LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
“ CRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) “
DI RSUP PERSAHABATAN RUANG BEDAH THORAX
NPM : 18190000067
1. DEFINISI
Gagal ginjal yaitu ginjal kehilangan kemampuannya untuk mempertahankan volume dan
kondisi cairn tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal dibagi menjadi dua yakni
gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Gagal Ginjal Kronik merupakan perkembangan gagal
ginjal yang progresif dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan
tidak reversible) (Price & Wilson, 2006).
2. ANATOMI FISIOLOGI
Sistem Perkemihan adalah suatu sistem yang di
dalamnya terjadi penyaringan darah sehingga darah
bebas dari zat yang tidak digunakan oleh tubuh. Zat
ini akan larut di dalam air dan dikeluarkan berupa
urine. Zat yang dibutuhkan tubuh akan beredar
kembali dalam tubuh melalui pembuluh darah
kapiler ginjal, masuk ke dalam pembuluh darah dan
beredar ke seluruh tubuh. Sistem Perkemihan
merupakan sistem rangkaian organ yang terdiri atas
ginjal, ureter, vesika urinaria, dan uretra.
SUSUNAN SISTEM PERKEMIHAN
Sistem perkemihan merupakan sistem rangkaian organ yang terdiri atas :
1. Ginjal (ren) yang menghasilkan urine.
2. Ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih).
3. Vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan.
4. Uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
1. GINJAL
Ginjal merupakan organ terpenting dalam mempertahankan homeostatis
cairan tubuh. Berbagai fungsi ginjal untuk mempertahankan hemeostatis
dengan mengatur volume cairan, keseimbangan asam-basa, ekskresi sisa
metabolisme, dan sisitem pengaturan hormonal dan metabolisme. Ginjal
terletak didalam rongga abdomen retroperiteneal kiri dan kanan kolumna
vetrebalis, dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat dibelakang peritoneum. Batas ginjal kiri
setinggi iga ke-11 dan ginjal kanan setinggi iga ke-12, sedabgkan batas bawah setinggi vetrebalis
lumbalis ke-3.
Setiap ginjal mempunyai panjang 11,25 cm, lebar 5-7 cm dan tebal 2,5 cm. ginjal kiri memiliki
ukuran lebih panjang daripada ginjal kanan. Berat ginjal pria dewasa 150-170 gram dan wanita
115-155 gram. Bentuk ginjal seperti kacang, sisi dalam menghadap ke vertebra torakalis, sisi
permukaannya cembung, dan diatas sietiap ginjal terdapat sebuh kelenjar suprarenal.
Struktur Ginjal
Ginjal ditutup oleh kapsul tunika fibrosa yang kuat, apabila kapsula dibuka terlihat permukaan
ginjal yang licin dengan warna merah tua. Dengan potongan melintang vertikal dari ginjal
melalui margo lateralis ke margo medialis akan terlihat hilus yang meluas ke ruangan sentral
yang disebut sinus renalis yaitu bagian atas dari pelvis renalis. Ginjal terdiri atas :
a. Medula (bagian dalam): substansi medularis terdiri atas pyramid
renalis, jumlahnya antara 8-16 buah yang mempunyai basis
sepanjang ginjal, sedangkan apeksnya menghadap ke sinus renalis.
b. Korteks (bagian keluar): substansi kortekalis berwarna cokelat
merah, konsistensi lunak, dan bergranula. Substansi tepat dibawah
fibrosa, melengkung sepanjang basis pyramid yang berdekatan
dengan sinus renali. Bagian dalam diantara pyramid dinamakan
kolumna renalis.
Pembungkus Ginjal
Ginjal dibungkus oleh masa jaringan lemak yang disebut
kapsula adipose (peritoneal feet). Bagian yang paling tebal
terdapat pada tepi ginjal yang memanjang melalui hilis
renalis. Ginjal dan kapsula adipose tertutup oleh lamina
khusus dari fasia subserosa yang disebut fasia renalis yang
terdapat diantara lapisan dalam dari fasie profunda dan
stratum fasia subserosa internus. Fasia fibrosa terbagi
menjadi dua.
Struktur Mikroskopis Ginjal
Satuan fungsional ginjal disebut juga nefron, mempunyai ±1,3 juta. Selama 24 jam nefron dapat
menyaring 170 liter darah. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta ke ginjal. Lubang-
lubang yang terdapat pada renal pyramid masing-masing membentuk simpul yang terdiri atas
satu badan malpigi yang disebut glomerulus.
a. Glomerulus:
b. Tubulus Proksimal Konvulta: tubulus ginjal yang langsung berhubungan dengan kapsula
Bowman dengan panjang 15 mm dan diameter 55 µm. bentuknya berkelok-kelok berjalan
dari korteks ke bagian medulla lalu kembali ke korteks, sekitar 2/3 dari natrium yang
terfiltrasi akan diabsorpsi secara isotonic bersama klorida. Proses ini melibatkan transport
aktif natrium. Peningkatan reabsorpsi natrium akan mengurangi pengeluaran air dan
natrium. Hal ini dapat mengganggu pengenceran dan pemekatan urine yang normal. Lebih
dari 70% kemungkinana kalium direapsorbsi dan dengan mekanisme transport aktif akan
terpisah dari reabsorbsi natrium.
c. Gelung Henle (ansa Henle): bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis
selanjutnya ke segmen tebal, panjangnya 12 mm, total panjangnya ansa Henle 2-14 mm.
Klorida secara aktif diserap kembali pada cabang asendens gelung Henle dan natrium
bergerak secara pasif untuk mempertahankan kenetralan listrik.
Sekitar 25% natrium yang difiltrasi diserap kembali karena darah nefron tidak permeable
terhadap air. Reabsorpsi klorida dan natrium di pars asendens penting untuk pemekatan
urine karena membantu mempertahankan intregitas gradiens konsentrasi medulla. Kalium
terfiltrasi 20-25% diabsorpsi pada pars asendens lengkung henle.
d. Tubulus Distal Konvulta: bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelok-kelok dan
letaknya jauh dari kapsula bowman, panjangnya 5mm. Tubulus distal dari masing-masing
nefron bermuara ke duktus kolinentis yang panjagnya 20 mm.
Masing-masing duktus koligens berjalan melalui korteks dan medulla ginjal bersatu
membentuk suatu dukturs yang berjalan lurus dan bermuara pada duktus belini, seterusnya
menuju kaliks minor, ke kaliks mayor, dan akhirnya mengosongkan isinya ke dalam pelvis
renalis pada apeks masing-masing pyramid medulla ginjal. Panjang nefron keseluruhan
ditambah reabsorpsi dengan duktus kolingentis adalah 45-46 mm. nefron yang berasal dari
glomerulus korteks mempunyai ansa henle yang memanjang ke dalam pyramid.
e. Dukstus Kolingentis Medula: saluran yang secara metabolic tidak aktif. Pengaturan secara
halus eksresi natrium urine terjadi disini dengan adolsteron yang paling berperan terhadapa
reapsorbsi natrium. Duktus ini memiliki kemampuan mereabsorpsi dan menyekresi kalium.
Ekskresi kalium dilakukan pada duktus koligen kortikal dan dikendalikan oleh aldosteron.
Reabsorpsi aktif kalium murni terjadi dalam duktus kolingen muda.
2. URETER
Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal
ke kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan
penampang ± 0,5 cm dan mempunyai tiga jepitan sepanjang jalan.
Piala ginjal berhubungan dengan ureter pada waktu ureter menjadi kaku melewati pinggir pelvis
dan pada waktu ureter melewati kandung kemih.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan peristaltic setiap 5 menit untuk mendorong air
kemih masuk ke dalam kandung kemih. Bagina ujung atas pelvis ginjal (pelvis ureter) melebar
membentuk corong dan terletak dalam hilus ginjal menerima kaliks mayor. Uretra keluar dari
hilus ginjal berjalan vertikal ke bawah dibelakang peritoneum parietal dan melekat pada
muskulus psoas yang memisahkannya dengan prosesua transverses vertebra lumbalis.
Lapisan Ureter
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa).
b. Lapisan tengah (otot polos).
c. Lapisan sebelah dalam (lapisan mukosa).
Lokasi Ureter
a. Pars abdominalis ureter : dalam kavum abdomen ureter terletak dibelakang peritoneum
sebelah media anterior muskulus pars mayor dan ditutupi oleh fasia subserosa. Vasa
spermatika dan ovarika interna menyilang ureter secara oblique. Ureter akan mencapai
kavum pelvis dan menyilang arteri iliaka eksterna.
Ureter kanan terletak pada pars desendens duodenum. Sewaktu turun kebawah terdapat di
kanan bawah dan dislang oleh kolon dekstra dan vasa iliaka iliokolika, dan dekat aperture
pelvis akan dilewati oleh bagian bawah menstrium dan bagian akhir ileum. Ureter kiri
disilang oleh vasa koplika sinistra dekat aperture pelvis superior dan berjalan di belakang
kolon sigmoid dan menstrium.
b. Pars pelvis ureter : pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral dari kavum pelvis
sepanjang tepi anterioir dari insusisura iskiadika mayor dan tertutup oleh peritoneum.
Ureter dapat ditemukan didepan arteri hipogastrika bagian dalam nervus obturatoris ateri
fasilais anterior dan arteri hemoroidalis media. Pada bagian bawah insisura iskhiadika
mayor ureter agak miring ke bagian medial untuk mencapai sudut lateral dari kandung
kemih.
c. Ureter pada pria : pada pria terdapat dalam fisura seminalis. Ureter berjalan sepanjang
2cm didalam dinding kandung kemih pada sudut lateral dari trigonum vesika.
d. Ureter pada wanita : posisinya mencapai fundus vesika urinaria. Ureter berjalan sepanjang
2,5 cm. selanjutnya arteri ini menyilang ureter dana menuju keatas di antara lapisan
ligamentum latum. Ureter mempunyai jarak 2cm dari sisi servikus uterus. Ada tiga tempat
penting di ureter yang mudah terjadi penyumbatan yaitu: pada sambungan ureter pelvis
diameter 2mm, penyilangan vasa iliaka diameter 4mm, dan pada saat masuk dinding
kandung kemih berdiameter 1-5 mm.
Pembuluh darah ureter:
a. Arteri renalis
b. Arteri spermatika interna
c. Arteri hipogastrika
d. Arteri vesikalis inferior
Persarafan ureter: merupakan cabang dari pleksus mesentrekius inferior, pleksus spermatika,
dan pleksus pelvis. Sepertiga bawah dari ureter terisi oleh sel-sel saraf yang bersatu dengan
rantai eferen dan nervus vagus. Rantai eferens dan nervus torakalis XI dan XII, nervus lumbalis I
dan nervus vagus mempunyai rantai eferen untuk uretra.
4. URETRA
Uretra merupakan alur sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan urine ke luar. (berikut ini adalah gambar uretra pria dan wanita)
Uretra Pria
Uretra pria dimulia dari ofisum uretra interna di dalam kandung
kemih sampai orifisum uretra eksterna pada pensi, panjangnya
17,5-20 cm yang terdiri atas bagian-bagian berikut :
a. Pars pre-prostatika (1-1.5 cm), merupakan bagian dari collum vesicae dan aspek superior
kelenjar prostat. Pars pre-prostatika dikelilingi otot m. sphincter urethrae internal yang
berlanjut dengan kapsul kelenjar prostat. Bagian ini disuplai oleh persarafan simpatis.
b. Pars prostatika (3-4 cm), merupakan bagian yang melewati/menembus kelenjar prostat.
Bagian ini dapat lebih dapat berdilatasi/melebar dibanding bagian lainnya.
c. Pars membranosa (12-19 mm), merupakan bagian yang terpendek dan tersempit. Bagian ini
menghubungkan dari prostat menuju bulbus penis melintasi diafragma urogenital. Diliputi
otot polos dan di luarnya oleh m.sphincter urethrae eksternal yang berada di bawah kendali
volunter (somatis).
d. Pars spongiosa (15 cm), merupakan bagian uretra paling panjang, membentang dari pars
membranosa sampai orifisium di ujung kelenjar penis. Bagian ini dilapisi oleh korpus
spongiosum di bagian luarnya.
Uretra Wanita
Terletak dibelakang simpisis, berjalan sedikit miring kearah atas,
selurhnya dangkal, panjangnya ±4cm, mulai dari orifisum uretra
interna sampai orifisum uretran eksterna. Apabila tidak berdilatasi
diameternya 6cm. uretra wanita jauh lebih pendek dari uretra pria
dan terdiri atas otot polos yang diperkuat oleh sfingter otot rangka.
Pada muaranya ditandai dengan banyak sinus venosus mirip
jaringan kavernosa. Lapisan uretra wanita terdiri atas :
a. Tunika muskularis.
b. Lapisan spongeosa berjalan pleksus dari vena-vena.
c. Lapisan mukosa sebelah dalam.
3. ETIOLOGI
Menurut Sudoyo, dkk., (2012), klasifikasi penyebab gagal ginjal kronik dan gagal ginjal akut dapat
dilihat pada Tabel 2.1 dan Tabel 2.2 dibawah ini :
Tabel 2.1 Klasifikasi Penyebab Gagal Ginjal Kronik
Klasifikasi Penyakit Penyakit
Penyakit Infeksi Tubulointerstitial Pieolonefritis kronik atau refluks neuropati
Penyakit Vaskular Hipertensif Glomerulonefritis
Gangguan Jaringan Ikat Nefroskerosis benigna
Nefroskerosis maligna
Stenosis arteria renalis
Gangguan Kongenital dan Herediter Lupus eritomatosus sistemik
Asidosis tubulus ginjal
Penyakit Metabolic Diabetes mellitus
GOAT
Hiperparatirodisme
Amiloidosis
Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesic
Nefropati timah
Nefropati Obstruktif Traktus urinarius bagian atas : batu, neoplasma, fribrosis
retroperineal
Traktus urinarius bagian bawah : hipertrofi struktur uretra,
anomaly congenital, leher vesika urinaria dan uretra.
Sumber : Sudoyo, dkk., 2012
4. MANIFESTASI KLINIS
1. Gagal Ginjal Kronik
Menurut perjalanan klinisnya
a. Menurunnya cadangan ginjal pasien asimtomatik, namun GFR dapat menurun hingga 25%
dari normal.
b. Insufisiensi ginjal, selam keadaan ini pasien mengalami poliuria dan nokturia, GFR 10%-25%
dari normal, kadar kreatini serum dan BUN sedikit meningkat diatas normal.
c. Penyakit ginjal stadium skhir (ERSD) atau sindrom uremik (lemah, letargi, anoreksi, nausea,
vomitus, nokturia, kelebihan volume cairan/volume overload, neuropati perifer, pruritis,
uremic frost, perikarditis, kejang-kejang sampai koma) yang ditandai dengan GFR kurang
dari 5-10ml/ menit, kadar serum kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi
perubahan biokimi dan gejala yang kompleks.
2. Gagal Ginjal Akut
Perjalanan klinis gagal ginjal akut biasanya dibagi menjadi 3 stadium : oliguria, dieresis, dan
pemulihan. Pembagian ini dipakai pada penjelasan dibawah ini, tetapi harus diingat bahwa
gagal ginjal akut azotemia dapat saja terjadi saat keluaran urine lebih dari 400ml/24 jam.
a. Stadium Oliguria
Oliguria timbul dalam waktu 24-48 jam sesudah trauma dan disertai azotemia.
b. Stadium Diuresis
1) Stadium GGA dimulai bila keluaran urine lebih dari 400ml/hari.
2) Berlangsung 2-3 minggu
3) Pengeluaran harian jarang melebihi 4 liter, asalkan pasien tidak mengalami hidrasi yang
lebih
4) Tingginya kadar urea dalam darah
5) Kemungkinan menderita kekurangan natrium, kalium dan air.
6) Selama stadium dini dieresis kadar BUN mungkin meningkat terus.
c. Stadium Penyembuhan
Selama stadium penyembuhan berlangsung sampai satu tahun, dan selama itu anemia dan
kemampuan pemekatan ginjal sedikit demi sedikit membaik (Nurarif & Kusuma, 2015).
5. PATHWAY
Zat Toksik Vaskular Infeksi Obstruksi Saluran Kemih
Rekasi Antigen Arterio sklerosis Tertimbun ginjal Retensi Urin Batu besar
GFR (↓)
Nyeri Akut
Sumber : Nurarif & Kusuma, 2015
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar nitrogen darah (Blood Urea Nitrogen [BUN]) dan kadar kreatinin serum akan meningkat
pada pasien dengan penyakit ginjal kronis.
2. Uji saring ginjal
3. Urinalasis pada gagal ginnjal
4. Ultrasonografi ginjal
Ultrasonografi (USG) ginjal berguna untuk uji saring hidronefrosis, yang mungkin tidak diamati
pada obstruksi awal, atau pada keterlibatan retroperitoneum dengan fibrosis, tumor, atau
adenopati difus.
7. PENATALAKSANAAN
Pengkajian klinik menentukkan jenis penyakit ginjal, adanya penyakit penyerta, derajat penurunan
fungsi ginjal, komplikasi akibat penurunan fungsi ginjal. Faktor resiko untuk penurunan fungsi ginjal,
dan faktor resiko untuk penyakit kardiovaskuler. Pengelolaan dapat meliputi :
a) Konservatif
1) Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
2) Observasi balance cairan
3) Observasi adanya odema
4) Batasi cairan yang masuk
b) Terapi pengganti ginjal
1) Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan
dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis).
2) Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan mesin.
Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung)
c) Operasi
1) Pengambilan batu
2) Transplantasi ginjal
8. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Wawancara
1) Identitas Pasien
Meliputi nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status perkawinan, suku, sgamam,
warga negara, bahasa yang digunakan, pendidikan, pekerjaan, alamat dan penanggung
jawab..
2) Keluhan Utama :
Biasanya badan tersa lemah, mual, muntah, dan terdapat udem Data Riwayat Kesehatan
Sekarang.
3) Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan lain yang menyerta biasanya : gangguan pernapasan, anemia, hiperkelemia,
anoreksia, tugor pada kulit jelek, gatal-gatal pada kulit, asidosis metabolik.
4) Riwayat Penyakit Dahulu :
Meliputi penyakit yang diderita pasien, obat yang biasanya dikonsumsi, riwayat alergi, alat
bantu yang digunakan serta riwayat pekerjaan.
A. PENGKAJIAN
Tanggal masuk RS : 1 September 2014
Jam masuk : 20.40 WIB
No. Registrasi : 267334
Ruang / Kamar : Ayyub 2 / 341
Tanggal pengkajian : 8 September 2014
Jam pengkajian : 09.00 WIB
Diagnosa Medis :CKD
1. BIODATA :
a. Biodata Klien
Nama : Ny . Y
Umur : 55 th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Komunikasi yang di pakai : Bahasa Jawa
Alamat : Singosari
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk RS kira – kira 5 hari sebelumnya pasien mengatakan
BAK sedikit dan sakit untuk BAK , dan 2 hari kemudian pasien mengatakan
demam dan pusing serta mual muntah dan pada malam hari sampai menggigil
pada saat masuk RS pada tanggal 1 – 9 – 2014 di RSI Roemani saat pengkajian
tanggal 8 – 9 – 2014 pasien mengalami mual muntah saat makan , pasien
mengatakan nafsu makan berkurang , makan sedikit terasa penuh . pasien
mengatakan selama sakit BAK berkurang hanya sedikit – sedikit volume BAK
sehari mencapai 200 ml. pasien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas,
perawatan personal hygine selama sakit dibantu oleh keluarganya, 2x sehari dan
dibantu perawat. Pasien mengatakan lemas. Pasien mengatakan gatal – gatal pada
tubuh apalagi bila berkeringat
Nafsu makan di RS : Klien mengatakan jika makan mengalami mual dan kadang muntah
Kesulitan menelan : tidak ada
Gigi palsu : tidak ada
NG tube : tidak ada
Penggunaan obat – obatan sebelum makan : tidak ada
a) lingkar perut : 88 cm
Lingkar kepala : 57 cm
Lingkar lengan : 25 cm
Tinggibadan : 160 kg
IMT : 20,7 (berat badan normal)
b) ureum : 243 mg/dl
Kreatinin : 12,2 mg/dl
Clearen creatinin : 4,35%
Hemoglobin : 10,2 mg/dl
c) demam, pusing serta mual muntah
d) diit rendah garam rendah protein
Pola minum
Sebelum sakit Selama sakit
Frekuensi : 6– 8 gelas/ hari Frekuensi : ± 2 gelas/ hari
Jenis : air putih Jenis : air putih
Jumlah : ± 1600 cc Jumlah : ± 300
Pantangan : tidak ada
Minuman yang disukai :
e. Pola eliminasi
Buang air besar
Sebelum Sakit Selama Sakit
Frekuensi : sehari sekali Frekuensi : 2 hari sekali
Konsistensi : lunak berbentuk Konsistensi : lembek
Warna : kuning kecoklatan Warna : coklat
Waktu : pagi hari Waktu : pagi hari
Keluhan : tidak ada Keluhan : sulit BAB
Buang air kecil
DI RUMAH DI RUMAH SAKIT
Frekuensi : 3x/hari Frekuensi : -
Warna : kuning Warna : kuning pekat
Produksi : ± segelas /hari Produksi : 200 cc/hari
Pancaran : lemah Pancaran : -
Perasaan setelah BAK : tidak Perasaan setelah BAK : -
lega
Keluhan : - Keluhan : Sebelum terpasang
DC BAK susah keluar
Penggunaan kateter : tidak ada Penggunaan kateter : iya
Balance cairan :
Hari / sift Pagi Siang
Senin +366 +291
Selasa +239 +266
Rabu +314 +296
f. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum Sakit Selama Sakit
AKTIVITAS
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Bernafas √ √
Berpakaian √ √
Toilet √ √
Berjalan √ √
Makan / minum √ √
Skor : 0 = mandiri
1 = alat bantu
2 = di bantu orang lain
3 = di bantu orang lain dan alat
4 = tergantung / tidak mampu
- Keluhan dalam beraktivitas : Klien mengatakan masih lemas untuk beraktivitas .
4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis, GCS 15 E: 4, M: 6, V: 5
b. Tanda-tanda Vital :
TD : 130/90 mmhg
Suhu : 36,6 C
Nadi : 84 x / menit
RR : 22 x/menit
B. Analisa Data
No
Data Etiologi Masalah
Data
1 DS : pasien mengatakan selama Kelebihan Penurunan
sakit BAK berkurang hanya volume cairan haluaran urin ,
sedikit – sedikit retensi cairan dan
DO : ureum : 243 mg/dl natrium sekunder
Kreatinin 12,2 mg/dl terhadap
Clearean creatinin : 4,44% penurunan fungsi
Balane cairan : +336 ginjal
USG : Renin : membesar
Ureter : melebar
Mukosa Vu menebal
2 DS : pasien mengatakan nafsu Resiko tinggi Katabolisme
makan berkurang , makan sedikit perubahan protein ,
terasa penuh mual , kadang nutrisi kurang pembatasan diet ,
muntah dari kebutuhan peningkatan
DO : pasien hanya makan ¼ tubuh . metabolisme
porsi dari menu yang disajikan anoreksia, mual
A : lingkar perut : 88 cm dan muntah
Lingkar kepala : 57 cm
Lingkar lengan : 25 cm
Tinggibadan : 160 kg
IMT : 20,7 (berat badan normal)
B : ureum : 243 mg/d
Kreatinine : 12,2 mg/dl
Clearen creatinin : 4,44%
Hemoglobin : 10,2 mg/dl
C : demam, pusing serta mual
muntah
D : diit rendah garam rendah
protein
D. Perencanaan
No Intervensi
Dx. Penjelasan
Dat Tujuan Keperawat Rasional
Kep Keilmuan
a an
1 Kelebih Peningkatan Setelah dilakukan - Kaji - Oedema
an retensi tindakan keperawatan 3 adanya menunjukan
volume cairan x 14 jam pasien mampu oedema adanya
cairan isotonik electrolit and acid base kelebihan
balance volume
Dengan KH : - Ukur cairan
Bunyi nafas bersih , denyut - Perawatan
terbebas dari edema jantung dan invasif
awasi TD diperlukan
untuk
mengkaji
volume
intravaskuler
khususnya
Monitor pada pasien
pemasukan dengan fungsi
cairan. jantung buruk
Ukur - Untuk
balance menentukan
cairan fungsi ginjal
Beri
informasi - Untuk
untuk menentukan
sedikit output dan
minum input
- Sedikit
Kolabor minum untuk
asi menyeimban
pemberian gkan cairan
obat - Untuk
diuritika mempercepat
dengan pengeluaran
dokter urine
Kolbora diit untuk
si dengan pasien gagal
ahli gizi ginjal
untuk diit
rendah .
protein dan
rendah
garam
4 Resiko Resiko Setelah dilakukan Kaji Mengetah
tinggi terpajannya tindakan keperawatan keluhan ui tingkat
kerusak agen infeksi selama 3 x 14 jam pasien pasien. perkembanga
a tidak mengalami n kesehatan
integrita infeksi dengan kriteria pasien
s kulit hasil: Inspeksi- Menandaka
-Klien bebas dari tanda kulit n area
dan gejala infeksi terhadap sirkulasi
-Jumlah leukosit dalam warna buruk.
batas normal turgor,vask
uler
perhatikan
kemerahan. Menurunk
Ubah an tekanan
posisi pada edema
pasien jaringan
dengan dengan
sering dan perfusi
gerakan buruk.untuk
pasien menurunkan
dengan iskemia.
perlahan. Meningka
tkan
evaporasi
Ajurkan lembab pada
pasien kulit.
untuk
menggunak
an pakain Menurunk
yang an resiko
longgar iritasi dan
Pertaha kerusakan
nkan linen kulit.
kering dan Untuk
bebas mengurangi
keriput. obat topikal.
Kolabor
asi
pemberian
obat
topikal.
E. Implementasi
No .
Tgl /
Dx Tindakan Keperawatan Respon Klien Paraf
Hari / Jam
Kep
Senin , 8 1 Mengobservasi KU S : pasien mengatakan
september pasien masih lemas
2014 O : hanya bedress
09.00 wib Mengatur infus RL dan S : -
tetesan 20tpm O : infus (+) , 20tpm
10.30 wib 2 Memobilisasi pasien S : pasien mengatakan
( tirah baring ) senang spreinya diganti
O : miring kekanan
11.00 Mengkaji keluhan S : pasien mengeluh nyeri
pasien perut
O : nampak gelisah.
P : nyeri perut
Q : seperti tertekan
R : abdomen
S:3
T : saat ditekan.
11.30 3 menawarkan S: Pasien mengatakan
perawatan mulut merasa lebih nyaman
sebelum makan. setelah melakukan
perawatan mulut.
O: Pasien terlihat
mengukur tanda- melakukan perawatn
12.00 1 tanda vital. mulut dibantu dengan
perawat.
S: Pasien mengatakan
masih lemas.
Memberikan PO O:TD : 130/90
metaneuron, caco3, RR :22x/mnt
12.15 1,2,3, Suhu :36,6ºC
4 mengkaji/catat Nadi :84x/mnt
pemasukan diet. S: pasien mau
meminumnya
12.00 O: tidak ada tanda alergi
3
Memberikan injeksi
ceftriaxon 1 gam dan S: Pasein mengatakan
ranitidin 1 amp masih merasa mual jika
13.00 Mengukur urine makan.
1,2,3, O: Pasien terlihat
4 menghabiskan 1/3 porsi
mkanan yang diberikan.
Membantu personal S: -
14.30 hygine pasien O: tidak ada tanda alergi
1 Melakukan
perawatan kuku
15.00 S: Pasien mengatakan
Mengukur tanda BAK Sedikit.
4 tanda vital. O: Urine : 75 ml
Warna: keruh
15.45 S: Pasien mengatakan
gatal-gatal berkurang.
4 O: Tubuh terlihat kering
16.15 dan kuku panjang.
S: Pesien mengatakan
3 Memotivasi pasien lebih nyaman.
untuk mulai makan O: Kuku telah dipotong.
sedikit demi S: Pasien mengatakan
sedikit.Menanyakan masih mual.
17.30 keluhan pasien O: TD:130/80
Membagikan PO RR:20x/mnt
1,2,3, malam, metaneuron , Nadi:84x/mnt
4 caco3, omeprazole 1 Suhu : 36,8ºC
gram S: Pesien mengatakan
Menanyakan tentang masih sedikit mencoba
makannya untuk makan.
18.30 O: Pasien telihat lemas
Membuang dan dan bibir kering.
mengkaji urine.
1,2,3,
4 S: -
1 O: tidak ada tanda alergi
19.00
Menanyakan keluha
n pasien
S: -
1,2,3, Memberikan PO O: tidak ada tanda alergi
13.45 4 metaneuron, caco3,
omeprazole
Mengukur
15.30 pemasukan cairan S : pasien mengatakan
Memotivasi untuk mau melakaukan oral
3 makan dikit-dikit hygiene
Memotivasi untuk O: pasien terlihat
tidur melakukan oral hygiene
16.15 S: Pasien mengatakan
3 Memberikan obat sudah tidak mual lagi
injeksi ranitidin O: menghabiskan 1 porsi
17.00 S: pasien mengatakan
4 Membantu akan mengganti
memobilisasi pasien pakaiannya
17.30 (tirah baring ) O: pasien nampak nyaman
Mengkaji keluhan
pasien dan mengukur
1,2,3, TTV S: pasien mengatakan
4 menghabiskan 1 porsi
18.00 penuh
Memotivasi untuk O: 1 porsi habis
4 makanan rendah garam S : pasien mengatakan
dan dikit minum masih gatal
18.30 Mengobservasi O: pruritus
1,2,3, pemasukan nutrisi. S; -
4 Mengevaluasi O; TD: 120/90 mmHg
19.00 keluhan umum pasien RR: 21x permenit
Melakukan aff infus Nadi : 82x permenit
Suhu : 36,4 c
20.00 S:-
1,2,3, O: tidak ada tanda alergi
4 S: -
21.00 O : RL masuk 20 tpm
S:-
O: 20 tpm
1
Rabu/10 S: tidak nafsu makan
sep 2014 O: makanan habis ¼ porsi
07.00 2
08.00 S: pasien mengatakan
ngantuk
2 O: nampak ngantuk
S: -
O: tidak ada tanda alergi
1,2,3,
4
09.00 S : pasien mengatakan
masih lemas
O: Pasien terlihat lemas
1,2,3,
4 S: pasien mengatakan
10.00 masih lemes
O : TD 120/80mmHg
RR :20 x permenit
11.00 1,2,3, Suhu 36,2 c
4 Nadi 81 x permenit
S : pasien mengatakan
11.30 belum nafsu makan
O:-
3 S: pasien mengatakan
makan habis ½ porsi
O : 1 porsi makanan habis
S : pasien mengatakan
masih lemes
3 O:-
S : pasien mengatakan
sudah tidak ada keluhan
1,2,3, mual
4 O : infus sudah tidak
terpasang
1,2,3,
4
F. Evaluasi keperawatan
Tgl/hari/jam No Catatan perkembangan pasien Paraf
diagnosa
8/9/2014 1 S: pasien mengatakan masih sulit
Senin keluar kencingnya
14.00 WIB O: masih terpasang DC, asites
A: Kelebihan volume cairan belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi :
pantau kelebihan cairan
hitung balance cairan
catat keluaran urine
2 S: pasien mengatakan masih lemas
O: pasien nampak lemas
A: intoleransi aktifitas belum
teratasi
P:lanjutkan intervensi :
anjurkan untuk istirahat
bantu tirah baring pasien
3 S: pasien mengatakan masih mual
muntah
O: makanan habis ¼ porsi
A: Resiko tinggi perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi :
berikan makanan selagi hangat
S: pasien mengatakan masih gatel
4 O: masih terdapat pruritus
A: resiko infeksi belum teratasi
P: lanjutkan intervensi :
kolaborasi pemberian analgetik
penuhi personal hygine
S: pasien mengatakan masih sulit
keluar kencingnya
21.00 WIB 1 O: masih terpasang DC, asites
A: Kelebihan volume cairan belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
pantau kelebihan cairan
hitung balance cairan
catat keluaran urine
lakukan perawatan kateter
S: pasien mengatakan masih lemas
O: pasien nampak lemas
2 A: intoleransi aktifitas belum
teratasi
P:lanjutkan intervensi
bantu mobilisasi pasien
lakukan tirah baring
S: pasien mengatakan masih mual
muntah
3 O: makanan habis ¼ porsi
A: Resiko tinggi perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
berikan makan sesuai program
berikan makanan selagi hangat
S: pasien mengatakan masih gatel
O: masih terdapat pruritus
A: resiko infeksi belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
4 gunakan teknik aseptik ketika
melakukan tindakan
S: pasien mengatakan masih sulit
keluar kencingnya
O: masih terpasang DC, asites
A: Kelebihan volume cairan belum
09-09-2014 1 teratasi
Selasa P: lanjutkan intervensi
14.00 WIB pantau kelebihan cairan
hitung balance cairan
catat keluaran urine
S: pasien mengatakan masih lemas
O: pasien nampak lemas
A: masalah belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
2 bantu mobilisasi pasien
lakukan tirah baring
S: pasien mengatakan masih mual
muntah
O: makanan habis ¼ porsi
A: Resiko tinggi perubahan nutrisi
3 kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
berikan makan sesuai program
berikan makan selagi hangat
S: pasien mengatakan masih gatel
O: masih terdapat pruritus
A: resiko infeksi belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
4 kolaborasi pemberian obat
analgetik
S: pasien mengatakan masih sulit
keluar kencingnya
O: masih terpasang DC, asites
A: Kelebihan volume cairan belum
teratasi
21.00 WIB 1 P: lanjutkan intervensi
pantau kelebihan cairan
hitung balance cairan
catat keluaran urine
lakukan perawatan kateter
S: pasien mengatakan masih lemas
O: pasien nampak lemas
A: intoleransi aktifitas belum
teratasi
P:lanjutkan intervensi
2 bantu mobilisasi pasien
lakukan tirah baring
S: pasien mengatakan masih mual
muntah
O: makanan habis ¼ porsi
A: Resiko tinggi perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh belum
3 teratasi
P: lanjutkan intervensi
berikan makanan sesuai program
S: pasien mengatakan masih gatel
O: masih terdapat pruritus
A: resiko infeksi belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
kolaborasi pemberian analgetik
S: pasien mengatakan masih sulit
4 keluar kencingnya
O: masih terpasang DC, asites
A: Kelebihan volume cairan belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
pantau kelebihan cairan
10-09-2014 1 hitung balance cairan
Rabu catat keluaran urine
14.00 WIB lakukan perawatan kateter
S: pasien mengatakan masih lemas
O: pasien nampak lemas
A: intoleransi aktifitas belum
teratasi
P:lanjutkan intervensi
bantu mobilisasi pasien
lakukan tirah baring
2 S: pasien mengatakan mual muntah
berkurang
O: makanan habis ¼ porsi
A: Resiko tinggi perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh belum
teratasi
P: lanjutkan intervensi
3 berikan makanan sesuai program
ajarkan mengenai diit gagal
ginjal
S: pasien mengatakan gatel
berkurang
O: terdapat kemerahan di tangan
A: resiko infeksi belum teratasi
P:lanjutkan intervensi
kolaborasi pemberian analgetik
S: pasien mengatakan masih sulit
keluar kencingnya
4 O: DC sudah di lepas
A: Kelebihan volume cairan belum
teratasi
P: hentikan intervensi, lanjut untuk
perawatan mandiri di rumah
S: pasien mengatakan masih lemas
O: pasien nampak lemas
20.00 WIB 1 A: intoleransi aktifitas belum
teratasi
P: hentikan intervensi, lanjut untuk
perawatan mandiri di rumah
S: pasien mengatakan mual sudah
tidak ada
O: makanan habis ½ porsi
2 A: Resiko tinggi perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh sudah
teratasi
P: hentikan intervensi, lanjut untuk
perawatan mandiri di rumah
S: pasien mengatakan gatel tidak
3 ada
O: kemerahan tidak ada
A: resiko infeksi teratasi
P: hentikan intervensi, lanjut untuk
4 perawatan mandiri di rumah
DAFTAR PUSTAKA