Lotus Birth
Lotus Birth
id/2012/06/lotus-
birth.html
Selasa, 26 Juni 2012
LOTUS BIRTH
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Plasenta merupakan sumber darah bagi bayi yang banyak mengandung sel-sel induk,
besi, oksigen, hormon dan enzim-enzim. Sepertiga dari total suplai darah pada bayi berasal
Ketika bayi baru lahir, sesaat kemudian tali pusat akan segera diklem pada dua tempat
dan kemudian akan dipotong diantara keduanya. Dan dalam hitungan menit kemudian,
plasenta ikut lahir. Itulah prosedur persalinan yang sesuai dengan standar asuhan persalinan
normal yang selalu kita aplikasikan hingga pada saat ini. Namun, ada fenomena yang disebut
lotus birth. Lotus birth ini adalah proses persalinan tanpa mengklem tali pusat seperti yang
biasa di lakukan, apalagi sampai memotong tali pusat, dan tali pusat ini dibiarkan sendiri
Negara perintis Lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth
dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang terbuka
akibat pemotongan pada tali pusat. Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu fenomena yang
baru, tapi penundaan pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku
Aborigin Australia jauh sebelumnya. Dan keputusan Lotus birth serta dampak fisiologis yang
dapat terjadi merupakan tanggung jawab dari klien yang telah memilih dan membuat
masih pro-kontra terhadap metode lotus birth ini, kata dr Frans O.H. Prasetyadi SpOG.
Kalaupun ada, yang meminta adalah ibu dengan penganut kepercayaan tertentu dan sudah
mengatakan, selama plasenta masih menempel pada ibu, ada aliran darah dari plasenta yang
masuk ke tubuh bayi. Ada sebagian ibu yang beranggapan bahwa kesatuan antara ibu, bayi,
dan plasenta tidak boleh diputus begitu saja. Dianggap ada suatu energi yang menguatkan
bayi bila berdekatan dengan plasentanya. Maka, tali pusat dibiarkan putus sendiri.
Lotus birth sebenarnya juga mempunyai banyak manfaat dan beberapa keuntungan
untuk bayi, seperti jika tali pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga memungkinkan
terjadinya perpanjangan aliran darah ibu ke janin, Bayi tetap berada dekat ibu setelah
kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya waktu yang lebih lama untuk bounding
attachment, pemulihan tali pusat yang cepat (2-3 hari) dibandingkan normalnya jika segera di
potong dan mencegah bayi kehilangan 60 ml darah, yang setara dengan 1200 ml darah orang
dewasa.
Dr. Ramelan lantas menerangkan prosedur lotus birth. Setelah bayi lahir, plasenta
diletakkan di sebuah wadah khusus plasenta. Kemudian ia didekatkan pada bayi. Agar tidak
berbau busuk, plasenta dicuci dengan garam laut atau dioleskan minyak lavender. Jadi, saat
bayi dibersihkan ada petugas yang membawa sekaligus membersihkan plasenta, dan hal ini
Setelah itu, ibu bisa melakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Posisi plasenta juga tak
bisa jauh dari bayi. Tentu dibutuhkan petugas yang membantu mendekatkan posisi plasenta
dengan bayi. Sehingga menjadi tampak repot dan memerlukan banyak tenaga medis, tapi jika
sudah menjadi kemauan klien sendiri diharapkan ayah bayi bersedia membantu membawa
dan merawat plasenta tersebut, dan hal ini bisa berdampak positif karena terjalinnya early
bonding antara ayah dan bayi. Dalam waktu 2-3 hari setelah bayi dilahirkan, plasenta akan
Lepas dari kelebihan dan kelemahan asuhan lotus birth yang telah dikemukakan
seperti diatas, apalagi masalah pro dan kontra penerapannya secara global sampai saat
sekarang ini, kita sebagai bidan dan pendidik tetap harus mengetahui perkembangan ilmu
kebidanan, khususnya pada lotus birth ini, apakah yang dimaksud dengan lotus birth dan
bagaimana asuhan nya, sebagai perbincangan yang tengah hangat dan merupakan evidence
2. TUJUAN
Tujuan Umum
Sebagai syarat untuk memenuhi tugas pengganti Ujian Akhir Semester pada mata kuliah
Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
LOTUS BIRTH
Lotus Birth adalah suatu metode asuhan pada bayi baru lahir dimana tali pusat bayi
tidak dipotong. Setelah bayi lahir, tali pusat yang melekat pada bayi dan plasenta dibiarkan
saja, tanpa dijepit atau dipotong. Tali pusat kemudian akan kering sendiri dan akhirnya lepas
secara alami dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah bayi lahir.
Tali pusat dan plasenta merupakan satu unit dan satu kesatuan.
dan bayi, dan menyatakan dengan jelas (dalam Panduan Praktis Asuhan Persalinan Normal:,
Geneva, Swiss, 1997) “Penundaan Pengkleman (atau tidak sama sekali diklem) adalah cara
fisiologis dalam perawatan tali pusat, dan pengkleman tali pusat secara dini merupakan
Lotus Birth jarang dilakukan di rumah sakit tetapi umumnya dilakukan di klinik dan
rumah bersalin khusus, sehingga proses bonding attachment antara ibu dan bayi dapat
dilakukan, hal ini tentunya bermanfaat bagi ibu dan bayi yang baru lahir.
Karena adanya praktek budaya yang berbeda maka proses pengawetan plasenta
dilakukan dalam berbagai cara yang berbeda. Beberapa orang lebih memilih untuk
menyimpan plasenta sehingga dapat menguburkannya dengan anak di akhir kehidupan anak
tersebut. Sedangkan yang lainnya membiarkan plasenta sampai mengerut dan mengering
secara alami dan kemudian dikuburkan. Salah satu contohnya adalah Orang-orang Igbo di
Nigeria, mereka menguburkan plasenta setelah lahir dan sering menanam pohon diatas
mangkuk atau waskom terbuka atau dibungkus kain, lalu didekatkan dengan bayi. Kain yang
digunakan untuk menutupi plasenta atau wadah yang digunakan harus memungkinkan
terjadinya pertukaran udara, sehingga plasenta mendapatkan udara dan mulai mengering serta
tidak berbau busuk. Garam laut sering digunakan untuk mempercepat proses pengeringan
seperti goldenseal, neem, bersama dengan lavender juga digunakan untuk tambahan anti
bacterial.
Apabila tindakan pengeringan plasenta tidak diterapkan dengan baik plasenta akan
memiliki bau yang berbeda, bau tersebut dapat diatasi dengan penanaman plasenta secara
Negara perintis Lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth
dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang terbuka.
Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu fenomena yang baru, tapi penundaan pemotongan
tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku Aborigin Australia. Dan keputusan
Lotus birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi merupakan tanggung jawab dari klien
yang telah memilih dan membuat keputusan untuk asuhan lotus birth ini (informed choncen).
Primatolog Jane Goodall, adalah orang yang pertama kali melakukan studi jangka
Pada hewan Simpanse, yang merupakan mamalia dengan 99% bahan genetik hampir
sama dengan manusia, juga pada prakteknya membiarkan plasenta nya utuh, tidak
merusaknya bahkan memotong. Hal itu dikenal dengan fakta primatologist, dan bayi-bayi
simpanse tersebut mampu hidup dan berkembang dengan sehat, demikian juga dengan
induknya tidak ada masalah. Beberapa praktisi kelahiran teratai simpanse merujuk kepada
Informasi mengenai lotus birth ini juga terdapat dalam ajaran Budha, Hindu, Kristen
serta Yahudi. Di Tibet dan Zen Buddhisme, istilah "kelahiran teratai" digunakan untuk
menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha Gautama dan Padmasambhava (Lien Sen-
hua), menekankan mereka masuk ke dunia sebagai utuh, anak-anak kudus. Kelahiran
referensi teratai juga ditemukan dalam Hinduisme, misalnya dalam kisah kelahiran Wisnu.
Beda bangsa, daerah dan suku beda pula penanganannya terhadap keberadaan ari-ari
atau plasenta yang hadir ketika persalinan terjadi. Dalam dunia pengobatan barat, plasenta
dianggap tidak lebih dari sekedar buangan rumah sakit, tetapi mereka mengakui adanya
penanganan khusus yang diberlakukan di berbagai belahan dunia terhadap plasenta ini.
Diantara suku Navajo Indian barat daya, menjadi suatu kebiasaan untuk menguburkan
plasenta bayi di keempat sudut kuburan keluarga yang dianggap mulia, sebagai suatu
pengikat tanah leluhur dan masyarakat. Sementara suku Maori di Selandia Baru memiliki
tradisi yang sama yaitu menguburkan plasenta di tanah yang masih belum tercemar. Dalam
bahasa asli Maori kata untuk tanah dan plasenta tersebut adalah : whenua (baca: venua).
Suku pedalaman Bolivian Aymara dan Queche meyakini bahwa plasenta memiliki
spirit tersendiri. Karenanya seorang suami atau ayah dari bayi harus memperlakukan plasenta
tersebut dengan mencuci dan menguburkannya pada tempat yang terlindung dan
tersembunyi. Jika ritual tersebut tidak dilakukan secara benar, keyakinan mereka adalah ibu
Suku Ibo di Negiria dan Ghana memperlakukan plasenta sebagai kembaran dari bayi
yang hidup, sementara plasenta tersebut adalah kembaran yang mati. Sehingga harus
dikuburkan dengan ritual tertentu. Lain lagi di Filipina, plasenta dikuburkan dengan berbagai
macam buku oleh ibunya. Ini suatu pengharapan bahwa kelak bayinya akan tumbuh menjadi
anak yang pintar. Kondisi Filipina ternyata tidak berbeda jauh dengan beberapa masyarakat
yang ada di Indonesia, dimana mereka menguburkan plasenta dilengkapi dengan buku, pensil
dengan maksud agar kelak anak yang dilahirkan tersebut menjadi anak yang pintar.
Ironis lagi di Vietnam dan China plasenta disiapkan untuk dikonsumsi oleh ibu yang
habis melahirkan. Masyarakat china dan Vietnam mempercayai, bahwa ibu yang baru
melahirkan seharusnya merebus sendiri plasenta bayinya, kemudian dijadikan kaldu dan
saudara bayi yang memeliharanya selama kehamilan berlangsung, bahkan tidak jarang
plasenta mendapat perhatian khusus sesuai dengan adat kebiasaaan masyarakat yang berlaku.
Sebagian masyarakat memperlakukan plasenta (ari-ari) dengan tata laksana khusus, sebagai
ungkapan terimakasih karena telah memelihara bayi sampai cukup bulan serta lahir ke dunia.
1. Setelah dibersihkan dimasukkan ke dalam kelapa yang telah di belah, sebagai lambang dunia
dan isinya.
2. Di isi dengan duri-duri, sehingga terhindar dari gangguan, ditambahkan rempah-rempah, dan
3. Di bungkus kain putih dan di tanam di depan rumah, dengan ketentuan sebelah kanan untuk
4. Selama 42 hari selalu di pasang lilin (malam hari), setiap hari plasenta tersebut diberikan
susu juga.
4. Selanjutnya di tanam di depan rumah untuk bayi laki-laki selama 42 hari, dan di belakang
5. Sebagian ada yang membuangnya ke sungai, sehingga bayi ini kelak akan dianggap suka
merantau.
1. Bila bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat berada di sekitar leher bayi (lilitan tali
pusat) cukup di longgarkan dan angkat tali pusat tersebut melewati kepala bayi.
3. Ketika plasenta lahir, tempatkan plasenta pada mangkuk khusus di dekat ibu.
4. Tunggu transfusi penuh darah secara alami dari pusat ke bayi sebelum menangani plasenta.
5. Hati-hati dalam mencuci plasenta yaitu dengan cara menggunakan air hangat dan tepuk-
7. Letakkan plasenta pada bahan yang menyerap seperti sebuah popok atau kain kemudian
8. Permukaan plasenta akan berubah setiap hari bahkan lebih cepat jika sering terjadi
rembesan. Alternatif lain untuk mempercepat pengeringan plasenta yaitu dengan menaburkan
12. Meminimalisir pergerakan bayi, khususnya pada bagian daerah didekat tali pusat.
1. Tali pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga memungkinkan terjadinya perpanjangan aliran
2. Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benar-benar dapat
3. Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah lahir.
4. Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya waktu yang
5. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk terlepasnya tali pusat bila tali pusat dipotong segera
ketika lahir adalah 8-9 hari, ketika berhenti berdenyut 6-7 hari, dan jika dibiarkan secara
6. Dr Sarah Buckley mengatakan : bayi akan menerima tambahan 50-100 ml darah yang
dikenal sebagai transfusi placenta. Darah transfuse ini mengandung zat besi, sel darah merah,
keping darah dan bahan gizi lain, yang akan bermanfaat bagi bayi sampai tahun pertama
kehidupannya. Hilangnya 30 ml darah ke bayi baru lahir adalah setara dengan hilangnya 600
ml darah untuk orang dewasa. Asuhan persalinan umum dengan pemotongan tali pusat
sebelum berhenti berdenyut memungkinkan bayi baru lahir kehilangan 60 ml darah, yang
4. Membutuhkan banyak petugas kesehatan, misalnya bayi di mandikan harus ada petugas yang
5. Memerlukan perawatan ekstra pada plasenta agar tidak membusuk dan berbau tidak sedap.
Hanya karena tali pusat telah berhenti berdenyut tidak berarti tali pusat menjadi tidak
berguna lagi. Ada yang masih mengalir ke dalam darah bayi. Setelah mencapai volume darah
optimal pada bayi, sisa dari jaringan akan menutup secara aktif. Penutupan semua jaringan
tidak terjadi ketika tali pusat tampak berhenti berdenyut. Tali pusat dapat terus berdenyut
Setiap ibu memiliki alasan dan pendapat sendiri. Berikut ini adalah beberapa alasan
1. Ibu dan keluarga tidak ingin memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong tali
pusat.
2. Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan penolong
4. Asumsi ibu bahwa dapat menjamin bayi mendapatkan volume darah optimal dan spesifik
5. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum sebagai masa
bertemu bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu hingga
9. Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali pusat.
10. Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem tertutup antara
plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)
11. Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut bayi (adanya luka
membutuhkan waktu untuk penyembuhan. sedangkan jika tidak ada luka, waktu
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Lotus Birth adalah suatu metode asuhan pada bayi baru lahir dimana tali pusat bayi
tidak dipotong. Setelah bayi lahir, tali pusat yang melekat pada bayi dan plasenta dibiarkan
saja, tanpa dijepit atau dipotong. Tali pusat dan plasenta merupakan satu unit dan satu
kesatuan. Tali pusat kemudian akan kering sendiri dan akhirnya lepas secara alami dari
umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah bayi lahir.
Negara perintis Lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth
dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang terbuka.
Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu fenomena yang baru, tapi penundaan pemotongan
tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku Aborigin Australia. Dan keputusan
Lotus birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi merupakan tanggung jawab dari klien
yang telah memilih dan membuat keputusan untuk asuhan lotus birth ini (informed choncen).
Sedangkan di Negara Indonesia sendiri asuhan bayi dengan lotus birth belum dapat di
aplikasikan, selain terkait dengan pro dan kontra penerapannya juga terkendala dengan
SARAN
1. Karena lotus birth adalah suatu ilmu yang baru di harapkan kita sebagai seorang bidan dapat
2. Diharapkan nanti penerapan dengan metode lotus birth ini dapat dilakukan di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.lotusfertility.com/Lotus_Birth_Q/Lotus_Birth_QA.html
http://www.purebirth-australia.com/lotusbirth/lotusbirth.html
http://www.healthypages.co.uk/newsitem.php
http://www.breastfeeding.com/helpme/lotus_birth.html
http://www.womenofspirit.asn.au/LotusBirthText.htm
http://murdani29.blogspot.co.id/2013/04/lotus-birth.html
Minggu, 28 April 2013
LOTUS BIRTH
Lotus birth adalah proses melahirkan bayi dengan tetap membiarkan tali
pusat terhubung dengan plasenta selama beberapa hari. Jadi tali pusat dan
plasenta yang menempel di pusar bayi tidak langsung dipotong usai ibu bersalin
namun dibiarkan mengering sendiri dan lalu terputus sendiri biasanya sampai 3
hari.
Melahirkan dengan metode lotus birth mulai di lirik ibu-ibu hamil karena
dianggap lebih alami dan membuat bayi memiliki kekebalan tubuh lebih tinggi.
Namun secara ilmu kedokteran, metode ini masih dianggap kontroversi karena
belum terbukti secara ilmiah. Kelahiran Lotus jarang dipraktekkan di rumah
sakit, tetapi lebih sering terjadi di pusat-pusat kelahiran dan kelahiran di rumah.
Namun di dunia kedokteran, metode ini masih dianggap kontroversial dan belum
ada penelitiannya secara ilmiah. Metode lotus birth dapat menambah kekebalan
tubuh pada bayi yang baru lahir. Dengan lotus birth, bayi diharapkan
mendapatkan lebih banyak darah yang mengandung oksigen, nutrisi dan antibodi.
Metode lotus birth diyakini dapat menambah kekebalan tubuh pada bayi
yang baru lahir. Dengan lotus birth, bayi diharapkan mendapatkan lebih banyak
darah yang mengandung oksigen, makanan dan antibodi. Plasenta bisa
memproduksi antibodi hanya bila masih berada di dalam tubuh ibu. Secara medis
metode ini belum terbukti secara ilmiah manfaatnya dan kurang bisa
dipertanggungjawabkan. Metode ini belum dapat diterima secara medis dan
belum bisa dipraktikkan di rumah sakit. Terlebih belum ada penelitian yang
membuktikannya aman untuk ibu dan bayi
sumber gambar: wikipedia. Lotus Birth dan water birth
Secara persalinan normal, ketika bayi baru lahir maka tali pusar langsung
diklem (dijepit) dan dipotong, sehingga terpisah dari plasenta atau ari-ari.
Sedangkan bila melahirkan dengan metode lotus birth, tali pusar tidak akan
diklem sehingga masih ada hubungan antara plasenta dan bayi. Plasenta dibiarkan
terhubung dengan bayi hingga akhirnya kering dan puput (terlepas) dengan
sendirinya dalam 3-4 hari. Kelebihan cairan yang keluar dari plasenta, yang
kemudian ditempatkan dalam sebuah mangkuk terbuka atau dibungkus kain
permeabel dan disimpan di dekat bayi yang baru lahir. Air dialirkan di sekitar
plasenta untuk mengeringkannya, dan untuk menghindari berbau busuk yang
terjadi
Biasanya untuk menghilangkan bau, plasenta yang sudah ditempatkan di
dalam baskom atau mangkok besar dibiarkan kering dan diberi garam, bunga atau
rempah-rempah yang mengeluarkan wewangian seperti lavender herbal, bubuk,
seperti goldenseal atau neem. Pemberian tersebut diharapkan
untuk mempercepat pengeringan, untuk menetralkan bau dekomposisi, dan sifat
antibakteri. Melahirkan dengan metode ini dipercaya dapat mencegah bayi
kekurangan zat besi dan membuat bayi memiliki kekebalan tubuh yang tinggi,
karena diklaim darah yang masih mengalir dari plasenta dapat memberikan
tambahan oksigen, makanan dan antibodi untuk si bayi.
Budaya Lotus Birth sudah lama dilakukan di Tibet dan Zen Buddhisme
untuk menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha Gautama dan
Padmasambhava (Lien-hua Sen). Kepercayaan ini menganalogkan mereka masuk ke
dunia secara utuh sebagai anak-anak kudus. Referensi untuk kelahiran itu juga
ditemukan dalam Hinduisme termasuk di daerah Bali atau suku Aborigin seperti
kung, misalnya dalam kisah kelahiran Wisnu.
Perintis awal Amerika, dalam buku harian yang ditulis dan surat, dilaporkan
berlatih nonseverance dari umbilikus sebagai tindakan pencegahan untuk
melindungi bayi dari infeksi luka terbuka.
Praktek kesehatan ini pertama kali di dunia Barat dipopulerkan oleh
Jeannine Parvati Baker, penulis buku pertama tentang yoga prenatal di prenatal
yoga in the West, Prenatal Yoga & Natural Childbirth. BNuku itu menggambarkan
pengalaman persalinannya sendiri sebanyak dua kali. Proses persalinan tersebut
diilhami nilai yoga ahimsa serta yoga pengajaran inti yang melekat dalam proses
ikatan primal
Pada 1990-an, Sarah Buckley MD, seorang dokter keluarga Australia
melaporkan pengasuhan untuk majalah Mothering, menerbitkan kisah-kisah
kelahiran pribadinya dalam Lahir teks Lotus, dia telah menghasilkan banyak
publikasi ilmiah penelitiannya tentang manfaat fisiologis manajemen pasif ketiga
tahap persalinan
Berikut ini adalah beberapa alasan ibu untuk memilih Lotus Birth:
1. Tidak ada keinginan ibu untuk memisahkan plasenta dari bayi dengan cara
memotong tali puast
2. Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang
memungkinkan penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang
tepat.
3. Merupakan suatu penghormatan terhadap bayi dan plasenta.
4. 100% menjamin bahwa bayi mendapatkan volume darah optimal dan spesifik
yang diperlukan bagi bayi.
5. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum
sebagai masa pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian penuh.
6. Mengurangi kematian bayi karena pengunjung yang ingin bertemu bayi.
Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu hingga plasenta
telah lepas.
7. Alasan rohani atau emosional.
8. Tradisi budaya yang harus dilakukan.
9. Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali
pusat.
10. Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem
tertutup antara plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)
11. Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut (adanya luka
membutuhkan waktu untuk penyembuhan.sedangkan jika tidak ada luka, waktu
penyembuhan akan minimal)
Hanya karena tali pusat telah berhenti berdenyut tidak berarti tali pusat
menjadi tidak berguna lagi. Ada yang masih mengalir ke dalam darah bayi.
Setelah mencapai volume darah optimal pada bayi, sisa dari jaringan akan
menutup secara aktif. Penutupan semua jaringan TIDAK terjadi ketika tali pusat
tampak berhenti berdenyut. Tali pusat dapat terus berdenyut sekitar 2 hingga 3
jam.
Langkah-langkah dilakukannya lotus birth
Beberapa hal yang dilakukan dalam Lotus Birth diantaranya :
1. Bila bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat berada sekitar leher
bayi, cukup angkat tali tersebut.
2. Tunggu lahirnya plasenta secara alami.
3. Ketika plasenta lahir, tempatkan pada mangkuk di dekat ibu.
4. Tunggu transfusi penuh darah dari pusat ke bayi sebelum menangani plasenta.
5. Hati-hati dalam mencuci plasenta yaitu dengan menggunakan air hangat dan
tepuk-tepuk sampai kering.
6. Tempatkan plasenta di tempat yang kering dan agak menyerap (bisa Underpad)
7. Letakkan plasenta pada bahan yang menyerap seperti sebuah popok atau kain
kemudian letakkan dalam tas plasenta. Permukaan plasenta akan berubah setiap
hari bahkan lebih cepat jika sering terjadi rembesan. Alternatif lain untuk
mempercepat pengeringan plasenta yaitu dengan menaburkan garam pada bagian
plasenta.
8. Gendong bayi dan beri makan sesuai kebutuhannya.
9. Pakaikan bayi menggunakan pakaian yang longgar.
10. bayi dapat dimandikan seperti biasa, biarkan plasenta bersamanya.
11. Meminimalisir pergerakan bayi.
Home » Asuhan Kebidanan Persalinan » KELAHIRAN LOTUS (LOTUS BIRTH)
Plasenta merupakan toko darah bagi bayi yang mengandung sel-sel induk, besi, oksigen, hormon dan
enzim. 1/3 dari total suplai darah bayi berasal dari plasenta yang dialirkan melalui tali pusat.
Plasenta yang baru dilahirkan biasanya mengeluarkan cairan, pada kelahiran Lotus, cairan itu di
tampung dan disimpan di dalam waskom atau mangkuk, selanjutnya didekatkan pada bayi. Kain
yang digunakan untuk menutupi plasenta haruslah memungkinkan terjadinya pertukaran udara,
sehingga plasenta tidak berbau busuk dan menjadi kering. Ada yang menggunakan garam laut untuk
mempercepat proses pengeringan plasenta. Kadang-kadang ada yang mengoleskan minyak esensial,
seperti lavender atau bubuk tumbuh-tumbuhan seperti goldenseal, neem, dicampurkan dengan
lavender sebagai anti bakteri. Kalau pengeringan plasenta tidak dilakukan secara baik, maka plasenta
akan mengeluarkan bau tidak sedap. Bau tersebut dapat diatasi dengan penanaman plasenta secara
langsung atau didinginkan (menyimpan dalam lemari es) setelah minggu pertama pasca persalinan.
Kelahiran Lotus jarang dilakukan di rumah sakit. Lebih sering terjadi pada persalinan di rumah dan
pusat-pusat kelahiran Lotus.
Primatolog Jane Goodall, adalah orang pertama untuk melakukan apapun studi jangka panjang dari
simpanse di alam bebas Pada hewan Simpanse, yang merupakan mamalia dengan 99% bahan
genetik hampir sama dengan manusia, juga pada prakteknya membiarkan plasenta utuh, tidak
merusaknya bahkan memotongnya. Hal itu dikenal dengan fakta primatologis. Beberapa praktisi
kelahiran teratai simpanse merujuk kepada praktek sebagai latihan alami bagi manusia juga.
Informasi mengenai lotus birth ini terdapat dalam ajaran Budha, Hindu, Kristen serta Yahudi.
Di Tibet dan Zen Buddhisme, istilah "kelahiran teratai" digunakan untuk menggambarkan para guru
spiritual seperti Buddha Gautama dan Padmasambhava (Lien Sen-hua), menekankan mereka masuk
ke dunia sebagai utuh, anak-anak kudus. Kelahiran referensi teratai juga ditemukan dalam
Hinduisme, misalnya dalam kisah kelahiran Wisnu.
Sampai sekarang belum ada penelitian lebih lanjut mengenai penyakit kuning dan kehilangan berat
badan bayi karena tindakan Lotus birth.
Diantara suku Navajo Indian barat daya, menjadi suatu kebiasaan untuk menguburkan plasenta bayi
di keempat sudut kuburan keluarga yang dianggap mulia, sebagai suatu pengikat tanah leluhur dan
masyarakat . Sementara suku Maori di Selandia Baru memiliki tradisi yang sama yaitu menguburkan
plasenta di tanah yang masih belum tercemar. Dalam bahasa asli Maori kata untuk tanah dan
plasenta tersebut adalah :whenua (baca: venua).
Suku pedalaman Bolivian Aymara dan Queche meyakini bahwa plasenta memiliki spirit tersendiri.
Karenanya seorang suami harus memperlakukan plasenta tersebut dengan mencuci dan
menguburkannya pada tempat yang terlindung dan tersembunyi. Jika ritual tersebut tidak dilakukan
secara benar, keyakinan mereka adalah ibu atau bayi akan menjadi sakit atau bahkan mati.
Suku Ibo di Negiria dan Ghana memperlakukan plasenta sebagai kembaran dari bayi yang hidup,
sementara plasenta tersebut adalah kembaran yang mati. Sehingga harus dikuburkan dengan ritual
tertentu. Lain lagi di Filipina, plasenta dikuburkan dengan berbagai macam buku oleh ibunya. Ini
suatu pengharapan bahwa kelak bayinya akan tumbuh menjadi anak yang pintar . Kondisi Filipina
ternyata tidak berbeda jauh dengan beberapa masyarakat yang ada di Indonesia, dimana mereka
menguburkan plasenta dilengkapi dengan buku, pensil dengan maksud agar kelak anak yang
dilahirkan tersebut menjadi anak yang pintar.
Ironis lagi di Vietnam dan China plasenta disiapkan untuk dikonsumsi oleh ibu yang habis
melahirkan. Masyarakat china dan Vietnam mempercayai, bahwa ibu yang baru melahirkan
seharusnya merebus sendiri plasenta bayinya, kemudian dijadikan kaldu dan meminumnya untuk
memperbaiki kualitas ASI nya. Sementara di nusantara Indonesia, Ari-ari atau plasenta sering
dianggap sebagai saudara bayi yang memeliharanya selama kehamilan berlangsung, bahkan tidak
jarang plasenta mendapat perhatian khusus sesuai dengan adat kebiasaaan masyarakat yang
berlaku. Sebagian masyarakat memperlakukan plasenta (ari-ari) dengan tatalaksana khusus, sebagai
ungkapan terimakasih karena telah memelihara bayi sampai cukup bulan serta lahir ke dunia.
1. Setelah dibersihkan dimasukkan ke dalam kelapa yang telah di belah, sebagai lambang dunia
dan isinya.
2. Diisi duri-duri, sehingga terhindar dari gangguan, ditambahkan rempah-rempah, dan diberi
wewangian agar harum dan tidak berbau.
3. Di bungkus kain putih dan di tanam di depan rumah; sebelah kanan untuk laki-laki,
sedangkan sebelah kiri untuk perempuan.
4. Selama 42 hari selalu di pasang lilin (malam hari), setiap hari ari-ari tersebut diberikan susu
juga.
1. Ibu dan keluarga tidak ingin memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong tali
pusat.
2. Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan penolong
persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat.
3. Penghormatan terhadap bayi dan plasenta.
4. Asumsi ibu bahwa dapat menjamin bayi mendapatkan volume darah optimal dan spesifik
yang diperlukan bagi bayi.
5. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum sebagai masa
pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian penuh.
6. Mengurangi angka kesakitan bayi akibat infeksi nosokomial dari pengunjung yang ingin
bertemu bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu hingga
plasenta telah lepas.
7. Alasan rohani atau emosional.Tradisi budaya yang harus dilakukan.
8. Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali pusat.
9. Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem tertutup antara
plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)
10. Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut (adanya luka
membutuhkan waktu untuk penyembuhan.sedangkan jika tidak ada luka, waktu
penyembuhan akan minimal)
1. Tali pusat dibiarkan sehingga memungkinkan terjadinya perpanjangan aliran darah ibu ke
janin.
2. Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benar-benar dapat
mulai bernafas sendiri.
3. Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah lahir.
4. Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya waktu
yang lebih lama untuk bounding attachment. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk
terlepasnya tali pusatbila tali pusat dipotong segera, 9,56 hari, ketika berhenti berdenyut
7,16 hari, dan dibiarkan 3,75 hari.
1. Bila bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat berada sekitar leher bayi, cukup angkat
tali tersebut.
2. Tunggu lahirnya plasenta secara alami.
3. Ketika plasenta lahir, tempatkan pada mangkuk di dekat ibu..
4. Tunggu transfusi penuh darah dari pusat ke bayi sebelum menangani plasenta.
5. Hati-hati dalam mencuci plasenta yaitu dengan menggunakan air hangat dan tepuk-tepuk
sampai kering.
6. Tempatkan plasenta di tempat yang kering.
7. Letakkan plasenta pada bahan yang menyerap seperti sebuah popok atau kain kemudian
letakkan dalam tas plasenta.. 8.Gendong bayi dan beri makan sesuai kebutuhannya.
8. Pakaikan bayi menggunakan pakaian yang longgar.
9. bayi dapat dimandikan seperti biasa, biarkan plasenta bersamanya.
10. Meminimalisir pergerakan bayi.
Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.