Anda di halaman 1dari 11

Karakteristik Termal Produk Keju Mozarella (Komar dkk)

KARAKTERISTIK TERMAL PRODUK KEJU MOZARELLA


(KAJIAN KONSENTRASI ASAM SITRAT)

Thermal Characteristics of Mozzarella


Cheese Product (Study on Citric Acid Concentration)

Nur Komar, La Choviya Hawa, Rika Prastiwi

Jurusan Teknik Pertanian-Fakultas Teknologi Pertanian-Universitas Brawijaya


Jl. Veteran - Malang

ABSTRACT

Mozzarella cheese is soft cheese that is not fully ripened, or usually called fresh
cheese. The making of Mozzarrella cheese needs long time. The making of cheese can
be performed by direct acidification, therefore this step does not have to wait culture
work of bacterial starter to produce lactic acid. The method used in this research is
direct acidification using citric acid as the acidifier. This research was objected to know
the effect of citric acid concentration on chemical and physical characteristics, and to
determine thermal conductivity of mozzarella cheese.
This research used deterministic method that assisted by empirical data to
express the physical, chemical, and thermal properties. Experimental method was used
with 3 level of citric acid concentration i.e. 0.12, 0.16 and 0.20% based on 25 liter of
fresh cow milk. Each variation was assessed once for chemical parameters including
moisture content, yield, and thermal conductivity (k). Thermal conductivity was
analyzed using heat transfer theory that solved by numeric method implicitly. The
steps of the research included functional tool desigining, mozarella cheese making, and
determination of thermal conductivity.
The result showed that the highest yield of mozzarella cheese was 7.789% at
0.16% of citric acid. The highest density was 1194.631 kg/m3 at 0.20% of citric acid.
The highest protein content was 29.299% at 0.12% of citric acid, and the highest fat
content was 13.121% at 0.16% of citric acid. The highest water content was 45.204% at
0,16% of citric acid. The highest heat value was 2721.400 J/kgoC at citric acid
concentration of 0.16%. The highest thermal diffusivity value is 3.730 x10-7 m2/s at
0.12% of citric acid. The average of thermal conductivity value at 0.12% of citric acid
concentration was 1.165 W/moC, at 0.16% was 0.539 W/moC, and at 0.20% was 0.634
W/moC. The equations of thermal conductivity were k = 34.944 – 0.493 X1 -0.0102 X2
and  = 19.566 x10-6- 0,0025 X1 – 0,4304 X2.

Keywords: mozzarella cheese, citric acid, thermal conductivity

PENDAHULUAN yang biasa digunakan dalam pizza. Keju


Mozzarella termasuk kelompok keju ”pasca
Keju mozzarella adalah keju lunak filata”, yaitu keju yang dipanaskan dan
yang proses pembuatannya tidak dilelehkan yang dilakukan pada suhu 70-
0
dimatangkan atau disebut dengan keju 85 C. Ciri-ciri keju Mozzarella adalah
segar (fresh cheese). Willman dan elastis, berserabut, dan lunak. Hal ini
Willman (1993) menyatakan bahwa keju disebabkan adanya proses pembenaman di
Mozzarella merupakan keju khas Italia,

78
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No.2 (Agustus 2009) 78 – 87

dalam bak air panas dan adanya Penelitian pembanding yang


penekanan hingga lunak. digunakan untuk membandingkan hasil pada
Pembuatan keju mozzarella selama penelitian ini adalah dengan penelitian
ini dilakukan dengan menggunakan kultur Rahmawati (2006) telah melakukan
starter untuk mengasamkan susu disertai penelitian mengenai ”pembuatan keju segar
penambahan renet untuk membentuk (kajian pengaruh konsentrasi renet dan
curd. Tapi hal ini akan membutuhkan lama koagulasi terhadap sifat fisik, kimia
waktu yang lama. Oleh karena itu, Kalab dan organoleptik)”.
(2004) dan Everett (2003), menyatakan Adnan (1984), menyatakan bahwa
bahwa dalam pembuatan keju dapat molekul lemak dalam keju dilapisi oleh
dilakukan dengan pengasaman langsung molekul protein yang mempunyai gugus dan
sehingga tidak perlu menunggu kerja bersifat hidrofilik dan lipofilik, sehingga
kultur starter bakteri untuk memproduksi keberadaan lemak sangat bergantung pada
asam laktat. Jenis-jenis asam yang bisa proteinnya. Lama koagulasi berpengaruh
digunakan untuk membuat keju dengan pada rendemen yang dihasilkan karena jika
cara pengasaman langsung, antara lain waktu terlalu pendek tidak memberikan
asam sitrat, asam cuka, dan asam cukup waktu bagi padatan dan protein pada
askorbat. Untuk itu metode yang akan susu untuk terkoagulasi secara sempurna.
diterapkan dalam penelitian ini adalah Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
pengasaman langsung dengan mengetahui pengaruh konsentrasi asam
menggunakan asam sitrat sebagai sitrat terhadap nilai gizi, sifat fisik, kimia,
pengganti starter. serta untuk menentukan konduktivitas
Fox et al (2000) menyatakan bahwa termal produk keju Mozzarella.
keju Mozzarella dapat dibuat tanpa
menggunakan kultur starter, tetapi dibuat METODE PENELITIAN
dengan menggunakan pengasaman
langsung pada susu. Pengasaman Tempat dan Waktu Penelitian
langsung dengan asam yang memenuhi Penelitian ini dilaksanakan di
syarat penambahan zat aditif yang aman Laboratorium Rekayasa dan Pengolahan
(biasanya asam laktat, asam asetat atau Hasil Ternak Fakultas Peternakan,
asam sitrat) atau zat pengasam sering Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian
digunakan sebagai alternatif pengganti Jurusan THP, Laboratorium Teknik
pengasaman secara biologis. Prosessing Hasil Pertanian dan
Pengasaman langsung ini lebih terkontrol Laboratorium Daya dan Mesin Pertanian
daripada pengasaman secara biologi. Jurusan TEP, Fakultas Teknologi Pertanian
Oleh sebab itu, pengasaman secara kimia Universitas Brawijaya mulai bulan Agustus
ini sering digunakan untuk jenis-jenis sampai November 2008.
keju yang mementingkan tekstur daripada
flavor Peralatan
Penggunaan asam dapat Alat-alat yang digunakan pada
mempercepat proses pembuatan keju penelitian ini antara lain kompor gas, panci,
karena dengan penambahan asam, pH termometer, buret, gelas ukur, pengaduk,
susu langsung turun dari 6,7 menjadi 5,4 oven, pipet, pisau, timbangan, seperangkat
tanpa harus menunggu pertumbuhan alat ukur konduktivitas thermal,
bakteri starter untuk membentuk asam seperangkat alat ukur kadar lemak, protein,
(Everett, 2003). karbohidrat, dan abu.

79
Karakteristik Termal Produk Keju Mozarella (Komar dkk)

Bahan Proses pembuatan keju mozzarella


Bahan yang digunakan antara lain Susu sapi segar sebanyak 25 liter
o
susu sapi segar, asam sitrat, renet dipasteurisasi pada suhu 65 C selama 30
(Marzyme Supreme), garam, dan air. menit. Kemudian asam sitrat ditambahkan
konsentrasi 0,12% (33 gram), 0,16% (44
Metode Penelitian gram), dan 0,20% (55 gram) yang dilarutkan
Metode penelitian yang digunakan pada 100 ml air, pada masing-masing 25
yakni metode deterministik dengan liter susu. Pemberian asam ini dilakukan
bantuan data empirik untuk sedikit demi sedikit sambil dilakukan
mengekspresikan nilai-nilai sifat fisik, pengadukan pelan-pelan. Penambahan
kimia, dan termal. Metode ekperimental renet sebanyak 0,025% (6,25 ml) dari
penelitian ini meliputi 3 variasi volume susu (25 liter) yang dilarutkan pada
konsentrasi asam sitrat yang berbeda. 100 ml air. Hal ini berfungsi untuk
Variasi asam sitrat tersebut adalah 0,12, mengumpalkan susu membentuk padatan
0,16 dan 0,20% dari 25 liter susu sapi yang mengendap yang disebut curd. Curd
segar. Setiap variasi dilakukan satu kali yang terbentuk kemudian dipotong-potong
pengujian sifat kimia produk, pengujian dengan ukuran 1 cm x 1 cm dan dibiarkan
kadar air (%), rendemen (%), dan 15 menit untuk mengeluarkan whey
konduktivitas termal (k) untuk setiap (cairan). Whey yang keluar disaring
variasi. Konduktivitas termal (k) dalam kemudian ditimbang dan dibuang, kegiatan
penelitian ini dianalisis menggunakan ini dilakukan terus-menerus sampai whey
teori pindah panas yang dipecahkan benar-benar tidak keluar lagi dari curd.
dengan metode numerik teknik secara Kemudian dilakukan proses working pada
o
implisit. Adapun tahapan penelitian terdiri suhu 45 C dengan penekanan pada seluruh
dari (1) rancangan fungsional alat, (2) bagian. Setelah itu dilakukan penarikan dan
pembuatan keju mozzarella, dan (3) pelemasan sampai tekstur menjadi kalis
penentuan konduktivitas thermal bahan. (ditandai dengan permukaan yang licin dan
homogen) lalu dibentuk. Proses ini disebut
Rancangan fungsional alat pengukur stretching. Kemudian dilakukan proses
konduktivitas perendaman dalam es dan yang terakhir
Rancangan funsional alat pengukur adalah proses penggaraman selama 1 jam.
konduktivitas termal adalah sebagai
berikut: mangkok double plat berbentuk Penentuan konduktivitas termal bahan
setengah bola, hot plate, toples plastik, Keju diparut sebanyak 650 g dan
selang, termokontrol, dan stopwatch dimasukkan kedalam wadah berbentuk
seperti dapat dilihat pada Gambar 1. setengah bola. Termokopel dipasang mulai
dari dasar mangkok, ke atas mengikuti arah
Selang radial mangkok. Jarak pemasangan antar
Kopel
kopel yaitu 1,5 cm. Badan mangkok yang
telah diberi selang kemudian dihubungkan
dengan toples yang telah diisi air. Mangkok
diletakkan diatas hot plate untuk
memanaskan air yang ada didalam mangkok
Termokon-
Toples Air
Mangkok trol setengah bola. Sebelum hot plate
Hot Plate
dinyalakan, dilakukan pembacaan suhu pada
masing-termokopel yang sudah terpasang
Gambar 1. Rangkaian alat pengujian sebagai (T0). Hot plate dinyalakan dan
konduktivitas termal

80
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No.2 (Agustus 2009) 78 – 87

diatur suhunya sampai air dalam mangkok interval waktu pemerahan, iklim, dan
mendidih. Diamati suhu pada tiap-tiap musim.
jarak pengamatan tiap 5 menit selama 60
menit. Pengukuran ini dilakukan tiga kali Komposisi Keju Mozzarella
pengulangan untuk setiap perlakuan. Hasil analisis komposisi keju yang
Pada penelitian ini analisis yang diproses secara pengasaman langsung dan
dilakukan terhadap bahan pada keadaan menggunakan starter ditunjukkan pada
awal hingga akhir proses adalah densitas, Tabel 2.
rendemen, kesetimbangan massa, panas
spesifik, difusivitas termal, konduktivitas Tabel 2. Perbandingan komposisi keju
termal, kadar air (%), kadar protein (%), mozzarella dengan pengasaman langsung
kadar abu (%), kadar kemak (%), dan dan menggunakan starter
kadar karbohidrat (%) Asam Komposisi Kimia Keju (%)
sitrat
Protein Lemak Air pH
HASIL DAN PEMBAHASAN 0,12% 29,299 5,267 44,635 5,83
0,16% 25,811 13,121 45,204 5,89
Komposisi Susu Segar 0,20% 27,287 10,013 44,953 5,78
Hasil analisis komposisi susu segar Starter* 17,653 19,403 64,826 4,27
dan perbandingan dengan literatur Sumber: *Rahmawati (2006)
ditunjukkan pada Tabel 1.
Komposisi keju dibandingkan dengan
Tabel 1. Analisis komposisi susu segar
keju segar yang dibuat dengan
Komponen Bahan a b
Baku menggunakan starter (lactococcus lactis)
Protein (%) 2,83 3,4 3.3 oleh Rahmawati (2006) menunjukkan
Lemak (%) 4,46 3,9 4,0 berbedaan. Hal ini disebabkan, pH yang
Karbohidrat (%) 4,92 4,8 4,5
lebih tinggi pada mozzarella dengan
Air (%) 86,96 87,10 87,5
Abu (%) 0,83 0,72 0,7 pengasaman langsung, membantu kasein
BJ (kg/m3) 1,022 1,032 1,000 untuk menggumpal dan sebaliknya
a
Sumber : Buckle et al. (1987) mengurangi kalsium yang larut. Implikasi
b
Susilorini (2007) dari ini adalah peningkatan kemampuan
matrik protein dalam menahan air dan
Dari Tabel 1 tampak bahwa hasil mencegah sineresis.
analisis susu sapi segar berada pada
kisaran nilai yang sesuai dengan literatur Kadar Protein
(Buckle et al., 1987 dan Susilorini, 2007). Nilai protein keju mozzarella terbesar
Jenis ternak, waktu pemerahan dan pada penambahan asam sitrat 0,12% yaitu
makanan ternak yang berbeda mempunyai sebesar 29,299% dan yang terkecil pada
banyak pengaruh pada komposisi susu penambahan asam sitrat 0,16% sebesar
sapi yang dihasilkan (Buckle et al., 1987). 25,811%. Berdasarkan literatur dari Fox et
Daulay (1991) menyatakan bahwa al., (2000). Hal ini mungkin dipengaruhi
keragaman komposisi susu dari suatu oleh panas saat proses working atau
spesies hewan dipengaruhi oleh beberapa pemuluran yang merusak protein dalam
faktor antara lain makanan (kuantitas dan keju. Asam sitrat memiliki tingkat
kualitas makanan yang diberikan pada keasaman yang tinggi. Tingkat keasaman
hewan), kesehatan dari hewan, yang tinggi ini menyebabkan asam sitrat
manajemen dari pemeliharaan hewan, lebih banyak mendenaturasi protein susu.
Protein mudah mengalami kerusakan oleh

81
Karakteristik Termal Produk Keju Mozarella (Komar dkk)

pengaruh panas, goncangan, reaksi disebabkan jenis dan metode pembuatan


dengan asam atau basa kuat, yang dikenal keju yang berbeda.
dengan denaturasi (Susanto dan Saneto,
1994). Menurut penelitian Rahmawati Kadar Air
(2006), kadar protein keju segar Kadar air keju Mozzarella dengan
menggunakan starter dengan penambahan asam sitrat 0,12, 0,16, 0,20 %
perbandingan lama koagulasi, masing-masing sebesar 44.635, 45,204,
menunjukkan bahwa dengan rentang dan 44,953%. Menurut Campbell dan Platt
waktu koagulasi yang lebih lama (24 jam) (1987), kadar air keju Mozzarella berkisar
nilai yang diperoleh lebih besar antara 46-56% dan 54,1% menurut Hui
dibandingkan perlakuan sebelumnya. Hal (1991). Kadar air merupakan faktor yang
ini dikarenakan waktu yang pendek tidak sangat penting untuk menentukan tekstur
memberikan cukup waktu bagi protein keju, yaitu kadar air yang semakin
pada susu untuk terkoagulasi secara meningkat akan menyebabkan tekstur
sempurna oleh renet semakin lunak (Buckle et al., 1992). Kadar
air keju mozzarella jika dibandingkan
Kadar Lemak dengan SNI keju olahan (Anonim, 1992)
Kadar lemak terbesar pada berada pada kisarannya yaitu maksimum
konsentrasi asam sitrat 0,16% yaitu 45%.
sebesar 13,121%, sedangkan yang paling Idris dan Thohari (1992) menyatakan
kecil pada konsentrasi asam sitrat 0,12% bahwa kandungan air yang lebih tinggi pada
sebesar 5,267%. Menurut Fox et al., keju lunak dikarenakan mengandung whey
(2000) kadar lemak keju mozzarella 21%. yang lebih banyak. Menurut Rahmawati
Hal ini bertentangan dengan pernyataan (2006), penurunan kadar air dikarenakan
Daulay (1991), bahwa protein berada pada kemampuan mengikat air pada keju segar
lapisan luar membran globula lemak. berkurang dengan semakin tingginya
Makin tinggi kandungan protein dalam konsentrasi renet dan semakin lamanya
keju, maka makin banyak jumlah lemak koagulasi. Joshi (2004), menyatakan bahwa
yang dapat diikat dan dipertahankan pada koagulasi dengan asam, semakin
dalam keju, sehingga semakin tinggi kadar rendah pH penggumpalan sampai pH 5,4
lemak yang dihasilkan. maka kemampuan curd menahan air
Kadar lemak keju mozzarella jika semakin besar.
dibandingkan berdasarkan SNI (BSN, Beberapa metode melibatkan suatu
1992), berada di bawah nilai yang tertera proses penyesuaian kadar air. Hal ini
yaitu minimal 25,0%. Kadar lemak keju sangat bermanfaat sebab kadar air dalam
olahan tergantung dari kadar lemak keju keju adalah faktor penting dalam stabilitas,
alami yang digunkan, namun dalam proses daya simpan, irisan, dan produk akhir keju
pembuatan keju olahan terdapat yang lebih baik (Willman, 1993).
kemungkinan lemak keluar dari keju
olahan selama proses pemanasan apabila Kesetimbangan Massa
o
temperatur lebih dari 80 C, jadi semakin Proses penambahan asam sitrat 0,12%
tinggi temperatur pemanasan maka dan enzim renet, massa susu menjadi
semakin banyak lemak yang keluar (Fox 27777,2 g. Pada proses penyaringan, whey
et al., 2000). Standar dari BSN hanya yang terbuang sebesar 23880 g sehingga
dapat digunakan sebagai pembanding, tapi menghasilkan curd sebesar 3897,2 g dan
tidak dapat menjadi acuan. Hal ini dari proses ini terjadi kehilangan sebesar
85,960%. Hal ini terjadi karena proses

82
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No.2 (Agustus 2009) 78 – 87

koagulasi dari asam sitrat dan renet yang Nilai rendemen pada penelitian ini lebih
menyebabkan banyak protein yang larut rendah dari literatur, hal ini disebabkan oleh
bersama whey, sehingga curd yang beberapa hal diantaranya kadar lemak keju
dihasilkan sedikit. Idris dan Thohari dan metode pembuatan. Pada penelitian ini,
(1992) menyatakan bahwa curd yang tidak ada proses homogenisasi susu
dihasilkan dengan pengasaman langsung sehingga kadar lemak keju lebih rendah.
mudah pecah dan harus ditangani dengan Idris dan Thohari (1992) menyatakan bahwa
hati-hati untuk menghindari keuntungan dari homogenisasi susu adalah
terdispersinya menjadi partikel-partikel rendemen keju yang dihasilkan lebih tinggi
kecil yang larut dalam whey. akibat dari lemak yang terbuang dalam
Pada proses working terjadi whey sedikit.
kehilangan 21,190% yaitu sebesar 850 g. Daulay (1991) menyatakan bahwa
Hal ini terjadi karena ada sebagian curd rendemen keju dipengaruhi oleh komposisi
yang tertinggal di wadah setelah proses curd yaitu persentase lemak, bahan kering
berlangsung, ada yang menjadi whey tanpa lemak, garam dan air. Susanto dan
karena proses penekanan dan sebagian
Saneto (1994) menyatakan bahwa asam
menguap. Proses ini menghasilkan curd
sitrat memiliki tingkat keasaman yang
sebanyak 3047,2 g.
tinggi. Tingkat keasaman yang tinggi ini
Proses stretching pada pembuatan
keju mozzarella ini menghasilkan keju menyebabkan asam sitrat lebih banyak
sebanyak 1567,2 g. Pada proses ini mendenaturasi protein susu. Protein mudah
terjadi kehilangan massa sebanyak 1480 g mengalami kerusakan oleh pengaruh panas,
atau 48,569%. Massa yang hilang pada goncangan, reaksi dengan asam atau basa
proses ini lebih besar dibandingkan pada kuat, yang dikenal dengan denaturasi.
proses working. Hal ini terjadi karena Namun rendemen keju mozzarella pada
adanya pemanasan terus-menerus yang penelitian ini lebih banyak dipengaruhi oleh
menyebabkan curd menguap dan larut di
kadar protein keju dengan persentase
dalam air panas. Pada proses
27,287% sampai 29,299%. Kandungan
penggaraman, terjadi penambahan massa
protein keju memegang peranan penting
sebesar 382.9 g setelah diketahui massa
akhir keju mozzarella sebesar 1950,1 g. dalam mempertahankan emulsi antara lemak
cair. Peran protein tersebut dipengaruhi
Rendemen oleh kelarutannya. Protein yang
Jumlah rendemen keju mozarella mempunyai kelarutan tinggi (terlarut secara
ditunjukkan pada Tabel 3. sempurna) dapat mengikat lemak dengan
baik, sehingga lemak dan air dapat
Tabel 3. Nilai rendemen keju mozzarella teremulsi serta terdispersi secara merata
Perlakuan Rendemen (%)
(Mangino, 1994).
Asam Sitrat 0,12% 7,091 Rahmawati (2006) menyatakan bahwa
Asam Sitrat 0,16% 7,789 rendemen keju segar dengan menggunakan
Asam Sitrat 0,20% 6,473 starter dengan lama koagulasi 24 jam lebih
Starter* 17,560 tinggi dibandingkan dengan lama koagulasi
Sumber: *Rahmawati (2006) 21 dan 18 jam. Lama koagulasi
berpengaruh pada rendemen yang
Gaman dan Sherington (1994),
dihasilkan karena jika waktu terlalu pendek
menyatakan bahwa nilai rendemen keju
mozzarella yang dihasilkan kira-kira 10%. tidak memberikan cukup waktu bagi padatan

83
Karakteristik Termal Produk Keju Mozarella (Komar dkk)

dan protein pada susu untuk terkoagulasi Nilai difusivitas termal dapat dilihat
secara sempurna. pada Tabel 6.

Densitas (  ) Tabel 6. Nilai diffusivitas termal keju


Nilai densitas keju mozarella mozzarella
ditunjukkan pada Tabel 4. Perlakuan Diffusivitas Termal
-7 2
(10 m /s)
3
Tabel 4. Nilai densitas (kg/m ) keju Asam sitrat 0,12% 3,730
mozzarella pada berbagai konsentrasi Asam sitrat 0,16% 1,670
asam sitrat Asam sitrat 0,20% 1,960
3
Perlakuan Densitas (kg/m )
Asam Sitrat 0,12% 1160,654 Nilai diffusivitas thermal (  )
Asam Sitrat 0,16% 1183,536 bergantung pada data suhu yang
Asam Sitrat 0,20% 1194,631 diperoleh. Bila suhu yang diperoleh
berfluktuasi dari suhu yang sebenarnya,
Semakin besar konsentrasi asam
sitrat yang ditambahkan maka densitas maka nilai difusivitasnya juga
juga semakin besar.Hal tersebut mengalami hal yang sama. Nilai 
disebabkan karena semakin banyak asam yang minus (-) menunjukkan arah
sitrat maka proses penggumpalan terjadi pindah panas yang berlawanan dengan
lebih cepat, tapi volume yang dihasilkan
arah yang sebenarnya. Hal ini dapat
lebih kecil.
disebabkan adanya rongga pada padatan
Panas Jenis (Cp) keju sehingga pindah panas yang terjadi
Nilai panas jenis ditunjukkan pada disertai dengan mengalirnya massa.
Tabel 5. Akibat dari semua itu, suhu yang
dihasilkan juga sedikit menyimpang.
Tabel 5. Nilai panas jenis keju mozzarella
hasil penelitian Semakin besar nilai difusivitas thermal,
0
Perlakuan Nilai Cp (J/kg C) maka semakin cepat energi panas yang
Asam sitrat 0,12% 2690,115 didifusikan ke dalam bahan.
Asam sitrat 0,16% 2721,400
Asam sitrat 0,20% 2708,500 Konduktivitas Thermal
Nilai rata-rata konduktivitas
Panas jenis bahan dipengaruhi oleh
thermal ditunjukkan pada Tabel 7.
komposisi dari bahan yaitu kadar protein,
lemak, karbohidrat, abu, dan kadar air.
Panas jenis akan meningkat jika kadar air Tabel 7. Nilai konduktivitas termal keju
bahan meningkat pula, begitu juga mozzarella
sebaliknya. Nilai panas jenis berbanding Perlakuan Konduktivitas
o
lurus dengan nilai konduktivitas termal termal (W/m C)
bahan. Asam sitrat 0,12% 1,165
Asam sitrat 0,16% 0,539
Diffusivitas Termal
Asam sitrat 0,20% 0,634
Difusivitas termal merupakan
laju perambatan panas dari bahan

84
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No.2 (Agustus 2009) 78 – 87

Perbedaan nilai konduktivitas Persamaan 1 dan 2 merupakan


termal keju disebabkan adanya persamaan empiris nilai k dan 
perbedaan suhu, bahan uji yang sebagai fungsi kadar air dan densitas
digunakan dan metode yang digunakan yang diperoleh dari data nilai k hasil
percobaan pada berbagai variasi.
dalam penentuan nilai konduktivitas
Fungsi konsentrasi asam sitrat dan
thermal. Bahan uji yang digunakan
kadar air yang diperoleh dari data 
juga akan berpengaruh terhadap nilai
hasil percobaan. Penggunaan regresi
konduktivitas termal, karena linear berganda dimaksudkan agar
konduktivitas termal bergantung pada mengetahui pengaruh dua peubah
struktur, bentuk, porositas, serta penting terhadap perubahan nilai k dan
homogenitas. Metode yang digunakan  pada keju mozzarella. Penyelesaian
berpengaruh terhadap nilai persamaan 1 dan 2 menggunakan
konduktivitas termal karena adanya metode chamer. Persamaan 1 dan 2
perbedaan arah hantaran panas pada merupakan persamaan empiris yang
dapat digunakan untuk menentukan nilai
bahan sehingga hasilnya berbeda
k dan  keju mozzarella pada tingkat
dengan hasil penelitian.
kadar air dan densitas tertentu serta
pada konsentrasi asam sitrat tertentu.
Nilai k dan  dari Keju Mozzarella secara
Dari persamaan terlihat bahwa nilai k
Empiris
berbanding lurus terhadap perubahan
Keju mozzarella dalam bentuk
nilai kadar air dan densitas keju
parut merupakan sistem heterogen,
mozzarella. Dengan memasukkan nilai
yang terdiri dari padatan, udara dan
kadar air dan densitas untuk k,
air, oleh karena itu sifat-sifat
konsentrasi asam sitrat dan kadar air
panasnya sangat tergantung pada
untuk  pada keju mozzarella sesuai
heterogenitasnya. Hasil analisis
dengan data penelitian pada persamaan
terhadap nilai k dan  pada keju
empiris. Nilai k pengamatan dapat
Mozzarella dengan menggunakan
dibandingkan dengan nilai k perhitungan
metode kuadrat terkecil regresi
serta nilai α pengamatan dengan nilai α
liniear berganda adalah sebagai
perhitungan seperti yang ditunjukkan
berikut:
pada Tabel 8.
k = 34,944- 0,493 X1 -0,0102 X2 ………(1)
Tabel 8. Hasil pengamatan dan perhitungan
 = 19,566x10
-6
–0,0025 X1 – 0,4304X2(2) nilai k dan 
Asam Nilai k (W/moC) Nilai  (m2/s)
Sitrat Obser- Perhi- Obser- Perhi-
persamaan regresi tersebut (%) vasi tungan vasi tungan
mempunyai koefisien korelasi (r) 0,12 1,165 1,087 3,73 x 10-7 3,547 x 10-7
0,14 0,852 0,957 2,70 x 10-7 3,426 x 10-7
sebesar 0,999 untuk k dan r sebesar 1 0,16 0,539 0,573 1,67 x 10-7 1,096 x 10-7
untuk  . Kadar air (KA) dalam 0,18 0,586 0,578 1,82 x 10-7 1,636 x 10-7
-7
satuan % basis basah dan densitas 0,20 0,634 0,584 1,96 x 10 2,175 x 10-7

(  ) dalam satuan kg/m3.

85
Karakteristik Termal Produk Keju Mozarella (Komar dkk)

Nilai konduktivitas termal dan fifusivitas KESIMPULAN


termal keju mozzarella hasil observasi
dan perhitungan ditunjukkan pada Gambar Dari keseluruhan penilaian sifat fisik,
2 dan 3. kimia, dan termal, penambahan asam sitrat
0,16% merupakan konsentrasi yang paling
1.2 baik dengan rendemen 7,789%, kadar lemak
13,121%, kadar air 45,204%, nilai panas
1
0
jenis 2721,400 J/kg C. Densitas terbesar
k Perhitungan (W/mC)

pada penambahan asam sitrat 0,20%


0.8
R2 = 0.9221
3
0.6 sebesar 1194,631 kg/m . Kandungan
0.4 protein paling besar pada penambahan asam
0.2
sitrat 0,12% sebesar 29,299%. Rata-rata
nilai konduktivitas termal keju mozzarella
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 pada konsentrasi asam sitrat 0,12, 0,16, dan
k Observasi (W/m C)
0,20% masing-masing sebesar 1,165
o o o
Gambar 2. Nilai konduktivitas termal keju W/m C, 0,539 W/m C, dan 0,634 W/m C.
mozzarella hasil pengamatan dan Persamaan nilai konduktivitas termal
perhitungan (k) dan difusivitas termal () adalah sebagai
berikut:
k = 34,944 – 0,493 X1 -0,0102 X2
 = 19,566x10-6 – 0,0025 X1 – 0,4304 X2
4.5
Diffusivitas Perhitungan (x10-7)(m2/s)

4
R2 = 0.8056
3.5

3
DAFTAR PUSTAKA
2.5

1.5
Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi
1
Pengolahan Susu. Fakultas
0.5 Pertanian, UGM, Yogyakarta
0 Buckle, K.A., R.A., Edwards, G.H. Fleet,
M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan.
0 0.4 0.8 1.2 1.6 2 2.4 2.8 3.2 3.6 4
Diffusivitas observasi (x10-7)(m 2/s)
Universitas Indonesia Press, Jakarta
Gambar 3. Nilai difusivitas termal keju Campbell and Platt. 1987. Fermented
mozzarella hasil pengamatan dan Foods of The World Great Britain at
perhitungan the University, Cambridge
Daulay, D. 1991. Buku/Monograf
Gambar 2 menunjukkan ploting nilai Fermentasi Keju. PAU Pangan dan
Gizi IPB, Bogor
k observasi dan nilai k hasil perhitungan
Fox, D. F., T. P. Guinee, T. M. Logan, and
menggunakan persamaan empiris dengan
P. L. H McSweeny. 2000.
koefisien determinasi sebesar 0,9221 atau Fundamentals of Cheese Science.
koefisien korelasi sebesar 0,9602. Aspen Publisher, Inc., Maryland
Menurut Triatmojo (1996), interprestasi Hui, Y. H. 1991. Dictionary of Food
nilai R pada rentang 0,81 dan 0,99 adalah Science and Technology. Willey, Inter
tinggi. Hal ini menyatakan bahwa data- Science Publication, New York
data yang diplotkan saling berkolerasi dan Idris, S dan Thohari. 1992. Pengantar
interprestasi nilai R pada rentang nilai Teknologi Pengolahan Susu. LUW-
0,94 dan 0,96 menyatakan bahwa data- Unibraw, Malang
Rahmawati, E. 2006. Pembuatan Keju
data yang diplotkan memiliki korelasi
Segar (Kajian Pengaruh Konsentrasi
yang tinggi. Renet dan Lama Koagulasi terhadap
Sifat Fisik, Kimia dan Organoleptik).

86
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No.2 (Agustus 2009) 78 – 87

Skripsi. Teknologi Hasil Pertanian,


Universitas Brawijaya, Malang
Susanto, T. dan B. Saneto. 1994.
Teknologi Pengolahan Hasil
Pertanian. PT. Bina Ilmu, Surabaya
Susilorini, E. T dan M. E. Sawitri. 2007.
Produk Olahan Susu. Cetakan
kedua. Penebar Swadaya, Jakarta
Triatmodjo, B. 1996. Metode Numerik.
Beta Offset, Yogyakarta
Willman, C. and N. Willman. 1993. Home
Cheese Making. The Australian
Dairy Corporation, Melbourne

87
Karakteristik Termal Produk Keju Mozarella (Komar dkk)

88

Anda mungkin juga menyukai