Blok Gadar Skenario 1 Kelompok 10 PDF
Blok Gadar Skenario 1 Kelompok 10 PDF
BLOK KEGAWATDARURATAN
SKENARIO 1
“MINUM BAYGON”
OLEH : KELOMPOK 10
Minum Baygon
Seorang wanita berusia 25 tahun, pekerjaan penyadap karet, ditemukan oleh suaminya
dalam kondisi lemah tak berdaya di kamar tidurnya pada sore hari. Saat badannya hendak
diangkat ditemukan adanya berkas muntahan pada seprei kasurnya dan di mulut pasien terdapat
buih. Pasien kemudian dibawa ke Puskesmas dan diperiksa oleh dokter puskesmas tersebut.
Saat dokter Puskesmas memeriksa respon pasien, pasien hanya memberikan suara
merintih dan gerakan terhadap rangsangan yang diberikan, membuka mata jika berikan
rangsangan nyeri. Pasien bernafas pendek-pendek disertai dengan bunyi diakhir ekspirasi,
berkeringat dingin, nadi diraba lambat dan lemah. Dari mulut pasien, sang dokter mencium bau
obat pmbunuh serangga yang menyengat. Dokter tersebut kemudian memberikan pertolongan
pertama, kemudian anamnesis singkat dengan keluarga diketahui bahwa pasien sering didatangi
penagih hutang dan beberapa hari ini terlihat murung.
• Sakit kepala
• Nyeri otot
• Diare
• Kram perut
• Hilang nafsu makan
• Mual dan muntah
• Sering buang air kecil
• Detak jantung melambat
• Sesak napas
• Mengi (bengek)
• Kejang
• Lumpuh
• Koma
• Kematian
2. Apa saja komposisi baygon yang dapat menyebabkan munculnya buih pada
mulut pasien?
Insektisida ini bekerja dengan menghambat dan menginaktivasikan enzim
asetilkolinesterase. Enzim ini secara normal menghancurkan asetilkolin yang dilepaskan oleh
susunan saraf pusat, gangglion autonom, ujung-ujung saraf parasimpatis, dan ujung-ujung saraf
motorik. Hambatan asetilkolinesterase menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin
pada tempat-tempat tersebut.2
Asetilkholin itu bersifat mengeksitasi dari neuron – neuron yang ada di post sinaps,
sedangkan asetilkolinesterasenya diinaktifkan, sehingga tidak terjadi adanya katalisis dari asam
asetil dan kholin. Terjadi akumulasi dari asetilkolin di sistem saraf tepi, sistem saraf pusatm
neomuscular junction dan sel darah merah, Akibatnya akan menimbulkan hipereksitasi secara
terus menerus dari reseptor muskarinik dan nikotinik.2
Di dalam baygon itu terkandung 2 racun utama yaitu Propoxur dan transfluthrin.
Propoxur adalah senyawa karbamat yang merupakan senyawa Seperti organofosfat tetapi efek
hambatan cholin esterase bersivat reversibel dan tidak mempunyai efek sentral karena tidak
dapat menembus blood brain barrier. Gejala klinis sama dengan keracunan organofosfat tetapi
lebih ringan dan waktunya lebih singkat. Penatalaksanaannya juga sama seperti pada keracunan
organofosfat.2
Dampak terbanyak dari kasus ini adalah pada sistem saraf pusat yang akan
mengakibatkan penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler
mungkin juga terganggu, sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh
darah perifer, dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular di otak. Hipotensi yang
terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal,
hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok
mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, Hipotermia
yang terjadi akan memperberat syok, asidemia, dan hipoksia.2
Mekanisme racun masuk ke dalam tubuh, akan mengikat AchE sehingg AchE menjadi
inaktif dan terjadi akumulasi asetilkolin. Pada saat enzim ini dihambat terjadi peningkatan
jumlah asetilkolin dan berikatan dengan reseptoe muskarinik dan nikotinik pada system saraf
pusat dan perifer yang menimbulkan gejala muntah, pupil miosis, kelopak mata cekung, nyeri
epigastrium dan sesak napas.3
Reseptor muscarinic ini, selain ikatannya dengan asetilkolin,yaitu suatu alkaloid yang
dikandung oleh jamur beracun tertentu. Sebaliknya, reseptor muskarinik ini menunjukkan
afinitas lemah terhadap nikotin. Dengan menggunakan studi ikatan dan penghambat tertentu,
maka telah ditemukan beberapa subklas reseptor muskarinik seperti M1, M2, M3, M4, M5.
Reseptor muskarinik dijumpai dalam ganglia system saraf tepi dan organ efektor otonom, seperti
jantung, otot polos, otak dan kelenjar eksokrin. Secara khusus walaupun kelima subtype reseptor
muskarinik terdapat dalam neuron, namun reseptor M1 ditemukan pula dalam sel parietal
lambung, dan reseptor M2 di otot jantung, M3 dalam kelenjar eksokrin dan otot polos.3
Pada M3 akan memacu peningkatan terhadap produksi Saliva sehingga penderita
mengalami air liur yang berlebihan dan berbuih
Secara umum Baygon terdiri dari 2 bahan yaitu zat aktif atau zat racun dan zat tambahan
seperti pewangi dan lain sebagainya. Zat aktif atau zat racun inilah yang ketika masuk ke dalam
tubuh baik melalui pernafasan , tertelan, ataupun kontak kulit. Kemudian racun tersebut akan
menuju ke peredaran darah dan akan menghambat kerja enzim asetilkolinesterase yang tugasnya
menghidrolisis asetilkolin menjadi asetat dan kolin. Ketika asetilkolinesterase diinhibisi, maka
proses hidrolisis tersebut tidak terjadi dan akhirnya terjadi penumpukan asetilkolin. Asetilkolin
sendiri merupakan neurotransmitter yang bekerja di ganglion simpatis dan parasimpatis.
Sehingga apabila impulsnya meningkat maka efek dari simpatis dan parasimpatisnya meningkat,
tapi pada kasus ini parasimpatisnya yang dominan . efek parasimpatis yang berlebihan itulah
yang akan menyebabkan terjadina hipersalivasi, yang ditandai dengan keuarnya buih dari mulut
pasien.8
(Sumber
: Institut
Ilmu
Saraf
NHS
Greater
Glasgo
w and
Clyde.
Penilaia
n
kesadara
n menurut Skala Glasgow)
5. Pemeriksaan awal apa yang perlu dilakukan pada keluhan seperti di skenario?
Pada pemeriksaan fisik penting dilakukan, antara lain:5
a. Untuk mengetahui tempat masuknya racun:
• Inhalasi
• Absorbs kulit dan mukosa
• Parenteral
• Per oral : dapat diketahui lewat bau mulut atau muntahan, terdapat luka bakar keputihan
pada mukosa mulut atau keabuan pada bibir dan dagu
b. Bau racun
• Aseton > isopropyl alcohol, aseton
• Almond > sianida
• Bawang putih > arsenic, selenium
• Telur busuk > hydrogen sulfide, 9ercaptan
c. Warna urin
• Hijau/biru > metilin biru
• Kuning merah > rifampisin, besi
• Coklat tua > fenol, kresol
d. Status keadaran, menggunakan GCS
e. Pemeriksaan status lokalis head to toe
6. Mengapa muncul keluhan napas pendek dengan bunyi ekspirasi pada pasien?
Terjawab pada nomor 1
Don’t:6
- Merangsang muntah apabila racun yang tertelan bersifat korosif. Untuk mengecek racun
yang bersifat korosif dapat dilihat dari mulut dan tenggorokan pasien apakah terdapat iritasi
atau luka bakar
- Breathing rescue mouth to mouth, dianjurkan untuk menggunakan pocket face mask, bag
valve atau oksigen
Langkah selanjutnya setelah survey primer (resusitasi) dan survey skunder adalah sebagai
berikut:2
1. Dekontaminasi
Merupakan terapi intervensi yang bertujuan untuk menurunkan pemaparan terhadap racun,
mengurangi absorpsi dan mencegah kerusakan. Ada beberapa dekontaminasi yang perlu
dilakukan yaitu:
a. Dekontaminasi pulmonal
Dekontaminasi pulmonal berupa tindakan menjauhkan korban dari pemaparan inhalasi
zat racun, monitor kemungkinan gawat napas dan berikan oksigen 100% dan jika perlu
beri ventilator.
b. Dekontaminasi mata
Dekontaminasi mata berupa tindakan untuk membersihkan mata dari racun yaitu dengan
memposisikan kepala pasien ditengadahkan dan miring ke posisi mata yang terburuk
kondisinya. Buka kelopak matanya perlahan dan irigasi larutan aquades atau NaCL 0,9%
perlahan sampai zat racunnya diperkirakan sudah hilang.
c. Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku)
Tindakan dekontaminasi paling awal adalah melepaskan pakaian, arloji, sepatu dan
aksesoris lainnnya dan masukkan dalam wadah plastik yang kedap air kemudian tutup
rapat, cuci bagian kulit yang terkena dengan air mengalir dan disabun minimal 10 menit
selanjutnya keringkan dengan handuk kering dan lembut.
d. Dekontaminasi gastrointestinal
Penelanan merupakan rute pemaparan yang tersering, sehingga tindakan pemberian
bahan pengikat (karbon aktif), pengenceran atau mengeluarkan isi lambung dengan cara
induksi muntah atau aspirasi dan kumbah lambung dapat mengurangi jumlah paparan
bahan toksik.
2. Eliminasi
Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat pengeluaran racun yang sedang beredar
dalam darah, atau dalam saluran gastrointestinal setelah lebih dari 4 jam. Langkah-langkahnya
meliputi :
a. Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan
pemberian sirup ipecac 15 – 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil.
b. Katarsis, (intestinal lavage), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai
diusus halus dan besar.
c. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun, atau
pada penderita yang tidak kooperatif. Hasilnya paling efektif bila kumbah lambung
dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Emesis, katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi
kurang dari 4-6 jam. pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung
sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah
aspirasi pnemonia.
Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut: 10
a. Pengobatan pada pasien yang sadar :
1) Kumbah lambung
2) Injeksi sulfas atropin 2 mg (8 ampul) Intra muscular
3) 30 menit kemudian berikan 0,5 mg SA (2 ampul) IM, diulang tiap 30 menit sampai terjadi
artropinisasi.
4) Setelah atropinisasi tercapai, diberikan 0,25 mg SA (1 ampul) IM tiap 4 jam selama 24 jam .
b. Pada pasien yang tidak sadar
1) Injeksi sulfus Atropin 4 mg intra vena (16 ampul)
2) 30 menit kemudian berikan SA 2 mg (8 ampul) IM, diulangi setiap 30 menit sampai klien
sadar.
3) Setelah klien sadar, berikan SA 0,5 mg (2 ampul) IM sampai tercapai atropinisasi, ditandai
dengan midriasis, fotofobia, mulut kering, takikardi, palpitasi, dan tensi terukur.
4) Setelah atropinisasi tercapai, berikan SA 0,25 mg (1 ampul) IM tiap 4 jam selama 24 jam.
10. Apa saja penanganan lanjutan yang dapat dilakukan pada kasus seperti di
skenario?
12. Apa saja bentuk respon pasien yang dapat dinilai oleh dokter?
Terjawab pada nomor 4
13. Apa yang akan terjadi apabila pasien tidak segera ditangani?
Dampak terbanyak dari kasus ini adalah pada sistem saraf pusat yang akan
mengakibatkan penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskular
mungkin juga terganggu, sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh
darah perifer, dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular di otak. Hipotensi yang
terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan ginjal,
hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh. Gambaran khas syok
mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat dan hipotermia, hipotermia
yang terjadi memperberat syok, asidemia, dan hipoksia.7
14. Bagaimana hubungan status usia dengan keluhan?
Terjawab pada nomor 8
SOAP
Identitas: Wanita berusia 25 tahun
Subjective:
- Lemah tak berdaya
- Terdapat buih dari mulut pasien
Objective:
- KU: tampak sakit berat
- GCS: 8 (2-2-4)
- Napas pendek-pendek disertai dengan bunyi diakhir respirasi
- Berkeringat dingin
- Nadi teraba lambat dan lemah
- Dari mulut pasien tercium bau obat pembunuh serangga
Assessment
- Intoksikasi insektisida organofosfat
- Overdosis obat-obatan
Planning
- Untuk pasien di skenario ini akan dilakukan primary assessment berupa stabilisasi
airway, breathing dan circulation. Kemudian dilakukan dekontaminasi serta eliminasi
racun dari tubuh pasien.
TABEL DIAGNOSIS BANDING
Intoksikasi
Overdosis obat-
Anamnesis Insektisida
obatan
organofosfat
P(x) Fisik:
Kepala: + +/-
- Pupil (1 mm/ 1 mm) + +
- Hipersalivasi (+)
Toraks: + +/-
- Takipneu + +/-
- Wheezing
Abdomen: +/- +/-
- Dalam batas normal
Sensoris: + -
- Merespon dengan nyeri
P(x) Lab:
- Darah: normal + +
- EKG: Sinus bradikardi
+ +
LANGKAH 4. POHON MASALAH
PROBLEM TREE
Wanita berusia
25 tahun
DD
1. Intoksikasi insektisida
organofosfat
- KU: tampak sakit berat 2. Overdosis obat-obatan
- GCS: 8 (2-2-4)
- Napas pendek-pendek
Tanda vital:
disertai dengan bunyi
1. RR: 28x/min
diakhir respirasi
Pemeriksaan 2. Suhu: 36,3 C
- Berkeringat dingin
fisik 3. HR: 42 x/min
- Nadi teraba lambat dan
4. TD: 80/50
lemah
mmHg
- Dari mulut pasien
tercium bau obat DK
pembunuh serangga Intoksikasi insektisida
organofosfat
Definisi Prognosis
Epidemiologi Pencegahan
Etiologi Komplikasi
Faktor Talak
Risiko
Klasifikasi Diagnosis
A. Definisi
-Racun adalah suatu zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorpsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil dapat
mengakibatkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Racun merupakan zat
yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik yang dalam dosis toksik akan
-Keracunan dapat diartikan sebagai masuknya suatu zat kedalam tubuh yang dapat
menyebabkan kematian.
spektrofotometer.
B. Epidemiologi
sebanyak 550 orang menunjukan keracunan 99,8 % dengan rincian ; keracunan berat
18,2%; kearacunan sedang 72,73%; keracunan ringan 8,9% dan normal 0,18 %. 11,12).
Kecamatan Ngablak memiliki luas lahan pertanian 3252 Ha, dengan jumlah kelompok
tani sebanyak 73 kelompok yang tersebar di 16 desa. Pada umumnya mereka bercocok
tanam tanaman hortikultura seperti kobis, kentang, wortel, tomat, cabe dan sebagainya,
sedang pada musim tanam tembakau tiba mereka menanam tembakau dengan sistem
tumpang sari. Pada tahun 2006 di Kecamatan Ngablak telah dilaksanakan pemeriksaan
aktifitas kholinesterase pada petani dengan jumlah sampel yang diperiksa 50 orang
48%, keracunan ringan 34% dan normal 2%. Pada tahun 2008 hasil penelitian dengan
jumlah sampel yang diperiksa 68 orang menunjukkan kadar kholinesterase darah petani
sayuran di Desa Sumberejo yang mengalami keracunan sebesar 76,47% 11,12,14). Pada
bulan Desember 2008 hasil prapenelitian dengan jumlah sampel yang diperiksa 10 orang
istri petani menunjukkan kadar kholinesterase darah di Desa Sumberejo yang mengalami
Sebagian besar terjadi di negara berkembang sebagai akibat dari paparan yang
tidak disengaja maupun disengaja. Merupakan penyebab paling sering kematian akibat
keracunan yang disengaja, menyebabkan sekitar 200.000 kematian tiap tahun di Srilanka
sekitar 10.000-20.000 pasien rawat inap karena organofosfat 10% meninggal kebanyakan
ester asam fosfat atau asam tiofosfat. Umunya digunakan sebagai insektisida dalam
ruangan dan sifatnya sangat toksik. Pestisida orgaofosfat apabila masuk ke dalam tubuh
baik melalui pernafasan , tertelan, ataupun kontak kulit dapat menuju ke peredaran darah
asetilkolin menjadi asetat dan kolin. Ketika asetilkolinesterase diinhibisi, maka proses
hidrolisis tersebut tidak terjadi dan akhirnya terjadi penumpukan asetilkolin. Asetilkolin
Sehingga apabila impulsnya meningkat maka efek dari simpatis dan parasimpatisnya
meningkat, tapi pada kasus ini parasimpatisnya yang dominan . efek parasimpatis yang
kandungan baygon itu sendiri yang terkandung 2 racun utama yaitu Propoxur dan
organofosfat tetapi efek hambatan cholinesterase bersifat reversibel (sementara) dan tidak
mempunyai efek sentral karena tidak dapat menembus blood brain barrier.
2. Cara pemberian
Setiap racun baru akan menimbulkan efek yang maksimal pada tubuh jika cara
pemberiannya tepat. Misalnya jika racun-racun yang berbentuk gas tentu akan
memberikan efek maksimal bila masuknya ke dalam tubuh secara inhalasi. Jika racun
tersebut masuk kedalam tubuh secara ingesti tentu tidak akan menimbulkan akibat yang
sama hebatnya walaupun dosis yang masuk ke dalam tubuh sama besarnya Berdasarkan
cara pemberian, maka umumnya racun akan paling cepat bekerja pada tubuh jika masuk
secara inhalasi, kemudian secara injeksi (i.v, i.m, dan s.c), ingesti, absorbsi melalui
mukosa, dan yang paling lambat jika racun tersebut masuk ke dalam tubuh melalui kulit
yang sehat
3. Racunnya sendiri
a. Dosis
ditimbulkan Dalam hal ini tidak boleh dilupakan akan adanya faktor toleransi, dan
racun yang masuk ke dalam tubuh belum mencapai level toksik. Keadaan
intoleransi tersebut dapat bersifat bawaan / kongenital atau intoleransi yang didapat
setelah seseorang menderita penyakit yang mengakibatkan gangguan pada organ
b. Konsentrasi
Untuk racun-racun yang kerjanya dalam tubuh secara lokal misalnya zat-zat korosif,
konsentrasi lebih penting bila dibandingkan dengan dosis total. Keadaan tersebut
berbeda dengan racun yang bekerja secara sistemik, dimana dalam hal ini dosislah
racun tersebut.
Racun yang berbentuk cair tentunya akan lebih cepat menimbulkan efek bila
dibandingkan dengan yang berbentuk padat. Seseorang yang menelan racun dalam
keadaan lambung kosong, tentu akan lebih cepat keracunan bila dibandingkan
D. Klasifikasi
a. Keracunan akut
Bentuk keracunan yang terjadi jika gejala keracunan timbul dalam waktu kurang dari
24 jam sesudah masuknya zat racun ke dalam tubuh dan paparan terjadi sangat
Keracunan akut biasanya disebabkan oleh suatu dosis tunggal racun berupa cairan, padat
atau gas yang mudah diserap dan berkemampuan untuk merusak satu atau lebih proses
b. Keracunan sub-akut
Keracunan sub-akut timbul akibat paparan yang sering dan berulang selama beberapa jam
atau hari. Gejala keracunan ini biasanya sama dengan keracunan akut, dan bahan toksik
c. Keracunan kronik
Keracunan kronik terjadi akibat paparan yang berulang selama jangka waktu yang lama,
terhadap suatu bahan toksik yang memiliki kecenderungan untuk berakumulasi didalam
tubuh.
-Makan makanan yang mengandung suatu bahan toksik dalam jumlah kecil yang
persisten menekan fungsi beberapa organ tertentu pada tingkatan aktivitas subnormal
E. Faktor Risiko
2. Kondisi gizi, seseorang yang kondisi gizi nya buruk maka protein dalam tubuhnya
3. Jenis kelamin, kadar kolinesterase pada perempuan kebih tinggi dibanding laki-laki,
5. Kebiasaan, Jika terbiasa kontak dengan racun dalam jumlah kecil mungkin dapat
terjadi toleransi terhadap racun yang sama dalam jumlah relatif besar tanpa menimbulkan
gejala keracunan.
6. Dosis racun , Jumlah racun sangat berkaitan erat dengan efek yang ditimbulkannya.
Pada umumnya dosis racun yang besar akan menyebabkan kematian lebih cepat. Dosis
pemakaian pestisida yang banyak akan semakin mempercepat terjadinya keracunan pada
7. Jangka waktu atau lamanya terpapar, Paparan yang berlangsung erus-menerus lebih
berbahaya daripada paparanyang terputus-putus pada waktu yang sama. Jadi pemaparan
yang telah lewat perlu diperhatikan bila terjadi risiko pemaparan baru. Karena itu
keracunan kronik.
1. Kuantitasracun, semakin banyak racun yang masuk ke dalam tubuh semakin parah
2. Bentuk racun, semakin mendekati gas semakin beracun dan semakin mendekati ke
3. Cara masuknya racun, paling cepat melalui inhalasi, kemudian intravena, dan apabila
lewat kontak kulit, pada kulit yang terbuka lebih cepat dibanding kulit yang utuh.
4. Kondisi tubuh, yang meliputi usia, reaksi hiersensitivitas, kebiasaa, dan status
kesehatan.
F. Manifestasi Klinis
Efek muskarinik: Salivasi, lakrimasi, urination, emesis, bradikardia, hipotensi, miosis dan
bronkopasme
dan takikardi
paralise.
G. Patofisiologi
untuk menghidrolisis asetilkolin menjadi 2 fragmen yaitu asam asetat dan kolin, tetapi
karena masuknya zat aktif pada racun (propksur) maka akan menyebabkan ikatan itu di
inhibisi, dan terjadi ikatan antara propoksur dengan AchE → Menagkibatkan asetilkolin
tidak dapat di hidrolisis menjadi 2 fragmen, sehingga terjadi penumpukan asetilkolin→
manusia rendah, tetapi kepada hewan tinggi maka gejala yang ditimbulkan tidak separah
jenis insektisida organofosfat. Dan ikatan yang terjadi pada carbamat ini bersifat
Selain itu, penghambatan kerja enzim ini terjadi karena carbamat melakukan
fosforilasi enzim tersebut dalam bentuk komponen yang stabil → sehingga terjadi
Asetilkolin (ACh) merupakan sebuah senyawa yang terdiri atas asetic acid dan
kolin. Senyawa asetilkolin dapat diubah menjadi dua struktur tersebut dengan bantuan
enzin asetilkolin esterase (AChE) melalui active site aminoacid serin hidroksil. Pada
dengan serine hydroxyl group yang berlokasi di active site AChE. Ketika ache tidak
dapat teraktivasi oleh ACh, ACh akan terakumulasi dan menyebbkan overstimulasi
sebelumnya. Intoksikasi OP sendiri awalnya bersifar reversible, saat situasi ini terjadi,
dengan organoforfat. Namun, bila tidak segera ditangani, keadaan reversible dapat
berubah menjadi irreversebel. Hal ini dapat terjadi akubat sebuah proses yang dinamakan
aging. Keadaan pada aging menyebabkan pralidoxin tidak bias berikatan dengan
- Pemeriksaan Penunjang :
1. Analisis toksikologi, dilakukan sedini mungkin. Sampel yang
digunakan adalah 50 ml urin, 10 ml serum, bahan muntahan, dan feces.
2. Pemeriksaan radiologi, perlu dilakukan terutama bila curiga adanya
aspirasi zat racun melalui inhalasi atau dugaan adanya perforasi lambung
3. Pemeriksaan gas darah
4. Pemeriksaan fungsi hati, ginjal, dan sedimen urin
5. Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu
6. Pemeriksaaan EKG, apabila kasus keracunan diikuri dengan terjadinya
gangguan irama jantung
I. Tatalaksana
-Stabilisasi
oksigenasi).
-Dekontaminasi
masker dan apron. Tindakan dekontaminasi tergantung pada lokasi tubuh yang terkena
racun yaitu:
a. Dekontaminasi pulmonal. Dekontaminasi pumonal berupa tindakan menjauhkan
korban dari pemaparan inhalasi zat racun, monitor kemungkinan gawat napas dan
mata dari racun yaitu posisi kepala pasien ditengadahkan dan miring ke sisi mata
yang terkena atau terburuk kondisinya. Buka kelopak matanya perlahan dan irigasi
larutan aquades atauNaCl 0,9o2 perlahan sampai zat racnffiya diperkirakan sudah
hilang (hindari bekas larutan pencucian mengenai wajah atau mata lainnya)
selanjutnya tutup mata dengan kassa steril segera konsul dokter mata.
c. Dekontaminasi kulit (rambut dan kuku). Tindakan dekontaminasi paling awal adalah
melepaskan pakaian, arloji, sepatu dan aksesori lainnya dan masukkan dalam wadah
plastik yang kedap air dan tutup rapat, cuci (scrubbing) bagian kulit yang terkena
dengan air mengalir dan disabun minimal 10 menit selanjutnya keringkan dengan
mengeluarkan isi lambung dengan cara induksi muntah atau aspirasi dan kumbah
-Eliminasi
Tindakan eliminasi adalah tindakan untuk mempercepat pengeluaran racun yang sedang
beredar dalam darah, atau dalam saluran gastrointestinal setelah lebih dari 4 jam.
Apabila masih dalam saluran cerna dapat digunakan pemberian arang aktif yang
diberikan berulang dengan dosis 30-50 gram (0,5 - 1 gram / kg BB) setiap 4jam per oraV
enteral. Tindakan ini bermanfaat pada keracunan obat seperti karbamazepin, chlordecone,
phenoxyacetate herbisida. Tindakan eliminasi yang lain perlu dikonsulkan pada dokter
spesialis penyakit dalam karena tindakan spesialistik berupa cara eliminasi racun yaitu:
1). Diuresis paksa (forced diuresis); 2). Alkalinisasi urin, 3). Asidifikasi urin; 4).
sedikit jenis racun yang ada obat antidotumnya dan sediaan obat antidot yang tersedia
J. Komplikasi
Kejang, koma, henti jantung, henti nafas, syok dan kematian akibat keracunan biasanya
diakibatkan oleh kegagalan pernapasan karena kelemahan otot pernapasan, serta depresi
K. Pencegahan
• Sebelum menggunakannya bacalah label yang ada dikemasan. Jangan rusak label
bahayanya dan pertolongan pertamanya jika terjadi keracunan serta informasi lainnya.
• Pestisida hendaklah disimpan dengan aman ( ditempat yang tidak terjangkau oleh anak-
anak seperti dilemari yang terkunci atau tempat yang agak tinggi) sebelum dan setelah
digunakan.
L. Prognosis
dipengaruhi oleh tipe dari zat yang digunakan, kadar zat yang tertelan, kesehatan dari
Prognosis dari kasus ini pada umumnya baik, bila pengobatan dilakukan secepat
mungkin, namun akan berdampak fatal hingga pada kematian jika terjadi kesalahan