Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebun Raya Jompie Parepare (KRJP) merupakan salah satu kebun raya

daerah yang dibangun atas kerja sama antara Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun

Raya-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PKT KR-LIPI), Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), serta Pemerintah Kota Parepare

Provinsi Sulawesi Selatan. Kebun Raya Jompie Parepare diresmikan untuk umum

pada tanggal 28 November 2017. KRJP telah menerapkan 5 fungsi kebun raya,

yaitu konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan (Rahayu, &

Siti 2018).

Dalam Penerapan fungsi KRJP menurut pengelola KRJP masih belum

maksimal dalam hal kesimbangan fungsi dari KRJP itu sendiri, dalam hal ini

dapat dilihat dari kepadatan tamu/pengunjung KRJP yang lebih dominan untuk

berwisata dilokasi dibandingkan untuk melakukan penelitian, konservasi, serta

pendidikan yang terkait tanaman/pohon yang berada di KRJP. Kesenjangan inilah

yang perlu diminimasilisir, terutama pohon endemik yang berada dilokasi KRJP,

salah satunya Pohon Buah Rao (Dracontomelon dao) yang perlu dilestarikan.

Pohon Buah Rao (Dracontolmelon dao) merupakan salah satu tumbuhan

alamiah yang hidup dikebun raya Jompie. Batang Dracontolmelon dao dapat

mencapai ketinggian 3-4 meter, Jika berada dilapangan batangnya dapat

mencapai 55 meter dengan batang bebas cabang setinggi 25 meter dan diameter

150 cm. Dracontolmelon dao termasuk dalam jenis kayu perdangan. Biasanya
pohon ini ditanam dikiri dan kanan jalan. (LIPI & Dinas Lingkungan Hidup

Pemerintah Parepare, 2017 ).

Menurut Lemmens (1995) Manfaat kayu Dracontolmelon dao dapat

dijadikan hutan tanaman dan dipergunakan untuk kombinasi tanaman agroforesti

kaarena sifatnya yang tahan terhadap naungan. Tetapi dalam pemanfaatannya

Dracontolmelon dao tak dapat menjadi hutan tanaman sebab jumlah pohon buah

rao yang terdapat di KRJP terbatas, hanya sebanyak 10 pohon dan beberapa

tergolong berumur tua, Maka dari itu pohon buah rao perlu dilestarikan, yang

dapat dilakukan salah satunya yaitu memelihara tanah.

Tanah di lokasi KRPJ sebagai tempat tumbuh pohon buah Rao perlu

dilestarikan sebab didalam tanah terutama diarea Rhizosfer terdapat banyak jasad

mikro yang berguna bagi tanaman. Salah satunya adalah jamur mikoriza yang

merupakan bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dengan akar tanaman. Salah

satu tipe mikoriza yang sering dijumpai adalah jamur mikoriza Vesikular

Arbuskular (MVA). Jamur MVA memiliki banyak manfaat bagi antara lain

meningkatkan penyerapan unsur hara, meningkatkan ketahanan terhadap seranga

patogen, serta dapat meningkatkan ketahanan terhadap kondisi kekeringan.

(Musfal, 2010; Simanungkalit, 2001; Tarmedi, 2006).

Keberadaan jamur MVA dialam sangat berlimpah, jamur MVA memiliki

kemampuan berasosiasi dengan hampir 90% diketahui bahwa Mikoriza mampu

bersimbiosis dengan berbagai jenis tanaman (Widyaningrum, 2016). Mikoriza

berinteraksi atau bersimbiosis mutualisme dengan perakaran tanaman. bentuk

simbiosisnya adalah terjadi pertukaran antara hara dan karbohidrat, simbiosis ini
3

terjadi saling menguntungkan dimana mikoriza memperoleh karbohidrat dan

unsur pertumbuhan lain dari tanaman inang, sebaliknya mikoriza memberi

keuntungan kepada tanaman inang dengan cara 2membantu tanaman dalam

menyerap unsur hara terutama unsur P dan N tanah, kandungan C organik, air,

pH, dan suhu tanah (Ansiga, 2017); Diastama (2015).

Prayudya ningsih & Ramdana (2016); Akib (2018), menyatakan bahwa

mikoriza mempunyai kemampuan berasosiasi dengan 80-96% jenis tanaman

walaupun efektivitasnya tidak sama untuk setiap tanaman, yang tumbuh pada

lingkungan normal ataupun lingkungan yang tercekam logam-logam berat (Akib. ,

2018a); Akib, 2018b). Mikoriza Arbuskular (MA) adalah salah satu kelompok

cendawan yang hidup di dalam tanah, termasuk golongan endomikoriza yang

mempunyai struktur hifa yang disebut arbuskular. Arbuskular berperan sebagai

tempat kontak dan transfer hara mineral antara cendawan dan tanaman inangnya

pada jaringan korteks akar, (Sukmawaty, 2016).

Pola sebaran mikoriza dalam tanah dapat dipengaruhi oleh struktur tanah, zat

hara dalam tanah, air, pH, dan suhu tanah. Perbedaan lokasi juga dapat

membedahkan jenis mikoriza yang ada dalam tanah tempat tanaman tumbuh

(Samsi, 2017). Warna - warna spora mikoriza berkisar hialin kuning, kuning

kehijauan, coklat, coklat kemerahan sampai coklat hitam ,bentuk, ukuran, dan hifa

(Ansiga, 2017). Selain itu semua mikoriza tidak mempunyai morfologi dan fisiologi

yang sama, oleh karena itu sangat penting mengetahui identitasnya.

Di Kebun Raya Jompie Parepare khususnya pohon buah Rao penelitian

terkhusus mikoriza masih belum terhitung banyak yang dilakukan khususnya

keberadaan, populasi dan karakteristik dari mikoriza yang terdapat pada rhizosfer
pohon buah Rao. Sehingga dapat menyeimbangkan peranan fungsi dari didirikannya

KRJP. Salah satu yang dapat dilakukan untuk mengetahui jumlah atau populasi dari

spora mikoriza dengan isolasi. Isolasi dilakukan agar spora terpisah dari sampel

tanah sehingga karakteristik spora mikoriza dan jumlahnya dapat diketahui.

Sedangkan untuk mengetahui karakteristik morfologi dari spora mikoriza dapat

dilakukan identifikasi morfologi . identifikasi morfologi yang dilakukan yaitu melihat

bentuk dan warna spora mikoriza.

Penelitian Mikoriza di Kebun Raya Jompie Parepare masih belum banyak

dilakukan serta adanya perbedaan populasi dan sifat morfologi dari spora mikoriza,

maka perlu diketahui jumlah dan karakteristiknya. Oleh karena itu peru dilakukan

isolasi dan karakteristik mikoriza di rhizosfer pohon Buah Rao di KRJP.

. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut maka dilakukan penelitian

mengenai “Isolasi dan Karakterisasi Mikoriza Vesikular – Arbuskular pada

Rhizosfer pohon buah Rao (Dracontolmelon dao) dikebun Raya Jompie kota

Parepare”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas , maka rumusan masalah dalam

penelitian adalah :

1. Berapakah jumlah Spora serta mengetahui karakteristik Mikoriza

Vesikular Arbuskular yang terdapat di Rhizosfer Pohon Buah Rao

(Dracontolmelon dao)?

2. Genus Spora Mikoriza Vesikular Arbuskular apa sajakah yang ditemukan

dari Rhizosfer Pohon Buah Rao (Dracontolmelon dao)?


5

C. Tujuan Penelitian

1. Mengungkapkan jumlah Spora serta karakteristik Mikoriza Vesikular

Arbuskular yang terdapat pada Rhizosfer Pohon Buah Rao

(Dracontolmelon dao)

2. Mengungkapkan genus Spora Mikoriza Vesikular Arbuskular yang

ditemukan dari Rhizosfer Pohon Buah Rao (Dracontolmelon dao

D. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai

berikut :

1. Memberikan informasi kepada Pemerintah Daerah akan potensi

mikroorganisme yang di miliki oleh kebun raya jompie parepare.

2. Memberikan informasi mengenai jamur MVA yang terdapat pada

Rhizosfer pohon buah Rao (Dracontomelon dao) yang belum diketahui.

Informasi ini dapat digunakan untuk menemukan isolate jamur MVA yang

potensial bagi pertumbuhan pohon buah Rao (Dracontomelon dao)

3. Memberikan informasi kepada masyarakat parepare tentang

keanekaragaman dan potensi mikroorganisme yang terdapat dikebun raya

jompie parepare.

4. Memberikan informasi dan pengalaman bagi peneliti dalam meningkatkan

keimanan dan keyakinan terhadap kekuasaan Allah SWT sebagai pencipta

alam semesta untuk terus meningkatkan kualitas diri.


E. Definisi Operasional

Berdasarkan hasil revew beberapa jurnal tentang Mikoriza dan Pohon

Buah Rao (Dracontolmelon dao) maka, peneliti menarik kesimpulan atau definisi

sebagai berikut :

1. Mikoriza Vesikular Arbuskular merupakan salah satu jenis jamur mikroskopik

yang mampu bersimbiosis dengan berbagai jenis tanaman dan mampu

merangsang pertumbuhan akar tanaman dengan cepat, meningkatkan

ketahanan terhadap serangan patogen, serta dapat meningkatkab ketahanan

terhadap kondisi kekeringan

2. Pohon Buah Rao (Dracontolmelon dao) merupakan salah satu tumbuhan

alamiah yang tumbuh dikebun raya jompie parepare yang memiliki banyak

peranan terutama dijadikannya hutan tanaman karena memiliki pertumbuhan

batang yang tinggi dan faktor usia tanaman relatif berumur panjang.

3. Kebun Raya Jompie merupakan salah satu kebun yang ada di kota parepare

yang dimanfaatkan sebagai lahan konservasi, penelitian, pendidikan, wisata,

dan jasa lingkungan berbagai jenis tanaman baik tanaman lokal maupun non

lokal.
7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Kebun Raya Jompie Parepare (KRJP)

Gambar 1. Pintu gerbang KRJP)

Menurut sejarah, Kebun Raya Jompie Parepare merupakan bagian dari

hutan Alitta. Istilah ini diambil dari nama salah satu pahlawan dari parepare yaitu

Andi Pangeran Pettarani. Nama Jompie sendiri dikutip dari bahasa bugis kuno

yang berarti air yang keluar dari tanah sacara alami atau disebut juga sumber mata

air. Mata air inilah yang kemudian berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan air

bersih kota parepare.

Kebun Raya Jompie Parepare (KRJP) pada mulanya merupakan bagian

kawasan Hutan Kota Jompie yang dibangun melalui penataan kembali kawasan

tersebut seluas kurang lebih 13,5 ha. Hutan Kota Jompie merupakan bagian dari

kompeks Hutan Alitta yang kaya dengan jenis tumbuhan, baik secara tumbuh
alami maupun ditanam oleh pemerinta daerah maupun masyarakat (LIPI & Dinas

Lingkungan Hidup Pemerintah Parepare, 2017).

Kebun Raya Jompie Parepare (KRJP) merupakan salah satu kebun raya

daerah yang dibangun atas kerja sama antara Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun

Raya-Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PKT KR-LIPI), Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), serta Pemerintah Kota Parepare

Provinsi Sulawesi Selatan. Kebun Raya Jompie Parepare diresmikan untuk umum

pada tanggal 28 November 2017.

KRJP telah menerapkan 5 fungsi kebun raya yaitu konservasi, penelitian,

pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan. Berikut ini adalah realisasi fungsi kebun

raya yang dilaksanakan oleh KebunRya Jompie Parepare sebagai berikut :

 Konservasi

KRJP berperan penting dalam melestarikan

keanekaragaman tumbuhan secara ex-situ, terutama tumbuhan

pesisir wallacea yang menjadi ciri khasnya. KRJP melaksanakan

konservasi ex-situ melalui kegiatan pengoleksian berbagai jenis

tumbuhan yang berasal dari seluruh tropis Indonesia. Tumbuhan

koleksi tersebut diperoleh dari lima sumber yaitu eksplorasi,

sumbangan, pertukaran material, perbanyakan, dan koleksi

spontan.

 Penelitian

KRJP memfasilitasi berbagai kegiatan penelitian dan

pengembangan dibidang botani, konservasi, budidaya tanaman,


9

pengembangan tanaman, dan pendayagunaan tumbuhan. Hingga

saat ini terdapat dua penelitian yang terdata terkait dengan manfaat

tumbuhan yang ada di KRJP dan fauna pendukung kesuburan

tanah yang ada di dalamnya.

 Pendidikan

Sebuah kebun raya, termasuk KRJP ibarat perpustakaan

tumbuhan, dimana setiap koleksi memliki informasi yang lengkap

yang disajikan melalui papan interprestas. Koleksi tumbuhan dan

kumpulan data ini merupakan sumber pengetahuan bagi pelajar,

mahasiswa, guru, peneliti, dan masyrakat umum untuk mengenal

lebih dalam dunia tumbuh-tumbuhan, baik fungsi maupun peranan

tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari.

 Wisata

Selain kegiatan utamanya untuk konservasi tumbuhan,

KRJP juga menyediakan sarana wisata yang nyaman, sehat, dan

bernilai ilmiah bagi masyarakat. Sarana wisata berupa ni berupa

taman dan lapangan dan rumput (lawn) yang dijadikan sebagai

sarana public, dimana masyrakat dapat berkumpul dan

bersosialisasi sambil menikmati keindahan koleksi tumbuhan.

 Jasa Lingkungan

KRJP memberikan dampak ekologis dalam peningkatan

kualitas lingkungan yang meliputi tata air, keanekaragaman hayati,

penyerapan karbon, dan keindahan lanskap, sebagaimana namanya


“Jompie” yang berarti semburan mata air, KRJP menjadi sumber

air bagi masyrakat yang memiliki 3 titik sumber mata air.

2. Mikoriza Vesikular-Arbuskular`

a. Pengertian Mikoriza Vesikular-Arbuskular (MVA)


Mikoriza Visikular-Arbuskular (MVA) adalah satu jenis cendawan tanah,

yang keberadaanya dalam tanah sangat mempunyai manfaat. Hal ini

disebabkan karena MVA dapat meningkatkan ketersediaan dan pengambilan

unsure fosfor, air, dan nutrisi dan lainnya, serta pengendalian penyakit yang

disebabkan oleh petogen luar tanah.

Pada awal cendawan MVA kurang mendapatkan perhatian, karena

cendawaan ini tidak membentuk unit alamiah yang nyata juga tidak

menunjukkan adanya perubahan morfologi pada yang terinfeksi, sehingga

tidak mudah dikenali. Apabila cendawan MVA menginfeksi akar tanaman

inang, maka tidak ada bedanya dengan akar-akar yang tidak terinfeksi yaitu

tidak teradi perubhan bentuk, dan tetap mempunyai rambut akar. (Haris, 2010)

Mikoriza sesungguhnya berasal dari bahasa yunani yaitu Mykes yang

artinya cendawan, dan Rhiza artinya akar, sehingga secara harfiah berarti

cendawan akar. Cendawan MVA pertama kali ditemukan oleh botanis jerman

yaitu Frank thaun 1855 pada akar pepohonan yang menunjukkan adanya

asosiasi simbiotik.

Cendawan ini apabila menginfeksi tanaman inang, maka pada tanaman

tersebut tidak menimbulkan kerusakan. Bahkan pada beberapa tanaman yang

mempunyai nilai ekonomi seperti tanaman family gramineae dan leguminosa


11

umumnya mempunyai cendawan mikoriza.pada tanman pinus pertumbuhan

sangat ditentukan oleh adanya cendawan MVA.

Mikoriza adalah struktur system perakaran yang tertentu sebagai

manifestasi adanya simbiosis mutualisme antara cendawan (myces) dan

perakaran (rhiza) tumbuhan tingkat tinggi. Konsep ketergantungan tanaman

akan mikoriza adalah tingkat relative dimana tanaman tergantung pada

keberadaan cendawan mikoriza untuk mencapai pertumbuhannya yang

maksimum pada tingkat kesuburan tanah tertentu (Oetami, 2009).

Menurut Gunawan (1994) Istilah Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA)

digunakan karena semua cendawan dari jenis cendawan ordo glomales dapat

membentuk struktur arbuskular dalam asosiasinya dengan akar dan hanya

sebagian saja yang dapat membentuk vesikular.

Mikoriza Arbuskular adalah salah satu kelompok cendawan yang hidup

di dalam tanah, termasuk golongan endomikoriza yang mempunyai struktur

hifa yang disebut arbuskular. Arbuskular berperan sebagai tempat kontak dan

transfer hara mineral antara cendawan dan tanaman inangnya pada jaringan

korteks akar, (Sukmawaty, 2016).

b. Jenis Jenis Mikoriza


Mikoriza bukan takson dalam kingdom, melainkan cendawan yang

hifanya bersimbiosis dengan akar suatu tanaman. Berdasarkan kedalaman

jaringan yang di gunakannya mikoriza dapat digolongkan menjadi 2 tipe

yaitu Ektomikoriza dan Endomikoriza. Ektomikoriza adalah cendawan yang

hanya hidup pada daerah permukaan akar yakni pada jaringan Epidermis,
sedangkan Endomikoriza merupakan cendawan yang hifanya mampu

menembus akar hingga masuk kejaringan korteks (Indah, 2009).

Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan di areal pertanaman tambang

nikel di peroleh ada tiga jenis MA yaitu: Acaulospora sp, Gigaspora sp, dan

Glomus sp ( Akib, 2018).

c. Peranan Mikoriza

Mikoriza Arbuskular (MA) merupakan salah satu agen hayati yang

didefenisikan sebagai inokulan berbahan aktif organisme hidup yang berfungsi

untuk menambat hara tertentu atau memfasilitasi tersedianya hara dalam tanah

bagi tanaman. Penyediaan hara ini dapat berlangsung simbiotis dan non

simbiotis. Kelompok mikroba simbiotis ini terutama meliputi bakteri bintil

akar dan cendawan mikoriza.

Mikoriza merupakan struktur yang terbentuk karena asosiasi simbiosis

mutualisme antara Mikoriza tanah dengan akar tanaman tingkat tinggi.

Menurut Purba (2014), terdapat lima manfaat mikoriza bagi perkembangan

tanaman yang menjadi inangnya, yaitu :

1. Meningkatkan absorbsi hara dari dalam tanah,

2. Sebagai penghalang biologis terhadap infeksi pathogen akar,

3. Meningkatkan ketahanan inang terhadap kekeringan,

4. Meningkatkan hormone pemacu tumbuh, dan

5. Menjamin terselenggaranya siklus biogeokimia. Dalam hubungan simbiosis

ini, Mikoriza mendapatkan keuntungan nutrisi (karbohidrat dan zat tumbuh

lainnya) untuk keperluan hidupnya dari akar tanaman.


13

d. Siklus Hidup Mikoriza

Berikut ini merupakan siklus hidup atau perkecambahan spora MA, yaitu

hidrasi, aktivasi, pertumbuhan saluran kecambah, dan pertumbuhan hifa. Pada

fase pertama, air masuk kedalam spora sehingga komponen dalam spora

menjadi terhidrasi. Setelah hidrasi sebagian atau seluruh organel dan

makromolekul menjadi utuh, asam ribonukleat dan enzim menjadi aktif

sehingga terjadi peningkatan aktivitas metabolisme. Dua sampai 10 hari

setelah hidrasi spora menjadi aktif dan saluran kecambah mulai tumbuh yang

kemudian di ikuti dengan pertumbuhan hifa. Infeksi pertama dipengaruhi oleh:

(1) perkecambahan spora-spora atau propagul cendawan lainnya; (2)

pertumbuhan hifa dalam tanah, pada beberapa MA, pertumbuhan saluran

kecambah dari spora yang berkecambah kemungkinan di pengaruhi oleh

eksudat akar, kesuburan tanah dan ketersediaan air tanah; dan (3) titik masuk

pada akar tanaman ( Akib, 2018).

3. Pohon Buah Rao (Dracontomelon dao)

Pohon Buah Rao (Dracontolmelon dao) dan merupakan salah satu tumbuhan

alamiah hutan raya Jompie. Batang Dracontolmelon d. dapat mencapai

ketinggian 3-4 meter, Jika berada dilapangan batangya dapat mencapai 55 meter

dengan batang bebas cabang setinggi 25 meter dan diameter 150 cm.

Dracontolmelon dao. termasuk dalam jenis kayu perdangan. Biasanya pohon ini

ditanam dikiri dan kanan jalan. Dracontolmelon dao tersebar dihutan dataran

rendah dengan ketinggian 500 - 1000 mdpl. Biasanya dapat tumbuh pada drainase
tanah yang baik maupun buruk, terutama pada tanah alluvial dan areal rawa. (LIPI

& Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Parepare, 2017 ).

(Gambar 2. Pohon buah Rao di KRJP)

Menurut Lemmens (1995) Manfaat kayu Draconton dao dapat dijadikan

hutan tanaman dan dipergunakan untuk kombinasi tanaman agroforesti karena

sifatnya yang tahan terhadap naungan. Semai dapat ditanam tanpa memerlukan

khusus dilapangan. Dracontolmelon dao. juga dapat memberikan penghasilan

tambahan kepada masyrakat bila dikelola dengan baik. Bukan saja setelah

tanaman ini tumbuh menjadi pohon dan kayunya bernilai komersial tetapi

kayunya bernilai komersial tetapi juga usaha pembenihan dan pembibitannya

pun dapat meningkatan pendapat masyarakat.

Buah Dracontolmelon dao dapat dikomsumsi dan memiliki rasa manis.

Daun dan bungannya dapat diolah sebagai sayur. Sedangkan kulit batang dapat
15

dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk disentri. (LIPI & Dinas Lingkungan

Hidup Pemerintah Parepare, 2017 ).

Menurut LIPI & Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Parepare, 2017

sistematika dari tumbuhan dari Pohon Buah Rao (Dracontomelon dao) dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

Regnum : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnolipsida

Ordo : Sapindales

Famili : Anacrdiaceae

Genus : Dracontomelon

Spesies : Dracontomelon dao

B. Kerangka Pikir

Kebun Raya Jompie, merupakan salah satu kebun yang ada di kota

parepare yang mana dimanfaatkan sebagai salah satu tempat konsevasi

berbagai jenis tumbuhan. Dari hasil literasi tentang mikoriza serta observasi

awal di KRJP, selain tumbuhan, juga terdapat berbagai jenis makroorganisme.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti memperkirahkan bahwa bukan hanya

makroorganisme yang terdapat di KRJP, melainkan terdapat pula

mikoorganisme, dalam hal ini Mikoriza, karena hasil studi awal bahwa

Mikoriza mampu mempercepat penyerapan zat hara oleh akar tanaman, kerena
dengan adanya mikoriza, ini akan mempercepat penyebaran akar tanaman.

Oleh karena itu berikut skema / kerangka yang yang dirancang oleh peneliti

KEBUN RAYA
JOMPIE PAREPARE

TUMBUHAN
MIKROORGANISME
(Dracontolmelon dao)

MIKORIZA
VESIKULAR
ARBUSKULAR

informasi mengenai jamur


MVA sebagai langkah
pelestarian tanaman

C. Hipotesis Penelitian

1. Jumlah Spora Mikoriza Arbuskular yang terdapat pada Rhizosfer Pohon Buah

Rao (Dracontolmelon dao) di temukan dalam jumlah yang banyak.

2. Genus spora Mikoriza Arbuskular yang ditemukan dari Rhizosfer Pohon Buah

Rao (Dracontolmelon dao) adalah Glomus sp, Gigaspora sp dan Acaulospora

sp
17

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mengumpulkan informasi

tentang Mikoriza Arbuzkular (MA) yang ada di bawah Rhizosfer Pohon Buah Rao

(Dracontomelon dao).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan di Kebun Raya Jompie dan Laboratorium

Mikrobiologi Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan

Kehutanan Makassar, Jln. Perintis Kemerdekaan KM 16, Makassar.

C. Sampel Penelitian

Sampel penelitian di peroleh dari sampel tanah yang di ambil di Rhizosfer

pohon Buah Rao (Dracontomelon dao) yang ada di KRJ Kota Parepare.

D. Alat dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Tabel 1 :

Tabel 1.

No. Alat Fungsi


Untuk mencampur sampel dengan zat
1. Gelas Piala
pelarut
2. Saringan bertingkat Untuk memisahkan spora mikoriza dengan
ukuran 40 μmesh, 50 tanah
μmesh dan 325 μmesh
Untuk memisahkan partikel berat dengan
3. Sentrifius
partikel ringan
4. Timbangan analitik Untuk mengukur berat sampel tanah
Untuk mengaduk sampel yang telah
5. Batang pengaduk
dilarutkan
Untuk digunakan sebagai wadah
6. Cawan petri
penyimpanan sampel
Mikroskop Elektron
dengan pembesaran Untuk mengamati jenis spora mikoriza yang
7.
10X, 20X, dan 40X terdapat pada sampel

Sebagai tempat untuk meletakkan sampel


Objek glass dan deck
8. yang akan diamati dan unit sebagai penutup
glass
sampel yang akan diamati
Untuk meletakkan sampel yang akan
9. Mikropipet
diamati
10. Cangkul Untuk mengambil sampel tanah

11. Kamera Untuk kegiatan dokumentasi


Untuk menacatat hasil pengamatan di
12. Alat tulis menulis
laboratorium
Sebagai tempat untuk untuk menuangkan
13. Glass Becker 25 ml
hasil saringan
Sebagai wadah untuk meletakkan hasil
14. Tabung Sentifius saringan sebelum dimasukkan didalam
sentifius

2. Bahan
19

Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkanpada Tabel 2 :

Tabel 2.

No
Bahan Fungsi
.
Sampel tanah yang
diambil di Rhizosfer
Pohon Buah Rao
1. Sebagai objek penelitian
(Dracontomelon dao)
yang ada di KRJ Kota
Pare-pare.
2. Air mineral/ Air keran Untuk membersihkan tangan

3. Kapas Sebagai pembersih peralatan


Untuk pewarnaan spora mikoriza yang
4. Melzer’s
didapatkan pada sampel
5. Kantong sampel Sebagai tempat sampel
Larutan glukosa Sampel
tanah yang diambil dari Untuk mengikat mikoriza yang terdapat
6.
tegakan Pohon Buah Raoh pada sampel
(Dracontomelon dao)
7. Tisu Untuk membersihkan tangan

8. Kertas Label Sebagai Penanda sampel


PVLG ( Polyvinyl Lacto Untuk pengawetan Spora Mikoriza yang
8.
Glicerol) didapatkan pada akar

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode tuang saring basah yang akan di

laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Balai Penelitian dan Pengembangan

Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar.

F. Tahapan Penelitian
Penelitian ini memiliki tiga tahapan yaitu sebagai berikut :

1. Pengambilan Sampel Tanah

Sampel tanah diambil dikebun Raya Jompie yang ada dikota Parepare

dengan mengambil tanah yang ada di Rhizosfer pohon Buah Rao

(Dracontomelon. dao).

2. Penjaringan MA di Laboratorium

Adapun teknik yang digunakan dalam penjaringan ini yaitu metode tuang-

saring basah, yang di lanjutkan dengan metode sentifius. Prosedur kerja teknik

penyaringan basah adalah mencampurkan sampel tanah sebanyak 100 gram

dengan 1000 ml air dan diaduk merata menggunakan batang pengaduk sebanyak

60X putaran dan didiamkan selama 4 menit agar partikel-partikel besar

mengendap. Selanjutnya dituang ke atas saringan bertingkat dengan ukuran 50

μmesh, 40 μmesh dan 325 μmesh secara berurutan dari atas ke bawah,

Pencampuran ini dilakukan sebanyak 3X pencampuran dan penyaringan.

kemudian di siram dengan menggunakan air keran. Penyiraman ini di maksudkan

untuk mempercepat proses penyaringan sampel. Penyiraman ini di lakukan pada

setiap tingkatan saringan.

Berikutnya, sampel hasil penyaringan dituangakan ditabung sentifius

sebanyak 45 ml untuk dilakukan sentifugrasi dengan alat sentifius dengan

kecepatan 2500 RPM selama 5 menit, setelah mekakukan sentifius maka kotoran

disampel akan naik sehingga kotoran dibuang dengan menyisakan larutasn di

tabung sentifius sebanyak 20 ml dan dicampur dengan glukosa 500/0, lalu di


21

sentifrugasi sekali lagi dengan kecepatan 1500 RPM selama 2 menit. Supernatan

yang terbentuk dituang pada saringan ukuran 325 μmesh lalu disiram dengan air

keran yang bertujuan untuk megencerkan cairan glukosa yang menempel pada

Mikoriza hasil sentrifugrasi, selanjutnya dituangkan kedalam Glass Becker 25 ml

Lalu dipindahkan kedalam cawan petri kemudian mengamati spora mikoriza yang

terdapat pada Cawan Petri tersebut dengan menggunakan mikroskop Elektron.

Jika terdapat spora maka menangkapnya dengan menggunakan Mikropipet

kemudian spora diletakkan pada gelas objek yang telah ditetesi PVLG

dan.Melzer’s.

3. Identifikasi Spora MA.

Identifikasi fungi Mikoriza Arbuskular-Veskular dilakukan berdasarkan

kesamaan karakteristik morfologi spora meliputi warna dan bentuk spora.

Tahapan identifikasi fungi mikoriza arbuskula sebagai berikut :

a) Warna spora : menggunakan standar colour chart yang umum digunakan

Warna - warna spora mikoriza berkisar hialin kuning, kuning kehijauan,

coklat, coklat kemerahan sampai coklat hitam

b) Warna spora : menggunakan standar colour chart yang umum digunakan.

Warna- warna spora mikoriza berkisar hialin kuning, kuning kehijauan,

coklat, coklat kemerahan sampai coklat hitam, Brundrett ( Samsi, 2017).


G. Analisis Data

Analisis data di lakukan dengan menggunakan Mikroskop Mikroskop

Elektron dengan pembesaran 10X, 20X, dan 40X di Laboratorium Mikrobiologi

Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar,

kemudian akan di hitung berdasarkan rumus kelimpahan relatif (lily, 2018) :

Kelimpahan Relatif

Jumlah Spora Mikoriza dalam Sutu Genus


¿ x 100 %
Jumlah Spora Keseluruhan
23

DAFTAR RUJUKAN

Akib. M.A, 2018. Pemanfaatan Kacang Koro Pedang (Canavalia Ensiformis L)


yang Diintroduksi Mikoriza Arbuskular untuk Proses Rehabilitasi Lahan
Pasca Tambang Nikel. Makassar : Sekolah Pascasarjana Universitas
Hasanuddin.

Akib. M.A, Mustari. K,Kuswinanti .T dan Syaiful.S.A. 2018 a. The Effect Of


Application Acaulospora On The Root Growth Of Canavaliaensiformis L
At Nicel Post-Mine Land. J. Biotechnol. ISSN : 1812-1837. 15 (2.). 583-
591.
Akib. M.A, Mustari. K,Kuswinanti .T dan Syaiful.S.A. 2018 b. Identification and
Abundance Of Indigenous Endomycorrhiza Isolated From Nickel Post-
Mining Plantation In Sorowako. J. Curr. Res. Biosci. Plant Biol.ISSN :
2349-8080. 5(4). 8-16.

Ansiga. R. E., A. Rumambi, D. Kaligis, I. Mansur, W. Kaunang, 2017. Eksplorasi


Fungi Mikoriza Arbuskula (Fma) Pada Rizosfir Hijauan Pakan. Jurnal
Zootek. ISSN : 0852 – 2626. 37 (1).

Dasmann, R.F. 1973. System for defining and classifying natural regions for
purpose of conservation : A progress report. International Union for
Convervation of Nature and Natural Resources : Morges, Switzerland.

Diastama.I.W.P, I Gede. K. S, I Gede. P.W, 2015. Isolasi Dan Karakterisasi


Cendawan Mikoriza Arbuskular Pada Tanah Dan Akar Tanaman Jagung
Di Desa Sanur Kaja. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-
6515. 4(1).
.

Indah Najmi, 2009. Taksonomi Tumbuhan Tingkat Tinggi. JEMBER.: FP MIPA


IKIP PGRI.

Lemmens R.H.M.J, Soereanegara, I dan Wong, W.C. 1995. Plant Resources of


South-East Asia. No 9 (2). Timber Tree : Minor Commercial Timbers.
Presea Foundation : Bogor.
LIPI dan dinas lingkungan hidup pemerintah kota parepare. 2017. Koleksi
Tumbuhan Berpotensi dan Bermanfaat KebunRaya Jompie Parepare.
LIPI : Parepare : LIPI dan dinas lingkungan hidup pemerintah kota
parepare.

Myers, N., R.A. Mittermier, C.G. Mittermie, G.A.B.D Fonseca dan J. Kent 2000
Biodiversity Hotspot for Conservation Priorities. Nature, 403:853-858

Nurhayaty, 2012. Infektivitas Mikoriza Pada Berbagai Jenis Tanaman Inang Dan
Beberapa Jenis Sumber Inokulum. Jurnal : Floratek 7. Hal : 25 – 31.

Oetami. D. H, 2009. Ketergantungan Tanaman Terhadap Mikoriza Sebagai Kajian


Potensi Pupuk Hayati Mikoriza Pada Budidaya Tanaman Berkelanjutan.
Jurnal ; Agritech. 11 (2).

Rahayu E. M. D, dan Siti R. A, 2018. Profil dan fungsi Kebun Raya Jompie,
Parepare, Sulawesi Selatan.5 (1). ISSN : 2407-8050. Hal 52-58.
25

Samsi Nur , Y. S. Pata’dungan, Abd Rahim. T, 2017. Isolasi Dan Identifikasi


Morfologi Spora Fungi Mikoriza Arbuskula Pada Daerah Perakaran
Beberapa Tanaman Hortikultura Di Lahan Pertanian Desa Sidera. Jurnal
Agrotekbis ISSN : 2338- 3011. 5 (2).

Sukmawaty. E, Hafsan, Asriani, 2016. Identifikasi Cendawan Mikoriza Arbuskula


Dari Perakaran Tanaman Pertanian. Jurnal Biogenesis ISSN : 2302 1616.
4 (1).

Purba Perdana. R. O , Nini. R , Emmy. H.K , Asmarlaili. S, 2014. Efektivitas


Beberapa Jenis Fungi Mikoriza Arbuskular Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Karet (Hevea Brassiliensis Muell. Arg.) Di Pembibitan. Jurnal
Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597. 2 (2).

Widyaningrum Nrangwesthi, Anna. R, Tien. A, 2016. Eksplorasi Mikoriza


Vesikular Arbuskular (Mva) Pada Rizosfer Gulma Siam (Chromolaena
Odorata) (L.) R.M. King And H. Robinson. Jurnal Biologi. 5 No (8).

Anda mungkin juga menyukai