Anda di halaman 1dari 6

9.

Impetigo Ulseratif (Ektima) 4A

S Lokasi Ektima terjadi pada lokasi yang


relatif sering trauma berulang,
seperti tungkai bawah.
Onset Ektima terjadi dalam waktu yang
lama akibat trauma berulang,
seperti gigitan serangga.
Kualitas -
Kuantitas -

Keluhan Utama : Perjalanan Penyakit Pasien biasanya datang dengan


keluhan luka pada anggota gerak
bawah. Pasien biasanya menderita
diabetes dan orang tua yang tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
Awalnya lesi berupa pustul
kemudian pecah membentuk ulkus
yang tertutupi krusta
Fakto Memperingan Obat simtomatis, tidur
r Memperberat         
Higiene yang kurang baik,
defisiensi gizi, imunodefisiensi
(CD 4 dan CD 8 yang rendah,
DM)

Gejala Penyerta Kadang bisa disertai demam dan


nyeri (tidak selalu)
O Pemeriksaan Fisik I : Lokasi : sesuai predileksi
UKK :
Effloresensi ektima berupa
awalnya berupa pustul kemudian
pecah membentuk ulkus yang
tertutupi krusta.
Gambar
A Diagnosis Diagnosis ektima didasarkan
pada riwayat dan gambaran klinis.
Pemeriksaaan penunjang yang
dapat dilakukan. yaitu biopsi kulit
dengan jaringan dalam untuk
pewarnaan Gram dan kultur.
Selain itu, juda dapat dilakukan
pemeriksaan histopatologi

DD 1. Folikulitis, didiagnosis
banding dengan ektima sebab
predileksi biasanya di tungkai
bawah dengan kelainan
berupa papul atau pustul yang
eritematosa. Perbedaannya,
pada folikulitis, di tengah
papul atau pustul terdapat
rambut dan biasanya multiple.

2. Impetigo krustosa, didiagnosa


banding dengan ektima
karena memberikan gambaran
Effloresensi yang hampir
sama berupa lesi yang ditutupi
krusta. Bedanya, pada
impetigo krustosa lesi
biasanya lebih dangkal,
krustanya lebih mudah
diangkat, dan tempat
predileksinya biasanya pada
wajah dan punggung serta
terdapat pada anak-anak
sedangkan pada ektima lesi
biasanya lebih dalam berupa
ulkus, krustanya lebih sulit
diangkat dan tempat
predileksinya biasanya pada
tungkai bawah serta bisa
terdapat pada usia dewasa
muda
P Terapi Penatalaksanaan ektima, antara
lain:
1. Nonfarmakologi
          Pengobatan ektima tanpa
obat dapat berupa mandi
menggunakan sabun antibakteri
dan sering mengganti seprei,
handuk, dan pakaian.
2. Farmakologi
          Pengobatan farmakologi
bertujuan mengurangi morbiditas
dan mencegah komplikasi (
a. Sistemik
   Pengobatan sistemik digunakan
jika infeksinya luas. Pengobatan
sistemik dibagi menjadi pengoatan
lini pertama dan pengobatan lini
kedua.
1. Pengobatan lini pertama
(golongan Penisilin)
a.       Dewasa: Dikloksasilin 4 x
250 - 500 mg selama 5 - 7 hari.
          Anak    : 5 - 15
mg/kgBB/dosis, 3 - 4 kali/hari.
b.       Amoksisilin + Asam
klavulanat 3 x 25 mg/kgBB
c.       Sefaleksin 40 - 50
mg/kgBB/hari selama 10 hari
2.             Pengobatan lini kedua
(golongan Makrolid)
a.       Azitromisin 1 x 500 mg,
kemudian 1 x 250 mg selama 4
hari
b.       Klindamisin 15
mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis
selama 10 hari
c.       Dewasa: Eritomisin 4 x 250
- 500 mg selama 5 - 7 hari. 
          Anak    : 12,5 - 50
mg/kgBB/dosis, 4 kali/hari.
b.      Topikal
Pengobatan topikal digunakan jika
infeksi terlokalisir, tetapi jika luas 
maka digunakan pengobatan
sistemik. Neomisin,  Asam fusidat
2%, Mupirosin, dan Basitrasin
merupakan antibiotik yang dapat
digunakan secara topikal.
Neomisin merupakan obat topikal
yang stabil dan efektif yang tidak
digunakan secara sistemik, yang
menyebabkan reaksi kulit
minimal, dan memiliki angka
resistensi bakteri yang rendah
sehingga menjadi terapi antibiotik
lokal yang valid. Neomisin dapat
larut dalam air dan memiliki
kestabilan terhadap perubahan
suhu. Neomisin memiliki efek
bakterisidal secara in vitro yang
bekerja spektrum luas gram
negatif dan gram positif. Efek
samping neomisin berupa
kerusakan ginjal dan ketulian
timbul pada pemberian secara
parenteral sehingga saat ini
penggunaannya secara topical dan
oral.
3.       Edukasi
          Memberi pengertian kepada
pasien tentang pentingnya
menjaga kebersihan badan dan
lingkungan untuk mencegah
timbulnya dan penularan penyakit
kulit.

Cara Kerja Pengobatan infeksi ini dapat


digunakan antibiotik secara
topikal dan oral. Tujuan terapinya
yaitu mengobati infeksi,
mencegah penularan,
menghilangkan rasa tidak
nyaman, dan mencegah terjadinya
kekambuhan. Sasaran terapinya
yaitu infeksi bakteri streptokokus
atau stafilokokus. Terapi non
farmakologis untuk pengobatan
impetigo yaitu menghilangkan
krusta dengan cara mandi selama
20-30 menit  disertai
mengelupaskan krusta dengan
handuk basah dan bila perlu olesi
dengan zat antibakteri, mencegah
menggaruk daerah lecet atau dapat
dilakukan dengan menutup daerah
yang lecet dengan perban tahan air
dan memotong kuku, lanjutkan
pengobatan sampai semua luka
lecet sembuh. Terapi non
farmakologis untuk pencegahan
penyakit impetigo yaitu mandi
teratur dengan sabun dan air
(sabun antiseptik dapat digunakan,
namun dapat mengiritasi pada
sebagian kulit orang yang kulit
sensitif), menjaga kebersihan yang
baik (cuci tangan teratur, menjaga
kuku jari tetap pendek dan bersih),
jauhkan diri dari orang dengan
impetigo, orang yang kontak
dengan orang yang terkena
impetigo segera mencuci tangan
dengan sabun dan air mengalir,
mencuci pakaian, handuk dan
sprei dari penderita impetigo
terpisah dari yang lanilla (cuci
dengan air panas dan keringkan di
bawah sinar matahari atau
pengering yang panas), dan
gunakan sarung tangan saat
mengoleskan antibiotik topikal di
tempat yang terinfeksi dan cuci
tangan setelah itu.Terapi
farmakologis yang digunakan
yaitu menggunakan antibiotik
topikal atau antibiotik per-oral.
Penggunaan antibiotik per-oral
diberikan jika pasien sensitif
terhadap antibiotik topikal dan
kondisi penyakit atau lesi yang
ditimbulkan sudah parah (lesi
lebih luas).
Efek Samping / Efek samping antibiotik topikal
Komplikasi dapat berupa    : rasa terbakar,
gatal, rasa tersengat, kemerahan

Efek samping  antibiotik peroral  :


jarang: hepatotoksik, ototoksik.
Gangguan GI : mual, muntah,
nyeri perut,diare.
Urtikaria, ruam dan reaksi alergi
lainya.

Prognosis Ektima sembuh secara perlahan,


tetapi biasanya meninggalkan
jaringan parut (skar).

Anda mungkin juga menyukai