Anda di halaman 1dari 4

JOURNAL READING

RISK FACTORS FOR MYOPIA IN MEDICAL STUDENTS

Disusun Oleh:
Rian Mourbas 1810221024

Pembimbing:
dr. Nur Isnaeni Risna Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
2020
Faktor Risiko Miopia pada Mahasiswa Kedokteran
N. S. Wakode1 , S. L. Wakode2*, D. D. Ksheersagar3

INTRODUCTION: Pada saat ini di India, dengan meningkatnya tingkat


pendidikan dan standar kehidupan, prevalensi dan tingkat keparahan pada miopia
nampaknya menjadi tren. Tingginya insiden dan tingkat progresi pada miopia
dilaporkan pada orang yang menghabiskan waktu lama dengan kegiatan kerja
dekat. Disamping beberapa faktor lain, kemungkinan faktor genetik dan kejadian
miopia juga ditentukan.
METHODE: Penelitian ini dilakukan pada 222 mahasiswa MBBS dari NKP Salve
Medical Collage dan Fakultas Kedokteran Pemerintahan Nagpur. Mahasiswa
menyelesaikan kuesioner yang meliputi umur, jenis kelamin, usia penampilan pada
kelainan refraksi, riwayat orangtua, waktu membaca, lama penggunaan komputer,
menonton tv, bermain videogame, prestasi tambahan pada bidang lain dan
olahraga. Data dianalisis dengan SPSS frekuensi, persentase, mean, dan standar
deviasi. Chi-square tes dilakukan bila dapat dilakukan, nilai P<0.05 dianggap
signifikan secara statistik.
RESULT: Pada komponen genetik, 81 (66.39%) mahasiswa dengan miopia
menunjukkan riwayat keluarga yang positif, sedangkan sebanyak 41 (33.6%)
mahasiswa dengan miopia tidak memiliki riwayat keluarga yang positif. Secara
statistik hal tersebut menunjukkan hubungan yang signifikan (P=0.001). Rata-rata
waktu membaca pada mahasiswa dengan miopia adalah sekitar 25 jam/minggu dan
10 jam/minggu untuk mahasiswa emetropia. Hal tersebut secara statistik signifikan
(P=0.001). Hubungan signifikan yang kuat juga ditemukan pada mahasiswa miopia
yang memiliki prestasi pada bidang karir lain diluar pembelajaran biasa
dibandingkan dengan mahasiswa emetropia (P=0.001). Total waktu bekerja dengan
komputer, menonton tv, bermain videogame secara statistik signifikan pada miopia.
ANALYSIS: Hasil penelitian ini konsisten dengan yang lain menunjukkan bahwa
prevalensi miopia meningkat di antara kelompok yang terpapar dengan tuntutan
pendidikan tinggi selama masa pendidikan mereka dan jenis pekerjaan dekat seperti
membaca mempengaruhi perkembangan miopia. Selama pekerjaan Dekat bola
mata berada dalam akomodasi. Akomodasi meningkatkan tekanan intraokular yang

1
mengarah ke miopia melalui pemanjangan bola mata. Hal itu dapat dihipotesiskan
bahwa membaca literatur ilmiah itu lebih intensif & menyiratkan periode fokus
dekat lebih lama daripada ketika melakukan tugas perhitungan & membaca
majalah, koran, & literatur fiksi. Prevalensi & keparahan miopia terus berkembang
dengan tingkat pendidikan & umur. Kebanyakan mahasiswa kedokteran mendapati
diri mereka di bawah stres besar saat mereka melalui lingkungan sangat kompetitif,
pengeluaran rata-rata lebih dari 25 jam / minggu untuk membaca & belajar. Lama
kerja dekat yang sedemikian lama mungkin berkontribusi terhadap prevalensi yang
signifikan miopia di antara mahasiswa kedokteran tahun pertama Nagpur. Dalam
penelitian kami sekitar 49,18% siswa dengan miopia mengalami kelainan refraksi
mereka setelah masuk mereka di perguruan tinggi kedokteran. Jadi perguruan tinggi
kedokteran mempengaruhi faktor aktivitas kerja dekat & itu dapat menyebabkan
perkembangan miopia pada siswa dengan miopia
DISCUSSION: Miopia adalah kelainan refraksi yang terjadi terutama pada
mahasiswa kedokteran tahun pertama. Mayoritas mahasiswa dengan miopia
mendapat nilai tertinggi yang sama, prestasi dalam karier selain studi silabus.
Prevalensi miopia menunjukkan hubungan dengan komputer, videogame dan tv.
Mayoritas orangtua mahasiswa kedokteran dengan miopia, juga ditemukan miopia.

2
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai