Anda di halaman 1dari 47

 

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
“ CRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) “
DI RSUP PERSAHABATAN RUANG BEDAH THORAX

NAMA : Lidya Naftalya Pattimahu

NPM : 18190000067

PRODI : PROFESI NERS

PROGAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU (STIKIM)
2020
LAPORAN PENDAHULUAN CRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

1. DEFINISI
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan
kondisi cairn tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal dibagi menjadi dua yakni
gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Gagal Ginjal Kronik merupakan perkembangan gagal
ginjal yang progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan
tidak reversible) (Price & Wilson, 2006).

2. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem Perkemihan adalah suatu sistem yang di
dalamnya terjadi penyaringan darah sehingga darah
bebas dari zat yang tidak digunakan oleh tubuh. Zat
ini akan larut di dalam air dan dikeluarkan berupa
urine. Zat yang dibutuhkan tubuh akan beredar
kembali dalam tubuh melalui pembuluh darah
kapiler ginjal, masuk ke dalam pembuluh darah dan
beredar ke seluruh tubuh. Sistem Perkemihan
merupakan sistem rangkaian organ yang terdiri atas
ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra.
SUSUNAN SISTEM PERKEMIHAN
Sistem perkemihan merupakan sistem rangkaian organ yang terdiri atas :
1. Ginjal (ren) yang menghasilkan urine.
2. Ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih).
3. Vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan.
4. Uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.

1. GINJAL
Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostatis
cairan tubuh. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan hemeostatis
dengan mengatur volume cairan, keseimbangan asam-basa, ekskresi sisa
metabolisme, dan sisitem pengaturan hormonal dan metabolisme. Ginjal
terletak didalam rongga abdomen retroperiteneal kiri dan kanan kolumna
vetrebalis, dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat dibelakang peritoneum. Batas ginjal kiri
setinggi iga ke-11 dan ginjal kanan setinggi iga ke-12, sedabgkan batas bawah setinggi vetrebalis
lumbalis ke-3.
Setiap ginjal mempunyai panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm dan tebal 2,5 cm. ginjal kiri memiliki
ukuran lebih panjang daripada ginjal kanan. Berat ginjal pria dewasa 150-170 gram dan wanita
115-155 gram. Bentuk ginjal seperti kacang, sisi dalam menghadap ke vertebra torakalis, sisi
permukaannya cembung, dan diatas sietiap ginjal terdapat sebuh kelenjar suprarenal.

Struktur Ginjal
Ginjal ditutup oleh kapsul tunika fibrosa yang kuat, apabila kapsula dibuka terlihat permukaan
ginjal yang licin dengan warna merah tua. Dengan potongan melintang vertikal dari ginjal
melalui margo lateralis ke margo medialis akan terlihat hilus yang meluas ke ruangan sentral
yang disebut sinus renalis yaitu bagian atas dari pelvis renalis. Ginjal terdiri atas :
a. Medula (bagian dalam): substansi medularis terdiri atas pyramid
renalis, jumlahnya antara 8-16 buah yang mempunyai basis
sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya menghadap ke sinus renalis.
b. Korteks (bagian keluar): substansi kortekalis berwarna cokelat
merah, konsistensi lunak, dan bergranula. Substansi tepat dibawah
fibrosa, melengkung sepanjang basis pyramid yang berdekatan
dengan sinus renali. Bagian dalam diantara pyramid dinamakan
kolumna renalis.

Pembungkus Ginjal
Ginjal dibungkus oleh masa jaringan lemak yang disebut
kapsula adipose (peritoneal feet). Bagian yang paling tebal
terdapat pada tepi ginjal yang memanjang melalui hilis
renalis. Ginjal dan kapsula adipose tertutup oleh lamina
khusus dari fasia subserosa yang disebut fasia renalis yang
terdapat diantara lapisan dalam dari fasie profunda dan
stratum fasia subserosa internus. Fasia fibrosa terbagi
menjadi dua.
Struktur Mikroskopis Ginjal
Satuan fungsional ginjal disebut juga nefron, mempunyai ±1,3 juta. Selama 24 jam nefron dapat
menyaring 170 liter darah. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal. Lubang-
lubang yang terdapat pada renal pyramid masing-masing membentuk simpul yang terdiri atas
satu badan malpigi yang disebut glomerulus.

Bagian-bagian dari Nefron

a. Glomerulus:

Bagian ini merupakan gulungan atau


anyaman kapiler yang terletak di dalam
kapsula Bowman menerima darah dari
arterio aferen dan merusakan ke sistem
vena melaui arteriol eferen. Natrium
secara bebas difiltrasi ke dalam glomerulus
sesuai dengan konsentrasi dalam plasma
begitu juga dengan Kalium yang juga
difiltrasi secara bebas. Glomerulus terbagi atas beberapa bagian :
1) Elektro mikroskopis glomerulus. Glomerulus berdia-meter 200 µm, dibentuk oleh
invaginasi suatu anyaman kapiler yang menempatikapsula Bowman. Glomerulus
mempunyai dua lapisam yang memisahkan darah dari dalam kapiler glomerulus dan fitrat
dalam kapsula Bowman. Lapisan tersebut yaitu lapisan endotel khusus dan terletak diatas
kapiler glomerulus. Kedua lapisan ini dibatasi oleh lamina basalis dan terdapat sel-sel
stelata. Sel ini mirip sel parasit yang terdapat pada dinding kapiler seluruh tubuh.
2) Apparatus junkta glomerulus. Arteri eferen dan ujung akhir ansa Henle asendens tebal,
nefron yang sama bersentuhan untuk jarak yang pendek. Pada titik persentuhan, sel
tubulus (ansa Hele)asendens menjadi tinggi disebut macula densa. Dinding arteriol
bersentuhan dengan ansa Henle menjadi tebal karena sel-selnya mengandung butiran
sekresi rennin yang besar, sel ini disebut junkta glomerulus. Macula densa dan sel junkta
glomerulus erat kaitannya dengan pengaturan volume cairan ekstra sel dan tekanan
darah.
3) Sawar ginjal. Adalah istilaj yang dihunakan untuk bangunana yang memishkan darah
kapiler glomerulus dari filtrate dalam rongga kapsula Bowman. Partikel ini dihubungkan
dengan membrane celah lapisan yang utuh sebagai saringan utama yang mencegah
lewatnya molekul besar. Partikel yang lebih halus mampu masuk sampai ke rongga
kapsula. Filtrasi halus melalui sawar dan tergantung pada tekanan hidrostastik darah
dalam kapiler glomerulus. Pada umunya tekana hidrostatik darah adalah 75 mmHg.

b. Tubulus Proksimal Konvulta: tubulus ginjal yang langsung berhubungan dengan kapsula
Bowman dengan panjang 15 mm dan diameter 55 µm. bentuknya berkelok-kelok berjalan
dari korteks ke bagian medulla lalu kembali ke korteks, sekitar 2/3 dari natrium yang
terfiltrasi akan diabsorpsi secara isotonic bersama klorida. Proses ini melibatkan transport
aktif natrium. Peningkatan reabsorpsi natrium akan mengurangi pengeluaran air dan
natrium. Hal ini dapat mengganggu pengenceran dan pemekatan urine yang normal. Lebih
dari 70% kemungkinana kalium direapsorbsi dan dengan mekanisme transport aktif akan
terpisah dari reabsorbsi natrium.
c. Gelung Henle (ansa Henle): bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis
selanjutnya ke segmen tebal, panjangnya 12 mm, total panjangnya ansa Henle 2-14 mm.
Klorida secara aktif diserap kembali pada cabang asendens gelung Henle dan natrium
bergerak secara pasif untuk mempertahankan kenetralan listrik.
Sekitar 25% natrium yang difiltrasi diserap kembali karena darah nefron tidak permeable
terhadap air. Reabsorpsi klorida dan natrium di pars asendens penting untuk pemekatan
urine karena membantu mempertahankan intregitas gradiens konsentrasi medulla. Kalium
terfiltrasi 20-25% diabsorpsi pada pars asendens lengkung henle.
d. Tubulus Distal Konvulta: bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelok-kelok dan
letaknya jauh dari kapsula bowman, panjangnya 5mm. Tubulus distal dari masing-masing
nefron bermuara ke duktus kolinentis yang panjagnya 20 mm.
Masing-masing duktus koligens berjalan melalui korteks dan medulla ginjal bersatu
membentuk suatu dukturs yang berjalan lurus dan bermuara pada duktus belini, seterusnya
menuju kaliks minor, ke kaliks mayor, dan akhirnya mengosongkan isinya ke dalam pelvis
renalis pada apeks masing-masing pyramid medulla ginjal. Panjang nefron keseluruhan
ditambah reabsorpsi dengan duktus kolingentis adalah 45-46 mm. nefron yang berasal dari
glomerulus korteks mempunyai ansa henle yang memanjang ke dalam pyramid.
e. Dukstus Kolingentis Medula: saluran yang secara metabolic tidak aktif. Pengaturan secara
halus eksresi natrium urine terjadi disini dengan adolsteron yang paling berperan terhadapa
reapsorbsi natrium. Duktus ini memiliki kemampuan mereabsorpsi dan menyekresi kalium.
Ekskresi kalium dilakukan pada duktus koligen kortikal dan dikendalikan oleh aldosteron.
Reabsorpsi aktif kalium murni terjadi dalam duktus kolingen muda.

Peredaran Darah Ginjal


Ginjal mendapatkan darah dari arteri renalis
yang merupakan cabang dari aorta abdominalis
sebelum masuk ke massa ginjal. Arteri renalis
mempunyai cabang besar yaitu arteri renalis
anterior dan ventral dari ginjal sedangkan
cabang posterior membe-rikan darah untuk
ginjal posterior dan bagian dorsal. Diantara
kedua cabang ini terdapat suatu garis (Brudels
Line) sepan-jang margo lateral dan ginjal. Pada
garis ini tidak terdapat pembuluh darah
sehingga kedua cabang ini menyebar sampai ke bagian anterior dan posterior dari colisis sampai
ke medulla ginjal. Pembuluh darah yang terletak diantara pyramid disebut arteri arquarta.
Pembuluh darah ini akan bercabang menjadi interlobularis yang berjalan tegak ke dalam korteks
dan berakhir sebagai :
a. Vasa aferen flomerulus untuk 1-2 glomerulus,
b. Pleksus kapiler sepanjang tubulus melingkar dalam korteks tanpa berhubungan dengan
glomerulus,
c. Pembuluh darah menembus kapsula bowman.
Dari glomerulus keluar pembuluh darah aferen, selanjutnya terdapat anyaman yang
mengelilingi tubuli kontorti. Selain itu, terdapat cabang yang lurus menuju ke pelvis renalis dan
memberikan darah untuk ansa Henle dan duktus koligen dinamakan arteri rektae (A.Supriae).
setelah dari pembuluh rambut ini, darah kemudian berkumpul dalam kapiler vena yang
bentuknya seperti bintang disebut stelatae dan berjalan ke vena interlobularis.

Pembuluh Limfe Ginjal


Pembuluh limfe mengikuti perjalanan arteri renalis menuju ke nodi limfatikus aorta lateral yang
terdapat di sekitar pangkal arteri renalis dan dibentuk oleh pleksus yang berasal dari masa ginjal.
Kapsula fibrosa bermuara di nodus lateral aortika.
Persarafan Ginjal
Saraf ginjal terdiri atas ±15 ganglion. Ganglion ini membentuk fleksus renalis (vasomotor) yang
berasal dari cabang terbawah dan dari luar ganglion pleksus seliaka, pleksus akustikus, dan
bagian bawah splenikus. Pleksus renalis bergabung dengan pleksus spermatikus dengan cara
memberikan beberapa serabut yang dapat menimbulkan nyeri pada testis, pada kelainan ginjal.

2. URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal
ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan
penampang ± 0,5 cm dan mempunyai tiga jepitan sepanjang jalan.
Piala ginjal berhubungan dengan ureter pada waktu ureter menjadi kaku melewati pinggir pelvis
dan pada waktu ureter melewati kandung kemih.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan peristaltic setiap 5 menit untuk mendorong air
kemih masuk ke dalam kandung kemih. Bagina ujung atas pelvis ginjal (pelvis ureter) melebar
membentuk corong dan terletak dalam hilus ginjal menerima kaliks mayor. Uretra keluar dari
hilus ginjal berjalan vertikal ke bawah dibelakang peritoneum parietal dan melekat pada
muskulus psoas yang memisahkannya dengan prosesua transverses vertebra lumbalis.
Lapisan Ureter
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa).
b. Lapisan tengah (otot polos).
c. Lapisan sebelah dalam (lapisan mukosa).
Lokasi Ureter
a. Pars abdominalis ureter : dalam kavum abdomen ureter terletak dibelakang peritoneum
sebelah media anterior muskulus pars mayor dan ditutupi oleh fasia subserosa. Vasa
spermatika dan ovarika interna menyilang ureter secara oblique. Ureter akan mencapai
kavum pelvis dan menyilang arteri iliaka eksterna.
Ureter kanan terletak pada pars desendens duodenum. Sewaktu turun kebawah terdapat di
kanan bawah dan dislang oleh kolon dekstra dan vasa iliaka iliokolika, dan dekat aperture
pelvis akan dilewati oleh bagian bawah menstrium dan bagian akhir ileum. Ureter kiri
disilang oleh vasa koplika sinistra dekat aperture pelvis superior dan berjalan di belakang
kolon sigmoid dan menstrium.
b. Pars pelvis ureter : pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral dari kavum pelvis
sepanjang tepi anterioir dari insusisura iskiadika mayor dan tertutup oleh peritoneum.
Ureter dapat ditemukan didepan arteri hipogastrika bagian dalam nervus obturatoris ateri
fasilais anterior dan arteri hemoroidalis media. Pada bagian bawah insisura iskhiadika
mayor ureter agak miring ke bagian medial untuk mencapai sudut lateral dari kandung
kemih.
c. Ureter pada pria : pada pria terdapat dalam fisura seminalis. Ureter berjalan sepanjang
2cm didalam dinding kandung kemih pada sudut lateral dari trigonum vesika.
d. Ureter pada wanita : posisinya mencapai fundus vesika urinaria. Ureter berjalan sepanjang
2,5 cm. selanjutnya arteri ini menyilang ureter dana menuju keatas di antara lapisan
ligamentum latum. Ureter mempunyai jarak 2cm dari sisi servikus uterus. Ada tiga tempat
penting di ureter yang mudah terjadi penyumbatan yaitu: pada sambungan ureter pelvis
diameter 2mm, penyilangan vasa iliaka diameter 4mm, dan pada saat masuk dinding
kandung kemih berdiameter 1-5 mm.
Pembuluh darah ureter:
a. Arteri renalis
b. Arteri spermatika interna
c. Arteri hipogastrika
d. Arteri vesikalis inferior
Persarafan ureter: merupakan cabang dari pleksus mesentrekius inferior, pleksus spermatika,
dan pleksus pelvis. Sepertiga bawah dari ureter terisi oleh sel-sel saraf yang bersatu dengan
rantai eferen dan nervus vagus. Rantai eferens dan nervus torakalis XI dan XII, nervus lumbalis I
dan nervus vagus mempunyai rantai eferen untuk uretra.

3. VESIKA URINARIA (KANDUNG KEMIH)


Vesica urinaria, sering juga disebut kandung
kemih atau buli-buli, merupakan tempat untuk
menampung urine yang berasal dari ginjal
melalui ureter, untuk selanjutnya diteruskan
ke uretra dan lingkungan eksternal tubuh
melalui mekanisme relaksasi sphincter. Vesica
urinaria terletak di lantai pelvis (pelvic floor), bersama-sama dengan organ lain seperti rektum,
organ reproduksi, bagian usus halus, serta pembuluh-pembuluh darah, limfatik dan saraf.
Dalam keadaan kosong vesica urinaria berbentuk tetrahedral yang terdiri atas tiga bagian yaitu
apex, fundus/basis dan collum. Serta mempunyai tiga permukaan (superior dan inferolateral
dextra dan sinistra) serta empat tepi (anterior, posterior, dan lateral dextra dan sinistra). Dinding
vesica urinaria terdiri dari otot m.detrusor (otot spiral, longitudinal, sirkular). Terdapat trigonum
vesicae pada bagian posteroinferior dan collum vesicae. Trigonum vesicae merupakan suatu
bagian berbentuk mirip-segitiga yang terdiri dari orifisium kedua ureter dan collum vesicae,
bagian ini berwarna lebih pucat dan tidak memiliki rugae walaupun dalam keadaan kosong.
Lapisan Otot
Lapisan otot kandung kemih terdiri atas otot polos yang tersusun dan saling berkaitan disebut
muskulus detrusor vesikae. Peredaran darah vesika urinaria berasal dari srteri vesikalis superior
dan inferioir yang merupakan cabang dari arteri iliaka interna.
Pembuluh Limfe
Pembuluh limfe kandung kemih mengalirkan cairan limfe ke dalam nodi limpatik iliaka interna
dan eksterna.
Persarafan
Vesicae urinaria diperdarahi oleh a.vesicalis superior dan inferior. Namun pada perempuan,
arteri vesicalis inferior digantikan oleh arteri vaginalis. Sedangkan persarafan pada vesica
urinaria terdiri atas persarafan simpatis dan parasimpatis. Persarafan simpatis melalui nervus
splanchnicus minor, nervus splanchnicus imus, dan nervus splanchnicus lumbalis L1-L2. Adapun
persarafan parasimpatis melalui nervus splanchnicus pelvicus S2-S4, yang berperan sebagai
sensorik dan motorik.

4. URETRA
Uretra merupakan alur sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan urine ke luar. (berikut ini adalah gambar uretra pria dan wanita)

Uretra Pria
Uretra pria dimulia dari ofisum uretra interna di dalam kandung
kemih sampai orifisum uretra eksterna pada pensi, panjangnya
17,5-20 cm yang terdiri atas bagian-bagian berikut :
a. Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior
kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang
berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
b. Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat.
Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
c. Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini
menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi
otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali
volunter (somatis).
d. Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars
membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus
spongiosum di bagian luarnya.

Uretra Wanita
Terletak dibelakang simpisis, berjalan sedikit miring kearah atas,
selurhnya dangkal, panjangnya ±4cm, mulai dari orifisum uretra
interna sampai orifisum uretran eksterna. Apabila tidak berdilatasi
diameternya 6cm. uretra wanita jauh lebih pendek dari uretra pria
dan terdiri atas otot polos yang diperkuat oleh sfingter otot rangka.
Pada muaranya ditandai dengan banyak sinus venosus mirip
jaringan kavernosa. Lapisan uretra wanita terdiri atas :
a. Tunika muskularis.
b. Lapisan spongeosa berjalan pleksus dari vena-vena.
c. Lapisan mukosa sebelah dalam.

Fungsi sistem perkemihan antara lain :


a. Membuang Sisa Metabolisme :
1) Sisa metabolisme Nitrogenous : ureum, creatinin, uric acid.
2) Racun-racun/Toxins
3) Obat-obat/Drugs
b. Pengaturan Homeostasis :
1) Keseimbangan air
2) Elektrolit
3) Keseimbangan asam-basa darah
4) Tekanan darah
5) Produksi darah merah
6) Mengaktifkan vitamin D
Sistem Perkemihan terdiri dari ginjal, ureter, vesika urianaria dan uretha. Berikut ini fisiologi
susunan sistem perkemihan.
1. GINJAL
Fungsi ginjal antara lain :
c. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun,
d. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
e. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan
f. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
2. URETER
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali yang
akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika urinaria).
Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang dieskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung
kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh
pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter
meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf
sensorik.
3. VESIKA URINARIA (KANDUNG KEMIH)
Urine (Air Kemih)
a. Sifat – sifat Urine:
1) Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan serta
faktor lainnya.
2) Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
3) Warna kuning terantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
4) Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
5) Berat jenis 1.015 – 1.020.
6) Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
b. Komposisi Urine :
1) Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air.
2) Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan kreatinin
3) Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat
4) Pigmen (bilirubin, urobilin)
5) Toksin
6) Hormon
c. Mekanisme Pembentukan Urine :
Dari sekitar 1200ml darah yang melalui glomerolus setiap menit terbentuk 120 –125ml
filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat terbentuk 150 – 180L
filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang akhirnya keluar sebagai kemih,
dan sebagian diserap kembali.
d. Proses Pembentukan Urine
1) Proses Filtrasi
Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih besar dari
permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian yang tersaring
adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke
seluruh ginjal.
2) Proses Reabsorpsi
Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fosfat dan
beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan obligator
reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi
kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan akan diserap kembali
kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara aktif dikienal dengan
reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.
3) Augmentasi (Pengumpulan)
Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus pengumpul. Pada
tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan urea sehingga
terbentuklah urine sesungguhnya.
Dari tubulus pengumpul, urine yang dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari
ureter, urine dialirkan menuju vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat
penyimpanan urine sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan
dari tubuh melalui uretra.

e. Ciri-ciri Urine Normal :


1) Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang
masuk.
2) Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3) Baunya tajam. Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6.
MIKTURISI
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi melibatkan
2 tahap utama, yaitu:
1) Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat melampaui
nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan
mencetuskan tahap ke 2.
2) Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih.
Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar pengosongan
di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls
menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan
spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor
berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).
BERKEMIH
Pada saat vesica urinaria tidak dapat lagi menampung urine tanpa meningkatkan tekanannya
(biasanya pada saat volume urine kira-kira 300 ml)makam reseptor pada dinding vesika urinaria
akan memulai kontraksi musculus detrussor. Pada bayi, berkemih terjadi secara involunter dan
dengan segera. Pada orang dewasa, keinginan berkemih dapat ditunda sampai ia menemukan
waktu dan tempat yang cocok. Walaupun demikian, bila rangsangan sensoris ditunda terlalu lama,
maka akan memberikan rasa sakit.
Dengan demikian mulainya kontraksi musculus detrussor, maka terjadi relaksasi musculus
pubococcygeus dan terjadi pengurangan topangan kekuatan urethra yang menghasilkan beberapa
kejadian dengan urutan sebagai berikut :
a. Membukanya meatus intemus.
b. Perubahan sudut ureterovesical.
c. Bagian atas urethra akan terisi urine.
d. Urine bertindak sebagai iritan pada dinding urine.
e. Musculus detrussor berkontraksi lebih kuat.
f. Urine didorong ke urethra pada saat tekanan intraabdominal meningkat.
g. Pembukaan sphincter extemus.
h. Urine dikeluarkan sampai vesica urinaria kosong.

3. ETIOLOGI
Menurut Sudoyo, dkk., (2012), klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik dan gagal ginjal akut dapat
dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 dibawah ini :
Tabel 2.1 Klasifikasi Penyebab Gagal Ginjal Kronik
Klasifikasi Penyakit Penyakit
Penyakit Infeksi Tubulointerstitial Pieolonefritis kronik atau refluks neuropati
Penyakit Vaskular Hipertensif Glomerulonefritis
Gangguan Jaringan Ikat Nefroskerosis benigna
Nefroskerosis maligna
Stenosis arteria renalis
Gangguan Kongenital dan Herediter Lupus eritomatosus sistemik
Asidosis tubulus ginjal
Penyakit Metabolic Diabetes mellitus
GOAT
Hiperparatirodisme
Amiloidosis
Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesic
Nefropati timah
Nefropati Obstruktif Traktus urinarius bagian atas : batu, neoplasma, fribrosis
retroperineal
Traktus urinarius bagian bawah : hipertrofi struktur uretra,
anomaly congenital, leher vesika urinaria dan uretra.
Sumber : Sudoyo, dkk., 2012

Tabel 2.2 Klasifikasi Penyebab Gagal Ginjal Akut


AZOTEMIA PRARENAL (PENURUNAN PERFUSI GINJAL)
1. Depresi volume cairan ekstrasel (ECF) absolute
a. Perdarahan : operasi besar, trauma*, trauma pascapartum
b. Dieresis berlebihan
c. Kehilangan cairan dari gastrointestinal yang berat ; muntah, diare
d. Kehilangan cairan dari ruang ketiga ; luka baka*, peritonisis, pankreasitis
2. Penurunan volume sirkulasi arteri yang efektif
a. Penurunan curah jantung ; infark miokardium, disaritmia, gagal jantung kongestif (CHF),
tamponade jantung, emboli paru
b. Vasodilatasi perifer : sepsis*, anafilaksis, obat anastesi, antihipertensi, nitrat
c. Hipoalbuminemia : sindrom nefrotik, gagal hati (sirosis)
3. Perubahan hemodinamik ginjal primer
a. Penghambat sintesis prostaglandin, aspirin, dan obat NSAID lain
b. Vasodiltasi arteriol eferen ; penghambat enzim pengkonversi agiotensin misalnya katopril
c. Obat vasokontriksi ; obat alfa adregenik (missal ; norepineprin), angiotensin II
4. Obstruksi vascular ginjal bilateral
a. Stenosis arteri ginjal, embli, trombhoembosis
b. Thromboembosis vena renalis bilateral
AZOTEMIA PASCARENAL (OBSTRUKSI SALURAN KEMIH)
1. Obtruksi uretra ; katup uretra, struktur uretra
2. Obstruksi aliran keluar kandung kemih ; hipertrofi, prostat*, karsinoma*
3. Obtruski ureter bilateral (unilateral jika satu ginjal berfungsi)
a. Intraureter ; batu, bekuan darah
b. Ekstraureter ; fibrosis retroperitoneal, neoplasma kandung kemih, prostat atau serviks ligasi bedah
yang tidak disengaja atau cedera
4. Kandung kemih neurogenik
Sumber : Sudoyo, dkk., 2012

4. MANIFESTASI KLINIS
1. Gagal Ginjal Kronik
Menurut perjalanan klinisnya
a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat menurun hingga 25%
dari normal.
b. Insufisiensi ginjal, selam keadaan ini pasien mengalami poliuria dan nokturia, GFR 10%-25%
dari normal, kadar kreatini serum dan BUN sedikit meningkat diatas normal.
c. Penyakit ginjal stadium skhir (ERSD) atau sindrom uremik (lemah, letargi, anoreksi, nausea,
vomitus, nokturia, kelebihan volume cairan/volume overload, neuropati perifer, pruritis,
uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma) yang ditandai dengan GFR kurang
dari 5-10ml/ menit, kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi
perubahan biokimi dan gejala yang kompleks.
2. Gagal Ginjal Akut
Perjalanan klinis gagal ginjal akut biasanya dibagi menjadi 3 stadium : oliguria, dieresis, dan
pemulihan. Pembagian ini dipakai pada penjelasan dibawah ini, tetapi harus diingat bahwa
gagal ginjal akut azotemia dapat saja terjadi saat keluaran urine lebih dari 400ml/24 jam.
a. Stadium Oliguria
Oliguria timbul dalam waktu 24-48 jam sesudah trauma dan disertai azotemia.
b. Stadium Diuresis
1) Stadium GGA dimulai bila keluaran urine lebih dari 400ml/hari.
2) Berlangsung 2-3 minggu
3) Pengeluaran harian jarang melebihi 4 liter, asalkan pasien tidak mengalami hidrasi yang
lebih
4) Tingginya kadar urea dalam darah
5) Kemungkinan menderita kekurangan natrium, kalium dan air.
6) Selama stadium dini dieresis kadar BUN mungkin meningkat terus.
c. Stadium Penyembuhan
Selama stadium penyembuhan berlangsung sampai satu tahun, dan selama itu anemia dan
kemampuan pemekatan ginjal sedikit demi sedikit membaik (Nurarif & Kusuma, 2015).
5. PATHWAY
Zat Toksik Vaskular Infeksi Obstruksi Saluran Kemih

Rekasi Antigen Arterio sklerosis Tertimbun ginjal Retensi Urin Batu besar

Suplai darah di ginjal (↓)

GFR (↓)

GGK (Gagal Ginjal Kronik)

Sekersi protein terganggu Retensi Na Sekresi eritopoitis (↓)

Sindroma uremia Total CES (↑) Produksi Hb (↓), OksiHb (↓)

Gangguan Perpospatemia Tek. kapiler (↑) Suplai O 2(↓)


keseimbngn
asam basa pruritis Volume interstial (↑) Intolerasi Ketidakefektifan
Aktivitas Perfusi Jaringan
Prod asam Edema Perifer
Lambung (↑)
Pre load naik
Nausea,vomitus Iritasi lambung
Beban jantung (↑)
Resiko Infeksi
Hipertrofi ventrikel kiri
Gastritis
Payah jantung kiri
Nausea,vomitus
COP (↓) Bendungan antrium kiri (↑)
Keseimbangan Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan Tubuh

Aliran darah ginjal(↓) Suplai O2(↓) Tekanan vena pulmonalis

RAA (↓) Metabolis anaerob Kapiler paru (↑)

Retensi Na dan H2O Asam laktat (↑) Edema paru

Kelebihan Volume Cairan Fatigue,nyeri sendi Gangguan Pertukaran Gas

Nyeri Akut
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar nitrogen darah (Blood Urea Nitrogen [BUN]) dan kadar kreatinin serum akan meningkat
pada pasien dengan penyakit ginjal kronis.
2. Uji saring ginjal
3. Urinalasis pada gagal ginnjal
4. Ultrasonografi ginjal
Ultrasonografi (USG) ginjal berguna untuk uji saring hidronefrosis, yang mungkin tidak diamati
pada obstruksi awal, atau pada keterlibatan retroperitoneum dengan fibrosis, tumor, atau
adenopati difus.

7. PENATALAKSANAAN
Pengkajian klinik menentukkan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta, derajat penurunan
fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal. Faktor resiko untuk penurunan fungsi ginjal,
dan faktor resiko untuk penyakit kardiovaskuler. Pengelolaan dapat meliputi :
a) Konservatif
1) Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
2) Observasi balance cairan
3) Observasi adanya odema
4) Batasi cairan yang masuk
b) Terapi pengganti ginjal
1) Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan
dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).
2) Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan mesin.
Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
c) Operasi
1) Pengambilan batu
2) Transplantasi ginjal

8. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Wawancara
1) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan, suku, sgamam,
warga negara, bahasa yang digunakan, pendidikan, pekerjaan, alamat dan penanggung
jawab..
2) Keluhan Utama :
Biasanya badan tersa lemah, mual, muntah, dan terdapat udem Data Riwayat Kesehatan
Sekarang.
3) Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan lain yang menyerta biasanya : gangguan pernapasan, anemia, hiperkelemia,
anoreksia, tugor pada kulit jelek, gatal-gatal pada kulit, asidosis metabolik.
4) Riwayat Penyakit Dahulu :
Meliputi penyakit yang diderita pasien, obat yang biasanya dikonsumsi, riwayat alergi, alat
bantu yang digunakan serta riwayat pekerjaan.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga :


Meliputi riwayat penyakit keturunan, serta penyakit yang pernah dan sedang diderita oleh
anggota keluarga.
2. Pemeriksaan fisik (head to toe)
a. Sistem Pernapasan : Napas pendek; dispnea noktural paroksismal; batuk dengan/tanpa
sputum kental dan banyak.
b. Sistem Kardiovaskuler : Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi : nyeri dada (angina).
c. Sisitem Perkemihan : Penurunan frekuensi urine, oliguria, onuria (gagal tahap lanjut) serta
abdomen kembung, diare atau konstipasi. Adanya perubahan warna urine, contoh kuning
pekat, merah, coklat, berawan, oliguria, dapat menjadi anuria.
d. Sistem Pencernaan :
1) Inspeksi :Biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan cairan, klien tamp
ak mual dan muntah.
2) Auskultasi : Biasanya bising usus normal, berkisar antara  5-35 kali/menit.
3) Palpasi  : Biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan adanya pembesaran he
par pada stadium akhir.
4) Perkusi  : Biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites.
e. Sistem Endokrin : Biasanya tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiorid/ paratiroid .
f. Sistem Sensori Presepsi :
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang, sindrom “kaki gelisah” bebas rasa
terbakar pada telapak kaki. Bebas kesemutan dan kelemahan, khususnya ekstremitas bawah
(neuropati perifer). Adanya gangguan status mental, contoh penurunan lapang perhatian,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran,
strupor, koma.
g. Sistem Integumen : Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik, adanya
ekimosis pada kulit.

J. DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN


1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru, penurunan curah jantung,
penuru-nan perifer yang mengakibatkan asidosis laktat.
2. Nyeri akut.
3. Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran urine, diet
berlebih dan retensi cairan serta natrium.
4. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan perlemahan aliran darah
keseluruh tubuh.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi.
No.Dx.Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
1 Noc : Manajemen Jalan Nafas :
ž Respiratory Status : Gas exchange. ž Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift
ž Status pernapasan : Ventilasi. atau jaw thrust bila perlu.
ž Status TTV. ž Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Kriteria Hasil : ventilasi.
ž Auskultasi suara nafas, catat adanya bunyi
ž Mendemonstrasikan peningkatan
susra nafas tambahan.
ventilasi dan oksigenasi yang ade-
ž Monitor respirasi dan status O2.
kuat.
Monitor Pernapasan :
ž Memelihara kebersihan paru-paru
dan bebas dari tanda distress perna- ž Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan
pasan. usaha respirasi.
ž Mendemonstrasikan batuk efektif ž Catat adanya pergerakan dada, amati kesi-
dan suara nafas yang bersih, tidak metrisan, penggunaan otot tambahan.
ada sianosis dan dispnea. ž Auskultasi suara nafas, catat area penuru-
ž TTV dalam rentang normal. nan/tidak adanya bentilasi dan suara
tambahan.
ž Auskultasi suara paru setelah tindakan
untuk mengetahui hasilnya.
2 Noc : Manajemen Nyeri :
ž Level nyeri. ž Lakukan pengkajian nyeri secara
ž Kontrol nyeri. komprehensi termasuk lokasi,
ž Level kenyamanan. karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
Kriteria Hasil : dan faktor presipitasi).
ž Gunakan teknik komunikasi teraupetik
ž Mampu mengontrol nyeri (tahu pe-
untuk mengetahui pengalaman nyeri
nyebab nyeri, mampu mengguna-
pasien.
kan teknik nonfarmakologi untuk
ž Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentu-
mengurangi nyeri, mencari
kan intervensi.
bantuan).
ž Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
ž Melaporkan bahwa nyeri berkurang
ž Tingkatkan istirahat.
dengan menggunakan menajemen
Administarsi Analgetik :
nyeri.
ž Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat.
ž Cek instruksi dokter tentang jenis obat,
dosis dan frekuensi.
ž Cek riwayat alergi.tentukan pilihan analge-
tik tergantung tipe dan beratnya nyeri.
ž Monitor TTV sebelum dan sedudah pem-
berian analgetik.
3 Noc : Manajemen Nutrisi :
ž Status nutrisi : Pemasukan makan- ž Kaji adanya alergi makanan.
an dan cairan. ž Anjurkan pasien untuk meningkatkan
ž Status nutrisi : Pemasukan nutrisi. nutrisi Fe.
ž Berat badan terkontrol. ž Anjurkan pasien untuk meningkatkan
Kriteria Hasil : protein dan vitamin c.
ž Berikan informasi tentang kebutuhan
ž Adanya peningkatan berat badan
nutrisi.
sesuai dengan tujuan.
Monitoring Nutrisi :
ž BB ideal sesuai dengan TB.
ž Mampu mengidentifikasi kebutu- ž BB pasien dalam batas normal.
han nutrisi ž Monitor adanya penurunan BB.
ž Tidak ada tanda malnutrisi. ž Monitor turgor kulit.
ž Tidak terjadinya penurunan BB ž Monitor pucat, kemerahan dan kekeringan
yang berarti. jaringan konjungtiva.
4 Noc : Menajemen Sensai Perifer :

ž Status sirkulasi. ž Monitor adanya daerah tertentu yang hanya


Kriteria Hasil : peka terhadap pans/dingin/tajam/tumpul.
Mendemonstrasikan status status ž Gunakan sarung tangan untuk proteksi.
sirkulasi yang ditandai dengan : ž Batasu gerakan pada kepala, leher dan
punggung.
ž TD dalam rentang normal.
ž Monitor kemampuan BAB.
ž Tidak ada tanda-tanda TIK (tidak
ž Kolabirasi pemberian analgetik.
lebih dari 15 mmHg).
Mendemonstrasikan kemampuan
kognitif ditandai dengan :

ž Berkomunikasi dengan jelas dan


sesuai dengan kemampuan.
ž Menunjukan perhatian, konsentrasi
dan orientasi.
ž Memproses informasi.
ž Membuat keputusan dengan benar.
Menunjukan fungsi sensori moto-
rik cranial yang utuh : tingkat ke-
sadaran membaik, tidak ada gera-
kan involunter.

5 Noc : Terapi Aktivitas :


ž Energi. ž Bantu klien untuk mengidentivikasi
ž Toleransi aktivitas. aktivitas yang mampu dilakukan.
ž Perawatan diri : Mampu mela- ž Bantu pasien/keluarga untuk mengidenti-
kukan aktivitas sehari-hari. fikasi kekurangan dalam beraktivitas.
Kriteria Hasil : ž Sediakan penguatan postif bagi yang aktif
beraktivitas.
ž Mampu melakukan aktivitas sehari
–hari (ADLs) secara mandiri. ž Monitor respon fisik, emosi, sosial dan spi-
ž TTV normal. riatual.
ž Mampu berpindah dengan/tanpa
bantuan alat.
ž Sirkulasi status baik.
WOC CKD
ASUHAN KEPERAWATAN  PADA Ny. Y
DENGAN MASALAH CKD DI RUANG AYYUB 2 RS
ROEMANI MUHAMMADIYAH SEMARANG

A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk RS : 1 September 2014
Jam masuk : 20.40 WIB
No. Registrasi : 267334
Ruang / Kamar : Ayyub 2 / 341
Tanggal pengkajian : 8 September 2014
Jam pengkajian : 09.00 WIB
Diagnosa Medis :CKD

1. BIODATA :
a. Biodata Klien
Nama : Ny . Y
Umur : 55 th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Komunikasi yang di pakai : Bahasa Jawa
Alamat : Singosari

b. Identitas penanggung jawab


Nama : Tn . A
Usia : 32 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wirausaha
Komunikasi yang di pakai : Bahasa Indonesia
Alamat : Singosari
Hubungan dengan klien : Anak pasien

c. Faktor Sosial Ekonomi dan Budaya


Pasien mengatakan sebagai ibu rumah tangga dan tidak bekerja sehingga
dia tidak mempunyai penghasilan sendiri. Ny Y memiliki anggapan tidak boleh
pulang dari rumah sakit dipagi atau siang hari. Pasien mengatakan sering
meminum jamu jika kesehatannya kurang baik karena anggapan ny. Y tentang
jamu adalah minuman tradisional yang baik karena tanpa bahan pengawet .
d. Faktor Lingkungan
Ny . Y bertempat tinggal di dekat jalan yang kecil , memiliki fasilitas WC
sendiri di rumahnya dan rumahnya memiliki ventilasi yang baik untuk pertukaran
udara . dan setiap pagi Ny . Y mengatakan selalu membuka ventilasinya agar
terkena sinar matahari .

2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk RS kira – kira 5 hari sebelumnya pasien mengatakan
BAK sedikit dan sakit untuk BAK , dan 2 hari kemudian pasien mengatakan
demam dan pusing serta mual muntah dan pada malam hari sampai menggigil
pada saat masuk RS pada tanggal 1 – 9 – 2014 di RSI Roemani saat pengkajian
tanggal 8 – 9 – 2014  pasien mengalami mual muntah saat makan , pasien
mengatakan nafsu makan berkurang , makan sedikit terasa penuh . pasien
mengatakan selama sakit BAK berkurang hanya sedikit – sedikit volume BAK
sehari mencapai 200 ml. pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas,
perawatan personal hygine selama sakit dibantu oleh keluarganya, 2x sehari dan
dibantu perawat. Pasien mengatakan lemas. Pasien mengatakan gatal – gatal pada
tubuh apalagi bila berkeringat

Saat pengkajian ditemukan :


Pasien terlihat ada pruritus di tubuhnya, pasien terlihat lemas, asites dibagian
perut dengan lingkar perut 88 cm.
TD : 130 / 90 mmHg                       Suhu : 36,6 C
RR : 22 x / mnt                               Nadi : 84x/mnt
b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan susah kencing.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit dahulu adalah amandel dan pasien sudah
terkena penyakit thypoid 2x
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan dan keluarganya tidak
ada yang memiliki penyakit sama dengan pasien .

3. POLA KESEHATAN  FUNGSIONAL GORDON


a. Pola penatalaksanaan kesehatan / persepsi sehat
Pasien mengatakan bahwa ketika sehat pasien mampu melakukan aktivitas seperti
biasanya, seperti mangurusi suami dan cucu-cucunya. Ketika pasien sakit, dia
memeriksakannya ke pukesmas.
b. Pola nutrisi dan metabolic
Pola makan
Sebelum sakit Selama Sakit
Frekuensi : 3x sehari Frekuensi : 3x sehari
Jenis : nasi, sayur, lauk Jenis : nasi, sayur, lauk
Porsi : 1 porsi habis Porsi : ¼ porsi habis
Pantangan : tidak ada Pantangan : tidak ada
Makanan yang disukai : tahu , Diit  khusus : rendah garam
tempe rendah protein

Nafsu makan di RS     : Klien mengatakan jika makan mengalami mual dan kadang muntah
       Kesulitan menelan : tidak ada
       Gigi palsu : tidak ada
       NG tube : tidak ada
       Penggunaan obat – obatan sebelum makan : tidak ada

a) lingkar perut : 88 cm
Lingkar kepala : 57 cm
Lingkar lengan : 25 cm
Tinggibadan : 160 kg
IMT : 20,7 (berat badan normal)
b) ureum : 243 mg/dl
Kreatinin : 12,2 mg/dl
Clearen creatinin : 4,35%
Hemoglobin : 10,2 mg/dl
c) demam, pusing serta mual muntah
d) diit rendah garam rendah protein
Pola minum
Sebelum sakit Selama sakit
Frekuensi : 6– 8 gelas/ hari Frekuensi : ± 2 gelas/ hari
Jenis : air putih Jenis : air putih
Jumlah : ± 1600 cc Jumlah : ± 300
Pantangan : tidak ada
Minuman yang disukai :
e. Pola eliminasi
Buang air besar
Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi : sehari sekali Frekuensi : 2 hari sekali
Konsistensi : lunak berbentuk Konsistensi : lembek
Warna : kuning kecoklatan Warna : coklat
Waktu : pagi hari Waktu : pagi hari
Keluhan : tidak ada Keluhan : sulit BAB
Buang air kecil
DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
Frekuensi : 3x/hari Frekuensi : -
Warna : kuning Warna : kuning pekat
Produksi :  ±  segelas /hari Produksi : 200 cc/hari
Pancaran : lemah Pancaran : -
Perasaan setelah BAK : tidak Perasaan setelah BAK : -
lega
Keluhan : - Keluhan : Sebelum terpasang
DC BAK susah keluar
Penggunaan kateter : tidak ada Penggunaan kateter : iya
Balance cairan :
Hari / sift Pagi Siang
Senin +366 +291
Selasa +239 +266
Rabu +314 +296
f. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum Sakit Selama Sakit
AKTIVITAS
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Bernafas √ √
Berpakaian √ √
Toilet √ √
Berjalan √ √
Makan / minum √ √
Skor : 0 = mandiri
             1 = alat bantu
             2 = di bantu orang lain
             3 = di bantu orang lain dan alat
             4 = tergantung / tidak mampu
-             Keluhan dalam beraktivitas : Klien mengatakan masih lemas untuk beraktivitas .

g. Pola tidur dan istirahat


KETERANGAN SEBELUM SAKIT SELAMA SAKIT
Jumlah jam tidur siang 1 - 2 jam 1 jam
Jumlah jam tidur malam 6 - 7 jam 3 - 4 jam
Sering terbangun
karena sering
kencing sedikit –
Gangguan tidur Tidak ada
sedikit dan badan
terasa gatal jika
berkeringat

h. Pola kognitif, perseptual, keadekuatan alat sensori


Sebelum sakit : klien mampu berkomunikasi dengan baik dan suara jelas dan klien tidak
mengalami gangguan pengecapan, pendengaran, perubahan penciuman dan penglihatan.
Setelah sakit : klien mengatakan tidak mengalami gangguan pancaindra semua masih
berfungsi dengan baik, orientasi waktu dan tempat baik.

i. Pola Persepsi - konsep diri


Sebelum sakit
 Citra tubuh : pasien merasa dirinya sehat dan tidak mengalami cacat fisik.
 Identitas diri : klien seorang perempuan usia lanjut
 Ideal diri : klien tidak mengalami masalah dengan anggota tubuhnya.
 Harga diri : klien tidak mengalami gangguan rendah diri
Saat sakit 
 Citra tubuh : klien merasa minder dengan sakit yang dideritanya sekarang.
 Identitas diri : klien seorang perempuan usia lanjut
 Ideal diri : klien ingin dapat menjalani kewajibannya sebagai ibu rumah tangga
 Harga diri : klien ingin segera sembuh agar bisa beraktivitas seperti sedia kala
tanpa harus terus – menerus bergantung pada orang lain.

j. Pola peran dan Tanggung Jawab


Ny. S berperan sebagai ibu rumah tangga, mengurusi pekerjaan rumah dan
keuangannya, tetapi selama dirumah sakit peran dan tanggung jawabnya di berikan
kepada anaknya.

k. Pola reproduksi dan seksual :


klien mengatakan masih haid, klien menikah dan mempunyai 5 orang anak.

l. Pola koping dan toleransi stress


 Masalah utama selama di RS :
Klien hanya mengeluh saat ini kondisinya belum stabil seperti saat sebelum
sakit, untuk memenuhi kebutuhannya klien masih membutuhkan bantuan orang
lain atau keluarganya.
 Upaya klien dalam menghadapi masalahnya sekarang :
Klien berkonsultasi dengan keluarga dan tim kesehatan dalam mengatasi
penyakitnya.

m. Pola nilai dan keyakinan


Klien beragama islam
Sebelum sakit : klien beribadah sesuai dengan agamanya seperti sholat, mengaji, puasa,
dsb.
Saat sakit : klien sedikit terganggu dengan penyakitnya karena harus tirah baring dan
klien hanya bisa berdoa untuk kesembuhan penyakitnya.

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis, GCS  15 E: 4, M: 6, V: 5
b. Tanda-tanda Vital :
TD : 130/90 mmhg
Suhu : 36,6 C
Nadi : 84 x / menit
RR : 22 x/menit

c. Pemeriksaan Head to toe


 Kepala dan Leher
Kepala
Inspeksi : rambut hitam, panjang , tidak mudah rontok, kulit kepala
Kotor
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Leher
Inspeksi : tidak ada pembesaran tiroid
Palpasi : tidak ada nyeri telan
 Mata dan Telinga
Mata
Inspeksi : konjungtiva tampak anemis , kelopak mata tampak sayu
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Telinga
Inspeksi : simetris , bersih , tidak ada cairan
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Hidung
Inspeksi : septum simetris, tidak ada polip
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Penciuman : baik
 Mulut dan Tenggorokan
Mulut              
Inspeksi : mukosa kering , ada stomachtitis
Tenggorokan
Inspeksi : tidak ada tonsilitis
 Kulit
Inspeksi : kulit kering , terasa gatal – gatal di seluruh tubuh apalagi
bila berkeringat dan muncul bintik bintik pada daerah ekstremitas atas
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
 Dada ( Jantung , paru – paru )
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Tidak ada nnyeri tekan , ictus cordis tak tampak di ics 5
midclavicula
Perkusi : pekak
Auskultasi : terdengar BJ I dan BJ II , tidak terdengar BJ 3
Paru-paru
Inspeksi : simetris, warna kulit rata, taktil fremitus teraba sama,
pengembangan dada sama antara kanan dan kiri.
Palpasi : tidak ada nyri tekan
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdengar ronchi
 Abdomen
Inspeksi : tidak ada lesi tampak cembung mengkilat , asites
Auskultasi : terdengar bising usus 18 x/menit
Perkusi : Tympani
Palpasi : nyeri tekan pada uluhati
P : asites
Q : seperti tertekan
R : abdomen atas
S :3
T : saat di tekan
 Genetalia
Terpasang DC , DC bersih setiap pagi dibersihkan .
 Ekstremitas
Atas : terpasang infus di tangan sebelah kiri, rentang gerak aktif , akral
hangat
Bawah : rentang gerak aktif, akral hangat, oedema(- )
 Persyarafan
Kesadaran umum : composmetis
Nilai GCS :E:4,V:5,M:6
Ke-12 saraf normal

B. Analisa Data
No
Data Etiologi Masalah
Data
1 DS : pasien mengatakan selama Kelebihan Penurunan
sakit BAK berkurang hanya volume cairan haluaran urin ,
sedikit – sedikit retensi cairan dan
DO : ureum : 243 mg/dl natrium sekunder
Kreatinin 12,2 mg/dl terhadap
Clearean creatinin : 4,44% penurunan fungsi
Balane cairan : +336 ginjal
USG : Renin : membesar
Ureter : melebar
Mukosa Vu menebal
2 DS : pasien mengatakan nafsu Resiko tinggi Katabolisme
makan berkurang , makan sedikit perubahan protein ,
terasa penuh mual , kadang nutrisi kurang pembatasan diet ,
muntah dari kebutuhan peningkatan
DO : pasien hanya makan ¼ tubuh . metabolisme
porsi dari menu yang disajikan anoreksia, mual
A : lingkar perut : 88 cm dan muntah
Lingkar kepala : 57 cm
Lingkar lengan : 25 cm
Tinggibadan : 160 kg
IMT : 20,7 (berat badan normal)
B : ureum : 243 mg/d
Kreatinine : 12,2 mg/dl
Clearen creatinin : 4,44%
Hemoglobin  : 10,2 mg/dl
C : demam, pusing serta mual
muntah
D : diit rendah garam rendah
protein

3 DS : selama sakit dimandikan Intoleransi Penurunan


oleh keluarga 2x perhari dibantu aktivitas produksi energi
oleh keluarga dan perawat , metabolik ,
pasien mengatakan lemas anemia , retensi
DO : pasien terlihat lemas produk sampah
HB : 10,3
Skala aktif

AKTIVITA Selama Sakit


S 0 1 2 3 4
Bernafas √
Berpakaian √
Toilet √
Berjalan √
Makan / √
minum

4 DS : pasien mengatakan gatal – Resiko tinggi Gangguan sistem


gatal pada tubuh apalagi bila kerusakan metabolik dan
berkeringat integritas kulit pruritus.

DO : kulit pasien terlihat kering


Pasien terlihat ada pruritus di
tubuhnya  bagian tangan
C. Diagnosa Keperawatan
1) Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluaran urin , retensi urin dan
natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal
2) Intoleransi aktivitas b.d penurunan produksi energi dari anemia
3) Resiko tinggi perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual muntah
4) Resiko tinggi kerusakan inegritas b.d gangguan status metabolic dan kulit
kering.

D. Perencanaan
No Intervensi
Dx. Penjelasan
Dat Tujuan Keperawat Rasional
Kep Keilmuan
a an
1 Kelebih Peningkatan Setelah dilakukan -       Kaji -   Oedema
an retensi tindakan keperawatan 3 adanya menunjukan
volume cairan x 14 jam pasien mampu oedema adanya
cairan isotonik electrolit and acid base kelebihan
balance volume
Dengan KH : -       Ukur cairan
Bunyi nafas bersih , denyut -   Perawatan
terbebas dari edema jantung dan invasif
awasi TD diperlukan
untuk
mengkaji
volume
intravaskuler
khususnya
          Monitor pada pasien
pemasukan dengan fungsi
cairan. jantung buruk
          Ukur -   Untuk
balance menentukan
cairan fungsi ginjal
          Beri
informasi -   Untuk
untuk menentukan
sedikit output dan
minum input
-   Sedikit
          Kolabor minum untuk
asi menyeimban
pemberian gkan cairan
obat -   Untuk
diuritika mempercepat
dengan pengeluaran
dokter urine

2 Intolera Ketidakcuku Setelah dilakukan           Monitor - Nutrisi yang


nsi pan energi tindakan keperawatan 3 intake cukup
aktivita psikologis X 14 jam pasien mampu nutrisi memberikan
s atau activity toleran untuk sumber
fisiologi Dengan KH : memastika energi.
untuk Mampu melakukan n
melanjutkan aktivitas sehari - hari kecukupan
atau ( ADLs) secara mandiri sember -Memberikan
menyelesaik energi. keamanan
an aktivitas           Beri pada pasien
kehidupan bantuan
sehari – hari dalam           Menghem
yang harus aktifitas at energi
atau yang dan dalam tubuh.
ingin ambulasi.
dilakukan           Ajarkan
teknik           Memulihk
mengontrol an kembali
pernafasan otot yang
saat mengalami
aktifitas kekakuan
          Kolabor
asi dengan
ahli
fisioterapi
3 Resiko Setelah dilakukan           kaji/cat           Membant
tinggi tindakan selama 3 x 14 at u dalam
perubah jam pasien diharapkan pemasukan mengidentifik
an mempertahankan/mening diet. asi defisiensi
nutrisi katkan berat badan dan dan
kurang selera untuk makan.           Tawark kebutuhan
dari an diet.
kebutuh perawatan           memberi
an mulut / kesegaran
sering cuci pada mulut
mulut. dan
miningkatkan
          Ajurkan selera makan
/ berikan           Meminim
makan alkan
sedikit tapi anoreksia dan
sering. mual.

          Kolbora          diit untuk
si dengan pasien gagal
ahli gizi ginjal
untuk diit
rendah .
protein dan
rendah
garam
4 Resiko Resiko Setelah dilakukan           Kaji           Mengetah
tinggi terpajannya tindakan keperawatan keluhan ui tingkat
kerusak agen infeksi selama 3 x 14 jam pasien pasien. perkembanga
a tidak mengalami n kesehatan
integrita infeksi dengan kriteria pasien
s kulit hasil:           Inspeksi-       Menandaka
-Klien bebas dari tanda kulit n area
dan gejala infeksi terhadap sirkulasi
-Jumlah leukosit dalam warna buruk.
batas normal turgor,vask
uler
perhatikan
kemerahan.          Menurunk
          Ubah an tekanan
posisi pada edema
pasien jaringan
dengan dengan
sering dan perfusi
gerakan buruk.untuk
pasien menurunkan
dengan iskemia.
perlahan.           Meningka
tkan
evaporasi
          Ajurkan lembab pada
pasien kulit.
untuk
menggunak
an pakain           Menurunk
yang an resiko
longgar iritasi dan
          Pertaha kerusakan
nkan linen kulit.
kering dan          Untuk
bebas mengurangi
keriput. obat topikal.
          Kolabor
asi
pemberian
obat
topikal.

E. Implementasi
No .
Tgl /
Dx Tindakan Keperawatan Respon Klien Paraf
Hari / Jam
Kep
Senin , 8 1 Mengobservasi KU S : pasien mengatakan
september pasien masih lemas
2014 O : hanya bedress
09.00 wib Mengatur infus RL dan S : -
tetesan 20tpm O : infus (+) , 20tpm
10.30 wib 2 Memobilisasi pasien S : pasien mengatakan
( tirah baring ) senang spreinya diganti
O : miring kekanan
11.00 Mengkaji keluhan S : pasien mengeluh nyeri
pasien perut
O : nampak gelisah.
P : nyeri perut
Q : seperti tertekan
R : abdomen
S:3
T : saat ditekan.
11.30 3           menawarkan S: Pasien mengatakan
perawatan mulut merasa lebih nyaman
sebelum makan. setelah melakukan
perawatan mulut.
O: Pasien terlihat
          mengukur tanda- melakukan perawatn
12.00 1 tanda vital. mulut dibantu dengan
perawat.
S: Pasien mengatakan
masih lemas.
          Memberikan PO O:TD : 130/90
metaneuron, caco3,       RR :22x/mnt
12.15 1,2,3,       Suhu :36,6ºC
4           mengkaji/catat       Nadi :84x/mnt
pemasukan diet. S: pasien mau
meminumnya
12.00 O: tidak ada tanda alergi
3
          Memberikan injeksi
ceftriaxon 1 gam dan S: Pasein mengatakan
ranitidin 1 amp masih merasa mual jika
13.00           Mengukur urine makan.
1,2,3, O: Pasien terlihat
4 menghabiskan 1/3 porsi
mkanan yang diberikan.
          Membantu personal S: -
14.30 hygine pasien O: tidak ada tanda alergi

1           Melakukan
perawatan kuku
15.00 S: Pasien mengatakan
          Mengukur tanda BAK Sedikit.
4 tanda vital. O: Urine : 75 ml
Warna: keruh
15.45 S: Pasien mengatakan
gatal-gatal berkurang.
4 O: Tubuh terlihat kering
16.15 dan kuku panjang.
S: Pesien mengatakan
3           Memotivasi pasien lebih nyaman.
untuk mulai makan O: Kuku telah dipotong.
sedikit demi S: Pasien mengatakan
sedikit.Menanyakan masih mual.
17.30 keluhan pasien O: TD:130/80
          Membagikan PO        RR:20x/mnt
1,2,3, malam, metaneuron ,        Nadi:84x/mnt
4 caco3, omeprazole 1        Suhu : 36,8ºC
gram S: Pesien mengatakan
          Menanyakan tentang masih sedikit mencoba
makannya untuk makan.
18.30 O: Pasien telihat lemas
          Membuang dan dan bibir kering.
mengkaji urine.
1,2,3,
4 S: -
1 O: tidak ada tanda alergi
19.00
          Menanyakan  keluha
n pasien

20.30 3           Memobilisasi tirah S: pasien mengatakan


baring sudah merasa tidak mual
lagi.
          Mengajarkan O: Menghabiskan ½ lebih
1 relaksasi napas dalam porsi.
Selasa,           Menanyakan S:-
9/9/2014 keluhan pasien O: Volume :100 ml
07.00       Warna :keruh.
08.00
1,2,3,           Menayakan tentang
4 makan pasen. S: pasien mengatakan
09.00           Menganjurkan masih pusing
pasien untuk istirahatO: pasien terlihat lemas
4 posisi semi fowler S: pasien mengatakan
09.30           Membantu oral masih lemas
hygiene O: pasien terlihat lemas
2 S: pasien mengatakan
lebih rileks dan nyaman
10.00           Menanyaan tentang O: pasien nampak rileks
1,2,3, tidur pasien S: pasien mengatakan
4           Mengukur TTV mualnya kambuh lagi
10.30 O: pasien masih makan
sedikit sedikit
S: pasien mengatakan
3 perut masih sedikit mual
11.00           Memberikan PO O: makan habis ½ porsi
metaneuron dan caco3 1 S: pasien mengatakan
2 mg pusing
          Memberikan obat O: pasien terlihat lemas
injeksi ranitidin dan
ceftriaxon 1 gram
4           Menganjurkan S; pasien mengatakan
12.00 perawatan mulut nyaman ketika di bantu
sebelum makan oral hygine
          Memonitor O : mulut dan gusi bersih
2 pemasukan nutrisi S: pasien mengatakan
          Menganjurkan waktu bangun tidur keluar
12.15 pasien untuk keringat
1,2,3, menggunakan pakaian O: -
13.00 4 yang longgar. S:-
          Memonitor TD: 120/90 mmHg
pemasukan nutrisi RR: 21x permenit
          Mengkaji kondisi Nadi : 82x permenit
kulit pasien Suhu : 36,4 C
1,2,3,           Mengukur tanda- S: -
13.30 4 tanda vital O: tidak ada tanda alergi

S: -
1,2,3,           Memberikan PO O: tidak ada tanda alergi
13.45 4 metaneuron, caco3,
omeprazole
          Mengukur
15.30 pemasukan cairan S : pasien mengatakan
          Memotivasi untuk mau melakaukan oral
3 makan dikit-dikit hygiene
          Memotivasi untuk O: pasien terlihat
tidur melakukan oral hygiene
16.15 S: Pasien mengatakan
3           Memberikan obat sudah tidak mual lagi
injeksi ranitidin O: menghabiskan 1 porsi
17.00 S: pasien mengatakan
4           Membantu akan mengganti
memobilisasi pasien pakaiannya
17.30 (tirah baring ) O: pasien nampak nyaman
          Mengkaji keluhan
pasien dan mengukur
1,2,3, TTV S: pasien mengatakan
4 menghabiskan 1 porsi
18.00 penuh
          Memotivasi untuk O: 1 porsi habis
4 makanan rendah garam S : pasien mengatakan
dan dikit minum masih gatal
18.30           Mengobservasi O: pruritus
1,2,3, pemasukan nutrisi. S; -
4           Mengevaluasi O; TD: 120/90 mmHg
19.00 keluhan umum pasien RR: 21x permenit
          Melakukan aff infus Nadi : 82x permenit
Suhu : 36,4 c
20.00 S:-
1,2,3, O: tidak ada tanda alergi
4 S: -
21.00 O : RL masuk 20 tpm
S:-
O: 20 tpm
1
Rabu/10 S: tidak nafsu makan
sep 2014 O: makanan habis ¼ porsi
07.00 2
08.00 S: pasien mengatakan
ngantuk
2 O: nampak ngantuk
S: -
O: tidak ada tanda alergi
1,2,3,
4
09.00 S : pasien mengatakan
masih lemas
O: Pasien terlihat lemas
1,2,3,
4 S: pasien mengatakan
10.00 masih lemes
O : TD 120/80mmHg
RR :20 x permenit
11.00 1,2,3, Suhu 36,2 c
4 Nadi 81 x permenit
S : pasien mengatakan
11.30 belum nafsu makan
O:-

3 S: pasien mengatakan
makan habis ½  porsi
O : 1 porsi makanan habis
S : pasien mengatakan
masih lemes
3 O:-
S : pasien mengatakan
sudah tidak ada keluhan
1,2,3, mual
4 O : infus sudah tidak
terpasang

1,2,3,
4

F. Evaluasi keperawatan
Tgl/hari/jam No Catatan perkembangan pasien Paraf
diagnosa
8/9/2014 1 S: pasien mengatakan masih sulit
Senin keluar kencingnya
14.00 WIB O: masih terpasang DC, asites
A: Kelebihan volume cairan belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi :
          pantau kelebihan cairan
          hitung balance cairan
          catat keluaran urine
2 S: pasien mengatakan masih lemas
O: pasien nampak lemas
A: intoleransi aktifitas belum
teratasi
P:lanjutkan intervensi :
          anjurkan untuk istirahat
          bantu tirah baring pasien
3 S: pasien mengatakan masih mual
muntah
O: makanan habis ¼ porsi
A: Resiko tinggi perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi :
          berikan makanan selagi hangat
S: pasien mengatakan masih gatel
4 O: masih terdapat pruritus
A: resiko infeksi belum teratasi
P: lanjutkan intervensi :
          kolaborasi pemberian analgetik
          penuhi personal hygine
S: pasien mengatakan masih sulit
keluar kencingnya
21.00 WIB 1 O: masih terpasang DC, asites
A: Kelebihan volume cairan belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
          pantau kelebihan cairan
          hitung balance cairan
          catat keluaran urine
          lakukan perawatan kateter
S: pasien mengatakan masih lemas
O: pasien nampak lemas
2 A: intoleransi aktifitas belum
teratasi
P:lanjutkan intervensi
          bantu mobilisasi pasien
          lakukan tirah baring
S: pasien mengatakan masih mual
muntah
3 O: makanan habis ¼ porsi
A: Resiko tinggi perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
          berikan makan sesuai program
          berikan makanan selagi hangat
S: pasien mengatakan masih gatel
O: masih terdapat pruritus
A: resiko infeksi belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
4           gunakan teknik aseptik ketika
melakukan tindakan
S: pasien mengatakan masih sulit
keluar kencingnya
O: masih terpasang DC, asites
A: Kelebihan volume cairan belum
09-09-2014 1 teratasi
Selasa P: lanjutkan intervensi
14.00 WIB           pantau kelebihan cairan
          hitung balance cairan
          catat keluaran urine
S: pasien mengatakan masih lemas
O: pasien nampak lemas
A: masalah belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
2           bantu mobilisasi pasien
          lakukan tirah baring
S: pasien mengatakan masih mual
muntah
O: makanan habis ¼ porsi
A: Resiko tinggi perubahan nutrisi
3 kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
          berikan makan sesuai program
          berikan makan selagi hangat
S: pasien mengatakan masih gatel
O: masih terdapat pruritus
A: resiko infeksi belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
4           kolaborasi pemberian obat
analgetik
S: pasien mengatakan masih sulit
keluar kencingnya
O: masih terpasang DC, asites
A: Kelebihan volume cairan belum
teratasi
21.00 WIB 1 P: lanjutkan intervensi
          pantau kelebihan cairan
          hitung balance cairan
          catat keluaran urine
          lakukan perawatan kateter
S: pasien mengatakan masih lemas
O: pasien nampak lemas
A: intoleransi aktifitas belum
teratasi
P:lanjutkan intervensi
2           bantu mobilisasi pasien
          lakukan tirah baring
S: pasien mengatakan masih mual
muntah
O: makanan habis ¼ porsi
A: Resiko tinggi perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh belum
3 teratasi
P: lanjutkan intervensi
          berikan makanan sesuai program
S: pasien mengatakan masih gatel
O: masih terdapat pruritus
A: resiko infeksi belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
          kolaborasi pemberian analgetik
S: pasien mengatakan masih sulit
4 keluar kencingnya
O: masih terpasang DC, asites
A: Kelebihan volume cairan belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
          pantau kelebihan cairan
10-09-2014 1           hitung balance cairan
Rabu           catat keluaran urine
14.00 WIB           lakukan perawatan kateter
S: pasien mengatakan masih lemas
O: pasien nampak lemas
A: intoleransi aktifitas belum
teratasi
P:lanjutkan intervensi
          bantu mobilisasi pasien
          lakukan tirah baring
2 S: pasien mengatakan mual muntah
berkurang
O: makanan habis ¼ porsi
A: Resiko tinggi perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
3           berikan makanan sesuai program
          ajarkan mengenai diit gagal
ginjal
S: pasien mengatakan gatel
berkurang
O: terdapat kemerahan di tangan
A: resiko infeksi belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
          kolaborasi pemberian analgetik
S: pasien mengatakan masih sulit
keluar kencingnya
4 O: DC sudah di lepas
A: Kelebihan volume cairan belum
teratasi
P: hentikan intervensi, lanjut untuk
perawatan mandiri di rumah
S: pasien mengatakan masih lemas
O: pasien nampak lemas
20.00 WIB 1 A: intoleransi aktifitas belum
teratasi
P: hentikan intervensi, lanjut untuk
perawatan mandiri di rumah
S: pasien mengatakan mual sudah
tidak ada
O: makanan habis ½  porsi
2 A: Resiko tinggi perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh sudah
teratasi
P: hentikan intervensi, lanjut untuk
perawatan mandiri di rumah
S: pasien mengatakan gatel tidak
3 ada
O: kemerahan tidak ada
A: resiko infeksi teratasi
P: hentikan intervensi, lanjut untuk
4 perawatan mandiri di rumah

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Edisi 8. Jakarta;EGC


Diagnosa Keperawatan. (2012). NANDA International Diagnosa Keperawatan 2012-
2014. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran EGC
Judith M. Wilkinson. (2009). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan)
Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-
proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
Supartondo. ( 2001 ). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai