Anda di halaman 1dari 22

http://syefrinayuwinda.blogspot.co.

id/2012/06/lotus-
birth.html
Selasa, 26 Juni 2012
LOTUS BIRTH

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Plasenta merupakan sumber darah bagi bayi yang banyak mengandung sel-sel induk,

besi, oksigen, hormon dan enzim-enzim. Sepertiga dari total suplai darah pada bayi berasal

dari plasenta yang dialirkan melalui tali pusat.

Ketika bayi baru lahir, sesaat kemudian tali pusat akan segera diklem pada dua tempat

dan kemudian akan dipotong diantara keduanya. Dan dalam hitungan menit kemudian,

plasenta ikut lahir. Itulah prosedur persalinan yang sesuai dengan standar asuhan persalinan

normal yang selalu kita aplikasikan hingga pada saat ini. Namun, ada fenomena yang disebut

lotus birth. Lotus birth ini adalah proses persalinan tanpa mengklem tali pusat seperti yang

biasa di lakukan, apalagi sampai memotong tali pusat, dan tali pusat ini dibiarkan sendiri

hingga terlepas dari bayi secara alami.

Negara perintis Lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth

dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang terbuka

akibat pemotongan pada tali pusat. Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu fenomena yang

baru, tapi penundaan pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku

Aborigin Australia jauh sebelumnya. Dan keputusan Lotus birth serta dampak fisiologis yang

dapat terjadi merupakan tanggung jawab dari klien yang telah memilih dan membuat

keputusan untuk asuhan lotus birth ini (informed choncen).


Persalinan ala lotus birth belum lazim di lakukan di negara Indonesia. Praktisi medis

masih pro-kontra terhadap metode lotus birth ini, kata dr Frans O.H. Prasetyadi SpOG.

Kalaupun ada, yang meminta adalah ibu dengan penganut kepercayaan tertentu dan sudah

mengerti dengan resiko yang telah dijelaskan sebelumnya.

Kepala Subdepartemen Obstetri Ginekologi RSAL, dr Ramelan, Surabaya juga

mengatakan, selama plasenta masih menempel pada ibu, ada aliran darah dari plasenta yang

masuk ke tubuh bayi. Ada sebagian ibu yang beranggapan bahwa kesatuan antara ibu, bayi,

dan plasenta tidak boleh diputus begitu saja. Dianggap ada suatu energi yang menguatkan

bayi bila berdekatan dengan plasentanya. Maka, tali pusat dibiarkan putus sendiri.

Lotus birth sebenarnya juga mempunyai banyak manfaat dan beberapa  keuntungan

untuk bayi, seperti jika tali pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga memungkinkan

terjadinya perpanjangan aliran darah ibu ke janin, Bayi tetap berada dekat ibu setelah

kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya waktu yang lebih lama untuk bounding

attachment, pemulihan tali pusat yang cepat (2-3 hari) dibandingkan normalnya jika segera di

potong dan mencegah bayi kehilangan 60 ml darah, yang setara dengan  1200 ml darah orang

dewasa.

Dr. Ramelan lantas menerangkan prosedur lotus birth. Setelah bayi lahir, plasenta

diletakkan di sebuah wadah khusus plasenta. Kemudian ia didekatkan pada bayi. Agar tidak

berbau busuk, plasenta dicuci dengan garam laut atau dioleskan minyak lavender. Jadi, saat

bayi dibersihkan ada petugas yang membawa sekaligus membersihkan plasenta, dan hal ini

yang menjadi salah satu kerugian metode lotus birth.

Setelah itu, ibu bisa melakukan inisiasi menyusu dini (IMD). Posisi plasenta juga tak

bisa jauh dari bayi. Tentu dibutuhkan petugas yang membantu mendekatkan posisi plasenta

dengan bayi. Sehingga menjadi tampak repot dan memerlukan banyak tenaga medis, tapi jika

sudah menjadi kemauan klien sendiri diharapkan ayah bayi bersedia membantu membawa
dan merawat plasenta tersebut, dan hal ini bisa berdampak positif karena terjalinnya early

bonding antara ayah dan bayi. Dalam waktu 2-3 hari setelah bayi dilahirkan, plasenta akan

putus sendiri (pupak puser).

Lepas dari kelebihan dan kelemahan asuhan lotus birth yang telah dikemukakan

seperti diatas, apalagi masalah pro dan kontra penerapannya secara global sampai saat

sekarang ini, kita sebagai bidan dan pendidik tetap harus mengetahui perkembangan ilmu

kebidanan, khususnya pada lotus birth ini, apakah yang dimaksud dengan lotus birth dan

bagaimana asuhan nya, sebagai perbincangan yang tengah hangat dan merupakan evidence

based dalam dunia kebidanan, kita patut membicarakan nya.

2. TUJUAN

Tujuan Umum

Sebagai syarat untuk memenuhi tugas pengganti Ujian Akhir Semester pada mata kuliah

Asuhan kebidanan dalam KB.

Tujuan Khusus

Dapat mengetahui dan memahami tentang :

1.      Pengertian Lotus Birth dalam asuhan kebidanan

2.      Mengetahui sejarah Lotus Birth

3.      Penghormatan terhadap plasenta di berbagai budaya Negara

4.      Langkah- langkah dalam melakukan proses Lotus Birth

5.      Manfaat atau keuntungan dilakukannya Lotus Birth

6.      Kerugian dilakukannya Lotus Birth

7.      Alasan memilih Lotus Birth

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
LOTUS BIRTH

1. Pengertian Lotus Birth dalam Asuhan Kebidanan

Lotus Birth adalah suatu metode asuhan pada bayi baru lahir dimana tali pusat bayi

tidak dipotong. Setelah bayi lahir, tali pusat yang melekat pada bayi dan plasenta dibiarkan

saja, tanpa dijepit atau dipotong. Tali pusat kemudian akan kering sendiri dan akhirnya lepas

secara alami dari umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah bayi lahir.

Tali pusat dan plasenta merupakan satu unit dan satu kesatuan.

2. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

Menekankan pentingnya penyatuan atau penggabungan pendekatan untuk asuhan ibu

dan bayi, dan menyatakan dengan jelas (dalam Panduan Praktis Asuhan Persalinan Normal:,

Geneva, Swiss, 1997) “Penundaan Pengkleman (atau tidak sama sekali diklem) adalah cara

fisiologis dalam perawatan tali pusat, dan pengkleman tali pusat secara dini merupakan

intervensi yang masih memerlukan pembuktian lebih lanjut.”

Lotus Birth jarang dilakukan di rumah sakit tetapi umumnya dilakukan di klinik dan

rumah bersalin khusus, sehingga proses bonding attachment antara ibu dan bayi dapat

dilakukan, hal ini tentunya bermanfaat bagi ibu dan bayi yang baru lahir.

Karena adanya praktek budaya yang berbeda maka proses pengawetan plasenta

dilakukan dalam berbagai cara yang berbeda. Beberapa orang lebih memilih untuk

menyimpan plasenta sehingga dapat menguburkannya dengan anak di akhir kehidupan anak

tersebut. Sedangkan yang lainnya membiarkan plasenta sampai mengerut dan mengering

secara alami dan kemudian dikuburkan. Salah satu contohnya adalah Orang-orang Igbo di

Nigeria, mereka menguburkan plasenta setelah lahir dan sering menanam pohon diatas

kuburan plasenta tersebut.


Pada Lotus Birth, kelebihan cairan yang dikeluarkan plasenta  disimpan dalam

mangkuk atau waskom terbuka atau dibungkus kain, lalu didekatkan dengan bayi. Kain yang

digunakan untuk  menutupi plasenta atau wadah yang digunakan harus memungkinkan

terjadinya pertukaran udara, sehingga plasenta mendapatkan udara dan mulai mengering serta

tidak berbau busuk. Garam laut sering digunakan untuk mempercepat proses pengeringan

plasenta. Kadang-kadang minyak esensial, seperti lavender, atau bubuk tumbuh-tumbuhan

seperti goldenseal, neem, bersama dengan lavender  juga digunakan untuk  tambahan anti

bacterial.

Apabila tindakan pengeringan plasenta tidak diterapkan dengan baik plasenta akan

memiliki bau yang berbeda, bau tersebut dapat diatasi  dengan penanaman plasenta secara

langsung atau didinginkan setelah minggu pertama pasca persalinan.

3. Sejarah Lotus Birth

Negara perintis Lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth

dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang terbuka.

Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu fenomena yang baru, tapi penundaan pemotongan

tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku Aborigin Australia. Dan keputusan

Lotus birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi merupakan tanggung jawab dari klien

yang telah memilih dan membuat keputusan untuk asuhan lotus birth ini (informed choncen).

Primatolog Jane Goodall, adalah orang yang pertama kali melakukan studi jangka

panjang dengan objek penelitian simpanse di alam bebas.

Pada hewan Simpanse, yang merupakan mamalia dengan 99% bahan genetik hampir

sama dengan manusia, juga pada prakteknya membiarkan plasenta nya utuh, tidak

merusaknya bahkan memotong. Hal itu dikenal dengan fakta primatologist, dan bayi-bayi

simpanse tersebut mampu hidup dan berkembang dengan sehat, demikian juga dengan
induknya tidak ada masalah. Beberapa praktisi kelahiran teratai simpanse merujuk kepada

praktek sebagai latihan alami bagi manusia juga.

Informasi mengenai lotus birth ini juga terdapat dalam ajaran Budha, Hindu, Kristen

serta Yahudi. Di Tibet dan Zen Buddhisme, istilah "kelahiran teratai" digunakan untuk

menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha Gautama dan Padmasambhava (Lien Sen-

hua), menekankan mereka masuk ke dunia sebagai utuh, anak-anak kudus. Kelahiran

referensi teratai juga ditemukan dalam Hinduisme, misalnya dalam kisah kelahiran Wisnu.

4. Penghormatan terhadap plasenta di berbagai budaya negara

Beda bangsa, daerah dan suku beda pula penanganannya terhadap keberadaan ari-ari

atau plasenta yang hadir ketika persalinan terjadi. Dalam dunia pengobatan barat, plasenta

dianggap tidak lebih dari sekedar buangan rumah sakit, tetapi mereka mengakui adanya

penanganan khusus yang diberlakukan di berbagai belahan dunia terhadap plasenta ini.

Diantara suku Navajo Indian barat daya, menjadi suatu kebiasaan untuk menguburkan

plasenta bayi di keempat sudut kuburan keluarga yang dianggap mulia, sebagai suatu

pengikat tanah leluhur dan masyarakat. Sementara suku Maori di Selandia Baru memiliki

tradisi yang sama yaitu menguburkan plasenta di tanah yang masih belum tercemar. Dalam

bahasa asli Maori kata untuk tanah dan plasenta tersebut adalah : whenua (baca: venua).

Suku pedalaman Bolivian Aymara dan Queche meyakini bahwa plasenta memiliki

spirit tersendiri. Karenanya seorang suami atau ayah dari bayi harus memperlakukan plasenta

tersebut dengan mencuci dan menguburkannya pada tempat yang terlindung dan

tersembunyi. Jika ritual tersebut tidak dilakukan secara benar, keyakinan mereka adalah ibu

atau bayi akan menjadi sakit atau bahkan bisa mati.

Suku Ibo di Negiria dan Ghana memperlakukan plasenta sebagai kembaran dari bayi

yang hidup, sementara plasenta tersebut adalah kembaran yang mati. Sehingga harus
dikuburkan dengan ritual tertentu. Lain lagi di Filipina, plasenta dikuburkan dengan berbagai

macam buku oleh ibunya. Ini suatu pengharapan bahwa kelak bayinya akan tumbuh menjadi

anak yang pintar. Kondisi Filipina ternyata tidak berbeda jauh dengan beberapa masyarakat

yang ada di Indonesia, dimana mereka menguburkan plasenta dilengkapi dengan buku, pensil

dengan maksud agar kelak anak yang dilahirkan tersebut menjadi anak yang pintar.

Ironis lagi di Vietnam dan China plasenta disiapkan untuk dikonsumsi oleh ibu yang

habis melahirkan. Masyarakat china dan Vietnam mempercayai, bahwa ibu yang baru

melahirkan seharusnya merebus sendiri plasenta bayinya, kemudian dijadikan kaldu dan

meminumnya untuk memperbaiki kualitas ASI nya.

Sementara di nusantara Indonesia, Ari-ari atau plasenta sering dianggap sebagai

saudara bayi yang memeliharanya selama kehamilan berlangsung, bahkan tidak jarang

plasenta mendapat perhatian khusus sesuai dengan adat kebiasaaan masyarakat yang berlaku.

Sebagian masyarakat memperlakukan plasenta (ari-ari) dengan tata laksana khusus, sebagai

ungkapan terimakasih karena telah memelihara bayi sampai cukup bulan serta lahir ke dunia.

Perlakuan masyarakat Bali (beragama Hindu) terhadap plasenta

1.      Setelah dibersihkan dimasukkan ke dalam kelapa yang telah di belah, sebagai lambang dunia

dan isinya.

2.      Di isi dengan duri-duri, sehingga terhindar dari gangguan, ditambahkan rempah-rempah, dan

diberi wewangian agar harum dan tidak berbau.

3.      Di bungkus kain putih dan di tanam di depan rumah, dengan ketentuan sebelah kanan untuk

laki-laki, sedangkan sebelah kiri untuk perempuan.

4.      Selama 42 hari selalu di pasang lilin (malam hari), setiap hari plasenta tersebut diberikan

susu juga.

Perlakuan masyarakat Jawa terhadap ari-ari

1.      Setelah ari-ari dibersihkan dimasukkan ke dalam kendi.


2.      Di dalam kendi disertakan tulisan jawa / Abjad agar diharapkan kelak bayi tersebut pintar.

3.      Diberikan anget-anget dan duri sehingga pandangannya tajam.

4.      Selanjutnya di tanam di depan rumah untuk bayi laki-laki selama 42 hari, dan di belakang

rumah selama 36 hari untuk bayi perempuan.

5.      Sebagian ada yang membuangnya ke sungai, sehingga bayi ini kelak akan dianggap suka

merantau.

Perlakuan masyarakat Nusa Tenggara Timur terhadap plasenta

1.      Ditaruh sekitar 3 bulan di atas perapian sampai kering.

2.      Selanjutnya di tanam di sertai doa dan alat-tulis.

5. Langkah- langkah dalam melakukan proses Lotus Birth

Beberapa hal yang dilakukan dalam Lotus Birth diantaranya :

1.      Bila bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat berada di sekitar leher bayi (lilitan tali

pusat) cukup di longgarkan dan angkat tali pusat tersebut melewati kepala bayi.

2.      Tunggu lahirnya plasenta secara alami.

3.      Ketika plasenta lahir, tempatkan plasenta pada mangkuk khusus di dekat ibu.

4.      Tunggu transfusi penuh darah secara alami dari pusat ke bayi sebelum menangani plasenta.

5.      Hati-hati dalam mencuci plasenta yaitu dengan cara menggunakan air hangat dan tepuk-

tepuk sampai kering.

6.      Tempatkan plasenta di tempat yang kering.

7.      Letakkan plasenta pada  bahan yang menyerap seperti sebuah popok atau kain kemudian

letakkan dalam tas plasenta.

8.      Permukaan plasenta akan berubah setiap hari bahkan lebih cepat  jika sering terjadi

rembesan. Alternatif lain untuk mempercepat pengeringan plasenta yaitu dengan menaburkan

garam pada bagian plasenta


9.      Dalam keseharian tetap lakukan asuhan normal pada bayi baru lahir, Gendong bayi dan beri

makan sesuai kebutuhannya.

10.  Pakaikan bayi menggunakan pakaian yang longgar.

11.  Bayi dapat dimandikan seperti biasa, biarkan plasenta bersamanya.

12.  Meminimalisir pergerakan bayi, khususnya pada bagian daerah didekat tali pusat.

6. Manfaat atau keuntungan dilakukannya Lotus Birth

1.      Tali pusat dibiarkan terus berdenyut sehingga memungkinkan terjadinya perpanjangan aliran

darah ibu ke janin.

2.      Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benar-benar dapat

mulai bernafas sendiri.

3.      Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah lahir.

4.      Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya waktu yang

lebih lama untuk bounding attachment.

5.      Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk terlepasnya tali pusat bila tali pusat dipotong segera

ketika lahir adalah 8-9 hari, ketika berhenti berdenyut 6-7 hari, dan jika dibiarkan secara

alamai 3-4 hari.

6.      Dr Sarah Buckley mengatakan : bayi akan menerima tambahan 50-100 ml darah yang

dikenal sebagai transfusi placenta. Darah transfuse ini mengandung zat besi, sel darah merah,

keping darah dan bahan gizi lain, yang akan bermanfaat bagi bayi sampai tahun pertama

kehidupannya. Hilangnya 30 ml darah ke bayi baru lahir adalah setara dengan hilangnya 600

ml darah untuk orang dewasa. Asuhan persalinan umum dengan pemotongan tali pusat

sebelum berhenti berdenyut memungkinkan bayi baru lahir kehilangan  60 ml darah, yang

setara dengan  1200ml darah orang dewasa.


7. Kelemahan Lotus Birth

1.      Tidak bisa diterapkan pada seluruh kebudayaan.

2.      Membutuhkan fasilitas kesehatan yang memadai.

3.      Membutuhkan tenaga kesehatan yang berpengalaman.

4.      Membutuhkan banyak petugas kesehatan, misalnya bayi di mandikan harus ada petugas yang

lain memegangi dan menjaga tali pusat.

5.      Memerlukan perawatan ekstra pada plasenta agar tidak membusuk dan berbau tidak sedap.

8. Alasan mengapa memilih Lotus Birth

Hanya karena tali pusat telah berhenti berdenyut  tidak berarti tali pusat menjadi tidak

berguna lagi. Ada yang masih mengalir ke dalam darah bayi. Setelah mencapai volume darah

optimal pada bayi, sisa dari jaringan akan menutup secara aktif. Penutupan semua jaringan

tidak terjadi ketika tali pusat tampak berhenti berdenyut. Tali pusat dapat terus berdenyut

sekitar 2 hingga 3 jam.

Setiap ibu memiliki alasan dan pendapat sendiri. Berikut ini adalah beberapa alasan

ibu untuk memilih Lotus Birth:

1.      Ibu dan keluarga tidak ingin memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong tali

pusat.

2.      Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan penolong

persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat.

3.      Penghormatan terhadap bayi dan plasenta pada sebagian kebudayaan.

4.      Asumsi ibu bahwa dapat menjamin bayi mendapatkan volume darah optimal dan spesifik

yang diperlukan bagi bayi.

5.      Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum sebagai masa

pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian dan kasih sayang  penuh.


6.      Mengurangi angka kesakitan bayi akibat infeksi nosokomial dari pengunjung yang ingin

bertemu bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu hingga

plasenta telah lepas.

7.      Alasan rohani atau emosional.

8.      Tradisi budaya yang harus dilakukan.

9.      Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali pusat.

10.  Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem tertutup antara

plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)

11.  Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut bayi (adanya luka

membutuhkan waktu untuk penyembuhan. sedangkan jika tidak ada luka, waktu

penyembuhan akan minimal.


 

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Lotus Birth adalah suatu metode asuhan pada bayi baru lahir dimana tali pusat bayi

tidak dipotong. Setelah bayi lahir, tali pusat yang melekat pada bayi dan plasenta dibiarkan

saja, tanpa dijepit atau dipotong. Tali pusat dan plasenta merupakan satu unit dan satu

kesatuan. Tali pusat kemudian akan kering sendiri dan akhirnya lepas secara alami dari

umbilicus. Pelepasan tersebut umumnya terjadi 3-10 hari setelah bayi lahir.
Negara perintis Lotus birth untuk pertama kalinya adalah Amerika. Lotus birth

dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk melindungi bayi dari infeksi luka yang terbuka.

Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu fenomena yang baru, tapi penundaan pemotongan

tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku Aborigin Australia. Dan keputusan

Lotus birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi merupakan tanggung jawab dari klien

yang telah memilih dan membuat keputusan untuk asuhan lotus birth ini (informed choncen).

Sedangkan di Negara Indonesia sendiri asuhan bayi dengan lotus birth belum dapat di

aplikasikan, selain terkait dengan pro dan kontra penerapannya juga terkendala dengan

kelemahan-kelemahan pelaksanaan lotus birth sendiri.

SARAN

1.      Karena lotus birth adalah suatu ilmu yang baru di harapkan kita sebagai seorang bidan dapat

mengetahui dan selalu mengikuti perkembangan ilmu kebidanan.

2.      Diharapkan nanti penerapan dengan metode lotus birth ini dapat dilakukan di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.lotusfertility.com/Lotus_Birth_Q/Lotus_Birth_QA.html

http://www.purebirth-australia.com/lotusbirth/lotusbirth.html

http://www.healthypages.co.uk/newsitem.php

http://www.breastfeeding.com/helpme/lotus_birth.html

http://www.womenofspirit.asn.au/LotusBirthText.htm
http://murdani29.blogspot.co.id/2013/04/lotus-birth.html
Minggu, 28 April 2013
LOTUS BIRTH

Lotus birth adalah proses melahirkan bayi dengan tetap membiarkan tali
pusat terhubung dengan plasenta selama beberapa hari. Jadi tali pusat dan
plasenta yang menempel di pusar bayi tidak langsung dipotong usai ibu bersalin
namun dibiarkan mengering sendiri dan lalu terputus sendiri biasanya sampai 3
hari.
Melahirkan dengan metode lotus birth mulai di lirik ibu-ibu hamil karena
dianggap lebih alami dan membuat bayi memiliki kekebalan tubuh lebih tinggi.
Namun secara ilmu kedokteran, metode ini masih dianggap kontroversi karena
belum terbukti secara ilmiah. Kelahiran Lotus jarang dipraktekkan di rumah
sakit, tetapi lebih sering terjadi di pusat-pusat kelahiran dan kelahiran di rumah.
Namun di dunia  kedokteran, metode ini masih dianggap kontroversial dan belum
ada penelitiannya secara ilmiah. Metode lotus birth dapat menambah kekebalan
tubuh pada bayi yang baru lahir. Dengan lotus birth, bayi diharapkan
mendapatkan lebih banyak darah yang mengandung oksigen, nutrisi dan antibodi.
Metode lotus birth diyakini dapat menambah kekebalan tubuh pada bayi
yang baru lahir. Dengan lotus birth, bayi diharapkan mendapatkan lebih banyak
darah yang mengandung oksigen, makanan dan antibodi. Plasenta bisa
memproduksi antibodi hanya bila masih berada di dalam tubuh ibu. Secara medis
metode ini belum terbukti secara ilmiah manfaatnya dan kurang bisa
dipertanggungjawabkan. Metode ini belum dapat diterima secara medis dan
belum bisa dipraktikkan di rumah sakit. Terlebih belum ada penelitian yang
membuktikannya aman untuk ibu dan bayi
sumber gambar: wikipedia. Lotus Birth dan water birth
Secara persalinan normal, ketika bayi baru lahir maka tali pusar langsung
diklem (dijepit) dan dipotong, sehingga terpisah dari plasenta atau ari-ari.
Sedangkan bila melahirkan dengan metode lotus birth, tali pusar tidak akan
diklem sehingga masih ada hubungan antara plasenta dan bayi. Plasenta dibiarkan
terhubung dengan bayi hingga akhirnya kering dan puput (terlepas) dengan
sendirinya dalam 3-4 hari. Kelebihan cairan yang keluar dari plasenta, yang
kemudian ditempatkan dalam sebuah mangkuk terbuka atau dibungkus kain
permeabel dan disimpan di dekat bayi yang baru lahir. Air dialirkan di sekitar
plasenta untuk mengeringkannya, dan untuk menghindari berbau busuk yang
terjadi
Biasanya untuk menghilangkan bau, plasenta yang sudah ditempatkan di
dalam baskom atau mangkok besar dibiarkan kering dan diberi garam, bunga atau
rempah-rempah yang mengeluarkan wewangian seperti lavender herbal, bubuk,
seperti goldenseal atau neem. Pemberian tersebut diharapkan
untuk mempercepat pengeringan, untuk menetralkan bau dekomposisi, dan sifat
antibakteri. Melahirkan dengan metode ini dipercaya dapat mencegah bayi
kekurangan zat besi dan membuat bayi memiliki kekebalan tubuh yang tinggi,
karena diklaim darah yang masih mengalir dari plasenta dapat memberikan
tambahan oksigen, makanan dan antibodi untuk si bayi.
Budaya Lotus Birth sudah lama dilakukan di  Tibet dan Zen Buddhisme
untuk menggambarkan para guru spiritual seperti Buddha Gautama dan
Padmasambhava (Lien-hua Sen). Kepercayaan ini menganalogkan mereka masuk ke
dunia secara utuh sebagai anak-anak kudus. Referensi untuk kelahiran itu juga
ditemukan dalam Hinduisme termasuk di daerah Bali atau suku Aborigin seperti
kung, misalnya dalam kisah kelahiran Wisnu.
Perintis awal Amerika, dalam buku harian yang ditulis dan surat, dilaporkan
berlatih nonseverance dari umbilikus sebagai tindakan pencegahan untuk
melindungi bayi dari infeksi luka terbuka.
Praktek kesehatan ini pertama kali di dunia Barat dipopulerkan oleh
Jeannine Parvati Baker, penulis buku pertama tentang yoga prenatal di prenatal
yoga in the West, Prenatal Yoga & Natural Childbirth. BNuku itu menggambarkan
pengalaman persalinannya sendiri sebanyak dua kali. Proses persalinan tersebut
diilhami nilai yoga ahimsa serta yoga pengajaran inti yang melekat dalam proses
ikatan primal
Pada 1990-an, Sarah Buckley MD, seorang dokter keluarga Australia
melaporkan pengasuhan untuk majalah Mothering, menerbitkan kisah-kisah
kelahiran pribadinya dalam Lahir teks Lotus, dia telah menghasilkan banyak
publikasi ilmiah penelitiannya tentang manfaat fisiologis manajemen pasif ketiga
tahap persalinan

Manfaat Penundaan Pemotongan Tali Pusat


Meski bukan secara ekstrim seperti Lutus Birth ternyata penundaan
pemotongan tali pusat berdasarkan penelitian memang bermanfaat. Segera
setelah bayi lahir biasanya penolong kelahiran akan memotong tali pusat bayi dan
menyisakan beberapa sentimeter yang nantinya akan lepas sendiri. Namun 
penelitian-penelitian terbaru menyatakan menunda memotong tali pusat bayi 
memiliki banyak manfaat. Dalam penelitian yang dilakukan di Swedia  terhadap
400 bayi diperoleh hasil bayi-bayi yang tali pusatnya ditunda dipotong  selama 3
menit memiliki kadar zat besi lebih tinggi di usia empat bulan dibandingkan
dengan bayi yang tali pusatnya langsung dipotong beberapa detik pasca lahir.
Penelitian yang dimuat dalam British Medical Journal itu menyebutkan
penundaan memotong tali pusat bayi selama 3 menit cukup efektif untuk
mencegah anemia. Penundaan memotong tali pusat seharusnya dipertimbangkan
sebagai standar dalam kelahiran cukup bulan. Penundaan memotong tali pusat
memang bisa meningkatkan kadar zat besi dalam tubuh bayi, tetapi hal itu
biasanya hanya diterapkan pada kelahiran bayi prematur. Pada bayi dengan berat
badan rendah atau bayi prematur ada poin lebih untuk menambahkan zat besi
sampai tali pusat tidak berdenyut lagi. Tetapi itu pun tidak terlalu lama karena
bayi prematur rentan hipotermia atau kedinginan.
Tinjauan tersebut muncul dalam edisi  The Cochrane Library, sebuah
publikasi dari The Cochrane Collaboration, sebuah organisasi internasional yang
mengevaluasi penelitian medis. Tinjauan sistematis menarik kesimpulan
berdasarkan bukti tentang praktek pengobatan setelah mempertimbangkan baik
isi dan mutu percobaan medis yang ada pada suatu topik.
Review dari 11 studi mengevaluasi manfaat ibu dan bayi menunda
penjepitan tali pusat sampai setelah kabel berhenti berdenyut, tanda bahwa
darah tidak lagi mengalir antara plasenta ibu dan bayi. Dalam banyak kasus
perbedaan waktu antara klem placenta awal dan akhir hanya satu atau dua menit,
namun penundaan memungkinkan untuk infus tambahan darah dari ibu ke anak.
Analisis menemukan bahwa bayi yang baru lahir pada kelompok penundaan-
klem memiliki lebih besar  zat besi dalam darah mereka. Jumlah zat besi dalam
darah saat lahir dapat mempengaruhi kesehatan, terutama risiko seorang bayi
untuk anemia pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Namun, studi ini juga menemukan bahwa bayi dalam kelompok tertunda-
klem lebih rentan terhadap penyakit kuning. Banyak bayi mendapatkan bentuk
ringan dari penyakit kuning saat lahir karena hati belum matang dan tidak bisa
memproses bilirubin, produk sampingan kuning pemecahan sel darah merah tua.
Ketika hati tidak dapat memproses semua bilirubin cenderung terdorong keluar
ke jaringan dan bayi tampak kuning sedikit
Ikterus baru lahir dapat mereda tanpa pengobatan atau diperlakukan
dengan paparan sinar matahari yang sederhana. Kajian ini menemukan bahwa bayi
dalam kelompok tertunda-klem memiliki risiko lebih tinggi untuk penyakit kuning
yang membutuhkan perawatan ekstra dengan fototerapi. Tapi jika Anda bekerja
di daerah di mana Anda tidak memiliki akses yang mudah untuk mengobati anak
dengan penyakit kuning yang lebih parah, maka sebagai dokter Anda akan perlu
untuk menimbang-nimbang antara manfaat dan risiko. Membiarkan bayi untuk
mendapatkan darah tambahan dan mungkin menjadi penyakit kuning adalah
masalah tertentu jika Anda tidak memiliki fasilitas.
Secara medis yang harus diwaspadai bila tali pusar harus segera diklem
untuk mencegah bayi menjadi kuning karena bilirubin (senyawa hasil metabolisme
hati) yang tinggi. Apalagi bila terdapat perbedaan golongan darah ibu dan bayi
misalnya rhesus darah ibu negatif bayi rhesus positif atau ibu golongan darah O
bayi A, B atau AB. Semakin lama tali pusar dibiarkan, maka akan semakin banyak
darah ibu yang tidak sesuai bercampur dengan darah bayi.

Berikut ini adalah beberapa alasan ibu untuk memilih Lotus Birth:

1. Tidak ada keinginan ibu untuk  memisahkan plasenta dari bayi dengan cara
memotong tali puast
2. Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang
memungkinkan penolong persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang
tepat.
3. Merupakan suatu penghormatan terhadap bayi dan plasenta.
4. 100% menjamin bahwa bayi mendapatkan volume darah optimal dan spesifik
yang diperlukan bagi bayi.
5. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum
sebagai masa pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian penuh.
6. Mengurangi kematian bayi karena pengunjung yang ingin bertemu bayi.
Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu hingga plasenta
telah lepas.
7. Alasan rohani atau emosional.
8. Tradisi budaya yang harus dilakukan.
9. Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali
pusat.
10. Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem
tertutup antara plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)
11. Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut (adanya luka
membutuhkan waktu untuk penyembuhan.sedangkan jika tidak ada luka, waktu
penyembuhan akan minimal)
Hanya karena tali pusat telah berhenti berdenyut  tidak berarti tali pusat
menjadi tidak berguna lagi. Ada yang masih mengalir ke dalam darah bayi.
Setelah mencapai volume darah optimal pada bayi, sisa dari jaringan akan
menutup secara aktif. Penutupan semua jaringan TIDAK terjadi ketika tali pusat
tampak berhenti berdenyut. Tali pusat dapat terus berdenyut sekitar 2 hingga 3
jam.
Langkah-langkah dilakukannya lotus birth
Beberapa hal yang dilakukan dalam Lotus Birth diantaranya :
1. Bila bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat berada sekitar leher
bayi, cukup angkat tali tersebut.
2. Tunggu lahirnya plasenta secara alami.
3. Ketika plasenta lahir, tempatkan pada mangkuk di dekat ibu.
4. Tunggu transfusi penuh darah dari pusat ke bayi sebelum menangani plasenta.
5. Hati-hati dalam mencuci plasenta yaitu dengan menggunakan air hangat dan
tepuk-tepuk sampai kering.
6. Tempatkan plasenta di tempat yang kering dan agak menyerap (bisa Underpad)
7. Letakkan plasenta pada  bahan yang menyerap seperti sebuah popok atau kain
kemudian letakkan dalam tas plasenta. Permukaan plasenta akan berubah setiap
hari bahkan lebih cepat  jika sering terjadi rembesan. Alternatif lain untuk
mempercepat pengeringan plasenta yaitu dengan menaburkan garam pada bagian
plasenta.
8. Gendong bayi dan beri makan sesuai kebutuhannya.
9. Pakaikan bayi menggunakan pakaian yang longgar.
10. bayi dapat dimandikan seperti biasa, biarkan plasenta bersamanya.
11. Meminimalisir pergerakan bayi.
Home » Asuhan Kebidanan Persalinan » KELAHIRAN LOTUS (LOTUS BIRTH)

KELAHIRAN LOTUS (LOTUS BIRTH)


Febrina Kaban 17:43 Asuhan Kebidanan Persalinan

Plasenta merupakan toko darah bagi bayi yang mengandung sel-sel induk, besi, oksigen, hormon dan
enzim. 1/3 dari total suplai darah bayi berasal dari plasenta yang dialirkan melalui tali pusat.

Pengertian Kelahiran Lotus (Lotus Birth)


Setelah bayi lahir, tali pusat yang melekat pada bayi dan plasenta dibiarkan, tanpa dijepit atau
dipotong, dan membiarkan tali pusat terlepas dari bayi secara alami. Tali pusat dan plasenta
merupakan satu unit dan satu kesatuan yang membentuk bayi. Umumnya tali pusat terlepas secara
alami dua atau tiga hari setelah kelahiran.

Plasenta yang baru dilahirkan biasanya mengeluarkan cairan, pada kelahiran Lotus, cairan itu di
tampung dan disimpan di dalam waskom atau mangkuk, selanjutnya didekatkan pada bayi. Kain
yang digunakan untuk menutupi plasenta haruslah memungkinkan terjadinya pertukaran udara,
sehingga plasenta tidak berbau busuk dan menjadi kering. Ada yang menggunakan garam laut untuk
mempercepat proses pengeringan plasenta. Kadang-kadang ada yang mengoleskan minyak esensial,
seperti lavender atau bubuk tumbuh-tumbuhan seperti goldenseal, neem, dicampurkan dengan
lavender sebagai anti bakteri. Kalau pengeringan plasenta tidak dilakukan secara baik, maka plasenta
akan mengeluarkan bau tidak sedap. Bau tersebut dapat diatasi dengan penanaman plasenta secara
langsung atau didinginkan (menyimpan dalam lemari es) setelah minggu pertama pasca persalinan.
Kelahiran Lotus jarang dilakukan di rumah sakit. Lebih sering terjadi pada persalinan di rumah dan
pusat-pusat kelahiran Lotus.

Sejarah Lotus Birth


Negara perintis Lotus birth adalah Amerika. Lotus birth dilakukan sebagai langkah pencegahan untuk
melindungi bayi dari infeksi luka yang terbuka. Meskipun Lotus birth ini merupakan suatu fenomena
yang baru, tapi penundaan pemotongan tali pusat sudah ada dalam budaya Bali dan budaya suku
Aborigin Australia. Dan keputusan Lotus birth serta dampak fisiologis yang dapat terjadi merupakan
tanggung jawab dari klien yang telah memilih dan membuat keputusan tersebut.

Primatolog Jane Goodall, adalah orang pertama untuk melakukan apapun studi jangka panjang dari
simpanse di alam bebas Pada hewan Simpanse, yang merupakan mamalia dengan 99% bahan
genetik hampir sama dengan manusia, juga pada prakteknya membiarkan plasenta utuh, tidak
merusaknya bahkan memotongnya. Hal itu dikenal dengan fakta primatologis. Beberapa praktisi
kelahiran teratai simpanse merujuk kepada praktek sebagai latihan alami bagi manusia juga.

Informasi mengenai lotus birth ini terdapat dalam ajaran Budha, Hindu, Kristen serta Yahudi.
Di Tibet dan Zen Buddhisme, istilah "kelahiran teratai" digunakan untuk menggambarkan para guru
spiritual seperti Buddha Gautama dan Padmasambhava (Lien Sen-hua), menekankan mereka masuk
ke dunia sebagai utuh, anak-anak kudus. Kelahiran referensi teratai juga ditemukan dalam
Hinduisme, misalnya dalam kisah kelahiran Wisnu.

Sampai sekarang belum ada penelitian lebih lanjut mengenai penyakit kuning dan kehilangan berat
badan bayi karena tindakan Lotus birth.

Penghormatan terhadap plasenta di berbagai budaya


Beda bangsa, daerah dan suku beda pula penanganannya terhadap keberadaan ari-ari atau plasenta
yang hadir ketika persalinan terjadi. Dalam dunia pengobatan barat, plasenta dianggap tidak lebih
dari sekedar buangan rumah sakit, tapi mengakui adanya penanganan khusus yang diberlakukan di
berbagai belahan dunia.

Diantara suku Navajo Indian barat daya, menjadi suatu kebiasaan untuk menguburkan plasenta bayi
di keempat sudut kuburan keluarga yang dianggap mulia, sebagai suatu pengikat tanah leluhur dan
masyarakat . Sementara suku Maori di Selandia Baru memiliki tradisi yang sama yaitu menguburkan
plasenta di tanah yang masih belum tercemar. Dalam bahasa asli Maori kata untuk tanah dan
plasenta tersebut adalah :whenua (baca: venua).

Suku pedalaman Bolivian Aymara dan Queche meyakini bahwa plasenta memiliki spirit tersendiri.
Karenanya seorang suami harus memperlakukan plasenta tersebut dengan mencuci dan
menguburkannya pada tempat yang terlindung dan tersembunyi. Jika ritual tersebut tidak dilakukan
secara benar, keyakinan mereka adalah ibu atau bayi akan menjadi sakit atau bahkan mati.

Suku Ibo di Negiria dan Ghana memperlakukan plasenta sebagai kembaran dari bayi yang hidup,
sementara plasenta tersebut adalah kembaran yang mati. Sehingga harus dikuburkan dengan ritual
tertentu. Lain lagi di Filipina, plasenta dikuburkan dengan berbagai macam buku oleh ibunya. Ini
suatu pengharapan bahwa kelak bayinya akan tumbuh menjadi anak yang pintar . Kondisi Filipina
ternyata tidak berbeda jauh dengan beberapa masyarakat yang ada di Indonesia, dimana mereka
menguburkan plasenta dilengkapi dengan buku, pensil dengan maksud agar kelak anak yang
dilahirkan tersebut menjadi anak yang pintar.

Ironis lagi di Vietnam dan China plasenta disiapkan untuk dikonsumsi oleh ibu yang habis
melahirkan. Masyarakat china dan Vietnam mempercayai, bahwa ibu yang baru melahirkan
seharusnya merebus sendiri plasenta bayinya, kemudian dijadikan kaldu dan meminumnya untuk
memperbaiki kualitas ASI nya. Sementara di nusantara Indonesia, Ari-ari atau plasenta sering
dianggap sebagai saudara bayi yang memeliharanya selama kehamilan berlangsung, bahkan tidak
jarang plasenta mendapat perhatian khusus sesuai dengan adat kebiasaaan masyarakat yang
berlaku. Sebagian masyarakat memperlakukan plasenta (ari-ari) dengan tatalaksana khusus, sebagai
ungkapan terimakasih karena telah memelihara bayi sampai cukup bulan serta lahir ke dunia.
 

Perlakuan masyarakat Bali (beragama Hindu) terhadap ari-ari.

1. Setelah dibersihkan dimasukkan ke dalam kelapa yang telah di belah, sebagai lambang dunia
dan isinya.
2. Diisi duri-duri, sehingga terhindar dari gangguan, ditambahkan rempah-rempah, dan diberi
wewangian agar harum dan tidak berbau.
3. Di bungkus kain putih dan di tanam di depan rumah; sebelah kanan untuk laki-laki,
sedangkan sebelah kiri untuk perempuan.
4. Selama 42 hari selalu di pasang lilin (malam hari), setiap hari ari-ari tersebut diberikan susu
juga.

Perlakuan masyarakat Jawa terhadap ari-ari

1. Setelah ari-ari dibersihkan dimasukkan ke dalam kendi.


2. Di dalam kendi disertakan tulisan jawa/Abjad agar kelak nantinya bayi tersebut pandai.
3. Diberikan anget-anget dan duri sehingga pandangannya tajam.
4. Selanjutnya di tanam di depan rumah untuk bayi laki-laki selama 42 hari, dan di belakang
rumah selama 36 hari untuk bayi perempuan.
5. Sebagian ada yang membuangnya ke sungai , sehingga bayi ini akan suka merantau.

Perlakuan masyarakat Nusa Tenggara Timur terhadap ari-ari

1. Ditaruh sekitar 3 bulan di atas perapian sampai kering.


2. Selanjutnya di tanam di sertai doa dan alat-tulis.

Alasan mengapa Lotus Birth dipilih:


Setiap ibu memiliki alasan sendiri. Berikut ini adalah beberapa alasan ibu untuk memilih Lotus Birth:

1. Ibu dan keluarga tidak ingin memisahkan plasenta dari bayi dengan cara memotong tali
pusat.
2. Supaya proses transisi bayi terjadi secara lembut dan damai, yang memungkinkan penolong
persalinan untuk memotong tali pusat pada waktu yang tepat.
3. Penghormatan terhadap bayi dan plasenta.
4. Asumsi ibu bahwa dapat menjamin bayi mendapatkan volume darah optimal dan spesifik
yang diperlukan bagi bayi.
5. Mendorong ibu untuk menenangkan diri pada minggu pertama postpartum sebagai masa
pemulihan sehingga bayi mendapat perhatian penuh.
6. Mengurangi angka kesakitan bayi akibat infeksi nosokomial dari pengunjung yang ingin
bertemu bayi. Sebagian besar pengunjung akan lebih memilih untuk menunggu hingga
plasenta telah lepas.
7. Alasan rohani atau emosional.Tradisi budaya yang harus dilakukan.
8. Tidak khawatir tentang bagaimana mengklem, memotong atau mengikat tali pusat.
9. Kemungkinan menurunkan risiko infeksi (Lotus Birth memastikan sistem tertutup antara
plasenta, tali pusat, dan bayi sehingga tidak ada luka terbuka)
10. Kemungkinan menurunkan waktu penyembuhan luka pada perut (adanya luka
membutuhkan waktu untuk penyembuhan.sedangkan jika tidak ada luka, waktu
penyembuhan akan minimal)

Manfaat dilakukannya Lotus Birth diantaranya :

1. Tali pusat dibiarkan sehingga memungkinkan terjadinya perpanjangan aliran darah ibu ke
janin.
2. Oksigen vital yang melalui tali pusat dapat sampai ke bayi sebelum bayi benar-benar dapat
mulai bernafas sendiri.
3. Lotus Birth juga memungkinkan bayi cepat untuk menangis segera setelah lahir.
4. Bayi tetap berada dekat ibu setelah kelahiran sehingga memungkinkan terjadinya waktu
yang lebih lama untuk bounding attachment. Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk
terlepasnya tali pusatbila tali pusat dipotong segera, 9,56 hari, ketika berhenti berdenyut
7,16 hari, dan dibiarkan 3,75 hari.

Langkah dilakukannya Lotus Birth


Beberapa hal yang dilakukan dalam Lotus Birth diantaranya :

1. Bila bayi lahir, biarkan tali pusat utuh. Jika tali pusat berada sekitar leher bayi, cukup angkat
tali tersebut.
2. Tunggu lahirnya plasenta secara alami.
3. Ketika plasenta lahir, tempatkan pada mangkuk di dekat ibu..
4. Tunggu transfusi penuh darah dari pusat ke bayi sebelum menangani plasenta.
5. Hati-hati dalam mencuci plasenta yaitu dengan menggunakan air hangat dan tepuk-tepuk
sampai kering.
6. Tempatkan plasenta di tempat yang kering.
7. Letakkan plasenta pada bahan yang menyerap seperti sebuah popok atau kain kemudian
letakkan dalam tas plasenta.. 8.Gendong bayi dan beri makan sesuai kebutuhannya.
8. Pakaikan bayi menggunakan pakaian yang longgar.
9. bayi dapat dimandikan seperti biasa, biarkan plasenta bersamanya.
10. Meminimalisir pergerakan bayi.

Sumber http://www.sarahjbuckley.com/ en.wikipedia.org/wiki/Lotus_birth http://www.lotusfertility.com


0
inShare

Sign up here with your email address to receive updates from this blog in your inbox.

Anda mungkin juga menyukai