BAB I. PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Air atau media pemeliharaan merupakan faktor utama untuk kehidupan ikan.
Dalam budidaya perikanan, pengetahuan tentang persyaratan lingkungan hidup
ikan merupakan faktor utama yang harus diketahui. Air harus dapat menjadi
lingkungan hidup yang baik bagi ikan, untuk itu diperlukan standart kualitas dan
kuantitas yang sesuai dengan syarat hidup kultivan yang akan dibudidaya.
Syarat hidup untuk pertumbuhan ikan dalam perairan budidaya yang perlu
diperhatikan adalah meliputi aspek fisika, kimia dan biologi perairan serta
pengelolaannya.
Modul sisdiklat ini dibuat sebagai upaya untuk memberikan informasi tentang
pengelolaan kualitas dan kuantitas air untuk kegiatan budidaya ikan air tawar.
B. Sub Kompetensi
Ruang lingkup sub kompetensi mengelola kualitas dan kuantitas air meliputi :
1. Menyiapkan Peralatan dan Bahan
2. Mengatur Debit dan Volume Air
3. Mengelola Parameter Fisika dan Kimia Air
4. Mengelola Parameter Biologi
5. Membuat Laporan Hasil
Persiapan peralatan dan bahan yang digunakan dalam pengelolaan kualitas dan
kuantitas air merupakan hal yang penting untuk diketahui karena tanpa adanya
peralatan dan bahan untuk pengelolaan kita tidak dapat berbuat secara
maksimal, maka perlu adanya pengidentifikasian dan penyiapan alat
berdasarkan parameter-parameter yang akan diukur.
Persiapan peralatan dan bahan pada pengukuran kualitas dan kuantitas air
bertujuan untuk mempermudah pekerjaan pengukuran kualitas dan kuantitas air
sehingga pengukuran dapat dilakukan secara tepat dan teliti serta
mengantisipasi kerusakan atau kekurangan alat maupun bahan yang akan
digunakan. Parameter-parameter yang akan diukur dan berpengaruh terhadap
kehidupan ikan antara lain ; (1) Parameter fisika air adalah suhu air, total
suspended solid, warna air, dan salinitas. (2) Parameter kimia air antara lain
oksigen terlarut, karbon dioksida bebas, pH air, alkalinitas, kadar amonia dan
kadar H2S, dan (3) Parameter biologi antara lain lumut dan hewan kompetitor.
Sedangkan kegiatan pengelolaan kualitas dan kuantitas air meliputi penggantian
air, menyifon kotoran, mengatur suhu, mengatur cahaya, dan mengatur aerasi
udara.
Jenis peralatan dan bahan yang diperlukan untuk pengelolaan kualitas dan
kuantitas air hendaknya diidentifikasi terlebih dahulu berdasarkan fungsi dan
cara kerjanya untuk mempermudah pelaksanaan pengukuran dan pengelolaan
kualitas dan kuantitas air. Untuk menentukan jenis peralatan dan bahan yang
digunakan pada pengukuran dan pengelolaan maka harus diketahui terlebih
dahulu parameter-parameter kualitas dan kuantitas air yang akan diukur dan
dikelola. Peralatan dan bahan yang perlu digunakan dalam pengukuran dan
pengelolaan kualitas dan kuantitas air untuk kegiatan budidaya dapat dilihat pada
Tabel 1.
Berikut di bawah ini peralatan dan bahan yang digunakan dalam sanitasi
peralatan dan wadah pemeliharaan larva yang terbuat dari bahan dasar kaca
dan plastik :
- sabun cuci/ detergen/ kaporit
- garam/ methylen blue/ kalium permanganat
- spons/ sikat
- air bersih
- kain lap
- tissue
Gambar 1. Termometer
b. kekeruhan Secchi disk, kertas saring milipore 0,45 mm,
vacum pump, oven, dessikator, timbangan
digital, gelas ukur, pengaduk.
Gambar 3. Refraktometer
3. Parameter kimia air
a. Oksigen terlarut (DO) DO meter, botol BOD, gelas ukur, erlemeyer,
pipet, spuit suntik/alat titrasi, larutan sulfamic
acid, MnSO4, NaOH + KI, H2SO4 pekat, Na-
thiosulfat, amylum. (DO tes kit)
Gambar 4. DO meter
b. CO2 Botol BOD, gelas ukur, erlemeyer, pipet, spuit
suntik/alat titrasi, larutan pp, Na2CO3, NaOH
Gambar 6. pH paper
d. alkalinitas Botol sampel/BOD, pipet, erlemeyer, gelas
ukur, spuit suntik/alat titrasi, larutan indikator
pp, HCl/H2SO4, indikator BCG+MR
e. kadar amonia Kertas saring whatman no.42, pipet, gelas
piala, magnetic stirer, gelas ukur, beaker glass,
larutan MnSO4, chlorox, phenate, akuades,
larutan standart amonia, spektrofotometer.
(amonia tes kit)
Gambar 8. Planktonet
b. perhitungan perifiton Papan kayu, gelas ukur, pengeruk, mikroskop,
haemositometer
C. Tugas-tugas
D. Tes Formatif
1. Apa tujuan dari persiapan alat dan bahan untuk pengukuran parameter-
parameter kualitas dan kuantitas dan kuantitas air ?
2. Sebutkan alat dan bahan yang digunakan untuk mengukur parameter-
parameter kualitas dan kuantitas dan kuantitas air ?
3. Apa yang dimaksud dengan sanitasi dan bahan apa saja yang bisa dipakai
sebagai bahan sanitasi ?
4. Bagaimana cara mengukur parameter fisika yaitu keceharan ?
Pengelolaan air bertujuan untuk menyediakan lingkungan yang optimal bagi ikan
untuk hidup, berkembang dan tumbuh sehingga diperoleh kelangsungan hidup
dan pertumbuhan yang maksimum. Secara garis besar, pengelolaan air berarti
memisahkan/mengeluarkan bahan-bahan yang mengganggu kesehatan ikan dan
memasukkan bahan yang bermanfaat. Pengeluaran bahan yang berbahaya
dapat menggunakan teknik pemisahan atau penyaringan sehingga menghasilkan
air yang sesuai dengan kualitas yang diinginkan.
Oleh karena itu, pada awal pemilihan lokasi budidaya, salah satu persyaratan
yang harus dipenuhi adalah tersedianya sumber air yang memenuhi kriteria :
a. Debit air (irigasi) antara 5 - 30 liter/detik
b. Memiliki saluran/pintu pemasukan air yang mampu mensuplai air
minimum 5% dari kebutuhan harian dan saluran pengeluaran yang
mampu mengeluarkan air minimum 10% dari volume kolam per jam.
c. Memenuhi persyaratan kualitas dan kuantitas air pembenihan
d. Kekeruhan maksimal 200 NTU
e. Luas kolam penampungan air (hujan) 5% - 10% dari luas kolam yang
akan diairi (untuk tanah kedap air)
Debit dan volume air merupakan parameter kualitas air yang penting pada
kegiatan budidaya ikan dan perlu dipertimbangkan terlebih dahulu sebelum
memulai usaha budidaya. Debit (discharge) dinyatakan sebagai volume yang
mengalir pada selang waktu tertentu, biasanya dinyatakan dalam satuan
m3/detik. Pengukuran debit air dapat dilakukan dengan alat current meter atau
dengan cara matematis dan pengukuran langsung. Perhitungan debit air
ditentukan dengan persamaan :
D=VxA
Dengan meningkatnya debit air, kadar bahan-bahan alam yang terlarut ke suatu
badan air akibat erosi meningkat secara eksponensial. Namun konsentrasi
bahan-bahan antropogenik yang memasuki badan air tersebut mengalami
penurunan karena terjadi proses pengenceran.
Debit air berfungsi sebagai penyupley air segar dan oksigen pada wadah
budidaya dapat diukur pada saat pergantian air. Perhitungan debit air pada bak,
akuarium dan fiberglass relatif lebih mudah karena ukuran wadah yang relatif
lebih kecil sehingga tidak membutuhkan jumlah air yang banyak. Pada beberapa
wadah pemeliharaan ikan ada yang dirancang dengan menggunakan sistem
resirkulasi untuk penghematan air, sehingga air yang masuk dan keluar dari
dalam wadah pemeliharaan tetap. Pergantian air pada pemeliharaan ikan di bak,
akuarium atau fiberglass tidak dapat dilakukan dengan debit air yang besar
sekaligus, hal ini dikhawatirkan akan menyebabkan stres pada ikan.
Debit air yang masuk ke dalam wadah pemeliharaan ikan ukuran larva
hendaknya menempel pada tepian wadah atau dimasukkan sedikit demi sedikit
untuk menghindari stress pada larva. Pemasukan air ke dalam wadah
pemeliharaan larva dengan menggunakan sistem resirkulasi dapat membantu
menambah kandungan oksigen pada air karena dengan adanya gelembung-
gelembung air dari percikan air yang masuk ke dalam air mampu berdifusi
dengan oksigen di udara.
V=PxLxT
V = 3,14 x R2 x T
Jadwal pengelolaan air pada wadah pemeliharaan benih ikan air tawar kapasitas
10 m3 dapat dilihat pada Tabel 2.
D36- 08.00
140 (30)– 15.00
340 (30)– 9,0 1 kali/hari
D45 15.00 08.00
D0-D1 - - 7,0 -
D2-D7 - - 7,2-7,0 -
(1)
D8-D10 10 - 9,0 -
D11- 20 (2) - 9,0 1 kali
D13
D14- 50 (10) 30 (3) 9,0 1 kali
D18
D19- 70 (15) 60 (5) 9,0 1 kali/hari
D22
D23- 90 (20) 120 (11) 9,0 1 kali/hari
D25
Keterangan :
(1)
Air baru ditambahkan
(2)
Air baru ditambahkan setelah 10 – 20% air dalam wadah dibuang
(3)
Angka dalam kurung di kolom penggantian air menunjukkan besarnya air
yang mengalir atau flow rate (liter/menit)
(sumber : Subyakto dkk. 2003)
Pada keadaan yang sangat buruk dan sulit untuk menanggulanginya, dilakukan
tindakan :
a. Pemindahan ikan ke wadah pemeliharaan lain
b. Pemanenan ikan
C. Tugas-tugas
D. Tes Formatif
Karakter fisika dan kimia air sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan
sebagai media hidupnya. Air dapat melarutkan atau mengandung zat-zat, baik
zat yang dibutuhkan ataupun tidak dibutuhkan. Adapun zat-zat tersebut adalah
gas, mineral, material organik, dan anorganik, serta material biologi.
Parameter fisika dan kimia air sangat perlu untuk dipahami oleh pembudidaya
ikan karena sangat berpengaruh terhadap kehidupan ikan sebagai media utama
ikan untuk hidup, tumbuh dan berkembang. Beberapa parameter fisika dan kimia
air yang berpengaruh langsung terhadap kehidupan ikan antara lain :
1. Parameter fisika air :
c. Suhu
Air mempunyai kapasitas spesifik terhadap panas. Artinya perubahan
suhu dapat ditahan terjadi relatif lambat. Pada lingkungan perairan
fluktuasi berkisar antara 3 – 5 C. Kepadatan air tergantung pada suhu.
Pada suhu rendah, air akan cenderung lebih padat sehingga akan lebih
tenggelam atau di bawah.
Suhu merupakan faktor kontrol proses kimia, fisika dan biologi dalam
perairan, sehingga dengan berubahnya suhu hampir semua proses
dalam perairan berubah. Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air, sehingga
mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen.
Ikan merupakan binatang berdarah dingin (poikiloterm) sehingga
metabolisme dalam tubuh tergantung pada suhu lingkungannya,
Pada suhu yang turun mendadak akan terjadi degenerasi sel darah
merah sehingga proses respirasi terganggu. Selain itu, suhu rendah
dapat menyebabkan ikan tidak aktif, bergerombol, serta tidak mau
berenang dan makan sehingga imunitas terhadap penyekit menurun.
Sedangkan pada suhu yang meningkat tinggi akan menyebabkan ikan
katif bergerak, tidak mau berhenti makan dan metabolisme cepat
meningkat, sehingga kotorannya menjadi lebih banyak yang berpengaruh
terhadap menurunnya kualitas air. Alat pengukuran suhu adalah
termometer raksa atau pun alkohol dengan skala pengukuran derajat
celcius ( C)
d. Kekeruhan
Partikel atau bahan yang terlarut dalam air dapat mengganggu sistem
pernafasan pada ikan karena partikel akan menempel pada permukaan
lembaran insang dan mengurangi penetrasi cahaya ke dalam perairan
sehingga mengurangi kelarutan oksigen di dalam air.
e. Warna air
f. Salinitas
Salinitas biasa disebut juga kadar garam merupakan jumlah total material
terlarut dalam air. Umumnya salinitas dihitung dengan satuan ppt (part
per thousand), yaitu gram material terlarut perliter air. Salinitas
menggambarkan padatan total di dalam air, setelah semua karbonat
dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida digantikan oleh
klorida dan semua bahan organik telah dioksidasi.
Oksigen merupakan salah satu gas yang terlarut dalam perairan. Kadar
oksigen yang terlarut di perairan alami bervariasi, tergantung pada suhu,
salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer. Di perairan tawar, kadar
oksigen terlarut berkisar antara 15 mg/l pada suhu 0°C dan 8 mg/l pada
suhu 25°C.
menjadi lebih kuat dibanding ikatan O2. tanda visual pada ikan budidaya
yang kadar CO2 dalam air tinggi adalah berkumpulnya ikan dengan
kondisi susah bernafas. Perairan yang diperuntukan bagi kepentingan
perikanan sebaiknya mengandung kadar karbondioksida bebas < 5
mg/l. Kadar karbondioksida bebas sebesar 10 mg/l masih dapat ditolerir
oleh organisme akuatik, asal disertai dengan kadar oksigen yang cukup.
c. pH air
d. Alkalinitas
e. Kadar amonia
Kadar amonia terukur yang dapat membuat ikan mati adalah lebih dari
1 ppm dan nitrit lebih dari 0,1 ppm. Bila kadarnya kurang dari kadar
tersebut, tetapi lebih dari setengahnya maka dalam jangka panjang ikan
akan stres, sakit dan pertumbuhannya kurang bagus, namun kondisi
demikian masih tergantung dari jenis, stadia, dan ukuran ikan.
Umumnya ikan dalam stadia telur, larva dan benih lebih sensitif
dibanding ikan remaja dan dewasa.
Aat
BA N
BM : Berat molekul
BA : Berat atom
f. Kadar H2S
Gas H2S adalah gas yang cepat larut dalam air, menyebabkan bau
busuk yang cukup tajam dan sangat beracun bagi ikan. H2S merupakan
hasil penguraian bahan organik, terutama protein dalam keadaan
anaerob (tidak ada atau kurang oksigen).
Pada tekanan dan suhu tertentu, semua gas akan larut dalam air. Suhu
yang tinggi menyebabkan daya larut gas menurun. Sementara tekanan
yang tinggi menyebabkan daya larut gas meningkat. Bila suhu naik tiba-
tiba atau tekanan turun tiba-tiba maka sebagian kandungan gas dalam
air akan keluar sebagai gelembung-gelembung.
Jumlah gas yang larut dalam darah dan cairan tubuh binatang air
umumnya sama atau seimbang dengan jumlah yang ada dalam air di
lingkungannya. Kalau tekanan gas di lingkungannya turun tiba-tiba
maka tekanan gas dalam darah dan cairan tubuh pun akan lebih tinggi
di banding air. Akibatnya tekanan gas dalam darah ikan akan cepat
disesuaikan dengan membentuk gas buble atau gelembung-
gelembung, atau sering dikenal dengan penyakit gas buble/ emboli.
Kadar sulfat pada dasar perairan berlumpur umumya mencapai 0,7
mg/l, sedangkan dalam kolom air biasanya berkisar antara 0,02 – 0,1
mg/l. Kadar sulfida total kurang dari 0,002 mg/l dianggap tidak
membahayakan bagi kehidupan organisme akuatik.
- perhitungan :
Sulfide (mg/l) = 0,4 x 1000 [(ml Io x N) – (ml Thio x N)]
0,025 0,025
ml sampel
Keterangan :
0,4 = 0,4 mg sulfide setara dengan 1 ml I2 0,025 N
Io = iodine yang ditambahkan dalam prosedur 1 (dalam
hal ini = 5 ml)
Air dari alam atau natural water secara fundamental akan berbeda kondisinya
dengan air dari tempat budidaya, terutama sistem tertutup yang menggunakan
akuarium atau bak, berdasarkan sifat kimia maupun biologi. Jumlah ikan
ditempat budidaya umumnya jauh lebih banyak dibanding jumlah air. Akibatnya
material hasil sisa metabolisme (metabolit) yang dikeluarkan ikan (berupa
kotoran dan urin) tidak dapat seimbang mengurai. Artinya waktu penguraian
metabolit secara alami tidak mencukupi karena jumlahnya cukup banyak. Oleh
karena itu, air tidak dapat atau sulit kembali menjadi baik atau cederung
enghasilkan substansi atau bahan metabolit yang berbahaya bagi ikan.
Tingkat penurunan kualitas air dalam pembudidayaan atau kadar material hasil
metabolisme ikan tergantung pada beberapa faktor, antara lain :
a. jumlah dan kepadatan ikan, kalau kepadatan ikan lebih besar dari
patokan maka ikan akan stres. Hal ini disevbablkan keadaan lingkungan
menjadi tidak nyaman ataupun air cepat jelek, kepadatan ikan juga
bergantung pada jenis ikan
b. jenis dan stadia ikan, pengeluaran metabolit per satuan waktu oleh
masing-masing jenis ikan tidak sama. Ikan yang bergerak aktif
penggunaan energi (mengkonsumsi makan) dan menghasilkan metabolit
lebih banyak dibandingkan jenis ikan yang tenang sehingga kualitas
airpun lebih cepat jelek. Stadia ikan remaja atau dewasa memiliki aktifitas
yang lebih banyak dan cenderung mengeluarkan kotoran lebih banyak
bila dibandingkan dengan larva atau benih, demikian juga terhadap
ketahanan tubuhnya terhadap kualitas air lebih baik. Oleh karena itu,
pemantauan atau perawatan kualitas media pada stadia larva dan benih
harus secara khusus. Umumnya penggantian air pada stadia larva dan
benih dilakukan lebih hati-hati dan lebih sering agar kualitas airnya selalu
terjaga.
c. Jumlah dan jenis pakan, pemberian pakan yang terlalu banyak akan
cepat mengotori air, karena sisa pakan yang membusuk akan sangat
membahayakan kehidupan ikan.
d. Air hujan dan musim, penurunan kua;litas air karena faktor hujan
merupakan faktor khusus, umumnya terjadi pada pembudidayaan ikan
diluar ruangan seperti bak atau kolam. Hujan yang terus menerus dapat
berpengaruh pada perubahan suhu yang drastis yang kemudian
berpengaruh terhadap oksigen terlarut pH dan amonia dalam air.
Nilai parameter kualitas air optimal yang dibutuhkan setiap jenis ikan tidak sama,
tergantung asal-usul, genetis dan kemampuan beradaptasi, sehingga terkadang
pada suatu nilai tertentu menjadi jelek bagi beberapa ikan tapi belum tentu jelek
untuk jenis ikan lainnya. Namun, pada tingkat ekstrim semua jenis ikan akan
mendapatkan pengaruh yang hampir sama.
Pengaruh suhu sangat nyata dan umumnya cepat karena berhubungan langsung
dengan metabolisme dalam tubuh ikan. Untuk pH, selain dapat menjadikan ikan
stres, dapat juga mempengaruhi reaksi air media dalam perombakan amonia,
nitrit dan karbondioksida. Daya racun dari substansi tersebut akan makin
meningkat pada kekerasan, pH dan suhu yang lebih tinggi.
Bila penguraian atau oksidasi amonia (NH3) dan amonium (NH4+) tidak
sempurna, akan timbul suatu hasil samping yang sangat beracun. Ini terjadi bila
pasok oksigen untuk menguraikan secara oksidasi kurang atau tidak mencukupi.
Parameter kualitas air sangat kompleks, saling berhubungan dan saling
mempengaruhi vitalitas ikan. Bila salah satu parameter tidak optimal maka hal ini
akan dapat memicu parameter lainnya ke arah negatif sehingga menimbulkan
kesulitan yang lebih berat bagi ikan.
Larva sangat peka terhadap perubahan kualitas air. Kematian total lebih sering
terjadi pada stadia ini, sehingga penanganannya juga harus secara khusus.
Induk yang sedang memijah juga sangat peka terhadap perubahan kualitas air.
Pengelolan kualitas air yaitu usaha untuk menjaga kualitas air agar tetap pada
kondisi optimal untuk pembudidayaan dengan cara pemberian aerasi, sirkulasi
air, penggunaan pemanas air, penggantian air segar dan filtrasi.
bantuan aerasi, head pump atau dengan pengucuran air ke dalam wadah
pemeliharaan.
Pemanas air (water heater) digunakan untuk meningkatkan suhu, hal ini sangat
efektif dilakukan pada saat musim dingin/hujan maupun membantu memperbaiki
vitalitas ikan yang sedang sakit. Penggunaan akan lebih efektif lagi kalau disertai
dengan perputaran atau sirkulasi air karena pada dapat menyebar merata ke
segala arah.
Pergantian air sebagian atau total sangat berperan pada pengelolaan kualitas air
karena mampu menghilangkan kotoran dan mampu memperbaiki kualitas air
secra nyata. Mengganti atau mengurangi air dilakukan dengan cara menyifon
menggunakan selang, kemudian air segar diisi kembali ke dalam wadah
pemeliharaan sebanyak air yang diinginkan. Pergantian air merupakan cara
paling sederhana, pasti, praktis dan aman selama dilakukan dengan hati-hati.
Penyifonan diawali dengan mematikan aerasi terlebih dahulu agar partikel koloid
atau debu mengendap sehingga mempermudah pengambilan oleh selang.
Kegiatan ini sebaiknya dilakukan setiap hari dalam jumlah sedikit atau dengan
interval waktu tertentu. air pengganti hendaknya disiapkan terlebih dahulu
dengan pengendapan selama semalam untuk menyamakan suhu air baru
dengan suhu lingkungan. Pemasukan air ke dalam wadah pemeliharaan secara
perlahan dan hati-hati untuk mengurangi goncangan hingga ikan tidak stres
akibat pergantian air. Pada pemeliharaan benih pergantian air dilakukan setiap 1
– 2 hari dengan jumlah tidak lebih dari sepertiga bagian. Sedangkan pergantian
air pada pemeliharaan larva jangan terlalu sering karena larva rentan terhadap
goncangan kualitas air, interval pergantian airnya bisa lebih jarang (3-7 hari)
dengan jumlah seperlima sampai seperempat bagian) tergantung kondisinya.
Sistem filtrasi bekerja pada dua prinsip. Prinsip pertama adalah filter yang
bekerja dengan membentuk kestabilan ikatan kimia antara material beracun
dengan material filter. Contohnya absorbsi, yaitu amonia diikat oleh karbon aktif
atau zeolit. Sedangkan prinsip kedua adalah filter yang bekerja sebagai pengurai
atau perombak melalui reaksi oksidasi meterial beracun menjadi tidak beracun.
Keuntungan sistem filter adalah dapat menghemat air dan tenaga karena tidak
perlu mengganti air dalam waktu yang lama, sistem ini juga akan membuat
pertumbuhan ikan lebih cepat karena suhu dan pH air lebih stabil. Selain kualitas
air dapat terjaga, sistem inimjuga mampu memperpendek waktu panen dan
tingkat kelangsungan hidup ikan akan makin tinggi.
Filter dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan cara kerja atau fungsinya, yaitu :
a. Filter mekanis atau fisik, bekerja secara mekanis sehingga fungsunya
hanya menyaring kotoran, sisa pakan, debu, dan koloid yang berada di
dalam air budidaya. Material filter mekanis yang dapat digunakan adalah
spons, ijuk atau serat kapas sehingga dapat dibersihkan setiap saat.
Filoter mekanis dapat digunakan sebagai filter awal sebelum air masuk ke
proses filter biologi atau kimia, hal ini disebabkan partikel besar tidak
dapat atau sulit diproses, baik secara kimia maupun biologi.
b. Filter biologi, berfungsi sebagai pengurai senyawa nitrogenus yang
beracun menjadi senyawa tidak beracun melalui proses nitrifikasi
(oksidasi amonia beracun menjadi nitrit oleh bakteri Nitrosomonas) dan
nitratasi (proses oksidasi nitrit menjadi nitrat oleh bakteri Nitrobakter).
Material filter dapat berupa kerikil kecil, pasir kasar, serat gelas atau
spons. Secara fisik filter biologi berisi bahan yang dapat memperluas
permukaan atau membuat area yang besar seperti pori-pori sehingga
koloni bakteri perombak dapat tumbuh dan berkembang. Secara tidak
langsung filter biologi adalah sesuatu yang hidup sehingga memerlukan
oksigen, pakan, dan tempat tinggal serta dapat mengeluarkan buangan
metabolit. Filter disebut hidup karena diperlukan organisme hidup berupa
bakteri perombak, pakannya berupa amonia dan nitrit sebagai hasil
buangan beracun, sedangkan buangan dari bakteri berupa nitrat yang
tidak beracun. Pertumbuhan bakteri sangat dipengaruhi oleh suhu dan
pH, dengan nilai optimal 28 – 30 C dan pH 7,0 – 7,5. pada kondisi di luar
nilai pH dan suhu tersebut maka bakteri tidak dapat bekerja optimal
sehingga efektifitas filter menurun. Efektivitas filter biologi pun tergantung
pada waktu untuk tumbuh dan bekerjanya bakteri secara optimal, sekitar
15 hari sampai 6 minggu.
c. Filter kimia, media filter ini berupa absorben atau bahan kimia penyerap
maupun pengikat sisa metabolit beracun yang ada dalam air, filter ini
digunakan pada kondisi tertentu dengan reaksi cepat atau memineralisasi
substansi organik dengan cepat. Daya kerja dan batas aktif filter ini
sangat tergantung pada meterial yang digunakan dan kapasitas daya
serapnya. Bahan yang dapat digunakan sebagai filter kimia antara lain
arang aktif, ozon dan sinar ultraviolet, resin, zeolit serta peat.
PARAMETER KUALITAS
AIR/GEJALA YANG PENYEBAB ALTERNATIF TINDAKAN
TAMPAK
tinggi • Aerasi ditingkatkan
• Bloom plankton • Hentikan pemberian
pakan sampai kandungan
oksigen normal
• Cek kondisi ikan
• Cek kepadatan biomassa
• pH rendah • Air hujan • Tambahkan alkaline
buffer (sodium bikarbonat)
• Kurangi jumlah pakan
• Cek kandungan
ammonia/nitrit
• Suhu tinggi (> 32oC) • Sinar matahari • Penggantian air
• Kedalaman air kurang • Pemasangan peneduh
• Wadah diperdalam
• Bau busuk • Pembusukan bahan • Pembersihan badan air
organik • Penggantian air
• Cek parameter air
• Pertumbuhan zooplankton • Pembusukan bahan • Pembersihan badan air
lain/rotifera masal organik • Penggantian air
• Cek parameter air
• Salinitas rendah • Hujan • Mengganti air
• Pengadukan air
• Pertumbuhan cacing • O2 rendah • Penyiponan dasar wadah
chironomida masal di dasar • Pencemaran • Mengganti air
wadah
• Busa di permukaan air • Pembusukan bahan • Mengganti air
organik • Penambahan aerasi
• Cek parameter air
C. Tugas-tugas
D. Tes Formatif
Parameter biologi air sangat perlu untuk dipahami oleh pembudidaya ikan karena
beberapa jasad renik bermanfaat untuk budidaya ikan khususnya larva untuk
hidup, tumbuh dan berkembang. Beberapa faktor biologi air yang berpengaruh
langsung terhadap kehidupan ikan antara lain lumut dan hewan kompetitor.
• Plankton
Pada pemeliharaan larva dan benih ikan, nilai optimal jumlah plankton
adalah 100.000 sel/ml dengan memperhatikan ukuran benih;
• Perifiton
Perifiton merupakan organisme renik yang hidup menempel atau
kadang-kadang berada dekat substrat di dalam air. Pada
penghitungan perifiton hasil perhitungan dinyatakan sebagai jumlah
individu per luas substrat yang diamati.
• Bentos
Bentos merupakan organisme yang hidup baik di lapisan atas dasar
perairan (Epifauna) maupun di dalam dasar perairan (Infauna) dan
dapat menjadi pakan alami bagi ikan atau sebaliknya apabila dalam
jumlah banyak menjadi penyaing atau predator bagi ikan. Secara
ekologi bentos yang berperan penting di perairan adalah zoobentos.
a. Pengangkatan lumpur
Setelah digunakan untuk siklus terdahulu, pada dasar kolam akan
telah menjadi kubangan lumpur organik yang terdiri dari bangkai
organisme air seperti plankton, perifiton, nekton, bentos dan
organisme lain yang mengendap yang tidak/belum terurai oleh bakteri.
Keberadaan lumpur selain menyebabkan pendangkalan,
meningkatkan kekeruhan, juga menyebabkan berkurangnya
kandungan oksigen terlarut. Lumpur organik dibuang dengan
mengangkat atau menggelontor dengan air sehingga dasar kolam
bersih.
c. Pengapuran
Tujuan pengapuran antara lain meningkatkan pH tanah, membunuh
bakteri patogen dan organisme hama serta meningkatkan kesuburan
tanah. Kapur yang digunakan adalah kapur pertanian (CaCO3), kapur
tohor (CaOH2) dan dolomit. Dosis yang digunakan 300 – 500 g/m3,
tergantung pada kondisi pH tanah. Semakin rendah pH tanah maka
kebutuhan kapur semakin tinggi.
d. Pemupukan
Bertujuan untuk meningkatkan kandungan hara bagi kebutuhan
fitoplankton untuk melakukan fotosintesis. Peningkatan populasi
fitoplankton mendorong pertumbuhan populasi zooplankton sehingga
dapat meningkatkan ketersediaan pakan alami ikan.
Pupuk yang digunakan antara lain pupuk organik (kotoran ayam atau
ternak lainnya) dan anorganik (urea, TSP, NPK, KCl), atau campuran
keduanya. Dosis pemupukan dengan pupuk organik (unggas) adalah
2,5 – 5 ton/ha (tergantung pH tanah).
C. Tugas-tugas
D. Tes Formatif
Penulisan laporan hasil pengelolaan kualitas air perlu, hal ini dimaksudkan
sebagai alat untuk mengevaluasi dan memonitor pertumbuhan ikan pada
kegiatan budidaya ditinjau dari parameter kualitas air, dan seluruh proses-proses
yang telah dilakukan.
Pengukuran kualitas air dapat juga dilakukan dengan mengamati data harian
seperti suhu, ataupun pengamatan mingguan pada parameter kulitas air yang
lain. Pencatatan data pengukuran kualitas air mingguan dapat dilakukan dengan
format seperti contoh tabel berikut :
- alkalinitas
- kadar amonia
- kadar H2S
4. Parameter biologi
- plankton/hewan
kompetitor
- perifiton/lumut
Pada penulisan laporan secara keseluruhan dapat dibuat sesuai dengan format
penulisan laporan yang umum digunakan yang terdiri dari 3 bagian pokok antara
lain : pendahuluan, isi, dan penutup.
Bagian penutup/penunjang terdiri dari daftar pustaka, glosari, dan riwayat hidup
penulis.
C. Tugas-tugas
D. Tes Formatif
1. Jelaskan alat dan bahan yang digunakan pada pengukuran salinitas, jelaskan
cara kerjanya !.
2. Secchi disk merupakan salah satu alat yang digunakan pada pengukuran
kualitas air, tepatnya pada pengukuran apa?
3. Jelaskan bagaimana cara sanitasi alat pengukuran kualitas air yang terbuat dari
bahan kaca?
4. Jelaskan cara kalibrasi peralatan digital (refraktometer) !.
5. Jelaskan cara mengelola debit air pada akuarium !.
6. Alat apa saja yang dapat digunakan pada pengukuran debit air di bak
pemeliharaan ikan ?.
7. Jelaskan tujuan pengelolaan volume air bagi pemeliharaan ikan !.
8. Bagaimana rumus pengukuran volume air pada fiberglass yang berbentuk bulat
(silinder) ?.
9. Jelaskan parameter-parameter fisika air yang penting untuk pemeliharaan ikan !.
10. Sebutkan parameter kimia yang sangat penting dan besar pengaruhnya bagi
kehidupan ikan ?.
11. Jelaskan prosedur pengukuran oksigen terlarut dengan DO meter !.
12. Jelaskan tujuan pengukuran kadar amonia pada media budidaya !.
13. Jelaskan tujuan pengukuran kualitas air secara berkala !.
14. Jelaskan macam-macam pengelolaan kualitas air yang umum dilakukan?.
15. Faktor biologi apa saja yang perlu diamati dalam pemeliharaan ikan ?.
16. Jelaskan mengapa faktor biologi perlu diamati pada pemeliharaan ikan !.
17. Jelaskan tujuan pengukuran kualitas air secara berkala !.
18. Jelaskan macam-macam pengelolaan kualitas air yang umum dilakukan !.
19. Sebutkan parameter kualitas dan kuantitas air yang diukur pada pemeliharaan
ikan ?.
20. Jelaskan hubungan antara tingkat keberhasilan pengelolaan air akan
berpengaruh terhadap keberhasilan pemeliharaan ikan !.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi H. 2003. TELAAH KUALITAS AIR Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Lesmana, Darti Setyani. 2002. KUALITAS AIR untuk Ikan Hias Air Tawar.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Mundayana, Y dan Suyanto, R. 2000. Ikan Hias Air Tawar GUPPY. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Nasution, SH dan Supranoto. 2001. Ikan Hias Air Tawar KONGO TETRA.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Tim Limnologi. 1992. LIMNOLOGI Metode Analisa Kualitas Air. Edisi I. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.