Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKAKANG.
Kerja merupakan kekhasan bagi manusia. Melalui kerja manusia
mengekspresikan dirinya, sehingga melalui kerja orang bisa lebih dikenal siapa dia
sebenarnya. Oleh karena itu, kerja bagi kita bukan hanya sekedar untuk mendapat
upah atau gaji, jabatan atau kekuasaan, dan berbagai maksud-maksud lainnya. Dalam
dan melalui kerja manusia mengungkapkan dirinya lebih otentik sebagai manusia
yang disiplin, bertanggung jawab, jujur, tekun, pantang menyerah, punya visi, dan
sebagainya; atau sebaliknya, tidak disiplin, tidak bisa dipercaya, tidak dapat
diandalkan, tidak bertanggung jawab, dan sebagainya. Dunia kerja merupakan sarana
bagi perwujudan dan sekaligus pelatihan diri untuk menjadi semakin baik.
Untuk lebih mendalami mengenai dunia kerja, perlu lebih mendalami topik-topik
yang berkaitan dengan peningkatan kualitas diri pribadi sebagai seorang pekerja
maupun sebagai sebagai seorang profesional. Terutama lebih ditekankan untuk
menghayati prinsip-prinsip ethos kerja, menggunakan atau mengelola waku dengan
baik dan efisien, melaksanakan kewajiban-kewajiban pokok sebagai karyawan
maupun majikan, menghayati budaya organisasi atau perusahaan, meningkatkan mutu
pelayanan di tempat kerja, dan meningkatkan profesionalitas kerja sebagai jawaban
atas berbagai perubahan yang ada di masyarakat, yang telah membawa dampak pada
tingginya tuntutan dalam dunia kerja atau profesi.

B. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sebagaimana yang telah
dijabarkan dalam latar belakang diatas adalah : “ suatu analisa mengenai konsep dasar
etika profesi serta penerapannya dalam dunia kerja”

1
C. TUJUAN
Penyusunan makalah ini bertujuan agar pembaca dapat mendeskripsikan konsep
dasar etika profesi atau ethos kerja serta mampu menerapkannya dalam dunia kerja
yang digelutinya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ETIKA, PROFESI, DAN ETIKA PROFESI


1. Pengertian Etika

Etika atau etik berasal dari bahasa latin yaitu ethica. Ethos dalam bahasa Yunani
berarti norma, nilai, kaidah, ukuran bagi tingkah laku yang baik. Secara umum dapat
dikatakan bahwa, etika merupakan dasar moral, termasuk ilmu mengenai kebaikan
dan sifat-sifat tentang hak. Atau dengan kata lain, etika berisi tuntunan tentang
perilaku, sikap dan tindakan yang diakui, sehubungan dengan suatu jenis kegiatan
manusia. Etika menjadi penting apabila terjadi perbedaan tata nilai tentang baik-
buruk, boleh-tidak boleh dan patut-tidak patut.
Tujuan pokok mengenal etika adalah mempengaruhi dan mendorong kehendak
kita supaya mengarah kepada yang bermanfaat dan berguna bagi manusia. Dengan
etika, orang akan mampu untuk bersikap kritis dan rasional dalam membentuk
pendapatnya sendiri dan bertindak sesuai dengan apa yang dapat
dipertanggungjawabkan sendiri. Etika juga dapat membantu manusia membedakan
antara tingkah laku atau tindakan yang baik dan yang buruk. Dalam hal inilah terletak
kebebasan manusia untuk hanya mengakui norma-norma yang diyakini sendiri
sebagai kewaibannya.
Menurut Mustaq Ahmad, 2001, dalam bukunya yang berjudul Etika Bisnis
dalam Islam, menyatakan bahwa dalam ajaran islam terdapat 6 etika dasar yang
berhubungan dengan bisnis dan perdagangan. Ke-enam etika bisnis tersebut adalah:

1. Kerja, merupakan etika bisnis nomor satu, karena dalam posisi hidup di dunia
manusia harus bekerja. Dalam arti tidak boleh meminta-minta tetapi harus
mengerahkan segenap daya upaya baik itu secara fisik dan tenaga sehingga

3
berkeringat, maupun secara ide dan pikiran sehingga menimbulkan tekanan-
tekanan mental spiritual.
2. Jujur, merupakan sifat yang harus berjalan mendampingi norma kerja. Artinya
setiap pekerjaan harus dijiwai dengan ruh berupa kejujuran, dalam arti
mengatakan yang sebenarnya, tidak mengada-ada, tidak menambahi dan atau
mengurangi.
3. Kebebasan dalam usaha ekonomi, dalam hal ini menjadi penting dalam
menegakkan atika bisnis, mengingat tanpa kebebasan berekonomi rasanya
akan sulit tercipta mekanisme persaingan bisnis yang sehatdan bermanfaat
bagi masyarakat banyak. Karena dalam etika bisnis, kebebasan senantiasa
diiringi oleh tanggung jawab. Dengan kebebasan yang bertanggungjawab,
manusia akan diiringi pada suasana bekerja yang sesungguhnya.
4. Keadilan dan perlindungan
5. Murah hati
6. Berdagang bukan riba

Sementara itu, Yusuf Qardhawi, 2001, pengarang buku Norma dan Etika Ekonomi
Islam, berpendapat bahwa etika dalam berbisnis dan berniaga dalam islam adalah
sangat penting untuk menghindari perselisihan yang tidak perlu.

2. Pengertian Profesi

Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau
keterampilan dari pelakunya. Biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan
pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua
pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut keahlian para
pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang
disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi memerlukan
suatu persiapan melalui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk
itu. Pekerjaan tidak sama dengan profesi. 4 Istilah yang mudah dimengerti oleh

4
masyarakat awam adalah sebuah profesi sudah pasti menjadi sebuah pekerjaan,
namun sebuah pekerjaan belum tentu menjadi sebuah profesi. Profesi memiliki
mekanisme serta aturan yang harus dipenuhi sebagai suatu ketentuan, sedangkan
kebalikannya, pekerjaan tidak memiliki aturan yang rumit seperti itu. Hal inilah yang
harus diluruskan di masyarakat, karena hampir semua orang menganggap bahwa
pekerjaan dan profesi adalah sama. Secara umum ada beberapa ciri atau sifat pada
profesi, yaitu:

a. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan keterampilan ini


dimiliki berkat pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun.
b. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap
pelaku profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi.
c. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi
harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat.

3. Pengertian Etika Profesi

Etika profesi menurut keiser dalam (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7) adalah sikap
hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan profesional terhadap masyarakat
dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam rangka melaksanakan
tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat. Kode etik profesi adalah sistem norma,
nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benar dan
baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan
perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa
yang harus dihindari. Tujuan kode etik yaitu agar profesional memberikan jasa
sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Dengan adanya kode etik akan
melindungi perbuatan yang tidak professional. Prinsip dasar di dalam etika profesi
yaitu:

5
a. Tanggung jawab.
 Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
 Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat pada umumnya.
b. Keadilan. Prinsip ini menuntut untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.
c. Prinsip Kompetensi, melaksanakan pekerjaan sesuai jasa profesionalnya,
kompetensi dan ketekunan.
d. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi.
e. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi.

B. PERILAKU BISNIS

Perilaku bisnis pada umumnya didasarkan pada rangkaian keputusan yang dibuat
oleh perusahaan. Dilihat dari kekuatan dan tekanan eksternal yang memaksakan
perilaku perusahaan, maka keputusan yang diambil tersebut dipandu oleh hal-hal
berikut ini:

1. Tujuan yang dicapai


2. Pedoman-pedoman yang harus dipatuhi dan berasal dari luar perusahaan,
seperti yang diamanatkan oleh hukum yang berlaku.
3. Pedoman-pedoman yang dibuat bersama dengan pihak lain, dalam bentuk
perjanjian. Pedoman-pedoman yang patut dipatuhi, yang merupakan
kebiasaan, falsafah perusahaan, budaya perusahaan dan etika bisnis.

Dalam bisnis, baik itu perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa, pedoman
bertindak yang terkait dengan perhatian perusahaan akan norma etika bisnis yang
berlaku dalam hal ini cenderung untuk memenuhi persyaratan seperti berikut

6
1. Dapat dipirkan secara logis dan dapat diberikan pertanggungjawaban kepada
khalayak
2. Dilakukan dengan menggunakan fakta
3. Didasarkan dengan prinsip-prinsip yang diterima oleh masyarakat

Dalam hal ini pembuat keputusan dapat melakukan langkah-langkah seperti


berikut:

1. Memecahkan konflik kewajiban yang terdapat dalam kerangka keputusan


yang akan dibuat.
2. Memecahkan konflik keputusan ideal yang melekat pada permasalahan yang
akan diputuskan.
3. Memilih pemecahan yang menghasilkan manfaat yang terbesar atau kerugian
yang terkecil.

C. KODE ETIK DALAM BISNIS

Suatu hal yang seringkali sulit dilakukan oleh seorang professional dalam bisnis
adalah menyeimbangkan antara idealisme profesi dan tuntutan para pengusaha yang
sering mengesampingkan norma-norma etika demi tercapainya tujuan bisnis pada
umumnya, yaitu keuntungan. Kode etik dalam bisnis mengupayakan untuk mencegah
terjadinya benturan-benturan kepentingan yang akan merugikan beberapa pihak,
walaupun masih dalam bentuk himbauan. Sebab berbeda sekali dengan kaidah hokum
yang dengan tegas akan memeberi sanksi nyata bagi para pelanggannya secara
hokum, sedangkan pelanggaran kode etik belum mempunyai sanksi yang dapat
dilaksanakan. Hanya dengan kesadaran para pelaku bisnis, kode etik akan ditaati
bersama sehingga hal tersebut justru akan dapat melindungi bisnis yang dikelolanya.

Sikap jujur dan patuh terhadap standar etika bisnis akan dapat menumbuhkan
rasa saling percaya, saling menghormati di antara para pelaku bisnis, yang pada

7
gilirannya nanti akan berdampak pada adanya efisiensi dalam berusaha serta
menciptaka iklim persaingan yang sehat di dunia bisnis sehingga kepentingan semua
pihak yang terkait, termasuk para pelanggan akan dapat dilayani dengan memuaskan
tabpa ada benturan-benturan.
Dunia bisnis harus berupaya untuk bersaing secara sehat, yang kuat membantu
yang lemah, sehingga akan terbentuk strutur dunia usaha yang kokoh, sehingga dalam
jangka panjang disamping bisnis kita menjadi global, tetapi ikatan kebangsaan
kitaserta jati diri kita sebagai manusia Indonesia tetap ada.

D. ETIKA BANKIR
1. Dasar-dasar Etika Perbankan

Bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit


dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran. Lembaga keuangan adalah
semua badan yang kegiatannya menarik uang masayarakat dan menyalurkannya
kepada masyarakat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, tugas utama bank
adalah operasi perkreditan aktif dan pasifserta sebagai perantara dibidang perkreditan.
Dengan adanya beberapa tugas utama bank seperti tersebut diatas, maka faktor
kepercayaan dari pihak lain dan nasabah merupakan penunjang utama bagi lancarnya
operasional bank. Faktor kepercayaan inilah yang merupakan etika perbankan dalam
hubungannya dengan pihak lain. Dalam mengelola kepercayaan tersebut, banker
harus memiliki akhlak, moral dan keahlian di bidang perbankan atau keuangan.
Banker juga harus menjaga agar mekanisme arus surat-surat berharga (flow of
documents) dapat berjalan lancer dan menindak jika, terjadi permainan yang curang
dalam pengelolaan arus dokumen berharga tersebut di dalam bank. Dalam hal
demikian, pimpinan berkewajiban dan bertanggung jawab:

1. Mengembalikan seluruh atau sebagian simpanan pada waktu diminta oleh


nasabah secara pribadi mauoun dengan surat kuasa.

8
2. Menjaga kerahasiaan keuangan bank menurut kelaziman dalam dunia
perbankan.
3. Member informasi yang akurat dan objek jika diminta oleh nasabah. Turut
menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
4. Menjaga dan memelihara organisasi, tata kerja dan administrasi dengan baik.
5. Menyalurkan kredit secara lebih selektif kepada calon debitur.

Dalam etika perbankan terjalin suatu kesepakatan antara para bankir untuk
melakukan norma sopan santun dalam menjalankan usahanya dan didalamnya
terkandung prinsip-prinsip moral mengenai hal-hal yang dianggap baik dan hal-hal
yang dianggap tidak baik srta bertanggung jawab atas terwujudnya hal yang baik dan
pencegahan terhadap terjadinya hal tidak baik.
Perlunya kesepakatan dan beberapa pihak untuk meletakkan dasar-dasar kode
etik perbankan dan kemudian menerapkan dan mengamalkannya adalah untuk
mendorong terciptanya suatu iklim persaingan yang wajar dan sehat sehingga akan
dapat lebih meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan.
Etika tersebut mengandung norma dan prinsip-prinsip moral bankir dalam
menjalankan usahanya. Fungsi kode etik perbanka tersebut adalah:

1. Menjaga keselarasan dan kosistensi antara gaya manajemen, strategi dan


kebijakan dalam mengembangkan usaha perbankan.
2. Menciptakan iklim usaha yang sehat.
3. Mewujudkan integritas bank terhadap lingkungan dan masyarakat luas serta
pemerintah.
4. Menciptakan ketenangan, keamanan dan kenyamanan para pemilik dana,
pemegang saham dan karyawan dalam mendapatkan hak-haknya.
5. Mengangkat harkat perbankan nasional dimata internasional.

9
Secara umum dapat dikatakan di sini bahwa, setiap petugas bank, bankir maupun
pimpinan agar memperhatikan etika dan kewajibannya sehubungan dengan tugasnya
dilingkungan perbanka sebagai berikut:

1. Bank wajib memberikan laporan kepada Bank Indonesia seperti, laporan


bulanan, tahuanan maupun yang berkaitan dengan posisi likuiditas bank.
2. Setiap bank wajib mengumumkan Neraca dan Laporan laba-rugi yang
sebenarnya pada tiap-tiap tahun. Sebaiknya diumumkan dimedia cetak agar
masyarakat luas dapat mengetahuinya.
3. Bank-bank juga wajib menjaga kerahasiaan keuangan para nasabahnya.
4. Para petugas bank mempunyai kewajiban untuk tidak membicarakan kondisi
keuangan nasabah, meskipun antar teman sejawatnya diluar kepentingan
dinas. Petugas bank juga harus menjaga dan memelihara arsip-arsip/surat-
surat rahasia antara bank dengan nasabahnya.
5. Dalam hal pembayaran pajak, para bankir harus melaksanakan pemotongan
pajak pendapatan atas gaji, upah atau honorarium para karyawannya serta
berkewajiban membayar pajak perusahaannya.
6. Banka harus menyadari bahwa bagi nasabah, bank merupakan reka kerja yang
diharapkan akan dapat saling membantu di didalam mengembangkan bisnis
nasabah.
7. Disamping itu, bank juga mempunyai kewajiban untuk memeberikan nasihat
yan objektif, tidak memihak dan tidak mengikat bagi para nasabahnya.

Bankir yang profesional adalah bankir yang memiliki integritas pribadi, keahlian
dan tanggung jawab social yang tinggi serta wawasan yang luas agar mampu
melaksanakan pola manajemen bank yang professional pula. Bankir yang
professional juga dituntut melaksanakan dua hal penting yaitu dapat menciptakan
laba dan menciptakan iklim bisnis perbankan yang sehat. Namun dalam menciptakan

10
laba tersebut, bankir harus tetap terkendali (prudent). Menjadi bankir yang
professional memerlukan beberapa persyaratan, diantaranya adalah:

1. Memiliki rasa percaya diri dan selalu optimis dala setiap tindakan yang
dilakukannya karena setiap keputusan yang diambil telah didasari oleh
perhitungan dan analisis yang akurat. Bankir harus berpandangan kedepan
serta bersedia melakukan anaisis SWOT.
2. Memiliki skill (keterampilan) dan knowledge (pengetahuan) yang dipadukan
dan terus dikembangkan dan ditingkatkan dan peka terhadap situasi polotik,
ekonomi dan social budaya.
3. Mampu menerima tekanan dari pihak manapun tanpa mengurangi kinerjanya
dan berani mengambil resiko.
4. Memiliki insiatif dan aktif dalam pencapaian tujuan serta tidak bersikap
“menunggu”.
5. Memiliki job motivation yang tinggi, sehingga dalam bekerja ia selalu
memperoleh kepuasan.
6. Memiliki jiwa kepemimpinan (leadership ability) yang berorientasi kepada
pelayanan dan kepuasan nasabah.
7. Mempunyai sales ability, kemampuan teknis, kemampuan konsepsional yang
tinggi.
8. Memiliki kemampuan untuk: menyusun rencana, mengorganisasikan,
menetapkan prosedur kerja dan mengendalikan tugas pekerjaan serta
mengembangkan jaringan kerja secara luas dengan cabang atau bank lain agar
menuju kearah pencapaian tujuan bank.
9. Mampu mendelegasikan tugas dan tanggung jawab serta mampu
mengembangkan dan memotivasi bawahan.
10. Memiliki sifat penuh kehati-hatian dan menerapkan asa prudential, serta
memiliki integritas yang tinggi dalam pengelolaan bank, mengingant bahwa ia
menjalankan bisnis atas dasar kepercayaan masyarakat.

11
11. Mampu mengendalikan diri, penuh toleransi serta memiliki rasa tanggung
jawab social yang tinggi dalam mengelola bisnis perbankan.

Setiap bankir di Indonesia wajib mengelola bank secara sehat dan menghormati
norma-norma perbankan yang berlaku, mentaati semua tata nilai sebagai pedoman
dasar dalam menentukan sikap dan tindakannya. Norma-norma perbankan yang
diakui, diterima dan ditaati tersebut tertuang dalam Kode Etik Bankir Indonesia yang
isinya sebagai berikut:

1. Seorang bankir petuh dan taat pada ketentuan perundang-undangan dan


peraturan yang berlaku.
2. Seorang bankir melakukan pencatatan yang benar mengenai segala transaksi
yang bertalian dengan kegiatan banknya.
3. Seorang bankir menghindarkan diri dari persaingan yang tidak sehat.
4. Seorang bankir tidak menyalahgunakan wewenangnya untuk kepentingan
pribadi.
5. Seorang bankir menghindarkan diri dari katerlibatan pengambilan keputusan
dalam hal terdapat pertentangan kepentingan.
6. Seorang bankir menjaga kerahasiaan nasabah dari banknya.
7. Seorang bankir memperhitungkan dampak yang merugikan dan setiap
kebijakan yang ditetapkan banknya terhadap keadaan ekonomi, social dan
lingkungan.
8. Seorang bankir tidak menerima hadiah atau imbalan yang memperkaya diri
pribadi maupn keluarganya.
9. Seorang bankir tidak melakukan perbuatan tercela yang dapat merugikan citra
profesinya.

12
2. Prinsip Dasar Etika Perbankan

Dalam kaitannya dengan prinsip pengelolaan bank, pihak bankir harus


mengupayakan terselenggaranya iklim usaha perbankan yang sehat yaitu dengan
menjaga: (1) Likuiditas Bank atau kelancaran operasional bank. (2) Solvabilitas Bank
atau terpeliharanya kekayaan bank agar kokoh dan mampu memenuhi seluruh
kewajiban financial. (3) Rentabilitas atau tingkat keuntungan yang dapat dicapai bank
dan (4) Tingakt kepercayaan masyarakat terhadap bank (bonafiditas).

Sedangkan kewajiban bank terhadap beberapa pihak (Stakeholder adalah


pertanggung jawaban bank terhadap pihak-pihak:

a. Masyarakat, yang pada umunya menghendaki adanya pelayanan yang baik,


aman, harga tariff terjangkau serta pelakuan yang sama atau non-
diskriminatif.
b. Nasabah yaitu berkepentingan atas keamanan uang yang mereka simpan di
bank, layanan yang baik serta tariff dan suku bunga yang wajar.
c. Pemerintah, yag menghendaki agar perbankan dapat mewujudkan
peningkatan taraf hidup masyarakat dan lapangan kerja, pemerataan
penghasilan, pendayagunaan dana masyarakat, menjaga stabilitas moneter,
menjaga stabilitas ekonomi dan politik.
d. Pemilik atau Investor, yang tentunya menghendaki adanya kepastian hokum
dalam perbankan dan otonomi dalam melaksanakan operasional bank serta
memperoleh keuntungan yang wajar.
e. Karyawan, yaitu sebagai pelaku dan penggerak organisasi Bank yang
berpengharapan di samping memperoleh jaminan materi juga yang bersifat
non materi seperti jaminan atas kesinambungan bekerja, adanya keadilan,
jaminan pension dan sebagainya.

13
Kemudian mengenai prinsipetika perbankan itu sendiri adalah merupakan norma,
kaidah dan kebiasaan yang berlaku dan harus dipatuhi, dihormati dan dijunjung tinggi
oleh para petugas bank/bankir. Prinsip etika perbankan tersebut adalah:

a. Prinsip Kepatuhan, pada prinsip ini bankir diharuskan mematuhi semua


peraturan perbankan, undang-undang, kebijakan pemerintah, peraturan
ketenagakerjaan yang terkait dengan masyarakat, nasabah, pemerintah,
pemilik dan karyawan (Stakeholders).
b. Prinsip Kerahasiaan, para bankir dituntut untuk tetap menjaga kerahasiaan
pekerjaan terutama yang berhubungan dengan keadaan keuangan nasbah serta
kerahasiaan jabatannya.
c. Prinsip Kebenaran Pencatatan, peugas bank wajib memelihara arsip atau
dokumen dan mencatat semua transaksi dengan benar serta menjaga
kerahasiaannya.
d. Prinsip Kesehatan Bersaing, persaingan disini bias bersifat intern, antar bagian
dalam bank itu sendiri dan bersifat eksten, yaitu bpesaingan antar bank.
e. Prinsip Kejujuran Wewenang, kepercayaan dan wewenang yang telah
diberikan oleh pihak-pihak pemerintah, nasabah, pemilik ataupun karyawan
kepada bank hendaknya tetap diamankan dan tidak dislahgunakan untuk
kepentingan diluar etika yang telah disepakati bersama atau mengorbankan
kepentingan salah satu pihak demi kepentingan pihak lain.
f. Prinsip Keselarasan Kepentingan, dalam hal ini bankir harus mampu
menyeleraskan antara kepentingan berbagai pihak, yaitu kepentingan: nasabah
dan masyarakat, pemerintah, pemilik dana serta karyawan bank.
g. Prsinsip Keterbatasan Keterangan, meskipun petugas bank dan bankir diminta
untuk bersikap informatif terhadap pihak luar, namun sifatnya terbatas.
h. Prinsip Kehormatan Profesi, petugas bank dan bankir harus taat menjaga
kehormatan profesi dengan menghindarkan dan segala bentuk kolusi,

14
pemberian upeti, hadiah dan fasilitas dari pihak-pihak yang menginginkan
kemudahan-kemudahan peraturan dan prosedur perbankan.
i. Prinsip Pertanggung Jawaban Sosial, dalam pelaksanaan operasional
perbankan, bankir diharuskan tetap memiliki rasa pertanggung jawaban social
baik terhadap nasabah, pemilik, masyarakat ataupun pemerintah.
j. Prinsip Persamaan Perlakuan, pada prinsip ini bankir dituntut untuk tidak
melakukan perlakuan yang dislkriminatif baik kepada para nasabah,
masyarakat maupun kepada karyawan.
k. Prinsip Kebersihan Pribadi, disini sikap bankir adalah harus dapat menjaga
kehormatan dirinya.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kerja merupakan kekhasan manusia, dimana melalui kerja manusia dapat


mengekspresikan dirinya agar lebih dikenal orang lain. Dunia kerja atau profesi
merupakan sarana bagi perwujudan dan sekaligus pelatihan diri untuk menjadi lebih
baik.

Dalam pelaksanaannya profesi merupakan suatu pekerjaan tertentu yang


dilakukan sebagai kegiatan pokok, dengan mengandalkan keterampilan khusu,
dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup dan dilaksanakan dengan
keterlibatan pribadi yang mendalam. Karena itulah seorang profesional pada suatu
bidang kerja tertentu adalah orang yang benar-benar terampil dengan bidang
kerjanya, lebih terampil dibandingkan dengan masyarakat umum. Untuk
menyeimbangkan serta sebagai penunjuk arah bagi para profesional itu diperlukan
adanya suatu kode etik profesi yang dibuat dalam suatu kelompok profesi dan
diharapkan akan dipegang teguh oleh setiap profesional yang tergabung didalamnya.

Secara umum dapat dikatakan bahwa, etika merupakan dasar moral, termasuk
ilmu mengenai kebaikan dan sifat-sifat tentang hak. Atau dengan kata lain, etika
berisi tuntunan tentang perilaku, sikap dan tindakan yang diakui, sehubungan dengan
suatu jenis kegiatan manusia. Etika menjadi penting apabila terjadi perbedaan tata
nilai tentang baik-buruk, boleh-tidak boleh dan patut-tidak patut.

Secara umum dapat dikatakan bahwa, etika merupakan dasar moral, termasuk
ilmu mengenai kebaikan dan sifat-sifat tentang hak. Atau dengan kata lain, etika

16
berisi tuntunan tentang perilaku, sikap dan tindakan yang diakui, sehubungan dengan
suatu jenis kegiatan manusia. Etika menjadi penting apabila terjadi perbedaan tata
nilai tentang baik-buruk, boleh-tidak boleh dan patut-tidak patut.

17
DAFTAR PUSTAKA
https://shandrakatherine.wordpress.com/2012/09/19/makalah-etika-profesi/

http://muaramasad.blogspot.sg/2013/03/pengertian-etika-profesi-dan.html

http://maribeelajar.blogspot.co.id/2015/04/makalah-etika-profesi.html

https://shandrakatherine.wordpress.com/2012/09/19/makalah-etika-profesi/

https://muhammadsaprudin.blogspot.co.id/2015/03/makalah-etika-profesi-dalam-
bidang.html

18

Anda mungkin juga menyukai