Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH IPA TERAPAN

Pengolahan Kompos

Disusun oleh :

ELVINA V. WEE

MELSIANA IKUN

KHUSNUL KHOTIMAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA

YOGYAKARTA

2019
Kata pengantar
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah yang Maha kuasa atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ PENGOLAHAN
KOMPOS. Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada
mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai
ibadah, Amiin .
DAFTAR ISI

Kata pengantar..................................................................i

Daftar Isi..................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

Latar belakang........................................................................................................1

Rumusan Masalah ....................................................................................................2

Tujuan.....................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Kompos dan proses ................................................................................................4

Manfaat Kompos ................................................................................................................5

Proses pengomposan ............................................................................................................6

Faktor- Faktor yang mempengaruhi proses pengomposan ........................................................7

Teknologi pengomposan.........................................................................................................8

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .....................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Dewasa ini, banyak sekali orang-orang yang membudidaya tanaman hias. Untuk
mendapatkan tanaman yang baik, kita harus memberi unsur-unsur yang diperlukan tanaman.
Salah satunya adalah pupuk. Pupuk dibedakan menjadi dua, yaitu pupuk organik dan pupuk
anorganik. Pupuk organik salah satunya adalah kompos. Kompos adalah bahan-bahan
organik yang telah mengalami pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme
yang bekerja di dalamnya.
Kompos banyak sekali macamnya. Kompos yang kali ini kita bahas adalah kompos
kotoran hewan yang dicampur dengan dedaunan. Kami membuat kompos ini karena bahan-
bahan yang digunakan mudah didapat di lingkungan kami
Pembuatan kompos adalah menumpukkan bahan-bahan organis dan membiarkannya terurai
menjadi bahan-bahan yang mempunyai nisbah C/N yang rendah (telah melapuk) (Hasibuan,
2006).
Bahan-bahan yang mempunyai C/N sama atau mendekati C/N tanah, dapat langsung
digunakan sebagai pupuk, tetapi bila C/N nya tinggi harus didekomposisikan dulu sehingga
melapuk dengan C/N rendah yakni 10-12 (Rinsemo, 1993).
Dalam pembuatan kompos ini dapat dikemukakan cara-cara Krantz, Indore, dan Macdonald.
Cara Krantz yaitu dengan menggunakan bahan-bahan mentah (serasah, sampah organic, dll)
ditumpuk sampai setinggi 50 cm atau lebih. Kemudian diberi pupuk kandang sebagai
aktifator, setelah beberapa hari temperature mencapai 50oC-60oC, temperatur ini bisa
mematikan kuman-kuman serta biji-biji tanaman pengganggu. Tumpukan diinjak-injak
sehingga keadaan menjadi anaerob, selanjutnya ditambahkan bahan-bahan mentah sehingga
tumpukan mencapai sekitar 80 cm, demikian seterusnya perlakuan penamabahan dilakukan
sampai tumpukan menjadi tinggi sekitar 1,5 m. kemudian tumpukan harus ditutup dengan
lapisan tanah bagian atasnya, perlakuan demikian untuk mencegah kehilangan N lebih lanjut
dan juga melindungi kompos dari pengaruh teriknya sinar matahari. Setelah 3 bulan biasanya
kompos telah matang dan dapat dipergunakan (Sutejo, 2002).
2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat merumuskan :


1. Apakah pengertian kompos dan bagaimana proses pembuatannya?
2. Apa manfaat kompos?
3. Apa Dasar-Dasar Pengomposan?
4. Bagaimana Teknologi Pengomposan?

3. Manfaat
Secara praktis, hasil penulisan makalah ini diharapkan juga dapat bermanfaat sebagai
berikut :
1. Menjadi bahan masukan berbagai pihak dalam menganalisis peranan
mikroorganisme dalam proses pembuatan pupuk kompos.
2. Menjadi sumber acuan bagi masyarakat atau siapapun yang hendak melakukan

penulisaan makalah dan ada kaitannya dengan pengaruh peranan mikroorganisme


dalam proses pembuatan pupuk kompos serta bagaimana proses pembuatan pupuk
kompos.

4. Tujuan

Selain untuk media latihan dan tugas kami, kami juga berharap agar makalah ini
berguna bagi masyarakat juga bagi pembaca. Kami menyusun makalah ini sedemikian
sehingga para pembaca mudah untuk memahami dan mempraktekkan
BAB II
PEMBAHASAN
5. Pengertian kompos
Kompos adalah pupuk alami organik yang terbuat dari bahan- bahan hijauan dan organik lain
yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila
dipandang perlu, bisa ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea ( Wied,2004). Sampah kota juga
bisa digunakan sebagai kompos dengan catatan bahwa sebelum diproses menjadi kompos sampah
kota har4us terlebih dahulu dipilih-pilih, kompos yang rubbish harus dipisahkan terlebih dahulu. Jadi
yangt nantinya dimanfaatkan sebagai kompos hanyalah sampah-sampah jenis garbage saja ( Wied,
2004).
Kompos adalah proses yang dihasilkan oleh pelapukan ( dekomposisi) sisa- sisa bahan
organik secara biologi yang terkontrol ( sengaja dibuat dan diatur) menjadi bagian-bagian yang
terhumuskan.kompos sengaja dibuat karena proses tersebut jarang sekali dapat terjadi secara alami,
karena alam kemungkinan besar terjadi kondisi kelembaban dan suhu yang tidak cocok untuk proses
biologis baik terlalu rendah atau terlalu tinggi.

Kompos merupakan hasil penguraian dari campuran bahan-bahan organik yang dapat
dipercepat oleh populasi berbagai macam mikroorganisme dalam kondisi lingkungan yang hangat,
lembeb, dan aerobik atau anaerobik (Wikipedia.org)
proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian
secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai
sumber energi. Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar
kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan yang
seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan aktivator
pengomposan. Selama proses proses pengomposan sejumlah jasad hidup seperti bakteri dan
jamur, berperan aktif dalam penguraian bahan organik kompleks menjadi lebih sederhana
(Unus 2002 dalam Sulistyorini 2015).

6. Manfaat Kompos

Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Rachman Sutanto (2002) mengemukan
bahwa dengan pupuk organik sifat fisika, kimia, biologi tanah menjadi lebih baik. Selain itu kompos
memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
a. Aspek Ekonomi
- Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbuhan limbah.
- Mebgurangi volume/ ukuran limbah
- Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya.
b. Aspek Lingkungan
- Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan
pelepasan gas metana dari sampah organik yamg membusuk
akibat metonagen di tempat pembuangan sampah
- Mengurangi mebutuhan lahan untuk penimbunan.
c. Aspek bagi tanah/ tanaman
- Meningkatan kesuburan tanah
- Memperbaikin struktur sdan karakteristik tanah
- Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
- Meningkatkan aktifitas mikroba tanah.
- Meningkatan hasil panen ( rasa, nilai gizi, dan jumlah panen.)
- Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
- Meningkatkan retensi/ ketersedian hara.

7. Proses pengomposan
Memahami dengan baik proses pengomposan sangat penting untuk dapat membuat
kompos dengan kualitas baik. Proses pengomposan akan segera berlangsung setelah bahan-
bahan mentah dicampur. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua
tahap, yaitu tahap aktif dan tahap pematangan. Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan
senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan oleh mikroba
mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat. Demikian pula akan diikuti
dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga di atas 50 o 70o C. Suhu akan
tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba
Termofilik, yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi
dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif. Mikroba-mikroba di dalam kompos
dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan
panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur-angsur
mengalami penurunan. Pada saat ini terjadi pematangan kompos tingkat lanjut, yaitu
pembentukan komplek liat humus. Selama proses pengomposan akan terjadi penyusutan
volume maupun biomassa bahan. Pengurangan ini dapat mencapai 30-40% dari
volume/bobot awal bahan.
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik (menggunakan oksigen) atau
anaerobik (tidak ada oksigen). Proses yang dijelaskan sebelumnya adalah proses aerobik,
dimana mikroba menggunakan oksigen dalam proses dekomposisi bahan organik. Proses
dekomposisi dapat juga terjadi tanpa menggunakan oksigen yang disebut proses anaerobik.
Namun, proses ini tidak diinginkan selama proses pengomposan karena akan dihasilkan bau
yang tidak sedap. Proses aerobik akan menghasilkan senyawa-senyawa yang berbau tidak
sedap, seperti: asam-asam organik (asam asetat, asam butirat, asam valerat, puttrecine),
amonia, dan H2S.
Proses pengomposan tergantung pada :
1. Karakteristik bahan yang dikomposkan
2. Aktivator pengomposan yang dipergunakan
3. Metode pengomposan yang dilakukan

8. Faktor –faktor yang mempengaruhi proses pengomposan


Setiap organisme pendegradasi bahan organik membutuhkan kondisi lingkungan
dan bahan yang berbeda-beda. Apabila kondisinya sesuai, maka dekomposer tersebut akan
bekerja giat untuk mendekomposisi limbah padat organik. Apabila kondisinya kurang sesuai
atau tidak sesuai, maka organisme tersebut akan dorman, pindah ke tempat lain, atau bahkan
mati. Menciptakan kondisi yang optimum untuk proses pengomposan sangat menentukan
keberhasilan proses pengomposan itu sendiri.
Menurut Unus ( 2002) beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembuatan
kompos, baik biotik maupun abiotik diantaranya adalah

a. Pemisahan bahan : bahan-bahan yang sekitarnya lambat atau sukar untuk


didegradasi, harus dipisahkan, baik yang berbentuk logam, bartu, maupun
plastik. Bahkan, bahan-bahan tertentu yang bersifat toksik serta dapat
dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus benar-benar dibebaskan
dari dalam timbunan bahan misalnya residu pestisida.
b. Bentuk bahan : semakin kecil dan homogen bentuk bahan, semakin cepat
dan baik pula proses pengomposan. Karena dengan bentuk bahan yang
lebih kecil dan homogen, lebih luas permukaan bahan yang dapat
dijadikan substrat bagi aktifitas mikroba.
c. Nutrien : untuk aktifitas mikroba di dalam tumpukan sampah
memerlukan sumber nutrien karbohidrat, misalnya antara 20 persen – 40
persen yang digunakan akan diasimilasikan menjadi komponen sel dan
CO2.
d. Kadar air bahan tergantung kepada bentuk dan jenis bahan, misalnya
kadar air optimum didalam pengomposan bernilai antara 50-70, terutama
selama proses fasa pertama. Kadang- kadang dalam keadaan tertentu,
kadar air bahan bisa bernilai 85 persen misalnya pada jerami.

9. Teknologi pengomposan

Metode atau teknologi pengomposan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok


berdasarkan tingkat teknologi yang dibutuhkan, yaitu :
a. Pengomposan dengan Teknologi Rendah
Teknik pengomposan yang termasuk kelompok ini adalah Windrow Composting. Kompos
ditumpuk dalam barisan tumpukan yang disusun sejajar. Tumpukan secara berkala dibolak-
balik untuk meningkatkan aerasi, menurunkan suhu apabila suhu terlalu tinggi, dan
menurunkan kelembaban kompos. Teknik ini sesuai untuk pengomposan skala yang besar.
Lama pengomposan berkisar antara 3 hingga 6 bulan, yang tergantung pada karakteristik
bahan yang dikomposkan.
b. Pengomposan dengan Teknologi Sedang
Pengomposan dengan teknologi sedang antara lain adalah :
a.Aerated static pile : gundukan kompos diaerasi statis
Tumpukan/gundukan kompos (seperti windrow system) diberi aerasi dengan menggunakan
blower mekanik. Tumpukan kompos ditutup dengan terpal plastik. Teknik ini dapat
mempersingkat waktu pengomposan hingga 3-5 minggu.
b.Aerated compost bins : bak/kotak kompos dengan aerasi
Pengomposan dilakukan di dalam bak-bak yang di bawahnya diberi aerasi. Aerasi juga
dilakukan dengan menggunakan blower/pompa udara. Seringkali ditambahkan pula cacing
(vermikompos). Lama pengomposan kurang lebih 2-3 minggu dan kompos akan matang
dalam waktu 2 bulan.
c. Pengomposan dengan Teknologi Tinggi
Pengomposan dengan menggunakan peralatan yang dibuat khusus untuk mempercepat proses
pengomposan. Terdapat panel-panel untuk mengatur kondisi pengomposan dan lebih banyak
dilakukan secara mekanis. Contoh-contoh pengomposan dengan teknologi tinggi antara lain :
a.Rotary Drum Composter
Pengomposan dilakukan di dalam drum berputar yang dirancang khusus untuk proses
pengomposan. Bahan-bahan mentah dihaluskan dan dicampur pada saat dimasukkan ke
dalam drum. Drum akan berputar untuk mengaduk dan memberi aearasi pada kompos.
b.Box/Tunnel Composting System
Pengomposan dilakukan dalam kotak-kotak/bak skala besar. Bahan-bahan mentah akan
dihaluskan dan dicampur secara mekanik. Tahap-tahap pengomposan berjalan di dalam
beberapa bak/kotak sebelum akhirnya menjadi produk kompos yang telah matang.
Sebagian dikontrol dengan menggunakan komputer. Bak pengomposan dibagi menjadi dua
zona, zona pertama untuk bahan yang masih mentah dan selanjutnya diaduk secara mekanik
dan diberi aerasi. Kompos akan masuk ke bak zona ke dua dan proses pematangan kompos
dilanjutkan.
c. Mechanical Compost Bins
Sebuah drum khusus dibuat untuk pengomposan limbah rumah tangga.

BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah di jelaskan diatas, maka dapat di simpulkan
bahwa:
1. Kompos adalah pupuk alami organik yang terbuat dari bahan- bahan hijauan
dan organik lain yang sengaja ditambahkan untuk mempercepat proses
pembusukan, misalnya kotoran ternak atau bila dipandang perlu, bisa
ditambahkan pupuk buatan pabrik, seperti urea ( Wied,2004).
2. Manfaat kompos dapat dilihat dari aspek ekonomi, aspek linkungan,
dan aspek bagi tanah atau tanaman
3. Proses pengomposan tergantung pada :
a) Karakteristik bahan yang dikomposkan
b) Aktivator pengomposan yang dipergunakan
c) Metode pengomposan yang dilakukan
4. Metode atau teknologi pengomposan dapat dikelompokkan menjadi
tiga kelompok berdasarkan tingkat teknologi yang dibutuhkan, yaitu
Pengomposan dengan Teknologi Rendah
a. Pengomposan dengan teknologi Sedang
b. Pengomposan dengan teknologi Tinggi
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai