ْ ِب
Berbenah Diri Menyambut Bulan Ramadhan
Kategori: Ramadhan 2 Agustus 2010
Allah Ta’ala telah mengutamakan sebagian waktu (zaman) di atas sebagian lainnya, sebagaimana Dia meng
utamakan sebagian manusia di atas sebagian lainnya dan sebagian tempat di atas tempat lainnya.
Allah Ta’ala berfirman,
ُق َما يَ َشا ُء َويَ ْختَا ُر َما َكانَ لَهُ ُم ْال ِخيَ َرة
ُ ُك يَ ْخل
َ َُّو َرب
“Dan Rabbmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya, sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka”
(QS al-Qashash:68).
Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di ketika menafsirkan ayat diatas, beliau berkata, “(Ayat ini menjelaskan) me
nyeluruhnya ciptaan Allah bagi seluruh makhluk-Nya, berlakunya kehendak-Nya bagi semua ciptaan-Nya,
dan kemahaesaan-Nya dalam memilih dan mengistimewakan apa (yang dikehendaki-Nya), baik itu manu
sia, waktu (jaman) maupun tempat”[1].
Termasuk dalam hal ini adalah bulan Ramadhan yang Allah Ta’ala utamakan dan istimewakan dibanding
bulan-bulan lainnya, sehingga dipilih-Nya sebagai waktu dilaksanakannya kewajiban berpuasa yang merupa
kan salah satu rukun Islam.
Sungguh Allah Ta’ala memuliakan bulan yang penuh berkah ini dan menjadikannya sebagai salah satu mu
sim besar untuk menggapai kemuliaan diakhirat kelak, yang merupakan kesempatan bagi hamba-hamba
Allah Ta’ala yang bertakwa untuk berlomba-lomba dalam melaksanakan ketaatan dan mendekatkan diri ke
pada-Nya[2].
Bagaimana Seorang Muslim Menyambut Bulan Ramadhan?
Bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan dan keberkahan, padanya dilipatgandakan amal-amal kebaikan, di
syariatkan amal-amal ibadah yang agung, dibuka pintu-pintu surga dan di tutup pintu-pintu neraka[3].
Oleh karena itu, bulan ini merupakan kesempatan berharga yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang yang be
riman kepada Allah Ta’ala dan ingin meraih ridha-Nya.
Dan karena agungnya keutamaan bulan suci ini, Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam selalu menyampaikan
kabar gembira kepada para sahabat radhiyallahu‘anhum akan kedatangan bulan yang penuh berkah ini [4].
Sahabat yang mulia, Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam ber
sabda, menyampaikan kabar gembira kepada para sahabatnya, “Telah datang bulan Ramadhan yang penuh
keberkahan, Allah mewajibkan kalian berpuasa padanya, pintu-pintu surga dibuka pada bulan itu, pintu-pin
tu neraka ditutup, dan para setan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat malam (kemuliaan/lailatul qadr) yang
lebih baik dari seribu bulan, barangsiapa yang terhalangi (untuk mendapatkan) kebaikan malam itu maka
sungguh dia telah dihalangi (dari keutamaan yang agung)”[5].
Imam Ibnu Rajab, ketika mengomentari hadits ini, beliau berkata,“Bagaimana mungkin orang yang beriman
tidak gembira dengan dibukanya pintu-pintu surga? Bagaimana mungkin orang yang pernah berbuat dosa
(dan ingin bertobat serta kembali kepada Allah Ta’ala) tidak gembira dengan ditutupnya pintu-pintu neraka ?
Dan bagaimana mungkin orang yang berakal tidak gembira ketika para setan dibelenggu?”[6].
Dulunya, para ulama salaf jauh-jauh hari sebelum datangnya bulan Ramadhan berdoa dengan sungguh-sung
guh kepada Allah Ta’ala agar mereka mencapai bulan yang mulia ini, karena mencapai bulan ini merupakan
nikmat yang besar bagi orang-orang yang dianugerahi taufik oleh Alah Ta’ala.Mu’alla bin al-Fadhl berkata,
“Dulunya (para salaf) berdoa kepada Allah Ta’ala (selama) enam bulan agar Allah mempertemukan mereka
dengan bulan Ramadhan, kemudian mereka berdoa kepada-Nya (selama) enam bulan (berikutnya) agar Dia
menerima (amal-amal shaleh) yang mereka (kerjakan)”[7].
Maka hendaknya seorang muslim mengambil teladan dari para ulama salaf dalam menyambut datangnya bu
lan Ramadhan, dengan bersungguh-sungguh berdoa dan mempersiapkan diri untuk mendulang pahala kebai
kan, pengampunan serta keridhaan dari Allah Ta’ala, agar diakhirat kelak mereka akan merasakan kebahagia
an dan kegembiraan besar ketika bertemu Allah Ta’ala dan mendapatkan ganjaran yang sempurna dari amal
kebaikan mereka. Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda, “Orang yang berpuasa akan
merasakan dua kegembiraan (besar):kegembiraan ketika berbuka puasa dan kegembiraan ketika dia
bertemu Allah”[8]
Tentu saja persiapan diri yang dimaksud di sini bukanlah dengan memborong berbagai macam makanan dan
minuman lezat dipasar untuk persiapan makan sahur dan balas dendam ketika berbuka puasa. Juga bukan de
ngan mengikuti berbagai program acara Televisi yang lebih banyak merusak dan melalaikan manusia dari
mengingat Allah Ta’ala dari pada manfaat yang diharapkan, itupun kalau ada manfaatnya.
Tapi persiapan yang dimaksud di sini adalah mempersiapkan diri lahir dan batin untuk melaksanakan ibadah
puasa dan ibadah-ibadah agung lainnya dibulan Ramadhan dengan sebaik-sebaiknya, yaitu dengan hati yang
ikhlas dan praktek ibadah yang sesuai dengan petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam.
Karena balasan kebaikan/keutamaan dari semua amal shaleh yang dikerjakan manusia,sempurna atau tidak
nya , tergantung dari sempurna atau kurangnya keikhlasannya dan jauh atau dekatnya praktek amal tersebut
dari petunjuk Nabi shallallahu‘alaihi wa sallam[9].
Hal ini diisyaratkan dalam sabda Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam. “ Sungguh seorang hamba benar-
benar melaksanakan shalat, tapi tidak dituliskan baginya dari (pahala kebaikan) shalat tersebut kecuali seper
se puluhnya, sepersembilannya, seperdelapannya, sepertujuhnya, seperenamnya, seperlimanya, seperempat
nya, sepertiganya, atau seperduanya”[10].
Juga dalam hadits lain tentang puasa, Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda, “Terkadang orang
yang berpuasa tidak mendapatkan bagian dari puasanya kecuali lapar dan dahaga saja”[11].
Meraih Takwa dan Kesucian Jiwa dengan Puasa Ramadhan
Hikmah dan tujuan utama diwajibkannya puasa adalah untuk mencapai takwa kepada Allah Ta’ala[12], yang
hakikatnya adalah kesucian jiwa dan kebersihan hati[13]. Maka bulan Ramadhan merupakan kesempatan ber
harga bagi seorang muslim untuk berbenah diri guna meraih takwa kepada Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,
َب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون
َ ِصيَا ُم َك َما ُكت َ ِيَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا ُكت
ِّ ب َعلَ ْي ُك ُم ال
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa” (QS al-Baqarah:183).
Imam Ibnu Katsir berkata, “Dalam ayat ini Allah Ta’ala berfirman kepada orang-orang yang beriman dan
me merintahkan mereka untuk (melaksanakan ibadah) puasa, yang berarti menahan(diri) dari makan, minum
dan hubungan suami-istri dengan niat ikhlas karena Allah Ta’ala (semata), karena puasa (me rupakan sebab
untuk mencapai) kebersihan dan kesucian jiwa, serta menghilangkan noda-noda buruk (yang mengotori hati)
dan semua tingkah laku yang tercela”[14].
Lebih lanjut, Syaikh Abdur Rahman as-Sa’di menjelaskan unsur-unsur takwa yang terkandung dalam ibadah
puasa, sebagai berikut:
- Orang yang berpuasa (berarti) meninggalkan semua yang diharamkan Allah (ketika berpuasa), berupa ma
kan, minum, berhubungan suami-istri dan sebagainya, yang semua itu diinginkan oleh nafsu manusia, untuk
mendekatkan diri kepada Allah dan mengharapkan balasan pahala dari-Nya dengan meninggalkan semua itu
ini adalah termasuk takwa (kepada-Nya).
- Orang yang berpuasa (berarti) melatih dirinya untuk (merasakan) muraqabatullah (selalu merasakan penga
wasan Allah Ta’ala), maka dia meninggalkan apa yang diinginkan hawa nafsunya padahal dia mampu (mela
kukannya), karena dia mengetahui Allah maha mengawasi (perbuatan) nya.
- Sesungguhnya puasa akan mempersempit jalur-jalur (yang dilalui) setan (dalam diri manusia), karena sesu
ngguhnya setan beredar dalam tubuh manusia di tempat mengalirnya darah[15], maka dengan berpuasa akan
lemah kekuatannya dan berkurang perbuatan maksiat dari orang tersebut.
- Orang yang berpuasa umumnya banyak melakukan ketaatan (kepada Allah Ta’ala), dan amal-amal ketaat
an merupakan bagian dari takwa.
- Orang yang kaya jika merasakan beratnya (rasa) lapar (dengan berpuasa) maka akan menimbulkan dalam
dirinya (perasaan) iba dan selalu menolong orang-orang miskin dan tidak mampu, ini termasuk bagian dari
takwa [16].
Bulan Ramadhan merupakan musim kebaikan untuk melatih dan membiasakan diri memiliki sifat-sifat muli
a dalam agama Islam, diantaranya sifat sabar. Sifat ini sangat agung kedudukannya dalam Islam, bahkan tan
pa adanya sifat sabar berarti iman seorang hamba akan pudar. Imam Ibnul Qayyim menggambarkan hal ini
dalam ucapan beliau, “Sesungguhnya (kedudukan sifat) sabar dalam keimanan (seorang hamba) adalah
seperti kedudukan kepala (manusia) pada tubuhnya, kalau kepala manusia hilang maka tidak ada kehidupan
bagi tubuhnya”[17].
Sifat yang agung ini, sangat erat kaitannya dengan puasa, bahkan puasa itu sendiri adalah termasuk kesabaran
Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam dalam hadits yang shahih menamakan bulan puasa
dengan syahrush shabr (bulan kesabaran)[18]. Bahkan Allah menjadikan ganjaran pahala puasa berlipat-lipat gan
da tanpa batas[19], sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam, “Semua amal (shaleh yang
dikerjakan) manusia dilipatgandakan (pahalanya), satu kebaikan (diberi ganjaran) sepuluh sampai tujuh
ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman: “Kecuali puasa (ganjarannya tidak terbatas),karena sesungguhnya
puasa itu (khusus) untuk-Ku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran (kebaikan) baginya”[20].
Demikian pula sifat sabar, ganjaran pahalanya tidak terbatas, sebagaimana firman Allah Ta’ala,
{ب َ صابِرُونَ أَ ْج َر ُه ْم بِ َغ ْي ِر ِح
ٍ سا َّ } إِنَّ َما يُ َوفَّى ال
“Sesungguhnya orang-orang yang bersabar akan disempurnakan (ganjaran) pahala mereka tanpa batas” (QS
az-Zumar:10).
Imam Ibnu Rajab al-Hambali menjelaskan eratnya hubungan puasa dengan sifat sabar dalam ucapan beliau,
“Sabar itu ada tiga macam:sabar dalam (melaksanakan) ketaatan kepada Allah, sabar dalam (meninggalkan)
hal-hal yang diharamkan-Nya, dan sabar (dalam menghadapi) ketentuan-ketentuan-Nya yang tidak sesuai de
ngan keinginan (manusia). Ketiga macam sabar ini (seluruhnya) terkumpul dalam (ibadah) puasa, karena (de
ngan) berpuasa (kita harus) bersabar dalam (menjalankan) ketaatan kepada Allah, dan bersabar dari semu a
keinginan syahwat yang diharamkan-Nya bagi orang yang berpuasa, serta bersabar dalam (menghadapi) be
ratnya (rasa) lapar, haus, dan lemahnya badan yang dialami orang yang berpuasa”[21].
Penutup
Demikianlah nasehat ringkas tentang keutamaan bulan Ramadhan,semoga bermanfaat bagi semua orang mu
slim yang beriman kepada Allah Ta’ala dan mengharapkan ridha-Nya, serta memberi motivasi bagi mereka
untuk bersemangat menyambut bulan Ramadhan yang penuh kemuliaan dan mempersiapkan diri dalam per
lombaan untuk meraih pengampunan dan kemuliaan dari-Nya, dengan bersungguh-sungguh mengisi bulan
Ramadhan dengan ibadah-ibadah agung yang disyariatkan-Nya.
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda, “Pada setiap malam (dibulan Ramadhan) ada penyeru (ma
laikat) yang menyerukan: Wahai orang yang menghendaki kebaikan hadapkanlah (dirimu), dan wahai orang
yang menghendaki keburukan kurangilah (keburukanmu)!”[22].
} وآخر دعوانا أن الحمد هلل رب العالمين،وصلى هللا وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين
Kota Kendari, 6 Sya’ban 1431 H
Penulis: Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA
Artikel www.muslim.or.id
[1] Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 622).
[2] Lihat kitab “al-‘Ibratu fi syahrish shaum” (hal. 5) tulisan guru kami yang mulia, syaikh ‘Abdul Muhsin bin Hamd
al-‘Abbad – semoga Allah menjaga beliau dalam kebaikan – .
[3] Sebagaimana yang disebutkan dalam HSR al-Bukhari (no. 3103) dan Muslim (no. 1079).
[4] Lihat keterangan imam Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitab “Latha-iful ma’aarif” (hal. 174).
[5] HR Ahmad (2/385), an-Nasa’i (no. 2106) dan lain-lain, dinyatakan shahih oleh syaikh al-Albani dalam kitab “Tamaa
mul minnah” (hal. 395), karena dikuatkan dengan riwayat-riwayat lain.
[6] Kitab “Latha-iful ma’aarif” (hal. 174).
[7] Dinukil oleh imam Ibnu Rajab al-Hambali dalam kitab “Latha-iful ma’aarif” (hal. 174).
[8] HSR al-Bukhari (no. 7054) dan Muslim (no. 1151).
[9] Lihat kitab “Shifatu shalaatin Nabi r” (hal. 36) tulisan syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani.
[10] HR Ahmad (4/321), Abu Dawud (no. 796) dan Ibnu Hibban (no. 1889), dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, al-‘Iraqi
dan syaikh al-Albani dalam kitab “Shalaatut taraawiih (hal. 119).
[11] HR Ibnu Majah (no. 1690), Ahmad (2/373), Ibnu Khuzaimah (no. 1997) dan al-Hakim (no. 1571) dinyatakan shahih
oleh Ibnu Khuzaimah, al-Hakim dan syaikh al-Albani.
[12] Lihat kitab “Tafsiirul Qur’anil kariim” (2/317) tulisan syaikh Muhammad bin Shaleh al-‘Utsaimin.
[13] Lihat kitab “Manhajul Anbiya’ fii tazkiyatin nufuus” (hal. 19-20).
[14] Kitab “Tafsir Ibnu Katsir” (1/289).
[15] Sebagaimana dalam HSR al-Bukhari (no. 1933) dan Muslim (no. 2175).
[16] Kitab “Taisiirul Kariimir Rahmaan” (hal. 86).
[17] Kitab “al-Fawa-id” (hal. 97).
[18] Lihat “Silsilatul ahaaditsish shahiihah” (no. 2623).
[19] Lihat kitab “Latha-iful ma’aarif” (hal. 177).
[20] HSR al-Bukhari (no. 1805) dan Muslim (no. 1151), lafazh ini yang terdapat dalam “Shahih Muslim”.
[21] Kitab “Latha-iful ma’aarif” (hal. 177).
[22] HR at-Tirmidzi (no. 682), Ibnu Majah (no. 1642), Ibnu Khuzaimah (no. 1883) dan Ibnu Hibban (no. 3435), dinyatakan
shahih oleh Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan syaikh al-Albani.
________ooOoo________
Wahai kaum muslimin, hendaknya kita mengetahui bahwa salah satu nikmat yang banyak disyukuri meski o
leh seorang yang lalai adalah nikmat ditundanya ajal dan sampainya kita dibulan Ramadhan.Tentunya jika
diri ini menyadari tingginya tumpukan dosa yang menggunung, maka pastilah kita sangat berharap untuk da
pat menjumpai bulan Ramadhan dan mereguk berbagai manfaat didalamnya.
Bersyukurlah atas nikmat ini. Betapa Allah ta’ala senantiasa melihat kemaksiatan kita sepanjang tahun, teta
pi Dia menutupi aib kita, memaafkan dan menunda kematian kita sampai bisa berjumpa kembali dengan Ra
madhan.
Ketidaksiapan yang Berbuah Pahit
Imam Abu Bakr Az Zur’i rahimahullah memaparkan dua perkara yang wajib kita waspadai. Salah satunya
َ ]اَلتَّهَا ُونُ بِاأْل َ ْم ِر إِ َذا َح, yaitu kewajiban telah datang tetapi kita tidak siap untuk menjalankannya Keti
adalah [ُض َر َو ْقتُه
daksiapan tersebut salah satu bentuk meremehkan perintah. Akibatnya pun sangat besar, yaitu kelemahan un
tuk menjalankan kewajiban tersebut dan terhalang dari ridha-Nya. Kedua dampak tersebut merupakan hukum
an atas ketidaksiapan dalam menjalankan kewajiban yang telah nampak didepan mata.[1]
Abu Bakr Az Zur’i menyitir firman Allah ta’ala berikut,
ضيتُ ْم بِ ْالقُعُو ِد أَو ََّل َم َّر ٍة فَا ْق ُعدُوا َم َع
ِ ُوج فَقُلْ لَ ْن ت َْخ ُرجُوا َم ِع َي أَبَدًا َولَ ْن تُقَاتِلُوا َم ِع َي َع ُد ‘}ًًّوا إِنَّ ُك ْم َر ْ
ِ طائِفَ ٍة ِم ْنهُ ْم فَا ْستَأ َذنُوكَ لِ ْل ُخر
َ فَإ ِ ْن َر َج َعكَ هَّللا ُ إِلَى
)٨٣( َالخَالِفِين ْ
“Maka jika Allah mengembalikanmu kepada suatu golongan dari mereka, kemudian mereka minta izin
kepa damu untuk keluar (pergi berperang), Maka katakanlah: “Kamu tidak boleh keluar bersamaku selama-
lama nya dan tidak boleh memerangi musuh bersamaku. Sesungguhnya kamu telah rela tidak pergi
berperang ka li yang pertama. karena itu duduklah bersama orang-orang yang tidak ikut berperang.” (At
Taubah: 83).
Renungilah ayat diatas baik-baik ! Ketahuilah, Allah ta’ala tidak menyukai keberangkatan mereka dan Dia
lemahkan mereka, karena tidak ada persiapan dan niat mereka yang tidak lurus lagi. Namun, bila seorang ber
siap untuk menunaikan suatu amal dan ia bangkit menghadap Allah dengan kerelaan hati, maka Allah terla
lu mulia untuk menolak hamba yang datang menghadap-Nya. Berhati-hatilah dari mengalami nasib menjadi
o rang yang tidak layak menjalankan perintah Allah ta’ala yang penuh berkah. Seringnya kita mengikuti ha
wa nafsu, akan menyebabkan kita tertimpa hukuman berupa tertutupnya hati dari hidayah.
Allah ta’ala berfirman,
)١١٠( َارهُ ْم َك َما لَ ْم ي ُْؤ ِمنُوا بِ ِه أَ َّو َل َم َّر ٍة َونَ َذ ُرهُ ْم فِي طُ ْغيَانِ ِه ْم يَ ْع َمهُون
َ صَ َونُقَلِّبُ أَ ْفئِ َدتَهُ ْم َوأَ ْب
“Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman
kepadanya (Al Quran) pada permulaannya dan Kami biarkan mereka bergelimang dalam kesesatannya
yang sangat.” (Al An’am: 110).
Persiapkan Amal Shalih dalam Menyambut Ramadhan
Bila kita menginginkan kebebasan dari neraka di bulan Ramadhan dan ingin diterima amalnya serta dihapus
segala dosanya, maka harus ada bekal yang dipersiapkan.
Allah ta’ala berfirman,
)٤٦( َُوج أل َع ُّدوا لَهُ ُع َّدةً َولَ ِك ْن َك ِرهَ هَّللا ُ ا ْنبِ َعاثَهُ ْم فَثَبَّطَهُ ْم َوقِي َل ا ْق ُعدُوا َم َع ْالقَا ِع ِدين
َ َولَوْ أَ َرادُوا ْال ُخر
“Dan jika mereka mau berangkat, tentulah mereka menyiapkan persiapan untuk keberangkatan itu, tetapi
Allah tidak menyukai keberangkatan mereka, maka Allah melemahkan keinginan mereka. dan dikatakan ke
pada mereka: “Tinggallah kamu bersama orang-orang yang tinggal itu.” (At Taubah: 46).
Harus ada persiapan! Dengan demikian, tersingkaplah ketidakjujuran orang-orang yang tidak mempersiapkan
bekal untuk berangkat menyambut Ramadhan. Oleh sebab itu, dalam ayat diatas mereka dihukum dengan ber
bagai bentuk kelemahan dan kehinaan disebabkan keengganan mereka untuk melakukan persiapan. Sebagai
persiapan menyambut Ramadhan, Rasulullah memperbanyak puasa dibulan Sya’ban.‘Aisyah radhi allahu‘an
hu berkata,
ِ ط أَ ْكثَ َر ِم ْن
ًصيَا ِم ِه ِم ْن َش ْعبَانَ َكانَ يَصُو ُم َش ْعبَانَ ُكلَّهُ َكانَ يَصُو ُم َش ْعبَانَ إِالَّ قَلِيال ُّ َصائِ ًما ِم ْن َشه ٍْر ق
َ َُولَ ْم أَ َره
“Saya sama sekali belum pernah melihat rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam berpuasa dalam satu bulan
sebanyak puasa yang beliau lakukan dibulan Sya’ban, didalamnya beliau berpuasa sebulan penuh.” Dalam
riwayat lain, “Beliau berpuasa di bulan Sya’ban, kecuali sedikit hari.”[2]
Beliau tidak terlihat lebih banyak berpuasa disatu bulan melebihi puasanya dibulan Sya’ban dan beliau tidak
menyempurnakan puasa sebulan penuh kecuali dibulan Ramadhan.
Generasi emas umat ini, generasi salafush shalih, meeka selalu mempersiapkan diri menyambut Ramadhan
dengan sebaik-baiknya. Sebagian ulama salaf mengatakan,
ضانَ ثُ َّم يَ ْد ُعوْ نَ هللاَ ِستَّةَ أَ ْشه ٍُر أَ ْن يَتَقَبَّلَهُ ِم ْنهُ ْم
َ َكانُوا يَ ْد ُعوْ نَ هللاَ ِستَّةَ أَ ْشه ٍُر أَ ْن يُبَلِّ َغهُ ْم َش ْه َر َر َم
”Mereka (para sahabat) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Rama
dlan.”[3]
Tindakan mereka ini merupakan perwujudan kerinduan akan datangnya bulan Ramadhan, permohonan dan
bentuk ketawakkalan mereka kepada-Nya. Tentunya, mereka tidak hanya berdo’a, namun persiapan menyam
but Ramadhan mereka iringi dengan berbagai amal ibadah.
Abu Bakr al Warraq al Balkhi rahimahullah mengatakan,
شهر رجب شهر للزرع و شعبان شهر السقي للزرع و رمضان شهر حصاد الزرع
“Rajab adalah bulan untuk menanam, Sya’ban adalah bulan untuk mengairi dan Ramadhan adalah bulan
untuk memanen.” [4]
Sebagian ulama yang lain mengatakan,
السنة مثل الشجرة و شهر رجب أيام توريقها و شعبان أيام تفريعها و رمضان أيام قطفها و المؤمنون قطافها جدير بمن سود صحيفته بالذنوب
أن يبيضها بالتوبة في هذا الشهر و بمن ضيع عمره في البطالة أن يغتنم فيه ما بقي من العمر
“Waktu setahun itu laksana sebuah pohon. Bulan Rajab adalah waktu menumbuhkan daun, Syaban adalah
waktu untuk menumbuhkan dahan, dan Ramadhan adalah bulan memanen, pemanennya adalah kaum muk
minin. (Oleh karena itu), mereka yang “menghitamkan” catatan amal mereka hendaklah bergegas “memu
tihkannya”dengan taubat dibulan-bulan ini,sedang mereka yang telah menyia-nyiakan umurnya dalam kela
laian, hendaklah memanfaatkan sisa umur sebaik-baiknya (dengan mengerjakan ketaatan) diwaktu terse
but.” [5]
Wahai kaum muslimin, agar buah bisa dipetik dibulan Ramadhan, harus ada benih yang disemai dan ia
harus diairi sampai menghasilkan buah yang rimbun. Puasa, qiyamullail, bersedekah dan berbagai amal
shalih di bulan Rajab dan Sya’ban, semua itu untuk menanam amal shalih dibulan Rajab dan diairi dibulan
Sya’ban. Tujuannya agar kita bisa memanen kelezatan puasa dan beramal shalih dibulan Ramadhan, karena
lezatnya Ramadhan hanya bisa dirasakan dengan kesabaran, perjuangan, dan tidak datang begitu saja. Hari-
hari Ramadhan tidaklah banyak, perjalanan hari-hari itu begitu cepat. Oleh sebab itu, harus ada persiapan
yang sebaik-baiknya.
Jangan Lupa, Perbarui Taubat!
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
ُكلُّ ا ْب ِن آ َد َم َخطَّا ٌء َو َخ ْي ُر ْال َخطَّائِينَ التَّوَّابُون
“Setiap keturunan Adam itu banyak melakukan dosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang ber
taubat.”[6]
Taubat menunjukkan tanda totalitas seorang dalam menghadapi Ramadhan. Dia ingin memasuki Ramadhan
tanpa adanya sekat-sekat penghalang yang akan memperkeruh perjalanan selama mengarungi Ramadhan.
Allah memerintahkan para hamba-Nya untuk bertaubat, karena taubat wajib dilakukan setiap saat. Allah ta
’ala berfirman,
)٣١( ََوتُوبُوا إِلَى هَّللا ِ َج ِميعًا أَيُّهَا ْال ُم ْؤ ِمنُونَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون
“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An
Nuur: 31).
Taubat yang dibutuhkan bukanlah seperti taubat yang sering kita kerjakan. Kita bertaubat, lidah kita mengu
capkan, “Saya memohon ampun kepada Allah”, akan tetapi hati kita lalai, akan tetapi setelah ucapan tersebut,
dosa itu kembali terulang. Namun, yang dibutuhkan adalah totalitas dan kejujuran taubat.
Jangan pula taubat tersebut hanya dilakukan dibulan Ramadhan sementara diluar Ramadhan kemaksiatan ke
mbali digalakkan. Ingat! Ramadhan merupakan momentum ketaatan sekaligus madrasah untuk membiasakan
diri beramal shalih sehingga jiwa terdidik untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan disebelas bulan lainnya .
Wahai kaum muslimin, mari kita persiapkan diri kita dengan memperbanyak amal shalih didua bulan ini, Ra
jab dan Sya’ban, sebagai modal awal untuk mengarungi bulan Ramadhan yang akan datang sebentar lagi.
Ya Allah mudahkanlah dan bimbinglah kami. Amin.
Waffaqaniyallahu wa iyyakum.
Buaran Indah, Tangerang, 24 Rajab 1431 H.
Penulis: Muhammad Nur Ichwan Muslim
Artikel www.muslim.or.id
[1] Badai’ul Fawaid 3/699.
[2] HR. Muslim: 1156.
[3] Lathaaiful Ma’arif hal. 232
[4] Lathaaiful Ma’arif hal. 130.
[5] Lathaaiful Ma’arif hal. 130.
[6] Hasan. HR. Tirmidzi: 2499.
________ooOoo________
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga
dan sahabatnya.
Berikut adalah beberapa hikmah dibalik puasa Ramadhan yang kami sarikan dari beberapa kalam ulama. Se
moga bermanfaat.
1. Menggapai Derajat Takwa
Allah Ta’ala berfirman,
َب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون
َ ِصيَا ُم َك َما ُكت َ ِيَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آَ َمنُوا ُكت
ِّ ب َعلَ ْي ُك ُم ال
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-o
rang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS Al Baqarah:183). Ayat ini menunjukkan bahwa diantara hik
mah puasa adalah agar seorang hamba dapat menggapai derajat takwa dan puasa adalah sebab meraih dera
jat yang mulia ini. Hal ini dikarenakan dalam puasa, seseorang akan melaksanakan perintah Allah dan
menjauhi setiap larangan-Nya. Inilah pengertian takwa. Bentuk takwa dalam puasa dapat kita lihat dalam
berbagai hal berikut.
Pertama, orang yang berpuasa akan meninggalkan setiap yang Allah larang ketika itu yaitu dia meninggal
kan makan, minum, berjima’ dengan istri dan sebagainya yang sebenarnya hati sangat condong dan
ingin me lakukannya. Ini semua dilakukan dalam rangka taqorrub atau mendekatkan diri pada Allah
dan meraih pahala dari-Nya. Inilah bentuk takwa.
Kedua, orang yang berpuasa sebenarnya mampu untuk melakukan kesenangan-kesenangan duniawi yang
ada. Namun dia mengetahui bahwa Allah selalu mengawasi diri-Nya. Ini juga salah bentuk takwa ya
itu mera sa selalu diawasi oleh Allah.
Ketiga, ketika berpuasa, setiap orang akan semangat melakukan amalan-amalan ketaatan. Dan ketaatan meru
pakan jalan untuk menggapai takwa.[1] Inilah sebagian di antara bentuk takwa dalam amalan puasa.
2. Hikmah di Balik Meninggalkan Syahwat dan Kesenangan Dunia
Di dalam berpuasa, setiap muslim diperintahkan untuk meninggalkan berbagai syahwat, makanan dan mi
numan. Itu semua dilakukan karena Allah. Dalam hadits qudsi[2], Allah Ta’ala berfirman,
ع َشه َْوتَهُ َوطَ َعا َمهُ ِم ْن أَجْ لِى
ُ يَ َد
“Dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku”.[3]
Diantara hikmah meninggalkan syahwat dan kesenangan dunia ketika berpuasa adalah:
Pertama, dapat mengendalikan jiwa. Rasa kenyang karena banyak makan dan minum, kepuasan ketika ber
hubungan dengan istri, itu semua biasanya akan membuat seseorang lupa diri, kufur terhadap nikmat dan
menjadi lalai. Sehingga dengan berpuasa, jiwa pun akan lebih dikendalikan.
Kedua, hati akan menjadi sibuk memikirkan hal-hal baik dan sibuk mengingat Allah. Apabila seseorang
terlalu tersibukkan dengan kesenangan duniawi dan terbuai dengan makanan yang dia lahap, hati pun akan
menjadi lalai dari memikirkan hal-hal yang baik dan lalai dari mengingat Allah. Oleh karena itu, apabila hati
tidak tersibukkan dengan kesenangan duniawi, juga tidak disibukkan dengan makan dan minum ketika
berpuasa, hatipun akan bercahaya, akan semakin lembut, hati pun tidak mengeras dan akan semakin mudah
untuk tafakkur (merenung) serta berdzikir pada Allah.
Ketiga,dengan menahan diri dari berbagai kesenangan duniawi, orang yang berkecukupan akan semakin ta
hu bahwa dirinya telah diberikan nikmat begitu banyak dibanding orang-orang fakir, miskin dan yatim piatu
yang sering merasakan rasa lapar. Dalam rangka mensyukuri nikmat ini, orang-orang kaya pun gemar berba
gi dengan mereka yang tidak mampu.
Keempat, dengan berpuasa akan mempersempit jalannya darah. Sedangkan setan berada pada jalan da
rahnya manusia. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu‘alaihi wasallam,
َ إِ َّن ال َّش ْي
طانَ يَجْ ِرى ِم ِن اب ِْن آ َد َم َمجْ َرى ال َّد ِم
“Sesungguhnya setan mengalir dalam diri manusia pada tempat mengalirnya darah.”[4] Jadi puasa dapat
menenangkan setan yang seringkali memberikan was-was. Puasa pun dapat menekan syahwat dan rasa ma
rah. Oleh karena itu, Nabi shallallahu‘alaihi wasallam menjadikan puasa sebagai salah satu obat mujarab ba
gi orang yang memiliki keinginan untuk menikah namun belum kesampaian.[5]
3. Mulai Beranjak Menjadi Lebih Baik
Dibulan Ramadhan tentu saja setiap muslim harus menjauhi berbagai macam maksiat agar puasanya tidak
sia-sia, juga agar tidak mendapatkan lapar dan dahaga saja. Nabi shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
ُع َوال َعطَش ُّ صائِ ٍم َح
ِ ظهُ ِم ْن
ُ ْصيَا ِم ِه الجُو َ َّرُب
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa la
par dan dahaga saja.”[6]
Puasa menjadi sia-sia seperti ini disebabkan bulan Ramadhan masih diisi pula dengan berbagai maksiat. Pa
dahal dalam berpuasa seharusnya setiap orang berusaha menjaga lisannya dari rasani orang lain (baca:ghi
bah), dari berbagai perkaataan maksiat, dari perkataan dusta, perbuatan maksiat dan hal-hal yang sia-sia.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
ُْس هَّلِل ِ َحا َجةٌ فِى أَ ْن يَ َد َع طَ َعا َمهُ َو َش َرابَه
َ ور َو ْال َع َم َل بِ ِه فَلَي ُّ َم ْن لَ ْم يَ َد ْع قَوْ َل
ِ الز
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh
dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.”[7]
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
َ إِنِّي: ْك فَ ْلتَقُل
َ إِنِّي، صائِ ٌم
صائِ ٌم َ ك أَ َح ٌد أَوْ َجهُ َل َعلَ ْي
َ َّ فَإ ِ ْن َساب، ث ِ صيَا ُم ِمنَ األَ ْك ِل َوال َّش َر
ِ َ إِنَّ َما الصِّ يَا ُم ِمنَ اللَّ ْغ ِو َوال َّرف، ب َ لَي
ِّ ْس ال
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri
dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, kata
kanlah padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.”[8] Lagwu adalah perkataan sia-sia dan semisal
nya yang tidak berfaedah.[9] Sedangkan rofats adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada
wanita[10] atau dapat pula bermakna kata-kata kotor.[11]
Oleh karena itu, ketika keluar bulan Ramadhan seharusnya setiap insan menjadi lebih baik dibanding dengan
bulan sebelumnya karena dia sudah ditempa dimadrasah Ramadhan untuk meninggalkan berbagai macam
maksiat. Orang yang dulu malas-malasan shalat 5waktu seharusnya menjadi sadar dan rutin mengerjakannya
diluar bulan Ramadhan. Juga dalam masalah shalat Jama’ah bagi kaum pria, hendaklah pula dapat dirutinkan
dilakukan dimasjid sebagaimana rajin dilakukan ketika bulan Ramadhan. Begitu pula dalam bulan Rama
dhan banyak wanita muslimah yang berusaha menggunakan jilbab yang menutup diri dengan sempurna, ma
ka diluar bulan Ramadhan seharusnya hal ini tetap dijaga.
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
َوإِ َّن أَ َحبَّ ْال َع َم ِل إِلَى هَّللا ِ أَ ْد َو ُمهُ َوإِ ْن قَ َّل
“(Ketahuilah bahwa) amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah amalan yang kontinu (ajeg) walaupun
sedikit.”[12]
Ibadah dan amalan ketaatan bukanlah ibarat bunga yang mekar pada waktu tertentu saja. Jadi, ibadah shalat
5 waktu, shalat jama’ah, shalat malam, gemar bersedekah dan berbusana muslimah, bukanlah jadi ibadah mu
siman. Namun sudah seharusnya diluar bulan Ramadhan juga tetap dijaga. Para ulama seringkali mengatakan
“Sejelek-jelek kaum adalah yang mengenal Allah (rajin ibadah, -pen) hanya pada bulan Ramadhan saja.”
Ingatlah pula pesan dari Ka’ab, “Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan lantas terbetik dalam hatinya bah
wa setelah lepas dari Ramadhan akan berbuat maksiat pada Rabbnya, maka sungguh puasanya itu tertolak
(tidak bernilai apa-apa).”[13]
4. Kesempatan untuk Saling Berkasih Sayang dengan Si Miskin dan Merasakan Penderitaan Mereka
Puasa akan menyebabkan seseorang lebih menyayangi si miskin. Karena orang yang berpuasa pasti merasa
kan penderitaan lapar dalam sebagian waktunya. Keadaan ini pun ia rasakan begitu lama. Akhirnya ia pun
bersikap lemah lembut terhadap sesama dan berbuat baik kepada mereka. Dengan sebab inilah ia mendapat
kan balasan melimpah dari sisi Allah.
Begitu pula dengan puasa seseorang akan merasakan apa yang dirasakan oleh orang-orang miskin, fakir, yang
penuh kekurangan. Orang yang berpuasa akan merasakan lapar dan dahaga sebagaimana yang dirasakan oleh
mereka-mereka tadi. Inilah yang menyebabkan derajatnya meningkat di sisi Allah.[14]
Inilah beberapa hikmah syar’i yang luar biasa dibalik puasa Ramadhan. Oleh karena itu, para salaf sangatlah
merindukan bertemu dengan bulan Ramadhan agar memperoleh hikmah-hikmah yang ada didalamnya. Seba
gian ulama mengatakan, “Para salaf biasa berdoa kepada Allah selama 6 bulan agar dapat berjumpa de
ngan bulan Ramadhan. Dan 6 bulan sisanya mereka berdoa agar amalan-amalan mereka diterima”.[15]
Hikmah Puasa yang Keliru
Adapun hikmah puasa yang biasa sering dibicarakan sebagian kalangan bahwa puasa dapat menyehatkan ba
dan (seperti dapat menurunkan bobot tubuh, mengurangi resiko stroke, menurunkan tekanan darah, dan me
ngurangi resiko diabetes[16]), maka itu semua adalah hikmah ikutan saja[17] dan bukan hikmah utama. Sehi
ngga hendaklah seseorang meniatkan puasanya untuk mendapatkan hikmah syar’i terlebih dahulu dan ja
nganlah dia berpuasa hanya untuk mengharapkan nikmat sehat semata. Karena jika niat puasanya hanya un
tuk mencapai kenikmatan dan kemaslahatan duniawi, maka pahala melimpah di sisi Allah akan sirna walau
pun dia akan mendapatkan nikmat dunia atau nikmat sehat yang dia cari-cari.
Allah Ta’ala berfirman,
ب ِ ث ال ُّد ْنيَا نُ ْؤتِ ِه ِم ْنهَا َو َما لَهُ فِي اآل ِخ َر ِة ِم ْن ن
ٍ َصي َ ْث اآل ِخ َر ِة نز ْد لَهُ فِي َحرْ ثِ ِه َو َم ْن َكانَ ي ُِري ُد َحر
َ َْم ْن َكانَ ي ُِري ُد َحر
“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan ba
rang siapa yang menghendaki keuntungan didunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan duni
a dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (QS. Asy Syuraa: 20)
Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Orang yang gemar berbuat riya’ akan diberi balasan kebaikan mereka didunia.
Mereka sama sekali tidak akan dizholimi. Namun ingatlah, barangsiapa yang melakukan amalan puasa,
amalan shalat atau amalan shalat malam namun hanya ingin mengharapkan dunia, maka balasan dari Allah:
Allah akan memberikan baginya dunia yang dia cari-cari. Akan tetapi, amalannya akan lenyap diakhirat
nanti karena mereka hanya ingin mencari keuntungan dunia. Di akhirat, mereka juga akan termasuk orang-
orang yang merugi”.”[18]
Sehingga yang benar, puasa harus dilakukan dengan niat ikhlas untuk mengharap wajah Allah. Sedangkan
nikmat kesehatan, itu hanyalah hikmah ikutan saja dari melakukan puasa, dan bukan tujuan utama yang dica
ri-cari. Jika seseorang berniat ikhlas dalam puasanya, niscaya nikmat dunia akan datang dengan sendirinya
tanpa dia cari-cari. Ingatlah selalu nasehat Nabi shallallahu‘alaihi wasallam,
ق َعلَ ْي ِه ِ َاآلخ َرةُ هَ َّمهُ َج َع َل هَّللا ُ ِغنَاهُ فِى قَ ْلبِ ِه َو َج َم َع لَهُ َش ْملَهُ َوأَتَ ْتهُ ال ُّد ْنيَا َو ِه َى َرا ِغ َمةٌ َو َم ْن َكان
َ ت ال ُّد ْنيَا هَ َّمهُ َج َع َل هَّللا ُ فَ ْق َرهُ بَ ْينَ َع ْينَ ْي ِه َوفَ َّر ِ ت ِ ََم ْن َكان
ْ
َُش ْملَهَ َولَ ْم يَأتِ ِه ِمنَ ال ُّد ْنيَا ِإالَّ َما قُ ِّد َر لَه
“Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan da
lam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, duniapun akan dia peroleh dan tunduk
hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia
tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, duniapun tidak dia peroleh kecuali
yang telah ditetapkan baginya.”[19]
Adapun hadits yang mengatakan,
ِ َصُوْ ُموْ ا ت
صحُّ وْ ا
“Berpuasalah, niscaya kalian akan sehat.” Perlu diketahui bahwa hadits semacam ini adalah hadits yang le
mah (hadits dho’if) menurut ulama pakar hadits.[20]
Semoga kita bisa menarik hikmah berharga di balik puasa kita di bulan penuh kebaikan, bulan Ramadhan.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id
[1] Taisir Karimir Rahman, hal. 86.
[2] Hadits qudsi adalah hadits yang maknanya dari Allah Ta’ala, lafazhnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
[3] HR. Muslim no. 1151
[4] HR. Bukhari no. 7171 dan Muslim no. 2174
[5] Disarikan dari Latho’if Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 276-277.
[6] HR. Ahmad 2/373. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanadnya jayyid.
[7] HR. Bukhari no. 1903.
[8] HR. Ibnu Khuzaimah 3/242. Al A’zhomi mengatakan bahwa sanad hadits tersebut shahih.
[9] Perkataan Al Akhfasy, dinukil dari Fathul Bari, 2/414.
[10] Perkataan Al Azhari, dinukil dari Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 5/114, 9/119.
[11] Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 9/119.
[12] HR. Muslim no. 782.
[13] Lathoif Al Ma’arif, 378.
[14] Lihat Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah, 2/9906
[15] Lathoif Al Ma’arif, 369
[16] Lihat http://swaramuslim.net
[17] Lihat Tafsir Al Qur’an Al Karim Surat Al Baqoroh, 1/317.
[18] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7/422.
[19] HR. Tirmidzi no. 2465. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat penjelasan hadits ini dalam
Tuhfatul Ahwadzi, 7/139-140.
[20] Al Hafzih Al ‘Iroqiy dalam Takhrij Al Ihya’ (5/453) mengatakan bahwa hadits ini diriwayatkan oleh Ath Thobroniy da
lam Al Awsath, Abu Nu’aim dalam Ath Thib An Nabawiy dari hadits Abu Hurairah dengan sanad yang lemah (dho’if).
Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al Hadits Adh Dho’ifah no. 253 mengatakan bahwa hadits ini dho’if (lemah)
________ooOoo________
Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu‘anhu beliau berkata: bahwasanya Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam
pernah bersabda, “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Semua amal anak Adam adalah baginya kecuali
puasa karena sesungguhnya puasa itu bagi-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya. Puasa adalah
perisai, apa bila kamu sedang puasa jangan berkata jorok, jangan berteriak-teriak dan jangan berbuat
bodoh. Apabila ada seseorang yang mencacinya atau memeranginya maka katakanlah ‘Sesungguhnya aku
sedang puasa’ se banyak dua kali. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada ditangan-Nya, sungguh bau
mulut orang yang se dang puasa itu lebih harum disisi Allah pada hari kiamat daripada bau minyak
kasturi. Orang yang berpua sa memiliki dua kebahagiaan yang dia bergembira dengannya: ketika berbuka
dia bergembira dengan buka nya dan ketika berjumpa Robbnya dia bergembira dengan puasanya.”
(Muttafaq ‘alaih)
Pengantar
Saudaraku, semoga Alloh merahmatimu, syariat Islam yang mulia ini telah memberikan kelapangan dan ke
mudahan bagi ummat manusia. Tidaklah Allah membebankan suatu kewajiban kepada seseorang melainkan
dengan memperhatikan kemampuannya. Allah Ta’ala berfirman, “Tidaklah Allah membebankan kepada se
seorang kecuali menurut kemampuannya.” (QS. Al Baqarah: 286)
Demikian pula ibadah puasa yang disyari’atkan kepada kita.Apabila seseorang justru dikhawatirkan tertim
pa bahaya dengan melakukan puasa maka dia diperbolehkan bahkan lebih utama untuk tidak berpuasa keti
ka itu, seperti orang yang sedang sakit dan bepergian jauh. Allah Ta’ala berfirman, “Barangsiapa sakit atau
dalam perjalanan (lalu dia berbuka) maka (wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu pada hari-hari yang lain. Alloh menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran ba
gimu.” (QS. Al Baqarah: 185)
Syaikh Abdurrohman bin Naashir As Sa’di rohimahulloh mengatakan dalam kitab tafsirnya, “Allah Ta’ala
menghendaki memberikan kemudahan kepada kalian untuk menempuh jalan-jalan yang menyampaikan ke
pada keridhoan-Nya dengan semudah mungkin dan mempermudah jalan-jalan itu dengan sepenuh kemuda
han. Karena itulah semua perkara yang diperintahkan Allah kepada hamba-Nya pada asalnya merupakan
sesuatu yang sangat mudah.” (Taisir karimirrohman, hal. 86).
Pentingnya Mempelajari Tata Cara Puasa
Puasa merupakan salah satu rukun Islam. Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
“Islam dibangun di atas lima perkara, persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan
sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, berhaji dan puasa
Ramadhan.” (Muttafaq ‘alaihi)
Umat Islam telah bersepakat tentang wajibnya puasa Ramadhan dan merupakan salah satu rukun Islam yang
dapat diketahui dengan pasti merupakan bagian dari agama. Barangsiapa yang mengingkari tentang wajib
nya puasa Ramadhan maka dia kafir, keluar dari Islam (lihat Al Wajiz).
Oleh karenanya setiap muslim hendaknya mempelajari ilmu yang terkait dengan pelaksanaan ibadah yang a
gung ini. Karena ilmu itu lebih didahulukan daripada ucapan dan perbuatan, sebagaimana yang dikatakan o
leh Al Imam Al Bukhari didalam kitab Shahihnya. Beliau berdalil dengan firman Allah Ta’ala yang artinya,
“Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tiada yang berhak disembah dengan benar kecuali Allah dan minta
lah ampunan terhadap dosamu.” (QS. Muhammad: 19)
Syaikh Al ‘Utsaimin rohimahulloh menjelaskan, “Al Bukhori rohimahulloh berdalil dengan ayat ini untuk
menunjukkan kewajiban memulai dengan ilmu sebelum berucap dan berbuat, ini merupakan dalil atsari (ber
dasarkan penukilan -pent) yang menunjukkan seorang insan mengetahui terlebih dahulu baru kemudian me
ngamalkan,disana juga terdapat dalil ‘aqli nadhari (berdasarkan pemikiran dan perenungan-pent) yang me
nunjukkan ilmu itu didahulukan sebelum ucapan dan amalan. Yaitu dikarenakan ucapan dan amalan tidak
akan menjadi benar dan diterima hingga bersesuaian dengan aturan syari’at dan seorang insan tidak mung
kin mengetahui apakah amalannya itu sesuai dengan syari’at kecuali dengan ilmu…” (Syarah Tsalatsatul
Ushul, hal. 27-28).
Puasa Adalah Ibadah
Ibadah memiliki pengertian yang amat luas dan jelas yaitu,“Segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah
baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang nampak maupun yang tersembunyi.” (lihat perkataan Syaik
hul Islam Ibnu Taimiyah yang dinukil di Fathul Majid). Dan puasa termasuk diantaranya, puasa adalah amalan
yang dicintai Allah, buktinya Allah mewajibkan puasa kepada hamba-hamba-Nya. Allah berfirman yang arti
nya “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang
-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.” (QS. Al Baqarah: 183). Dan tidak mungkin Allah mewajibkan
sesuatu kecuali sesuatu itu pasti dicintai dan diridhai-Nya, meskipun sebagian manusia ada yang merasa tidak
suka dengannya. Cobalah perhatikan ketika Allah mewajibkan kaum muslimin untuk berperang. Allah berfir
man yang artinya, “Telah diwajibkan kepada kalian berperang padahal itu kalian benci, bisa jadi kalian mem
benci sesuatu padahal sebenarnya itu baik bagi kalian, dan bisa jadi kalian menyukai sesuatu padahal sebe
narnya itu buruk bagi kalian. Allah lah yang lebih tahu dan kalian tidak mengetahui.” (QS. Al Baqoroh:216).
Dan dalam menentukan apakah sesuatu amalan itu termasuk ibadah atau bukan bukanlah akal yang menen
tukan, akan tetapi firman Allah dan sabda Rasul-Nya. Sebagaimana kaidah yang sudah amat masyhur dika
langan ulama’ bahwa hukum asal ibadah (ritual) itu terlarang/haram sampai tegak dalil yang mensyari’atkannya.
Ibadah Hanya untuk Allah
Apabila kita telah mengetahui bahwa puasa adalah ibadah maka ketahuilah saudaraku bahwasanya ibadah
itu hanya boleh ditujukan kepada Allah, karena barangsiapa yang memalingkan ibadah kepada selain Allah
dia telah terjerumus dalam kesyirikan dan kekafiran. Sebagaimana sholat akan menjadi batal dan rusak apa
bila pelakunya terkena hadats, maka demikian pula ibadah akan menjadi batal dan rusak apabila tercampuri
kesyirikan. Sebagaimana sholat tidak sah tanpa thaharah maka demikian pula ibadah tidak akan sah tanpa ta
uhid. (lihat Al Qowa’idul Arba’ karya Asy Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahulloh).
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah milik Allah maka jangan
lah kamu menyeru disamping Allah sesuatupun.” (QS. Al Jin: 18). Syaikh Al ‘Utsaimin rahimahullah mene
rangkan, “Allah Ta’ala melarang seorang insan menyeru/beribadah disamping Allah sesuatupun, dan Allah
tidaklah melarang dari sesuatu kecuali karena Dia Yang Maha suci lagi Maha tinggi tidak meridhoinya.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman yang artinya, “Jika kamu kufur sesungguhnya Allah tidak membutuhkan ka
mu dan Allah tidak ridha kekafiran bagi hamba-Nya dan jika kamu bersyukur niscaya Dia ridha kepadamu
.” (QS. Az Zumar: 7) … dan apabila ternyata Allah tidak meridhoi kekufuran dan kesyirikan maka sudah
menjadi kewajiban bagi setiap mukmin untuk tidak ridha dengan keduanya, karena seorang mukmin itu keri
dhaan dan kemarahannya mengikuti keridhaan dan kemurkaan Allah, sehingga dia akan marah terhadap se
suatu yang dimurkai Allah dan akan ridha terhadap sesuatu yang diridhai Allah ‘Azza wa Jalla, maka demi
kian pula apabila Allah tidak meridhai kekufuran dan kesyirikan maka tidak semestinya seorang mukmin
justru ridha terhadap keduanya.” (Syarah Tsalatsatul Ushul hal. 33-34).
Maka cobalah kita renungkan keadaan kaum muslimin sekarang ini yang sebagian diantara mereka (semoga
kita tidak termasuk didalamnya) bergelimang kesyirikan sementara mereka tidak menyadarinya bahkan
membe la dan melestarikannya dengan mengatasnamakan tradisi. Bagaimana bisa mereka melalaikan
masalah besar ini ?! Apalah artinya mereka berpuasa menahan lapar dan dahaga jika kesyirikan masih
melekat dalam hati, ucapan dan amalan mereka. Tidakkah mereka ingat firman Allah Ta’ala yang artinya,
“Sungguh telah diwah yukan kepadamu (Muhammad) dan kepada orang-orang sebelummu, ‘Sungguh jika
kamu berbuat syirik niscaya lenyaplah seluruh amalmu dan benar-benar kamu akan termasuk golongan
orang-orang yang merugi” (QS. Az Zumar: 65).
Maka marilah kita pelajari tauhid lebih serius lagi, jangan-jangan kita terjerumus dalam syirik dalam keada
an tidak menyadari. Bagaimana mungkin seseorang bisa berkata ‘Saya bersih dari syirik’ sementara penger
tian dan macam-macamnya pun dia tidak mengenalnya. Tetapi siapakah gerangan yang mau memperhatikan
nya ??
Syarat Diterimanya Ibadah
Suatu amalan akan diterima disisi Allah apabila memenuhi dua syarat: ikhlash dan showab/benar. Allah Ta
’ala berfirman yang artinya, “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya maka
hendaklah Dia mengerjakan amal shalih dan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dalam beribadah ke
pada Rabbnya.” (QS. Al Kahfi: 110). Al Imam Ibnu Katsir rahimahulloh mengatakan didalam kitab Tafsir-nya,
“Dan dua hal inilah rukun amalan yang diterima; harus didasari keikhlashan kepada Allah serta sho
wab/benar yaitu sesuai dengan syari’at Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim juz
V hal. 154).
Barangsiapa yang niatnya tidak ikhlash karena Allah maka ibadahnya tidak diterima, Nabi shallallahu‘alaihi
wasallam bersabda, “Allah berfirman yang artinya, ‘Aku adalah Dzat yang tidak membutuhkan sekutu, ba
rangsiapa mengerjakan suatu amal yang dicampuri kesyirikan kepada-Ku maka Aku tinggalkan dia beserta
kesyirikannya itu.’” (HR. Muslim)
Barangsiapa yang beramal tidak sesuai tuntunan Nabi maka ibadahnya tidak diterima, Nabi shollallohu‘alai
hi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari ka
mi maka tertolak.” (HR. Muslim). Jadi kedua syarat ini harus terpenuhi, apabila salah satu saja tidak terpenu hi
maka ibadah itu tidak akan diterima oleh Alloh.
Tujuan Puasa
Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rohimahulloh mengatakan, “Tujuan dari puasa bukanlah seke
dar mengekang tubuh dalam rangka menahan haus dan lapar serta kesulitan, akan tetapi tujuannya adalah
menundukkan jiwa dengan meninggalkan sesuatu yang dicintai demi meraih keridhaan Dzat yang dicintai.
Adapun perkara dicintai yang ditinggalkan adalah makan, minum dan jima’, inilah nafsu syahwat. Adapun
sesuatu yang dicintai yang dicari keridhaan-Nya adalah Allah ‘Azza wa Jalla. Maka kita harus senantiasa
menghadirkan niat ini bahwasanya kita meninggalkan pembatal-pembatal puasa ini demi mencari keridha
an Allah ‘Azza wa Jalla.” (Tsamaniyatu Wa Arba’uuna Su’aalan Fish Shiyaam hal. 10).
Puasa Menghimpun 3 Macam Sabar
Puasa adalah ibadah yang paling utama karena ketiga macam sabar terhimpun didalamnya, yaitu:
1. Sabar dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah.
2. Sabar dalam menahan diri dari terjerumus dalam maksiat kepada-Nya.
3. Sabar dalam menghadapi takdir Allah yang terasa menyakitkan.
Juga karena Allah menyandarkan ganjaran puasa kepada Diri-Nya sendiri, Allah menjanjikan balasan puasa
dari sisi-Nya. Puasa merupakan rahasia antara Rabb dan hamba-Nya sehingga ia menjadi amanat paling
agung yang harus dijaga (lihat Taisirul ‘Allaam juz I hal. 351).
Penyusun: Abu Mushlih Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id ________ooOoo________
Keutamaan Puasa
Kategori: Ramadhan // 18 Juli 2010
Kaum muslimin yang semoga yang dimuliakan oleh Allah ta’ala, bulan ramadan adalah bulan yang penuh de
ngan barakah, bulan dimana segala kebaikan yang banyak terdapat disana, berikut ini kami akan memapar
kan beberapa keutamaan bagi seorang muslim yang berpuasa pada bulan tersebut.
Banyak sekali ayat-ayat yang tegas dan jelas dalam Al-Qur’an yang memberikan anjuran untuk melaksana
kan puasa sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dan juga Allah ta’ala telah menjelaskan keu
tamaan-keutamaannya, seperti firman-Nya:
ت ِ ت َو ْالخَا ِش ِعينَ َو ْالخ
ِ َاش َعا ِ ت َوالصَّابِ ِرينَ َوالصَّابِ َراِ ت َوالصَّا ِدقِينَ َوالصَّا ِدقَا ِ ت َو ْالقَانِتِينَ َو ْالقَانِتَا
ِ ت َو ْال ُم ْؤ ِمنِينَ َو ْال ُم ْؤ ِمنَاِ إِ َّن ْال ُم ْسلِ ِمينَ َو ْال ُم ْسلِ َما
َ هَّللا َ
ت أ َع َّد ُ لَهُ ْم َم ْغفِ َرةً َوأجْ رًا َّ هَّللا َّ
ِ ت َوالذا ِك ِرينَ َ َكثِيرًا َوالذا ِك َرا ْ ُ
ِ ت َوال َحافِ ِظينَ فرُو َجهُ ْم َوال َحافِظَاْ ِ ت َوالصَّائِ ِمينَ َوالصَّائِ َما َ َص ِّدقِينَ َو ْال ُمت
ِ ص ِّدقَا َ ََو ْال ُمت
َع ِظي ًما
“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan
perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan
yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan
perempuan yang berpuasa,laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perem
puan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar.” (QS. Al-Ahzab: 35)
Puasa Merupakan Perisai Bagi Seorang Muslim
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda:
يا معشر الشباب من اسطاع منكم الباءة فاليتزوج فإنه أغض للبصر وأحصن للفرج ومن لم يستطع فعليه بالصوم فإنه له وجاء
“Wahai sekalian para pemuda, barang siapa di antara kalian telah mampu untuk menikah maka hendaknya
ia menikah, karena menikah dapat lebih menundukkan pandangan, dan lebih menjaga kehormatan. Barang
siapa yang belum mampu menikah maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa adalah penjaga baginya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Maka pada hadits ini Rasulullah memerintahkan bagi orang yang telah kuat syahwatnya akan tetapi belum
mampu untuk menikah maka hendaknya ia berpuasa, karena puasa dapat menjadi pemutus syahwat ini, ka
rena puasa menahan kuatnya anggota badan hingga badan bisa terkontrol menenangkan seluruh anggota ba
dan serta seluruh kekuatan (yang jelek) bisa di tahan hingga dapat melakukan ketaatan dan dibelenggu de
ngan kendali puasa.
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam juga bersabda:
ما من عبد يصوم يوما في سبيل هللا إال باعد هللا بذالك وجهه عن النار سبعين خريفا
“Tidaklah seorang hamba yang berpuasa di jalan Allah kecuali akan Allah jauhkan dia (karena puasanya)
dari neraka sejauh tujuh puluh musim.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maksud sabda Rasulullah “70 musim” adalah perjalanan 70 tahun, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu
Hajar dalam Fathul Bari (6/48)
Dan Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda:
ما من عبد يصوم يوما في سبيل هللا إال باعد هللا بذالك وجهه عن النار سبعين خريفا
“Barang siapa berpuasa satu hari di jalan Allah maka Allah akan menjadikan di antara neraka dan dirinya
parit yang jaraknya sejauh bumi dan langit.”
Maka hadits-hadits tersebut merupakan penjelasan tentang keutamaan berpuasa yang dilakukan karena
ikhlas mengharapkan wajah Allah ta’ala sesuai dengan petunjuk yang telah diterangkan oleh Rasulullah
shallallahu‘alaihi wasallam.
Puasa Bisa Memasukkan Seorang Hamba ke Dalam Surga
Puasa dapat menjauhkan seorang hamba dari neraka, yang berarti mendekatkannya menuju surga.
Seorang sahabat berkata kepada Rasulullah:
يا رسول هللا دلني على عمل أدخل به الجنة
“Wahai Rasulullah tunjukkan kepadaku suatu amalan yang bisa memasukkanku ke dalam surga.”
Rasulullah bersabda:
عليك باصوم ال مثل له
“Hendaklah engkau melaksanakan puasa karena tidak ada yang semisal dengannya.” (HR Nasaai, Ibnu Hibban
dan Al Hakim)
Pahala Orang yang Berpuasa Tidak Terbatas, Bau Mulutnya Lebih Wangi Daripada Wangi Kesturi dan Ia
Memiliki Dua Kebahagiaan
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda:
ْث َواَل يَصْ خَبْ فَإ ِ ْن َسابَّهُ أَ َح ٌد أَوْ قَاتَلَهُ فَ ْليَقُلْ ُصوْ ِم أَ َح ِد ُك ْم فَاَل يَرْ ف ِّ ُكلُّ َع َم ِل ا ْب ِن آ َد َم لَهُ إِاَّل الصِّ يَا َم فَإِنَّهُ ِلي َوأَنَا أَجْ ِزي بِ ِه َوال
َ صيَا ُم ُجنَّةٌ َوإِ َذا َكانَ يَوْ ُم
َ ْ ْ َ
َ َ َ َ ْ َ
َُان يَف َر ُحهُ َما إِذا أفط َر ف ِر َح َوإِذا لقِ َي َربَّهْ َ
ِ ك لِلصَّائِ ِم فرْ َحت ِ صائِ ٌم َوالَّ ِذي نَ ْفسُ ُم َح َّم ٍد بِيَ ِد ِه لَ ُخلُوفُ فَ ِم الصَّائِ ِم أطيَبُ ِعن َد ِ ِم ْن ِر
ِ يح ال ِم ْس هَّللا ْ َ إِنِّي ا ْم ُر ٌؤ
َ ِفَ ِر َح ب.
صوْ ِم ِه
“Semua amalan bani adam adalah untuknya kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan
membalasnya dan puasa adalah perisai, jika salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah ia berka
ta keji dan berteriak-teriak. Jika ada orang yang mencacinya atau mengajaknya berkelahi maka hendaklah
ia mengatakan, ‘sesungguhnya aku sedang berpuasa’ Dan demi Allah yang jiwa Muhammad ada ditangan-
Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah daripada bau misk. Orang
yang berpuasa mempunyai dua kegembiraan, ia bergembira ketika berbuka, dan ia bergembira ketika
bertemu de ngan rabbnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
الصيام لي وأنا أجزي به والحسنة بعشر أمثالها.يترك طعامه وشرابه وشهوته من أجلي
“Ia meninggalkan makan, minum dan syahwatnya karena puasa untuk-Ku dan aku yang akan membalasnya
dan kebaikan itu akan digandakan sepuluh kali lipatnya.” (HR. Bukhari)
ْف قَا َل هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل إِاَّل الصَّوْ َم فَإِنَّهُ لِي َوأَنَا
ٍ ضعِ ضا َعفُ ْال َح َسنَةُ َع ْش ُر أَ ْمثَالِهَا إِلَى َسبْع ِمائَة
َ ُُكلُّ َع َم ِل اب ِْن آ َد َم ي
ْ ْ ْ
ِ ع َش ْه َوتَهُ َوطَ َعا َمهُ ِم ْن أَجْ لِي لِلصَّائِ ِم فرْ َحتَا ِن فرْ َحة ِعن َد فِط ِر ِه َوفرْ َحة ِعن َد لِقا ِء َربِّ ِه َولخل فِي ِه أطيَبُ ِعن َد ِ ِمن ِر
ْك
ِ يح ال ِمس ْ هَّللا ْ َ ُوف ُ ُ َ َ ْ ٌ َ ْ ٌ َ َ ُ أَجْ ِزي بِ ِه يَ َد
“Semua amalan bani adam akan dilipatgandakan, satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali lipat hi
ngga 700 kali lipatnya, Allah ta’ala berfirman, ‘Kecuali puasa sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan aku
yang akan membalasnya, ia meninggalkan syahwat dan makannya karena aku, maka Aku yang akan
memba lasnya.’Dan bagi orang yang berpuasa mempunyai dua kebahagiaan: kebahagiaan ketika berbuka
dan keba hagiaan ketika bertemu dengan Rabb-nya. Benar-benar mulut orang yang berpuasa disisi Allah
lebih harum daripada harumnya misk.” (HR. Muslim)
Puasa dan Al-Qur’an Akan Memberi Syafaat Kepada Ahlinya Pada Hari Kiamat
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda:
ار فَ َشفِّ ْعنِي فِي ِه َويَقُو ُل ْالقُرْ آنُ َمنَ ْعتُهُ النَّوْ َم بِاللَّي ِْل ِ صيَا ُم أَيْ َربِّ َمنَ ْعتُهُ} الطَّ َعا َم َوال َّشهَ َوا
ِ َت بِالنَّه ِّ الصِّ يَا ُم َو ْالقُرْ آنُ يَ ْشفَ َعا ِن لِ ْل َع ْب ِد يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة يَقُو ُل ال
فَ َشفِّ ْعنِي فِي ِه قَا َل فَيُ َشفَّ َعا ِن
“Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat pada hari kiamat. Puasa mengatakan ‘Wahai Rabbku,
aku menghalanginya dari makan dan syahwat pada siang hari maka berilah ia syafaat karenaku.’Al-Qur’an
pun berkata, ‘Aku menghalanginya dari tidur pada malam hari maka berilah ia syafaat karenanya.”
Rasulullah mengatakan, “Maka keduanya akan memberikan syafaat.” (HR. Ahmad, Hakim)
Puasa Sebagai Kaffarat (Penebus Dosa yang Pernah Dilakukan)
Di antara keutamaan puasa yang tidak ada dalam amalan lain adalah Allah menjadikannya sebagai kaffarat
bagi orang yang memotong rambut kepalanya (ketika haji) karena ada uzur sakit atau penyakit di kepalanya,
puasa juga dapat menjadi kaffarat bagi orang yang tidak mampu memberi kurban, kaffarat bagi pembunuh
orang kafir yang punya perjanjian karena tidak sengaja, juga sebagai kaffarat bagi orang yang membatalkan
sumpah atau yang membunuh binatang buruan di tanah haram dan sebagai kaffarat zhihar (mentalak istri).
Allah ta’ala berfirman:
ي َم ِحلَّهُ فَ َمن َكانَ ِمن ُكم َّم ِريضا ً أَوْ بِ ِه أَ ًذى ِّمن ُ وا ُرؤُو َس ُك ْم َحتَّى يَ ْبلُ َغ ْالهَ ْد ْ ُي َوالَ تَحْ لِق ِ صرْ تُ ْم فَ َما ا ْستَ ْي َس َر ِمنَ ْالهَ ْد ِ ْوا ْال َح َّج َو ْال ُع ْم َرةَ هّلِل ِ فَإ ِ ْن أُح
ْ َوأَتِ ُّم
ِّصيَا ُم ثَالثَ ِة أَي ٍَّام فِي ْال َحجِ َي فَ َمن لَّ ْم يَ ِج ْد ف ِ ُك فَإ ِ َذا أَ ِمنتُ ْم فَ َمن تَ َمتَّ َع بِ ْال ُع ْم َر ِة ِإلَى ْال َح ِّج فَ َما ا ْستَ ْي َس َر ِمنَ ْالهَ ْدٍ ص َدقَ ٍة أَوْ نُسَ ْصيَ ٍام أَو ِ ر َّْأ ِس ِه فَفِ ْديَةٌ ِّمن
ِ وا أَ َّن هّللا َ َش ِدي ُ}د ْال ِعقَا
ب ْ وا هّللا َ َوا ْعلَ ُم
ْ ُض ِري ْال َم ْس ِج ِد ْال َح َر ِام َواتَّق ِ ك لِ َمن لَّ ْم يَ ُك ْن أَ ْهلُهُ َحا َ ِك َع َش َرةٌ َكا ِملَةٌ َذلَ َو َس ْب َع ٍة إِ َذا َر َج ْعتُ ْم تِ ْل
“Dan sempurnakanlah ibadah haji dan ‘umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh a
tau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu, se
belum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di
kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau ber
korban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin mengerjakan ‘umrah sebelum haji
(di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. Tetapi jika ia tidak
menemukan (binatang korban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari dalam masa haji dan
tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu
(kewajiban memba yar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil
Haram (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekkah). Dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 196)
ص َّدقُوا فَإ ِ ْن َكانَ ِم ْن قَوْ ٍم َعد ٍُّو لَ ُك ْم َّ ََو َما َكانَ لِ ُم ْؤ ِم ٍن أَ ْن يَ ْقتُ َل ُم ْؤ ِمنًا إِال َخطَأ ً َو َم ْن قَتَ َل ُم ْؤ ِمنًا َخطَأ ً فَتَحْ ِري ُر َرقَبَ ٍة ُم ْؤ ِمنَ ٍة َو ِديَةٌ ُم َسلَّ َمةٌ إِلَى أَ ْهلِ ِه إِال أَ ْن ي
ِ َق فَ ِديَةٌ ُم َسلَّ َمةٌ إِلَى أَ ْهلِ ِه َوتَحْ ِري ُر َرقَبَ ٍة ُم ْؤ ِمنَ ٍة فَ َم ْن لَ ْم يَ ِج ْد ف
صيَا ُم َشه َْري ِْن ٌ َوهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن فَتَحْ ِري ُر َرقَبَ ٍة ُم ْؤ ِمنَ ٍة َوإِ ْن َكانَ ِم ْن قَوْ ٍم بَ ْينَ ُك ْم َوبَ ْينَهُ ْم ِميثَا
ُمتَتَابِ َع ْي ِ}ن تَوْ بَةً ِمنَ هَّللا ِ َو َكانَ هَّللا ُ َعلِي ًما َح ِكي ًما
“Dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (ti
dak sengaja), dan barang siapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan
seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbu
nuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah. Jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang a
da perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, maka (hendaklah si pembunuh) membayar diyat yang
di serahkan kepada keluarganya (siterbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman.
Barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-
turut untuk pene rimaan taubat dari pada Allah dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.”
(QS An-Nisaa: 92)
ْط ِع ُمونَ أَ ْهلِي ُك ْم أَوْ ِكس َْوتُهُ ْم أَو ْ ُط َعا ُم َع َش َر ِة َم َسا ِكينَ ِم ْن أَوْ َس ِط َما ت ْ ِارتُهُ إ َ َّاخ ُذ ُك ُم هَّللا ُ بِاللَّ ْغ ِو فِي أَ ْي َمانِ ُك ْم َولَ ِك ْن يُؤَ ا ِخ ُذ ُك ْم بِ َما َعقَّ ْدتُ ُم األ ْي َمانَ فَ َكفِ َال يُؤ
َك يُبَيِّنُ هَّللا ُ لَ ُك ْم آيَاتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تَ ْش ُكرُون َ ِك َكفَّا َرةُ أَ ْي َمانِ ُك ْم إِ َذا َحلَ ْفتُ ْم َواحْ فَظُوا أَ ْي َمانَ ُك ْم َك َذلَ ِصيَا ُم ثَالثَ ِة أَي ٍَّام َذل
ِ َ ف ْ
د ج ي م َ ل
ِ َ ْ َ ٍَ َ ِ ْ
ن مَ ف ة بَ قر ر
ُ ي ر َْح ت
“Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), te
tapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sum
pah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada
keluargamu,atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak
sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari, yang demikian itu adalah kaffarat
sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar), dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah
menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya).” (QS. Al-Maa-idah: 89)
ٌص ْي َد َوأَ ْنتُ ْم ُح ُر ٌم َو َم ْن قَتَلَهُ ِم ْن ُك ْم ُمتَ َع ِّمدًا فَ َجزَا ٌء ِم ْث ُل َما قَتَ َل ِمنَ النَّ َع ِم يَحْ ُك ُم بِ ِه َذ َوا َع ْد ٍل ِم ْن ُك ْم هَ ْديًا بَالِ َغ ْال َك ْعبَ ِة أَوْ َكفَّا َرة َّ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ال تَ ْقتُلُوا ال
ُ
َزي ٌز ذو ا ْنتِقَ ٍام هَّللا هَّللا
ِ ال أ ْم ِر ِه َعفَا ُ َع َّما َسلَفَ َو َم ْن عَا َد فَيَ ْنتَقِ ُم ُ ِم ْنهُ َو ُ ع هَّللا َ َ َق َوب ُ
َ صيَا ًما لِيَذو ِ ك َ ِطَ َعا ُم َم َسا ِكينَ أَوْ َع ْد ُل َذل
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu membunuh binatang buruan, ketika kamu sedang ihram.
Barang siapa di antara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya ialah mengganti dengan bina
tang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya, menurut putusan dua orang yang adil diantara ka
mu sebagai hadyu yang dibawa sampai ke Ka’bah atau (dendanya) membayar kaffarat dengan memberi ma
kan orang-orang miskin atau berpuasa seimbang dengan makanan yang dikeluarkan itu, supaya Dia mera
sakan akibat buruk dari perbuatannya. Allah telah memaafkan apa yang telah lalu. Dan Barang siapa yang
kembali mengerjakannya, niscaya Allah akan menyiksanya. Allah Maha Kuasa lagi mempunyai (kekuasaan
untuk) menyiksa.” (QS. Al-Maa-idah: 95)
)فَ َم ْن لَ ْم يَ ِج ْد٣( َوالَّ ِذينَ يُظَا ِهرُونَ ِم ْن نِ َسائِ ِه ْم ثُ َّم يَعُو ُدونَ لِ َما قَالُوا فَتَحْ ِري ُر َرقَبَ ٍة ِم ْن قَ ْب ِل أَ ْن يَتَ َماسَّا َذلِ ُك ْم تُو َعظُونَ بِ ِه َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ خَ بِي ٌر
ك ِلتُ ْؤ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َوتِ ْلكَ حُ دُو ُد هَّللا ِ َولِ ْل َكافِ ِرينَ َع َذابٌ أَلِي ٌم
َ ِط َعا ُم ِستِّينَ ِم ْس ِكينًا َذل ْ ِ صيَا ُم َش ْه َري ِْن ُمتَتَابِ َع ْي ِ}ن ِم ْن قَب ِْل أَ ْن يَتَ َماسَّا فَ َم ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَإ
ِ َف
“Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka
ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. De
mikianlah yang diajarkan kepada kamu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Barangsiapa
yang tidak mendapatkan (budak), Maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum kedua
nya bercampur. Maka siapa yang tidak Kuasa (wajiblah atasnya) memberi Makan enam puluh orang miskin
Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. dan Itulah hukum-hukum Allah, dan bagi
orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.” (QS. Al-Mujadilah: 3-4)
Demikian juga puasa dan shadaqah bisa menghapuskan musibah seseorang dari harta, keluarga dan anak
nya. Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda:
.فتنة الرجل في أهله وماله وجاره تكفرها الصالة والصيام والصدقة
“Fitnah (musibah) seorang pria dalam keluarga (istrinya), harta dan tetangganya dapat dihapuskan dengan
shalat, puasa dan shadaqah.”
Orang yang Berpuasa Akan Mendapatkan Ar-Rayyan
ال يدخل منه أحد غيرهم فإذا دخلوا أغلق فلم يدخل منه أحد [فإذا دخل آخرهم. يدخل منه الصائمون يوم القيامة،إن في الجنة بابا يقال له الريان
.]أغلق ومن دخل شرب ومن شرب لم يظمأ أبدا
“Sesungguhnya dalam surga ada satu pintu yang di sebut dengan Ar-Rayyan. Orang-orang yang berpuasa a
kan memasuki pintu tersebut pada hari kiamat, tidak ada selain mereka yang akan memasukinya. Jika orang
terakhir yang berpuasa telah masuk kedalam pintu tersebut maka pintu tersebut akan tertutup. Barangsiapa
yang masuk, maka ia akan minum dan barangsiapa yang minum maka ia tidak akan haus untuk selamanya”
(HR Bukhari dan Muslim), tambahan lafaz yang ada dalam kurung merupakan riwayat Ibnu Khuzaimah dalam
Shahih-nya no. (1903)
Disarikan dari Shifatu Shaumin Nabiyyi Shallallahu ‘alaihi wa sallam fii Ramadhan
Penulis: Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilaly dan Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid
Penyusun: Abu Sa’id Satria Buana
Artikel www.muslim.or.id ________ooOoo________
Pada pembahasan kali ini, kita akan mengkaji bersama mengenai keutamaan Ramadhan dan puasa didalam
nya. Semoga Allah selalu memberikan kita ilmu yang bermanfaat dan amal yang saleh.
Keutamaan Bulan Ramadhan
Ramadhan adalah Bulan Diturunkannya Al-Qur’an
Bulan Ramadhan adalah bulan yang mulia.Bulan ini dipilih sebagai bulan untuk berpuasa dan pada bulan ini
pula Al-Qur’an diturunkan. Sebagaimana Allah ta’ala berfirman,
ُ َان فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّش ْه َر فَ ْلي
ُص ْمه ِ َت ِمنَ ْالهُدَى َو ْالفُرْ ق ِ َّضانَ الَّ ِذي أُ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ آَنُ هُدًى لِلن
ٍ اس َوبَيِّنَا َ َش ْه ُر َر َم
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan (permula
an) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembe
da (antara yang hak dan yang bathil).Karena itu,barangsiapa diantara kamu hadir (dinegeri tempat tinggal
nya) di bulan itu,maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS. Al Baqarah [2]: 185)
Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat yang mulia ini mengatakan,”(Dalam ayat ini) Allah ta’a
la memuji bulan puasa yaitu bulan Ramadhan- dari bulan-bulan lainnya.Allah memuji demikian karena bu
lan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al Qur’an dari bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula
pada bulan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi ‘alaihimus salam.”
(Tafsirul Qur’anil Adzim, I/501, Darut Thoybah)
Setan-setan Dibelenggu, Pintu-pintu Neraka Ditutup dan Pintu-pintu Surga Dibuka Ketika Ramadhan Tiba
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
ِ صفِّ َد
ِ َت ال َّشي
ُاطين ِ َّت أَ ْب َوابُ الن
ُ ار َو ْ َت أَ ْب َوابُ ْال َجنَّ ِة َو ُغلِّق
ْ ضانُ فُتِّ َح
َ إِ َذا َجا َء َر َم
“Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup dan setan pun dibelenggu.”(HR Muslim)
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan,”Pintu-pintu surga dibuka pada bulan ini karena banyak
nya amal saleh dikerjakan sekaligus untuk memotivasi umat islam untuk melakukan kebaikan.Pintu-pintu ne
raka ditutup karena sedikitnya maksiat yang dilakukan oleh orang yang beriman. Setan-setan diikat kemudi
an dibelenggu,tidak dibiarkan lepas seperti dibulan selain Ramadhan.” (Majalis Syahri Ramadhan, hal. 4,
Wazarotul Suunil Islamiyyah)
Terdapat Malam yang Penuh Kemuliaan dan Keberkahan
Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam
kemuliaan). Pada malam inilah -yaitu 10 hari terakhir dibulan Ramadhan- saat diturunkannya Al Qur’anul
Karim.
Allah ta’ala berfirman,
ِ ك َما لَ ْيلَةُ ْالقَ ْد ِر – لَ ْيلَةُ ْالقَ ْد ِر خَ ْي ٌر ِم ْن أَ ْل
ف َشه ٍْر َ إِنَّا أَ ْن َز ْلنَاهُ فِي لَ ْيلَ ِة ْالقَ ْد ِر – َو َما أَ ْد َرا
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan
tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr
[97] : 1-3)
Dan Allah ta’ala juga berfirman,
َ َإِنَّا أَ ْنزَ ْلنَاهُ فِي لَ ْيلَ ٍة ُمب
َار َك ٍة إِنَّا ُكنَّا ُم ْن ِذ ِرين
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang
memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3)
Ibnu Abbas, Qotadah dan Mujahid mengatakan bahwa malam yang diberkahi tersebut adalah malam
lailatul qadar. (Lihat Ruhul Ma’ani, 18/423, Syihabuddin Al Alusi)
Bulan Ramadhan adalah Salah Satu Waktu Dikabulkannya Doa
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
ُ َوإِ َّن لِ ُكلِّ ُم ْسلِ ٍم َد ْع َوةً يَ ْد ُعوْ بِهَا فَيَ ْست َِجيْبُ لَه, َضان ِ َّإِ َّن هّلِل ِ فِى ُك ِّل يَوْ ٍم ِع ْتقَا َء ِمنَ الن
َ ار فِى َشه ِْر َر َم
“Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan,
dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a maka pasti dikabulkan.” (HR. Al Bazaar sebagaimana dalam
Mujma’ul Zawaid dan Al Haytsami mengatakan periwayatnya tsiqoh/terpercaya. Lihat Jami’ul Ahadits, Imam Suyuthi)
Keutamaan Puasa
1. Puasa adalah Perisai
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
ِ َّصيَا ُم ُجنَّةٌ يَ ْستَ ِج ُّن بِهَا ْال َع ْب ُد ِمنَ الن
ار ِّ إِنَّ َما ال
“Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari api neraka.” (HR. Ahmad dan Baihaqi, diha
sankan oleh Syaikh Al Albani dalam Shohihul Jami’)
2. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pahala yang Tak Terhingga
3. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Dua Kebahagiaan
4. Bau Mulut Orang yang Bepuasa Lebih Harum di Hadapan Allah daripada Bau Misik/Kasturi
Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu, Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
فَإ ِ ْن، ْث َوالَ يَصْ خَ ب ْ ُ فَالَ يَرْ ف، صوْ ِم أَ َح ِد ُك ْمَ َوإِ َذا َكانَ يَوْ ُم، ٌصيَا ُم ُجنَّة ِّ َوال. َوأَنَا أَجْ ِزى بِ ِه، فَإِنَّهُ لِى، صيَا َم ِّ ُكلُّ َع َم ِل ا ْب ِن آ َد َم لَهُ إِالَّ ال: ُ ال هَّللا َ َق
َان يَ ْف َر ُحهُ َما
ِ َ تح ْرَ ف م
ِِ ئَّا
ص ل ل ، ْك س م
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِْ
ال يح ر ن ْ م هَّللا د
َ ْ
ن ع
ِ َ ُِِب يطْ َ أ م ئَّا
ص ال م
ِ َ ف ُوف ُ ل ُ
خ َ ل ه د ي ب د
ٍ م ح
ِ ِ َ ِ َّ َ ُ م ُس ْ
ف َ ن ى ذَّ ل ا
ِ َ ٌِ َو . م ئاص ٌ
ؤ رُ م
ْ ا ى ِّ ن إ
ِ َْلُ ق يلْ َ ف ُ هَ لَ تاَ ق ْوَ أ ، ٌ
د حَ
َ ََّساب
أ ُ ه
َ َ َ َ
َ ِ َوإِذا لقِ َى َربَّهُ ف ِر َح ب، إِذا أفط َر ف ِر َح
صوْ ِم ِه َ ْ َ َ
“Allah berfirman,’Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa. Puasa tersebut adalah untuk-Ku
dan Aku yang akan membalasnya. Puasa adalah perisai. Apabila salah seorang dari kalian berpuasa maka
janganlah berkata kotor, jangan pula berteriak-teriak. Jika ada seseorang yang mencaci dan mengajak
berkelahi maka katakanlah,’Saya sedang berpuasa’. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya,
sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah pada hari kiamat daripada bau misk
/kasturi. Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan, ketika berbuka mereka bergembira dengan
bukanya dan ketika bertemu Allah mereka bergembira karena puasanya’. “ (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Puasa akan Memberikan Syafaat bagi Orang yang Menjalankannya
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
َويَقُو ُل ْالقُرْ آنُ َمنَ ْعتُهُ النَّوْ َم بِاللَّ ْي ِل.ار فَ َشفِّ ْعنِى فِي ِه ِ صيَا ُم أَىْ َربِّ َمنَ ْعتُهُ} الطَّ َعا َم َوال َّشهَ َوا
ِ َت بِالنَّه ِّ الصِّ يَا ُم َو ْالقُرْ آنُ يَ ْشفَ َعا ِن لِ ْل َع ْب ِد يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة يَقُو ُل ال
قَا َل فَيُ َشفَّ َعا ِن.فَ َشفِّ ْعنِى فِي ِه
“Puasa dan Al-Qur’an itu akan memberikan syafaat kepada seorang hamba pada hari kiamat nanti. Puasa
akan berkata,’Wahai Tuhanku, saya telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat, karenanya perkenan
kan aku untuk memberikan syafaat kepadanya’. Dan Al-Qur’an pula berkata,’Saya telah melarangnya dari
tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafaat kepadanya.’ Beliau bersabda,
‘Maka syafaat keduanya diperkenankan.’” (HR Ahmad, Hakim, Thabrani, periwayatnya shahih sebagaimana dika
takan oleh Al Haytsami dalam Mujma’ul Zawaid)
6. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pengampunan Dosa
Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
ضانَ إِي َمانًا َواحْ تِ َسابًا ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه َ َم ْن
َ صا َم َر َم
“Barangsiapa yang berpuasa dibulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka
dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)
7. Bagi Orang yang Berpuasa akan Disediakan Ar Rayyan
Sahl bin Sa’d radhiyallahu‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
الَ يَ ْد ُخ ُل ِم ْنهُ أَ َح ٌد، َ يُقَا ُل أَ ْينَ الصَّائِ ُمونَ فَيَقُو ُمون، الَ يَ ْد ُخ ُل ِم ْنهُ أَ َح ٌد َغ ْي ُرهُ ْم، يَ ْد ُخ ُل ِم ْنهُ الصَّائِ ُمونَ يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة، ُإِ َّن فِى ْال َجنَّ ِة بَابًا يُقَا ُل لَهُ ال َّريَّان
َ ِ فَإ ِ َذا َد َخلُوا أُ ْغل، َغ ْي ُرهُ ْم
فَلَ ْم يَ ْد ُخلْ ِم ْنهُ أَ َح ٌد، ق
“Sesungguhnya di surga ada sebuah pintu yang bernama Ar-Royyaan. Pada hari kiamat orang-orang
yang berpuasa akan masuk surga melalui pintu tersebut dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui
pintu ter sebut kecuali mereka. Dikatakan kepada mereka,’Dimana orang-orang yang berpuasa?’Maka
orang-orang yang berpuasa pun berdiri dan tidak ada seorang pun yang masuk melalui pintu tersebut
kecuali mereka. Ji ka mereka sudah masuk, pintu tersebut ditutup dan tidak ada lagi seorang pun yang
masuk melalui pintu ter sebut”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Semoga pembahasan diatas dapat mendorong kita agar lebih bersemangat untuk mendapatkan keutamaan
berpuasa dibulan Ramadhan dengan cara menghiasi hari-hari dibulan yang penuh berkah tersebut dengan a
mal saleh yang sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya yang mulia.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi
wa shohbihi wa sallam.
Maroji’:
Shifat Shaum Nabi fi Ramadhan, Syaikh Salim Al Hilali & Syaikh Ali Hasan Al Halabi dengan sedikit tambahan
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Muroja’ah: Ustadz Abu Sa’ad
Artikel www.muslim.or.id ________ooOoo________
“Barangsiapa berpuasa karena iman dan ikhlas, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
Kalimat diatas adalah maksud dari hadits Abu Hurairah dimana Nabi shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
ضانَ إِي َمانًا َواحْ تِ َسابًا ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه َ َم ْن
َ صا َم َر َم
”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka do
sanya dimasa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Ibnu Baththol rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud karena iman adalah membenarkan wajibnya pu asa
dan ganjaran dari Allah ketika seseorang berpuasa dan melaksanakan qiyam ramadhan. Sedangkan yang
dimaksud “ihtisaban” adalah menginginkan pahala Allah dengan puasa tersebut dan senantiasa mengharap
wajah-Nya.” (Syarh Al Bukhari libni Baththol, 7: 22). Intinya, puasa yang dilandasi iman dan ikhlas itulah yang
menuai balasan pengampunan dosa yang telah lalu.
Salah seorang ulama di kota Riyadh, Syaikh ‘Ali bin Yahya Al Haddady hafizhohullah memberikan faedah
tentang hadits di atas:
1. Amalan yang dilakukan seseorang tidaklah manfaat sampai ia beriman kepada Allah dan mengharapkan
pahala dari Allah (baca: ikhlas). Jika seseorang melakukan amalan tanpa ada dasar iman seperti kelakuan o
rang munafik atau ia melakukannya dalam rangka riya’) (ingin dilihat orang lain) atau sum’ah (ingin dide
ngar orang lain) sebagaimana orang yang riya’, maka yang diperoleh adalah rasa capek dan lelah saja. Kita
berlindungi pada Allah dari yang demikian.
2. Sebagaimana orang yang beramal akan mendapatkan pahala dan ganjaran, maka merupakan karunia Allah
ia pun mendapatkan anugerah pengampunan dosa -selama ia menjauhi dosa besar-.
3. Keutamaan puasa Ramadhan bagi orang yang berpuasa dengan jujur dan ikhlas adalah ia akan memperoleh
pengampunan dosa yang telah lalu sebagai tambahan dari pahala besar yang tak hingga yang ia peroleh.
4. Sebagaimana ditunjukkan dalam hadits yang lain, pengampunan dosa yang dimaksudkan disini adalah pe
ngampunan dosa kecil.Adapun pengampunan dosa besar maka itu butuh pada taubat yang khusus sebagaima
na diterangkan dalam hadits Abu Hurairah,Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda, “Diantara sha
lat yang lima waktu, diantara Jum’at yang satu dan Jum’at yang berikutnya, diantara Ramadhan yang satu
dan Ramadhan berikutnya, maka itu akan menghapuskan dosa di antara dua waktu tadi selama seseorang
menjauhi dosa besar.” (HR. Muslim).
(Sumber: http://haddady.com/ra_page_views.php?id=311&page=19&main=7)
Semoga amalan puasa kita bisa membuahkan pengampunan dosa yang telah lalu.
Wallahu waliyyut taufiq.
Kotagede, 24 Sya’ban 1432 H (26/07/2011)
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id
________ooOoo________
Di bulan Ramadhan ini setiap muslim memiliki kewajiban untuk menjalankan puasa dengan menahan lapar
dan dahaga mulai dari fajar hingga terbenamnya matahari.Namun ada diantara kaum muslimin yang melaku
kan puasa, dia tidaklah mendapatkan apa-apa kecuali lapar dan dahaga saja yang menghinggapi tenggorokan
nya. Inilah yang disabdakan oleh Nabi shallallahu‘alaihi wasallam yang jujur lagi membawa berita yang benar,
ُع َوال َعطَش ُّ صائِ ٍم َح
ِ ظهُ ِم ْن
ُ ْصيَا ِم ِه الجُو َ َّرُب
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa
lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih At
Targib wa At Tarhib no.1084 mengatakan bahwa hadits ini shohih ligoirihi -yaitu shohih dili hat dari jalur lainnya-)
Apa di balik ini semua? Mengapa amalan puasa orang tersebut tidak teranggap, padahal dia telah susah-pa
yah menahan dahaga mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari?
Saudaraku, agar engkau mendapatkan jawabannya, simaklah pembahasan berikut mengenai beberapa hal
yang membuat amalan puasa seseorang menjadi sia-sia -semoga Allah memberi taufik pada kita untuk men
jauhi hal-hal ini-.
1. Jauhilah Perkataan Dusta (az zuur)
Inilah perkataan yang membuat puasa seorang muslim bisa sia-sia, hanya merasakan lapar dan dahaga saja.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
ُاجةٌ فِى أَ ْن يَ َد َع طَ َعا َمهُ َو َش َرابَه َ ور َو ْال َع َم َل بِ ِه فَلَي
َ ْس هَّلِل ِ َح ُّ َم ْن لَ ْم يَ َد ْع قَوْ َل
ِ الز
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh
dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari no.1903)
Apa yang dimaksud dengan az zuur? As Suyuthi mengatakan bahwa az zuur adalah berkata dusta dan
menfitnah (buhtan). Sedangkan mengamalkannya berarti melakukan perbuatan keji yang merupakan
konsekuensi nya yang telah Allah larang. (Syarh Sunan Ibnu Majah, 1/121, Maktabah Syamilah)
2. Jauhilah Perkataan lagwu (sia-sia) dan rofats (kata-kata porno)
Amalan yang kedua yang membuat amalan puasa seseorang menjadi sia-sia adalah perkataan lagwu dan rofats.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
َ ِإنِّي: ْك فَ ْلتَقُل
َ ِإنِّي، صائِ ٌم
صائِ ٌم َ فَإ ِ ْن َسابَّكَ أَ َح ٌد أَوْ َجه َُل َعلَ ْي، ث
ِ َصيَا ُم ِمنَ اللَّ ْغ ِو َوال َّرف ِ صيَا ُم ِمنَ األَ ْك ِل َوال َّش َر
ِّ إِنَّ َما ال، ب َ لَي
ِّ ْس ال
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi, puasa adalah dengan menahan diri
dari perkataan lagwu dan rofats.Apabila ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil
padamu,katakan lah padanya,“Aku sedang puasa,aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan Hakim.Syaikh Al
Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1082 mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Apa yang dimaksud dengan lagwu? Dalam Fathul Bari (3/346), Al Akhfasy mengatakan,
اللَّ ْغو ْالكَاَل م الَّ ِذي اَل أَصْ ل لَهُ ِم ْن ْالبَا ِطل َو َشبَهه
“Lagwu adalah perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah.”
Lalu apa yang dimaksudkan dengan rofats? Dalam Fathul Bari (5/157), Ibnu Hajar mengatakan,
ْريض بِ ِه َو َعلَى ْالفُحْ ش فِي ْالقَوْ ل ْ َوي
ِ ُطلَق َعلَى التَّع
“Istilah Rofats digunakan dalam pengertian ‘kiasan untuk hubungan badan’ dan semua perkataan keji.”
Al Azhari mengatakan,
ال َّرفَث اِسْم َجا ِمع لِ ُكلِّ َما ي ُِريدهُ ال َّرجُل ِم ْن ْال َمرْ أَة
“Istilah rofats adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada wanita.” Atau dengan kata lain
rofats adalah kata-kata porno.
Itulah diantara perkara yang bisa membuat amalan seseorang menjadi sia-sia. Betapa banyak orang yang ma
sih melakukan seperti ini, begitu mudahnya mengeluarkan kata-kata kotor, dusta, sia-sia dan menggunjing o
rang lain.
3. Jauhilah Pula Berbagai Macam Maksiat
Ingatlah bahwa puasa bukanlah hanya menahan lapar dan dahaga saja,namun hendaknya seorang yang ber
puasa juga menjauhi perbuatan yang haram.Perhatikanlah saudaraku petuah yang sangat bagus dari Ibnu Ro
jab Al Hambali berikut:
“Ketahuilah, amalan taqarrub (mendekatkan diri) pada Allah ta’ala dengan meninggalkan berbagai syahwat
yang mubah ketika diluar puasa (seperti makan atau berhubungan badan dengan istri, -pen) tidak akan sem
purna hingga seseorang mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan perkara yang Dia larang yaitu
dusta,perbuatan zholim, permusuhan diantara manusia dalam masalah darah, harta dan kehormatan.” (Latho
’if Al Ma’arif, 1/168,Asy Syamilah)
Jabir bin ‘Abdillah menyampaikan petuah yang sangat bagus:
“Seandainya kamu berpuasa maka hendaknya pendengaranmu, penglihatanmu dan lisanmu turut berpuasa
dari dusta dan hal-hal haram serta janganlah kamu menyakiti tetangga.Bersikap tenang dan berwibawalah di
hari puasamu. Janganlah kamu jadikan hari puasamu dan hari tidak berpuasamu sama saja.” (Lihat Latho’if Al
Ma’arif, 1/168, Asy Syamilah)
Itulah sejelek-jelek puasa yaitu hanya menahan lapar dan dahaga saja, sedangkan maksiat masih terus dilaku
kan.Hendaknya seseorang menahan anggota badan lainnya dari berbuat maksiat. Ibnu Rojab mengatakan,
ب َو الطَّ َع ِام
ِ ك ال َّش َرا ِّ أَ ْه َونُ ال
ُ ْصيَا ُم تَر
“Tingkatan puasa yang paling rendah hanya meninggalkan minum dan makan saja.”
Itulah puasa kebanyakan orang saat ini. Ketika ramadhan dan diluar ramadhan, kondisinya sama saja. Maksi
at masih tetap jalan. Betapa banyak kita lihat para pemuda-pemudi yang tidak berstatus sebagai suami-istri
masih saja berjalan berduaan. Padahal berduaan seperti ini telah dilarang dalam sabda Nabi shallallahu ‘alai
hi wa sallam, namun hal ini tidak diketahui dan diacuhkan begitu saja oleh mereka.
Dari Ibnu Abbas, Nabi shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,
الَ يَ ْخلُ َو َّن َر ُج ٌل بِا ْم َرأَ ٍة ِإالَّ َم َع ِذى َمحْ َر ٍم
“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita kecuali jika bersama mahramnya.” (HR. Bu
khari, no. 5233)
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam juga bersabda,
إِالَّ َمحْ َر ٍم، ُ فَإ ِ َّن ثَالِثَهُ َما ال َّش ْيطَان، ُأَالَ الَ يَ ْخلُ َو َّن َر ُج ٌل بِا ْم َرأَ ٍة الَ تَ ِحلُّ لَه
“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguh
nya syaithan adalah orang ketiga diantara mereka berdua kecuali apabila bersama mahramnya .(HR Ahmad
no 15734. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan hadits ini shohih ligoirihi shohih dilihat dari jalur lain-)
Apalagi dalam pacaran pasti ada saling pandang-memandang. Padahal Nabi kita shallallahu‘alaihi wasallam
telah memerintahkan kita memalingkan pandangan dari lawan jenis. Namun, orang yang mendapat taufik
dari Allah saja yang bisa menghindari semacam ini. Dari Jarir bin Abdillah, beliau mengatakan,
َ َ ع َْن نَظَ ِر ْالفُ َجا َء ِة فَأ َ َم َرنِى أَ ْن أَصْ ِرفَ ب-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا
ص ِرى ُ َسأ َ ْل.
َ ت َرس
Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam tentang pandangan yang cuma selintas (tidak
sengaja). Kemudian Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam memerintahkan kepadaku agar aku segera me
malingkan pandanganku. (HR. Muslim no. 5770)
Kalau diluar Ramadhan, perbuatan maksiat semacam ini saja jelas-jelas dilarang maka tentu dibulan Rama
dhan lebih tegas lagi pelarangannya. Semoga kita termasuk orang yang mendapat taufik dari Allah untuk
menjauhi berbagai macam maksiat ini.
Apakah Dengan Berkata Dusta dan Melakukan Maksiat, Puasa Seseorang Menjadi Batal?
Untuk menjelaskan hal ini, perhatikanlah perkataan Ibnu Rojab berikut, “Mendekatkan diri pada Allah ta’a
la dengan meninggalkan perkara yang mubah tidaklah akan sempurna sampai seseorang menyempurnakannya
dengan meninggalkan perbuatan haram. Barangsiapa yang melakukan yang haram (seperti berdusta) lalu dia
mendekatkan diri pada Allah dengan meninggalkan yang mubah (seperti makan dibulan Ramadhan) ma ka
ini sama halnya dengan seseorang meninggalkan yang wajib lalu dia mengerjakan yang sunnah.Walau pun
puasa orang semacam ini tetap dianggap sah menurut pendapat jumhur (mayoritas ulama) yaitu orang yang
melakukan semacam ini tidak diperintahkan untuk mengulangi (mengqodho’) puasanya. Alasannya ka rena
amalan itu batal jika seseorang melakukan perbuatan yang dilarang karena sebab khusus dan tidaklah batal
jika melakukan perbuatan yang dilarang yang bukan karena sebab khusus. Inilah pendapat mayoritas ulama.”
Ibnu Hajar dalam Al Fath (6/129) juga mengatakan mengenai hadits perkataan zuur (dusta) dan mengamalkan
nya:
“Mayoritas ulama membawa makna larangan ini pada makna pengharaman, sedangkan batalnya hanya di
khususkan dengan makan, minum dan jima’ (berhubungan suami istri).”
Mula ‘Ali Al Qori dalam Mirqotul Mafatih Syarh Misykatul Mashobih (6/308) berkata, “Orang yang berpu
asa seperti ini sama keadaannya dengan orang yang haji yaitu pahala pokoknya (ashlu) tidak batal, tetapi ke
sempurnaan pahala yang tidak dia peroleh. Orang semacam ini akan mendapatkan ganjaran puasa sekaligus
dosa karena maksiat yang dia lakukan.”
Kesimpulannya: Seseorang yang masih gemar melakukan maksiat dibulan Ramadhan seperti berkata dusta,
memfitnah dan bentuk maksiat lainnya yang bukan pembatal puasa, maka puasanya tetap sah, namun dia ti
dak mendapatkan ganjaran yang sempurna disisi Allah. Semoga kita dijauhkan dari melakukan hal-hal sema
cam ini-
Ingatlah Suadaraku Ada Pahala yang Tak Terhingga di Balik Puasa Kalian
Saudaraku, janganlah kita sia-siakan puasa kita dengan hanya mendapatkan lapar dan dahaga saja. Marilah
kita menjauhi berbagai hal yang dapat mengurangi kesempurnaan pahala puasa kita. Sungguh sangat merugi
orang yang melewatkan ganjaran yang begitu melimpah dari puasa yang dia lakukan. Seberapa besarkah pa
hala yang melimpah tersebut? Mari kita renungkan bersama hadits berikut ini.
Dalam riwayat Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu, Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam ber
sabda,
ْفٍ ضع ِ ضا َعفُ ْال َح َسنَةُ َع ْش ُر أَ ْمثَالِهَا إِلَى َس ْب ِع ِمائَ ِة
َ ُ« ُكلُّ َع َم ِل ا ْب ِن آ َد َم ي
َ
» ع َش ْه َوتَهُ َوطَ َعا َمهُ ِم ْن أجْ لِى َ َ
ُ قَا َل هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل إِالَّ الصَّوْ َم فَإِنَّهُ لِى َوأنَا أجْ ِزى بِ ِه يَ َد
“Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang
semisal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), “Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku
sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.” (HR.
Muslim no. 1151)
Lihatlah saudaraku, untuk amalan lain selain puasa akan diganjar dengan 10 hingga 700 kali dari kebaikan
yang semisal. Namun, lihatlah pada amalan puasa, khusus untuk amalan ini Allah sendiri yang akan memba
lasnya.Lalu seberapa besar balasan untuk amalan puasa? Agar lebih memahami maksud hadits diatas, perha
tikanlah penjelasan Ibnu Rojab berikut ini:
“Hadits di atas adalah mengenai pengecualian puasa dari amalan yang dilipatgandakan menjadi 10 kebaikan
hingga 700 kebaikan yang semisal. Khusus untuk puasa, tak terbatas lipatan ganjarannya dalam bilangan-bi
langan tadi.Bahkan Allah ‘Azza waJalla akan melipatgandakan pahala orang yang berpuasa hingga bilangan
yang tak terhingga. Alasannya karena puasa itu mirip dengan sabar. Mengenai ganjaran sabar, Allah ta’ala
berfirman,
بٍ إِنَّ َما يُ َوفَّى الصَّابِرُونَ أَجْ َرهُ ْم بِ َغي ِْر ِح َسا
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dibalas dengan pahala tanpa batas.” (QS Az-Zu
mar [39]:10). Bulan Ramadhan juga dinamakan dengan bulan sabar. Juga dalam hadits lain, Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,“Puasa adalah setengah dari kesabaran”(HR Tirmidzi, Syaikh Al Albani dalam Shohih
wa Dho’if Al Jami’ Ash Shogir no. 2658 mengatakan bahwa hadits ini dho’if , -pen)
Sabar ada tiga macam yaitu sabar dalam menjalani ketaatan, sabar dalam menjauhi larangan dan sabar dalam
menghadapi takdir Allah yang terasa menyakitkan. Dan dalam puasa terdapat tiga jenis kesabaran ini. Dida
lamnya terdapat sabar dalam melakukan ketaatan, juga terdapat sabar dalam menjauhi larangan Allah yaitu
menjauhi berbagai macam syahwat. Dalam puasa juga terdapat bentuk sabar terhadap rasa lapar, dahaga,
jiwa dan badan yang terasa lemas. Inilah rasa sakit yang diderita oleh orang yang melakukan amalan taat,
maka dia pantas mendapatkan ganjaran sebagaimana firman Allah ta’ala,
َ ِصةٌ فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َواَل يَطَئُونَ َموْ ِطئًا يَ ِغيظُ ْال ُكفَّا َر َواَل يَنَالُونَ ِم ْن َعد ٍُّو نَ ْياًل إِاَّل ُكت
ب لَهُ ْم بِ ِه َع َم ٌل َ َُصيبُهُ ْم ظَ َمأ ٌ َواَل ن
َ صبٌ َواَل َم ْخ َم ِ َذلِكَ بِأَنَّهُ ْم اَل ي
ْ َ
َضي ُع أجْ َر ال ُمحْ ِسنِين اَل هَّللا َّ
ِ ُصالِ ٌح إِن َ ي َ
“Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah
dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir dan tidak menim
pakan sesuatu bencana kepada musuh,melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu
suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik.” (QS At
-Demikianlah penjelasan Ibnu Rojab (dalam Latho’if Al Ma’arif,1/168) yang mengungkap
Tau bah [9]120).”
rahasia bagaimana puasa seseorang bisa mendapatkan ganjaran tak terhingga, yaitu karena didalam puasa
tersebut terdapat sikap sabar.-
Saudaraku, sekali lagi janganlah engkau sia-siakan puasamu. Janganlah sampai engkau hanya mendapat
lapar dan dahaga saja, lalu engkau lepaskan pahala yang begitu melimpah dan tak terhingga disisi Allah dari
amalan puasamu tersebut.
Isilah hari-harimu di bulan suci ini dengan amalan yang bermanfaat, bukan dengan perbuatan yang sia-sia a
tau bahkan mengandung maksiat. Janganlah engkau berpikiran bahwa karena takut berbuat maksiat dan per
kara yang sia-sia, maka lebih baik diisi dengan tidur. Lihatlah suri tauladan kita memberi contoh kepada kita
dengan melakukan banyak kebaikan seperti banyak berderma, membaca Al Qur’an, banyak berzikir dan i’ti
kaf dibulan Ramadhan. Manfaatkanlah waktumu dibulan yang penuh berkah ini dengan berbagai macam ke
baikan dan jauhilah berbagai macam maksiat.
Semoga Allah memberi kita petunjuk, ketakwaan, kemampuan untuk menjauhi yang larang dan diberikan
rasa kecukupan.
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi
wa shohbihi wa sallam.
Selesai disusun menjelang Ashar di Panggang, Gunung Kidul 22 Sya’ban 1429H [bertepatan dengan 24 Agustus 2008]
Semoga Allah membalas amalan ini
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id
________ooOoo________
Bulan Ramadhan… tak lama lagi menjumpai kita… Perasaan gembira dan rindu meliputi jiwa orang-orang
yang beriman. Menantikan malam-malam yang khusyu’ dengan lantunan ayat-ayat al-Qur’an dan dzikir ke
pada ar-Rahman…
Pembaca yang dimuliakan Allah…Sudah menjadi tabiat dan karakter orang-orang yang beriman untuk mera
sa senang dengan ketaatan dan merasa sedih dengan kemaksiatan. Sebagaimana aqidah yang dipegang teguh
oleh Ahlus Sunnah, bahwa iman itu bertambah dan berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berku
rang dengan sebab kemaksiatan.
Keimanan dengan segala cabangnya adalah bagian tak terpisahkan dalam hidup umat Islam. Sebaliknya , ke
kafiran dengan segala cabangnya adalah perusak dan pengganggu ketentraman hidup mereka. Maka kedatang
an bulan Ramadhan disetiap tahun merupakan penyejuk hati dan penentram perasaan. Dengan kesejukan su
asana Ramadhan, umat manusia dilatih untuk mengendalikan berbagai keinginan nafsunya. Ia ditundukkan,
di gembleng dan dibina dalam rangka taat dan mendahulukan kecintaan Rabbnya diatas segala -galanya.
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda,“Akan merasakan manisnya iman, orang yang ridha Allah
sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Nabi.” (HR. Muslim)
Keimanan itulah yang menjadi syiar hidup mereka. Mereka hidup dan mati di atasnya, bergerak dan diam ka
renanya, ruku’ dan sujud dengannya, harap dan takut karenanya, cinta dan benci pun karenanya. Iman itulah
yang menggerakkan persendian hidup mereka. Karena itulah, tatkala noda maksiat dan kotoran dosa meru
sak hati dan pikiran mereka,mereka pun merasa terganggu dan tidak nyaman dengannya. Mereka sangat me
nya dari bahwa lunturnya nilai-nilai keimanan merupakan bencana bagi kehidupan mereka, didunia sebelum
nanti diakhirat… wal ‘iyadzu billaah…
Jadi tidak heran, jika sahabat Abdullah bin Mas’ud memberikan gambaran dua sikap yang sangat berlainan,
antara orang yang menjaga nilai-nilai keimanan dengan orang yang telah terbuai dan terbius dengan racun-
racun kekafiran. Beliau berkata, “Seorang mukmin melihat dosa-dosanya seolah-olah dia sedang duduk di
bawah sebuah gunung dia khawatir kalau gunung itu akan runtuh menimpanya. Adapun orang yang fajir/
munafik melihat dosa-dosanya seperti lalat saja, yang mampir diatas hidungnya, lantas dengan ringannya
dia halau lalat tersebut -dengan tangannya-.” (HR. Bukhari)
Sehingga momentum Ramadhan dengan ibadah puasanya, adalah kesempatan emas bagi orang yang merasa
memiliki dosa dihadapan Tuhannya. Karena apabila dosa-dosa itu tidak diampuni, tentulah ia akan membu
ahkan penyesalan, kesedihan dan rasa takut kelak dihari pembalasan…Rasulullah shallallahu‘alaihi wasal
lam bersabda,“Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, akan diampuni
dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Inilah ibadah agung yang dinantikan itu..Seorang mukmin, tak akan melewatkan kesempatan emas ini. Bagi
nya, dunia seisinya tidak ada artinya dibandingkan ampunan dan rahmat Allah ta’ala. Inilah kenikmatan ha
kiki dan kebahagiaan yang sejati. Karena dengan puasa, seorang hamba akan berjuang untuk menjadi sosok
yang bertakwa. Dan dengan ketakwaan itulah, seorang manusia akan menjadi mulia dan dicintai oleh Rabb
alam semesta.
Ramadhan ada dihadapan, bekali diri kita dengan ilmu dan iman, tuk menyambut bulan yang agung, bulan
yang penuh kebaikan, bulan yang menjadi penghibur hati orang-orang yang beriman. Allahul musta’aan…
Penulis: Ari Wahyudi
Artikel www.muslim.or.id
________ooOoo________
Allah ta’ala menciptakan hambanya dengan tujuan agar hanya beribadah pada-Nya semata dan tidak menye
kutukannya dengan sesuatu pun. Allah ta’ala berfirman dalam kitabnya yang mulia:
ِ س إِالَّ لِيَ ْعبُد
ُون ِ ت ْال ِج َّن َو
َ اإل ْن ُ َو َما خَ لَ ْق
“Tidaklah aku ciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS Adz-Dzariyat: 56)
Allah ta’ala menjadikan dunia ini sebagai tempat ujian dan cobaan untuk mengetahui siapa yang paling baik
amalannya. Allah ta’ala berfirman:
َوه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َغفُو ُر: ثم قال,ًق ْال َموْ تَ َو ْال َحيَاةَ لِيَ ْبلُ َو ُك ْم أَيُّ ُك ْم أَحْ َسنُ َع َمال
َ َالَّ ِذي خَ ل
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalan
nya.”
Kemudian Dia berfirman: “Dan Dia adalah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Mulk: 2)
Orang-orang yang diuji untuk diketahui siapakah yang paling baik amalannya akan mendapatkan balasan de
ngan amal tersebut sehingga Allah ta’ala menutup ayat tersebut dengan nama-Nya Al Ghofur (Maha Peng
ampun), sedangkan bagi orang-orang yang tidak mampu menghadapi ujian dan cobaan di dunia maka dia
berhak mendapatkan hukuman dari-Nya sehingga Dia menutup pula ayat tersebut dengan Namanya Al A
ziz (Maha Perkasa). Yang Demikian itu sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya:
َوأَ َّن َع َذابِي هُ َو ْال َع َذابُ األَلِي ُم,َّحي ُم
ِ نَبِّئْ ِعبَا ِدي أَنِّي أَنَا ْال َغفُو ُر الر
“Kabarkanlah kepada hamba Ku bahwa sesungguhnya Aku adalah Maha Pengampun lagi Maha Penya
yang dan sesungguhnya Azabku adalah Azab yang sangat pedih.” (QS. Al-Hijr: 49)
Keindahan Bulan Ramadhan
Sebagaimana Allah telah memuliakan sebagian manusia lebih dari yang lainnya, sebagian tempat dari tem
pat lainnya, Allah ta’ala juga telah memuliakan dan memberkahi bulan Ramadhan dibandingkan bulan-bulan
lainnya. Bulan ini merupakan even akhirat dimana pada bulan ini hamba-hamba-Nya yang saleh akan saling
berlomba-lomba untuk meraih akhirat, mendapatkan kemenangan dan mencari cara untuk mendekatkan diri
kepada Allah sedekat-dekatnya. Mereka berpuasa disiang hari, shalat tarawih dimalam hari dan memperba
nyak membaca al-Qur’an. Mereka melakukan berbagai macam ketaatan dan menjauhi maksiat karena meng
harapkan pahala yang besar dan berbagai keutamaan di bulan ini.
Ketika Allah mewajibkan kepada hamba-Nya untuk berpuasa Ramadhan, Rasulullah shallallahu‘alaihi wa
sallam juga memberikan motivasi kepada umatnya setelah puasa Ramadhan untuk mengerjakan puasa 6 hari
di bulan Syawal agar mendapatkan pahala yang sangat besar yaitu seperti puasa sepanjang masa. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits yang sahih:
من صام رمضان ثم أتبعه ستا ً من شوال كان كصيام الدهر
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan berpusa enam hari dibulan Sya
wal maka dia seperti berpuasa sepanjang masa.” (HR. Muslim)
Keutamaan yang lain dari bulan ini, Allah telah memberikan kemudahan bagi hambanya untuk memperoleh
jalan-jalan yang dapat mengangkat derajat seseorang dan meleburkan dosa-dosanya. Bulan Ramadhan ada
lah bulan diturunkannya Al Qur’an,dibukakannya pintu surga, ditutupnya pintu neraka, dibelenggunya setan
sebagaimana yang Allah terangkan dalam hadits qudsi:
كل عمل ابن آدم له الحسنة بعشر أمثالها إال الصوم فإنه لي وأنا أجزي به
“Setiap amalan anak Adam baginya sepuluh kebaikan yang semisal dengannya kecuali puasa. Maka sesung
guhnya puasa itu untukku dan aku yang akan memberinya pahala.” (HR. Bukhari)
Apabila telah berlalu bulan Ramadhan dan bulan Syawal maka seorang hamba akan memasuki pula bulan
haji. Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bersabda:
) (رواه البخاري ومسلم وغيرهما.من حج فلم يرفث ولم يفسق رجع من ذنوبه كيوم ولدته أمه
“Barang siapa berhaji dan dia tidak berbuat keji dan fasik maka dia kembali ke tempat asalnya seperti bayi
yang baru dilahirkan.” (HR Bukhari dan Muslim)
) (رواه البخاري ومسلم وغيرهما.العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له جزاء إال الجنة
“Umrah ke umrah berikutnya adalah penebus dosa di antara waktu keduanya dan haji mabrur tidak ada
ba lasan baginya kecuali surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Pelajaran Berharga Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan adalah even yang penuh berkah diantara even-even akhirat.Umat islam selalu menanti-na
ntikan bulan ini setiap harinya. Maka beruntunglah orang-orang yang berjumpa dengan Allah dengan mem
bawa amal saleh dan diterima amalannya. Alangkah meruginya orang-orang yang menemui bulan ini tanpa
amal saleh, bersikap lalai, menyibukkan diri dengan keridaan setan dan memperturuti hawa nafsunya yang
jelek wal ‘iyadzubillah
Sebagian pelajaran yang bisa dipetik oleh seorang muslim yang berpuasa dan banyak melakukan ke taatan
pada hari-hari yang penuh berkah ini antara lain:
1. Balasan kejelekan adalah kejelekan sesudahnya, dengan demikian sesungguhnya seorang muslim yang
ingin mendapatkan kebaikan bagi dirinya, jika menyukai perjumpaan dengan bulan Ramadhan yang penuh
berkah, menyibukkan dengan ketaatan pada-Nya, bersyukur terhadap segala kenikmatannya yang nam
pak maupun tersembunyi maka dia akan mantap untuk beramal saleh, tergerak hatinya untuk menyukai
negeri akhirat yang tidak bermanfaat dinegeri akhirat harta benda, anak-anak kecuali yang datang mengha
dap Allah dengan hati yang salim (bersih). Maka benarlah,jika seorang hamba jiwanya senang dengan ke
taatan pada hari-hari yang penuh berkah, berharap pahala dari Allah, menjauhi maksiat karena takut azab
Allah maka ia akan memperoleh faedah berupa pelajaran berharga yang mengharuskannya untuk berbuat
ketaatan dan menjauhi larangannya.Sesungguhnya Allah itu terus disembah hingga datang kematian seba
gaimana firman-Nya,
َ َك َحتَّى يَأْتِي
ُك ْاليَقِين َ ََّوا ْعبُ ْد َرب
“Sembahlah Rabb kalian hingga datang hari yang pasti (Kematian).” (QS. Al-Hijr: 99)
َق تُقَاتِ ِه َوال تَ ُموتُ َّن ِإالَّ َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمون َّ يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َح
“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah pada Allah dengan sebenar-benar takwa dan janganlah
kalian mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS. Ali Imran: 132)
Maka tidak selayaknya bagi seorang muslim yang telah merasakan nikmatnya bulan Ramadhan untuk me
nukar kelezatan tersebut dengan pahitnya maksiat pada Allah baik dibulan Ramadhan mau pun dibulan-
bulan lainnya.Bukanlah seorang muslim yang baik jika dia menukar kebaikannya dibulan Ramadhan de
ngan kemaksiatan dibulan lainnya.Allah ta’ala akan selalu dekat dengan orang-orang yang bertakwa se
panjang zaman. Dia selalu disembah oleh hamba-Nya baik dibulan Ramadhan maupun diluar bulan Rama
dhan.Dia selalu hidup dan tidak pernah mati.Amal-amal manusia disiang hari selalu terangkat pada-Nya
sebelum datang malam hari dan amal-amal yang dikerjakan pada malam hari akan terangkat pada-Nya
sebelum datang siang hari. Allah tidak akan berbuat zalim sedikit pun. Dia berfirman:
ً ت ِم ْن لَ ُد ْنهُ أَجْ راً َع ِظيما
ِ ضا ِع ْفهَا َوي ُْؤ
َ ُك َح َسنَةً ي
ُ ََوإِ ْن ت
“Jika kamu berbuat baik maka akan dilipatgandakan pahalanya dan akan mendapatkan pahala yang be
sar disisi-Nya.” (HR. An-Nisa: 40)
2. Puasa adalah jalan yang mengantarkan seorang hamba kepada Rabbnya. Tidak ada yang mengetahui haki
kat pahalanya yang begitu besar kecuali Allah ta’ala. Allah ta’ala berfirman dalam hadits qudsi:
كل عمل ابن آدم له الحسنة بعشر أمثالها إال الصوم فإنه لي وأنا اجزي به يدع شهوته وطعامه وشرابه من أجلي
“Setiap amalan anak Adam dibalas dengan kebaikan sepuluh kali lipatnya kecuali puasa, maka puasa itu
untuk-Ku dan aku yang akan membalasnya, dia menahan syahwatnya dan menahan makan dan minum
karena aku.” (HR. Muslim)
Mungkin saja ada orang yang mengaku berpuasa padahal ketika tidak dilihat orang maka dia makan dan
minum. Orang seperti ini tidak merasa diawasi Allah.Dia hanya mendapatkan pujian dari manusia. Ada
pun orang yang takut pada Allah jika rusak puasanya dia takut sebagaimana takut apabila rusak shalat, za
kat, haji dan kewajiban-kewajiban lainnya. Allah telah mewajibkan puasa sebagaimana Allah telah
mewajib kan shalat. Shalat adalah rukun islam yang paling agung setelah syahadat. Shalat diwa jibkan
ketika Nabi Mi’raj keatas langit. Oleh karena itu jika rusaknya puasa adalah perkara yang sangat besar
baginya maka rasa khawatir akan rusaknya shalat akan terasa lebih besar urusannya. Inilah salah satu
faedah yang bisa di ambil seorang muslim di bulan Ramadhan.
3. Sesungguhnya di antara yang menjadi sebab kelapangan dan kegembiraan hati yang baik adalah menjadi
kan masjid sebagai tempat ibadah dan shalat di bulan Ramadhan. Ini adalah kelapangan dan kebahagiaan
yang sangat agung bagi orang yang selalu mengerjakannya. Masjid-masjid Allah akan semakin diramai
kan oleh orang-orang yang hendak mengerjakan shalat. Jika kebaikan ini terus berlanjut setelah
Ramadhan usai, maka akan menjadikan seorang hamba sebagai bagian dari tujuh golongan yang kelak
akan menda patkan naungan dari Allah yang tidak ada naungan pada saat itu kecuali naungan dari Allah.
Hal ini dikarenakan dia telah menjadi seorang hamba yang hatinya selalu terpaut dengan masjid
sebagaimana yang dikabarkan Rasulullah dalam hadits sahih.
4. kewajiban menahan makan, minum dan segala yang membatalkannya hanya terjadi saat berpuasa dibulan
Ramadhan. Adapun menahan diri dari yang haram terus berlaku sepanjang masa. Seorang muslim yang
ber puasa dibulan Ramadhan adalah yang berpuasa menahan diri dari perkara yang halal maupun yang
haram Shaum secara bahasa berati menahan diri dari sesuatu. Adapun secara syar’i, shaum adalah mena
han diri dari makan dan minum dan dari segala yang membatalkan sejak terbit fajar hingga terbenam ma
tahari. Makna syar’i adalah bagian dari makna secara bahasa sebagaimana makna secara bahasa juga
dikaitkan dengan makna secara syar’i maka keduanya saling melengkapi. Berdasar kan makna secara
bahasa maka termasuk larangan selama puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang haram baik yang
dilakukan oleh mata, lisan, telinga, tangan, kaki dan kemaluan.
Diterjemahkan dan diringkas oleh Abu Husein Ali dari tulisan Syaikh Abdul Muhsin al Abbad dengan Judul Al Ibroh Fi Syahri
Shoum.
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar
Artikel www.muslim.or.id
________ooOoo________
Allah telah berjanji untuk memberikan pahala bagi orang-orang yang bersyukur atas segala nikmat-Nya dan
mengamalkan perintah-perintahNya.Allah pun telah berjanji untuk mengazab orang-orang yang tidak menja
ga perintah dan larangan-Nya, menuruti keridaan setan dan meninggalkan keridaan Allah. Setiap perbuatan
yang kita lakukan di dunia akan ditanyai kelak di hari kiamat. Allah ta’ala berfirman:
ًك َكانَ َع ْنهُ َم ْسؤُوال َ ِص َر َو ْالفُؤَا َد ُكلُّ أُولَئ
َ َك بِ ِه ِع ْل ٌم إِ َّن ال َّس ْم َع َو ْالب َ َوال تَ ْقفُ َما لَي
َ َْس ل
“Janganlah kalian mengikuti perkara yang kalian tidak memiliki ilmu tentangnya. Sesungguhnya pendenga
ran, penglihatan, dan ucapanmu akan dimintai pertanggungjawaban (kelak di akhirat)” (QS. Al-Isra: 36)
ََوتُ َكلِّ ُمنَا أَ ْي ِدي ِه ْم َوتَ ْشهَ ُد أَرْ ُجلُهُ ْم بِ َما َكانُوا يَ ْك ِسبُون
“Tangan-tangan mereka akan berbicara kepada kami dan kaki-kaki mereka akan bersaksi atas apa yang
telah mereka perbuat (semasa di dunia)” (QS. Yasin: 65)
َوقَالُوا لِ ُجلُو ِد ِه ْم لِ َم, َْصا ُرهُ ْم َو ُجلُو ُدهُ ْم بِ َما َكانُوا يَ ْع َملُون َ َحتَّى إِ َذا َما َجا ُءوهَا َش ِه َد َعلَ ْي ِه ْم َس ْم ُعهُ ْم َوأَب, َار فَهُ ْم يُو َز ُعون ِ ََّويَوْ َم يُحْ َش ُر أَ ْعدَا ُء هَّللا ِ إِلَى الن
َق ُك َّل َش ْي ٍء َوهُ َو خَ لَقَ ُك ْم أَو ََّل َم َّر ٍة َوإِلَ ْي ِه تُرْ َجعُون َ ََش ِه ْدتُ ْم َعلَ ْينَا قَالُوا أَ ْنطَقَنَا هَّللا ُ الَّ ِذي أَ ْنط
DanAllah juga berfirman, “Pada hari dikumpulkannya musuh-musuh Allah dineraka dalam keadaan berke
lompok-kelompok. hingga datang sebagai saksi atas mereka yaitu pendengaran mereka, penglihatan mere
ka,kulit-kulit mereka terhadap apa yang dilakukan (selama didunia) dan mereka berkata kepada kulit mere
ka mengapa kalian bersaksi atas kami? maka mereka menjawab Allah telah membuat kami bisa berbicara
sebagaimana dia bisa membuat bicara segala sesuatu dan dia menciptakan kalian pertama kali dan kepada
-Nya lah kalian kembali.” (QS. Fushshilat: 19)
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam berkata kepada Muadz bin jabal radhiyallahu‘anhu setelah dia me
merintahkannya untuk menjaga lisannya. Maka Muadz bertanya:
على: أو قال، “ثكلتك أمك يا معاذ وهل يكب الناس في النار على وجوههم: وإنا لمؤاخذون بما نتكلم به؟ قال عليه الصالة والسالم،“يا نبي هللا
.مناخرهم إال حصائد ألسنتهم” رواه الترمذي
“Wahai Nabi Allah apakah kita akan diazab karena apa yang telah kita ucapkan? Berkata Rasulullah shalla
llahu‘alaihi wasallam:“Ibumu kehilangan dirimu wahai Muadz. Bukankah seseorang diseret atas wajahnya
atau diatas batang hidungnya karena ucapan lisannya?” (HR. Tirmidzi)
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam juga bersabda:
رواه البخاري.”من يضمن لي ما بين لحييه وما بين رجليه أضمن له الجنة
“Barangsiapa yang menjamin padaku bahwa dia mampu menjaga antara dua tulang rahangnya (lisan) dan
di antara dua kakinya (kemaluan) maka aku jamin ia masuk surga.” (HR. Bukhari)
Nabi shallallahu‘alahi wasallam juga bersabda:
من كان يؤمن باهلل واليوم اآلخر فليقل خيراً أو ليصمت
“Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده
“Seorang muslim adalah orang yang tidak mengganggu muslim yang lain dengan lisan dan tangannya. ”
(HR. Bukhari dan Muslim)
المفلس من أمتي من يأتي يوم القيامة بصالة وصيام وزكاة ويأتي وقد شتم هذا وقذف هذا وأكل مال هذا وسفك دم هذا وضرب هذا فيعطى هذا
من حسناته وهذا من حسناته فإن فنيت حسناته قبل أن يقضي ما عليه أخذ من خطاياهم فطرحت عليه ثم طرح في النار” رواه مسلم
“Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan amalan shalat,pua
sa dan zakat dalam keadaan dahulunya mencaci orang lain,memfitnah orang lain,memakan harta orang la
in, menumpahkan darah orang lain,memukul orang lain.Maka diambil kebaikannya untuk diberikan kepada
orang yang telah ia zalimi tersebut.Apabila telah habis kebaikannya sementara urusannya belum selesai
ma ka kejelekan orang yang dizalimi akan diberikan padanya kemudian ia dicampakkan ke dalam
neraka.”(HR Muslim)
“حفت الجنة بالمكاره وحفت النار بالشهوات” أخرجه البخاري ومس
“surga itu dihiasi dengan perkara-perkara yang dibenci sedangkan neraka dihiasi dengan hal-hal yang di
sukai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian, sungguh Allah telah mewajibkan kepada hamba-Nya untuk berpuasa (menahan) lisannya,
kemaluannya, pendengarannya, penglihatan, tangan dan kakinya dari perbuatan haram dan inilah pengertian
shiyam (puasa) secara bahasa.Puasa yang seperti ini tidak hanya khusus dibulan Ramadhan saja tetapi untuk
seterusnya sampai datang kematian dalam ketaatan pada Allah sehingga menang dengan keridaan Allah dan
selamat dari kemurkaan Allah. Maka jika seorang muslim telah mengetahui bahwa Allah telah mengharam
kan sesuatu yang halal ketika bulan Ramadhan dan mengharamkan perkara-perkara yang pada asalnya me
mang haram untuk selamanya maka pelajaran yang bisa dipetik bahwasanya seseorang tidak akan begitu sa
ja membatasi dari yang haram ketika bulan Ramadhan saja akan tetapi dia akan melakukannya terus hingga
akhir hayatnya karena takut terhadap hukuman Allah bagi orang-orang yang menyelisihi perintah dan larang
an-Nya.
Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam telah mengabarkan firman Allah ta’ala dalam sebuah hadits qudsi
bahwasanya orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kegembiraan yaitu ketika berbuka dan bertemu de
ngan Rabbnya di hari kiamat. Orang yang berpuasa bergembira ketika berbuka karena jiwanya saat berpuasa
telah mampu meninggalkan apa yang ia sukai tetapi dilarang oleh Allah dan yang lebih besar dari itu ia akan
mendapatkan balasan yang paling agung dan sempurna yaitu perjumpaan dengan Allah kelak disurga.
Barangsiapa yang menjaga lisannya, kemaluannya, tangannya, pendengaran, penglihatan dan seluruh anggo
ta badannya dari yang diharamkan Allah hingga ajal menjemputnya maka ia berhak mendapatkan surga yang
penuh kenikmatan dan berjumpa dengan Rabbnya. Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam telah menjelaskan
balasan bagi seorang mukmin ketika menjelang wafat,malaikat maut akan datang dengan wajah bersinar ba
gai matahari. Malaikat tersebut membawa kafan dan minyak wangi dari surga. Kemudian malaikat maut ber
kata: wahai jiwa yang baik keluarlah menuju ampunan dan keridaan Allah. Maka keluarlah ruh orang muk
min tersebut dengan lembut seperti tetesan air dari wadah air”. Maka inilah perlombaan yang baik, yaitu
orang-orang yang terdepan dalam semangat untuk meraih kebahagiaan hatinya dan berusaha untuk membe
baskan dirinya dari hal-hal yang dapat merusak dan membinasakan. Untuk itu dokter hati yaitu nabi kita sha
llallahu‘alaihi wasallam telah memberi petunjuk kepada seorang laki-laki yang bertanya kepada beliau ten
tang hari kiamat maka yang paling penting baginya untuk mempersiapkan diri dengan amal saleh. Beliau men
jawab:”apa yang telah engkau persiapkan dalam menghadapi hari kiamat?”Pertanyaan ini adalah penjelas
an bahwa kehidupan dunia adalah persiapan untuk menghadapi kehidupan akhirat.Allah ta’ala berfirman
ِ َوتَزَ َّودُوا فَإ ِ َّن خَ ْي َر ال َّزا ِد التَّ ْق َوى َواتَّقُو ِن يَا أُولِي األَ ْلبَا
ب
“Berbekallah!! Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, bertakwalah padaku wahai orang-orang
yang berpikir.” (QS. Al-Baqarah: 197)
Penutup
Kami tutup tulisan ini dengan penjelasan keutamaan bulan ramadhan dari kitab karya Syaikh Salim bin Ied
al hilali dan syeikh Ali Hasan Abdul Hamid yang berjudul shifat shaum an Nabiy shallallahu‘alaihi wa sal
lam fii Ramadhan.
Ramadhan adalah bulan kebaikan dan barakah. Allah memberkahinya dengan keutamaan yang banyak seba
gaimana dalam penjelasan berikut ini:
1. Bulan Al Qur’an
Allah menurunkan kitab-Nya yang mulia sebagai petunjuk bagi manusia,obat bagi kaum mukminin,pembim
bing kejalan yang lurus dan menjelaskan jalan petunjuk.Al Qur’an diturunkan pada malam lailatul Qadr, sua
tu malam di bulan Ramadhan. Allah ta’ala berfirman:
ٌص ْمهُ َو َم ْن َكانَ َم ِريضًا أَوْ َعلَى َسفَ ٍر فَ ِع َّدة
ُ َت ِمنَ ْالهُدَى َو ْالفُرْ قَا ِن فَ َم ْن َش ِه َد ِم ْن ُك ُم ال َّش ْه َر فَ ْلي ِ َّضانَ الَّ ِذي أُ ْن ِز َل فِي ِه ْالقُرْ آنُ هُدًى لِلن
ٍ اس َوبَيِّنَا َ َش ْه ُر َر َم
ُ ْ َ ُ َّ َ ُ َ هَّللا َ ُ َ َّ ْ ُ ْ ُ ْ ْ ُ ُ ْ ُ هَّللا
َِمن أي ٍَّام أ َر ي ُِريد ُ بِك ُم اليُس َْر َوال ي ُِريد بِك ُم ال ُعس َر َولِتك ِملوا ال ِعدة َولِتكبِّرُوا َ َعلى َما هَدَاك ْم َول َعلك ْم تشكرُون ُ َخُ َ ْ
“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah)bulan Ramadhan,bulan yang didalamnya diturunkan (permulaan)
Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda
(antara yang hak dan yang bathil)Karena itu,barangsiapa diantara kamu hadir(dinegeri tempat tinggalnya)
dibulan itu,maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu
ia berbuka),maka (wajiblah baginya berpuasa),sebanyak hari yang ditinggalkannya itu,pada hari-hari yang
lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah ka
mu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah: 185)
Ketahuilah wahai saudaraku -mudah-mudahan Allah memberkatimu- sesungguhnya status bulan Ramadhan
adalah sebagai bulan yang diturunkan padanya al-Qur’an. Firman Allah yang artinya, “Barangsiapa diantara
kamu hadir (dinegeri tempat tinggalnya) dibulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu”.Memberi
isyarat penjelasan sebab dipilihnya Ramadhan adalah karena bulan tersebut bulan diturunkannya al-Qur ’an.
2. Syaitan Dibelenggu, Pintu-Pintu Neraka Ditutup dan Pintu-Pintu Surga Dibuka
Pada bulan ini kejelekan menjadi sedikit, karena dibelenggunya jin-jin jahat dengan rantai. Mereka tidak bi
sa leluasa merusak manusia sebagaimana leluasanya dibulan yang lain. Hal ini dikarenakan pada saat itu ka
um muslimin sibuk dengan puasa hingga hancurlah syahwat dan juga karena bacaan al-Qur’an dan ibadah-
ibadah yang membersihkan jiwa. Allah ta’ala berfirman:
َب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون
َ ِصيَا ُم َك َما ُكت َ ِيَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكت
ِّ ب َعلَ ْي ُك ُم ال
“Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu ber
takwa.” (QS. Al Baqarah: 183)
Dengan demikian, ditutupnya pintu-pintu jahanam dan dibukanya pintu-pintu surga karena pada bulan itu a
mal saleh banyak dilakukan dan ucapan-ucapan yang baik tersebar dimana-mana.
Rasulullah shallallahu‘alaihi wa sallam bersabda:
وغلقت أبواب النيران وصفدت الشياطين،إذا جاء رمضان فتحت أبواب الجنة
“Jika datang bulan Ramadhan, maka dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka dan di
belenggulah syaitan.” (HR. Muslim)
Semuanya itu sudah terjadi sejak awal bulan Ramadhan yang diberkahi, berdasarkan sabda Rasullah shallal
lahu‘alaihi wasallam,
وفتحت أبواب الجنة فلم يغلق منها، وغلقت أبواب النار فلم يفتح منها باب،إذا كان أول ليلة من شهر رمضان صفدة الشياطين و مردة الجن
وهللا عتقاء من النار وذلك كل ليلة، يا باغي الشر أقصر، يا باغي الخير أقبل: وينادي مناد،باب
“Jika telah datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para setan dan jin-jin yang jahat, ditutup pintu
-pintu neraka,tidak ada satu pintupun yang dibuka dan dibukalah pintu-pintu surga,tidak ada satu pintupun
yang tertutup,berseru seorang penyeru: wahai orang yang ingin kebaikan lakukanlah wahai orang yang ingin
kejelekan kurangilah. Dan bagi Allah membebaskan sejumlah orang dari neraka. Hal itu terjadi pada setiap
malam.” (HR. Tirmidzi)
3. Malam Qadar
Cukuplah untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui bahwasanya malam ini
lebih baik dari seribu bulan seperti tertera dalam al-Qur’an surat al-Qadr: 1-5
Malam Qadr terjadi pada akhir bulan Ramadhan berdasarkan hadits Aisyah, dia berkata Rasulullah
beri’tikaf disepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda: “Carilah malam Qadr di (malam
ganjil) pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.”
Rasulullah bersabda: “Barangsiapa berdiri shalat pada malam Qadr dengan penuh keimanan dan mengha
rap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosa yang telah lalu.”
Saudaraku semoga Allah memberkahimu dan memberi taufik kepadamu untuk menaati-Nya, engkau telah
mengetahui bagaimana keadaan malam Qadr dan keutamaannya, maka bangunlah untuk menegakkan shalat
pada sepuluh malam terakhir, menghidupkannya dengan ibadah dan menjauhi istri, perintahkan kepada istri
mu dan keluargamu untuk itu, perbanyaklah perbuatan ketaatan.
Dari Aisyah radhiyallahu‘anha, “Adalah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam apabila masuk pada sepu
luh hari terakhir bulan ramadhan beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya dan
membangunkan keluarganya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Juga dari Aisyah radhiyallahu‘anha,
كان النبي صلى هللا عليه وسلم يجتهد في العشر ما ال يجتهد في غيرها
“Adalah Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersungguh-sungguh beribadah apabila telah masuk sepuluh
terakhir yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya.” (HR. Muslim)
Diterjemahkan dan diringkas oleh Abu Husein Ali dari tulisan Syaikh Abdul Muhsin al Abbad dengan Judul
Al Ibroh Fi Syahri Shoum
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar
Artikel www.muslim.or.id
________ooOoo________
Daftar Artikel
1. Berbenah Diri Menyambut Bulan Ramadhan………………………………………………………. 1
2. Persiapkan Diri Menyambut Ramadhan……………………………………………………………. 4
3. Hikmah di Balik Puasa Ramadhan…………………………………………………………………… 6
4. Puasa Menahan Diri Demi Menggapai Ridho Illahi (1)…………………………………………….. 9
5. Puasa Menahan Diri Demi Menggapai Ridho Illahi (2)……………………………………………. 11
6. Puasa Menahan Diri Demi Menggapai Ridho Illahi (3)……………………………………………. 13
7. Puasa Menahan Diri Demi Menggapai Ridho Illahi (4)……………………………………………. 17
8. Puasa Menahan Diri Demi Menggapai Ridho Illahi (5)……………………………………………. 21
9. Keutamaan Puasa…………………………………………………………………………………….. 23
10. Keutamaan Bulan Ramadhan……………………………………………………………………… 27
11. Keagungan Puasa Ramadhan………………………………………………………………………. 28
12. Saudaraku, Inilah Keutamaan Puasa Ramadhan………………………………………………… 33
13. Puasa Karena Iman dan Ikhlas…………………………………………………………………….. 35
14. Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan (1)…………………………………………… 36
15. Agar Kita Turut Merasakan Indahnya Ramadhan (2)…………………………………………… 39
16. Ganjaran untuk Orang yang Berpuasa……………………………………………………………. 41
17. Janganlah Buat Puasamu Sia-Sia…………………………………………………………………... 44
18. Peringatan Bagi Orang yang Enggan Puasa……………………………………………………….. 47
19. Pelajaran dari Perang Badar……………………………………………………………………….. 49
20. Ramadhan Dan Perbaikan Diri…………………………………………………………………….. 53
21. Pelajaran Berharga di Bulan Ramadhan (1)…………………………………………………….... 54
22. Pelajaran Berharga di Bulan Ramadhan (2)……………………………………………………… 56
24. Bulan Ramadhan Kesempatan Emas Tuk Tinggalkan Rokok………………………………….. 59