Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI

RANCANGAN PERCOBAAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. Arya Adji Prastya (061740421856)
2. Marfira (061740421864)
3. Jesica Bregita Sihombing (061740421861)

KELAS : 5 KIB
DOSEN PENGAJAR : Ir. Jaksen M. Amin, M.Si

JURUSAN TEKNIK KIMIA


PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AKADEMIK
2019/2020

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“RANCANGAN PERCOBAAN” .
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Pengendalian Mutu Produksi. Dalam penyusunan makalah ini, kami sebagai penulis
mengambil referensi dari buku dan media internet.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
belum sempurna, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca yang sifatnya membangun guna penyempurnaan makalah ini. Kami sebagai
penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
bagi para pembaca. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Secara lebih sederhana percobaan (experiment) adalah suatu usaha yang terencana
utntuk mengungkapkan fakta-fakta baru, atau untuk menguatkan atau membantah
hasil-hasil yang sudah ada sebelumnya. Adapun definisi lain dari percobaan dapat
diartikan sebagai :
1. Suatu tindakan atau pengamatan khusus yang dilakukan untuk memperkuat
(membuat konfirmasi) atau meniadakan (menunjukkan ketidakbenaran)
sesuatu yang meragukan, khususnya untuk hal-hal yang kondisinya
ditentukan oleh sipeneliti.
2. Suatu tindakan yang dilakukan untuk menemukan beberapa prinsip atau
pengaruh yang tidak atau belum diketahui atau untuk menguji, menguatkan
atau menjelaskan beberapa pendapat atau kebenaran yang diketahui atau
diduga.
Perancangan percobaan adalah suatu uji atau sederetan uji baik itu menggunakan
statistik deskriptif maupun statistik inferensia, yang bertujuan untuk mengubah
peubah input menjadi suatu output yang merupakan respon dari percobaan tersebut.
Peranan statistika dalam penelitian, terutama penelitian yang menggunakan metode
percobaan, meliputi perancangan, pengumpulan data, analisis, inteprestasi hasil
analisis, dan penarikan kesimpulan berdasarkan hasil analisis. Perancangan
penelitian mencangkup perancangan perlakuan, perancangan lingkungan dan
perancangan respon. Analisis statistika yang akan digunakan tergantung pada ketiga
macam rancangan ini, dan selanjutnya hasil analisis.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Rancangan percobaan ?
2. Apa tujuan dari rancangan percobaan ?
3. Apa saja jenis-jenis rancangan percobaan ?
4. Bagaimana cara membuat rancangan percobaan ?
1.3. Tujuan
Mengetahui dan memahami mengenai pengertian dari rancangan percobaan, cara
pembuatannya, dan memahami contoh kasus dari suatu rancangan percobaan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Beberapa Istilah Dalam Perancangan Percobaan


Dalam perancangan percobaan ada beberapa istilah yang dipergunakan dan
harus dipahami terlebih dahulu sebelum membicarakan perancangan percobaan secara
lebih rinci. Istilah istilah tersebut antara lain:
1. Treatment (perlakuan)
Perlakuan adalah suatu prosedur atau metode yang dikenakan pada unit
percobaan dan diukur pengaruhnya serta diperbandingkan satu dengan yang lain.
Prosedur atau metode yang diterapkan dapat berupa pemberian jenis pupuk yang
berbeda, dosis pemupukan yang berbeda, jenis varietas yang digunakan berbeda,
pemberian jenis pakan yang berbeda, kombinasi dari semua taraf-taraf beberapa
faktor dan lain-lain.
Prosedur dalam hal ini dapat berarti :
a. Sesuatu yang diberikan atau diterapkan kepada materi percobaan, misalnya
macam-macam obat, pupuk, sinar, kandang, suhu dan lain-lain, yang masing-
masing diberikan kepada pasien, tanaman, ternak, atau kepada objek-objek
yang lain.
b. Materi percobaan yang berbeda-beda: misal beberapa jenis varietas padi
yang ingin dibandingkan kemampuan produksinya. Dalam memilih
perlakuan-perlakuan yang akan diterapkan perlu diperhatikan agar tiap
perlakuan mempunyai rumusan yang jelas dan harus diketahui juga peranan
perlakuan, dalam usaha untuk mencapai tujuan dari percobaan.
2. Satuan percobaan (Experimental unit)
Satuan percobaan atau unit percobaan adalah unit terkecil dalam suatu
percobaaan yang diberi suatu perlakuan. Unit terkecil biasanya berupa petak
lahan, individu, sekandang ternak dan lain-lain tergantung dari bidang penelitian
yang sedang dipelajari. Sebagai contoh penelitian dibidang pertanian, unit
percobaan: kumpulan tanaman dalam petak lahan dengan ukuran tertentu,
perlakuan yang diterapkan misalnya jarak tanam dan pemupukan. Peneliti bisa
mengatur jarak diperoleh akan mengarahkan interpretasi dan kesimpulan yang
akan ditarik. Seperti halnya dengan rancangan percobaan, berbagai teknik analisis
statistika juga telah banyak tersedia, peneliti tinggal memilih mana yang cocok
bagi masalah yang dipelajarinya atau dapat berkonsultasi dengan ahli statistika.
Di dalam memilih rancangan percobaan hendaklah pertama kali dipilih yang
paling sederhana (Complety Randomized Design), sampai diketahui rancangan
tersebut dikatakan tidak mungkin dilanjutkan. Kemungkinan rancangan yang
sederhana tidak dapat dipergunakan karena: dengan mempergunakan rancangan
tesebut tujuan dari percobaan tidak dapat selengkapnya dicapai. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan unit percobaan dan banyaknya perlakuan yang
akan diuji pengaruh dari variabel “nuisance” yang ingin juga diketahui dan
sebagainya.
3. Satuan Amatan (sampling unit)
Satuan amatan adalah bagian dari satuan percobaan (atau anak gugus dari
unit percobaan) tempat dimana respon perlakuan diukur atau kepadanya
diterapkan pengamatan tunggal. Jika respon yang diukur adalah tinggi tanaman
maka satuan amatannya adalah satu tanaman jagung dalam unit percobaan.
Satuan amatan ini dapat berupa satu-satuan percobaan secara lengkap,
misalnya seekor sapi dalam percobaan makanan ternak, merupakan sastu-satuan
percobaan yang sekaligus merupakan satu-satuan amatan. Dapat pula satuan
amatan merupakan sebagian dari satuan percobaan, misalnya sebatang/sepohon
tanaman yang merupakan satu-satuan percobaan, maka beberapa lembar daun
yang diobservasi merupakan satuan amatan.
4. Experimental Error (galat percobaan)
Galat percobaan adalah suatu ukuran ketidak mampuan materi percobaan
untuk memberikan respon yang sama terhadap perlakuan yang sama yang
diterimanya. Ketidakmampuan tersebut justru merupakan ciri spesifik dari materi-
materi percobaan. Dengan kata lain galat merupakan petunjuk bahwa materi
percobaan itu memberikan respon yang bervariasi, sekalipun semuanya
mendapatkan perlakuan yang sama.
5. Analisis Variansi / Ragam (Analisis of Variation = Anova)
Dalam analisis ragam, keragaman total diuraikan kedalam komponen-
komponennya. Sedapat mungkin komponen-komponen tersebut bebas antara yang
satu dengan yang lainnya sehingga dapat ditentukan sebaran (distribusi) dari ratio
dua buah komponen keragaman. Dua buah atau lebih komponen keragaman
(selain nilai tengah dan galat percobaan), pengujian terhadap komponen yang satu
tidak akan mempengaruhi pengujian terhadap lainnya. Disebut dengan analisis
ragam karena memang ragam dari masing-masing sumber keragaman yang
digunakan dalam pengujian (uji F), merupakan penduga tak bias dari ragam
populasi jika hipotesis nol yang dikemukakan benar. Selengkapnya analisis ragam
ini dapat disajikan dalam tabel Anova. Dalam mempelajari komponen-komponen
ragam, analisis ragam digunakan untuk mengetahui sejauh mana keaneka ragaman
(variabilitas) dari perlakuan tersebut. Bila berdasarkan tabel anova hipotesis nol
ditolak, maka diperlukan uji lanjut (uji pembanding berganda) untuk dapat
memberikan kesimpulan lebih terperinci tentang percobaan (penelitian) yang
dilakukan.
2.2 Prinsip Dasar Dalam Rancangan Percobaan
Tiga unsur utama (prinsip dasar) didalam perancangan percobaan yaitu:
1. Ulangan (replikasi)
2. Pengacakan (randomisasi)
3. Pengendalian lokal untuk memperkecil kesalahan atau galat percobaan
Prinsip ini diperlukan untuk pendugaan yang sahih (valid) dari galat percobaan dan
usaha meminimumkan galat percobaan guna meningkatkan ketelitian percobaan.
1. Ulangan (replikasi)
Bila suatu perlakuan muncul lebih dari satu kali dalam suatu percobaan, maka
dikatakan bahwa perlakuan itu mempunyai ulangan. Dalam hal ini pengertian
pengulangan adalah pengulangan dari perlakuan dasar. Pengulangan mempunyai
tujuan dan fungsi sebagai berikut:
A. Untuk menghasilkan dugaan bagi galat percobaan
B. Meningkatkan ketepatan percobaan
C. Memperluas cangkupan kesimpulan percobaan melalui pemilihan dan
penggunaan yang tepat satu-satuan percobaan yang lebih bervariasi.
D. Mengendalikan ragam galat percobaan
Menambah jumlah ulangan biasanya meningkatkan ketelitian, mengurangi
panjang selang kepercayaan dan meningkatkan kuasa uji statistik. Selanjutnya
pengulangan dapat menambah cakupan penarikan kesimpulan dari suatu percobaan.
2. Pengacakan (randomisasi)
Pengacakan yaitu setiap unit percobaan harus memiliki peluang yang sama
untuk diberi suatu perlakuan tertentu. Pengacakan perlakuan pada unit-unit
percobaan dapat menggunakan cara sederhana yaitu lotere atau menggunakan tabel
bilangan acak. Pengacakan menyebabkan pengujian menjadi berlaku yang
menyebabkan pula data dianalisis dengan anggapan seolah-seolah asumsi tentang
independen dipenuhi. Pengacakan tidak menjamin terjadinya independensi,
melainkan hanyalah memperkecil adanya koreksi antar pengamatan. Pengacakan
merupakan suatu cara untuk mengendalikan atau menghilangkan bias.
3. Pengendalian Lingkungan (local control)
Pengendalian lingkungan adalah usaha untuk mengendalikan keragaman yang
muncul akibat keheterogenan kondisi lingkungan. Usaha-usaha pengendalian
lingkungan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan
pengelompokkan/bloking satu arah, dua arah maupun multi arah. Pengelompokkan
dikatakan baik jika keragaman didalam kelompok minimum dan keragaman antar
kelompok maksimum. Pembuatan kelompok sangat tergantung dari kondisi atau
karakteristik unit percobaan yang digunakan dalam percobaan (penelitian) dengan
syarat kelompok tidak berinteraksi dengan perlakuan. Adapun tujuan dari
pengelompokkan adalah untuk mereduksi pengaruh dari peubah-peubah yang tak
terkendali.

2.3 Pemilihan Rancangan Untuk Suatu Percobaan


Pemilihan rancangan yang sesuai untuk percobaan harus memperhatikan beberapa hal
antara lain:
1. Perlakuan yang akan dicobakan.
Perlakuan yang dicobakan dapat dibentuk dari satu faktor (biasanya dikenal dengan
percobaan satu faktor), dua faktor atau lebih dari dua faktor. Pada percobaan satu
faktor (biasanya disebut juga rancangan dasar) meliputi rancangan acak lengkap
(RAL), rancangan acak kelompok lengkap (RAK) dan rancangan bujur sangkar
latin (RSBL). Percobaan dua faktor meliputi percobaan faktorial, split-plot dan
split-blok. Untuk percobaan dengan lebih dua faktor biasanya digunakan
percobaan faktorial.
2. Unit eksperimen yang digunakan.
Berdasarkan unit eksperimen yang digunakan dapat ditentukan rancangan dasar yang
sesuai. Bila unit eksperimen yang digunakan tidak homogen sehingga diperlukan
pengelompokkan satu arah digunakan rancangan dasar RAK. Bila diperlukan
pengelompokkan melalui dua arah (biasanya disebut baris dan kolom) digunakan
rancangan dasar RBSL.
3. Pengukuran dari respon yang diamati
Pada bagian ini merupakan rancangan bagaimana respon diukur dari unut-unit
percobaan yang diteliti.
2.4 Rancangan Acak Lengkap (RAL)
A. Pendahuluan
Rancangan acak lengkap (RAL) dapat dinyatakan sebagai dasar (awal) dari semua
jenis rancangan percobaan yang telah dikenal. Jenis rancangan ini adalah yang paling
sederhana disbanding rancangan percobaan lainnya. Ciri khas dari rancangan ini yang
membedakannya dengan rancangan lingkungan lain adalah bahwa bahan percobaan yang
digunakan harus bersifat homogen. Kehomogenan yang dimaksud di sini yaitu bahwa
selain makhluk (hewan, tumbuhan) yang digunakan sebagai bahan percobaan,
kehomogenan juga diperlukan pada tempat percobaan yang digunakan seperti
laboratorium, kandang, dan lahan pertanian.
RAL dapat didefinisikan sebagai rancangan dengan perlakuan yang disusun secara
random untuk seluruh unit percobaan. Tidak ada pembatasan yang dikenakan dalam
menyusun perlakuan untuk tiap unit percobaan. RAL merupakan jenis rancangan
percobaan yang paling sederhana.

B. Ciri-ciri RAL
1. Satuan percobaan homogen (dianggap seragam)
2. Hanya ada 1 sumber keragaman, yaitu Perlakuan
3. Keragaman respon disebabkan oleh perlakuan dan galat (kesalahan dalam
pengamatan/pencatatan data/faktor lain)
4. Faktor luar yang dapat mempengaruhi percobaan dapat dikontrol.
5. Banyak dilakukan di laboratorium atau rumah kaca.

C. Pengacakan
Pengacakan merupakan upaya yang dilakukan untuk memperoleh nilai penduga
yang tidak bias, balik bagi sisaan percobaan, nilai tengah, maupun beda antar nilai tengah
tersebut. Sebagai contoh denah hasil pengacakan penempatan perlakuan pada setiap
satuan percobaan untuk percobaan dengan RAL, yang terdiri dari 4 perlakuan (yang
disimbolkan dengan A, B, C, dan D) dan diulang sebanyak 4 kali, sebagaimana disajikan
pada gambar berikut ini.
C D D A
A A B C
B C B D
D C A B

Pada gambar di atas tampak bahwa pada suatu baris atau lajur boleh terdapat
perlakuan yang sejenis. Hal ini merupakan salah satu ciri dari percobaan yang
dirancangan dengan RAL. Hasil tersebut diperoleh dengan langkah-langkah berikut ini:
1. Susunlah denah percobaannya, misalnya untuk 4 percobaan dengan 4 ulangan
untuk masing-masing perlakuan sehingga terdapat 16 satuan percobaan. Satuan
percobaan dapat dibuat dalam satu baris, satu kolom, atau dalam beberapa baris
dan kolom. Sebagai contoh satuan percobaan dibagi dalam 4 baris dan 4 kolom,
sebagaimana disajikan pada berikut ini:

2. Nomori satuan percobaan tersebut dari 1 sampai 16, seperti berikut ini
1 2 3 4
5 6 7 8
9 10 11 12
13 14 15 16

3. Acaklah secara berurutan (atau urutan lain yang telah ditetapkan sebelumnya)
mulai dari nomor pertama hingga ke-16 untuk menentukan perlakuan mana yang
akan dikenakan pada satuan percobaan tersebut. Pengundian dapat dilakukan
misalnya dengan menggunakan undian yang terdiri dari 16 kertas dimana setiap
kertas telah dinomori keempat perlakuan yang diulang sebanyak 4 kali. Sebagai
contoh, hasil pengacakannya sebagai berikut :
C D D A
A A B C
B C B D
D C A B

4. Dengan demikian, berdasarkan denah di atas, sebagai contoh perlakuan ke-3 (C)
dibersihkan pada satuan percobaan pertama, kedelapan, kesepuluh dan yang
keempat belas.

D. Model Linier
Pengacakan yang dilakukan dalam percobaan ini dilakukan secara lengkap, dan
tidak adanya sumber keragaman lain yang diperkirakan sebelumnya, maka hanya terdapat
satu sumber keragaman dalam model RAL. Model linier untuk percobaan yang dilakukan
dengan RAL adalah sebagai berikut:
Y ij = µ + α i+ ε ij
Di mana simbol tersebut adalah
Y ij : nilai respons dari perlakuan ke-I pada ulangan ke-j yang teramati
µ : nilai rataan umum
α i : kontribusi perlakuan ke-i
ε ij : sisaan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j
E. Interprestasi Hasil Analisis Data

Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F hitung F tabel


keragaman bebas kuadrat tengah
(db) (JK) (KT)
Perlakuan a-1 JKP KTP (KTP/KTG) Fa-1;a(n-1)()
Galat a. (n-1) JKG KTG
Total (a.n) -1 JKT

Guna menginterprestasi tabel analisis ragam, berikut ini disajikan dalam tabel di bawah ini
yang merupakan contoh tabel analisis ragam yang perhitungannya dilakukan secara
manual.
Sumber Jumlah Kuadrat
Derajat bebas F hitung F tabel (0,05)
Keragaman Kuadrat Tengah
Perlakuan 144.8815 3 48.2938 6.34 3.24
Sisaan 121.8040 16 7.61275
Total 266.6855 19
Pada tabel di atas tampak bahwa hasil percobaan yang dianalisis merupakan percobaan
RAL dengan 4 perlakuan, dimana masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali.
Hipotesis yang diuji pada taraf kepercayaan 95% sebagaimana disajikan pada table
analisis ragam untuk model RAL di atas adalah
H 0 : Semua rataan respons dari perlakuan yang diuji adalah sama
H 1 : Paling tidak ada sepasang perlakuan yang berbeda nilai rataan responsnya.
Atau secara matematik hipotesis untuk model RAL tersebut adalah
H 0 :µi =µ j untuk semua pasang (i,j)
H 0 :µi ≠ µ j untuk paling sedikit satu pasang (i,j)
Hasil analisis ragam sebagaimana disajikan pada tabel tampak bahwa nilai F hitung
lebih besar dari nilai F tabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat cukup bukti untuk
menolak H 0. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa paling sedikit terdapat
sepasang perlakuan yang berbeda pada taraf kepercayaan 95% (α = 5%).

F. Langkah Analisis
Langkah-langkah dalam menganalisis Rancangan Acak Lengkap:
1. Hitung faktor koreksi: FK = Y..2/ a.n
2. Hitung jumlah kuadrat total
JKT = ∑ Yij2 – FK = (Y112+ Y122 + Y132 + …. ++ Y532 ) – FK
3. Hitung jumlah kuadrat perlakuan
JKP = ∑ Yi*2/n – FK
JKP = (Y1.2+ Y2.2 + Y3.2 + Y4.2 + Y5.2 )/r – FK
4. Hitung jumlah kuadrat galat: JKG = JKT – JKP
5. Buat Tabel ANOVA dan cari Ftabel
db perlakuan = a-1
db galat = a. (n-1)
db total = ( a.n )-1
6. Hitung Kuadrat tengah (KT) masing-masing sumber keragaman:
KTP = JKP / db Perlakuan
KTG = JK galat / db galat
7. Hitung nilai F hitung (F hit.)
F hit = KTP / KTG
8. Tentukan nilai F tabel dengan kolom = db perlakuan dan baris =db galat.
9. Bandingkan antara F hitung dan F tabel : F hitung > F tabel, maka tolak Ho pada taraf
kepercayaan .
10. Jika ternyata, Ho ditolak (H1 gagal ditolak), langkah selanjutnya melakukan Uji
pembandingan berganda (uji lanjut) untuk menentukan perlakuan mana yang
menyebabkan Ho ditolak. Beberapa uji dapat digunakan, seperti : LSD, Tukey,
Duncan
cukup pilih salah satu saja.
11. Perhitungan koefisien keragaman (KK):
KK adalah ukuran nilai keragaman hasil pengamatan. Semakin besar nilai KK berarti
semakin besar keragaman dalam satu ulangan, yang berarti tingkat ketelitian semakin
rendah.

Contoh:
Lima komposisi ransum dicobakan pada 20 ekor ayam petelur jenis tertentu yang relatif
homogen untuk dilihat pengaruhnya terhadap kandungan kolesterol telur. Setiap ransum
dicobakan pada 4 ekor ayam petelur dan diperoleh data sebagai berikut:
Data kandungan kolesterol telur dari 20 ekor ayam petelur dengan berbagai jenis ransum:

Jenis Ransum
Ayam Ke
A B C D E
1 5,56915 6,46145 5,67805 4,23330 5,58725
2 6,34000 6,90890 7,20350 4,94610 4,99705
3 6,75545 6,71400 4,07820 5,17195 5,24955
4 5,96760 7,37755 6,86765 5,02220 4,70445
Total (yi) 24,6322 27,4619 23,8274 19,37355 20,5383
Rataan (yi̅) 6,1581 6,8655 5,9569 4,8434 5,1346

sehingga diperoleh Anava sebagai berikut:


Tabel Anava Pengaruh Jenis RansumTerhadap Kandungan Kolesterol Telur

Sumber Kuadrat
Derajat Jumlah
Keragama teng Fhitung Ftabel (5%)
bebas Kuadrat
n ah
Jenis Ransum 4 10,5824 2,6456 4,8641 3,06
Galat 15 8,1588 0,5439
Total 19 18,7412

2.5 Rancangan Acak Kelompok (RAK)


A. Pendahuluan
Rancangan acak lengkap hanya dapat digunakan apabila tidak terdapat sumber
keragaman selain pengaruh perlakuan yang telah diperkirakan sebelumnya. Ciri khas dari
rancangan ini adalah adanya pengotrolan (pemblokiran) perngaruh-pengaruh luar yang
telah diperkirakan sebelumnya dapat turut mempengaruhi nilai respons teramati.
RAK adalah suatu rancangan acak yang dilakukan dengan mengelompokkan satuan
percobaan ke dalam grup-grup yang homogen yang dinamakan kelompok dan kemudian
menentukan perlakuan secara acak di dalam masing-masing kelompok.
Tujuan pengelompokan satuan-satuan percobaan tersebut adalah untuk membuat
keragaman satuan-satuan percobaan di dalam masing-masing kelompok sekecil mungkin
sedangkan perbedaan antar kelompok sebesar mungkin.

B. Ciri-ciri RAK
1. Syarat pengelompokan yaitu keragaman (variasi) dalam kelompok lebih kecil
dibandingkan variasi antar kelompok.
2. Apabila pengelompokan tidak baik maka sama saja melakukan percobaan dengan
RAL

C. Pengacakan
Prosedur pengacakan untuk percobaan yang menggunakan rancangan ini dapat dilakukan
sebagai berikut :
1. Kelompokkan satuan percobaan yang relatif sama dan pisahkan satuan percobaan yang
relatif berbeda. Misalkan pada penelitian lapang di bidang pertanian, maka lahan yang
berdekatan cenderung homogen karakteristiknya, sedangkan lahan yang berjauhan
cenderung heterogen sehingga membentuk kelompok yang berbeda. Contoh lainnya
yaitu bahwa buah dari pohon yang sama cenderung membentuk kelompok kelompok
yang sama dibandingkan buah yang berasal dari pohon apalagi tempat yang berbeda.
Sebagai contoh bagan percobaan dengan RAK untuk 4 perlakuan dan 4 kelompok
disajikan pada denah berikut.
I II III IV

2. Nomorilah satuan percobaan untuk setiap kelompok, sebagai contoh seperti berikut ini.
Penomoran tidak harus dalam urutan yang tetap, namun setiap satuan percobaan dalam
kelompok dipastikan mempunyai satu nomor.
I II III IV
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
3. Acaklah pada masing-masing kelompok untuk menentukan perlakuan yang akan
dikenai pada satuan percobaan pada kelompok tersebut. Salah satu hasil pengacakan
untuk percobaan yang menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) pada lahan
percobaan dengan 4 perlakuan dan 4 kelompok disajikan berikut ini.
I II III IV
C D D B
A A C C
B C B D
D B A A
Menunjukkan bahwa dalam setiap kelompok, satu jenis percobaan hanya muncul
sekali. Hal tersebut menyebabkan penyedian bahan untuk percobaan ini tidak fleksibel,
karena jumlah bahan percobaan harus sama dengan jumlah taraf dari faktor perlakuan
yang diuji. Permasalahan yang timbul adalah apabila terjadi kekurangan bahan
percobaan sehingga untuk setiap kelompok tidak semua perlakuan dapat diuji.

D. Model Linier
Pada RAK, diketahui bahwa terdapat dua faktor utama yang menentukan
keberadaan respons yaitu faktor perlakuan yang diuji dan kelompok. Di luar kedua faktor
tersebut, faktor-faktor lainnya tidak diketahui dan tidak dapat diperkirakan sebelum
penelitian dilakukan. Faktor yang tidak diketahui ini dalam model linier yang digunakan
masuk dalam faktor sisaan (error).
Model linier untuk RAK adalah :
Y ij = µ + α i+ β j +ε ij
Di mana simbol tersebut adalah
Y ij : nilai respons dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j yang teramati
µ : nilai rataan umum
α i : kontribusi perlakuan ke-i
β j : kontribusi perlakuan ke-j
ε ij : sisaan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j

E. Interpretasi Hasil dan Analisis Data

Kuadrat
Sumber Jumlah
db Tenga F hitung F tabel
Keragaman Kuadrat
h
Perlakuan a-1 JKP KTP KTP/KTG F(p,g)
Kelompok n-1 JKK KTK KTK/KTG F(k,g)
Galat (a-1)(n-1) JKG KTG
Total a.n-1 JKT

Dibandingkan dengan RAL, pada model linier RAK terdapat tambahan satu sumber
keragaman, yaitu adalah aspek kelompok. Dengan demikian pada tabel analisis ragamnya
juga terhadap satu tambahan sumber keragaman, yaitu kelompok sebagai contoh akan
digunakan hasil analisis secara manual sebagaimana disajikan pada table berikut ini:

Sumber Jumlah Kuadrat


Derajat bebas Fhitung Ftabel
Keragaman Kuadrat Tengah
Kelompok 38.743 4 9.6858
Perlakuan 144.8815 3 48.2938 6.98 3.49
Sisaan 83.061 12 6.9218
Total 266.6855
Hipotesis yang diuji dalam penelitian percobaan yang menggunakan model RAK sama
dengan hipotesis pada model RAL, yaitu:
H 0 :µi =µ j untuk semua pasang (i,j)
H 0 :µi ≠ µ j untuk paling sedikit satu pasang (i,j)
Pada kasus untuk table diatas diketahui, di mana terdapat 4 perlakuan yang diuji, hipotesisnya
adalah:
H 0 :µ1=µ2=µ3 =µ 4
H 0 :µi ≠ µ j untuk paling sedikit satu pasang (i,j), i,j = 1,2,3,4
Hasil analisis sebagaimana disajikan pada table menunjukkan bahwa nilai Ftabel
yang dihasilkan lebih besar dari nilai Fhitung (6,98 > 3.49). Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat cukup bukti untuk menolak H 0. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa paling
tidak terdapat sepasangan perlakuan yang berbeda pada tingkat kepercayaan 5 persen.
Dengan kata lain terdapat perlakuan yang menghasilkan respons yang berbeda, sehingga
diperlukannya uji lanjutan.

F. Langkah Analisis
Langkah-langkah dalam menganalisis Rancangan Acak Kelompok:
1. Hitung faktor koreksi: FK = Y..2/ a.n
2. Hitung jumlah kuadrat total
JKT = ∑ Yij2 – FK = (Y112+ Y122 + Y132 + …. ++ Y532 ) – FK
3. Hitung jumlah kuadrat perlakuan
JKP = ∑ Yi*2/n – FK
JKP = (Y1.2+ Y2.2 + Y3.2 + Y4.2 + Y5.2 )/r – FK
3. Hitung jumlah kuadrat kelompok
JKP = ∑ Y*j2/a – FK
4. Hitung jumlah kuadrat galat: JKG = JKT – JKP - JKK
5. Buat Tabel ANOVA dan cari Ftabel
db perlakuan = a-1
db kelompok = n-1
db galat = a. (n-1)
db total = ( a.n ) – 1
6. Hitung Kuadrat tengah (KT) masing-masing sumber keragaman:
KTP = JKP / db Perlakuan
KTK = JKK / db Kelompok
KTG = JK galat / db galat
7. Hitung nilai F hitung (F hit.)
F hit = KTP / KTG
F hit = KTK / KTG
8. Tentukan nilai F tabel dengan kolom = db perlakuan dan baris =db galat.
Tentukan nilai F tabel dengan kolom = db kelompok dan baris =db galat.
9. Bandingkan antara F hitung dan F tabel : F hitung > F tabel, maka tolak Ho pada taraf
kepercayaan .
10. Jika ternyata, Ho ditolak (H1 gagal ditolak), langkah selanjutnya melakukan Uji
pembandingan berganda (uji lanjut) untuk menentukan perlakuan mana yang
menyebabkan Ho ditolak. Beberapa uji dapat digunakan, seperti : LSD, Tukey,
Duncan
cukup pilih salah satu saja.
11. Perhitungan koefisien keragaman (KK):
KK adalah ukuran nilai keragaman hasil pengamatan. Semakin besar nilai KK berarti
semakin besar keragaman dalam satu ulangan, yang berarti tingkat ketelitian semakin
rendah.

Efisiensi Relatif (ER)

(F 1+1)( F 2+3). KTG (RAL)


ER= × 100 %
(F 2+1)( F 1+3). KTG (RAK )

Contoh:
Suatu penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh ransum terhadap pertambahan bobot
badan (kg) domba jantan selama periode penelitian (3 bulan). Untuk keperluan tersebut
digunakan domba-domba dengan kelompok umur berbeda ( 3 kelompok).

Kelompok Umur
Ransum Total ransum rataan
1 2 3
A 9.3 9.4 9.6 28.3 9.4333
B 9.4 9.3 9.8 28.5 9.50
C 9.2 9.4 9.5 28.1 9.3667
D 9.7 9.6 10,0 29.3 9.7667
Total kelp 37.6 37.7 38.9 114.2 9.5167
Rataan 9.4 9.425 9.725

sehingga diperoleh Anava sebagai berikut:

Sumber Juml Kuadrat


db F hitung F tabel (5%)
Keragaman Kuadrat Tengah
Ransum 3 0.2767 0.0922 9.5052 4.76
Kelompok 2 0.2617 0.1309 13.4948 5.14
Galat 6 0.0583 0.0097
Total 11 0.5967

2.6 Rancangan Bujur Sangkar Latin


A. Pendahuluan
Rancangan bujur sangkar latin sebenarnya berawal dari keterbatasan satuan percobaan.
Merupakan suatu rancangan percobaan dengan dua arah pengelompokan, yaitu baris dan
kolom.
Banyaknya perlakuan sama dengan jumlah ulangan sehingga setiap baris dan kolom akan
mengandung semua perlakuan.
Pada rancangan ini, pengacakan dibatasi dengan mengelompokannya kedalam baris dan juga
kolom, sehingga setiap baris dan kolom hanya akan ada satu perlakuan.

B. Ciri-ciri RBSL
1. Pada unit percobaan dilakukan batasan pengelompokan ganda → seperti dua RAK,
dua kelompok berbeda dengan baris dan kolom sebagai ulangan.
2. Banyaknya perlakuan sama dengan banyaknya ulangan.
3. Banyaknya satuan percobaan = kuadrat (square) perlakuan atau ulangannya
4. Setiap perlakuan diberi lambang huruf latin besar → Misalnya: A, B, C, D
sehingga disebut Latin Square Design
5. Terdapat 3 sumber keragaman:
- baris (row) → misalnya : waktu pengamatan
- lajur (kolom) → misalnya : bahan percobaan
- perlakuan → misalnya : ransum
(disamping pengaruh acak)
Ke 3 keragaman tsb. jumlahnya sama besar = r

C. Pengacakan
Prosedur pengacakan untuk percobaan yang menggunakan rancangan ini dapat dilakukan
dengan prosedur sebagai berikut:
1. Buatlah denah umum untuk percobaan yang dimaksud, misalnya

2. Berilah masing-masing satuan percobaan dengan simbol yang menunjukkan


perlakuan yang akan diuji, di mana pada setiap baris dan setiap lajur tidak boleh
terdapat perlakuan yang sama,misalnya:
A B C D
B C D A
C D A B
D A B C
3. Acaklah empat angka untuk menentukan perubahan urutan baris, misalnya angka
yang diperoleh adalah 12, 65, 01 dan 98, sehingga urutan barisnya adalah 2, 3, 1, 4.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa baris yang semula 2 menjadi 1, 3 menjadi 2, 1
menjadi 3 dan 4 tetap. Dengan demikian denah percobaan menjadi:
B C D A
C D A B
A B C D
D A B C
Acaklah empat angka untuk menentukan perubahan urutan lajur, misalnya angka yang
diperoleh adalah 03, 74, 99 dan 83 urutan barisnya adalah 1, 2, 4, 3. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa lajur 1 dan 2 tidak berubah, sedangkan lajur 3 dan 4 saling
berpindah. Dengan demikian denah percobaan menjadi:
B C A D
C D B A
A B D C
D A C B

D. Model Linier dan Analisis Data


Seperti yang diketahui bahwa pada RBSL terdapat dua faktor yang turut berperan dalam
menentukan nilai respons selain perlakuan yang diuji, menyebabkan model linier lebih
kompleks bila dibandingkan model linier percobaan dengan RAL maupun RAK. Model
linier untuk percobaan RBSL adalah sebagai berikut:
Y ij = µ + α i+ β j +τ k+ε ij
Di mana simbol tersebut adalah
Y ij : nilai respons dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j dan lajur ke-k yang
teramati
µ : nilai rataan umum
α i : kontribusi perlakuan ke-i
β j : kontribusi perlakuan ke-j
τ k : kontribusi lajur ke-k
ε ij : sisaan dari perlakuan ke-i pada ulangan ke-j, lajur ke-k

E. Intrepetasi Hasil dan Analisis Data

Sumber Jumlah
Kuadrat
keragama db kuadr Fhit Ftab
tengah
n at
Baris r-1 JTB KTB KTB/KTG F r-1;r-1)(r-2)(α)
Kolom r-1 JTK KTK KTK/KTG F r-1;(r-1)(r-2)(α)
Perlakuan r-1 JKP KTP KTP/KTG F r-1;(r-1)(r-2)(α)
Galat (r-1)(r-2) JKG KTG
Total r.r-1 JKT
Pada Rancangan Bujur Sangkar Latin terdapat dua sumber keragaman yang telah
diidentifikasi berperan dalam menentukan nilai respons. Sebagai contoh akan
digunakan hasil analisis secara manual sebagaimana disajikan pada table berikut.
Sumber Jumlah Kuadrat
Derajat bebas Fhitung Ftabel
Keragaman Kuadrat Tengah
Baris 7.360 4 1.840 1.31
Lajur 13.360 4 3.340 2.37
Perlakuan 23.760 4 5.940 4.22 3.26
Sisaan 16.880 12 1.407
Total 61.360 24
Hipotesis yang diuji pada tingkat kepercayaan 5% untuk tabel anova pada tabel di atas
menguji perlakuan dimana Fhitung perlakuan lebih besar dari nilai Ftabel dimana
menunjukan bahwa terdapat pasangan perlakuan yang berbeda pada tingkat
kepercayaan 5%, dengan kata lain tidak semua perlakuan menghasilkan respons yang
sama, sehingga diperlukan uji lanjutan.

F. Langkah Analisis
1. Hitung faktor koreksi: FK = Y..2/ a.n
2. Hitung jumlah kuadrat total
JKT = ∑ Yij2 – FK = (Y112+ Y122 + Y132 + …. ++ Y532 ) – FK
4. Hitung jumlah kuadrat perlakuan
JKP = ∑ Yi**2/r – FK
JKP = (Y1.2+ Y2.2 + Y3.2 + Y4.2 + Y5.2 )/r – FK
5. Hitung jumlah kuadrat kolom
JKP = ∑ Y*j*2/r – FK
6. Hitung jumlah kuadrat kolom
JKP = ∑ Y**k2/r – FK
7. Hitung jumlah kuadrat galat: JKG = JKT – JKP – JKK - JKB
8. Buat Tabel ANOVA dan cari Ftabel
db perlakuan = r-1
db kolom = r-1
db baris = r-1
db galat = (r-1)(r-2)
db total = r2 – 1
9. Hitung Kuadrat tengah (KT) masing-masing sumber keragaman:
KTP = JKP / db Perlakuan
KTK = JKK / db Kolom
KTB = JKB / db Baris
KTG = JK galat / db galat
10. Hitung nilai F hitung (F hit.)
F hit = KTP / KTG
F hit = KTK / KTG
F hit = KTB / KTG
11. Tentukan nilai F tabel dengan kolom = db perlakuan dan baris =db galat.
Tentukan nilai F tabel dengan kolom = db kolom dan baris =db galat.
Tentukan nilai F tabel dengan kolom = db baris dan baris =db galat.
12. Bandingkan antara F hitung dan F tabel : F hitung > F tabel, maka tolak Ho pada taraf
kepercayaan .
13. Jika ternyata, Ho ditolak (H1 gagal ditolak), langkah selanjutnya melakukan Uji
pembandingan berganda (uji lanjut) untuk menentukan perlakuan mana yang
menyebabkan Ho ditolak. Beberapa uji dapat digunakan, seperti : LSD, Tukey,
Duncan
cukup pilih salah satu saja.
14. Perhitungan koefisien keragaman (KK):
KK adalah ukuran nilai keragaman hasil pengamatan. Semakin besar nilai KK berarti
semakin besar keragaman dalam satu ulangan, yang berarti tingkat ketelitian semakin
rendah.

Contoh:
Percobaan tentang pengaruh pemberian pupuk dengan dosis yang berbeda (A= 10kg/petak, B=
20kg/petak, C= 30kg/petak dan D= 40kg/petak) terhadap produksi gabah (kg/petak) padi
IR 8. Percobaan dilakukan di daerah lereng pegunungan, sumber keragaman satuan
percobaan diklasifikasikan menjadi 2 yaitu kemiringan lahan dan arah irigasi. Diperoleh
data sebagai berikut:

Kemiringan Arah irigasi Total M Rataan


(M) I1 I2 I3 I4 Yᵢ.. (Ȳ.j.)
M1 A:5,6 C:4,3 B:4,8 D:5,3 20 5,0
M2 B:5,9 A:6,0 D:5,8 C:5,2 22,9 5,725
M3 C:4,3 D:4,9 A:4,8 B:5,2 19,2 4,8
M4 D:3,9 B:4,9 C:3,8 A:4,7 17,3 4,325
Total I (Y.J.) 19,7 20,1 19,2 20,4 79,4 4,9625
Rataan (Ȳ.ј.) 4,925 5,025 4,80 5,10

sehingga diperoleh Anava sebagai berikut:

Jumlah
Kuadrat
Sumber keragaman db kuadra Fhit Ftabel (5%)
tengah
t
Kemiringan(baris) 3 4,0625 1,3542 12,8968 4,757
Arah irigasi(kolom) 3 0,2025 0,0675 0,6429 4,757
Dosis pupuk 3 1,8825 0,6275 5,9762 4,757
Galat 6 0,63 0,105
Total 15 6,7775

2.7 Rancangan Perlakuan


A. Rancangan Petak Terpisah (Split Plot Design)
1. Pendahuluan
Rancangan Petak Terbagi dapat diterapkan untuk tingkat keutamaan faktor
yang berbeda, dan tidak memerlukan unit percobaan yang besar. Pada percobaan
rancangan petak terpisah, tingkat ketelitian anak petak yang diuji diharapkan lebih
akurat dibandingkan dengan faktor petak utama, sehingga kadang kala dinyatakan
sebagai latar belakang munculnya rancangan ini, yaitu apabila seseorang lebih
mementingkan satu faktor disbanding faktor lainnya. Rancangan petak terpisah
mempunyai ciri khas, yaitu: (1) Terdapat satu faktor atau lebih dipentingkan dari
faktor yang lain, (2) Salah satu faktor memerlukan tempat atau petak percobaan
yang luas atau tidak memungkinkan untuk dilakukan pada petak yang kecil, dan
(3) Suatu percobaan menggunakan waktu atau tempat sebagai faktor utama atau
beberapa percobaan yang persis sama, tetapi dilakukan dalam beberapa waktu atau
pada lokasi (tempat) yang berbeda.
2. Pengacakan
Berdasarkan keadaan yang ada seperti diuraikan sebelumnya, maka
pengacakan untuk percobaan petak terpisah dilakukan dalam dua tahap. Tahap
pertama pengacakan dilakukan terhadap petak utama. Selanjutnya dilakukan
pengacakan kedua terhadap anak petak pada masing-masing petak utama.
Sebelum petak percobaan dibagi dalam satuan-satuan percobaan yang menyusun
petak utama dan anak petak, pembagian petak percobaan tergantung pada
rancangan lingkungan yang digunakan.
Contoh denah dan hasil pengacakan untuk percobaan RPT dengan
rancangan perlakuan RAL dengan tiga taraf dari faktor A dan tiga taraf untuk
faktor B serta diulang sebanyak 3 kali,disajikan pada bagan berikut:

(a)

(b)
a 1 b1 a 1 b2 a 1 b3
a3b2 a3b1 a3b3
a3b2 a3b3 a3b1

a 1 b3 a 1 b2 a 1 b1
a 2 b1 a 2 b2 a 2 b3
a 2 b1 a 2 b3 a 2 b2

a 2 b3 a 2 b2 a 2 b1
a 1 b1 a 1 b2 a 1 b3
a3b2 a3b1 a3b3
Pada gambar tersebut menunjukan bahwa pengacakan petak utama dan
anak petak, dilakukan pembagian lokasi percobaan dalam beberapa petak utama.
Jumlah Sembilan petak diperoleh berdasarkan jumlah perlakuan utama yang akan
dilakukan. Sebagaimana diketahui terdapat 3 taraf dari faktor utama dan masing-
masing diulang sebanyak 3 kali, dengan demikian diperlukan sembilan petak.
Pengacakan pertama dilakukan untuk menentukan faktor utama yang
dikenakan pada kesembilan petak yang telah dibagi tersebut. Sebagaimana RAL,
maka pada RAL RPT , setelah petak percobaan dibagi menjadi Sembilan, maka
dilakukan pengacakan secara lengkap untuk menentukan perlakuan utama pada
petak-petak percobaan tersebut.
Pengacakan kedua kemudian dilakukan pada masing-masing petak
utama yang telah diperoleh untuk menentukan perlakuan faktor kedua yang
dikenakan pada petak utama tersebut. Pengacakan juga dilakukan secara lengkap
pada masing-masing petak utama.
Sebagai contoh hasil pengacakan sebagaimana disajikan pada gambar diatas
(b), mengikuti prosedur sebagai berikut:
1. Petak utama dibagi menjadi sembilan petak dan dinomori dari 1 sampai dengan
9. Urutan nomor petak utama mulai dari kiri ke kanan.
2. Pengacakan untuk penempatan 9 jenis perlakuan (3 taraf perlakuan yang
masing-masing diulang sebanyak 3 kali), dengan hasil 1 1 2 3 2 1 3 2 3, yaitu
petak pertama dikenakan perlakuan utama taraf pertama, petak kedua
dikenakan perlakuan utama taraf pertama, dan seterusnya, sebagaimana tampak
pada gambar (a).
3. Pengacakan untuk penempatan tiga taraf perlakuan kedua pada masing-masing
petak utama. Sebagai contoh, pada petak utama pertama yang di mana akan
diberikan perlakuan utama taraf pertama, hasil pengacakannya adalah 1 2 3.
Sedangkan contoh denah dan hasil pengacakan untuk percobaan RPT dengan
rancangan perlakuan RAK dengan dua taraf dari faktor A dan tiga taraf untuk
faktor B, disajikan pada gambar berikut :
Kelompok I
a2 a1

Kelompok II
a1 a2

Kelompok III
a1 a2

Tampak bahwa sebelum pengacakan petak utama dan anak petak, dilakukan
pembagian lokasi percobaan dalam tiga kelompok. Pada setiap kelompok
dilakukan pengacakan sebanyak dua kali, pengacakan pertama untuk menentukan
perlakuan/faktor utama yang dikenakan pada lajur, sedangkan pengacakan kedua
dilakukan pada masing-masing lajur yang telah diperoleh untuk menentukan
perlakuan kedua yang dikenakan pada lajur tersebut. Sebagai contoh disajikan
ilustrasi untuk kelompok pertama yang merupakan hasil pengacakan sebagai
berikut:
1. Pengacakan lajur menghasilkan nilai 2 dan kemudian nilai 1. Dengan
demikian lajur pertama dikenai perlakuan A untuk taraf kedua, sedangkan
lajur kedua dikenai perlakuan A untuk taraf pertama.
2. Pengacakan baris pada lajur pertama secara berturut-turut menghasilkan
nilai 3, 1 dan terakhir nilai 2. Hal ini menunjukan bahwa untuk lajur kedua,
baris pertama, kedua dan ketiga, secara berturut-turut masing-masing
dikenai perlakuan B untuk taraf 3, 1 dan 2.
3. Pengacakan baris pada lajur kedua secara berturut-turut menghasilkan nilai
1, 2, dan 3. Hal ini menunjukkan bahwa untuk lajur pertama, baris pertama,
kedua dan ketiga, secara berturut-turut masing-masing dikenai perlakuan B
untuk taraf 1, 2 dan 3.
3. Model linier
Model linier untuk percobaan RAL RPT adalah sebagai berikut:
Y ijk = µ + α i+ π ik + β j +αβ ij +ε ijk
Di mana simbol tersebut adalah
Y ij : nilai respons yang teramati
µ : nilai rataan umum
α i : kontribusi taraf ke-i dari faktor A
π ik : pengaruh sisaan dari kelompok ke-k pada taraf ke-i dari faktor A (Sisaan A)
β j : kontribusi taraf ke-j dari faktor B
αβ ij : kontribusi interaksi antara taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B
ε ijk : sisaan umum

4. Interpretasi Hasil dan Analisis Data


Guna melakuan interpretasi hasil analisis data yang menggunakan rancangan petak
terpisah juga disajikan dalam dua bentuk, yaitu: hasil analisis melalui perhitungan
secara manual, dan hasil analisis menggunakan paket program minitab. Walaupun
pada prinsipnya hasil yang diperoleh kedua sama, terdapat perbedaan dalam teknik
penarikan kesimpulannya. Sebagai contoh akan digunakan hasil analisis secara
manual untuk RAK Rancangan Petak Terpisah yang diambil dari Gazpersz (1991)
sebagaimana disajikan pada tabel berikut
Kuadrat
Sumber keragamanJumlah kuadrat Fhitung Ftabel
tengah
Petak Utama
Kelompok 2842.87 947.62
Perlakuan A 2848.02 949.34 13.82 2.87
Sisaan A 618.30
Anak petak
Perlakuan B 170.53 56.84 2.80 2.87
Interaksi (A*B) 586.47 65.16 3.21 2.15
Sisaan B 731.20 20.31
Total 7797.39
Hipotesis nol untuk percobaan dengan RAK rancangan petak terpisah yang diuji pada
taraf kepercayaan 95% adalah sebagai berikut
Tidak ada interaksi antara perlakuan pada petak utama dan perlakuan pada anak petak
terhadap respons yang diamati.
-Tidak terdapat pengaruh perlakuan A terhadap respons yang diamati
-Tidak terdapat pengaruh perlakuan B terhadap respons yang diamati
5. Langkah Analisis
Contoh:
Pengaruh kombinasi pemupukan NPK dan genotipe padi terhadap hasil padi (kg/petak).
Pengaruh kombinasi pemupukan NPK (A) terdiri 6 taraf ditempatkan sebagai petak
utama (main plot) dan genotipe padi (B) terdiri dari 2 taraf yang ditempatkan sebagai
anak petak (sub plot). Petak utama disusun dengan menggunakan rancangan dasar
RAK. Percobaan di ulang 3 kali.

Sehingga diperoleh Anava


Berdasarkan Tabel analisis Ragam dapat disimpulkan :
• ada pengaruh kelompok terhadap hasil padi per petak.
• ada pengaruh pupuk terhadap hasil padi per petak.
• Tidak ada pengaruh genotip terhadap hasil padi per petak.
• Ada pengaruh interaksi pupuk dan genotip terhadap hasil padi per petak.

B. Rancangan Petak Berjalur (Strip Plot Design)


1. Pendahuluan
Pada rancangan ini tidak dikenal adanya anak petak, hal ini disebabkan
setelah pengacakan faktor pertama, pengacakan faktor kedua dilakukan tidak di
dalam setiap faktor pertama, tetapi sebagai faktor yang berdiri sendiri.
Nama lain untuk Rancangan Strip-Plot adalah Split-Blok atau Rancangan
Petak-Berjalur (PRB). Rancangan ini sesuai untuk percobaan dua faktor dimana
ketepatan pengaruh interaksi antar faktor lebih diutamakan dibandingkan dengan
dua pengaruh lainnya, pengaruh mandiri faktor A dan faktor B.
2. Ciri-ciri
a. Mirip dengan rancangan Split-plot, hanya saja pada Split-Blok, subunit
perlakuan ditempatkan dalam satu jalur yang tegak lurus terhadap perlakuan
petak utamanya.
b. Pada Split-Blok, faktor pertama ditempatkan secara acak dalam jalur vertikal,
sedangkan faktor kedua ditempatkan secara acak pada jalur horisontal.
c. Setiap jalur mendapatkan satu perlakuan faktor A dan satu perlakuan faktor B.
3. Pengacakan
Sebagai contoh, perhatikan kasus berikut yang melibatkan dua faktor
percobaan, di mana faktor A terdiri dari 4 taraf dan faktor B terdiri dari 3 taraf.
Prosedur pengacakannya sebagai berikut:
1. Acak kolom sebagai petak utama
2. Acak baris sebagai petak utama
3. Acaklah seperti prosedur 1 dan 2 untuk kelompok berikutnya
Contoh bagan hasil pengacakannya disajikan pada gambar berikut ini:
Kelompok I
a1 a2 a3 a4
b1
b2
b3

Kelompok II
a1 a2 a3 a4
b1
b2
b3

Kelompok III
a1 a2 a3 a4
b1
b2
b3

Denah yang disajikan pada gambar sebagai contoh kelompok pertama,


merupakan hasil pengacakan sebagai berikut:
1. Pengacakan lajur menunjukkan nilai secara berturut-turut 1, 2, 3, dan 4.
Dengan demikian lajur pertama dikenai perlakuan A untuk taraf pertama,
lajur kedua dikenai perlakuan A untuk taraf kedua, lajur ketiga dikenai
perlakuan A taraf ketiga dan lajur keempat dikenai perlakuan A taraf
keempat.
2. Pengecekan baris menunjukkan hasil 2, 1, dan 3. Dengan demikian baris
pertama dikenai perlakuan B taraf kedua, baris kedua dikenai perlakuan B
taraf pertama, dan baris ketiga dikenai perlakuan B taraf ketiga.
Berdasarkan hasil pengacakan tersebut, maka untuk kelompok pertama,
sebagai contoh untuk baris kedua kolom kedua, satuan percobaan dikenai
perlakuan A taraf kedua dan perlakuan B taraf pertama. Dengan demikian dapat
dinyatakan bahwa terdapat dua faktor yang merupakan latar belakang keberadaan
jenis rancangan percobaan ini, yaitu:
1. Teknis, yaitu kemudahan pelaksanaan percobaan di lapangan.
2. Tujuan, yaitu mengamati pengaruh interaksi A dan B diuji lebih akurat
disbanding pengaruh utama.

4. Model Linier
Sebagaimana diketahui bahwa pengacakan dalam penempatan perlakuan pada
satuan percobaan yang berbeda menyebabkan berbeda pula model liniernya.
Percobaan rancangan petak terpisah pengacakannnya berbeda dengan pengacakan
pada percobaan rancangan petak berjalur, dengan demikian model liniernya
keduanya berbeda. Model linier untuk rancangan petak berjalur adalah:
Y ijk = µ + K k + α i+ π ik + β j + π ik +αβ ij +ε ijk
Di mana simbol tersebut adalah
Y ij : nilai respons yang teramati
µ : nilai rataan umum
Kk : kontribusi kelompok ke-k
αi : kontribusi taraf ke-i dari faktor A
π ik : pengaruh sisaan dari kelompok ke-k pada taraf ke-i dari faktor A (Sisaan A)
βj : kontribusi taraf ke-j dari faktor B
π ik : pengaruh sisaan dari kelompok ke-k pada taraf ke-j dari faktor B (Sisaan B)
αβ ij : kontribusi interaksi antara taraf ke-i faktor A dan taraf ke-j faktor B
ε ijk : sisaan umum
5. Interprestasi Hasil dan Analisis Data
Hasil analisis data yang menggunakan rancangan petak terbagi juga akan
disajikan dalam dua bentuk hasil analisis, yaitu melalui prosedur manual, dan hasil
analisis menggunakan paket program computer. Sebagai contoh akan digunakan hasil
analisis ragam secara manual yang merupakan data hipotetik untuk percobaan RAK
Petak Terbagi, di mana perlakuan A sebanyak 4 taraf, perlakuan B dengan 4 taraf,
dan 4 kelompok, yang disajikan pada tabel berikut:
Kuadrat
Sumber keragaman Jumlah kuadratDerajat bebas Fhitung Ftabel
tengah
Kelompok 2836.63 3
Perlakuan A 2914.88 3 971.63 14.70 3.8625
Sisaan A 594.75 9 66.08
Perlakuan B 169.13 3 56.38 5.10 3.8625
Sisaan B 589.25 9 65.47
Interaksi (A*B) 99.50 9 11.06 0.49 2.2501
Sisaan Umum 611.63 27 22.65
Total 7815.75 63
Hipotesis nol yang diuji pada tingkat kepercayaan 5% adalah:
1. Tidak ada interaksi antara perlakuan A dan perlakuan B
2. -Tidak terdapat pengaruh perlakuan A terhadap respons yang diamati
-Tidak terdapat pengaruh perlakuan B terhadap respons yang diamati
Contoh:
Kombinasi Pupuk NPK (Faktor vertikal, A) dan Genotipe Padi (Faktor horisontal, B)
Percobaan:
Pengaruh kombinasi pemukukan NPK dan genotipe padi terhadap hasil padi
(kg/petak). Pengaruh kombinasi pemupukan NPK (A) terdiri 6 taraf ditempatkan
sebagai Faktor A (vertikal) dan genotipe padi (B) terdiri dari 2 taraf yang ditempatkan
sebagai Faktor B (horisontal). Rancangan dasar RAK. Percobaan diulang 4 kali.

Sehingga diperoleh Anava

Kesimpulan
Pengaruh Interaksi AB
Karena Fhitung (4.50) > 2.901 maka tolak H0: µ1 = µ2 = ... pada taraf kepercayaan
95% (biasanya diberi satu buah tanda asterisk (*), yang menunjukkan berbeda nyata).
Pengaruh Utama
Karena pengaruh interaksi signifikan, maka pengaruh utamanya tidak perlu dibahas
lebih lanjut.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Metode percobaan meliputi tiga, yaitu perancangan terhadap perlakuan,
percobaan dan respons. Perlakuan apa saja yang akan dicobakan dalam suatu percobaan
hendaknya perlu dipertimbangkan dengan baik. Kegiatan percobaan dengan
memperhatikan keadaan lingkungan dan bahan percobaan dikenal dengan rancangan
lingkungan. Perancangan respons menyangkut pemilihan sifat atau karakteristik suatu
percobaan untuk menilai atau mengukur pengaruh perlakuan serta bagaimana cara
melakukan penilaian atau pengukuran tersebut.
 Rancangan Acak Lengkap (RAL), merupakan contoh dari penelitian yang dirancangan
berdasarkan keadaan lingkungan dari percobaan, khususnya lokasi dan bahan percobaannya.
Ciri khas RAL adalah bahan percobaannya dan lingkungan relatif homogeny.
 Rancangan Acak Kelompok (RAK), merupakan contoh dari penelitian yang
dirancangan berdasarkan keadaan lingkungan dari percobaan, khususnya lokasi dan bahan
percobaannya. Ciri khas RAK adalah ada satu efek pembeda.
 Rancangan bujur sangkar latin (RBSL) merupakan contoh dari penelitian yang
dirancangan berdasarkan keadaan lingkungan dari percobaan, khususnya lokasi dan bahan
percobaannya. Ciri khas RBSL adalah ada dua aspek pembeda yang ditemui, baik pada bahan
percobaan maupun aspek lainnya.
 Rancangan Perlakuan merupakan, rancangan yang dikembangkan karena keterbatasan
bahan percobaan dan kemudahan dalam pelaksanaan di lapangan. Rancangan petak terpisah
dan rancangan petak berjalur merupakan contoh rancangan perlakuan.
 Rancangan petak terpisah merupakan percobaan di mana perlakuan dipisahkan dalam
petak-petak percobaan, di mana terdapat petak utama dan anak petak. Tingkat penelitian untuk
perlakuan yang ditempatkan pada anak petak.
 Rancangan petak berjalur merupakan percobaaan di mana perlakuan dipisahkan dalam
petak yang berbentuk jalur, di mana tidak terdapat petak utama dan anak petak. Kedua faktor
perlakuan yang diuji mempunyai tingkat ketelitian yang sama.

DAFTAR PUSTAKA
Hanafiah, Kemas Ali.2002.Rancangan Percobaan.Palembang:Raja Grafindo Persada
Tunujaya, Benidiiktus.2013.Penelitian Percobaan.Bandung:Remaja Rosdakarya
M. Amin, Jaksen, Dkk. 2015. Modul Pengendalian Mutu Produksi. Palembang: Politeknik
Negeri Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai