MENENGAH ATAS
Abstrak
Hidroponik merupakan teknik menanam tanpa perlu menggunakan tanah, hal ini
sangat dibutuhkan bagi masyarakat di perkotaan khususnya yang mempunyai lahan
terbatas. Beberapa pengguna hidroponik yang mayoritas adalah Ibu Rumah Tangga
mengeluhkan tampilan visual dari wadah hidroponik tersebut karena hanya
menggunakan material yang sangat sederhana tanpa mementingkan estetikanya.
Material yang digunakan kebanyakan terbuat dari botol plastik bekas, paralon atau
besi alumunium. Penelitian yang dimaksudkan untuk mendapatkan dan mengetahui
material baru untuk wadah hidroponik dan menambahkan fitur-fitur tanpa
mengurangi fungsinya. Melihat pangsa pasar yang menggunakan hidroponik adalah
kalangan kelas menengah kota, maka penulis akan mengembangkan desain dan
material yang sudah ada menjadi meningkatkan nilai estetika dan fungsional pada
produk. Pengembangan nilai-nilai tersebut akan dilakukan dengan cara observasi dan
wawancara secara langsung untuk memaksimalkan hasil akhir dari produk tersebut.
Abstract
Hydroponic is a planting technique without soil needed, this technique is needed
for people in urban areas in particular that have a limited planting spot. The majority
of the hydroponics user are housewives, complained about the visual appearance of
the hydroponics containers as it only uses a very simple material without an aesthetic
importance. Most of the material used is made of plastic bottle, pvc, alumunium or
iron. Research intended to obtain and find out new material for hydroponics
containers and add features without compromising its function. When seeing a market
share using hydroponics is among the urban middle class, the author will develop
improve the aesthetic and functional value to products. The development of these
values will be done by means of direct observation and interviews to maximize the
outcome of the product.
I. PENDAHULUAN
Saat ini, banyak orang menempati perumahan di perkotaan dengan lahan yang
cukup terbatas, yang artinya kegiatan mereka dirumah pun ikut terbatas. Misalnya
kegiatan bercocok tanam tidak bisa mereka lakukan dengan lahan yang sempit.
Hidroponik muncul sebagai jawaban atas keterbatasan lahan pertanian. Dengan
sistem ini, memungkinkan sayuran ditanam di daerah yang tanahnya kurang subur
atau daerah yang memiliki lahan sempit padat penduduknya. Menanam dengan cara
hidroponik juga dapat meningkatkan minat untuk bercocok tanam, melihat sekarang
ini banyak orang-orang meninggalkan bercocok tanam dirumahnya.
Bertanam dengan cara hidroponik belakangan menjadi tren di kalangan kelas
menengah kota. Litbang Kompas memberi gambaran bahwa bercocok tanam mulai
menjadi aktivitas rutin bagi 7 dari 10 warga kota yang di survey. Bahkan, 2 dari 5
responden bercocok tanam setidaknya seminggu sekali. Kegiatan bercocok tanam
rupanya lebih menjadi pilihan responden perempuan.
Selain hidroponik bisa menjadi pilihan kegiatan yang baru namun sekaligus
mengasyikan, menanam dengan cara hidroponik juga dapat dijadikan sebagai estetika
dekorasi rumah. Tanaman dapat menambah daya tarik interior maupun eksterior
rumah. Tetaplah kreatif memilih jenis tanaman sehingga mampu meningkatkan nilai
estetis dari rumah. Lalu, tanaman juga dapat menetralisir racun dan polutan di era
yang modern ini. Dengan menambahkan tanaman di rumah akan membantu
mengurangi gas berbahaya menyebar keseluruh ruangan rumah.
Banyaknya wadah atau tempat hidroponik yang ada di luaran kebanyakan
merupakan hasil dari DIY (Do It Yourself) yang artinya dibuat sendiri, adapun yang
dijual bebas namun terbilang cukup jarang. Material yang digunakan kebanyakan
terbuat dari botol plastik bekas, paralon atau besi alumunium. Melihat pangsa pasar
yang menggunakan hidroponik adalah kalangan kelas menengah kota, maka penulis
akan mengembangkan desain dan material yang sudah ada menjadi meningkatkan
nilai estetika dan fungsional pada produk. Pengembangan nilai-nilai tersebut akan
dilakukan dengan cara observasi untuk memaksimalkan hasil akhir dari produk
tersebut.
Dengan menambahkan nilai estetika dan menambahkan fitur-fitur lain tambahan di
wadah hidroponik, penulis akan mengangkat konsep tropical dan minimalis yang
tidak akan mengurangi fungsi dari sistem hidroponik, dengan seperti itu diharapkan
setiap individu akan tertarik untuk memiliki produk tersebut dan meningkatkan minat
untuk bercocok tanam.
1.2 Tujuan
Tujuan dari jurnal ini adalah:
Pada tahun 1936 istilah hidroponik lahir. Istilah ini diberikan untuk hasil dari
DR. WF. Gericke, seorang agronomis dari Universitas California, USA, berupa
tanaman tomat setinggi 3 meter yang penuh buah dan ditanam dalam bak yang
berisi mineral hasil ujicobanya. Sejak itu, hidroponik yang tersusun dari kata
hydros (air) dan ponics (bercocok tanam), digunakan untuk menyebutkan segala
aktivitas bercocok tanam tanpa menggunakan tanah sebagai tempat tumbuhnya.
Jadi hidroponik atau istilah asingnya Hydroponics, adalah istilah yang
digunakan untuk menjelaskan beberapa cara bercocok tananm tanpa
menggunakan tanah sebagai tempat menanam tanaman. Istilah ini di kalangan
umum lebih populer dengan sebutan berkebun tanpa tanah, termasuk dalam hal
ini tanaman dalam pot atau wadah lain yang menggunakan air atau bahan porous
lainnya seperti kerikil, pecahan genteng, pasir kali, gabus putih dan lain-lain.
Menurut Nicholls (1986), semua ini dimungkinkan dengan adanya hubungan
yang baik antara tanaman dengan tempat pertumbuhannya. Elemen dasar yang
dibutuhkan tanaman sebenarnya bukanlah tanah, tapi cadangan makanan serta air
yang terkandung dalam tanah yang terserap akar dan juga dukungan yang
diberikan tanah dan pertumbuhan.
Dalam perkembangannya sejak mulai populer 40 tahun yang lalu, hidroponik
telah banyak mengalami perubahan-perubahan. Media tanam yang digunakan pun
banyak yang dibuat secara khusus, demikian juga dengan wadah yang digunakan.
Seperti pot misalnya, ada yang sengaja menciptakan pot khusus lengkap dengan
alat perunjuk kebutuhan air, dan sebagainaya. Media tanam yang digunakan pun
ada pula yang sengaja dibuat khusus seperti kerikil sintetis (perlit). Jadi bukan
kerikil sebagaimana kita kenal, tetapi kerikil yang dibuat sedemikian rupa
sehingga menyerupai kerikil dengan sifat yang sama.
2.2 Etimologi
Dalam bahasa inggris hidroponik (hydroponic) yang berasal dari kata Yunani
yakni hydro yang mempunyai arti air dan ponos yang artinya daya. Hidroponik
juga dikenal dengan soilless culture atau dengan arti budidaya tanpa tanah. Jadi
hidroponik berarti budidaya tanaman yang memanfaatkan air dengan tidak
memakai tanah untuk media tanamnya.
III. PEMBAHASAN
Hidroponik yang penulis rancang adalah hidroponik yang memiliki fungsi lain
sebagai lighting atau lampu. Hidroponik ini menggunakan konsep tropical dan
minimalis yang menggunakan bahan utama yaitu kayu MDF yang dilapisi bahan
HPL (High Pressure Laminated) dengan motif kayu juga agar terlihat lebih
natural. Dan menggunakan material akrilik pada bagian air dan pot agar mudah
dibersihkan.
Pada bagian bawah badan hidroponik ini mekanisme yang digunakan adalah
sistem joint pada kayu dan bisa di bongkar pasang/portable, jadi apabila para Ibu
Rumah Tangga ingin memindahkan atau menyimpan pot hidroponik jadi lebih
mudah dan efisien.
Medium Density Fireboard (MDF) adalah material kayu olahan yang dibuat
dari kumpulan kayu dengan diameter kecil. Kumpulan kayu berdiameter kecil
tersebut kemudian dicuci lalu direbus pada suhu tertentu sehingga membentuk
bubur kertas. Berikutnya bubur kertas tersebut diberi lem dan wax. Campuran
antara bubur kertas, lem, dan wax tersebut kemudian diberikan tekanan dan
panas untuk menghasilkan benda yang lebih solid dengan ketebalan tertentu.
Umumnya, MDF akan dipotong mengikuti standar internasional yakni 1220 x
2440 mm.
3. Akrilik
1. Kebutuhan Desain
Dibutuhkan material yang ringan dan mudah untuk digunakan
Material yang digunakan tidak memberikan efek buruk terhadap
pertumbuhan tanaman
2. Pertimbangan Desain
Material yang digunakan adalah material ramah lingkungan,
karena menggunakan kayu
Bentuk joint pada kayu portable (bongkar pasang) sehingga
memudahkan pada saat penyimpanan
Produk yang dibuat dapat dijadikan sebagai lighting / lampu atau
aksesoris di dalam ruangan rumah
3. Batasan
Perancangan produk ditujukan kepada para Ibu Rumah Tangga