Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM DASAR REKAYASA PROSES

“Pembuatan Sabun Cuci Piring”

Dosen Pembimbing :

Ir. Hadi Priya S., MT

Disusun Oleh :

Abdillah Hilmi Adiprawira Radtra 1741420075


Anbarwita Rahminar 1741420103
Ardilya Cahyaningtiyas 1741420024
Basilio Sahala 1741420095
Dian Fitriah Maharani 1741420037
Shilma Ananta Nurismasari 1741420022

D4 TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI

POLITEKNIK NEGERI MALANG

TAHUN AJARAN 2017/2018


I. Tujuan Percobaan
1. Mampu membuat sabun cuci piring sesuai SNI.
2. Mampu mengetahui bahan-bahan dasar dalam pembuatan sabun.
3. Mampu mengetahui komponen bahan.
4. Mampu memahami cara kerja pembuatan sabun cuci piring.

II. Dasar Teori

Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan


membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebutbatang tapi
sekarang penggunaan sabun cair telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik.
Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel
dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara
berkembang, deterjen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci
atau membersihkan.
Sabun merupakan campuran garam natrium atau kalium dari asam lemak yang
dapat diturunkan dari minyak atau lemak dengan direaksikan
dengan alkali (seperti natrium atau kalium hidroksida) pada suhu 80–100 °C melalui
suatu proses yang dikenal dengan saponifikasi. Lemak akanterhidrolisis oleh basa,
menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Secara tradisional, alkali yang digunakan
adalah kalium yang dihasilkan dari pembakaran tumbuhan, atau dari arang kayu.
Sabun dapat dibuat pula dari minyak tumbuhan, seperti minyak zaitun.
Reaksi penyabunan (saponifikasi) dengan menggunakan alkali adalah adalah
reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang menghasilkan sabun dan
gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai berikut :

C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH → C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR

Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai


produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk samping
juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk dari asam lemak
dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih mudah larut dan memiliki
struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki kelarutan yang tinggi dalam air,
tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang lebih kecil, melainkan larut dalam
bentuk ion.

Sabun adalah salah satu senyawa kimia tertua yang pernah dikenal. Sabun
sendiri tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan
campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak.Bahan pembuatan sabun terdiri
dari dua jenis, yaitu bahan baku dan bahan pendukung. Bahan baku dalam pembuatan
sabun adalah minyak atau lemak dan senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam
pembuatan sabun digunakan untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai
guna maupun dari daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses
pembuatan sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat,
parfum, dan pewarna.

Fungsi utama dari sabun sebagai zat pencuci adalah sifat surfaktan yang
terkandung di dalamnya. Surfaktan merupakan molekul yang memiliki gugus polar
yang suka air (hidrofilik) dan gugus non polar yang suka minyak (hidrofobik)
sekaligus, sehingga dapat mempersatukan campuran yang terdiri dari minyak dan air.

Dalam pembuatan sabun peran zat pembantu dan pengisi sangat besar karena akan
sangat menentukan mutu dan penampakan sabun yang akan dijual. Zat-zat yang biasa
digunakan adalah:
1. Garam, berfungsi sebagai pengental. Semakin banyak jumlah garam yang
digunakan dalam sabun maka sabun yang dihasilkan akan semakin kental.
2. Alkali, pengatur pH larutan sabun dan penambah daya deterjensi.
3. Zat pemberi busa, untuk meningkatkan pencucian yang bersih, sebab tanpa
busa
kemungkinan besar sabun telah mengendap sebagai sabun kalsium atau sabun
tidak larut lainnya.
4. EDTA, sebagai pengikat logam sadah dan pengawet.
5. Pewangi, untuk memberikan aroma tertentu sesuai selera dan meningkatkan
daya tarik serta daya jual sabun.
6. Zat warna, memberi warna pada sabun agar mempunyai penampilan menarik.

Texapon adalah bahan kimia yang mempunyai fungsi salah satunya mengankat
lemak dan kotoran atau zat yang memiliki sifat surfaktan. Texapon sudah sangat di
kenal dalam industri pembuatan bahan untuk kebersihan seperti cairan pencuci piring,
cairan pencuci tangan, shampoo dan lain sebagainya. Texapon adalah surfaktan
buatan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sabun cair, sampo, dan
pasta gigi. Texapon disebut juga sodium laurilsulfate (C12H25SO4Na).

Teepol adalah suatu bahan yang biasa digunakan untuk membersihkan kotoran,


bisa juga disebut detergent atau cairan pembersih serbaguna. Teepol merupakan
cairan pembersih yang biasa digunakan untuk membersihkan bahan-bahan yang
terbuat dari porselen atau kaca (glasswares). Namun, teepol juga sering digunakan
untuk bahan campuran produk pembersih. Selain itu, kegunaan Teepol juga sering
untuk membersihkan alat alat laboratorium, peralatan kantor, perhiasan, dan lain lain.
Teepol memiliki rumus molekul Na2CO3.

III. Alat dan Bahan


 BAHAN :

1. Air bersih 250 cc


2. Soda Ash 25 gr
3. Tepol 35 cc
4. Texapone 35 cc
5. Garam NaCl 15 gr
6. Pewangi/parfum secukupnya
7. Pewarna secukupnya
8. Minyak
9. Ethanol
 ALAT
1. Beaker glass 100 ml
2. Beaker glass 400 ml
3. Beaker glass 600 ml
4. Gelas ukur 100 ml
5. Gelas ukur 50 ml
6. Batang pengaduk
7. Spatula
8. Kaca arloji

IV. Skema Kerja

a. Pembuatan sabun cuci piring cair menggunakan Tepol dan Texapone

Ditimbang

Bahan

Dimasukan
Air Bersih 250 cc
Aduk hingga

tercampur

Tepol dan Texapone 35 cc

Aduk hingga

rata

NaOH 25 gram

Aduk hingga

rata

NaCl 15 gram

Masukkan
beberapa
tetes
Lakukan uji
pH

b. Pembuatan sabun cuci piring cair menggunakan Texapone, tepol, minyak


dan etanol.

Ditimbang

Bahan

Dipanaskan
60⁰C
Etanol 100ml dan NaOH 1
gram
Aduk hingga
rata dan
dijaga
Minyak 3 gr dan asam
suhunya
stearate 6 gram

Aduk hingga
tercampur
rata
Tepol dan Texapone 35 cc

Tambahkan
beberapa tetes
pewarna

Lakukan uji
pH
V. Data Pengamatan

 Bahan yang digunakan percobaan I :

1. Air bersih 250 cc


2. Soda Ash 25 gram
3. Tepol 35 cc
4. Texapone 35 cc
5. Garam NaCl 15 gram
6. Pewarna secukupnya

 Bahan yang digunakan percobaan II :

1. Ethanol 100 cc
2. Soda Ash 1 gram
3. Tepol 35 cc
4. Texapone 35 cc
5. Minyak 3 gram
6. Asam Stearate 6 gram
7. Pewarna secukupnya

VI. Pembahasan :
 Abdillah Hilmi
 Anbarwitta Rahminar
 Ardilya Cahyaningtiyas
 Bahan
Pada praktikum kali ini dilakukan untuk mendapatkan sabun cuci
piring cair. Pada praktikum pertama menggunakan tepol 70 cc, air 250 cc,
soda ash 30,1 gram, NaCl 25,47 gram, gliserin, gula, minyak, ethanol dan
pewarna secukupnya. Pada percobaan pertama pembuatan sabun cuci piring
mengalami kegagalan dikarenakan kita mencampurkan bahan yang
seharusnya dipakai untuk membuat sabun transparan dengan bahan untuk
pembuatan sabun cuci piring. Hal ini seharusnya tidak dilakukan karena
komposisi utama sabun transparan menggunakan minyak sedangkan
komposisi utama pembuatan sabun cuci piring menggunakan air aquades,
dimana jika minyak dicampurkan dengan aquadest tidak bakal pernah bersatu.
Juga pada komposisi sabun transparan menggunakan gliserin dimana gliserin
didalam sabun transparan digunakan sebagai bahan untuk memadatkan sabun,
pada pembuatan sabun cuci piring seharusnya tidak memerlukan gliserin
karena bentuk dari sabun cuci piring yaitu cair dan sedikit mengental. Pada
percobaan kedua kita menggunakan tepol 35 cc, air 280 cc, soda ash 12,5
gram, NaCl 7,5 gram, texapone 35 cc dan pewarna secukupnya serta
menambahkan texapone kembali sebanyak 15 cc yang bertujuan penambahan
untuk mengikat lemak dalam sabun dan sebagai penjernih larutan. Sehingga
setelah ditambahkan texapon, sabun yang dihasilkan sudah sempurna
dibandingkan pada percobaan yang sebelumnya.
 Tekstur
Pada praktikum pertama menghasilkan tekstur sabun yang agak encer
dan ada soda ash tetap mengendap tidak tercapur seperti pada percobaan
kedua, dikarenakan kesalahan bahan . Lalu pada waktu pencampuran terlalu
banyak penambahan air dan minyak sehingga tekstur sabun belum sempurna
lalu soda ash tetap mengendap dibawah larutan sabun cuci piring, namun
sabun ini juga mengeluarkan busa saat dicoba tetapi pada rasa saat dicoba
ditangan tekstur sabun terasa sangat basa, hal itu dikarenakan sabun ini
bercampur bahan yang sifatnya basa seperti soda ash, texapone, dan juga tepol
. Pada percobaan kedua , sabun yang dihasilkan sudah sempurna
dibandingkan pada percobaan yang sebelumnya dikarenakan penambahan
texapone, sifat dari texapon adalah kental dan bening. Pada percobaan kedua
sabun memiliki keketalan yang bagus dan memiliki warna biru yang lebih
jernih dibandingkan percobaan sebelumnya. Sehingga busa yang dihasilkan
banyak.
 Hasil
Pada praktikum kali ini untuk mendapatkan sabun cuci piring cair.
Pada praktikum pertama menghasilkan sabun cuci piring yang encer dan
keruh tetapi berbusa ketika digunakan, dan Ph pada hasil sabun cuci piring ini
adalah 9. Pada percobaan kedua menghasilkan sabun cuci piring yang kental
serta jernih hal ini dikarenakan penambahan dari texapone yang menjadikan
kental dan jernih dan dapat membersihkan dengan baik. Ph pada hasil sabun
cuci piring ini adalah 8.
 Dian Fitriah M
Pada percobaan kali ini kami melakukan proses pembuatan sabun cair.
Kami melakukan dua percobaan dengan bahan baku yang berbeda. Pada
percobaan pertama kami menggunakan bahan baku tepol dan texapone
sedangkan percobaan kedua kami menggunakan bahan baku yang hampir
sama seperti percobaan sabun transparan dan percobaan pertama. Pada
percobaan pertama kami menggunakan perbandingan 50:50 untuk tepol dan
texapone, 35 ml tepol, 35 ml texapone, 25 gram NaOH, dan 15 gram NaCl.
Langkah pertama kami memasukkan tepol dan texapone kedalam wadah yang
berisi air sebanyak 250 ml dan diaduk hingga rata. Texapon dalam sabun
berfungsi untuk membentuk busa dan mengangkat kotoran. Pada saat
pengadukan, bahan-bahan tersebut sulit merata/homogen. Hal ini dikarenakan
saat penambahan air dilakukan secara sekaligus. Jika air ditambahkan
sekaligus, akan terjadi kesulitan dalam mencampurkan bahan karena ujung
texapon yang bersifat hidrofob akan sulit untuk berikatan dengan air.
Kemudian kami menambahkan NaOH sedikit demi sedikit kedalam larutan
sambil terus diaduk. Larutan yang tadinya sulit merata/homogen menjadi
mudah dihomogenkan. NaOH berfungsi untuk mempercepat pengangkatan
kotoran. Setelah itu kami menambahkan NaCl sedikit demi sedikit yang
berfungsi sebagai pengental. Semakin banyak NaCl yang ditambahkan maka
semakin kental sabun yang dihasilkan. Tahap terakhir kami menambahkan
pewarna untuk mempercantik produk yang dibuat sehingga terlihat lebih
menarik. Warna yang kami gunakan yaitu merah dan hijau beberapa tetes,
sehingga produk yang kami hasilkan berwarna biru. Hasil dari percobaan ini
mengandung pH 9, yang telah sesuai dengan literature bahwa sabun bersifat
basa memiliki ph antara 8-9. Selain itu hasil percobaan kami jika digunakan
untuk mencuci tidak banyak menghasilkan busa. Hal ini dikarenakan pada
saat pencampuran bahan kami mengaduk terlalu keras, sehingga busa keluar
pada saat pencampuran. Tekstur yang dihasilkan lumayan kental dan hampir
sama seperti sabun cuci piring pada umumnya
Pada percobaan kedua kami menggunakan ethanol 100 ml, minyak 3
gram, NaOH 1gram, asam sterarate 6 gram, 35 ml texapon, dan 35 ml tepol.
Percobaan ini mengalami kegagalan karena tekstur sabun sangat cair dan
terdapat banyak endapan bahan. Hasil dari percobaan ini mengandung PH 12
yang berarti sangat basa. Hal ini dikarenakan kesalahan bahan dan ketidak
teraturan saat praktikum.

 Shilma Ananta

VII. Kesimpulan
1. Reaksi saponifikasi pada proses pembuatan sabun dapat dituliskan
sebagai berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3NaOH -> C3H5(OH)3 + 3NaOOCR

2. Ada begarberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses dari


pembuatan sabun :
1. Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas
tumbukan molekul-molekul reaktan yang bereaksi. Jika
tumbukan antar molekul reaktan semakin besar, maka
kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar pula.
2. Waktu
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin
banyak pula minyak yang dapat tersabunkan, berarti hasil yang
didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi telah mencapai
kondisi setimbangnya, penambahan waktu tidak akan
meningkatkan jumlah minyak yang tersabunkan (Perdana F.K,
2009).

VIII. Daftar Pustaka


1. Wiryowiddagyo, Sumali 2000. "Kimia dan Farmakolog Bahan
Alam" Universitas Indonesia
2. Paul L, George R, Theodore R, 2003. "Liquis Foaming Soap
Compositions", US

Anda mungkin juga menyukai