DEMAM DENGUE
Oleh :
Puji syukur saya panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan kasus ini.
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing klinik yang
menjadi tutor atau fasilitator yang membimbing saya selama melaksanakan tugas ini, dan juga
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga saya dapat
menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan bagi saya.
Dalam penyusunan laporan ini saya menyadari bahwa masih banyak kekurangannya
sehingga saya mohon saran dan kritik yang tentunya bersifat membangun dalam
menyempurnakan laporan kasus ini.
Penyusun
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................................3
LAPORAN KASUS
1.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Demam
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas Tanjung Karang dengan keluhan demam sejak 3 hari
yang lalu. Demam tinggi timbul mendadak dirasakan terus menerus dan demam turun
jika minum obat. Selain demam pasien mgeluhkan Keluhan sakit kepala (+), mual (+),
muntah (+) satu kali, badan terasa lemas (+), nyeri otot dan sendi, menggigil (-),
berkeringat (-), batuk pilek (-), nafsu makan dan minum pasien menurun. Keluhan
mimisan dan gusi berdarah disangkal. BAK dan BAB dalam batas normal. Pasien sudah
minum obat parasetamol, namun demam hanya turun sebentar dan naik kembali.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat alergi disangkal. Riwayat keluhan yang sama disangkal. Riwayat sakit
kulit disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama seperti pasien.
1.3 PemeriksaanFisik
Status Generalis
Keadaaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
TD : 100/70 mmHg
Suhu : 38,0 ºC
RR : 24 x/menit
Nadi : 89 x/menit
Kepala : Normochepal
Mata : Konjunctiva anemis (- /-), sklera ikterik (- /-)
Hidung : Simetris, deviasi septum (-), sekret (-)
Telinga : Bentuk daun telinga normal, sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir dan mulut lembab, sianosis (-)
Tenggorokan : T1-T1, tidak hiperemis
Leher :
Bentuk normocolli, limfonodi tidak membesar, glandula thyroid tidak membesar,
kaku kuduk (-).
Thoraks :
Bentuk : normochest, retraksi (-)
Palpasi : iktus kordis teraba di SIC IV 2 jari medial LMCS tidak kuat
angkat
Abdomen :
Inspeksi : dinding perut sejajar dengan dinding dada.
Ekstremitas
Widal : negatif
1.5 Resume
Pasien datang ke Puskesmas Tanjung Karang dengan keluhan demam sejak 3 hari
yang lalu. Demam tinggi timbul mendadak dirasakan terus menerus dan demam turun
jika minum obat. Selain demam pasien mgeluhkan Keluhan sakit kepala (+), mual (+),
muntah (+) satu kali, badan terasa lemas (+), nyeri otot dan sendi, menggigil (-),
berkeringat (-), batuk pilek (-), nafsu makan dan minum pasien menurun. Keluhan
mimisan dan gusi berdarah disangkal. BAK dan BAB dalam batas normal. Pasien sudah
minum obat parasetamol, namun demam hanya turun sebentar dan naik kembali. Riwayat
tetangga pasien Demam Berdarah (+).
Pemeriksaan fisik didapatkan: Kesadaran compos mentis, tampak lemah, tanda
vital : TD 100/70 mmHg; Nadi = 89 x/menit, reguler, Laju pernafasan= 24 x/menit; S =
38,0 ⁰C. Thorax, pulmo, cor, dan abdomen terdapat nyeri tekan kuadran epigastrium. Uji
Rumple Leed positif Tanpa manifestasi perdarahan atau dehidrasi. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan : trombositopenia (+)
1.8 Penatalaksanaan
Medikamentosa
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ranitidin 50 mg / 12 jam / iv
Paracetamol 3 x 500mg
Antasida syr 3 x 1C
Non-medikamentosa
Edukasi bahwa penyakit yang diderita pasien disebabkan oleh virus yang dibawa
oleh nyamuk
Edukasi bahwa penyakit tersebut biasanya akan reda setelah 7 hari
Edukasi mengenai tanda bahaya yaitu nyeri perut yang berat, muntah terus menerus,
sesak, gusi berdarah, atau darah pada muntah dan sarankan segera bawa ke rumah
sakit apabila muncul tanda bahaya
Pastikan kecukupan cairan
Sarankan untuk melakukan gerakan 3M
Kontrol 3 hari ke depan
1.9 Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan perdarahan. Jika
masih bisa minum (intake baik) dan tidak ada muntah diberikan minum banyak 1-2
liter/hari, Jenis minuman yang diberikan berupa: air putih, teh manis, sirup, jus buah,
susu, oralit. Pemberian cairan intra-vena (infus) jika: (1) terus-menerus muntah, tidak
mau minum, demam tinggi, dehidrasi; (2) nilai hematokrit cenderung meningkat
timbulnya efek samping pedarahan dan asidosis, pada pasien diberikan terapi cairan
Analisa Prognosis
Prognosa “bonam” ditetapkan berdasarkan sebagai berikut : prognosis “ad
bonam” karena pasien masuk dengan DF/DHF tanpa manifestasi perdarahan yang
diharapkan dengan pengamatan klinis dan laboratorium dapat ditatalaksana dengan
baik untuk segera diketahui jika terjadi perburukan perjalanan penyakit.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Demam dengue (DF) dan demam berdarah dengue (DBD) (dengue
hoemorrageic fever) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diathesis hemoragik. Pada
DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan
hematoktrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
2.2 Epidemiologi
Pada tahun 2011 revisi guideline WHO, dengue dibagi menjadi demam
dengue, demam berdarah dengue, demam berdarah dengue tanpa syok atau dengan
syok dan expanded dengue syndrome (EDS). Manifestasi yang tidak lazim adalah
spektrum yang luas dari infeksi dengue yang mempengaruhi berbagai sistem organ;
kardiovaskular, gastrointestinal, hepar, sistem saraf, paru-paru dan sistem renal.
Kondisi ini dapat terjadi karena mungkin terkait dengan koinfeksi, komorbid,
atau komplikasi dari syok berkepanjangan. Adapun insiden dengue secara global
terbanyak di Asia Tenggara dan Pasifik Barat yang merupakan 75% dari jumlah
global dengue. Di Amerika 64,6% kasus berada di negara-negara Kutub Selatan, 19%
di Ekuador, 12,5% di Amerika Tengah dan Meksiko dan 3,9% di Karibia, namun
untuk insiden EDS secara umum belum dilakukan penelitian lebih lanjut. Di
Indonesia pada tahun 2009, 2010 dan 2011 telah dilaporkan kejadian EDS di Rumah
sakit Dr Soetomo Surabaya dan Rumah Sakit Soerya Sepanjang Sidoarjo. Pada tahun
2009 ada tiga kasus, tahun 2010 ada dua kasus dan tahun 2011 ada dua kasus dengue
dengan manifestasi yang tidak biasa. Beberapa faktor mempengaruhi situasi ini
seperti pemanasan global, peningkatan urbanisasi yang menyebabkan kesadaran
2.3 Etiologi
Penyebab penyakit demam berdarah dangue pada seseorang adalah virus
dangue termasuk family flaviviridae genus Flavivirus yang terdiri dari 4 serotipe,
yakni DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Ke empat serotip ini ada di Indonesia,
dan dilaporkan bahwa serotip virus DEN-3 sering menimbulkan wabah. 5 Virus DEN
termasuk dalam kelompok virus yang relative labil terhadap suhu dan faKtor
kimiawai lain serta masa viremia yang pendek. Virus DEN virionnya tersusun oleh
genom RNA dikelilingi oleh nukleokapsid, ditutupi oleh suatu selubung dari lipid
yang mengandung 2 protein yaitu selubung protein E dan protein membrane M.
2.4 Patofisiologi
Penelitian patogenesis infeksi virus dengue sampai sekarang merupakan
penelitian yang paling menantang. Hal tersebut disebabkan sejauh ini belum ada suatu
teori yang dapat menerangkan secara tuntas patogenesis infeksi virus dengue. Dua
teori yang kini digunakan untuk menjelaskan perubahan patogenesis infeksi virus
dengue yaitu hipotesis infeksi sekunder (secondary heterologous infection) dan
hipotesis antibody dependent enhancement (ADE). Beberapa hipotesis telah
dibuktikan untuk menjelaskan peningkatan insidens kasus yang berat setelah terjadi
infeksivirus dengan serotipe yang berbeda. Penelitian secara in vitro telah
memperlihatkan bahwa ada cross reactive non neutralizing dari antibodi dengue
berbentuk kompleks virus yang heterologous.6
Berdasarkan Teori Infeksi Sekunder
mendapatkan infeksi primer dengan satu jenis virus, akan terjadi kekebalan
terhadap infeksi jenis virus tersebut untuk jangka waktu yang lama. Jadi seseorang
yang dapat menetralisasi virus yang sama (homologous). Tetapi jika orang
tersebut mendapatkan infeksi sekunder dengan jenis serotipe virus yang lain maka
terjadi infeksi berat karena pada infeksi selanjutnya antibodi heterologous yang
terbentuk pada infeksi primer tidak dapat menetralisasi virus dengue serotipe lain
(non neutralizing antibody). Pada makrofag yang dilingkupi oleh antibodi non
suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di
reseptor Fc, proses ini dikenal sebagai ADE. Monosit yang mengandung virus
atas masih ada teori lain tentang patogesis DBD yaitu teori mediator, teori
endotel. Teori virulensi menurut Russel, 1990, mengatakan bahwa DBD berat
terjadi pada infeksi primer dan bayi usia < 1 tahun, serotipe DEN-3 akan
menimbulkan manifestasi klinis yang berat dan fatal, dan serotipe DEN-2 dapat
Teori mediator sekarang ini dipikirkan oleh para ahli karena melanjutkan
pada pasien DSS mempunyai kadar IL-4, IL-o, lL-8, dan IL-10 yang tinggi.
sitokin TNF-a, lFN-y, lL-Z, lL-6, PAF (platelet activating factor), dan lain-
sekunder dapat pula menjelaskan perdarahan pada DBD dan DSS. Jadi
dan trombositopenia, sedangkan pada fase syok dan syok yang lama,
2.5 Diagnosis
1. Anamnesis
Manifestasi klinis dapat bersifat asimptomatik, demam yang tidak khas, demam
dengue, demam berdarah dengue atau sindrom syok dengue. Pada umumnya pasien
mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase kritis selama 2-3 hari.
Pada waktu ini pasien tidak mengalami demam, akan tetapi mempunyai risiko untuk
terjadinya renjatan jika tidak mendapat pengobatan yang adekuat
Awal penyakit biasanya terjadi mendadak, disertai gejala prodroma seperti
nyeri kepala, nyeri di berbagai bagian tubuh, anoreksia, menggigil, malaise. Terdapat
pula sindrom trias, yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota badan, dan timbulnya
ruam yang bersifat makulopapular. Ruam muncul pada 6-12 jam sebelum suhu naik
pertama kali, yaitu pada hari ke 3-5 berlangsung 3-4 hari. Ruam terdapat di dada,
tubuh, serta abdomen, menyebar ke anggota gerak dan muka.
2. Pemeriksaan Fisik
Diawali dengan demam mendadak tinggi, facial flush, muntah, nyeri
kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok dan faring hiperemis, nyeri di bawah
Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis sebagai berikut:
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia/artralgia
4. Pemeriksaan Penunjang
Leukosit: dapat normal atau menurun.
Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke- 3-8
Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan peningkatan hematokrit ≥ 20% dari
hematokrit awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam
Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, fibrinogen, D-dimer, atau FDP pada
keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan pembekuan darah.
Protein/abumin: dapat terjadi hipoproteinemia
SGOT/SGPT: dapat meningkat
Ureum, kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal
Elektrolit: parameter pemantauan pemberian cairan
Golongan darah dan cross match: bila akan diberikan transfusi atau komponen darah
Imuno serologi dilakukan pemeriksaan IgG dan IgM terhadap dengue. IgM terdeteksi
mulai hari ke- 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang setelah 60-90 hari.
Sedangkan IgG, pada infeksi primer mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi
sekunder mulai terdeteksi hari ke-2.
Pemeriksaan radiologis
Pada foto dada didapatken efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan tetapi apabila
terjadi perembesan plasma hebat, dapat dijumpai pada kedua hemithoraks.
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan dalam posisi lateral dekubitus kanan.
USG: dapat digunakan untuk melihat adanya asites dan efusi pleura
(Suhendro, et al., 2006)
Suportif
Mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler
dan perdarahan.
Kunci keberhasilan adalah kemampuan untuk mengatasi masa peralihan dari fase
demam ke fase syok.
Cairan itravena diperlukan apabila anak terus menerus muntah,tidak mau minum,
demam tinggi, dehidrasi yang memperberat terjadinya syok, nilai hematokrit
cernderung meningkat pada pemeriksaan berkala.
(Pudjiadi, 2010)
7. Komplikasi
Ensefalopati dengue
Dapat terjadi pada DBD dengan atau tanpa syok.
Kelainan ginjal
Akibat syok berkepanjangan apat terjadi gagal ginjal akut.
Edema paru
Akibat overloading cairan.
(Pudjiadi, 2010)
8. Kriteria memulangkan pasien
a. Tampak perbaikan secara klinis
b. Tidak demam selaina 24 jam tanpa antipiretik
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kasus Ny. DW, 33 tahun, datand ke puskesmas dengan keluhan demam 3
hari. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
diagnosis dari kasus ini mengarah pada Demam Dengue. Demam dengue (DF) dan
demam berdarah dengue (DBD) (dengue hoemorrageic fever) adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri
otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan diathesis hemoragik.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan dari anamnesis didapatkan pasien
demam tinggi sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, kepala dan sendi-sendi terasa
sakit, mual muntah. Ada tetangga pasien yang menderita demam berdarah. Dari
pemeriksaan fisik didapatkan demam, rumple leed positif, pada pemeriksaan
abdomen nyeri tekan epigastrium. Hasil laboratorium menunjukkan penurunan
jumlah trombosit dan dari hasil laboratorium tidak ada perembesan plasma.
Penanganan hemotoraks pada pasien ini adalah pemberian cairan.
Hassan R., Alatas H., 1985. Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hal: 614-615.
Pudjiadi A. H., Hegar B., Handryastuti S., Idris N. S., Gandaputra E. P., Harmoniati E. D., 2010.
Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Hal: 141-145.
Soedarmo S. S. P., Garn, H., Hadinegoro S. R. S., 2002. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Infeksi
& Penyakit Tropis Edisi Pertama. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal: 183-184, 367
Suhendro, Nainggolan L., Chen K., Pohan H. T., 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III
Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hal: 1710-1711
WHO, 1999. Guidelines For Treatment of Dengue Fever / Dengue Hemorrhagic Fever In Small
Hospitals. New Delhi
Widodo, Djoko, 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. Hal: 1752-1753