NAMA :
KELAS :
Archimedes (287-212 SM), seorang fisikawan sekaligus matematikawan dari Syracuse, Yunani.
Archimedes menemukan ide penjumlahan untuk menentukan luas sebuah daeah tertutup dan volume
benda putar. Diantaranya adalah rumus lingkaran, luas segmen parabola, volume bola, dan volume
kerucut. Ide ini menjadi salah satu konsep Kalkulus Integral
Ibn Al-Haytham atau Alhazen (sekitar tahun 1000), seorang matematikawan dari Irak. Ia
mengembangkan suatu metode untuk menurunkan rumus umum dari hasil pangkat integral yang
sangat penting terhadap perkembangan kalkulus integral
Isaac Newton (1642 – 1727 M), seorang matematikawan sekaligus fisikawan dari Inggris. Isaac
Newton dan Gottfried Wilhelm Leibniz dalam kurun waktu yang bersamaan, meskipun bekerja sendiri-
sendiri, telah menemukan hubungan antara Kalkulus Diferensial dan Kalkulus Integral. Hubungan ini
dikenal dengan Teorema Dasar Kalkulus
Gottfried Wilhelm Leibniz (1646 – 1716 M), seorang ilmuan dari Leipzig, Jerman. Selain Teorema
Dasar Kalkulus yang dikembangkannya dengan Newton, Leibniz juga dikenal karena mengusulkan
𝑑𝑥
lambang bagi turunan dan lambang ∫ bagi integral.
𝑑𝑦
George Friedrich Bernhard Riemann (1826 – 1866 M), seorang matematikawan dari Gottingen,
Jerman. Ia memberikan definisi mutakhir tentang integral tentu. Atas sumbangsih inilah integral tentu
sering disebut sebagai Integral Riemann.
Perhatikan bahwa beberapa fungsi yang berbeda memiliki turunan yang sama. Dapat
dikatakan bahwa antiturunan dari 𝐹 ′ (𝑥) = 2𝑥 adalah 𝐹(𝑥) = 𝑥 2 + 𝐶 dengan 𝐶 adalah sembarang
konstanta atau dapat juga ditulis sebagai ∫ 2𝑥 = 𝑥 2 + 𝐶. Jika ditulis dalam bentuk umum adalah
sebagai berikut.
∫ 𝑭′(𝒙) = 𝑭(𝒙) + 𝑪
Semua antiturunan dari 𝑓(𝑥) dinotasikan dengan ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 (dibaca “integral 𝑓(𝑥) terhadap 𝑥").
Bentuk ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 disebut integral tak tentu dan 𝑓(𝑥) disebut integran.
Pada pembelajaran sebelumnya telah dipelajari bagaimana menentukan turunan dari suatu
fungsi. Sebaliknya, jika diketahui fungsi turunannya, fungsi awalnya dapat ditentukan dengan
menggunakan integral.
Perhatikan tabel berikut.
Fungsi Integral
2
𝒇(𝒙) = 𝟐 ∫ 𝑓(𝑥) 𝑑𝑥 = ∫ 2 𝑑𝑥 = 𝑥 0+1 + 𝐶 = 2𝑥 + 𝐶
0+1
2
𝒈(𝒙) = 𝟐𝒙 ∫ 𝑔(𝑥) 𝑑𝑥 = ∫ 2𝑥 𝑑𝑥 = 𝑥 1+1 + 𝐶 = 𝑥 2 + 𝐶
1+1
3
𝒉(𝒙) = 𝟑𝒙𝟐 ∫ ℎ(𝑥) 𝑑𝑥 = ∫ 3𝑥 2 𝑑𝑥 = 𝑥 2+1 + 𝐶 = 𝑥 3 + 𝐶
2+1
𝟏 1 1 1
𝒑(𝒙) = ∫ 𝑝(𝑥) 𝑑𝑥 = ∫ 3 𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 −3 𝑑𝑥 = 𝑥 −3+1 + 𝐶 = − 𝑥 −2 + 𝐶
𝒙𝟑 𝑥 −3 + 1 2
4
3 1 3 4 7
𝟒 ∫ 𝑞(𝑥) 𝑑𝑥 = ∫ √𝑥 3 𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 4 𝑑𝑥 = 𝑥 4+1 + 𝐶 = 𝑥 4 + 𝐶
𝒒(𝒙) = √𝒙𝟑 3 7
4+1
1.
∫ 𝒂 𝒅𝒙 = 𝒂𝒙 + 𝑪; 𝒂 𝐚𝐝𝐚𝐥𝐚𝐡 𝐤𝐨𝐧𝐬𝐭𝐚𝐧𝐭𝐚
Contoh:
𝟏 𝟏
∫ − 𝒅𝒙 = − 𝒙 + 𝑪
𝟑 𝟑
2.
∫ 𝒂 𝒇(𝒙) 𝒅𝒙 = 𝒂 ∫ 𝒇(𝒙) 𝒅𝒙; 𝒂 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒐𝒏𝒔𝒕𝒂𝒏𝒕𝒂
Contoh:
1 1 1 1 1 1 1
∫ 𝑥 −3 𝑑𝑥 = ∫ 𝑥 −3 𝑑𝑥 = ( 𝑥 −3+1 + 𝐶) = (− 𝑥 −2 + 𝐶) = − 𝑥 −2 + 𝐶
2 2 2 −3 + 1 2 2 4
3.
∫(𝒇(𝒙) ± 𝒈(𝒙)) 𝒅𝒙 = ∫ 𝒇(𝒙) 𝒅𝒙 ± ∫ 𝒈(𝒙) 𝒅𝒙
Contoh:
8 1 1
∫(8𝑥 3 − 𝑥 2 + 4) 𝑑𝑥 = 𝑥 3+1 − 𝑥 2+1 + 4𝑥 + 𝐶 = 2𝑥 4 − 𝑥 3 + 4𝑥 + 𝐶
3+1 2+1 3
KEGIATAN 1
2
2. ∫ 𝑑𝑥 = ⋯ 7. ∫(3𝑥 4 (𝑥 2 − 5𝑥 + 2)) 𝑑𝑥 = ⋯
𝑥3
𝑥8 − 𝑥4 + 2
4. ∫(−4𝑥 − 5) 𝑑𝑥 = ⋯ 9. ∫( ) 𝑑𝑥 = ⋯
𝑥4
𝑥 + 2 − √𝑥
5. ∫(𝑥 2 − 3𝑥 − 5) 𝑑𝑥 = ⋯ 10. ∫ ( ) 𝑑𝑥 = ⋯
√𝑥
Penyelesaian:
a. ∫(3𝑥 + 2)5 𝑑𝑥
Misalkan 𝑢 = 3𝑥 + 2
𝑑𝑢 𝑑𝑢 1
𝑑𝑥
= 3 ⇔ 𝑑𝑥 = 3
= 3 𝑑𝑢
1
∫(3𝑥 + 2)5 𝑑𝑥 = ∫ 𝑢5 𝑑𝑢
3
1
∫(3𝑥 + 2)5 𝑑𝑥 = ∫ 𝑢5 𝑑𝑢
3
1 1 1
∫(3𝑥 + 2)5 𝑑𝑥 = . 𝑢6 + 𝐶 = (3𝑥 + 2)6 + 𝐶
3 6 18
4
b. ∫ 2𝑥 √1 − 𝑥 2 𝑑𝑥
Misalkan 𝑢 = 1 − 𝑥 2
𝑑𝑢 1
𝑑𝑥
= −2𝑥 ⇔ 𝑑𝑥 = − 2𝑥 𝑑𝑢
4
1 1
∫ 2𝑥 √1 − 𝑥 2 𝑑𝑥 = ∫ 2𝑥 ∙ 𝑢4 ∙ − 𝑑𝑥
2𝑥
4
1
∫ 2𝑥 √1 − 𝑥 2 𝑑𝑥 = ∫ −𝑢4 𝑑𝑥
4 1 1
∫ 2𝑥 √1 − 𝑥 2 𝑑𝑥 = − 𝑢4+1 + 𝐶
1
4+1
4 4 5 4 5
∫ 2𝑥 √1 − 𝑥 2 𝑑𝑥 = − 𝑢4 + 𝐶 = − (1 − 𝑥 2 )4 + 𝐶
5 5
𝒃 𝒃
𝒃
1. Jika 𝒂 = 𝒃, maka ∫𝒂 𝒇(𝒙) =𝟎 4. ∫ 𝒄 𝒇(𝒙) 𝒅𝒙 = 𝒄 ∫ 𝒇(𝒙) 𝒅𝒙
𝒂 𝒂
𝒃 𝒂 𝒃 𝒃 𝒃
Contoh:
1. 2
1 2 2
∫(𝑥 2 − 2𝑥 + 3) 𝑑𝑥 = 𝑥 3 − 𝑥 2 + 3𝑥|
3 2 0
0
2
1 1
∫(𝑥 2 − 2𝑥 + 3) 𝑑𝑥 = ( (2)3 − (2)2 + 3(2)) − ( (0)3 − (0)2 + 3(0))
3 3
0
2
8 14 2
∫(𝑥 2 − 2𝑥 + 3) 𝑑𝑥 = ( − 4 + 6) − 0 = =4
3 3 3
0
2. 8 8
2 4 2 12 5 8
∫ 4𝑥 3 𝑑𝑥 = 𝑥 3+1 | = 𝑥3|
2 5 1
1 3+1 1
8 8
2 4 2 12 5 5
∫ 4𝑥 3 𝑑𝑥 = 𝑥 3+1 | = ((8)3 − (1)3 )
2 5
1 3+1 1
8 8
2 4 2 12 372 2
∫ 4𝑥 3 𝑑𝑥 = 𝑥 3+1 | = (32 − 1) = = 74
2 5 5 5
1 3+1 1
3. 2
𝑥 2 + 3𝑥
2
1 3 2
−2 −3 ) −2+1 −3+1
∫ 𝑑𝑥 = ∫(𝑥 + 3𝑥 𝑑𝑥 = 𝑥 + 𝑥 |
𝑥4 −2 + 1 −3 + 1 1
1 1
2 2
2
𝑥 + 3𝑥 −2 −3 ) −1
3 −2 2
∫ 𝑑𝑥 = ∫(𝑥 + 3𝑥 𝑑𝑥 = −𝑥 − 𝑥 |
𝑥4 2 1
1 1
2 2
2
𝑥 + 3𝑥 3 3
∫ 4
𝑑𝑥 = ∫(𝑥 −2 + 3𝑥 −3 ) 𝑑𝑥 = (−(2)−1 − (2)−2 ) − (−(1)−1 − (1)−2 )
𝑥 2 2
1 1
2 2
2
𝑥 + 3𝑥 1 3 3
∫ 4
𝑑𝑥 = ∫(𝑥 −2 + 3𝑥 −3 ) 𝑑𝑥 = (− − ) − (−1 − )
𝑥 2 8 2
1 1
2 2
2
𝑥 + 3𝑥 7 5 13 5
∫ 4
𝑑𝑥 = ∫(𝑥 −2 + 3𝑥 −3 ) 𝑑𝑥 = − + = =1
𝑥 8 2 8 8
1 1
a. ∫(3𝑥 + 1) 𝑑𝑥 = ⋯ d. ∫ 𝑥(4𝑥 2 − 6) 𝑑𝑥 = ⋯
1 0
2 4
a. ∫ 10 𝑑𝑥 = 100 c. ∫ 6𝑥 𝑑𝑥 = 45
2 0
5 3
b. ∫ 6 𝑑𝑥 = 42 d. ∫(4𝑥 − 1) 𝑑𝑥 = 9
𝑝 𝑝
Contoh:
1. Diketahui fungsi pendapatan marginal (𝑀𝑅) suatu perusahaan adalah 𝑀𝑅 = 15𝑄 2 + 10𝑄 −
5. Tentukan fungsi pendapatan totalnya (𝑇𝑅) jika pada 𝑄 = 2 unit, nilai 𝑇𝑅 = 100.
Penyelesaian:
𝑇𝑅 = ∫ 𝑀𝑅 𝑑𝑄 = ∫(15𝑄 2 + 10𝑄 − 5) 𝑑𝑄
15 3 10 2
𝑇𝑅 = ∫ 𝑀𝑅 𝑑𝑄 = 𝑄 + 𝑄 − 5𝑄 + 𝐶 = 5𝑄 3 + 5𝑄 2 − 5𝑄 + 𝐶
3 2
Karena nilai 𝐶 belum diketahui dan jika pada 𝑄 = 2 unit, nilai 𝑇𝑅 = 100, maka:
5(2)3 + 5(2)2 − 5(2) + 𝐶 = 100
⇔ 40 + 20 − 10 + 𝐶 = 100
⇔ 𝐶 = 50
Jadi, fungsi pendapatan total 𝑇𝑅 = 5𝑄 3 + 5𝑄 2 − 5𝑄 + 𝐶
𝑠 = ∫ 𝑣 𝑑𝑡 = ∫(3𝑡 2 + 3) 𝑑𝑡 = 𝑡 3 + 3𝑡 + 𝐶
Karena pada saat 𝑡 = 3 detik, jarak yang ditempuh adalah 𝑠 = 50 meter, maka:
(3)3 + 3(3) + 𝐶 = 50
⇔ 27 + 9 + 𝐶 = 50
⇔ 𝐶 = 14
Jadi, fungsi jaraknya adalah 𝑠 = 𝑡 3 + 3𝑡 + 14
KEGIATAN 3
NAMA :
KELAS :
Teknologi konstruksi saat ini semakin berkembang pesat. Hal ini terlihat dengan telah banyak
dibuatnya terowongan-terowongan kereta api, baik yang terdapat di bawah permukaan laut maupun yang
terdapat di bawah tanah. Aplikasi integral sangat berpengaruh terhadap kemajuan teknologi konstruksi.
Untuk membangun jalan raya atau rel kereta di suatu daerah
tidak selamanya dapat dilakukan dengan mudah. Konstruksi jalan atau
rel kereta yang akan dibangun mempertimbangkan segi ekonomi,
keamanan dan tentu saja kontur daerah yang akan digunakan dalam
membangun jalan atau rel kereta itu sendiri. Untuk daerah dengan
kontur yang berbukit dan bergunung-gunung, mungkin konstruksi
jalan atau rel kereta menggunakan jembatan (jalan layang) atau
mungkin juga dengan membuat terowongan yang menembus bukit.
Sketsa dapat dilihat pada gambar di samping dengan ukuran dalam
meter. Dalam model matematika, terowongan dibatasi oleh sumbu 𝑋,
1
garis 𝑥 = 2, garis 𝑥 = 𝑝 dan sebuah kurva 𝑦 = 2𝑥 − 𝑥 2 .
8
Dari model tersebut dapat muncul pertanyaan-pertanyaan, antara lain: berapa nilai 𝑝, berapa tinggi
maksimum terowongan tersebut, berapa ukuran persegi panjang terbesar agar masih dapat melalui
terowongan, berapa luas permukaan terowongan, dan berapa volume tanah yang dikeruk untuk membuat
terowongan yang panjangnya 500 m. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dijawab menggunakan konsep
integral.
𝑳 = ∫ 𝒇(𝒙) 𝒅𝒙
𝒂
Contoh Permasalahan:
Tentukan luas daerah yang dibatasi oleh kurva 𝑦 = 𝑥 + 1, garis 𝑥 = 0, garis 𝑥 = 3, dan sumbu 𝑋.
Penyelesaian:
Perhatikan gambar berikut, terlihat bahwa luas daerah yang dimaksud
adalah luas daerah di bawah kurva.
3
3
1 1 1 15 1
𝐿 = ∫(𝑥 + 1) 𝑑𝑥 = 𝑥 2 + 𝑥| = ( (3)2 − 3) − ( (0)2 − 0) = =7
2 0 2 2 2 2
0
1
Jadi, luas daerahnya adalah 7 satuan luas.
2
𝑳 = − ∫ 𝒇(𝒙) 𝒅𝒙
𝒂
Contoh Permasalahan:
Tentukan luas daerah yang dibatasi oleh kurva 𝑦 = 𝑥 2 − 3𝑥 dan sumbu 𝑋.
Penyelesaian:
Perhatikan gambar berikut. Titik potong grafik dengan sumbu 𝑋
terjadi ketika 𝑦 = 0.
𝑥 2 − 3𝑥 = 0
⇔ 𝑥(𝑥 − 3) = 0
⇔ 𝑥 = 0 atau 𝑥 = 3. Maka, 𝑎 = 0 dan 𝑏 = 3
𝑳 = ∫ 𝒇(𝒚) 𝒅𝒚
𝒂
Contoh Permasalahan:
Tentukan luas daerah yang dibatasi kurva 𝑦 = 𝑥 2 − 2, garis 𝑦 = −1, garis 𝑦 = 2, dan sumbu 𝑌,
untuk daerah di sebelah kanan sumbu Y.
Penyelesaian:
𝑦 = 𝑥2 − 2
⇔ 𝑦 + 2 = 𝑥2
1
⇔ 𝑥 = (𝑦 + 2)2
Luas daerah yang dimaksud adalah luas daerah yang diarsir pada
gambar berikut.
2
1 2 3 2 2 3 3
𝐿 = ∫(𝑦 + 2)2 𝑑𝑦 = (𝑦 + 2)2 | = ((2 + 2)2 − (−1 + 2)2 )
3 −1 3
−1
2
1 2 3 2 2 3 3 2 2 14 2
𝐿 = ∫(𝑦 + 2)2 𝑑𝑦 = (𝑦 + 2)2 | = (42 − 12 ) = (8 − 1) = (7) = =4
3 −1 3 3 3 3 3
−1
2
Jadi, luas daerahnya adalah 4 3 satuan luas.
Gambar 1. Gambar 2.
Berdasarkan gambar 1, Luas daerah antara Berdasarkan gambar 2, Luas daerah antara
kurva 𝑦 = 𝑓(𝑥) dan 𝑦 = 𝑔(𝑥) pada interval kurva 𝑥 = 𝑓(𝑦) dan 𝑥 = 𝑔(𝑦) pada interval
𝑎 ≤ 𝑥 ≤ 𝑏, dirumuskan: 𝑎 ≤ 𝑦 ≤ 𝑏, dirumuskan:
𝒃 𝒃
Contoh Permasalahan 2
Tentukan luas daerah yang diarsir berikut.
Penyelesaian
Misalkan 𝑦 = 𝑥 − 1 ⇔ 𝑥 = 𝑦 + 1
Titik potong kedua kurva adalah
𝑦 + 1 = 3 − 𝑦2
⇔ 𝑦2 + 𝑦 − 2 = 0
⇔ (𝑦 + 2)(𝑦 − 1) = 0
⇔ 𝑦 = −2 atau 𝑦 = 1
Daerah yang dimaksud dibatasi oleh garis 𝑥 = 𝑦 + 1 (kiri), garis 𝑥 = 3 − 𝑦 2 (kanan) dan pada
interval −2 ≤ 𝑦 ≤ 1.
1 1
2)
𝐿 = ∫((3 − 𝑦 − (𝑦 + 1)) 𝑑𝑦 = ∫(−𝑦 2 − 𝑦 + 2) 𝑑𝑦
−2 −2
1
1
1 1
𝐿 = ∫((3 − 𝑦 2 ) − (𝑦 + 1)) 𝑑𝑦 = − 𝑦 3 − 𝑦 2 + 2𝑦|
3 2 −2
−2
1
1 1 1 1
𝐿 = ∫((3 − 𝑦 2 ) − (𝑦 + 1)) 𝑑𝑦 = (− (1)3 − (1)2 + 2(1)) − (− (−2)3 − (−2)2 + 2(−2))
3 2 3 2
−2
1
1 1 8 7 10 17 2
𝐿 = ∫((3 − 𝑦 2 ) − (𝑦 + 1)) 𝑑𝑦 = (− − + 2) − ( − 2 − 4) = − (− ) = =5
3 2 3 3 3 3 3
−2
2
Jadi, luas daerahnya adalah 5 3 satuan luas.
Contoh Permasalahan
Tentukan luas permukaan benda putar dari fungsi
𝑥 = 2𝑦 + 2 jika diputar mengelilingi sumbu 𝑌 sejauh
360° dengan batas 𝑦 = 0 dan 𝑦 = 5.
Penyelesaian
𝑑𝑥
𝑥 = 2𝑦 + 2 ⟶ = 𝑥′ = 2
𝑑𝑦
Misalkan luas permukaannya adalah 𝐴, maka:
𝑏 5 5
𝑑𝑥 2
𝐴 = 2𝜋 ∫ 𝑥 √1 + ( ) 𝑑𝑦 = 2𝜋 ∫(2𝑦 + 2)√1 + (2)2 𝑑𝑦 = 2𝜋 ∫(2𝑦 + 2)√5 𝑑𝑦
𝑑𝑦
𝑎 0 0
𝑏 5 5
2
𝑑𝑥
𝐴 = 2𝜋 ∫ 𝑥 √1 + ( ) 𝑑𝑦 = 2𝜋 ∫(2𝑦 + 2)√1 + (2)2 𝑑𝑦 = 2𝜋 ∫(2√5𝑦 + 2√5) 𝑑𝑦
𝑑𝑦
𝑎 0 0
𝑏 5
2
𝑑𝑥 5
𝐴 = 2𝜋 ∫ 𝑥 √1 + ( ) 𝑑𝑦 = 2𝜋 ∫(2𝑦 + 2)√1 + (2)2 𝑑𝑦 = 2𝜋(√5𝑦 2 + 2√5𝑦)|0
𝑑𝑦
𝑎 0
𝑏 5
2
𝑑𝑥
𝐴 = 2𝜋 ∫ 𝑥 √1 + ( ) 𝑑𝑦 = 2𝜋 ∫(2𝑦 + 2)√1 + (2)2 𝑑𝑦 = 2𝜋(25√5 + 10√5 − 0) = 75√5𝜋
𝑑𝑦
𝑎 0
Jadi, luas permukaan benda putar adalah 75√5𝜋 satuan luas.
𝑽 = 𝝅 ∫ 𝒚𝟐 𝒅𝒙
𝒂
𝑽 = 𝝅 ∫ 𝒙𝟐 𝒅𝒚
𝒂
Contoh Permasalahan
Sebuah kerucut terpancung dibentuk oleh garis 𝑦 = 𝑥 + 2, sumbu 𝑋, garis
𝑥 = 0 dan 𝑥 = 2. Garis tersebut diputar 360° mengelilingi sumbu 𝑋.
Hitung volume kerucut terpancung tersebut.
Penyelesaian
𝑏 2 2
𝑉 = 𝜋 ∫ 𝑦 𝑑𝑥 = 𝜋 ∫(𝑥 + 2) 𝑑𝑥 = 𝜋 ∫(𝑥 2 + 4𝑥 + 4) 𝑑𝑥
2 2
𝑎 0 0
𝑏 2
2
1
𝑉 = 𝜋 ∫ 𝑦 2 𝑑𝑥 = 𝜋 ∫(𝑥 + 2)2 𝑑𝑥 = 𝜋 ( 𝑥 3 + 2𝑥 2 + 4𝑥| )
3 0
𝑎 0
𝑏 2
1
𝑉 = 𝜋 ∫ 𝑦 2 𝑑𝑥 = 𝜋 ∫(𝑥 + 2)2 𝑑𝑥 = 𝜋 (( (2)3 + 2(2)2 + 4(2)) − 0)
3
𝑎 0
𝑏 2
8 56 2
𝑉 = 𝜋 ∫ 𝑦 2 𝑑𝑥 = 𝜋 ∫(𝑥 + 2)2 𝑑𝑥 = 𝜋 ( + 8 + 8) = 𝜋 = 18 𝜋
3 3 3
𝑎 0
2
Jadi volume kerucut terpancung tersebut adalah 18 3 𝜋
Contoh Permasalahan
Tentukan volume benda putar yang terjadi jika daerah antara
kurva 𝑦 = 𝑥 2 dan 𝑦 = 𝑥 diputar mengelilingi sumbu 𝑌 sejauh
360°.
Penyelesaian
Karena diputar mengelilingi sumbu 𝑌, maka:
𝑦 = 𝑥 2 ⇔ 𝑥 = √𝑦
Karena 𝑥 = √𝑦 lebih jauh dari 𝑥 = 𝑦 terhadap sumbu putar,
misalkan 𝑥2 = √𝑦 dan 𝑥1 = 𝑦
Titik potong kedua kurva terjadi ketika 𝑥1 = 𝑥2
𝑦 = √𝑦
⇔ 𝑦2 = 𝑦
⇔ 𝑦2 − 𝑦 = 0
⇔ 𝑦(𝑦 − 1) = 0
⇔ 𝑦 = 0 atau 𝑦 = 1
UJI PEMAHAMAN