Makalah Pencemaran Tanah
Makalah Pencemaran Tanah
PENDAHULUAN
Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya
alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang sangat subur
karena berada di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di dalamnya banyak
terdapat gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan permukaan muda
kembali yang kaya akan unsur hara.
Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah
Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa memperhatikan
dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut.
Salah satu diantaranya, penyelenggaraan pembangunan di Tanah Air tidak
bisa disangkal lagi telah menimbulkan berbagai dampak positif bagi masyarakat luas,
seperti pembangunan industri dan pertambangan telah menciptakan lapangan kerja
baru bagi penduduk di sekitarnya. Namun keberhasilan itu seringkali diikuti oleh
dampak negatif yang merugikan masyarakat dan lingkungan.
Pembangunan kawasan industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya
menyebabkan berkurangnya luas areal pertanian, pencemaran tanah dan badan air
yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil/produk pertanian, terganggunya
kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk hidup lain. Sedangkan kegiatan
pertambangan menyebabkan kerusakan tanah, erosi dan sedimentasi, serta
kekeringan. Kerusakan akibat kegiatan pertambangan adalah berubah atau hilangnya
bentuk permukaan bumi(landscape), terutama pertambangan yang dilakukan secara
terbuka (opened mining) meninggalkan lubang-lubang besar di permukaan bumi.
Untuk memperoleh bijih tambang, permukaan tanah dikupas dan digali dengan
menggunakan alat-alat berat. Para pengelola pertambangan meninggalkan areal bekas
tambang begitu saja tanpa melakukan upaya rehabilitasi atau reklamasi.
Dampak negatif yang menimpa lahan pertanian dan lingkungannya perlu
mendapatkan perhatian yang serius, karena limbah industri yang mencemari lahan
pertanian tersebut mengandung sejumlah unsur-unsur kimia berbahaya yang bisa
mencemari badan air dan merusak tanah dan tanaman serta berakibat lebih jauh
terhadap kesehatan makhluk hidup. Berdasarkan fakta tersebut, sangat diperlukan
pengkajian khusus yang membahas mengenai pencemaran tanah beserta dampaknya
terhadap lingkungan di sekitarnya.
BAB II
PENGERTIAN
V.1. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang
tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in situ (atau on-site) dan ex-situ
(atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan
ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan venting (injeksi).
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan
kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah
tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan
di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki
tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian
diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih
mahal dan rumit.
V.2. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk
memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang
beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Hal yang perlu diketahui dalam melakukan remediasi, yaitu:
1. Jenis pencemar (organic atau anorganik),
2. Terdegradasi atau tidak, berbahaya atau tidak,
3. Berapa banyak zat pencemar yang telah mencemari lingkungan tersebut,
4. Perbandingan karbon (C), nitrogen (N), dan fosfat (P),
5. Jenis tanah,
6. Kondisi tanah (basah, kering)
7. Telah berapa lama zat pencemar terendapkan di lokasi tersebut,
8. Kondisi pencemaran (sangat penting untuk dibersihkan segera atau bisa
ditunda).
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Atau bioremediasi adalah
penggunaan mikriirganisme untuk menurangi polutan di lingkungan.
Bioremediasi adalah proses penguraian limbah organik atau anorganik polutan.
Yang termasuk polutan-polutan antara lain :
- Logam-logam berat,
- petrolum hidrokarbon, dan
- senyawa-senyawa organic terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan
lain-lain.
Tujuan bioremediasi adalah untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar
menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan
air). Kelebihan teknologi ini adalah :
1. Relatif lebih ramah lingkungan,
2. Biaya penanganan yang relative lebih murah,
3. Bersifat fleksibel.
Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme
memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan
tersebut, yang disebut dengan biotransformasi. Pada banyak kasus,
biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun
terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi
metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun.
Pendekatan umum untuk meningkatkan kecepatan
biotransformasi/biodegradasi adalah dengan cara :
1. Seeding : mengoptimalkan populasi aktivitas mikroba indigenous
(bioremediasi intrinsic) dan atau penambahan mikroorganisme
exogenous (bioaugmentasi.
2. Feeding : memodifikasi lingkungan dengan penambahan nutrisi
(biostimulasi) dan aerasi (bioventing).
Bioremediasi terbagi 2 :
1. In situ : dapat dilakukan langsung di lokasi tanah tercemar
2. Ex situ : tanah tercemar digali dan dipindahkan ke dalam penampungan
yang lebih terkontrol. Lalu diberi perlakuan khusus dengan memakai
mikroba. Bioremediasi ex-situ bisa lebih cepat dan mudah dikontrol.
Dibanding in-situ, ia pun mampu me-remediasi jenis kontaminan dan jenis
tanah yang lebih beragam.
Ada 4 teknik dasar yang biasa digunakan dalam bioremediasi:
1. Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan
penambahan nutrien, pengaturan kondisi redoks, optimasi pH, dsb.
2. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu
mikroorganisme yang memiliki kemampuan biotransformasi khusus.
3. Penerapan immobilized enzymes.
4. Penggunaan tanaman (phytoremediation) untuk menghilangkan atau
mengubah pencemar.
Kunci sukses bioremediasi adalah :
1. Dilakukan karakterisasi lahan (site characterization) :
a. sifat dan struktur geologis lapisan tanah.
b. lokasi sumber pencemar.
c. perkiraan banyaknya hidrokarbon yang terlepas dalam tanah.
d. sifat-sifat lingkungan tanah : derajat keasaman (pH), temperatur tanah,
kelembaban hingga kandungan kimia yang sudah ada, kandungan
nutrisi, ketersediaan oksigen.
e. mengetahui keberadaan dan jenis mikroba yang ada dalam tanah.
2. Treatability study.
a. Sesudah data terkumpul, kita bisa melakukan modeling untuk menduga
pola distribusi dan tingkat pencemarannya. Salah satu teknik modeling
yang kini banyak dipakai adalah bioplume modeling dari US-EPA. Di
sini, diperhitungkan pula faktor perubahan karakteristik pencemar
akibat reaksi biologis, fisika dan kimia yang dialami di dalam tanah.
b. Rekayasa genetika terkadang juga perlu jika mikroba alamiah tak
memuaskan hasilnya.
c. Treatability study juga akan menyimpulkan apakah reaksi dapat
berlangsung secara aerobik atau anaerobik.
Teknologi genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen”
yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari
gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang
bagaimana mikroba” memodifikasi polutan beracun menjadi tidak
berbahaya.
Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium
dapat lebih efisien dalam mengurangi polutan. Mikroorganisme
rekombinan yang diciptakan dan pertama kali dipatenkan adalah bakteri
"pemakan minyak". Bakteri ini dapat mengoksidasi senyawa hidrokarbon
yang umumnya ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut tumbuh
lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau
bukan yang diciptakan di laboratorium yang telah diujicobakan. Akan
tetapi, penemuan tersebut belum berhasil dikomersialkan karena strain
rekombinan ini hanya dapat mengurai komponen berbahaya dengan jumlah
yang terbatas. Strain inipun belum mampu untuk mendegradasi komponen-
komponen molekular yang lebih berat yang cenderung bertahan di
lingkungan.
Jenis-jenis bioremediasi adalah sebagai berikut:
1. Biostimulasi.
Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke dalam
air atau tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan
aktivitas bakteri remediasi yang telah ada di dalam air atau tanah
tersebut.
2. Bioaugmentasi
Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan
tertentu ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini
yang paling sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di
suatu tempat. Hambatan yang ditemui ketika cara ini digunakan adalah
sangat sulit untuk mengontrol kondisi situs yang tercemar agar
mikroorganisme dapat berkembang dengan optimal. Para ilmuwan
belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang terkait dalam
bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan yang
asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi.
3. Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang
tercemar.
Kelas zat kimia yang sering diolah dengan bioremediasi
menjadi peluang kedepan untuk pengembangan green business yang
berbasis pada teknologi bioremediasi dengan :
1. System One Top Solution (close system).
2. Dengan pendekatan multi-proses remediation technologies, artinya
pemulihan (remediasi) kondisi lingkungan yang terdegradasi dapat
diteruskan sampai kepada kondisi lingkungan seperti kondisi awal
sebelum Kontaminasi ataupun pencemaran terjadi.
Usaha mencapai total grenning program ini dapat dilanjutkan dengan
rehabilitasi lahan dengan melakukan kegiatan phytoremediasi dan
penghijauan (vegetation establishement) untuk lebih efektif dalam
mereduksi, mengkontrol atau bahkan mengeliminasi hasil bioremediasi
kepada tingkatan yang sangat aman lagi buat lingkungan.