BAB VI
PERENCANAAN SAMBUNGAN KAYU
6.1 Pendahuluan
Sambungan merupakan elemen struktur yang penting, yang mana memerlukan kecermatan
serta pemahaman mekanika yang baik. Selama ini kegagalan struktur umumnya diawali dengan
kegagalan pada sambungan. Sambungan pada dasarnya merupakan ”perlemahan” bagi struktur,
karena pada sambungan itu terpaksa memberikan ”cacat” pada elemen struktur guna menempatkan
alat sambung. Kegagalan konstruksi kayu lebih sering disebabkan karena kegagalan sambungan kayu
bukan karena material kayu itu sendiri. Kegagalan dapat berupa pecah kayu diantara dua sambungan,
dan alat sambung yang membengkok.
Sambungan diperlukan untuk berbagai alasan:
a). Batang tidak cukup panjang (Gambar 6.1(a))
b). Dimensi profil kurang besar (dengan membuat profil tersusun, Gambar 6.1(b))
c). Untuk menyalurkan gaya (Gambar 6.1(c) dan (Gambar 6.1(d))
STRUKTUR KAYU 71
Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya kekuatan sambungan kayu menurut Awaluddin (
2000) adalah :
1. Pengurangan luas tampang
Pemasangan alat sambung seperti baut, pasak dan gigi menyebabkan luas efektif tampang
berkurang sehingga kekuatannya juga menjadi rendah jika dibanding dengan kayu yang
penampangnya utuh.
2. Penyimpangan arah serat
Pada buhul sering terdapat gaya yang sejajar serat pada satu batang tetapi tidak dengan batang kayu
yang lain. Karena kekuatan kayu yang tidak sejajar serat lebih kecil maka kekuatan sambungan
harus didasarkan pada kekuatan kayu yang terkecil atau tidak sejajar serat.
3. Terbatasnya luas sambungan.
Jika alat sambung ditempatkan saling berdekatan pada kayu memikul geser sejajar serat maka
kemungkinan pecah kayu sangat besar karena kayu memiliki kuat geser sejajar serat yang kecil.
Oleh karena itu penempatan alat sambung harus mengikuti aturan jarak minimal antar alat sambung
agar terhindar dari pecahnya kayu.
72 STRUKTUR KAYU
BAB VI SAMBUNGAN
STRUKTUR KAYU 73
Gambar 6.5. Alat sambung pasak kayu
5. Cincin belah
Alat sambung cincin belah terbuat dari logam/besi baja, bentuknya seperti cincin. Alat sambung
ini sekarang sudah jarang dipakai, seiring dengan berkurangnya populeritas struktur kayu.
74 STRUKTUR KAYU
BAB VI SAMBUNGAN
7. Sambungan gigi.
Sambungan ini tidak menggunakan alat sambung, namun memanfaatkan takikan pada kayu yang
sering disebut sebagai sambungan gigi.
Dari beberapa jenis alat sambung yang dipergunakan, dapat dibandingkan sifat atau
karakteristik berbagai macam alat sambungan tersebut dengan menggunakan kurva beban vs
sesaran/slip. Kurva ini menunjukkan besarnya dukungan sambungan dan sesaran yang terjadi antara
alat sambung dengan kayu yang disambungnya. Hasil pengujian yang dilakukan oleh Racher (1995)
untuk beberapa macam alat sambung dapat dilihat pada Gambar 6.9. Terlihat, alat sambung lem
kekuatannya paling tinggi namun sifatnya getas, sementara alat sambung paku kekuatannya paling
rendah, namun paling daktail.
STRUKTUR KAYU 75
Modul ini tidak akan membahas seluruh alat-alat sambung di atas, namun hanya akan
membahas alat sambung paku, baut, pasak kayu, dan sambungan gigi. Hal ini dengan pertimbangan,
ke-empat alat sambung tersebutlah yang paling banyak dipakai dalam kehidupan keseharian.
1. Faktor Durasi Beban, CD, tidak boleh lebih dari 1,6 untuk sambungan (lihat 10.3.2. SNI 7973 -
2013)
2. Faktor Layan Basah, CM, tidak boleh dipakai pada kaki paku yang dibebani cabut (lihat
11.5.4.1. SNI 7973 -2013)
76 STRUKTUR KAYU
BAB VI SAMBUNGAN
3. Informasi spesifik faktor geometri, C∆, Faktor kedalaman penetrasi Cd, Faktor ujung serat Ceg,
faktor pelat metal samping Cst, faktor diafragma Cdi, dan faktor ujung paku Ctn disediakan pada
Pasal 11,12, dan 13 SNI 7973 -2013.
4. Faktor pelat metal samping, Cst, hanya digunakan ketika kapasitas keling (Pr, Qr) menentukan
(lihat Pasal 13 SNI 7973 -2013)
5. Faktor geometri, C∆, hanya digunakan ketika kapasitas kayu, Qw, menentukan (lihat Pasal 13
SNI 7973 -2013)
STRUKTUR KAYU 77