Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Istilah hidrokel berasal dari bahasa Yunani, yang berarti pembengkakan yang berisi air
(hidro = air, cele = pembengkakan).2 Saat ini, definisi hidrokel adalah penumpukan cairan yang
berlebihan di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal,
cairan yang berada di dalam rongga ini memang ada dan berada dalam keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh limfatik sekitarnya.1 (Purnomo, 2009). Hidrokel adalah penimbunan
cairan dalam selaput yang membungkus testis,yang menyebabkan pembengkakan lunak pada
salah satu testis. Penyebabnya karena gangguan dalam pembentukan alat genitalia eksternal,
yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam skrotum.
Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan terperangkap di dalam
skrotum sehingga skrotum membengkak
Menurut penelitian Samiadji dkk (1992) 1 dari 10 bayi laki-laki menderita hidrokel. Dan
90 -95% di antaranya, akan menghilang dengan sendirinya dalam tahun pertama kehidupan.5
Sedangkan pada dewasa, insiden hidrokel didapatkan pada 1 dari 100 laki-laki dewasa. Hidrokel
yang muncul saat dewasa biasanya terjadi setelah dekade kedua kehidupan6 (Aryo, 1988).
Anderson (2007) mengemukakan bahwa, ada dua tipe hidrokel testis, yaitu tipe primer
(idiopatik) dan tipe sekunder (didapat). Pada tipe primer, hidrokel terjadi akibat defek kongenital
pada tunika vaginalis testis. Sedangkan untuk tipe sekunder, hidrokel disebabkan oleh iritasi
pada tunika vaginalis testis.3 Jika dilihat dari letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis
ada tiga macam hidrokel yaitu, (1) hidrokel komunikan, (2) hidrokel non-komunikan, dan (3)
hidrokel funikulus.4 (Tanagho, 200).
Pasien dengan hidrokel testis, mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak
nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran skrotum dengan perabaan kistik, fluktuasi
positif, transiluminasi positif, Pada hidrokel komunikan, besarnya kantong dapat berubah-ubah
dan pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis. Sedangkan pada hidrokel non-komunikan
besar kantong hidrokel tidak berubah dan pada palpasi testis tidak dapat teraba. Dan pada
hidrokel funikulus, besarnya tetap dan testis dapat diraba.1,(Purnomo, 2009).

1
Untuk membantu menegakkan diagnosa hidrokel, dapat dilakukan usg skrotal-inguinal.
Dan bila terdapat hidrokel akan didapatkan gambaran masa kistik mengelilingi testis atau di
dalam funikulus.
Kebanyakan di Indonesia hidrokel tidak diperbaiki sampai umur 12-18 bulan, karena 90-
95% dari semua hidrokel pada bayi dapat menghilang secara spontan pada bulan-bulan pertama
kehidupan.(Samiadji dkk,1992)
Namun, Anderson (2007) mengatakan jika hidrokel tidak menghilang secara spontan,atau
makin membesar, dapat dilakukan operasi hidrokelektomi dengan eksisi sesuai cara Winkelman
atau Jaboulay, maupun hidrokelektomi dengan plikasi sesuai cara Lord.3

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Istilah hidrokel berasal dari bahasa Yunani, yang berarti pembengkakan yang berisi air (
hidro = air, cele = pembengkakan).2 Saat ini, definisi hidrokel adalah penumpukan cairan yang
berlebihan di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal,
cairan yang berada di dalam rongga ini memang ada dan berada dalam keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh limfatik sekitarnya.1 (Purnomo, 2009).

2.2 Epidemiologi
Menurut penelitian Samiadji dkk (1992) satu dari sepuluh bayi laki-laki menderita
hidrokel. Dan 90 -95% di antaranya, akan menghilang dengan sendirinya dalam tahun pertama
kehidupan.5
Pada dewasa, insiden hidrokel didapatkan pada satu dari seratus laki-laki dewasa. Hidrokel yang
muncul saat dewasa biasanya terjadi setelah dekade kedua kehidupan6 (Aryo, 1988).

2.3 Embriologi dan proses penurunan testis


 Pembentukan gonad, duktus genitalis, dan genital eksterna primitif (indiferen)
Gonad primitif dibentuk oleh rigi gonad, yang merupakan hasil proliferasi epitel selom
dan pemadatan mesenkim di bawahnya. Pada minggu ke-6 setelah pembuahan, sel-sel benih
primordial datang dan mencapai gonad. Sel-sel benih primordial inilah yang akan menentukan
apakah gonad indiferen primitif ini kelak berkembang menjadi testis (pada pria) atau ovarium
(pada wanita).4
Duktus genitalis primitif terbentuk dari duktus mesonefros dan duktus paramesonefros.
Genital eksterna primitif terbentuk dari sel-sel mesenkim yang bermigrasi ke daerah kloaka pada
minggu ke-3, membentuk lipatan kloaka. Bagian kranial lipatan kloaka disebut tuberkulum
genital (yang nantinya akan berkembang menjadi klitoris pada wanita, atau phallus pada pria).
Selain itu lipatan kloaka terbagi dua menjadi lipatan uretra dan lipatan anus. Membran di antara

3
lipatan uretra disebut membran urogenital, sedang membran di antara lipatan anus
disebut membran analis.4

 Pembentukan sistem genitalis pada pria


1. Pembentukan testis
Kromosom Y yang terdapat pada embrio (pria) akan mengubah gonad primitif
menjadi testis. Ciri khas dari pembentukan testis adalah perkembangan bagian medula yang lebih
pesat dibandingkan dengan bagian korteks yang menghilang. Bagian medula akan berkembang
menjadi tubulus seminiferus, sedangkan di bagian perifernya akan muncul tunika
albuginea, yang merupakan suatu jaringan ikat fibrosa. Selain itu terdapat sel Sertoli (berasal dari
epitel permukaan kelenjar) dan sel Leydig (berasal dari rigi kelamin) pada korda testis. Tubulus
seminiferus akan terhubung ke duktus mesonefros melalui saluran duktus eferens. Kemudian
pada akhir bulan ke-2 akan terjadi perubahan posisi testis menjadi lebih turun (mendekati posisi
phallus/penis). Penyebab penurunan (desensus) testis ini masih belum jelas, namun diperkirakan
perkembangan organ-organ abdomen yang begitu pesat akan mendorong turun testis.4

2. Pembentukan duktus genitalis


Duktus genitalis pada pria terbentuk dari duktus mesonefros, sedangkan duktus
paramesonefros menghilang. Duktus mesonefros akan berhubungan dengan tubulus seminiferus
(testis) melalui duktus eferens, sedangkan bagian duktus mesonefros yang masih melekat di
testis, namun tidak membentuk hubungan dengan testis disebut epididimis. Bagian selanjutnya
dari duktus mesonefros berbentuk panjang dan disebut duktus deferens yang berujung
ke vesikula seminalis. Daerah duktus lain di luar vesikula seminalis disebut duktus
ejakulotorius.4

3. Pembentukan genital eksternal


Pembentukan genital eksternal pria (phallus/penis) merupakan hasil
pemanjangan tuberkulum genital di bawah pengaruh hormon androgen. Lipatan uretra akan
menutup membentuk uretra pars kavernosa,sehingga bagian uretra harus memanjang hingga ke
ujung penis dan keluar melalui orifisium uretra eksternum.4

4
Proses Desensus Testis
Penurunan testis dimulai pada sekitar minggu ke-10. Walaupunmekanismenya belum
diketahui secara pasti, namun para ahli sepakat bahwaterdapat beberapa faktor yang berperan penting, yakni:
faktor endokrin, mekanik(anatomik), dan neural. Terjadi dalam 2 fase yang dimulai sekitar minggu
ke-10kehamilan segera setelah terjadi diferensiasi seksual. Fase transabdominal dan fase inguinoscrotal.
Keduanya terjadi dibawah kontrol hormonal yang berbeda. 4
Fase transabdominal terjadi antara minggu ke-10 dan 15 kehamilan, dimana testis mengalami penurunan
dari urogenital ridge ke regio inguinal. Hal ini terjadi karena adanya regresi ligamentum suspensorium cranialis
dibawah pengaruh androgen (testosteron), disertai pemendekan gubernaculums (ligament yang melekatkan bagian
inferior testis ke-segmen bawah skrotum) di bawah pengaruh MIF. Dengan perkembangan yang cepat
dari region abdominopelvic, maka testis akan terbawa turun ke daerah inguinal anterior. Pada bulan
ke-3kehamilan terbentuk processus vaginalis yang secara bertahap berkembang ke-arah skrotum.
Selanjutnya fase ini akan menjadi tidak aktif sampai bulan ke-7. 4
Fase inguinoscrotal terjadi mulai bulan ke-7 atau minggu ke-28 sampai dengan minggu ke-35
kehamilan. Testis mengalami penurunan dari regioinguinal ke-dalam skrotum dibawah pengaruh hormon
androgen. Mekanismenya belum diketahui secara pasti, namun diduga melalui mediasi pengeluaran calcitonin
gene-related peptide (CGRP). Androgen akan merangsang nervus genitofemoralis untuk mengeluarkan CGRP
yang menyebabkan kontraksi ritmis dari gubernaculum.
Faktor mekanik yang turut berperan pada fase ini adalah tekanan abdominal yang meningkat yang menyebabkan
keluarnya testis dari cavum abdomen, di samping itu tekanan abdomen akan menyebabkan
terbentuknya ujung dari processus vaginalis melalui canalis inguinalis menuju skrotum. Proses penurunan
testis ini masih bisa berlangsung sampai bayi usia 9-12 bulan. 4

A. Anatomi skrotum
Secara anatomis skrotum terdiri atas lapisan-lapisan dari luar ke dalam :
a. Kutis dan subkutis.
b. Tunika dartos.
c. Fascia spermatica eksterna.
d. Fascia dan muskulus kremasterika.

5
e. Tunika vaginalis eksterna.
f. Tunika vaginalis interna.

Dan di dalamnya terdapat testis dan epididimis. Pada linea mediana terdapat raphe
skrotum. Kulit skrotum lebih hitam,berambut jarang, mengandung kelenjar sebasea dan kelenjar
sudorifera, sehingga member bau spesifik. Tunika dartos mengandung serabut-serabut oto polos
dan tidak mengandung lemak. Hubungan dengan kulit sangat erat dan dengan fascia
superfascialis dipisahkan oleh jaringan ikat longgar.
Vaskularisasi skrotum :
A.scrotalis superior merupakan cabang dari arteri pudenda externa superfascialis yang kemudian
menyilang funikulus spermatikus di sebelah depan, untuk kemudian bercabang dua menjadi rami
penis dan rami scrotalis anterior.
A.scrotalis posterior/ lateralis posterior merupakan cabang dari arteri pudenda interna.
Persarafan skrotum :
N. scrotalis anterior merupakan cabang dari N. Genitofemoralis.
N. scrotalis posterior merupaka cabang dari N. Pudenda Interna.
Sistem limfatik skrotum mengikuti jalannya arteri skrotalis anterior dan arteri skrotalis posterior.6

6
Adapun organ-organ yang terdapat di dalam skrotum yaitu :
 Testis
Testis merupakan gonad laki-laki yang dapat memproduksi sperma dan hormone reproduksi
(testosterone). Testis berada didalam skrotum dan digantung oleh spermatic cord. Testis sebelah
kiri cenderung lebih rendah.Permukaan testis dilapisi oleh lapisan visceral tunika vaginalis
kecuali bagian testis yang menempel dengan epididimis dan spermatic cord. Testis mempunyai
lapisan luar berupa fibrosa yang kuat yag disebut tunika albuginea. Tunika albuginea akan
menebal membentuk mediastinum testis dan akan memanjang membentuk septa. Septa
membatasi lobula yang berada didalam testis. Testis dibagi menjadi 200-300 lobula, yang
masing-masing lobula tersebut berisi 1-3 tubula seminiferous. Setiap tubula mempunyai panjang

7
sekitar 62 cm yang menggulung dan tersusun secara padat di dalam testis. Bagian posterior
tubula terhubung dengan plexus yang masuk ke dalam rete testis yang kemudian akan penetrasi
kedalam tunika albuginea di bagian atas testis. Setelah itu menuju bagian head epididimis yang
dibentuk oleh duktus eferen. Duktus eferen berfusi untuk membentuk satu tuba yang akan
membentuk body dan tail epididimis.
Vaskularisasi:
- Arteri : berasal dari abdominal aorta yang akan bercabang menjadi arteri testicular. Arteri
tersebut akan bercabang dan berhubungan dengan arteri duktus deferen.
- Vena : membentuk pampiniform plexus dari bagian anterior duktus deferens dan
mengelilingi testis. Pampiniform plexus berfungsi sebagai thermoregulatory, yaitu penjaga
temperatur testis agar konstan. Vena testicular kanan akan menuju vena kava inferior, sedangkan
vena testicular kiri akan masuk ke vena renal kiri.

 Epididimis
Merupakan struktur per[anjangan dari bagian posterior testis. Duktus eferen yang berasal dari
testis memindahkan sperma yang baru dibuat menuju epdidimis. Epididimis dibentuk oleh
duktus epididimis yang kecil dan melilit secara padat. Saluran tersebut akan menjadi lebih kecil
ketika melalui bagian atas epididimis (head of epididimis). Epididimis berfungsi sebagai tempat
pematangan, penyimpanan dan sekresi

Epididimis terbagi menjadi 3 bagian yaitu:

- Head of epididymis : dibentuk oleh lobule yang berisi 12—14 duktus eferen.

- Body of epididymis

- Tail of Epididymis : bagian epididimis yang akan menu vas deferens.

 Duktus deferens

Merupakan perpanjangan saluran epididimis. Duktus deferens:

 Mempunyai dinding otot yang tebal dengan lumen yang halus sehingga memberikan
struktur yang kuat.
 Dimulai dari bagian tail of epididimis yang terletak di ujung bawah testis

8
 Merupakan komponen utama spermatic cord
 Masuk ke dinding anterior abdomen melalui inguinal canal
 Berakhir dengan menyatu dengan duktus vesika seminalis untuk membentuk duktus
ejakulatori
 Bagian ujung duktus deferens akan membesar yang disebut Ampulla.

Vaskularisasi:

 Arteri : berasal dari arteri vesical superior yang akhirnya akan menyatu dengan arteri
testicular.
 Vena: berasal dari vena testicular, termasuk plexus pampiniform. Bagian ujungnya
menuju vena vesicular plexus atau vena prostatic plexus.

2.4 Klasifikasi & Etiologi


Berdasarkan etiologinya, hidrokel dibagi menjadi dua, yaitu : 3
1. Primer (idiopatik) :
Tipe ini dapat disebabkan karena : (1) belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis,
sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2) belum
sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum, dalam melakukan reabsorbsi cairan
hidrokel.
2. Sekunder (didapat) :
Pada tipe ini penyebabnya adalah kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan
terganggunya sistem sekresi dan reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan yang
mungkin terjadi antara lain, tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis.

Jika dilihat dari letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis ada tiga macam hidrokel,
yaitu :
1. Hidrokel komunikan,
Terjadi karena prosesus vaginalis yang masih terbuka, sehingga membawa cairan
peritoneum masuk ke tunika vaginalis testis. Terdapat hubungan antara hidrokel dengan
rongga abdomen.

9
2. Hidrokel non-komunikan,
Terjadi karena akumulasi cairan pada tunika vaginalis testis, tanpa adanya hubungan
hidrokel dengan rongga abdomen
.
3. Hidrokel funikulus.4 (Tanagho, 2000).
Hidrokel yang disebabkan oleh penumpukan cairan pada bagian prosesus vaginalis yang
tidak mengalami obliterasi, tanpa adanya hubungan dengan rongga abdomen dan tunika
vaginalis testis.

2.5 Patofisiologi
Prosesus vaginalis yang tidak mengalami obliterasi, akan menyebabkan adanya hubungan
antara tunika vaginalis testis dengan rongga abdomen. Dan akan menyebabkan terkumpulnya
cairan dari rongga abdomen ke dalam tunika vaginalis. Hidrokel ini disebut hidrokel komunikan
atau hidrokel kongenital.2,3
Tunika vaginalis viseralis menutupi epididimis dan melekat pada tunika albugenia testis,
seang tunika vaginlis parietalis membentuk lapisan luarnya. Di antara kedua lapisan tersebeut
terdapat suatu rongga yang disebut cavum vaginalis. Sel-sel endotel dari tunika vaginalis
memproduksi cairan, dimana cairan itu dikeluarkan ke dalam cavum vaginalis. 2,3
Dan cairan ini secara teratur ke direabsorbi oleh sistem vena dan limfatik di sekitar
funiculus spermaticus. Secara biologis, cairan serosa di dalam cavum vaginalis selalu berubah
secara tetap, karena terdapatnya keseimbangan antara sekresi dan reabsorbsi. Proses obliterasi

10
kadang-kadang tidak terjadi secara sempurna, sehingga terdapat pengumpulan cairan disekitar
funiculus spermatikus atau yang sering disebut hidrokel funikulus. 2,3,4
Proses patologis yang terjadi pada funiculus spermaticus epididimis dan testis dapat
mengakibatkan gangguan keseimbangan tersebut. Produksi cairan menjadi berlebihan dan
kegagalan reabsorbsinya akan menyebabkan timbunan cairan yang berlebihan di dalam cavum
vaginalis sehingga terjadi hidrokel. 2,3

2.6 Diagnosa
 Anamnesa dan pemeriksaan fisik
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistik dan pada pemeriksaan
inspeksi menunjukkan adanya transiluminasi.
Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit
melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan USG.

Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam
hidrokel, yaitu (1) hidrokel testis, (2) hidrokel funikulus, dan (3) hidrokel komunikan.
Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada
saat melakukan koreksi hidrokel.

Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat
diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.

Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial
dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada
anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.

Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga
peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis, kantong
hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar.5

11
2.7 Pemeriksaan penunjang
1. Transiluminasi
Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya menemukan massa
skrotum..Dilakukan didalam suatu ruang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi
pembesaran skrotum . Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak
dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga
yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel .
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan membantu
melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal (varikokel) dan
kemungkinan adanya tumor. 4,5

2.8 Diagnosa Banding


Selain hidrokel testis, adanya pembesaran skrotum tanpa disertai rasa nyeri dapat terjadi
karena :
A. Hernia
Isi benjolan terkadang dapat masuk ke dalam rongga abdomen, bila dilakukan auskultasi
dapat terdengar bising usus, transiluminasi (-).
B. Spermatokel
Benjolan terletak di epididimis dan melekat ke testis.
C. Hematokel
Ada riwaya trauma sebelumya, ada bekas trauma / lesi di sekitar benjolan.
D. Varikokel
Inspeksi dan papasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing-cacing di dalam kantung
yang berada di sebelah kranial testis.
E. Tumor testis
Pembesaran skrotum teraba lebih padat, permukaan tidak rata, kemungkinan terdapat
pembesaran kelenjar getah bening.3,4

12
2.9 Komplikasi

Jika tidak ditangani dengan tepat, hidrokel dapat menyebabkan komplikasi, antara lain :

A. Kompresi pada peredaran darah testis


B. Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan
hidrokelpermagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga
menimbulkan atrofi testis.
C. Perdarahan yang disebabkan karena trauma dan aspirasi
D. Sekunder Infeksi

2.10 Penatalaksanaan

Hidrokel biasanya tidak berbahaya dan pengobatan biasanya baru dilakukan jika
penderita sudah merasa terganggu atau merasa tidak nyaman atau jika hidrokelnya
sedemikian besar sehingga mengancam aliran darah ke testis. 2,3

Pengobatannya bisa berupa aspirasi (pengisapan cairan) dengan bantuan sebuah


jarum atau pembedahan. Tetapi jika dilakukan aspirasi, kemungkinan besar hidrokel
akan berulang dan bisa terjadi infeksi. Setelah dilakukan aspirasi, bisa disuntikkan zat
sklerotik tetrasiklin,natrium tetra desil sulfat atau urea) untuk menyumbat/menutup
lubang di kantung skrotum, sehingga cairan tidak akan tertimbun kembali. Cairan
sklerotik akan menyebabkan mukosa menjadi kering dan terjadi perlengketan.

Hidrokel yang berhubungan dengan hernia inguinalis harus diatasi dengan


pembedahan sesegera mungkin.

Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan
harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri, tetapi jika
hidrokel masih tetap ada atau bertambah
besar_perlu_dipikirkan_untuk_dilakukan_koreksi. Beberapa indikasi untuk melakukan
:2,3,4
operasi pada hidrokel adalah

13
A. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah,
B. Indikasi kosmetik
C. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam
melakukan aktivitasnya sehari-hari.
D. Tindakan pembedahan berupa hidrokelektomi. Pengangkatan hidrokel bisa
dilakukan anestesi umum ataupun regional (spinal).

Secara singkat tehnik dari hidrokelektomi dapat dijelaskan sebagai berikut:

• Dengan pembiusan regional atau umum.

• Posisi pasien terlentang (supinasi).

• Desinfeksi lapangan pembedahan dengan larutan antiseptik.

• Lapangan pembedahan dipersempit dengan linen steril.

• Insisi kulit pada raphe pada bagian skrotum yang paling menonjol lapis demi lapis
sampai tampak tunika vaginalis.

• Dilakukan preparasi tumpul untuk meluksir hidrokel, bila hidrokelnya besar sekali

dilakukan aspirasi isi kantong terlebih dahulu.

• Insisi bagian yang paling menonjol dari hidrokel, kemudian dilakukan:

 Teknik Jaboulay: tunika vaginalis parietalis dimarsupialisasi dan bila diperlukan


diplikasi dengan benang chromic cat gut.

14
 Teknik Lord: tunika vaginalis parietalis dieksisi dan tepinya diplikasi dengan
benang chromic cat gut. Luka operasi ditutup lapis demi lapis dengan benang
chromic cat gut.

Pada bayi dan anak-anak, hidrokel seringkali disertai dengan hernia inguinalis, sehingga
penatalaksanaan yang tepat adalah dengan melakukan herniotomi, dengan melakukan
ligasi pada prosesus vaginalis seproksimal mungkin.Dan dapat juga dilakukan operasi
dengan teknik Window dengan melakukan insisi pada skrotum dengan bentuk seperti ini
:

15
Komplikasi pasca bedah ialah perdarahan dan infeksi luka operasi. Pada hidrokel
sekunder, penyebab yang mendasari terjadinya hidrokel harus ditangani dengan tepat.,
misalnya pada hidrokel karena infeksi baktei,pasien harus diberi terapi antibiotic. 2,3,4,5

16
BAB III

KESIMPULAN

Hidrokel Testis adalah penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan


parietalis dan visceralis tunika vaginalis yang sebagian besar kasus ditemukan pada
anak-anak usia 0-12 bulan dan jarang pada dewasa.Mekanisme terjadinya hidrokel testis
pada anak yaitu belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis dan belum
sempurnanya sistem limfatik dalam reabsorbsi, sedangkan pada dewasa disebabkan oleh
factor idiopatik dan adanya kelainan pada testis atau epididimis.

Diagnosis Hidrokel Testis ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,


pemeriksaan penunjang berupa USG. Penatalaksanaan Hidrokel Testis terbagi menjadi
observasi untuk anak usia 0-12 bulan, aspirasi dan tindakan operatif yang ditinjau dari
factor usia dan risiko terjadinya rekurensi. Hidrokel testis dapat menimbulkan
komplikasi berupa kompresi peredaran darah testis, atrofi testis, perdarahan, dan
sekunder infeksi.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Sadler T. Langman’s medical embryology. New York: Lippincott Williams and Wilkins;
2006. p. 272-310.

2. Purnomo BB. Dasar - dasar urologi. Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto; 2003.h.137-40.

3. Schneck FX, Bellinger MF. Abnormalities of the testes and scrotum and their surgical management.
Dalam: Walsh PC. Campbellµs Urology Vol 1. 8thedition.Philadelphia: WB Saunders
Company. 20003. Tanagho EA, Nguyen HT.

4. Embriology of the Genitourinary System. Dalam:Tanagho EA, McAninch JW. Smith’s


General Urology. Edisi 17. California:The McGraw Hill companies; 2000. h.23-45.

5. http://bedahurologi.wordpress.com/2008/06/21/varikokel

6. http://www.urology-textbook.com/testis-anatomy.html

18

Anda mungkin juga menyukai