
1
σ 0,01 0,021 0,07 0,12 0,13 0,017 0,44
BKA 0,06 0,122 0,54 0,36 0,98 0,29 2,6
BKB 0,02 0,038 0,26 -0,12 0,46 0,22 0,84
Ws 0,04 0,08 0,4 0,12 0,72 0,26 1,72
Wn 0,046 0,094 0,46 0,14 0,84 0,3 2,01

38
Wb 0,0008 0,0017 0,008 0,0026 0,015 0,0055 0,037
Os 1250 588,24 125 384,62 66,66 181,81 27,027

Berikut ini adalah hasil analisis data dari tabel di atas:


1 Kecukupan data (N’) nilai yang terbesar terdapat pada waktu pemotongan
papan kayu sebesar 1.175,11 dan nilai terkecil terdapat pada waktu
penghalusan papan kayu sebesar 3,5.
2. Standart deviasi (σ) nilai yang terbesar terdapat pada waktu perakitan
sebesar 0,44 dan nilai terkecil terdapat pada waktu pengukuran rangka
sebesar 0,01.
3. Batas Kendali Atas (BKA) nilai yang terbesar terdapat pada waktu
perakitan sebesar 2,6 dan nilai terkecil terdapat pada waktu pengukuran
rangka sebesar 0,06.
4. Batas Kendali Bawah (BKB) nilai yang terbesar terdapat pada waktu
perakitan sebesar 0,84 dan nilai terkecil terdapat pada waktu pemotongan
papan kayu sebesar -0,12.
5. Waktu siklus (Ws) nilai yang terbesar terdapat pada waktu perakitan
sebesar 1,72 dan nilai terkecil terdapat pada waktu pengukuran rangka
sebesar 0,04.
6. Waktu normal (Wn) nilai yang terbesar terdapat pada waktu perakitan
sebesar 2,01 dan nilai terkecil terdapat pada waktu pengukuran rangka
sebesar 0,046.
7. Waktu baku (Wb) nilai yang terbesar terdapat pada waktu perakitan
sebesar 0,037 dan nilai terkecil terdapat pada waktu pengukuran rangka
sebesar 0,0008.
8. Output Standart (Os) nilai yang terbesar terdapat pada waktu pengukuran
rangka sebesar 1250 dan nilai terkecil terdapat pada waktu perakitan
sebesar 27,027.

39
4.3 Peta Proses Operasi
Berikut ini adalah hasil analisa kegiatan elemen kerja yang dirangkum
menjadi sebuah peta proses operasi.
Peta Proses Operasi
Komponen : Kursi TK Tanggal : 17 November 2019
Dipetakan Oleh : Kelompok 21 Diperiksa : Boy Isma Putra, ST.,
Departemen : Teknik Industri MM
Sandaran Dudukan Rangka

40
1-5 1-3 1-1 Inspeksi
Inspeksi
1’
1’

41
Analisa 1’ Inspeksi

Penyimpanan

Gambar 4.1 Peta Proses Operasi

42
a) Pengukuran rangka kayu
Uji kecukupan data = 66,67
Standar deviasi = 0,01
BKA dan BKB = 0,06 dan 0,02
Waktu siklus = 0,04 menit
Waktu normal = 0,046 menit
Waktu baku = 0,0008 menit
Output standart = 1250 unit/jam
b) Pengukuran papan kayu
Uji kecukupan data = 77,44
Standar deviasi = 0,021
BKA dan BKB = 0,122 dan 0,038
Waktu siklus = 0,08 menit
Waktu normal = 0,094 menit
Waktu baku = 0,0017 jam
Output standart = 588,24 unit/jam
c) Pemotongan rangka kayu
Uji kecukupan data = 31,36
Standar deviasi = 0,07
BKA dan BKB = 0,54 dan 0,26
Waktu siklus = 0,04 menit
Waktu normal = 0,46 menit
Waktu baku = 0,008 jam
Output standart = 125 unit/jam
d) Pemotongan papa kayu
Uji kecukupan data = 1.175,11
Standar deviasi = 0,12
BKA dan BKB = 0,36 dan -0,12
Waktu siklus = 0,12 menit
Waktu normal = 0,14 menit
Waktu baku = 0,0026 jam
Output standart = 384,62 unit/jam

43
e) Penghalusan rangka kayu
Uji kecukupan data = 37,33
Standar deviasi = 0,13
BKA dan BKB = 0,98 dan 0,46
Waktu siklus = 0,72 menit
Waktu normal = 0,84 menit
Waktu baku = 0,015 jam
Output standart = 66,66 unit/jam
f) Penghalusan papan kayu
Uji kecukupan data = 3,5
Standar deviasi = 0,017
BKA dan BKB = 0,29 dan 0,22
Waktu siklus = 0,26 menit
Waktu normal = 0,3 menit
Waktu baku = 0,0055 jam
Output standart = 181,81 unit/jam
g) Perakitan
Uji kecukupan data = 71,23
Standar deviasi = 0,44
BKA dan BKB = 2,6 dan 0,84
Waktu siklus = 1,72 menit
Waktu normal = 2,01 menit
Waktu baku = 0,037 jam
Output standart = 27,027 unit/jam
5.2 Saran
Untuk praktikum kali ini pada modul 1, para praktikan banyak yang
kesulitan untuk mencari jurnal sesuai pengarahan yang diberikan aslab,
dikarenakan terlalu banyak sub bab pada bab 2 dan juga ada peraturan mengenai
(satu kelas praktikum jurnal tidak boleh sama). Di samping itu para praktikan
pada hari sabtu & minggu, aslabnya masih sama. Diharapkan pada praktikum
selanjutnya anggota aslab bisa ditambahkan seperti praktikum sebelumnya.

44
DAFTAR PUSTAKA

Akhimelita Lita. 2013. “Teknik Industri Analisa Perancangan Kerja”. Jakarta:


Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Sofyan, Hady dkk. 2018. “Peningkatan Produktivitas Pada Proses Assembling
Priming Set Melalui Perbaikan Stasiun Kerja Menggunakan Time Study”.
Jurnal TrendTech. Vol. 3, No. 1, Hal. 40.
Suhadri, Bambang. 2008. “Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri”.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Tannady, Hendy. 2015. “Pengamatan Waktu Pelayanan Operator Pintu Dengan
Uji Hipotesis Analysis Of Variance(ANOVA)(Study Kasus : Gerbang Tol
Ancol Timur Jakarta Utara)”. Jurnal Of Industrial Engineering &
Management System. Vol. 8, No. 1, Hal. 28-29.
Yonathan, Trio dkk. 2019. “Penentuan Jumlah Tenaga Kerja Optimal Untuk
Peningkatan Produktifitas Kerja”. Integrated Lab Journal. Vol. 07, No.
02, Hal. 28-29.

45
BAB 1
PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini akan membahas tentang latar belakang, tujuan
praktikum, serta fungsi alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
perancangan sistem kerja dan ergonomi modul anthropometri.
1.1 Latar Belakang
Dalam praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi modul
anthropometri adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan
karakteristik fisik tubuh manusia, ukuran, bentuk dan kekuatan, serta penerapan
data tersebut untuk perancangan desain. Praktikum anthropometri merupakan
salah satu mata kuliah wajib program studi teknik industri yang mempelajari
tentang perancangan suatu sistem kerja yang sasarannya adalah sistem kerja yang
efektif, nyaman, aman, sehat, dan efisien.
Karena itu anthropometri merupakan kegiatan pengukuran dimensi tubuh
atau karakteristik fisik tubuh lainnya yang relevan dengan desain yang dipakai
seseorang. Faktor manusia harus selalu diperhitungkan dalam setiap desain
produk dan stasiun kerja, karena banyaknya variasi bentuk atau ukuran tubuh
manusia berdasarkan studi anthropometri.
Pada dasarnya manusia memiliki ukuran tubuh tinggi, pendek, lebar, kecil,
dan sebagainya. Ukuran berat badan manusia dan lain sebagainya. Disini
anthropometri dapat digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan ergonomis
dalam merancang suatu desain produk.
Dalam suatu perancangan produk maupun sistem kerja yang memerlukan
interaksi manusia. Dengan adanya studi anthropometri diharapkan agar tercapai

46
kesesuaian pekerja dengan pekerjaan yang dilakukan melalui pengukuran dimensi
tubuh dan rancangan desain produk.
1.2 Tujuan Praktikum
Berikut adalah tujuan praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi
modul anthropometri:
1. Mampu mengetahui pengertian anthropometri.
2. Mengetahui dan memahami implementasi dari data anthropometri.
3. Mengetahui dan memahami macam-macam sumber variabilitas.
4. Mampu menganalisis perhitungan pengukuran dimensi tubuh tinggi bahu
(TB), rentang bahu (RB), rentang pinggul (RP), tinggi lutut (TL), dan
panjang paha (PP).
1.3 Fungsi Alat dan Bahan
Berikut adalah alat dan bahan beserta fungsinya yang digunakan dalam
praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi modul anthropometri.
Alat yang digunakan:
1. Meteran, digunakan untuk mengukur dimensi tubuh dengan satuan cm.
2. Kursi, sebagai objek tempat duduk.
3. Alat tulis, untuk mencatat hasil pengamatan.
Objek yang digunakan:
1. Anak TK usia 4-6 tahun, sebagai objek pengamatan yang akan diukur
dimensi tubuhnya.

47
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Pada bab kajian pustaka dan dasar teori ini akan membahas tentang
anthropometri, pertimbangan anthropometri dalam desain, faktor-faktor yang
mempengaruhi data anthopometri, uji kecukupan data, uji keseragaman data,
persentil, dan data anthropometri yang diperlukan untuk perancangan produk.
Pada praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi modul anthropometri.
2.1 Anthopometri
Menurut Iridiastadi (2014), anthropometri berasal dari kata antropos, yang
berarti manusia, dan metrikos, yang bararti pengukuran. Anthropometri
merupakan ilmu yang berhubungan dengan aspek ukuran fisik manusia. Aspek
fisik ini tidak hanya dimensi linear, tetapi juga berupa berat badan. Keilmuan ini
melingkupi metode pengukuran dan permodelan dimensi tubuh manusia, serta
teknik aplikasi untuk perancangan. Anthropmetri dapat dibagi atas anthropometri
struktural (statis) dan anthropometri fungsional (dinamis). Anthropometri statis
adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam posisi diam pada
dimensi-dimensi dasar fisik, meliputi panjang segmen atau bagian tubuh, lingkar
bagian tubuh, massa bagian tubuh, dan sebagainya. Anthropometri dinamis adalah
pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia ketika melakukan gerakan-gerakan
yang mungkin terjadi saat bekerja, berkaitan erat dengan dimensi fungsional,
misalnya tinggi duduk, panjang jangkauan, dan lain-lain.
2.2 Pertimbangan Anthopometri dalam Desain
Menurut Asriwati (2019), anthropometri adalah ilmu yang mempelajari
dan mengukur variasi fisik manusia. Anthropometri pada awalnya digunakan

48
sebagai alat analisis untuk mengidentifikasi sisa-sisa fosil kerangaka manusia
purba atau hominid dalam rangka memahami variasi fisik manusia. Pada saat ini
athropometri berperan penting dalam desain industri, desain pakaian, desain
industrial ergonomis, dan arsitektur di mana data statistik tentang distribusi
dimensi tubuh dalam populasi digunakan untuk mengoptimalkan produk yang
akan digunakan konsumen. Secara umum setiap produk yang dibuat dengan
pertimbangan antropometri pengguna dapat didasarkan pada prinsip dasar untuk
ukuran rata-rata, untuk ukuran terbesar atau terkecil, atau untuk ukuran dengan
range tertentu. Hal ini penting untuk diperhatikan karena setiap produk itu
harus aman dan nyaman untuk dipergunakan oleh penggunanya. Oleh karena itu,
kesesuaian antara produk dan antropometri pengguna merupakan faktor yang
sangat penting untuk diperhatikan.
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Data Anthopometri
Menurut Suhadri, (2008), manusia pada umumnya berbeda-beda dalam hal
bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi
ukuran tubuh manusia, yaitu:
1. Umur
Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20
tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Setelah itu, tidak lagi akan terjadi
pertumbuhan bahkan justru akan cenderung berubah menjadi pertumbuhan
menurun ataupun penyusutan yang dimulai sekitar umur 40 tahunan.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin pria umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar
kecuali dada dan pinggul.
3. Suku Bangsa
Setiap suku bangsa ataupun kelompok etnik tertentu akan memiliki
karakteristik fisik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
4. Sosio Ekonomi
Tingkat sosio ekonomi sangat mempengaruhi dimensi tubuh manusia.
Pada negara-negara maju dengan tingkat sosio ekonomi tinggi, penduduknya
mempunyai dimensi tubuh yang besar dibandingkan dengan negara-negara
berkembang.

49
5. Posisi Tubuh
Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh oleh
karena itu harus posisi tubuh standar harus diterapkan untuk survei pengukuran.
2.4 Uji Kecukupan Data
Menurut Alamsyah. (2017), tes uji kecukupan data dengan tingkat
kepercayaan 95%, dengan tingkat ketelitian 5%. Berikut rumus untuk uji
kecukupan data.

N’=

Sumber: Alamsyah (2017)


2
Keterangan:
k = Tingkat Kepercayaan jika:
Tingkat kepercayaan 99%, sehingga k = 2,58 ≈ 3
Tingkat kepercayaan 95%, sehingga k = 1,96 ≈ 2
Tingkat kepercayaan 68%, sehingga k ≈ 1
s = Derajat Ketelitian 5 % (0,05)
N = Jumlah Data Pengamatan
N’= Jumlah Data Teoritis
Apabila N’ < N, maka data dinyatakan cukup
2.5 Uji Keseragaman Data
a. Mean (rata-rata)
Berikut rumus mencari rata-rata:
Σx
X́ =
n
Sumber: Alamsyah (2017)
Keterangan:
X́ = Rata-rata data hasil pengamatan
Σ x́ = Jumlah nilai data
n = Jumlah data
b. Standart Deviasi
Berikut rumus mencari standart deviasi:

σ =

∑ ( xi−x́ ) 2
√ 50
n
Sumber: Alamsyah (2017)
Keterangan:
σ = Standart deviasi dari populasi
n = Banyaknya jumlah data pengamatan

c. Peta Kontrol
Berikut adalah rumus dari batas kontrol atas dan batas kontrol bawah:

BKA = x́ + ( k . σ )

BKB = x́−( k . σ )

Sumber: Alamsyah (2017)


Keterangan:
BKA = Batas Kelas Atas
BKB = Batas Kelas Bawah
σ = Standar deviasi
X́ = Rata-rata data
Xi = Data ke-i
2.6 Persentil
Menurut Amri (2016), persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa
persentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan
atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya, 95 persentil ukuran tinggi dari
suatu populasi adalah 165 cm, hal ini menunjukkan bahwa 95% populasi adalah
sama dengan atau lebih rendah dari 165 cm. Atau dapat dikatakan 5% dari
populasi adalah bertinggi badan lebih dari 165 cm. Nilai persentil yang umum
dipakai dalam perhitungan data anthropometri ditunjukkan dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Persentil dan Perhitungan.
Persentil Perhitungan
Ke-1 x́ – 2,325σ x
Ke-2,5 x́ – 1,96σ x
Ke-5 x́ – 1,645σ x
Ke-10 x́ – 1,28σ x

51
Ke-50 x́
Ke-90 x́ + 1,28σ x
Ke-95 x́ + 1,645σ x
Ke-97,5 x́ + 1,96σ x
Ke-99 x́ + 2,325σ x

2.7 Data Anthopometri yang Diperlukan untuk Perancangan Produk


Menurut Suhardi (2008), penggunaan data antropometri dalam penentuan
ukuran produk harus mempertimbangkan prinsip-prinsip di bawah ini agar produk
yang dirancang bisa sesuai dengan ukuran tubuh pengguna sebagai berikut:
1. Prinsip perancangan produk bagi individu dengan ukuran ekstrim.
Rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 sasaran produk, yaitu:
a. Sesuai dengan ukuran tubuh manusia yang mengikuti klasifikasi ekstrim.
b. Tetap digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain (mayoritas dari
populasi yang ada).
2. Prinsip perancangan produk yang bisa dioperasikan di antara rentang ukuran
tertentu (adjustable). Produk dirancang dengan ukuran yang dapat diubah-ubah
sehingga cukup fleksibel untuk dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki
berbagai macam ukuran tubuh. Mendapatkan rancangan yang fleksibel semacam
ini maka data antropometri yang umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai
5-th sampai dengan 95-th. Adapun gambar mengenai pengukuran berbagai macam
dimensi anggota tubuh manusia dapat dilihat pada gambar 2.1.

52
Gambar 2.1 Pengukuran Dimensi Tubuh Manusia
Sumber: Suhadri (2008)

Tabel 2.2 Keterangan Pengukuran Dimensi Tubuh Manusia


No Keterangan
1. Dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung kepala).
2. Tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3. Tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4. Tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5. Tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri tegak.
6. Tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat tubuh/pantat
sampai dengan kepala).
7. Tinggi mata dalam posisi duduk.
8. Tinggi bahu dalam posisi duduk.
9. Tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
10. Tebal atau lebar paha.
11. Panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut.
12. Panjang paha yang diukur dari s/d bagian belakang dari lutut/betis.
13. Tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun duduk.
14. Tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai dengan
paha.
15. Lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16. Lebar pinggul/pantat.
17. Lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak ditunjukkan
dalam gambar).
18. Lebar perut.

53
19. Panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari dalam
posisi siku tegak lurus.
20. Lebar kepala.
21. Panjang tangan yang diukur dari pergelangan tangan sampai dengan
ujung jari.
22. Lebar telapak tangan.
23. Lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar kesamping kiri
kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar).
24. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari lanate
sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus keatas (vertikal).
25. Tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti no.24
tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan dalam gambar).
26. Jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan diukur dari bahu sampai
ujung jari tangan.

BAB 3
PENGUMPULAN DATA

Pada bab pengumpulan data ini akan membahas tentang data pengamatan
dan langkah kerja dari praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi modul
anthropometri.
3.1 Data Hasil Pengamatan
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai data dari hasil pengukuran tinggi
bahu (TB), rentang bahu (RB), rentang pinggul (RP), tinggi lutut (TL), panjang
paha (PP) anak TK.
Tabel 3.1 Data Hasil Pengamatan.
Data Pengamatan
TB RB RP TL PP
No. Nama
(cm) (cm) (cm) (cm) (cm)
1 Eca (5 tahun) 30 21 25 32 34
2 Anas (6 tahun) 40 31 33 42 44
3 Donis (5 tahun) 37 30 24 35 38
4 Rafi (5 tahun) 34 23 18 29 30
5 Gilang (6 tahun) 40 24 26 30 37
6 Fajar (6 tahun) 40 28 31 36 37

54
∑x 221 157 157 204 220
∑x² 8,225 4,191 4,251 7,050 8,174
(∑x)² 48,841 24,649 24,649 41,616 48,400
X́ 36,83 26,16 26,16 34 36,66

Untuk melakukan perhitungan pada bab 4, dari pengumpulan data pada


tabel 3.1 digunakan confidence level dan degree of accuracy yaitu:
confidence level = 95% , maka k = 2
degree of accuracy (s) = 5% = 0,05

3.2 Langkah Kerja


Berikut langkah kerja pengukuran anggota tubuh anak TK dari praktikum
perancangan sistem kerja dan ergonomi modul anthropometri.
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengukur dimensi tinggi bahu (TB), rentang bahu (RB), rentang pinggul
(RP), tinggi lutut (TL), panjang paha (PP).
3. Mencatat hasil pengukuran dimensi tubuh.

55
BAB 4
PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini menjelaskan mengenai pengolahan data yang diperoleh dari
praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi modul anthropometri.
4.1 Pengolahan Data
Pada pengolahan data ini akan menghitung kecukupan data, standart
deviasi, BKA, BKB, dan persentil. Dalam beberapa pengukuran yaitu TB, RB,
RP, TL, PP.
4.1.1 Pengukuran Tinggi Bahu (TB)
Berikut ini adalah pengukuran tinggi bahu ini akan dijelaskan mengenai
perhitungan kecukupan data, standart deviasi, uji keseragaman data, dan persentil.
Adapun hasil perhitungannya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.1 Data Pengukuran Tinggi Bahu.
No Pengamatan TB
1 Eca (5 th) 30
2 Anas (6 th) 40
3 Donis (5 th) 37
4 Rafi (5 th) 34
5 Gilang (4 th) 40
6 Fajar (6 th) 40

∑x = 221

∑ x2 = 8.225

56
(∑ x ) 2 = 48.841
x́ = 36,83
k =2
s = 0,05

1. Uji Kecukupan Data


Berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data pada pengukuran tinggi
bahu.
k
n . ( ∑ x 2 )−( ∑ x ) 2

N’ = s
( ∑x ) 2

2
√ 6 . ( 302+ 402 +372 +34 2+ 402 +40 2 )−( 221 ) 2
N’
(
= 0,05
221 )
2

N’ =( 40 √ 6 . ( 900+1600+1369+1156+221
1600+1600 )−( 48841 )
) 2

40 √ 6 . ( 8225 )−( 48841 )


N’ =( ) 2
221

N’ =( 40 √ 49350−48841
221 ) 2

40 √ 509
=(
221 )
2
N’

40 . 22,56
=(
221 )
2
N’

902,4
=(
221 )
2
N’

N’ = ( 4,08 )2
N’ = 16,65
N’ > n maka data tidak cukup.
2. Standart Deviasi

57
Berikut ini adalah perhitungan standart deviasi pada pengukuran tinggi
bahu.

∑ ( xi−x́ ) 2
σ =
√ n−1
σ =

( 30−36,83 ) 2+ ( 40−36,83 ) 2 + ( 37−36,83 ) 2 + ( 34−36,83 ) 2 + ( 40−36,83 ) 2 + ( 40−36,83 ) 2


√ 2 2 2
5
2 2 2
= (−6,83 ) + ( 3,17 ) + ( 0,17 ) + (−2,83 ) + ( 3,17 ) + ( 3,17 )
σ
√ 5
46,648+10,048+0,028+8,008+ 10,048+ 10,048
σ =
√ 5
84,828
σ =
√ 5
σ = √ 16,96
σ = 4,11
3. Uji Keseragaman Data
Berikut ini adalah BKA dan BKB pada pengukuran tinggi bahu.
 BKA (Batas Kontrol Atas)
BKA = x́ + ( k . σ )
BKA = 36,83+ ( 2 . 4,11 )
BKA = 36,83+8,22
BKA = 45,05
 BKB (Batas Kontrol Bawah)
BKB = x́−( k . σ )
BKB = 36,83− ( 2. 4,11 )
BKB = 36,83−8,22
BKB = 28,61
BKA = 45,05
x́ = 36,83
BKB = 28,61

58
Hasil Pengukuran Tinggi Bahu (TB)
50
45
40
35
Ukuran TB (Cm)

30
25
20
15
10
5
0
Eca Anas Adif Adonis Rafi Gilang

BKA BKB TB
Gambar 4.1 Grafik Pengukuran Tinggi Bahu
Dari hasil kesimpulan di atas dapat dikatakan bahwa tidak ada data ekstrim
serta data dikatakan seragam.

4. Persentil
Berikut ini adalah persentil pada pengukuran tinggi bahu.
5% = x́−( 1,645 . σ )
5% = 36,83 – (1,645 . 4,11)
5% = 36,83 – 6,76
5% = 30,07
50% = x́
50% = 36,83
95% = x́ + ( 1,645. σ )
95% = 36,83 + (1,645 . 4,11)
95% = 36,83 + 6,76
95% = 43,59
5% = 30,07
50% = 36,83
95% = 43,59

59
4.1.2 Pengukuran Rentang Bahu (RB)
Berikut ini adalah pengukuran rentang bahu ini akan dijelaskan mengenai
perhitungan kecukupan data, standart deviasi, uji keseragaman data, dan persentil.
Adapun hasil perhitungannya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2 Data Pengukuran Rentang Bahu.
No Pengamatan RB
1 Eca (5 th) 21
2 Anas (6 th) 31
3 Donis (5 th) 30
4 Rafi (5 th) 23
5 Gilang (4 th) 24
6 Fajar (6 th) 28

∑x = 157

∑ x2 = 4.191

(∑ x ) 2 = 24.649
x́ = 26,16
k =2
s = 0,05
1. Uji Kecukupan Data
Berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data pada pengukuran
rentang bahu.
k
n . ( ∑ x 2 )−( ∑ x ) 2

N’ = s
( ∑x ) 2

2
√ 6 . ( 212+312 +302 +2 32 +242 +28 2) −( 157 ) 2
N’
(
= 0,05
157 )
2

N’ =( 40 √ 6 . ( 441+961+900+529+576
157
+784 ) −( 24649 )
) 2

40 √ 6 . ( 4191 )−( 24649 )


N’ =( ) 2
157

N’ = ( 40 √ 25146−24649
157 ) 2

60
N’ =( 40157
√ 497
) 2

40 . 22,29
=(
157 )
2
N’

891,6
=(
157 )
2
N’

N’ = ( 5,67 ) 2
N’ = 32,14
N’ > n maka data tidak cukup.
2. Standart Deviasi
Berikut ini adalah perhitungan standart deviasi pada pengukuran rentang
bahu.

∑ ( xi−x́ ) 2
σ =
√ n−1
σ =

( 21−26,16 ) 2+ (31−26,16 ) 2+ (30−26,16 ) 2 + ( 23−26,16 ) 2 + ( 24−26,16 ) 2 + ( 28−26,16 ) 2


√ 2 2 2
5
2 2 2
= (−5,16 ) + ( 4,84 ) + (3,84 ) + (−3,16 ) + (−2,16 ) + ( 1,84 )
σ
√ 5
26,62+23,42+14,74+ 9,98+ 4,66+3,38
σ =
√ 5
82,8
σ =
√ 5
σ = √ 16,56
σ = 4,06
3. Uji Keseragaman Data
Berikut ini adalah BKA dan BKB pada pengukuran rentang bahu.
 BKA (Batas Kontrol Atas)
BKA = x́ + ( k . σ )
BKA = 26,16+ ( 2 . 4,06 )
BKA = 26,16+8,12
BKA = 34,28

61
 BKB (Batas Kontrol Bawah)
BKB = x́−( k . σ )
BKB = 26,16−( 2. 4,06 )
BKB = 26,16−8,12
BKB = 18,04
BKA = 34,28
x́ = 26,16
BKB = 18,04

Hasil Pengukuran Rentang Bahu (RB)


40
35
30
Ukuran RB (Cm)

25
20
15
10
5
0
Eca Anas Adif Adonis Rafi Gilang Fajar

BKA BKB RB
Gambar 4.2 Grafik Pengukuran Rentang Bahu
Dari hasil kesimpulan di atas dapat dikatakan bahwa tidak ada data ekstrim
serta data dikatakan seragam.

4. Persentil
Berikut ini adalah persentil pada pengukuran rentang bahu.
5% = x́−( 1,645 . σ )
5% = 26,16 – (1,645 . 4,06)
5% = 26,16 – 6,67
5% = 19,49
50% = x́
50% = 26,16

62
95% = x́ + ( 1,645. σ )
95% = 26,16 + (1,645 . 4,06)
95% = 26,16 + 6,67
95% = 32,83
5% = 19,49
50% = 26,16
95% = 32,83
4.1.3 Pengukuran Rentang Pinggul (RP)
Berikut ini adalah pengukuran rentang pinggul ini akan dijelaskan
mengenai perhitungan kecukupan data, standart deviasi, uji keseragaman data,
dan persentil. Adapun hasil perhitungannya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.3 Data Pengukuran Rentang Pinggul.
No Pengamatan RP
1 Eca (5 th) 25
2 Anas (6 th) 33
3 Adif Adonis (5 th) 24
4 Rafi (5 th) 18
5 Gilang (4 th) 26
6 Fajar (6 th) 31

∑x = 157

∑ x2 = 4.251

(∑ x ) 2 = 24.649
x́ = 26,16
k =2
s = 0,05
1. Uji Kecukupan Data
Berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data pada pengukuran
rentang pinggul.
k
n . ( ∑ x 2 )−( ∑ x ) 2

N’ =
(
s
∑x ) 2

2
√ 6 . ( 252+ 332+ 242 +182 +262 +312 )− (157 ) 2
N’
(
= 0,05
157 ) 2

63
N’ =( 40 √ 6 . ( 625+1089+576+324+157
676+961 )− ( 24649 )
) 2

40 √ 6 . ( 4251 )−( 24649 )


N’ =( )2
157

N’ =( 40 √ 25506−24649
157 ) 2

40 √ 857
=(
157 )
2
N’

40 . 29,27
=(
157 )
2
N’

1170,8
=(
157 )
2
N’

N’ = ( 7,45 )2
N’ = 55,5
N’ > n maka data tidak cukup.
2. Standart Deviasi
Berikut ini adalah perhitungan standart deviasi pada pengukuran rentang
pinggul.

∑ ( xi−x́ ) 2
σ =
√ n−1
σ =

( 25−26,16 ) 2+ ( 33−26,16 ) 2 + ( 24−26,16 ) 2+ ( 18−26,16 ) 2 + ( 26−26,16 ) 2+ ( 31−26,16 ) 2


√ 2 2 2
5
2 2 2
= (−1,16 ) + ( 6,84 ) + (−2,16 ) + (−8,16 ) + (−0,16 ) + ( 4,84 )
σ
√ 5
1,34 +46,78+ 4,66+66,58+0,02+23,42
σ =
√ 5
142,8
σ =
√ 5
σ = √ 28,56
σ = 5,34
3. Uji Keseragaman Data
Berikut ini adalah BKA dan BKB pada pengukuran rentang pinggul.

64
 BKA (Batas Kontrol Atas)
BKA = x́ + ( k . σ )
BKA = 26,16+ ( 2 . 5,34 )
BKA = 26,16+10,68
BKA = 36,84
 BKB (Batas Kontrol Bawah)
BKB = x́−( k . σ )
BKB = 26,16−( 2. 5,34 )
BKB = 26,16−10,68
BKB = 15,48
BKA = 36,84
x́ = 26,16
BKB = 15,48

Hasil Pengukuran Rentang Pinggul (RP)


40
35
30
Ukuran RP (Cm)

25
20
15
10
5
0
Eca Anas Adif Adonis Rafi Gilang Fajar

BKA BKB RP
Gambar 4.3 Grafik Pengukuran Rentang Pinggul
Dari hasil kesimpulan di atas dapat dikatakan bahwa tidak ada data ekstrim
serta data dikatakan seragam.

4. Persentil
Berikut ini adalah persentil pada pengukuran rentang pinggul.
5% = x́−( 1,645 . σ )

65
5% = 26,16 – (1,645 . 5,34)
5% = 26,16 – 8,78
5% = 17,38
50% = x́
50% = 26,16
95% = x́ + ( 1,645. σ )
95% = 26,16 + (1,645 . 5,34)
95% = 26,16 + 8,78
95% = 34,94
5% = 17,38
50% = 26,16
95% = 34,94
4.1.4 Pengukuran Tinggi Lutut (TL)
Berikut ini adalah pengukuran tinggi lutut ini akan dijelaskan mengenai
perhitungan kecukupan data, standart deviasi, uji keseragaman data, dan persentil.
Adapun hasil perhitungannya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.4 Data Pengukuran Tinggi Lutut.
No Pengamatan TL
1 Eca (5 th) 32
2 Anas (6 th) 42
3 Adif Adonis (5 th) 35
4 Rafi (5 th) 29
5 Gilang (4 th) 30
6 Fajar (6 th) 36

∑x = 204

∑ x2 = 7.050

(∑ x ) 2 = 41.616
x́ = 34
k =2
s = 0,05
1. Uji Kecukupan Data
Berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data pada pengukuran tinggi
lutut.

66
k
n . ( ∑ x 2 )−( ∑ x ) 2

N’ = s
( ∑x ) 2

2
√ 6 . ( 322+ 422+ 352+ 292+ 302+ 362 )−( 204 ) 2
N’
(
= 0,05
204 ) 2

N’ =( 40 √ 6 . (1024 +1764+1225+204841+ 900+1296) −( 41616) ) 2

40 √ 6 . (7050 )−( 41616 )


N’ =( ) 2
204

N’ =( 40 √ 42300−41616
204 ) 2

40 √ 684
=(
204 )
2
N’

40 . 26,15
=(
204 )
2
N’

1046
=(
204 )
2
N’

N’ = ( 5,12 )2
N’ = 26,21
N’ > n maka data tidak cukup.
2. Standart Deviasi
Berikut ini adalah perhitungan standart deviasi pada pengukuran tinggi
lutut.

∑ ( xi−x́ ) 2
σ =
√ 2
n−1
2 2 2 2 2
= ( 32−34 ) + ( 42−34 ) + (35−34 ) + ( 29−34 ) + ( 30−34 ) + ( 36−34 )
σ
√ 2 2 2 2
5
2 2
= (−2 ) + ( 8 ) + ( 1 ) + (−5 ) + (−4 ) + ( 2 )
σ
√ 5
4+64 +1+25+16+ 4
σ =
√ 5
114
σ =
√ 5

67
σ = √ 22,8
σ = 4,77
3. Uji Keseragaman Data
Berikut ini adalah BKA dan BKB pada pengukuran tinggi lutut.
 BKA (Batas Kontrol Atas)
BKA = x́ + ( k . σ )
BKA = 34+ ( 2. 4,77 )
BKA = 34+ 9,54
BKA = 43,54
 BKB (Batas Kontrol Bawah)
BKB = x́−( k . σ )
BKB = 34−( 2 . 4,77 )
BKB = 34−9,54
BKB = 24,46
BKA = 43,54
x́ = 34
BKB = 24,46

Hasil Pengukuran Tinggi Lutut (TL)


50
45
40
35
Ukuran TL (Cm)

30
25
20
15
10
5
0
Eca Anas Adif Adonis Rafi Gilang Fajar

BKA BKB TL
Gambar 4.4 Grafik Pengukuran Tinggi Lutut
Dari hasil kesimpulan di atas dapat dikatakan bahwa tidak ada data ekstrim
serta data dikatakan seragam.

68
4. Persentil
Berikut ini adalah persentil pada pengukuran tinggi lutut.
5% = x́−( 1,645 . σ )
5% = 34 – (1,645 . 4,77)
5% = 34 – 7,84
5% = 26,16
50% = x́
50% = 34
95% = x́ + ( 1,645. σ )
95% = 34 + (1,645 . 4,77)
95% = 34 + 7,84
95% = 41,84
5% = 26,16
50% = 34
95% = 41,84
4.1.5 Pengukuran Panjang Paha (PP)
Berikut ini adalah pengukuran panjang paha ini akan dijelaskan mengenai
perhitungan kecukupan data, standart deviasi, uji keseragaman data, dan persentil.
Adapun hasil perhitungannya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.5 Data Pengukuran Panjang Paha.
No Pengamatan PP
1 Eca (5 th) 34
2 Anas (6 th) 44
3 Adif Adonis (5 th) 38
4 Rafi (5 th) 30
5 Gilang (4 th) 37
6 Fajar (6 th) 37

∑x = 220

∑ x2 = 8.174

(∑ x ) 2 = 48.400
x́ = 36,66
k =2
s = 0,05

69
1. Uji Kecukupan Data
Berikut ini adalah perhitungan uji kecukupan data pada pengukuran
panjang paha.
k
n . ( ∑ x 2 )−( ∑ x ) 2

N’ = s
( ∑x ) 2

2
√ 6 . ( 342 +44 2 +382 +302 +372 +372 ) −( 220 ) 2
N’
(
= 0,05
220 ) 2

N’ =( 40 √ 6 . (1156 +1936+1444220 +900+1369+1369 ) −( 48400 )


) 2

40 √ 6 . ( 8174 )− ( 48400 )
N’ =( ) 2
220

N’ =( 40 √ 49044−48400
220 ) 2

40 √ 644
=(
220 )
2
N’

40 . 25,37
=(
220 )
2
N’

1014,8
=(
220 )
2
N’

N’ = ( 4,61 ) 2
N’ = 21,25
N’ > n maka data tidak cukup.
2. Standart Deviasi
Berikut ini adalah perhitungan standart deviasi pada pengukuran panjang
paha.

∑ ( xi−x́ ) 2
σ =
√ n−1
σ =

( 34−36,66 ) 2 + ( 44−36,66 ) 2 + ( 38−36,66 ) 2+ ( 30−36,66 ) 2+ ( 37−36,66 ) 2 + ( 37−36,66 ) 2


√ 5

70
2 2 2 2 2 2
= (−2,66 ) + ( 7,34 ) + ( 1,34 ) + (−6,66 ) + ( 0,34 ) + ( 0,34 )
σ
√ 5
7,07+ 53,87+1,79+44,35+ 0,11+0,11
σ =
√ 5
107,3
σ =
√ 5
σ = √ 21,46
σ = 4,63
3. Uji Keseragaman Data
Berikut ini adalah BKA dan BKB pada pengukuran panjang paha.
 BKA (Batas Kontrol Atas)
BKA = x́ + ( k . σ )
BKA = 36,66+ ( 2 . 4,63 )
BKA = 36,66+ 9,26
BKA = 45,92
 BKB (Batas Kontrol Bawah)
BKB = x́−( k . σ )
BKB = 36,66−( 2. 4,63 )
BKB = 36,66−9,26
BKB = 27,4
BKA = 45,92
x́ = 36,66
BKB = 27,4

71
Hasil Pengukuran Panjang Paha (PP)
50
45
40
35
Ukuran PP (Cm)

30
25
20
15
10
5
0
Eca Anas Adif Adonis Rafi Gilang Fajar

BKA BKB PP
Gambar 4.5 Grafik Pengukuran Panjang Paha
Dari hasil kesimpulan di atas dapat dikatakan bahwa tidak ada data ekstrim
serta data dikatakan seragam.

4. Persentil
Berikut ini adalah persentil pada pengukuran panjang paha.
5% = x́−( 1,645 . σ )
5% = 36,66 – (1,645 . 4,63)
5% = 36,66 – 7,61
5% = 29,05
50% = x́
50% = 36,66
95% = x́ + ( 1,645. σ )
95% = 36,66 + (1,645 . 4,63)
95% = 36,66 + 7,61
95% = 44,27
5% = 29,05
50% = 36,66
95% = 44,27
4.2 Analisa Data

72
Dari hasil pengamatan terdapat lima sub kerja yang diamati yaitu Tinggi
Bahu (TB), Rentang Bahu (RB), Rentang Pinggul (RP), Tinggi Lutut (TL),
Panjang Paha (PP). Berikut ini adalah hasil dari analisa data yang dihasilkan dari
data pengamatan.
Tabel 4.6 Analisa Data
Hasil Analisis Data
No Analisa Data
TB RB RP TL PP
1 N’ 16,65 32,14 55,5 26,21 21,25
2 σ 4,11 4,06 5,34 4,77 4.63
3 BKA 45,05 34,28 36,84 43,54 45,92
4 BKB 28,61 18,04 15,48 24,46 27,4
5 Persentil 5% 30,07 19,49 17,38 26,16 29,05
6 Persentil 50% 36,83 26,16 26,16 34 36,66
7 Persentil 95% 43,59 32,83 34,94 41,84 44,27

Berikut ini adalah hasil analisis data dari tabel di atas:


1 Kecukupan data (N’) nilai yang terbesar terdapat pada rentang pinggul
(RP) sebesar 55,5 dan nilai terkecil terdapat pada tinggi bahu (TB) sebesar
16,65.
2. Standart deviasi (σ) nilai yang terbesar terdapat pada rentang pinggul
sebesar (RP) 5,34 dan nilai terkecil terdapat pada rentang bahu (RB)
sebesar 4,06.
3. Batas Kendali Atas (BKA) nilai yang terbesar terdapat pada panjang paha
(PP) sebesar 45,92 dan nilai terkecil terdapat pada rentang bahu (RB)
sebesar 34,28.
4. Batas Kendali Bawah (BKB) nilai yang terbesar terdapat pada tinggi bahu
(TB) sebesar 28,61 dan nilai terkecil terdapat pada rentang pinggul (RP)
sebesar 15,48.
5. Persentil 5% nilai yang terbesar terdapat pada tinggi bahu (TB) sebesar
30,07 dan nilai terkecil terdapat pada rentang pinggul (RP) sebesar 17,38.
6. Persentil 50% nilai yang terbesar terdapat pada tinggi bahu (TB) sebesar
36,83 dan nilai terkecil terdapat pada rentang bahu (RB) dan rentang
pinggul (RP) sebesar 26,16.

73
7. Persentil 95% nilai yang terbesar terdapat pada panjang paha (PP) sebesar
44,27 dan nilai terkecil terdapat pada rentang bahu (RB) sebesar 32,83.

BAB 5
KESIMPULAN

Pada bab kesimpulan ini membahas tentang kesimpulan dan saran dari
praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi modul anthropometri.
5.1 Kesimpulan
1. Anthropometri berasal dari kata antropos, yang berarti manusia, dan
metrikos, yang bararti pengukuran. Anthropometri merupakan ilmu yang
berhubungan dengan aspek ukuran fisik manusia. Aspek fisik ini tidak
hanya dimensi linear, teatapi juga berupa berat badan. Keilmuan ini
melingkupi metode pengukuran dan pemodelan dimensi tubuh manusia,
serta teknik aplikasi untuk perancangan.
2. Data anthropometri dapat dikelompokkan atas hal-hal berikut yaitu
dimensi linier (jarak) merupakan merupakan jarak terpendek antara dua
titik pada tubuh manusia meilingkupi panjang, tinggi dan lebar segmen
tubuh seperti: panjang jari, tinggi lutut, dan lebar pinggul, lingkar tubuh

74
diukur sebagaipanjang keliling, ketebalan lapisan kulit ditujukan
untukmengetahui kandungan lemak dalam tubuh yang kemudian dijadikan
sebagai acuan tingkat kebugaran tubuh, sudut yaitu dilakukan secara pasif
dan secara aktif, bentuk dan kontur tubuh aspek ini diperlukan untuk
merancang berbagai peralatan yang berhubungan manusia, bobot
pengukurannya dibagi menjadi dua yaitu secara langsung dan tidak
langsung.
3. Macam-macam dari sumber variabilitas yang mempengaruhi ukuran tubuh
manusia yaitu umur, jenis kelamin (sex), suku bangsa (ethnis), posisi
tubuh, catat tubuh, tebal atau tipis pakaian, kehamilan.
4. Dari praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi modul
anthropometri yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:
a. Perhitungan tinggi bahu (TB) didapatkan hasil batas atasnya adalah 45,05
dan batas bawahnya adalah 28,61. Dari hasil tersebut diketahui tidak
terdapat data yang melewati batas, maka data dikatakan seragam.
b. Perhitungan rentang bahu (RB) didapatkan hasil batas atasnya adalah
34,28 dan batas bawahnya adalah 18,04. Dari hasil tersebut diketahui tidak
terdapat data yang melewati batas, maka data dikatakan seragam.
c. Perhitungan rentang pinggul (RP) didapatkan hasil batas atasnya adalah
36,84 dan batas bawahnya adalah 15,48. Dari hasil tersebut diketahui tidak
terdapat data yang melewati batas, maka data dikatakan seragam.
d. Perhitungan tinggi lutut (TL) didapatkan hasil batas atasnya adalah 43,54
dan batas bawahnya adalah 24,46. Dari hasil tersebut diketahui tidak
terdapat data yang melewati batas, maka data dikatakan seragam.
e. Perhitungan panjang paha (PP) didapatkan hasil batas atasnya adalah
45,92 dan batas bawahnya adalah 27,4. Dari hasil tersebut diketahui tidak
terdapat data yang melewati batas, maka data dikatakan seragam.
5.2 Saran
Dari praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi modul
anthropometri kami menyarankan untuk modul dua tidak ada hambatan dalam
laporan, namun jangka waktu untuk pengembalian laporan sementara terlalu lama
sehingga praktikan menunggu terlalu lama untuk memasukkan data-data yang ada

75
di laporan sementara tersebut. Diharapkan bagi aslab agar mempercepat
pengembaliannya supaya praktikan lebih cepat untuk membuat laporan.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, Nanang dan Abdul Rahim. 2017. “Perancangan Desain Sajadah


Dengan Pendekatan Ergonomi”. Batam: STT Ibnu Sina. Fakultas Teknik.
Jurusan Teknik Industri. Vol. 2, No. 2, Hal. 91-99.
Amri, dkk. 2016. “Usulan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Pada Stasiun
Perebusan Tahu Di UD. Geubrina”. Aceh: Universitas Malikussaleh.
Fakultas Teknik. Teknik Industri. Vol.5, No.2, Hal. 17-22.
Asriwati, dan Irawati. 2019. “Buku Ajar Anthropologi Kesehatan Dalam
Keperawatan”. Yogyakarta: CV. Budi Utama.
Irdiastadi, Hardianto dan Yasserli. 2014.“Ergonomi Suatu Pengantar”. Bandung:
PT. REMAJA ROSDAKARYA.
Suhardi, Bambang. 2008. “Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi Industri”.
Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

76
BAB 1
PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini akan membahas tentang latar belakang, tujuan
praktikum, serta fungsi alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
perancangan sistem kerja dan ergonomi modul work sampling.
1.1 Latar Belakang
Di dalam era persaingan bebas seperti sekarang ini, perusahaan dituntut
untuk selalu berkembang agar dapat terus bertambah dalam menjalankan
usahanya, tidak dapat dipungkiri bahwa persaingan yang terjadi juga merupakan
salah satu pemicu agar setiap perusahaan selalu meningkatkan produktivitasnya.
Peningkatan produktivitas ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya
dengan melakukan pengukuran produktivitas kerja.
Untuk meningkatkan produktivitas kinerja karyawan, banyak hal yang
biasa dilakukan. Pada negara-negara berkembang pengertian produktivitas kerja
akan selalu dikaitkan dan diarahkan pada segala usaha yang dilakukan dengan

77
menggunakan sumber daya manusia yang ada. Penelitian kerja dan analisa metode
kerja pada dasarnya akan memusatkan perhatiannya pada bagian suatu macam
pekerjaan akan diselesaikan.
Berbagai macam jenis analisa dilakukan agar perusahaan mendapat tingkat
efektif yang tinggi, work sampling merupakan salah satu analisa yang dapat
digunakan untuk meningkatkan tingkat efektifitas kinerja yang akan berpengaruh
pada hasil output, denga cara mengukur ratio delay dan performance rating serta
penentuan waktu proses kerja.
1.2 Tujuan Praktikum
Berikut adalah tujuan praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi
modul work sampling:
1. Mampu mengetahui pengertian work sampling.
2. Mampu mengetahui dan memahami kegunaan tabel bilangan acak.
3. Mampu menentukan jumlah pengamatan.
4. Mampu menganalisa prosentase produktif, prosentase non produktif, ratio
delay, performance level, jumlah menit produktif, waktu yang diperlukan
per unit, waktu normal, waktu baku, kecukupan data, batas kontrol atas
dan batas kontrol bawah.
1.3 Fungsi Alat dan Bahan
Berikut adalah alat dan bahan beserta fungsinya yang digunakan dalam
praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomic modul analisis sampling kerja
(work sampling).
Alat yang digunakan:
1. Lego, berfungsi sebagai media yang akan dikerjakan oleh praktikan.
2. Stopwatch , digunakan untuk melihat waktu kunjungan.
3. Alat tulis, untuk mencatat hasil waktu perakitan produk.
4. Tabel bilangan acak, untuk menentukan waktu kunjungan.

78
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Pada bab kajian pustaka dan dasar teori ini akan membahas tentang
metode work sampling, tabel bilangan acak, menentukan jumlah pengamatan, dn
perhitungan waktu baku pada praktikum perancangan sistem kerja modul analisis
sampling kerja (work sampling).
2.1 Metode Work Sampling
Menurut Wignjosoebroto dalam Hutabarat, (2018), sampling kerja atau
work sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah besar pengamatan
terhadap aktifitas kerja dari mesin, proses atau pekerja atau operator. Pengukuran
kerja dengan metode work sampling ini diklasifikasikan sebagai pengukuran kerja
secara langsung karena pelaksanaan kegiatan pengukuran harus secara langsung
ditempat kerja yang diteliti. Metode ini merupakan metode pengukuran kerja
secara langsung karena pengamatan dilakukan secara langsung terhadap objek
pengamatan. Pengamatan terhadap suatu objek yang ingin di teliti tidak perlu
dilaksanakan secara menyeluruh (populasi) melainkan cukup dilaksanakan secara

79
mengambil sample pengamatan yang diambil secara acak. Metode sampling
pekerjaan sangat cocok untuk digunakan dalam melakukan pengamtan atas
pekerjaan yang sifatnya tidak berulang dan memiliki waktu yang relatif panjang.
Pada dasarnya prosedur pelaksanaanya cukup sederhana yaitu, melakukan
pengamatan aktivitas kerja untuk selang waktu yang diambil secara acak terhadap
satu atau lebih mesin atau operator dan kemudian mencatatnya apakah mereka ini
dalam keadaan bekerja atau menganggur.
2.2 Tabel Bilangan Acak
Menurut Wignjosoebroto dalam Yasra, dkk (2019), sebelum melakukan
perhitungan atau menentukan aktifitas pegawai maka lebih dahulu menentukan
bilangan acak atau random berfungsi untuk mengetahui selang waktu kunjungan.
Menentukan titik awal dan angka terpilih pada tabel bilangan acak, perlu di
perhatikan adalah objektifitas dalam pemilihan angka awal umumnya dilakukan
dengan menutup mata penentuan angka acak yang berada di bawah titik awal
hingga terpilih angka acak sebanyak yang di butuhkan. Pada umumnya angka
yang di ambil adalah angka yang terdepan atau yang paling belakang sesuai digit
yang di butuhkan, bila belum cukup pindah ke kolom berikutnya dengan menjaga
konsistensi (bila diawal diambil pada digit yang depan, maka pada kolom
selanjutnya juga cara yang sama, demikian juga bila yang diawal adalah digit
belakang). Data bilangan acak dapat dilihat pada gambar berikut.

80
Gambar 2.1 Tabel Bilangan Acak.
Sumber: Sutalaksana (2006)
2.3 Menentukan Jumlah Pengamatan
Menurut Yasra, dkk (2019). pengukuran waktu dimulai dari pengamatan
pendahuluan kemudian menentukan bilangan acak untuk mengambil waktu
kunjungan dengan cara mengambil data sampel secara acak menggunakan
microsoft excel dengan rumus rand. Jumlah pengamatan di lakukan berdasarkan
jam kerja yang di sesuaikan. Mencatat jumlah produk yang dihasilkan oleh

81
pekerja, pencatatn jumlah produk di maksudkan untuk mengetahui berapa
jumlahproduk yang di hasilkan oleh pekerja berdasarkan jam kerja dan jumlah
hari kerja. Analisa dilakukan untuk mengetahui jumlah tenaga kerja yang
seharusnya di pekerjakan oleh perusahaan. Setelah didapatkan kegiatan produktif
atau non produktif pegawai berikutnya adalah melakukan pengolahan data
diantaranya
2.3.1 Uji Kecukupan Data
Menurut Yasra, dkk (2019), dari pengamatan uji kecukupan data untuk
setiap operator, apakah data pengamatan yang dilakukan telah mencukupi atau
tidak. Jika pengamatan seharusnya dilakukan (N’) lebihkecil dari jumlah
pengamtan yang dilakukan (N) atau (N’≤ N) maka data telah mencukupi dan
pengamatan dihentikan. Untuk mengetahui jumlah data pengamatan telah
mencukupi atau tidak maka dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
N’=

k 2 . ( 1− ṕ )
Sumber:2 Yasra (2019)
s .p
Keterangan:
N’ = Jumlah pengamatan hasil perhitungan
k = Tingkat kepercayaan
s = Tingkat ketelitian
ṕ = Presentase Produktif
2.3.2 Uji Keseragaman Data
Menurut Yasra, dkk (2019), untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
sudah seragam atau belum, yang ditandai dengan tidak adanya data yang keluar
dari batasan (out of control). Dalam uji keseragaman data terdapat beberapa
variabel dalam pengolahan datanya diantaranya:

ṕ . ( 1− ṕ )
BKA = ṕ+ k . ( √ n )
ṕ . ( 1− ṕ )
BKB = ṕ− k . (√ n )
Sumber: Yasra (2019)

82
Keterangan:
ṕ=¿ presentase produktif
n = jumlah pengamatan
k = tingkat kepercayaan
Dalam hal ini, nilai k (tingkat kepercayaan) berkisar antara:
 Untuk tingkat kepercayaaan ± 68%, nilai k = 1
 Untuk tingkat kepercayaaan ± 95%, nilai k =
 Untuk tingkat kepercayaaan ± 99%, nilai k = 3
2.4 Perhitungan Waktu Baku
Menurut Sofian (2019), sebelum menghitung waktu baku, terlebih
dahulu harus menghitung nilai kelonggaran (allowance), selanjutnya adalah
mengolah data untuk menghitung waktu baku yang diperoleh dengan langkah-
langkah:
2.4.1 Persentase Produktif
Menurut Novhela, dkk (2019), perhitungan presentase produktif dilaukan
untuk mengetahui berapa persen tingkat kinerja operator dalam melakukan proses
pekerjaan. Berikut persamaan untuk menghitung presntase produktif:

Jumlah Produktif
Persentasi produktif = × 100
Jumlah Pengamatan
% dkk (2019)
Sumber: Novhela,
2.4.2 Persentase Non Produktif
Perhitungan presentase non produktif dilakukan untuk mengetahui berapa
persen waktu menganggur operator dalam melakukan proses pekerjaan. Berikut
persamaaan untuk menghitung presentase non produktif:

Jumlah Non Produktif


Persentasi non produktif = ×
Jumlah Pengamatan
Sumber: Novhela,
100 dkk
% (2019)

2.4.3 Ratio Delay


Menurut Sofian, (2019). perhitungan ratio delay digunakan untuk
mengetahui kinerja operator dalam melakukan suatu pekerjaan, berapa banyak

83
waktu kerja operator tersebut dalam keadaan menganggur (idle), maka dilakukan
perhitungan sebagai berikut:

Presentase Non Produktif


Ratio Delay =
Pr e sentase Produktif
Sumber: Sofian (2019)
2.4.4 Performance Level
Menurut Mayasari, dkk (2019), perhitungan performance level dari
pekerja di dasarkan waktu-waktu dimana pekerja dalam keadaan bekerja, atau
menganggur, adapun perhitungan ini di utamakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang
sifatnya manual. Rumus yang digunakan untuk menghitung performance level
adalah sebagai berikut:

Jumlah Produktif Pengamatan


Performance level = ×
Jumlah Produktif + Jumlahidlie
100% Sumber: Mayasari (2019)
2.4.5 Jumlah Menit Produksi (JMP)
Menurut Sofian, (2019), untuk menghitung jumlah menit produksi (JMP)
dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
JMP = Persentase produktif × Jumlah menit pengamatan

Sumber: Sofian (2019)


2.4.6 Waktu Normal (Wn)
Menurut Yasra, dkk (2019), waktu normal merupakan waktu kerja yang
telah mempertimbangkan faktor penyesuaian, yaitu waktu siklus rata-rata
dikalikan dengan faktor penyesuaian. Di dalam praktek pengukuran kerja maka
metode penerapan rating performance kerja operator adalah di dasarkan pada satu
faktor tunggal yaitu operator speed, space atau tempo. Sistem ini di kenal sebagai
“performance rating atau speed rating”. Rating factor ini umumnya dinyatakan
dalam presentase (%) atau angka desimal, di mana performance kerja normal
akan sama dengan 100% atau 1,00. Rating factor pada umumnya diaplikasikan
untuk menormalkan waktu kerja yang diperoleh dari pengukuran kerja akibat
tempo atau kecepatan kerja operator yang berubah-ubah. Untuk itu maka waktu
normal dapat diperoleh sebagai berikut:

Wn = Ws × P

84
Sumber: Yasra (2019)
Keterangan:
Wn = Waktu normal
Ws = Waktu siklus
P = Faktor penyesuaian
2.4.7 Waktu Baku (Wb)
Menurut Yasra, dkk (2019), waktu baku adalah waktu yang sebenarnya
digunakan operator untuk memproduksi satu unit dari data jenis produk. Waktu
standar untuk setiap part harus dinyatakan termasuk toleransi untuk beristirahat
untuk mengatasi kelelahan atau untuk faktor-faktor yang tidak dapat di hindarkan.
Namun jangka waktu penggunannya waktu standar ada batasnya. Berikut adalah
perhitungan waktu baku:

Wb = Wn + (Allowance × Wn)
Sumber: Sofian (2019)

BAB 3
PENGUMPULAN DATA

85
Pada bab pengumpulan data ini akan membahas tentang data pengamatan
dan langkah kerja dari praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi modul
analisis sampling kerja (work sampling).
3.1 Data Pengamatan
Pada data pengamatan ini akan membahas tentang langkah-langkah
menentukan tabel bilangan acak pada praktikum perancangan sistem kerja dan
ergonomi analisis sampling kerja (work sampling).
1. 1 pengamatan = 77 detik
2. 1 shift = 1 jam = 60 menit = 3600 detik
3600
3. Satuan waktu = =¿ 47 satuan waktu
77
4. Tabel bilangan acak
Berikut tabel bilangan acak yang terdapat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1 Bilangan acak
6
95 25 92 35 58 24 97 14 97
8
1
79 93 37 55 47 83 75 51 33
3
0
64 87 25 21 23 05 09 51 80
9
2
44 90 32 64 69 81 84 09 29
0
7
37 32 04 05 35 07 79 71 53
3

5. Eliminasi nilai atau angka yang sama dari dua tabel bilangan acak.
Ditandai dengan blok warna hitam.
Tabel 3.2 Jumlah Pengamtan
6
95 25 92 35 58 24 97 14 97
8
1
79 93 37 55 47 83 75 51 33
3
0
64 87 25 21 23 05 09 51 80
9
2 44 90 32 64 69 81 84 09 29

86
0
7 35
37 32 04 05 07 79 71 53
3

6. Mengurutkan bilangan acak dari nilai terkecil hingga nilai terbesar.


04, 05, 07, 09, 13, 14, 20, 21, 23, 24, 25, 29, 32, 33, 35, 37, 39, 44, 47
7. Menentukan jam kunjungan
Jam kerja di mulai pukul 12.30 sampai pukul 13.30
3.2 Langkah Kerja
Berikut ini adalah langkah kerja dalam praktikum perancangan sistem
kerja dan ergonomi modul analisis sampling (work sampling).
1. Pilih dua tabel bilangan acak untuk menentukan waktu kunjungan.
2. Menyiapkan satu lego atau mainan anak-anak.
3. Pilih salah satu orang untuk dijadikan operator guna merakit lego.
4. Siapkan stopwatch digital untuk mengukur waktu kerja.
5. Salah satu orang mengawasi dan mencatat waktu kunjungan yang sudah
ditetapkan sebelumnya.
6. Selanjutnya, dahulukan perhitungan prosentase produktif, prosentase non
produktif, rasio delay, performnce level, jumlah menit produktif, waktu
normal dan waku baku.

87
BAB 4
PENGOLAHAN DATA

Pada bab ini menjelaskan mengenai pengolahan data yang diperoleh dari
praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi modul sampling kerja (work
sampling).
4.1 Menentukan Waktu Kunjungan Kerja
Jam kerja dimulai pukul 12.30 sampai 13.30 sehingga jam kunjungan
berikutnya adalah sebagai berikut.
1. Pukul 12.30 + (04 × 1,28) = 12.30 + 5 = 12.35 menit
2. Pukul 12.30 + (05 × 1,28) = 12.30 + 6 = 12.36 menit
3. Pukul 12.30 + (07 × 1,28) = 12.30 + 9 = 12.39 menit
4. Pukul 12.30 + (09 × 1,28) = 12.30 + 12 = 12.42 menit
5. Pukul 12.30 + (13 × 1,28) = 12.30 + 17 = 12.47 menit
6. Pukul 12.30 + (14 × 1,28) = 12.30 + 18 = 12.48 menit
7. Pukul 12.30 + (20 × 1,28) = 12.30 + 26 = 12.56 menit
8. Pukul 12.30 + (21 × 1,28) = 12.30 + 27 = 12.57 menit
9. Pukul 12.30 + (23 × 1,28) = 12.30 + 29 = 12.59 menit
10. Pukul 12.30 + (24 × 1,28) = 12.30 + 31 = 13.01 menit
11. Pukul 12.30 + (25 × 1,28) = 12.30 + 32 = 13.02 menit
12. Pukul 12.30 + (29 × 1,28) = 12.30 + 37 = 13.07 menit
13. Pukul 12.30 + (32 × 1,28) = 12.30 + 41 = 13.11 menit
14. Pukul 12.30 + (33 × 1,28) = 12.30 + 42 = 13.12 menit
15. Pukul 12.30 + (35 × 1,28) = 12.30 + 45 = 13.15 menit
16. Pukul 12.30 + (37 × 1,28) = 12.30 + 47 = 13.17 menit
17. Pukul 12.30 + (39 × 1,28) = 12.30 + 50 = 13.20 menit
18. Pukul 12.30 + (44 × 1,28) = 12.30 + 56 = 13.26 menit
19. Pukul 12.30 + (47 × 1,28) = 12.30 + 60 = 13.30 menit

88
4.2 Menentukan Status Operasi
Berikut ini adalah penentuan status operasi yang dimulai pukul 12.30
sampai 13.30.
Tabel 4.1 Jam Kunjungan Kerja dan Status Operasi
Status Operator
No Jam Kunjungan Kerja
Produktif
1 Pukul 12.30 + (04 × 1,28) = 12.30 + 5 = 12.35 menit 
2 Pukul 12.30 + (05 × 1,28) = 12.30 + 6 = 12.36 menit 
3 Pukul 12.30 + (07 × 1,28) = 12.30 + 9 = 12.39 menit 
4 Pukul 12.30 + (09 × 1,28) = 12.30 + 12 = 12.42 menit 
5 Pukul 12.30 + (13 × 1,28) = 12.30 + 17 = 12.47 menit 
6 Pukul 12.30 + (14 × 1,28) = 12.30 + 18 = 12.48 menit 
7 Pukul 12.30 + (20 × 1,28) = 12.30 + 26 = 12.56 menit −¿
8 Pukul 12.30 + (21 × 1,28) = 12.30 + 27 = 12.57 menit 
9 Pukul 12.30 + (23 × 1,28) = 12.30 + 29 = 12.59 menit −¿
10 Pukul 12.30 + (24 × 1,28) = 12.30 + 31 = 13.01 menit 
11 Pukul 12.30 + (25 × 1,28) = 12.30 + 32 = 13.02 menit 
12 Pukul 12.30 + (29 × 1,28) = 12.30 + 37 = 13.07 menit 
13 Pukul 12.30 + (32 × 1,28) = 12.30 + 41 = 13.11 menit −¿
14 Pukul 12.30 + (33 × 1,28) = 12.30 + 42 = 13.12 menit 
15 Pukul 12.30 + (35 × 1,28) = 12.30 + 45 = 13.15 menit 
16 Pukul 12.30 + (37 × 1,28) = 12.30 + 47 = 13.17 menit 
17 Pukul 12.30 + (39 × 1,28) = 12.30 + 50 = 13.20 menit 
18 Pukul 12.30 + (44 × 1,28) = 12.30 + 56 = 13.26 menit 
19 Pukul 12.30 + (47 × 1,28) = 12.30 + 60 = 13.30 menit 
Total Produktif 16

4.3 Perhitungan pada Sampling Kerja


Berikut ini adalah perhitungan pada sampling kerja.
1. Presentase Produktif
Berikut adalah hasil perhitungan presentase produktif.
Total Produktif
PP = ×100 %
Total Pengamatan
16
PP = ×100 %
19
PP = 0,84 × 100%
PP = 84%

89
2. Presentase Non Produktif
Berikut adalah hasil perhitungan presentase non produktif.
Total Idle
I = ×100 %
Total Pengamatan
3
I = ×100 %
19
I = 0,16 × 100%
I = 16%
3. Ratio Delay
Berikut ini adalah perhitungan ratio delay.
Presentase Non Produktif
Ratio Delay =
Presentase Produktif
0,16
Ratio Delay =
0,84
Ratio Delay = 0,19
4. Performance Level
Berikut adalah hasil perhitungan performance level.
Produktif
Performance Level = ×100 %
Produktif +non produktif
16
Performance Level = × 100 %
16+3
16
Performance Level = ×100 %
19
Performance Level = 0,84 × 100%
Performance Level = 84%
5. Jumlah Menit Produktif (JMP)
Berikut adalah hasil perhitungan jumlah menit produktif (JMP).
JMP = PP × Jumlah Menit Pengamatan
JMP = 0,84 × (19 × 1,28)
JMP = 0,84 × 24,32
JMP = 20,42 menit

6. Waktu Yang Diperlukan Per Unit

90
Berikut adalah hasil perhitungan waktu yang diperlukan per unit.
JMP
Waktu Per Unit =
Jumlah Unit Yang Dihasilkan Selama Masa Pengamatan
20,42
Waktu Per Unit =
1
Waktu Per Unit = 20,42 menit/unit
7. Waktu Normal (Wn)
Berikut adalah hasil perhitungan waktu normal.
Wn = Waktu Yang Diperlukan x presentase produktif
Wn = 20,42 × 0,84
Wn = 17,15 unit/menit
8. Waktu Baku (Wb)
Berikut adalah hasil perhitungan waktu baku.
Wb = Wn + (Allowance × Wn)
Wb = 17,15 + (9,6 × 17,15)
Wb = 17,15 + 164.64
Wb = 181,79 unit/menit
Wb = 3,02 unit/jam
9. Uji Kecukupan Data
Berikut adalah hasil perhitungan uji kecukupan data.
k 2 . ( 1− ṕ )
N’ =
s2 . p
22 . ( 1−0,84 )
N’ =
0,05 .0,84
4 . 0,16
N’ =
0,0025 .0,84
0,64
N’ =
0,0021
N’ = 304,76
N’ > n maka data tidak cukup.
10. Uji Keseragaman Data
Berikut adalah hasil perhitungan uji keseragaman data BKA (batas kontrol
atas).

91
ṕ . ( 1− ṕ )
( √ )
BKA = ṕ+ k .
n

0,84 . ( 1−0,84 )
(√
BKA = 0,84+ 2 . ) 19

0,84 . 0,16
( √
BKA = 0,84+ 2 . ) 19

0,13
( √ )
BKA = 0,84+ 2 .
19
BKA = 0,84+ ( 2. √ 0,006 )
BKA = 0,84+ ( 2. 0,07 )
BKA = 0,84+ 0,14
BKA = 0,98
Berikut adalah hasil perhitungan uji keseragaman data BKB (batas kontrol
bawah).

ṕ . ( 1− ṕ )
BKB = ṕ− k .(√ ) n

0,84 . ( 1−0,84 )
BKB = 0,84− 2.(√ ) 19

0,84 . 0,16
BKB = 0,84− 2.( √ ) 19

0,13
BKB = 0,84− 2.( √ ) 19
BKB = 0,84−( 2 . √ 0,006 )
BKB = 0,84−( 2 . 0,07 )
BKB = 0,84−0,14
BKB = 0,7
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil perhitungan uji keseragaman data
adalah sebagai berikut.
BKA = 0,98
x́ = 0,84
BKB = 0,7
4.4 Analisa Data

92
Dari pengolahan data diatas dapat dianalisis praktikum perancangan sistem
kerja dan ergonomi modul sampling kerja (work sampling). Berikut ini adalah
hasil analisis data yang diperoleh dari pengamatan.
Dari pengolahan data di atas dapat dianalisa dan diperoleh nilai presentase
produktif sebesar 84%, nilai presentase non produktif sebesar 16%, ratio delay
sebesar 0,19 , performance level sebesar 84%, jumlah menit produksi sebesar
20,42 menit, jadi untuk satu unit produk bisa diselesaikan dalam waktu 20,42
menit, waktu normal sebesar 17,15 unit/menit, waktu baku sebesar 3,02 unit/jam,
N’ sebesar 304,76, BKA sebesar 0,98 , ṕ sebesar 0,84 , BKB sebesar 0,7.

93
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab penutup ini membahas tentang kesimpulan dan saran dari
praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi modul analisa sampling kerja
(work sampling).
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dalam praktikum perancangan
sistem kerja dan ergonomi modul work sampling ini kami menyimpulkan yaitu:
1. Work sampling adalah suatu teknik untuk mengadakan sejumlah
besar pengamatan terhadap aktifitas kinerja dari mesin, proses atau
pekerja atau operator. Metode sampling kerja sangat cocok digunakan
dalam melakukan pengamatan atas pekerjaan yang sifatnya tidak
berulang dan memiliki siklus waktu yang relatif panjang. Prosedur
penggunaannya cukup sederhana, yaitu melakukan pengamatan aktifitas
kerja untuk selang waktu yang diambil secara acak terhadap satu atau lebih
mesin atau operator tersebut dalam keadaan bekerja ataupun menganggur.
2. Sebelum melakukan perhitungan atau menentukan aktifitas pegawai
maka lebih dahulu menentukan bilangan acak atau random berfungsi
untuk mengetahui selang waktu kunjungan. Data bilangan acak atau
random pada penelitian ini diambil dari microsoft excel.
3. Pengukuran waktu dimulai dari pengamatan pendahuluan kemudian
menentukan bilangan acak untuk mengambil waktu kunjungan dengan
cara mengambil data sampel secara acak menggunakan microsoft excel
dengan rumus rand. Setelah didapatkan kegiatan produktif atau non
produktif pegawai berikutnya adalah melakukan pengolahan data
diantaranya.

94
4. Dari praktikum perancangan sistem kerja modul analisa sampling kerja
(work sampling) diperoleh data sebagai berikut yaitu: prosentase produktif
sebesar 84 %, prosentase non produktif sebesar 16 %, ratio delay sebesar
0,19, performance level sebesar 84 %, jumlah menit produktif sebesar
20,42 menit, waktu yang diperlukan per unit sebesar 20,42 menit, waktu
normal sebesar 17,15 unit/menit, waktu baku sebesar 3,02 unit/jam,
kecukupan data sebesar 304,76, batas kontrol atas (BKA) sebesar 0,98 dan
batas kontrol bawah (BKB) sebesar 0,7.
5.2 Saran
Dari praktikum perancangan sistem kerja modul work sampling kami
memberi saran agar legonya diperbaiki lagi karna ada lego yang agak rusak karna
lego rusak membuat praktikan kesusahan untuk merakitnya dan mencari data.

95
DAFTAR PUSTAKA

Hutabarat, Julianus. 2018. “Kognitif Ergonomi Aplikasi Pada Pencantingan Batik


Tulis Dan Sopir Angkutan Kota”. Malang: Mitra Gajayana.
Mayasari, Antika. 2019. “Penentuan Waktu Standar Dan Jumlah Tenaga Kerja
Optimal Pada Bagian Penyoletan Batik di Ud. Batik Satrio Manah
Tulungagung”. Kediri: Universitas Kadiri. Fakultas Teknik. Jurusan
Teknik Industri. Vol. 1, No. 1, Hal. 1-8.
Novhela, Intan. 2019. “Analisis Beban Kerja Fisik Dan Perancangan Kebutuhan
Jumlah Pegawai Menggunakan Metode Work Sampling Pada Divisi
Human Resource Department Di Pt Pikiran Rakyat Bandung”. Bandung:
Universitas Telkom. Fakultas Rekayasa Industri. Jurusan Teknik Industri.
Vol. 6, No. 2, Hal. 5840-5846.
Sofian, Randi. 2019. “Perbaikan Lingkungan Kerja Guna Meningkatkan
produktivitas Dan Kesejahteraan Pengrajin Atap Daun nipah Tradisional
Di Desa Pulau Palas Dengan Metode work Sampling”. Riau: Universitas
Islam Indragiri. Jurusan Teknik Industri. Vol. 3, No. 1, Hal. 9-17.
Sutalaksana, Iftikar Z. 2006. “Teknik Tata Cara Kerja dan Ergonomi”. Bandung:
Institut Teknologi Bandung.
Yasra, Refdilzon. 2019. “Penetapan Waktu Standar Operator Pelayanan
Pengisian Bbm Dengan Menggunakan Metode Work Sampling”. Batam:
STT Ibnu Sina. Jurusan Teknik Industri. Vol. 3, No. 1, Hal. 79-88.

96
BAB 1
PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini akan membahas tentang latar belakang, tujuan
praktikum, dan fungsi alat serta bahan yang digunakan dalam praktikum
perancangan sistem kerja dan ergonomi modul micromotion study.
1.1 Latar Belakang
Aspek manusia perlu diperhatikan dalam perancangan tata letak. Beberapa
studi terdahulu menerapkan konsep ekonomi gerakan dalam perancangan tata
letak. Implementasi konsep ekonomi gerakan dapat diintegrasikan dengan konsep
Total Management Quality (TQM) dalam perancangan layout. Integrasi konsep
teknik industri termasuk didalamnya melalui studi waktu dan gerakan dalam
perancangan layout dapat meningkatkan produktivitas dan fleksibilitas sistem.
Efektivitas sebuah sistem produksi tidak hanya dapat dilihat dari metode
kerja, namun juga dari keseimbangan lintasan produksi. Metode kerja terbaik
telah ditemukan dari micromotion study, maka waktu siklus setiap stasiun kerja
akan optimal sehingga tidak lagi terjadi penumpukan barang yang menunggu
diproses pada stasiun kerja. Studi gerakan pada umumnya diklasifikasikan
kedalam 2 macam studi, yaitu visual motion study dan micromotion study. Visual
motion study umumnya lebih sering digunakan karena dianggap jauh lebih
ekonomis.
Mengamati suatu pekerjaan yang sedang berlangsung hal ini sudah pasti
terlihat adalah adanya suatu gerakan-gerakan yang membentuk kerja tersebut.
Gerkan-gerakan yang dilakukan oleh seorang pekerja ada yang sudah tepat namun
tidak jarang menemui gerakan yang dianggap tidak perlu atau tidak efisien. Dalam
menganalisa gerakan kerja sering dijumpai kesulitan dalam menentukan batas-

97
batas suatu elemen Therbligh dengan elemen lainnya karena waktu gerakan yang
terlalu singkat, sehingga sangat sulit diamati melalui visual.
1.2 Tujuan Praktikum
Berikut adalah tujuan praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi
modul micromotion study:
1. Mampu mengetahui definisi micromotion study.
2. Mampu mengetahui prinsip-prinsip ekonomi gerakan.
3. Mampu mengetahui definisi dan kegunaan peta tangan kiri dan tangan
kanan.
4. Mampu menganalisa perhitungan yang ada pada micromotion study.
1.3 Fungsi Alat dan Bahan
Berikut adalah alat dan bahan beserta fungsinya yang digunakan dalam
praktikum perancangan sistem kerja dan ergonomi modul micromotion study.
1. Lego, sebagai media untuk pengamatan.
2. Stopwatch digital, digunakan untuk mengkur waktu.
3. Handphone, sebagai alat untuk merekan perakitan lego.

98
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

Pada bab ini akan membahas tentang micrmotion study, prinsip ekonomi
gerakan, peta tangan kiri dan tangan kanan dan lambang therblig pada praktikum
perancangan sistem kerja dan ergonomi modul micromotion study.
2.1 Micromotion study
Menurut Wignjosoebroto dalam Suhardi (2008), studi gerakan adalah
analisa yang dilakukan terhadap beberapa gerakan bagian badan pekerja dalam,
menyelesaikan pekerjaannya. Dengan demikian diharapkan agar gerakan -
gerakan yang tidak efektif dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sehingga
diperoleh penghematan dalam waktu kerja, yang selanjutnya dapat menghemat
pemakaian fasilitas – fasilitas yang tersedia untuk pekerjaan tersebut . Hal yang
sudah pasti terlihat apabila mengamati pekerjaan yang sedang berlangsung adalah
gerakan – gerakan yang membentuk kerja tersebut. Micromotion study sendiri
merupakan ilmu yang mempelajari elemen dasar atau subdivisi berdasarkan
gambar gerakan kamera, alat penghitung waktu yang secara akurat dapat
menghitung interval waktu pada gambar film. Dalam praktukum micromotion
study akan direkam gerakan-gerakan operator dalam merakit sebuah produk
menjadi produk jadi menggunakan camera vidio, kemudian hasil rekaman vidio
itu akan dianalisis gerakan–gerakan operator untuk mengetahui waktu baku yang
diperoleh dari perhitungan tabel. Nilai waktu baku yang diperoleh akan
dibandingkan dengan waktu siklus, jika waktu baku < waktu siklus maka dapat
dikatakan bahwa operator bekerja secara efektif.
2.2 Prinsip Ekonomi Gerakan

99
Menurut Erliana (2015), proses analisis metode kerja pada prinsipnya akan
menitik-beratkan pada studi tentang gerakan – gerakan kerja yang dilakukan oleh
pekerja untuk menyekesaikan pekerjaan. Dari hasil studi ini diharapkan akan
menghasilkan gerakan – gerakan standar untuk mencapai maksud ini terlebih
dahulu haruslah dipeoleh kondisi pekerjaan yang memungkinkan dilakukannya
gerakan – gerakan secara ekonomis. Hal ini selanjutnya disebut studi ekonomi
Gerakan. Pada studi ekonomi gerakan ketika menganalisa dan mengevaluasi
metode kerja untuk memperoleh metode kerja yang lebih efisien, maka perlu
mempertimbangkan prinsip – prinsip ekonomi gerakan . Prinsip ekonomi gerakan
ini dapat dipergunakan untuk gerakan gerakan kerja setempat yang terjadi dalam
sebuah proses kerja juga untuk kegiatan kerja yang berlangsung secara
menyeluruh dari suatu proses kerja yang lainnya.
1. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan penggunaan anggota tubuh
manusia:
a. Sebaiknya kedua tangan harus memulai dan mengakhiri gerakannya dalam
waktu yang bersamaan.
b. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur paada saat yang sama kecuali
pada waktu istirahat.
c. Gerakan tangan akan mudah jika satu terhadap lainnya simetris dan
berlawanan arah.
d. Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat, yaitu hanya menggerakan
bagian badan yang diperlukan saja untuk melakukan pekerjaan sebaik-
baiknya.
e. Hindari gerakan yang menyebabkan perubahan arah karena akan
menghabiskan waktu yang lebih banyak.
f. Pekerjaan harus diatur sedemikian rupa sehingga gerak mata terbatas pada
suatu bidang tanpa perlu mengubah fokus.
2. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan tempat kerja berlangsung:
a. Sebaiknya dan peralatan mempunyai tempat yang tetap.
b. Tempatkan bahan-bahan dan fasilitas kerja di tempat yang mudah dan cepat
untuk dicapai.

100
c. Tempat penyimpanan bahan yang akan dipakai selalu tersedia di tempat
yang dekat untuk diambil.
d. Mekanisme yang baik untuk menyalurkan objek yang sudah selesai
dirancang.
e. Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya di tempatkan teratur sedemikian rupa
sehingga gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urutan terbaik.
f. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya diarancang sedemikian rupa
sehingga alternative berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan
merupakan suatu hal yang menyenangkan.
g. Tipe tinggi kursi harus dirancang sedemikian rupa segingga mendudukinya
memiliki postur tubuh yang baik dan nyaman
h. Tata letak fasilitas kerja sebaiknya diatur sedemikian rupa agar dapat
membentuk posisi kerja yang baik
3. Prinsip ekonomi gerakan dihubungkan dengan desain peralatan kerja yang
dipergunakan
a. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan
dari perkakas pembantu atau alat yang dapat digerakkan dengan kaki dapat
ditingkatkan.
b. Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa agar mempunyai lebih dari
satu kegunaan.
c. Peralatan sebaiknya dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan
dalam pemegangan dan penyimpanan.
d. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri, misalnya seperti
pekerjaan mengetik beban yang didistribusikan pada jari harus sesuai
dengan kekuatan masing-masing jari.
2.3 Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan
Menurut Lumbantobing dkk (2018), berguna untuk memperbaiki sistem
kerja. Peta ini mempunyai kegunaan yang lebih khusus, diantaranya:
menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan;
menghilangkan atau mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak
produktif, sehingga tentunya akan mempersingkat waktu kerja; sebagai alat untuk
menganalisis tata letak Peta tangan kanan-tangan kiri sistem kerja; sebagai alat

101
untuk melatih pekerja baru, dengan cara kerja yang ideal. Elemen-elemen gerak
yang biasanya dibagi ke dalam delapan buah elemen yaitu: Menjangkau (Re),
Memegang (G), Membawa (M), Mengarahkan (P), Menggunakan (U), Melepas
(RI), Menganggur (D), Memegang untuk memakai (H).
2.4 Gerakan Fundamental (Therbligh)
Menurut Mahendra dalam Nugraha (2018), gerak dasar fundamental
(basic fundamental movement) yang merupakan pola gerakan yang menjadi dasar
untuk ketangkasan gerak yang lebih kompleks. Gerakan-gerakan ini terjadi
atas dasar gerakan refleks yang berhubungan dengan badannya, merupakan
bawaan sejak lahir dan terjadi tanpa melalui latihan, tetapi dapat diperhalus lebih
baik lagi dengan latihan. Gerakan-gerakan dasar fundamental dibagi atas gerakan
lokomotor, non lokomotor dan manipulative. Gerakan lokomotor merupakan
gerakan berpindah tempat dari satu titik ke titik yang lain. gerakan
lokomotor adalah gerakan yang menyebabkan terjadinya perpindahan tempat atau
keterampilan yang digunakan memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat
lainnya. Gerakan non lokomotor adalah gerakan yang tidak menyebabkan
pelakunya berpindah tempat, seperti menekuk, membengkokkan badan,
membungkuk, menarik, mendorong, meregang, memutar. Gerak dasar
manipulative merupakan gerak dasar yang kompleks karena seseorang
melibatkan seluruh bagian tubuhnya untuk memanipulasi benda. Elemen gerakan
therbligh ini terdiri dari 17 gerakan dasar, berikut merupakan gerakan elemen
dasar therbligh terlihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Lambang – Lambang Therbligh.
Lambang Lambang
No Nama Therblig Warna
huruf gambar
1 Mencari (Search) Sh Black

2 Memilih (Select) Sl Gray Light ⟶


3 Memegang (Grasp) G Lake Red Ω
Menjangkau atau membawa tanpa
4 TE Olive Green
beban (Transport Empty)
Membawa dengan beban
5 TL Green
(Transport loaded)
6 Memegang (Hold) H Gold Ochre

102
7 Melepas (Release load) RL Carmine Red

8 Mengarahkan (Position) P Blue 9


9 Mengarahkan awal (Pre Position) PP Sky Blue

10 Memeriksa (Inspection) I Burn Ochre 0


11 Merakit (Assemble) A Violet Heavy

12 Mengurai rakit (Disassembly) DA Violet

Tabel 2.1 Lambang – Lambang Therbligh (Lanjutan…).


13 Memakai (Use) U Purple
Keterlambatan yang tak
14 UD Yellow Ochre
terhindarkan (Unaviodable delay)
Keterlambatan yang dapat Lemon
15 AD
dihindarkan (Aviodable delay) Yellow
16 Merencana (Plan) Pn Brown B
Istirahat untuk menghilangkan P
17 R Orange
lelah (Rest to overcome fatigue)

Berikut adalah penjabaran dari 17 elemen gerakan dasar di atas:


1. Mencari (Search)
Elemen gerakan mencari merupakan gerakan dasar pegawai untuk
menemukan lokasi objek, menggunakan mata. Mencari ini termasuk dalam
gerakan therblig yang tidak efektif. Contoh mencari letak komputer yang akan
digunakan mengetik, menemukan lokasi atau letak telepon yang berdering.
2. Memilih (Select)
Gerakan untuk menemukan suatu objek yang tercampur menggunakan
tangan dan mata, baru berhenti bila objek sudah ditemukan. Memilih ini termasuk
dalam elemen gerakan therblig yang tidak efektif. Contoh mencari sebuah file
pada tumpukan berkas, mencari sebuah pena dikumpulkan alat tulis.
3. Memegang (Grasp)
Gerakan untuk memegang objek, biasanya didahului dengan gerakan
menjangkau dan dilanjutkan dengan gerakan membawa. Memegang adalah
elemen therblig yang diklasifikasikan sebagai elemen gerakan efektif yang

103
biasanya tidak bisa dihilangkan tetapi dalam beberapa hal dapat diperbaiki.
Contoh memegang file yang telah ditemukan kemudian membawanya ke meja
kerja.
4. Menjangkau (Transport empty)
Gerakan tangan berpindah tempat tanpa beban, baik gerakan mendekati
maupun menjauhi objek. Gerakan ini diklasifikasikan sebagai elemen therblig
yang efektif dan sulit untuk dihilangkan secara keseluruhan dari suatu siklus kerja.
Meskipun demikian gerakan ini dapat diperbaiki dengan memperpendek jarak
jangkauan serta memberikan lokasi yang tetap untuk obyek yang harus dicapai
selama siklus kerja berlangsung. Contoh: menjangkau mouse komputer ketika
menggunakan komputer. menjangkau benda yang berada sedikit tinggi ketika kita
ingin mengambil file diatas lemari.
5. Membawa (Transport loaded)
Gerakan berpindah tangan dimana tangan dalam keadaan dibebani.elemen
gerak membawa termasuk therblig yang efektif sehingga sulit untuk dihindarkan.
Tetapi waktu yang digunakan untuk elemen kegiatan ini dapat dihemat dengan
cara mengurangi jarak perpindahan, meringankan beban yang harus dipindahkan,
dan memperbaiki tipe pemindahan beban dengan prinsip gravitasi atau
mempergunakan peralatan material handling. Contoh: membawa laptop ke ruang
rapat, membawa tumpukan file ke ruang arsip.
6. Memegang untuk memakai (Hold)
Gerakan memegang tanpa menggerakan objek yang sedang dipegang.
Elemen memegang untuk memakai adalah elemen kerja yang efektif yang bisa
dihilangkan dengan memakai alat bantu untuk memegang obyek. Contoh:
menggunakan komputer ketika mengetik, menghidupkan mesin cetak misalnya
printer ketika ingin mencetak berkas.
7. Melepas (Release)
Gerakan ini terjadi ketika pekerja melepaskan objek yang dipegangnya.
Berawal dari pekerja mulai melepaskan tangannya dari objek dan berakhir bila
seluruh jarinya tidak menyentuh objek lagi. Elemen gerak melepas termasuk
elemen therblig yang efektif yang bisa diperbaiki. Contoh: meletakkan kunci
inggris setelah memperbaiki mesin.

104
8. Mengarahkan (Position)
Didahului oleh gerakan mengangkut dan diikuti oleh gerakan merakit
(assembling). Misalnya memutar, menggeser ke tempat yang diinginkan dan
berakhir pada saat objek sudah dirakit atau mulai dipakai. Elemen gerak ini
termasuk therblig yang tidak efektif, sehingga untuk itu harus diusahakan untuk
dihilangkan. Waktu untuk mengarahkan dapat diefisiensikan dengan
mempergunakan alat bantu. Contoh: menggeser meja kerja ke dekat dinding,
Memindahkan printer kedekat komputer kemudian menyambungkannya dengan
komputer.

9. Mengarahkan awal ( Pre Position)


Didahului oleh gerakan mengangkut dan diikuti oleh gerakan merakit
(assembling). Misalnya memutar, menggeser ketempat yang diinginkan dan
berakhir pada saat objek sudah dirakit atau mulai dipakai. Elemen gerak ini
termasuk therblig yang tidak efektif, sehingga untuk itu harus diusahakan untuk
dihilangkan. Waktu untuk mengarahkan dapat di denifisiensikan dengan
mempergunakan alat bantu. Contoh: menggeser meja kerja ke dekat dinding,
Memindahkan printer kedekat komputer kemudian menyambungkannya dengan
komputer.
10. Pemeriksaan (Inspect)
Pekerjaan memeriksa objek untuk mengetahui apakah objek telah
memenuhi syarat tertentu atau belum. Elemen ini termasuk elemen therblig yang
tidak efektif. Contoh: memeriksa tinta printer, memeriksa kembali dokumen
laporan yang akan diserahkan pada atasan.
11. Perakitan (Assemble)
Gerakan untuk menghubungkan satu objek dengan objek lain sehingga
menjadi satu kesatuan.Elemen ini merupakan elemen therblig yang efektif yang
tidak dapat dihilangkan sama sekali tetapi dapat diperbaiki. Contoh:
menyambungkan mouse pada laptop dan menyambungkan printer pada komputer.
12. Lepas rakit (Dissamble)

105
Dua bagian objek dipisahkan dari satu kesatuan.Ini termasuk gerakan
therbligh yang efektif. Contoh: melepaskan mouse pada laptop ketika selesai
digunakan, melepaskan kabel proyektor dari laptop ketika selesai presentasi.
13. Memakai (Use)
Bila satu tangan atau kedua tangan digunkan untuk menggunakan alat.
Memakai adalah elemen gerakan efektif therblig dimana salah satu atau kedua
tangan digunakan untuk memakai tau mengontrol suatu alat untuk tujuan-tujuan
tertentu selama kerja berlangsung. Contoh: mengetik file, menulis menggunakan
pena, menstempel suatu berkas, dan lain - lain.
14. Kelambatan yang tidak dapat dihindarkan (Unavoidable Delay)
Kelambatan disini maksudnya adalah kelambatan yang terjadi di luar
kemampuan pengendalian pegawai. Kondisi ini diakibatkan oleh hal-hal di luar
kontrol dari operator dan merupakan interupsi terhadap proses kerja yang sedang
berlangsung. Ini termasuk gerakan therbligh yang tidak efektif. Contoh: ketika
ingin mencetak berkas printernya ternyata rusak.
15. Kelambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable Delay)
Disebabkan oleh hal-hal yang ditimbulkan sepanjang waktu kerja oleh
pegawai baik disengaja maupun tidak. Kegiatan ini menunjukan situasi yang tidak
produktif yang dilakukan oleh operator sehingga perbaikan atau penanggulangan
yang perlu dilakukan lebih ditujukan kepada operator sendiri tanpa harus merubah
proses kerja lainnya. Ini termasuk gerakan therbligh yang tidak efektif. Contoh:
pegawai yang sedang mengalami masalah pribadi tidak bisa berkonsentrasi pada
pekerjaannya.
16. Merencana (Plan)
Merupakan proses mental dimana operator berfikir untuk menentukan
tindakan yang akan diambil selanjutnya. Elemen ini merupakan proses mental
dimana operator berhenti sejenak bekerja dan berpikir untuk menentukan
tindakan-tindakan apa yang harus dilakukan. Ini termasuk gerakan therbligh yang
tidak efektif. Contoh: seorang pegawai telah selesai mengerjakan suatu
pekerjaannya ia berencana menyerahkannya kepada atasannya.
17. Istirahat untuk menghilangkan fatique (Rest to overcome fatique)

106
Terjadi pada setiap siklus kerja tetapi secara periodic waktu untuk
memulihkan kembali kondisi badan dari rasa fatique sebagai akibat kerja berbeda-
beda, tidak saja karena jenis pekerjaannya tetapi juga karena pegawainya. Elemen
ini tidak terjadi pada setiap siklus kerja akan tetapi berlangsung secara periodik.
Ini termasuk gerakan therbligh yang tidak efektif. Contoh: hari sabtu libur
bekerja, dan adanya waktu istirahat makan siang yang cukup panjang dari jam
12.00 – 13.00.

107

Anda mungkin juga menyukai