Anda di halaman 1dari 21

PERANCANGAN HIDROPONIK UNTUK KALANGAN

MENENGAH ATAS

Program Studi Desain Produk


Fakultas Industri Kreatif

Aldhi Pratama 1602144061


Laras Chaisaffa 1602144004
M. Iqbal Kholilulloh 1602144057
Yovinca Zulfa Nabilla 1602144027

Program Studi Sarjana Desain Produk


Fakultas Industri Kreatif
Universitas Telkom
Bandung
2017
PERANCANGAN HIDROPONIK UNTUK KALANGAN MENENGAH ATAS

Aldhi Pratama1, Laras Chaisaffa2, M Iqbal Kholilulloh3, Yovinca Zulfa Nabilla4

Prodi S1 Desain Produk, Fakultas Industri Kreatif, Telkom University, Jl.


Telekomunikasi No. 01 Terusan Buah Batu, Bandung, Jawa Barat 40257
alvaro.adiputra@gmail.com1, laraschaisaffa15@gmail.com2,
iqbalkholil@gmail.com3, yovincanabilla@gmail.com4

Abstrak

Hidroponik merupakan teknik menanam tanpa perlu menggunakan tanah, hal ini
sangat dibutuhkan bagi masyarakat di perkotaan khususnya yang mempunyai lahan
terbatas. Beberapa pengguna hidroponik yang mayoritas adalah Ibu Rumah Tangga
mengeluhkan tampilan visual dari wadah hidroponik tersebut karena hanya
menggunakan material yang sangat sederhana tanpa mementingkan estetikanya.
Material yang digunakan kebanyakan terbuat dari botol plastik bekas, paralon atau
besi alumunium. Penelitian yang dimaksudkan untuk mendapatkan dan mengetahui
material baru untuk wadah hidroponik dan menambahkan fitur-fitur tanpa
mengurangi fungsinya. Melihat pangsa pasar yang menggunakan hidroponik adalah
kalangan kelas menengah kota, maka penulis akan mengembangkan desain dan
material yang sudah ada menjadi meningkatkan nilai estetika dan fungsional pada
produk. Pengembangan nilai-nilai tersebut akan dilakukan dengan cara observasi dan
wawancara secara langsung untuk memaksimalkan hasil akhir dari produk tersebut.

Abstract
Hydroponic is a planting technique without soil needed, this technique is needed
for people in urban areas in particular that have a limited planting spot. The majority
of the hydroponics user are housewives, complained about the visual appearance of
the hydroponics containers as it only uses a very simple material without an aesthetic
importance. Most of the material used is made of plastic bottle, pvc, alumunium or
iron. Research intended to obtain and find out new material for hydroponics
containers and add features without compromising its function. When seeing a market
share using hydroponics is among the urban middle class, the author will develop
improve the aesthetic and functional value to products. The development of these
values will be done by means of direct observation and interviews to maximize the
outcome of the product.
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, banyak orang menempati perumahan di perkotaan dengan lahan yang
cukup terbatas, yang artinya kegiatan mereka dirumah pun ikut terbatas. Misalnya
kegiatan bercocok tanam tidak bisa mereka lakukan dengan lahan yang sempit.
Hidroponik muncul sebagai jawaban atas keterbatasan lahan pertanian. Dengan
sistem ini, memungkinkan sayuran ditanam di daerah yang tanahnya kurang subur
atau daerah yang memiliki lahan sempit padat penduduknya. Menanam dengan cara
hidroponik juga dapat meningkatkan minat untuk bercocok tanam, melihat sekarang
ini banyak orang-orang meninggalkan bercocok tanam dirumahnya.
Bertanam dengan cara hidroponik belakangan menjadi tren di kalangan kelas
menengah kota. Litbang Kompas memberi gambaran bahwa bercocok tanam mulai
menjadi aktivitas rutin bagi 7 dari 10 warga kota yang di survey. Bahkan, 2 dari 5
responden bercocok tanam setidaknya seminggu sekali. Kegiatan bercocok tanam
rupanya lebih menjadi pilihan responden perempuan.
Selain hidroponik bisa menjadi pilihan kegiatan yang baru namun sekaligus
mengasyikan, menanam dengan cara hidroponik juga dapat dijadikan sebagai estetika
dekorasi rumah. Tanaman dapat menambah daya tarik interior maupun eksterior
rumah. Tetaplah kreatif memilih jenis tanaman sehingga mampu meningkatkan nilai
estetis dari rumah. Lalu, tanaman juga dapat menetralisir racun dan polutan di era
yang modern ini. Dengan menambahkan tanaman di rumah akan membantu
mengurangi gas berbahaya menyebar keseluruh ruangan rumah.
Banyaknya wadah atau tempat hidroponik yang ada di luaran kebanyakan
merupakan hasil dari DIY (Do It Yourself) yang artinya dibuat sendiri, adapun yang
dijual bebas namun terbilang cukup jarang. Material yang digunakan kebanyakan
terbuat dari botol plastik bekas, paralon atau besi alumunium. Melihat pangsa pasar
yang menggunakan hidroponik adalah kalangan kelas menengah kota, maka penulis
akan mengembangkan desain dan material yang sudah ada menjadi meningkatkan
nilai estetika dan fungsional pada produk. Pengembangan nilai-nilai tersebut akan
dilakukan dengan cara observasi untuk memaksimalkan hasil akhir dari produk
tersebut.
Dengan menambahkan nilai estetika dan menambahkan fitur-fitur lain tambahan di
wadah hidroponik, penulis akan mengangkat konsep tropical dan minimalis yang
tidak akan mengurangi fungsi dari sistem hidroponik, dengan seperti itu diharapkan
setiap individu akan tertarik untuk memiliki produk tersebut dan meningkatkan minat
untuk bercocok tanam.

1.2 Tujuan
Tujuan dari jurnal ini adalah:

1.2.1 Untuk menumbuhkan kembali minat bercocok tanam kepada masyarakat


perkotaan
1.2.2 Memberi material baru pada wadah hidroponik
1.2.3 Menarik perhatian konsumen kepada produk hidroponik
1.2.4 Membuat inovasi baru pada wadah hidroponik

1.3 Identifikasi Masalah


Maka dapat diidentifikasikan masalah jurnal ini adalah:

1.3.1 Pengembangan material baru pada wadah hidroponik


1.3.2 Inovasi baru pada wadah hidroponik

1.4 Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode
observasi, dengan mengikuti desain yang berkembang dimasyarakat sekarang,
terutama pada lingkungan seorang designer. Perancangan juga menitik beratkan pada
sisi estetika untuk menarik perhatian agar dapat meningkatkan kembali minat orang-
orang untuk bercocok tanam. Aspek estetika juga tetap diiringi dengan sisi
fungsional, dimana seluruh rancangan ditetapkan agar dapat berguna dan bermanfaat
secara keselurahan
II. LANDASAN TEORI

2.1 Definisi Hidroponik

Pada tahun 1936 istilah hidroponik lahir. Istilah ini diberikan untuk hasil dari
DR. WF. Gericke, seorang agronomis dari Universitas California, USA, berupa
tanaman tomat setinggi 3 meter yang penuh buah dan ditanam dalam bak yang
berisi mineral hasil ujicobanya. Sejak itu, hidroponik yang tersusun dari kata
hydros (air) dan ponics (bercocok tanam), digunakan untuk menyebutkan segala
aktivitas bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat tumbuhnya.
Jadi hidroponik atau istilah asingnya Hydroponics, adalah istilah yang
digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tananm tanpa
menggunakan tanah sebagai tempat menanam tanaman. Istilah ini di kalangan
umum lebih populer dengan sebutan berkebun tanpa tanah, termasuk dalam hal
ini tanaman dalam pot atau wadah lain yang menggunakan air atau bahan porous
lainnya seperti kerikil, pecahan genteng, pasir kali, gabus putih dan lain-lain.
Menurut Nicholls (1986), semua ini dimungkinkan dengan adanya hubungan
yang baik antara tanaman dengan tempat pertumbuhannya. Elemen dasar yang
dibutuhkan tanaman sebenarnya bukanlah tanah, tapi cadangan makanan serta air
yang terkandung dalam tanah yang terserap akar dan juga dukungan yang
diberikan tanah dan pertumbuhan.
Dalam perkembangannya sejak mulai populer 40 tahun yang lalu, hidroponik
telah banyak mengalami perubahan-perubahan. Media tanam yang digunakan pun
banyak yang dibuat secara khusus, demikian juga dengan wadah yang digunakan.
Seperti pot misalnya, ada yang sengaja menciptakan pot khusus lengkap dengan
alat perunjuk kebutuhan air, dan sebagainaya. Media tanam yang digunakan pun
ada pula yang sengaja dibuat khusus seperti kerikil sintetis (perlit). Jadi bukan
kerikil sebagaimana kita kenal, tetapi kerikil yang dibuat sedemikian rupa
sehingga menyerupai kerikil dengan sifat yang sama.
2.2 Etimologi

Dalam bahasa inggris hidroponik (hydroponic) yang berasal dari kata Yunani
yakni hydro yang mempunyai arti air dan ponos yang artinya daya. Hidroponik
juga dikenal dengan soilless culture atau dengan arti budidaya tanpa tanah. Jadi
hidroponik berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air dengan tidak
memakai tanah untuk media tanamnya.
III. PEMBAHASAN

3.1 Analisa Perancangan

Hidroponik yang penulis rancang adalah hidroponik yang memiliki fungsi lain
sebagai lighting atau lampu. Hidroponik ini menggunakan konsep tropical dan
minimalis yang menggunakan bahan utama yaitu kayu MDF yang dilapisi bahan
HPL (High Pressure Laminated) dengan motif kayu juga agar terlihat lebih
natural. Dan menggunakan material akrilik pada bagian air dan pot agar mudah
dibersihkan.

3.2 Aspek Operasional

Pada bagian bawah badan hidroponik ini mekanisme yang digunakan adalah
sistem joint pada kayu dan bisa di bongkar pasang/portable, jadi apabila para Ibu
Rumah Tangga ingin memindahkan atau menyimpan pot hidroponik jadi lebih
mudah dan efisien.

3.3 Aspek Material


1. Kayu MDF (Medium Density Fireboard)

Gambar 3.3.1 Kayu MDF

Medium Density Fireboard (MDF) adalah material kayu olahan yang dibuat
dari kumpulan kayu dengan diameter kecil. Kumpulan kayu berdiameter kecil
tersebut kemudian dicuci lalu direbus pada suhu tertentu sehingga membentuk
bubur kertas. Berikutnya bubur kertas tersebut diberi lem dan wax. Campuran
antara bubur kertas, lem, dan wax tersebut kemudian diberikan tekanan dan
panas untuk menghasilkan benda yang lebih solid dengan ketebalan tertentu.
Umumnya, MDF akan dipotong mengikuti standar internasional yakni 1220 x
2440 mm.

2. HPL (High Pressure Laminated)

Gambar 3.3.2 HPL


High Pressure Laminate (HPL) yaitu laminasi dengan tekanan tinggi yang
merupakan salah satu bahan finishing umum digunakan dalam produk mebel dan
permukaan interior. Ini bekerja lebih baik sebagai penutup permukaan untuk
cabintets, meja, kitchen set, dekorasi interior, dll meningkatnya biaya dan
kekurangan pasokan bahan kayu yang nyata, seiring dengan meningkatnya
permintaan dari bahan yang ramah lingkungan telah membuat HPL sebagai salah
satu yang paling populer finshing bahan untuk produk furniture dan dekorasi
interior.

3. Akrilik

Gambar 3.3.3 Akrilik


Acrylic atau Akrilik adalah semacam plastik yang menyerupai kaca, namun
memiliki sifat yang membuatnya lebih unggul daripada kaca, akrilik itu lembaran
plastik yang sangat keras. Warnanya yang tak cepat pudar dan bobotnya yang
ringan menjadi keunggulan akrilik hingga menjadi bahan baku barang
kerajinan. Akrilik digunakan untuk membuat berbagai produk. Akrilik lebih kuat
dari kaca, sehingga lebih tahan dan tidak pecah sehingga lebih lebih aman.
Sebuah properti atau kerjainan yang unik dari akrilik adalah kemampuan untuk
dibentuk dan juga tidak ada lapisan atau serat dalam struktur akrilik.
Akrilik :
1. Bentuk bervariasi
2. Kuat, lentur, dan tahan lama
3. Kejernihan mendekati kejernihan air
4. Lebih ringan setengah berat kaca
5. Proses pembuatan lebih lama
6. Harga lebih tinggi

3.4 BMC (Business Model Canvas)


Bisnis Model Canvas adalah model bisnis yg terdiri dari 9 blok area aktivitas
bisnis, yang memiliki tujuan memetakan strategi untuk membangun bisnis yang kuat,
bisa memenangkan persaingan dan sukses dalam jangka panjang.
Bisnis Model Canvas ini memiliki ciri khas dengan 9 blok model yang jika
disatukan akan menjadi satu kesatuan bisnis:
1. Customers Segment
2. Value Proposition
3. Customer Relationship
4. Channel
5. Revenue Stream
6. Key Resource
7. Key Activities
8. Key Partnership
9. Cost Structure
Jika dihubungkan dengan perancangan produk hidroponik, didapatkan BMC
sebagai berikut :

The Business Model Canvas


Key Key Activities Value Customer Customer
Partners Production : Proposition Relationships Segments
Strategic Mendesain “Alat Transactional : Prioritas 1
Alliance : model peralatan Hidroponik Beli putus saat Ibu Rumah
- Pengrajin hidroponik serta yang itu juga. Tangga
kayu dan memproduksiny memiliki Prioritas II
akrilik/kaca a untuk ibu-ibu visual lebih Kalangan
- kalangan bagus dan Menengah
Pengemban menengah atas menarik yang Atas
g Tanaman yang suka menggunaka Prioritas III
Hidroponik bercocok tanam n sistem Toko
Supplier Key Resources manual, Channels Peralatan
Relationship Human : dapat Indirect : Hidroponi
: Ahli Hidroponik dibongkar Menitipkan k
- Menitipkan Desainer Alat pasang, dan produk kami di
produk di Hidroponik dapat toko Online dan
toko Online Pengrajin Kayu menjadi Offline
dan Offline Financial : sebuah Awareness:
Modal awal x aksesoris menggunakan
juta untuk proses rumah" social media
produksi alat dan internet
hidroponik untuk
mempopulerka
n produk kami
Cost Structure Revenue Streams
Cost-driven: Biaya material Asset Sale: penjualan produk
Hidroponik Kit
Variable cost: biaya-biaya produksi dan
ongkos pengrajin
Source: www.businessmodelgeneration.com
3.5 T.O.R (Term of Refference)

1. Kebutuhan Desain
 Dibutuhkan material yang ringan dan mudah untuk digunakan
 Material yang digunakan tidak memberikan efek buruk terhadap
pertumbuhan tanaman

2. Pertimbangan Desain
 Material yang digunakan adalah material ramah lingkungan,
karena menggunakan kayu
 Bentuk joint pada kayu portable (bongkar pasang) sehingga
memudahkan pada saat penyimpanan
 Produk yang dibuat dapat dijadikan sebagai lighting / lampu atau
aksesoris di dalam ruangan rumah
3. Batasan
 Perancangan produk ditujukan kepada para Ibu Rumah Tangga

3.6 Analisa SWOT

Gambar 3.6.1 Analisa SWOT


3.7 SCAMPER
SCAMPER
S Substitute  Sistem auto ke manual.
 Material yang murah dan mudah di
dapat.
C Combine  Kompartemen tanaman.
 Menggunakan elemen pencahayaan
dan penghijauan.

A Adapt  Mengadaptasi bentuk-bentuk produk


furniture dalam rumah.
M Modify  Menambahkan pencahayaan dalam
produk ini.
 Sistem joint yang bisa di bongkar
pasang.
P Put to other uses  Merubah fungsi utama hidroponik
yang awalnya hanya sebagai media
tanaman menjadi aksesoris dalam
rumah dan pencahayaan
E Eliminate -
R Reverse -
IV. KONSEP PERANCANGAN
4.1 Data Real
Hidroponik yang penulis rancang ditargetkan untuk para Ibu Rumah Tangga
kalangan menengah ke atas yang kegiatan sehari-harinya lebih banyak
menghabiskan waktunya di rumah. Hidroponik ini kami desain dengan
mempertimbangkan beberapa factor antara lain seperti, kebutuhan, keefisienan,
dan estetika desain. Hidroponik ini penulis desain untuk dapat digunakan sebagai
sarana menyalurkan hobi bercocok tanam didalam rumah dan juga sebagai sarana
penerangan di dalam ruangan, karena hidroponik yang kami rancang juga bisa
digunakan sebagai lighting karena terdapat lampu LED di bagian atas pot
hidroponik. Warna yang digunakan pada hidroponik ini adalah warna asli serat
kayu yang menggunakan lapisan HPL (High Pressure Laminated) dan
menggunakan material akrilik pada bagian pot dan tempat air. Desain seperti ini
merupakan hal baru bagi bentuk hidroponik yang sudah ada, maka dengan seperti
itu diharapkan para competitor juga dapat mengembangkan produknya, serta
memberikan inovasi baru.

4.2 Mind Mapping

Gambar 4.2.1 Mind Mapping


4.3 Image Board

Gambar 3.4.1 Image Board

4.4 Pertimbangan Desain Akhir

Gambar 4.4.1 Desain Akhir


4.5 Gambar Digital dan Gambar Tampak

Gambar 4.5.1 Isometri

Gambar 4.5.2 Depan

Gambar 4.5.3 Kanan dan Kiri


Gambar 4.5.4 Atas
4.6 Gambar Teknik

Gambar 4.6.1 Gambar Teknik Tempat Air


Gambar 4.6.2 Gambar Teknik Pot

Gambar 4.6.3 Gambar Teknik Lampu

Gambar 4.6.4 Gambar Teknik Alas Hidroponik


4.7 Visualisasi Karya

Gambar 4.7.1 Visualisasi Karya


V. KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis data yang ada dalam pembahasan sebelumnya,


dapat dirumuskan simpulan bahwa hidroponik memiliki peran yang penting
dalam membantu memecahkan persoalan, terutama memecahkan masalah
kurangnya lahan untuk bercocok tanam. Peran penting desain dalam
memecahkan persoalan hidroponik tersimpan pada tempat hidroponik itu
sendiri, idealnya tempat hidroponik di kembangkan lagi minimal dalam hal
visual agar semakin banyak orang yang menyukai bercocok tanam dalam
hidroponik. Karena dengan visual yang baik dan bagus akan menimbulkan rasa
keinginan untuk memilikinya dan merawatnya sehingga hidroponik bisa juga
sebagai alat atau benda penghias ruangan yang perannya sangat bermanfaat.
Selain membutuhkan visual yang baik dan bagus, hidroponik juga bisa
dikatakan memiliki investasi diawal yang lebih mahal di bandingkan dengan
tanaman yang ada di rumah lainnya. Selain itu hidroponik juga memerlukan
perawatan yang berbeda karena memerlukan keterampilan untuk menimbang dan
meramu bahan kimia atau pupuk hidroponik.
DAFTAR PUSTAKA

Istiqomah, S. 2006. Menanam Hidroponik. Azka Press: Jakarta

Krismawati, A. 2012. Teknologi Hidroponik Dalam Pemanfaatan Lahan


Pekarangan.BPTP: Malang.

Lingga, P. 2004. Bercocok Tanam Tanpa Tanah.Penebar Swadaya: Jakarta

Musyarofah. 2010. Pembudidayaan Tanaman Secara Hidroponik Guna


Pemanfaatan Lahan Sempit.

Anda mungkin juga menyukai