Contoh Best Practice Penelitian22 PDF
Contoh Best Practice Penelitian22 PDF
BEST PRACTICES
OLEH :
Puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah Best Practices dengan
Mendeskripsikan Ciri-Ciri Tumbuhan atau Binatang pada Siswa Lambat Belajar di Kelas II
SDN Cibala”.
Makalah ini berisi deskripsi mengenai penerapan metode permainan yang diberi
nama ”Monopoli Sederhana” dalam proses pembelajaran tematik sebagai salah satu
alternatif pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan kemampuan siswa Lambat
Belajar.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih terdapat berbagai
kelemahanan, baik dari segi isi maupun penggunaan kebahasaannya, sehingga masih
begitu jauh dari kesempurnaan.
Akhirnya, apapun yang penulis sajikan dalam makalah sederhana ini, semoga
dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri, umumnya bagi siapa saja yang
berkepentingan.
Semoga Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan petunjuk yang terbaik bagi kita
semua. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. i
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................. 1
B. Permasalahan .................................................................... 5
C. Strategi Pemecahan Masalah ........................................... 6
BAB II PEMBAHASAN
A. Alasan Pemilihan Strategi Pemecahan Masalah ............. 8
B. Hasil yang Dicapai dari Strategi yang Dipilih ................. 9
C. Kendala-kendala yang Dihadapi dalam Melaksanakan Strategi yang Dipilih 11
D. Faktor-faktor Pendukung ................................................................................. 11
E. Alternatif Pengembangan ................................................................................. 12
BAB III SIMPULAN DAN REKOMENDASI OPERASIONAL
A. Simpulan 13
B. Rekomendasi Operasional .................................................................................... 14
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
Secara yuridis formal, pendidikan inklusif di Indonesia juga memiliki landasan hukum
yang kuat. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pasal. 5
Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu‟.
Ayat (2): Warganegara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan/atau
sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Ayat (3) „Warga negara di daerah terpencil atau
terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan
khusus‟. Ayat (4) „Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak
memperoleh pendidikan khusus.
Sejalan dengan Pasal 5 di atas, dalam Pasal 11 ayat (1) dan (2) juga dinyatakan bahwa
„Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi‟.
Selain itu, pasal 3 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 tahun 2009
menyatakan bahwa :
Setiap siswa yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, sosial, atau memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan
pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
penyelenggaraan pendidikan inklusif pada dasarnya harus dapat memfasilitasi siswa yang
berkebutuhan khusus, seperti lambat belajar untuk dapat memperoleh pengalaman belajar yang
bermakna bersama-sama dengan siswa lain yang normal tanpa adanya diskriminasi.
wujud sekolah inklusif menuntut pihak sekolah untuk melakukan penyesuaian baik dari segi
individu siswa. Sehingga, melalui pendidikan inklusi, siswa yang berkebutuhan khusus memiliki
kesempatan yang sama dengan siswa lain yang normal untuk dapat mengoptimalkan potensi
yang dimilikinya. Hal ini dilandasi oleh suatu kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat
anak normal dan anak tidak normal (berkebutuhan khusus) yang tidak dapat dipisahkan sebagai
suatu komunitas sosial. Sebagaimana asumsi yang diungkapkan dalam Teori Piaget bahwa
seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan perkembangan yang sama, namun perkembangan itu
Bertitik tolak dari hal itu, penyelenggaraan pendidikan inklusif dalam wujud sekolah
inklusif baik secara langsung maupun tidak langsung menuntut guru untuk mampu mengemas
setiap proses pembelajaran sedemikian rupa agar sesuai dengan prinsip PAIKEM dan dapat
mengakomodasi pemenuhan kebutuhan siswa berkebutuhan khusus yang ada di kelas tersebut.
Karena, apabila pembelajaran yang dilakukan hanya sebatas mentransfer ilmu pengetahuan,
siswa yang berkebutuhan khusus tidak dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Hal itu juga
dialami dalam kegiatan pembelajaran di kelas II SDN Cibala. Ketika proses pembelajaran
dilaksanakan secara konvensional, hasil belajar siswa berkebutuhan khusus masih jauh dari
KKM yang ditentukan. Sebagai dasar pengembangan proses pembelajaran, berikut akan
pada siswa berkebutuhan khusus. Siswa berkebutuhan khusus yang terdapat di kelas II SDN
Cibala termasuk pada kategori lambat belajar (slow learner). Menurut John David (2009 : 68) :
Istilah lambat belajar (Slow Learner) seringkali dipakai untuk seorang anak yang tidak dapat
belajar dengan baik di sekolah. Anak yang termasuk Slow Learner ditandai dengan skor IQ yang
rendah dan memiliki ketidakstabilan emosional.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan terhadap pembelajaran tematik di kelas
II SDN Cibala pada hari Sabtu tanggal 22 Maret 2014 yang memuat mata pelajaran Bahasa
Indonesia dan Penjasorkes dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa lambat belajar masih belum
mencapai target yang ditentukan. Siswa tersebut mendapat nilai paling rendah diantara teman-
temannya, yaitu 33, sedangkan KKM yang harus dicapai adalah 65. Secara lebih lengkap, data
mengenai perolehan nilai kemampuan berbicara siswa Lambat belajar dapat dilihat pada tabel
1.1 (terlampir)
dikarenakan proses pembelajaran yang dilaksanakan kurang menyentuh sisi kebutuhan khusus
siswa yang bersangkutan. Siswa tersebut motivasi belajarnya tergolong sangat kurang. Dalam
kegiatan pembelajaran sehari-hari, siswa tersebut pasif dan tidak mau berpartisipasi. Siswa
kurang berani untuk tampil di depan teman-temannya. Kemudian, dia tidak pernah mau bertanya
atau mengajukan pendapat ketika proses pembelajaran berlangsung. Sehingga hal itu berdampak
pada rendahnya kemampuan berbicara siswa, khususnya pada materi pokok mendeskripsikan
Rendahnya hasil belajar siswa tersebut juga disebabkan oleh proses pembelajaran yang
bersifat konvensional, yaitu pembelajaran masih bersifat teacher centered. Metode pembelajaran
alternatif pemecahan masalah yang dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih baik dalam
proses pembelajaran, sehingga hasil belajar seluruh siswa terutama siswa lambat belajar dapat
lebih meningkat dari sebelumnya. Sebagai salah satu solusi yang dapat dilakukan berkaitan
dengan permasalahan di atas adalah dengan menerapkan suatu metode pembelajaran yang lebih
menarik bagi siswa dan dapat memfasilitasi siswa lambat belajar untuk lebih aktif dan
untuk meningkatkan kemampuan siswa lambat belajar dalam sebuah Best Practices yang
Mendeskripsikan Ciri-Ciri Tumbuhan atau Binatang pada Siswa Lambat belajar di Kelas II
SDN Cibala”.
B. Permasalahan
Berdasarkan hasil observasi awal yang telah dilakukan terhadap pembelajaran di kelas II
yang difokuskan pada siswa lambat belajar, diperoleh temuan-temuan permasalahan sebagai
berikut.
1. Aktivitas Siswa
c. Siswa kurang mendapatkan stimulus yang menarik untuk membangkitkan motivasi belajarnya.
d. Siswa kurang menguasai penggunaan bahasa Indonesia yang baik dalam kegiatan pembelajaran.
2. Kinerja Guru
Mengacu pada permasalahan yang muncul dalam pembelajaran siswa lambat belajar yang
telah diuraikan pada latar belakang di atas, penulis memilih suatu alternatif pemecahan masalah
yang dianggap dapat mengatasi permasalahan dengan hasil yang baik yaitu dengan menerapkan
monopoli yang sudah dikenal pada umumnya. Adapun prosedur permainan Monopoli Sederhana
a. Siswa dikondisikan ke dalam 3 kelompok yang terdiri dari 10 orang setiap kelompoknya.
c. Siswa yang mendapat giliran harus melempar dadu terlebih dahulu untuk mengetahui banyaknya
d. Siswa mengambil kartu yang berisi soal sesuai dengan warna petak tempat mereka berhenti
melompat.
e. Siswa mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan/ binatang yang terdapat pada kartu yang mereka
ambil.
f. Demikian seterusnya, sampai semua anggota mendapat giliran, dan kelompok yang paling cepat
Berikut ini disajikan gambar bentuk permainan Monopoli Sederhana yang akan
diterapkan.
“PETAK MONOPOLI”
“DAD
“KARTU”
BAB II
PEMBAHASAN
Metode permainan “Monopoli Sederhana” ini dipilih sebagai strategi pemecahan masalah
dengan dasar pertimbangan bahwa pada hakikatnya dunia anak-anak adalah bermain. Bermain
merupakan satu kegiatan yang sangat disukai anak bahkan orang dewasa. Dengan bermain akan
cita yang diidam-idamkan anak. Bermain dapat digunakan sebagai wahana untuk mentransfer
Dalam pembelajaran di sekolah dasar yang dihadapi guru adalah anak-anak dengan
berbagai karakter dan keinginan yang selalu ingin bermain. Minat anak terhadap segala bentuk
juga sesuai dengan tahapan perkembangan anak usia sekolah dasar yang sangat erat dengan
anak usia sekolah dasar berada pada tahap operasional konkrit, yang mana pada tahap ini mereka
akan lebih mudah memahami suatu konsep melalui penggunaan benda-benda konkrit yang dekat
binatang, siswa Lambat belajar dapat lebih termotivasi untuk terlibat secara aktif dalam proses
Penerapan strategi yang dipilih, yaitu permainan “Monopoli Sederhana” dilakukan dalam
pembelajaran tematik yang memadukan mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Penjasorkes.
Pembelajaran tersebut dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 26 April 2014 Selama proses
pembelajaran berlangsung, dilakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa yang lebih difokuskan
pada siswa lambat belajar sebagai sasaran utama penerapan strategi yang dipilih. Untuk lebih
jelas, berikut ini akan dipaparkan secara rinci proses pembelajaran yang dilaksanakan beserta
hasilnya.
dengan mengajak seluruh siswa bernyanyi bersama lagu yang berjudul “Orang Berjalan” sambil
memeragakan gerakannya. Pada saat bernyanyi, tampak siswa lambat belajar ikut bernyanyi dan
memeragakan gerakan. Dari hal itu dapat diketahui bahwa siswa tersebut sudah mulai
menunjukkan suatu perkembangan yang baik, karena pada waktu-waktu sebelumnya dia tidak
masing-masing terdiri dari 10 orang untuk melakukan permainan sesuai dengan prosedur yang
telah direncanakan. Setelah guru menjelaskan aturan permainan yang harus dijalankan,
permainan pun dimulai. Semua siswa tampak semangat dan bermain dengan gembira, begitupun
dengan siswa lambat belajar. Siswa tersebut mulai termotivasi untuk ikut serta dalam permainan
itu. Namun, ketika tiba gilirannya, dia masih terlihat ragu untuk tampil ke depan, karena tidak
terbiasa. Melihat kondisi seperti itu, teman-temannya yang lain memberinya semangat agar siswa
tersebut berani dan mau tampil ke depan. Akhirnya, dia beranjak dari tempat duduknya dan mau
ke depan dengan ditemani oleh seorang temannya. Walaupun belum berani tampil sendiri,
melemparkan dadu dengan semangat dan dia mampu melakukan gerakan melompat pada petak-
petak monopoli sederhana yang disediakan. Setelah itu, dia mengambil kartu soal pada kotak
yang telah disediakan. Dengan bimbingan guru, dia mampu menyebutkan 3 ciri dari tumbuhan
Dari segi kelancaran dalam menyebutkan ciri-ciri binatang, siswa tersebut sudah lebih
lancar dari sebelumnya, intonasinya pun sudah lebih nyaring. Namun, dalam penggunaan bahasa,
Meskipun demikian, secara keseluruhan hasil yang diperoleh siswa lambat belajar sudah
jauh lebih baik. Nilai yang diperoleh siswa meningkat 42% dari 33 menjadi 75, dan nilai
tersebut di atas KKM, sehingga siswa dinyatakan tuntas. Perubahan yang terjadi pada aktivitas
siswa tersebut sudah dapat membuktikan bahwa permainan “Monopoli Sederhana” ini cukup
efektif dalam meningkatkan keaktifan siswa, terutama siswa lambat belajar. Sehingga
peningkatan.
menciptakan suatu perubahan positif, baik pada proses maupun hasil belajar siswa lambat belajar
yang terdapat di kelas II SDN Cibala. Namun, tidak dapat dipungkiri adanya kendala-kendala
yang dihadapi ketika proses pembelajaran berlangsung. Adapun kendala-kendala yang dihadapi
1. Ketika siswa yang lambat belajar melakukan permainan dibantu oleh siswa lain, ada saja siswa
dibandingkan dengan siswa yang normal, dan hal itu menimbulkan adanya protes dari beberapa
3. Pelaksanakan pembelajaran melalui permainan memerlukan waktu yang lebih banyak dari
D. Faktor-faktor Pendukung
muncul, khususnya dalam meningkatkan kemampuan siswa lambat belajar, tentunya tidak lepas
1. Antusiasme siswa yang besar terhadap pembelajaran yang dilaksanakan melalui permainan.
2. Pemberian reward terhadap keberhasilan siswa, baik secara verbal maupun non-verbal.
3. Pengemasan pembelajaran yang dilakukan sedemikian rupa sehingga siswa merasa enjoy dan
4. Kerja sama dan respon yang baik dari kepala sekolah dan dari guru-guru lain, terutama dari guru
E. Alternatif Pengembangan
Berdasarkan pengalaman dari pembelajaran yang telah dilaksanakan, agar hasil yang
dicapai lebih optimal dan kendala yang dihadapi dapat lebih diminimalisir, untuk ke depannya
dapat dilakukan pengembangan terhadap strategi yang telah diterapkan dengan alternatif sebagai
berikut.
1. Memodifikasi permainan, misalnya dengan menambah jumlah petak monopoli dan mengubah
aturan permainan menjadi sedikit lebih kompleks agar kemampuan berpikir siswa semakin
berkembang.
2. Menggunakan permainan “Monopoli Sederhana” ini dalam pembelajaran yang lain, misalnya
dalam mata pelajaran Matematika, yaitu dengan membubuhkan angka-angka pada petak-petak
monopoli dan menambahkan soal-soal operasi hitung bilangan pada kartu soal yang disediakan.
BAB III
SIMPULAN DAN REKOMENDASI OPERASIONAL
A. SIMPULAN
mendeskripsikan ciri-ciri tumbuhan atau binatang pada siswa lambat belajar di kelas II SDN
Cibala dengan menerapkan permainan “Monopoli Sederhana” dapat ditarik simpulan sebagai
berikut.
1. Melalui permainan “Monopoli Sederhana”, motivasi siswa lambat belajar untuk mengikuti
proses pembelajaran menjadi lebih meningkat, sehingga siswa menjadi lebih aktif, berani tampil
2. Permainan dapat membuat suasana lingkungan belajar menjadi lebih menyenangkan, segar,
hidup, bahagia, dan santai namun tetap memiliki suasana belajar yang kondusif. Hal itu
menyebabkan siswa lambat belajar menjadi lebih mudah menyerap dan memahami materi
3. Melalui diterapkannya aturan dalam permainan “Monopoli Sederhana”, kondisi emosional siswa
lambat belajar menjadi lebih terkendali. Sehingga, siswa bersangkutan yang tadinya mudah
Sederhana, semua siswa berbaur dan bekerja sama dengan baik, sehingga tidak terdapat
dalam pembelajaran di kelas inklusif, ternyata permainan tersebut telah memberikan kontribusi
yang cukup berarti terhadap peningkatan motivasi belajar siswa lambat belajar, sehingga dapat
metode permainan tersebut seyogyanya dapat digunakan oleh guru-guru yang lain, terutama di
sekolah-sekolah yang menyelenggarakan pendidikan inklusif sebagai salah satu alternatif dalam
perbaikan pembelajaran pada waktu yang akan datang adalah sebagai berikut.
1. Pendekatan dan bimbingan terhadap siswa Lambat belajar hendaknya dilakukan secara lebih
intensif agar kebutuhan siswa dapat terpenuhi dengan baik, sehingga hasil belajar yang dicapai
2. Nilai-nilai kebersamaan harus senantiasa ditanamkan pada semua siswa dalam setiap
pelaksanaan pembelajaran di kelas inklusif agar tidak ada diskriminasi antara siswa normal dan
siswa berkebutuhan khusus sesuai dengan salah satu dari empat pilar pendidikan yaitu learning
to live together.
DAFTAR PUSTAKA
Smith, J. David. 2009. Inklusi Sekolah Ramah untuk Semua. Nuansa: Bandung.
Nur‟aini Umri dan Indriyani. 2008. Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Kelas II. Depdiknas : Pusat
Perbukuan.
http://ycaitasikmalaya46111.wordpress.com/2013/01/11/landasan-pendidikan-inklusif/ [diunduh
5/6/2014]
http://id.wikipedia.org/wiki/Anak_berkebutuhan_khusus [diunduh 5/6/2014]
http://ardhana12.wordpress.com/2008/02/27/permainan-menjadikan-suasana-pembelajaran- kondusif/ [
diunduh 5/6/2014]
http://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif [diunduh 5/6/2014]
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2295385-contoh-kerangka-penulisan-best-practices/
[diunduh 5/6/2014]
Sunanto,J. 2002. Mengharap Pendidikan Inklusif-Makalah. Bandung: Program Pascasarjana UPI