Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu faktor utama demi berlangsungnya suatu

kehidupan organisme di bumi ini. Pada musim penghujan, ketersediaan air dalam

kualitas yang baik dan kuantitas yang cukup adalah hal mutlak yang diperlukan,

debit air yang terlalu besar akan berpotensi menyebabkan banjir, sedangakan pada

musim kemarau, debit air yang terlalu kecil menjadi penyebab kekeringan.

Berdasarakan kondisi seperti ini, manusia mulai mengembangkan teknologi dan

mencari cara untuk menjaga ketersediaan air, salah satunya adalah membangun

waduk. Untuk mengetahui kualitas air dan kuantitas air pada waduk, maka

diperlukan suatu teknik sampling.

Teknik sampling ini dilakukan untuk menentukan sampel, jadi sebuah

penelitian yang baik haruslah memperhatikan dan menggunakan sebuah teknik

dalam menetapkan sampel yang akan diambil sebagai subjek penelitian. Suriyono

(2001) menyatakan teknik sampling merupakan pengambilan sampel. Di dalam

teknik sampling terdapat 3 parameter yang digunakan dalam pengambilan sampel,

yaitu fisika, kimia, dan biologi, dengan prosedur yang berbeda serta pengambilan

sampel yang berbeda.

1
1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan laporan ini adalah untuk mengetahui teknik sampling

di lapangan khususnya di waduk FPK UR dan sebagai informasi mengenai teknik

sampling bagi para pembaca, khususnya mahasiswa FPK UR juga untuk

memenuhi tugas laporan hasil praktikum mata kuliah ekologi perairan mengenai

teknik sampling lapangan yang dilaksanakan pada waduk FPK UR.

Lalu manfaat dari penulisan laporan ini adalah kita dapat mengetahui dan

memahami langkah-langkah untuk melakukan teknik sampling lapangan di di

suatu perairan waduk sehingga laporan ini juga dapat menambah wawasan atau

pengetahuan kita tentang bagaimana cara pengukuran parameter lingkungan

perairan sehingga dapat meningkatkan pemahaman praktikan tentang cara

pengukuran parameter fisika, kimia, dan biologi.

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Waduk

Indonesia memliki berbagai jenis waduk. Jumlah total danau dan waduk

yang lebih besar dari 10 hektar adalah sekitar 521 dengan total area 491,724 Ha.

Beberapa danau dan waduk menghadapi masalah lingkungan yang disebabkan

oleh polusi air.

Menurut Notohadiprawiro (2006), pengertian waduk secara umum

merupakan tempat pada muka lahan untuk menampung air hujan secukupnya pada

musim hujan, sehingga air itu dapat dimanfaatkan pada musim kering atau langka

air. Waduk didefinisikan sebagai perairan menggenang atau badan air yang

memiliki ceruk, saluran masuk (inlet), saluran keluar (outlet) dan berhubungan

langsung dengan sungai utama yang mengalirinya. Waduk umumnya memiliki

kedalaman 16 sampai 23 kaki (5-7 meter) (Shaw et.al, 2004). Perdana (2006)

mnyatakan waduk merupakan badan air tergenang (lentik) yang dibuat dengan

cara membendung sungai, umunya berbentuk memanjang mengikuti bentuk awal.

2.2 Parameter Fisika

2.2.1 Suhu

Suhu merupakan salah satu hal penting bagi ikan (organisme) untuk

bertahan hidup, berkembangbiak, tumbuh dan kompetisi dengan yang lain (Nuitja,

2010). Menurut Marwah Siti (2001), kualitas air yang meliputi karakter fisik air

diantaranya adalah suhu yang merupakan temperatur air yang mempengaruhi

penerimaan di sekitarnya sehingga menyebabkan rasa segar, tetapi iklim

3
setempatatau jenis dari sumber air akan mempengaruhi temperatur air.

Temperatur yang normal adalah kurang lebih 30°C suhu udara.

2.2.2 Kecerahan

Kecerahan adalah ukuran tampak perairan, yang ditentukan secara visual

dengan menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan dinyatakan salam satuan meter.

Nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan,

dan kepadatan tarsus pensi, serta ketelitian pribadi yang melaksanakan

pengukuran kecerahan tersebut. Kordi dan Tanjung (2007) menyatakan kecerahan

juga berfungsi untuk mengetahui proses asimilasi dalam air, bagian air yang tidak

keruh, agak keruh, dan paling keruh.

Pola kecerahan air dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti intensitas cahaya

matahari, pertukaran panas antara air dan udara sekelilingnya, ketinggian

geografis dan juga oleh faktor penutupan oleh vegetasi dari pepohonan yang

tumbuh di tepi perairan.

2.2.3 Kedalaman

Perubahan faktor-faktor fisika dan kimiawi akibat perubahan kedalaman

sehingga menyebabkan respon yang berbeda pada biota akuatik di dalamnya.

Hasil penelitian Yuningsi dkk (2014) menyebutkan bahwa kedalaman perairan

324-345 cm cukup baik untuk membudidayakan ikan menggunakan KJA.

2.2.4 Kecepatan Arus

Aliran air juga ikut berpengaruh terhadap kelarutan udara dan garam-garam

dalam air, sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kehidupan

organisme air (Swin, 2002).

4
2.3 Parameter Kimia

2.3.1 pH

Air normal yang mempengaruhi syarat untuk suatu kehidupan menurut

Kordi dan Tanjung (2007) adalah pH berkisar antara 6,5-7,5. Kisaran pH yang

baik untuk pertumbuhan biota perairan adalah 5 sampai 9. Nilai pH air yang

kurang dari 5 dan lebih besar dari 9, maka perairan tersebut telah tercemar berat

sehingga kehidupan biota air akan terganggu.

5
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Ekologi Perairan mengenai teknik sampling lingkungan

dilaksanakan pada kamis, 12 Maret 2020 pukul 10.15 sampai dengan pukul 12.15

WIB bertempat di waduk FPK UR.

3.2 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Alat dan Bahan

Parameter Satuan Alat Bahan Metode Analisis

Fisika :

Suhu Termometer Pemuai


°C Air sampel In situ
raksa an

Kecerahan Pemant
Secchi disc,
m Air sampel ulan In situ
meteran
cahaya

Kecepatan Current

Arus dradge,
Pengap
m/det botol aqua, - In situ
ungan
tali rafia,

stopwatch

Kedalaman Meteran, Gravim


meter - In situ
pemberat etrik

Bau - - - Organo In situ

6
leptik

Rasa Organo
- - - In situ
leptik

Warna - - - Visual In situ

Kimia :

pH Peruba

Kertas pH han

- indikator, Air sampel warna, In situ

pH meter potensi

ometrik

Oksigen Air sampel,


Botol
terlarut larutan
BOD/Winkl Titrasi
MnSO4, alkali-
er, winkler
iodida-azida,
mg/L erlenmeyer, atau Ek situ
H2SO4 8N,
statif, buret, elektro
amilum,
pipet tetes, kimia
Tiosulfat 0,025
DO Meter
N

Karbondioksida Botol Air sampel,

sampel, larutan Na2CO3


titrimet
mg/L erlenmeyer, 0,0454 N, Ek situ
rik
statif, buret, larutan

pipet tetes Phenolpthalein

3.3 Metode Praktikum

7
Metode yang digunakan adalah metode survey, yaitu penelitian langsung ke

lokasi dengan menggunakan metode analisis In situ dan Ek situ.

3.4 Prosedur Praktikum

Sebelum praktikum dimulai, asisten menjelaskan cara menggunakan alat-

alat yang akan digunakan nantinya. Asisten juga menjelaskan cara perhitungan

analisis untuk masing-masing parameter. Kemudian asisten beserta praktikan

berangkat menuju waduk dan membawa alat-alat dan bahan yang dibutuhkan

untuk melakukan penelitian. Semua penelitian langsung di daerah penelitian.

 Suhu

Pertama kali siapkan alat pengukur suhu terlebih dahulu, yakni

termometer. Kemudian tentukan lokasi air yang akan diukur suhunya.

Setelah lokasi pengukuran ditemukan, ikan pada bagian pangkal termometer

lalu masukkan termometer ke air dengan cara mencelupkan termometer ke

dalam perairan kemudian gantung termometer tersebut pada permukaan

perairan selama beberapa menit. Setelah termometer menunjukkan angka

yang konstan, baca angka yang ditunjukkan oleh termometer, lalu dicatat.

 Kecerahan

Siapkan alat-alat yang akan digunakan. Lalu tentukan lokasi pengukuran

kecerahan. Setelah lokasi didapatkan, turunkan secchi disc secara perlahan

hingga batas tidak tampak, yakni warna putih pada secchi disc tidak lagi

terlihat. Kemudian ukur panjangnya dengan meteran. Setelah itu secara

perlahan tarik secchi disc ke atas hingga warna putih terlihat kembali

kemudian ukur berapa panjangnya, dan ini sebagai batas tampak.

Untuk mencari nilai kecerahan, maka dapat gunakan rumus berikut :

8
jarak hilang ( g ) + jarak tampak (k )
Kecerahan air ( m )=
2

 Kedalaman

Siapkan alat yang digunakan. Tentukan lokasi perairan yang akan diukur

kedalamannya. Setelah lokasi didapatkan, masukkan meteran (dalam

praktikum ini menggunakan tongkat skala) ke dalam perairan hingga

menyentuh dasar. Kemudian catat hasilnya.

 Kecepatan Arus

Siapkan alat yang digunakan. Kali ini menggunakan alat sederhana, yaitu

botol aqua yang diisi sedikit air (untuk menjaga keseimbangan botol selama

berada di badan air), tali rafia, dan stopwatch. Caranya adalah menentukan

dua titik sebagai titik awal dan titik akhir dan diukur jaraknya. Setelah itu

hitung berapa lama waktu yang dibutuhkan botol untuk mencapai titik akhir

dengan stopwatch.

jarak (m)
Kecepatan Arus ( V )= ×1,25
waktu(s)

Kecepatan arus didasarkan pada jarak yang ditempuh oleh botol

persatuan waktu dikalikan dengan 1,25. Hal ini disebabkan kecepatan air

1,25 kali lebih cepat dibandingkan dengan kecepatan benda yang berada di

atasnya (Christensesn, 1989)

 pH

Sediakan alat yang digunakan, yakni kertas pH indikator. Celupkan

kertas pH ke dalam perairan, setelah basah angkat kertas pH lalu cocokkan

warnanya dengan pH indikator dan catat hasilnya.

3.5 Analisis Data

9
Data yang diperoleh selama penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan

gambar serta dianalisis secara deskriptif. Data kualitas air yang diperoleh dibahas

dengan menggunakan literatur terkait, pendapat ahli serta berbagai kegiatan yang

mempengaruhi dan dikaitkan dengan data dari hasil perhitungan.

10
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil dari praktikum teknik sampling di lapangan :

Tabel 2 : Hasil Parameter Fisika dan Kimia

No Parameter Satuan Hasil Analisis Keterangan

1 Suhu °C 32 In Situ

2 Kecerahan Cm 55,5 In Situ

3 Kecepatan Arus m/s 0,16 In Situ

4 Kedalaman Air m 1,07 In Situ

5 pH 6 In Situ

6 Oksigen Terlarut mg/L Ek Situ

7 Karbondioksia mg/L Ek Situ

Tabel 3 : Kondisi Umum di Lapangan selama Praktikum

No Kondisi Keterangan

1 Iklim / Cuaca Cerah / Panas Terik

2 Warna Air Kuning

3 Bau Amis

4 Rasa Tawar / Hambar

5 Aktivitas Praktikum dan Keramba Jaring Apung

11
4.2 Pembahasan

Pengukuran suhu di permukaan waduk FPK UR dilakukan dengan

menggunakan termometer dengan cara mencelupkan termometer ke dalam

perairan. Termometer menunjukkan angka konstan di 32°C.

Dalam pengukuran kecerahan dengan secchi disc, pengukuran dilakukan

dengan mecari jarak hilang dan jarak tampak. Setelah didapatkan, maka nilai

kecerahan dicari dengan rumus :

Jarak hilang+ Jarak tampak


Kecerahan Ai r ( cm) =
2

52+59
Kecerahan Air ( cm) =
2

111
Kecerahan Air (cm)=
2

Kecerahan Air ( cm) =55,5 cm

Pada pengukuran kedalaman biasanya dilakukan dengan meteran, namun

kali ini menggunakan tongkat skala. Lalu tongkat skala dicelupkan sampai

menyentuh dasar perairan. Hasil yang didapatkan adalah 1,07 m.

Dalam mengukur kecepatan arus menggunakan botol aqua, tali rafia, dan

stopwatch. Jarak antara titik awal dan titik akhri ditentukan sejauh 2,5 m. Lalu

dilakukan pengukuran. Waktu yang diperlukan botol aqua dari titik awal menuju

titik akhir adalah 19,02 detik. Maka dilakukan perhitungan :

Jarak tempuh
Kecepatan Arus= ×1,25
Waktu

2,5 m
Kecepatan Arus= ×1,25
19,02 s

3,125 m
Kecepatan Arus= =0,16
19,02 s

12
13
Dalam pengukuran pH perairan menggunakan kertas pH indikator, kertas

pH dicelupkan ke dalam perairan lalu diangkat setelah basah. Kemudian warna

yang ada pada kertas pH dicocokkan dengan pH indikator dan didapatkan nilai pH

sebesar 6. Maka nilai pH waduk FPK UR ini masih mendukung proses

berlangsungnya kehidupan organisme perairan yang berada di dalamnya.

14
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah dilakukannya praktikum teknik sampling di lingkungan waduk FPK

UR, didapatakan hasil bahwa suhu di permukaan air waduk adalah 32°C,

kecerahan 55,5 cm, kedalaman 1,07 m, kecepatan arus 0,16 m/s dan nilai pH 6.

Maka dapat disimpulkan bahwa praktikum teknik sampling di lapangan yaitu di

waduk FPK UR memberikan data dan hasil yang akurat dan mendapatkan sampel

yang representatif dan air di waduk FPK UR dalam kondisi baik.

5.2 Saran

Demi menjaga kelestarian waduk FPK UR, diharapkan bagi setiap pihak

yang berkunjung ke waduk dapat menjaga kebersihan dan menghindari tindakan

yang bisa mencemari lingkungan waduk FPK UR agar kualitas air dapat terjaga

dan dapat dimanfaatkan di waktu yang akan datang.

15
DAFTAR PUSTAKA

Perdana, A. 2006. Pola Hubungan Antara Tata Guna Lahan dengan Erosi di

Daerah Tangkapan dan Nitrat dalam Waduk Cisanti Berdasarkan

Perhitungan Limpasan Hujan. Tugas Akhir. Bandung : Teknik Lingkungan

ITB.

Notohadiprawiro, T. S. Sukadarmojo, M. Drajad. 2006. Beberapa Fakta dan

Angka Tentang Lingkungan Fisik Waduk Wonogiri dan Kepentingannya

Sebagai Dasar Pengelolaan. Yogyakarta : Ilmu Tanah UGM

Kordi, M. G. H., & Tanjung, A. B. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam

Budidaya Perairan. Jakarta : Rineka Cipta.

16
LAMPIRAN

Lampiran 1 : Alat dan Bahan

Gambar 1

17
Gambar 2

18
19
Gambar 3

20

Anda mungkin juga menyukai