Rangkuman Laporan - Perencanaan Agregat (Level, Chase, Subcontract), JIP/MPS
Rangkuman Laporan - Perencanaan Agregat (Level, Chase, Subcontract), JIP/MPS
Data penunjang berfungsi sebagai input data untuk mencari total biaya
yang akan dikeluarkan perusahaan dalam melakukan produksi setiap periodenya.
Data penunjang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan perencanaan dalam
melakukan produksi. Berikut ini data penunjang yang dibutuhkan dalam
melakukan perencanaan produksi.
a. Peramalan Metode Terpilih
Data penunjang pertama yang digunakan adalah hasil peramalan dengan MAD
terkecil, yakni hasil peramalan dengan menggunakan metode regresi linier.
Berikut ini adalah hasil peramalan yang didapat dengan metode regresi linier
selama 12 periode.
Tabel 5.1 Peramalan Metode Terpilih
Bulan Periode (t) Hasil
Januari 1 4746
Februari 2 4750
Maret 3 4755
April 4 4759
Mei 5 4763
Juni 6 4768
Juli 7 4772
Agustus 8 4777
September 9 4781
Oktober 10 4786
November 11 4790
Desember 12 4795
Berdasarkan tabel diatas, peramalan metode terpilih menunjukkan hasil
dari peramalan selama 12 periode yang dimulai dari Bulan Januari hingga Bulan
Desember. Peramalan dengan metode regresi linier ini akan digunakan sebagai
data rencana produksi setiap periodenya. Bulan menunjukkan waktu, periode
menunjukkan index waktu dalam setahun, dan hasil menunjukkan data hasil
peramalan.
b. Biaya terkait dan hari kerja
Data penunjang kedua yang digunakan adalah biaya yang terkait didalam
perusahaan dan hari kerja. Setiap perusahaan memiliki ketentuan waktu dan harga
yang berbeda-beda sesuai dengan kebijakan masing-masing perusahaan. Berikut
ini adalah data dari biaya yang terkait dan jumlah hari kerja.
a. Jam kerja / Hari : 8 jam / Hari
b. Regular time cost : Rp 2.000,-per unit
c. Over Time Cost : Rp 3.000,-per unit
d. Sub Contract Cost : Rp 150.000,-per unit
e. Lay Off Cost : Rp 1.734.994,34 per orang
f. Hiring Cost : Rp 1.734.994,34 per orang
g. Inventory Cost : Rp 300,- per unit
h. Safety Stock : 0%
i. Persediaan awal : 0 unit
Berdasarkan ketentuan diatas, jam kerja/hari menunjukkan waktu yang
dibutuhkan satu orang pekerja selama satu hari, dalam melakukan pekerjaannya
diperusahaan tersebut. Waktu pekerja untuk melakukan produksi selama sehari
yakni selama 8 jam perhari.
Reguler time cost merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam
melakukan produksi satu unit barang pada waktu jam kerja, biaya yang
dikeluarkan sebesar Rp 2.000 per unit, sedangkan over time cost merupakan biaya
yang dikeluarkan perusahaan dalam melakukan produksi satu unit barang diluar
dari waktu jam kerja, biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 3.000 per unit.
Sub contract cost merupakan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan
pembelian produk ke perusahaan lain dengan produk yang sama persis, sub
contract biasanya dilakukan ketika perusahaan tidak mampu memenuhi
permintaan konsumen dan membutuhkan bantuan perusahaan lain untuk
memenuhi kekurangannya tersebut, biaya yang dikeluarkan untuk satu unit sub
contract sebesar Rp 150.000 per unit.
Lay off cost merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan
pemberhentian sementara kepada pekerja, sedangkan hire cost merupakan biaya
yang dikeluarkan perusahaan untuk melakukan penerimaan pekerja baru. Lay off
cost maupun hire cost didapatkan berdasarkan UMK dilokasi perusahaan tersebut.
Berdasarkan UMK Kabupaten Kuningan, biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk melakukan lay off maupun hiring yakni sebesar Rp 1.734.994,34 per orang.
Inventory cost merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk biaya
persediaan barang dimana persediaan barang tersebut merupakan persediaan
periode sebelumnya yang biayanya berupa biaya saat prodses pemesanan
inventory, biaya pengiriman inventory yang dipesan, biaya penerimaan inventory,
dan biaya pembayaran inventory yang dipesan kepada pihak supplier. Inventory
cost yang dibutuhkan untuk satu unit barang adalah sebesar Rp 300.
Safety stock atau stock pengaman merupakan persediaan yang diadakan untuk
mencegah terjadinya kekurangan persediaan ketika permintaan tidak pasti atau
karena faktor yang menentukan besarnya persediaan ini adalah penggunaan bahan
baku rata-rata selama periode tertentu sebelum barang yang dipesan datang dan
waktu tunggu yang bervariasi. Safety stock yang diberikan perusahaan untuk
produksinya sebesar 0 persen, sedangkan persediaan awal merupakan ketersediaan
produk sebelum masuk ke periode produksi.
Ketentuan hari kerja adalah jadwal seorang pekerja untuk melakukan
pekerjaannya dalam satu bulan atau satu periode. Berikut ini adalah hari kerja
untuk tahun 2018.
Tabel 5.2 Ketentuan Hari Kerja Tahun 2018
Periode 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total
HK 22 19 20 20 21 15 23 22 21 23 21 20 247
Berdasarkan tabel ketentuan hari kerja tahun 2018, setiap periode terdapat
hari kerja yang berbeda-beda, perbedaan hari kerja setiap bulan dapat dikarenakan
perbedaan hari raya nasional untuk setiap bulannya. Total hari kerja satu orang
pekerja jika diakumulasi dari kedua belas periode terdapat 247 hari kerja.
Data item persediaan menunjukkan data persediaan awal produk untuk
setiap unit agregat. Unit agregat pada produk lemari pakaian anak dibedakan
menjadi 2 item, yakni item dengan warna dan item tanpa warna. Berikut ini adalah
data untuk item persediaan awal setiap unit agregat.
Tabel 5.3 Data Item Persediaan
Item Waktu Baku (Menit) Faktor Konversi Persediaan Awal (Pcs)
Dengan
58.7393 1 0
warna
Tanpa warna 51.9893 0,8850 0
Berdasarkan tabel data item persediaan, Item menunjukkan jenis produk
yang akan diagregatkan, terdapat dua item yang akan diagregatkan yakni produk
lemari pakaian anak dengan warna dan produk lemari pakaian anak tanpa warna.
Waktu baku menunjukkan waktu pengerjaan efektif lemari pakaian anak dari
bahan baku hingga barang jadi atau setengah jadi, waktu baku yang didapatkan
untuk pengerjaan lemari pakaian anak dengan warna yaitu selama 58,7393 menit
dan lemari pakaian anak tanpa warna selam 51,9893 menit. Faktor konversi
menunjukkan satuan waktu yang telah dikonversikan untuk dijadikan
perbandingan, faktor konversi item dengan warna yakni 1 didapat dari pembagian
antara waktu baku pembuatan unit ‘dengan warna’ dengan waktu baku pembuatan
produk hingga produk jadi, sedangkan faktor konversi tanpa warna yakni 0,8850
didapat dari waktu baku pembuatan unit ‘tanpa warna’ dengan waktu baku
pembuatan produk hingga produk jadi. Persedian awal menunjukkan barang yang
tersedia di inventori sebelum periode produksi barang tersebut, karena perusahaan
Hejo Industries merupakan perusahaan baru, maka persediaan awal yang tersedia
adalah 0 pcs, baik untuk unit lemari pakaian anak dengan warna maupun lemari
pakaian anak tanpa warna.
c. Rencana Kebutuhan Produksi Agregat
Data penunjang yang ketiga adalah rencana kebutuhan produksi agregat, data
tersebut dibuat untuk merangkum dan menyusun data yang dibutuhkan oleh
perusahaan dalam kegiatan perencanaan produksi sebelum dibuat biaya
perencanaan agregat. Berikut ini adalah data rencana kebutuhan produksi agregat.
Tabel 5.4 Rencana Kebutuhan Produksi Agregat
Peramala
Inventory Safety Stock Kebutuhan Inventory
Bulan n
Awal (pcs) (pcs) Produksi (pcs) Akhir (pcs)
(Forecast)
1 0 4746 0 4746 0
2 0 4750 0 4750 0
3 0 4755 0 4755 0
4 0 4759 0 4759 0
5 0 4763 0 4763 0
6 0 4768 0 4768 0
7 0 4772 0 4772 0
8 0 4777 0 4777 0
9 0 4781 0 4781 0
10 0 4786 0 4786 0
11 0 4790 0 4790 0
12 0 4795 0 4795 0
Total 0 57242 0 57242 0
Contoh Perhitungan:
(1) Bulan = menunjukkan periode
(2) Inventory Awal = berasal dari data peunjang diatas
(3) Peramalan = data peramalan metode terpilih
(4) Safety Stock = 0% x Peramalan
= 0% x 4746 = 0
(5) Kebutuhan Produksi = Peramalan + safety stock – inventory Awal
= 4746 + 0 – 0 = 4746
(6) Inventory Akhir = inventory Awal + Kebutuhan Produksi –
Peramalan
= 0 + 4746 – 4746 = 0
Berdasarkan tabel rencana kebutuhan produksi agregat, bulan
menunjukkan waktu atau periode, inventory awal menunjukkan ketersediaan
barang sebelum melakukan produksi dibulan tersebut, peramalan menunjukkan
data peramalan produksi yang sudah didapat dengan menggunakan metode regresi
linier, safety stock menunjukkan kapasitas barang yang dibutuhkan untuk
mengatasi permintaan barang diluar dari hasil peramalan, kebutuhan produksi
menunjukkan jumlah barang yang harus diproduksi dalam periode tersebut, dan
inventori akhir menunjukkan barang yang tersisa setelah melakukan produksi.
Data penunjang tersebut kemudian dijadikan landasan untuk membuat
perencanaan agregat. Perencanaan agregat merupakan penggabungan sumber daya
yang sesuai ke dalam istilah-istilah yang lebih umum dan menyeluruh, dengan
adanya peramalan permintaan, serta kapasitas fasilitas, persediaan jumlah tenaga
kerja dan input produksi yang saling berkaitan. Tujuan dari perencanaan agregat
adalah menetapkan tingkat output untuk jangka menengah dan sedang dalam
menghadapi fluktuasi dan ketidakpastian permintaan. Proses perencanaan agregat
disebut proses agregasi yaitu pengelompokkan beberapa jenis item menjadi
product family. Perencanaan agregat dapat dilakukan dengan beberapa metode,
diantaranya adalah level strategy, chase strategy, dan subcontract.
Contoh Perhitungan:
(1) Periode = Dalam satuan bulan
(2) Permintaan = Data peramalan tabel rencana kebutuhan
produksi agregat
(3) Tingkat Produksi = Unit RT dari tabel perencanaan kapasitas
agregat
(4) Persediaan = Tingkat produksi – Permintaan
= 5215 – 4746
= 469
(5) Penyesuaian Persediaan = Merupakan kumulatif dari kolom persediaan
(6) Unit OT = Kekurangan persediaan
(7) Biaya Persediaan = Penyesuaian persediaan x biaya persediaan
(data penunjang)
= 469 x 300
= Rp 140.700
(8) Biaya OT = Unit OT x Over Time Cost (Data
Penunjang)
= 0 x 3000
= Rp 0
(9) Biaya Produksi Penunjang= Tingkat Produksi x regular time cost (Data
Penunjang)
= 5215 x 2000
= Rp 10.430.000
(10) Total Biaya = Biaya persediaan + Biaya OT + Biaya
Produksi
= 140700 + 0 + 10.430.000
= Rp 10.570.000
Berdasarkan tabel diatas periode menunjukkan waktu atau masa setiap
produksi. Hari kerja menunjukkan hari yang digunakan untuk melakukan produksi
barang selama satu bulan. Permintaan produksi agregat menunjukkan jumlah yang
harus diproduksi untuk memenuhi permintaan konsumen pada periode tersebut.
Tingkat produksi menunjukkan kapasitas produksi maksimal yang dapat
dilakukan untuk periode tersebut. Persediaan menunjukkan unit barang yang
tersisa pada periode tersebut, didapatkan dari selisih antara tingkat produksi
dengan permintaan produksi agregat. Penyesuaian persediaan merupakan hasil
kumulatif dari persediaan dari periode-periode sebelumnya. Unit over time
menunjukkan kapasitas produksi yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu
barang diluar dari hari kerja atau reguler time. Biaya persediaan menunjukkan
biaya yang dibutuhkan untuk unit yang tersisa pada setiap periodenya, biaya
persediaan untuk setiap unitnya adalah sebesar Rp 300. Biaya over time
menunjukkan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan produksi pada waktu over
time, biaya over time untuk setiap unitnya adalah Rp 3.000. Biaya produksi
penunjang menunjukkan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan produksi pada
waktu reguler time, biaya reguler time untuk setiap unitnya adalah Rp 2.000.
Total biaya menunjukkan biaya yang dibutuhkan perusahaan untuk memenuhi
segala kegiatan produksi selama periode tersebut, total biaya yang didapat
termasuk biaya persediaan, biaya over time, dan biaya produksi pada periode
tersebut.
Biaya
Hari Kebutuhan TK TK Tingkat Persediaan Tingkat
Periode Hiring (Rp) Layoff (Rp)
Kerja Produksi Diperlukan Terpakai Produksi Akhir Produksi
(Rp)
Contoh Perhitungan :
(1) Periode = Dalam Satuan bulan
(2) Hari Kerja = Data Penunjang
(3) Keb. Produksi = Data Kebutuhan produksi Tabel kebutuhan
Produksi agregat
(Keb. Produksi x WB terbesar / 60 Menit)
(4) TK Diperlukan =
(HK x JK)
(4746 X 58,7393/ 60)
=
(22 X 8)
4645,8594
=
176
= 26,3936 tenaga kerja
(5) TK Terpakai = Pembulatan Keatas dari TK diperlukan
(TK Terpakai x HK x JK)
(6) Tingkat Produksi =
(WB Terbesar / 60 Menit)
27 x 22 x 8
=
58,7393/60
4752
=
0,9789
= 4854,4284
≈ 4855 unit
(7) Hiring = Hiring cost dari data penunjang
(8) Layoff = Layoff cost dari data penunjang
(9) Persediaan Akhir = (Tingkat Produksi – Keb. Produksi) x Ongkos
Persediaan
= (4855 – 4746) x 300
= 32700 unit
(10) Biaya Tingkat Produksi = Tingkat Produksi x cost regular time
= 4855 x 2000
= Rp 9.710.000
(11) Total Biaya = Biaya Persediaan + biaya tingkat produksi +
Hiring + Layoff
= 32700 + 9710000 + 0 + 0
= Rp 9.742.700
Berdasarkan tabel diatas, periode menunjukkan waktu. Hari kerja
menunjukkan hari yang digunakan untuk melakukan produksi barang selama satu
bulan. Kebutuhan produksi menunjukkan jumlah barang yang harus diproduksi
pada periode tersebut. Tenaga Kerja diperlukan menunjukkan jumlah tenaga kerja
yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan pada periode tersebut. Berbeda
dengan level strategy, untuk mencari tenaga kerja dilakukan perhitungan untuk
mencari tenaga kerja setiap periodenya, yakni perkalian antara kebutuhan
produksi dan waktu baku terbesar dalam satuan jam, kemudian dibagi dengan
perkalian antara hari kerja dengan jam kerja. Tenaga kerja terpakai menunjukkan
hasil pembulatan desimal ke atas dari tenaga kerja yang diperlukan. Tingkat
produksi menunjukkan kapasitas produksi maksimal yang dapat dilakukan untuk
periode tersebut. Berbeda dengan level strategy, tingkat produksi didapatkan dari
hasil perkalian ternaga kerja terpakai, hari kerja, dan jam kerja, kemudian dibagi
dengan hasil perkalian waktu baku terbesar dalam satuan jam. Hiring cost
menujukkan biaya yang dibutuhkan untuk melakukan penerimaan pekerja baru
apda periode tersebut, sedangkan layoff cost yakni biaya yang dibutuhkan untuk
melakukan pemberhentian sementara seorang pekerja. Hiring cost maupun layoff
cost didapat dari UMK lokasi perusahaan tersebut berdiri. Biaya persediaan akhir
persediaan menunjukkan biaya yang dibutuhkan untuk hasil sisa produksi pada
setiap periodenya. Biaya tingkat produksi menunjukkan biaya yang saat produksi
barang pada reguler time. Total biaya menunjukkal biaya yang dibutuhkan
perusahaan pada setiap periode untuk melakukan kegiatan produksi, total biaya
mencakup biaya persediaan, biaya tingkat produksi, dan biaya hiring dan layoff.
Contoh Perhitungan:
(1) Presentasi Agregat = Presentase agregat modul OPC, APC, BOM dan SP
(2) Tingkat Produksi = Didapat dari tabel jadwal produksi agregat
(3) Faktor Konversi = didapat dari tabel data item persediaan
(4) Unit Agregat = Presentasi Agregat x tingkat produksi
= 0,4929 x 5215
= 2571
(5) Unit Produksi = Unit Agregat / faktor konversi
= 0,4929 / 1
= 2571
Berdasarkan tabel proses disagregasi, persentase agregat menunjukkan
hasil desimal dari persentase unit agregat pada setiap periode. Tingkat produksi
menunjukkan jumlah produksi keseluruhan unit agregat. Faktor konversi
menunjukkan perbandingan waktu pembuatan produk dengan setiap unit agregat.
Unit agregat menunjukkan data dari setiap item produk, yang didapatkan dari
perkalian antara faktor konversi setiap item agregat dengan tingkat produksi. Unit
produksi menunjukkan jumlah barang yang akan diproduksi untuk setiap itemnya.