Anda di halaman 1dari 5

Analisa

Dengan jumlah penduduk sebesar 314.100 jiwa (2010), kabupaten Kapuas, Kalimantan
Tengah memiliki 1 Rumah Sakit Umum Pemerintah yaitu RSUD dr. H. Soemarno
Sosroatmodjo yang terletak di ibu kota kabupaten Kapuas (Kuala Kapuas) dengan tenaga
Dokter Spesialis sebanyak 4 orang (Spesialis Bedah, Spesialis Anak, Spesialis Penyakit Dalam
dan Spesilis Kandungan) dan Dokter Umum sebanyak 41 orang. Sementara Kecamatan
Mentangai sendiri memiliki penduduk berjumlah 35.500 jiwa.

Pada tahun 2007 pembangunan prasarana kesehatan untuk masyarakat seperti


Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Posyandu sudah menjangkau seluruh kecamatan.
Jumlah dokter umum di Kabupaten Kapuas terhitung bulan Desember 2009 adalah sebanyak
41 orang. Jumlah Dokter bila dibandingkan dengan jumlah penduduk memperlihatkan ratio
yang belum ideal yaitu dengan perbandingan 1 orang dokter menangani ± 13.022 orang
penduduk. Idealnya 1 dokter untuk 5.000 orang penduduk. Kecamatan Mentangai sendiri
memiliki penduduk 35.500 jiwa dengan 1 unit Puskesmas, 6 unit Puskesmas Pembantu dan
10 unit Polindes.

Memiliki banyak penambang liar di pinggiran sungai Kapuas dan anak sungainya,sungai
Muroi , mendatangkan permasalah kesehatan yang serius bagi penduduk setempat.
Pengetahuan yang rendah akan bahaya bahan sisa pertambangan serta penduduk yang
masih kuat berpegang pada petuah adat membuat permasalahan kesehatan di daerah ini
sukar di atasi.

Dampak air raksa (merkuri) terhadap lingkungan

Gejala yang muncul terhadap kesehatan masyarakat dari aktivitas penambangan emas
berupa diare atau disentri, penyakit kulit dan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut).
Para penambang emas tradisional menggunakan merkuri untuk menangkap dan
memisahkan butir-butir emas dari butir-butir batuan. Endapan Hg ini disaring menggunakan
kain untuk mendapatkan sisa emas. Endapan yang tersaring kemudian diremas-remas
dengan tangan. Air sisa-sisa penambangan yang mengandung Hg dibiarkan mengalir ke
sungai dan dijadikan irigasi untuk lahan pertanian. Selain itu, komponen merkuri juga
banyak tersebar di karang, tanah, udara, air, dan organisme hidup melalui proses fisik,
kimia, dan biologi yang kompleks. Merkuri dapat terakumulasi dilingkungan dan dapat
meracuni hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme. Acidic permukaan air dapat mengandung
signifikan jumlah raksa. Bila nilai pH adalah antara lima dan tujuh, maka konsentrasi raksa di
dalam air akan meningkat karena mobilisasi raksa dari dalam tanah. Setelah raksa telah
mencapai permukaan air atau tanah dan bersenyawa dengan karbon membentuk senyawa
Hg organik oleh mikroorganisme (bakteri) di air dan tanah. Senyawa Hg organik yang paling
umum adalah methil merkuri, suatu zat yang dapat diserap oleh sebagian besar organisme
dengan cepat dan diketahui berpotensi menyebabkan toksisitas terhadap sistem saraf
pusat. Bila mikroorganisme (bakteri) itu kemudian termakan oleh ikan, ikan tersebut
cenderung memiliki konsentrasi merkuri yang tinggi. Ikan adalah organisme yang menyerap
jumlah besar methil merkuri dari permukaan air setiap hari. Akibatnya, methil merkuri dapat
terus bertambah pada ikan dan menumpuk di dalam rantai makanan yang merupakan
bagian dari mereka. Efek yang ditimbulkan pada manusia adalah kerusakan ginjal, gangguan
perut, kerusakan intestines, kegagalan reproduksi DNA dan perubahan. Penting untuk
diketahui, air raksa sangat beracun bagi manusia. Hanya sekitar 0,01 mg dalam tubuh
manusia dapat menyebabkan kematian. Kontaminasi dapat melalui inhalasi, proses menelan
atau penyerapan melalui kulit. Dari tiga proses tersebut, inhalasi dari raksa uap adalah yang
paling berbahaya. Jangka pendek terpapar raksa uap dapat menghasilkan lemah, panas
dingin, mual, muntah, diare, dan gejala lain dalam waktu beberapa jam. Jangka panjang
terkena uap raksa menghasilkan getaran, lekas marah, insomnia, kebingungan, keluar air liur
berlebihan, ritasi paru-paru, iritasi mata, reaksi alergi, kulit rashes, nyeri dan sakit kepala
dan lainnya.
Merkuri memiliki sejumlah efek yang sangat merugikan pada manusia, diantaranya sebagai
berikut :
1. Keracunan oleh merkuri nonorganik terutama mengakibatkan terganggunya fungsi ginjal
dan hati.
2. Mengganggu sistem enzim dan mekanisme sintetik apabila berupa ikatan dengan
kelompok sulfur di dalam protein dan enzim.
3. Merkuri (Hg) organik dari jenis methil merkuri dapat memasuki placenta dan merusak
janin pada wanita hamil sehingga menyebabkan cacat bawaan, kerusakan DNA dan
Chromosom, mengganggu saluran darah ke otak serta menyebabkan kerusakan otak.

Kebudayaan Dayak

Ngaju berarti udik. Suku Ngaju kebanyakan mendiami daerah aliran sungai Kapuas, Kahayan,
Rungan Manuhing, Barito dan Katingan bahkan ada pula yang mendiami daerah Kalimantan
Selatan. Suku dayak Ngaju yang banyak tinggal di sepanjang pinggiran sungai sebenarnya
memiliki adat yang kuat akan pelestarian lingkungan.Banyak aturan dan pantangan yang
tidak boleh dilanggar oleh masyarakat dayak. Namun seiring tingginya persaingan dalam
mendapat kebutuhan ekonomi serta tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan
pencemaran air akibat proses pendulangan emas pun terjadi.

Meskipun pengobatan mederen sudah diterima Suku Dayak, namun hingga saat ini
pengobatan secara tradisional juga masih bertahan. Seperti pada masyarakat Dayak
Ngaju,kebanyakan penduduk memiliki pengetahuan tentang meracik obat-obatan
tradisional. Penduduk menyebutnya sebagai istilah obat kampung dengan menggunakan
daun-daunan dan kayu-kayuan yang tumbuh di sekitar tempat tinggal orang dayak.

Masyarakat Dayak  masih sangat percaya dengan khasiat obat kampung. Mereka masih
mengkonsumsi obat  kampung pada penyakit penyakit  yang biasa diderita, seperti 
diare dan berbagai jenis penyakit kulit. 
Bagi merekaobat kampung merupakan alternatif pengobatan, dan keberadaannya 
masih tetap bertahanhingga saat ini. Hal tersebut terbukti bahwa di setiap desa di
Kalimantan memiliki seorang Balian, atau dukun, dan Basir . Basir
seperti halnya Balian adalah mediator dan komunikator
antara manusia dengan mahlukhalus. Di masa silam, Basir selalu  seorang laki-laki yang
bersifat dan bertingkah laku seperti perempuan, namun pada  masa sekarang hal tersebut 
sudah tidak berlaku lagi. Dalam dunia spiritual Basir memiliki kemampuan  lebih dalam
hal pengobatan, khususnya penyembuhan penyakit yang berkaitan dengan hal-hal yang
bersifat mistik .

Kebijakan Pemerintah

Sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan,


pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah merupakan upaya untuk memenuhi salah
satu hak dasar rakyat, yakni, sehat secara fisik, psikis, dan sosial. Untuk mencapai kondisi
tersebut, Pemerintah menetapkan kebijakan pembangunan kesehatan, guna menjamin
tersedianya upaya kesehatan, baik upaya kesehatan masyarakat maupun upaya kesehatan perorangan
yang bermutu, merata, dan terjangkau oleh masyarakat. Suatu kebijakan yang diarahkan pada upaya: (1)
peningkatan jumlah jaringan dan kualitas sarana dan prasarana kesehatan; (2) peningkatan
kualitas dan kuantas tenaga kesehatan; (3) pengembangan sistem jaminan kesehatan terutama bagi
penduduk miskin; (4) peningkatan sosialisasi kesehatan lingkungan dan pola hidup sehat; (5)
peningkatan pendidikan kesehatan pada masyarakat sejak usia dini; (6) pemerataan dan
peningkatan kualitas fasilitas kesehatan dasar dan sebaran tenaga kesehatan (Balitbangkes, 2014). Selain
itu, pembangunan kesehatan juga dilakukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar tercipta derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Terciptanya derajat kesehatan masyarakat adalah kondisi yang penting untuk diupayakan karena
merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produkif secara sosial
dan ekonomis.

Untuk menghadapi berbagai fenomena kebudayaan yang ada di masyarakat, maka petugas
kesehatan dalam  menjalankan perannya harus dapat memahami  tahapan  pengembangan
kompetensi budaya, yaitu:
Pertama:
 Pahami bahwa budaya bersifat dinamis.
 Hal ini merupakan proses kumulatif dan berkelanjutan
 Hal ini dipelajari dan dibagi dengan orang lain.
 Perilaku dan nilai budaya di tunjukkan oleh masyarakat
 Budaya bersifat kreatif dan sangat bermakana dalam hidup. 
 Secara simbolis terlihat dari bahasa dan interaksi
 Budaya menjadi acuan dalam berpikir dan bertindak

Kedua:
 Menjadi peduli dengan budaya sendiri.
 Proses pemikiran yang terjadi pada petugas
kesehatan juga terjadi pada yang lain, tetapi dalam bentuk atau arti berbeda.
 Bias dan nilai budaya ditafsirkan secara internal
 Nilai budaya tidak selalu tampak kecuali jika mereka berbagi secara sosial dengan orang la
in dalam kehidupan sehari-hari.

Ketiga:
 Menjadi sadar dan peduli dengan budaya orang lain terutama klien yang diasuh oleh 
tenaga kesehatan sendiri
 Budaya menggambarkan keyakinan bahwa banyak ragam budaya yang ada sudah sesuai d
engan budayanya masing-masing

Departemen Kesehatan RI merencanakan program kesehatan nasioanal menuju Indonesia


Sehat 2010 (HFA by 2010) sejak 1999, sebagai tindak lanjut dari deklarasi tersebut. Rumusan
paradigma sehat yang diluncurkan Departemen Kesehatan (DepKes) RI antara lain: (a)
lingkungan yang bebas dari polusi; (b) tersedianya air bersih; (c) sanitasi lingkungan yang
memadai; (d) perumahan dan pemukiman yang sehat; (e) perencanaan kawasan yang
berwawasan kesehat; serta (f) terwujudnya kehidupan masyarakat yang saling tolong-
menolong dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa.
Keberhasilan pembangunan kesehatan seperti yang dirumuskan WHO dan DepKes RI, sangat
bergantung kepada partisipasi aktif dari (1) pemerintah diberbagai level – lintas sektoral; (2)
perusahaan swasta – perusahaan kesehatan dan non-kesehatan (kecil, menengah, besar);
institusi-institusi pendidikan (SD-Universitas); Asosiasi-asosiasi profesi kesehatan; (4)
psikolog, sosiolog, antropolog, dan (5) masyarakat – kader-kader kesehatan, pengobat
tradisional, LSM, institusi-institusi keagamaan, dan tokoh-tokoh masyarakat.
Pendekatan sistem kesehatan masyarakat yang melibatkan berbagai pihak berpandangan
bahwa kesehatan bukan hanya berpusat pada kekuasaan dan tanggung jawab pemerintah –
DepKes, tetapi merupakan tanggung jawab semua pihak, termasuk masyarakat itu sendiri.
Pemerintah bertindak sebagai regulator dan pengendali mekanisme persaingan sehingga
masyarakat Indonesia nantinya adalah masyarakat yang berperilaku proaktif untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah risiko terpaparnya penyakit,
melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berpartisipasi aktif dalam gerakan kesehatan
masyarakat. Selanjutnya, masyarakat mempunyai kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang berlangsung di berbagai daerah pada akhirnya adalah berhasil
dan berdaya guna serta merata bagi semua orang sehingga memungkinkan setiap orang
hidup produktif seara sosial dan ekonomis.

Pendekatan pembelajaran.

Pendekatan di atas akan tumbuh dan berkembang sampai akar rumput masyarakat jika
proses sosialisasinya dilandasi pendekatan proses pembelajaran yang sistematis, praktis,
terukur, dan berkelanjutan. Artinya, pertama-tama masyarakat perlu disadarkan bahwa
tanggung jawab kesehatan masyarakat bukan sepenuhnya tanggung jawab pemerintah atau
kelompok tertentu semata, tetapi merupakan tanggung jawab setiap insane, baik atas diri
individu, keluarga, lingkungan masyarakat lokal, maupun nasional sebagai bangsa yang
sehat. Dengan kata lain, setiap individu dan kelompok masyarakat yang sehat secara tidak
langsung telah berkonstribusi bagi keberhasilan pembangunan bangsa.
Argumentasi tersebut didasari oleh pandangan bahwa dinamika dan turbulensi lingkungan
yang berubah-ubah serta tidak adanya kepastian. Juga munculnya berbagai tekanan sosial-
ekonomi dan ancaman ketidaknyamanan dalam lingkungan global, membutuhkan
kemampuan yang memadai tentang bagaimana mengelola dan berusaha keluar dari konflik-
konflik yang dihadapi sehingga tidak menyebabkan jatuh sakit.
Tidak dinafikan pula bahwa upaya pengembangan sistem kesehatan masyarakat masih
mengalami banyak kendala dan hambatan, khususnya dalam teknis operasional di lapangan.
Hal ini diduga disebabkan oleh ketidaksamaan visi dari bebagai kelompok kepentingan yang
perlu dilibatkan, seperti dikemukakan sebelumnya, sebagai suatu tim dalam menyukseskan
program kesehatan masyarakat. Namun demikian, pengembangan sistem kesehatan
masyarakat dengan pendekatan pembelajaran bersama akan bermuara pada peningkatan
kualitas serta kedaulatan pengetahuan, pikiran, inteligensi, dan kebijaksanaan kolektif yang
maju.

Saran

Diperlukan pembinaan kader posyandu yang diharapkan dapat menjadi perpanjangan


tangan puskesmas yang jaraknya terlalu jauh dari desa Muroi sehingga sistem pencatatan
penyakit dapat dilakukan dengan baik serta penyuluhan berkaitan dengan kesehatan
didapat oleh masyarakat secara cepat.
Penempatan bidan desa juga diperlukan agar masyarakat yang sakit bisa cepat tertolong.
Usaha advokasi kepada pemuka adat dayak Ngaju sangat diperlukan agar upaya kesehatan
dapat berjalan lancar serta pendidikan/pelatihan terhadap dukun kampung/Balian yang ada
diharapkan lebih mendekatkan pada standart pengobatan yang aman dan sanitasi.
Peningkatan public health advocacy disadari menjadi cara yg paling paling efektif
meningkatkan perilaku sehat dengan cara melibatkan seluruh masyarakat dlm
meningkatkan lingkungan sosial dan fisik yg kondusif untuk berperilaku sehat.

Menyarankan agar masyarakat tidak mengkonsumsi air maupun ikan pada lokasi badan air
yang telah tercemar berat oleh merkuri melalui sosialisasi serta menyediakan air bersih bagi
masyarakat yang membutuhkan.

Masyarakat di sekitar sungai perlu merubah perilaku tentang pemanfaatan sungai agar sungai
tidak lagi dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah dan tempat mandi-cuci-kakus
(MCK).

Refrensi

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak_Ngaju

http://www.kompasiana.com/achmadsiddikthoha/menengok-desa-penghasil-emas-di-
kalimantan_

http://info-sehat-kesehatan.blogspot.co.id/2010/02/pengembangan-pendekatan-sistem.html

http://indosingo.com/id3/126-13/Orang-Biaju_43225_indosingo.html

https://tavivsupriadi.wordpress.com/2010/01/21/pengurangan-resiko-bahaya-merkuri-pada-
penambangan-emas-tradisional/

Anda mungkin juga menyukai