Anda di halaman 1dari 142

DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS

Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

BAB E
PENDEKATAN METODELOGI DAN PROGRAM
KERJA

5.1. PENDAHULUAN
5.1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang sangat strategis dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Air dibutuhkan oleh segala bentuk kehidupan. Bagi
manusia, air diperlukan sebagai kebutuhan dasar untuk tetap hidup, disamping sebagai
sarana penunjang aktivitasnya sehari-hari. Terkait dengan penyediaan air minum di
Indonesia umumnya dikelola oleh suatu perusahaan milik daerah yang dikenal dengan nama
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Namun, pelayanan penyediaan air minum yang
disediakan oleh PDAM seringkali masih dikeluhkan oleh masyarakat pelanggannya. Keluhan
tersebut terutama karena air sering tidak mengalir dalam jumlah yang cukup, tidak kontinyu,
dan kualitas air buruk.

Kondisi ini antara lain disebabkan daya dukung lingkungan semakin menurun. Hal ini
ditunjukkan dengan semakin banyak DAS yang kondisinya semakin memburuk dan tidak
bisa lagi menyimpan air dengan baik. Sehingga ketersediaan air baku semakin berkurang.
Pada sisi lain, kondisi sumber air, terutama sungai, cenderung makin tercemar, baik karena
limbah rumah tangga, limbah industri, atau juga oleh penggunaan pestisida, insektisida dan
usaha pertambangan yang tidak terkendali. Hal ini sangat mempengaruhi kualitas air baku
yang akan diolah menjadi air minum. Sumber daya air walaupun merupakan benda yang
dapat diperbaharui, tetapi ketersediaannya dibatasi oleh kondisi geografis dan musim, hal
ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan Soerjani Muhammad (Lingkungan, Sumber
Daya Alam dan Kependudukan dalam Pembangunan, Universitas Indonesia, Jakarta,1987) bahwa

distribusi air secara geografis tidak merata, demikian juga secara kualitas.

Saat ini, ketersediaan air di Indonesia mencapai 15.000 meter kubik per kapita per tahun -
masih di atas rata-rata dunia yang hanya 8.000 meter kubik per kapita per tahun, namun jika
ditinjau ketersediaannya perpulau akan sangat lain dan bervariasi. Pulau Jawa yang luasnya
mencapai tujuh persen dari total daratan wilayah Indonesia hanya mempunyai empat
setengah persen dari total potensi air tawar nasional, namun pulau ini dihuni oleh sekitar 65
persen total penduduk Indonesia. Kondisi ini menggambarkan potensi kelangkaan air di Pulau

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -1


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Jawa sangat besar. Jika dilihat ketersediaan air per kapita per tahun, di Pulau Jawa hanya
tersedia 1.750 meter kubik per kapita per tahun, masih di bawah standar kecukupan yaitu 2000
meter kubik per kapita per tahun. Jumlah ini akan terus menurun sehingga pada tahun 2020
diperkirakan hanya akan tersedia sebesar 1.200 meter kubik per kapita per tahun. Apabila
fenomena ini terus berlanjut maka akan terjadi keterbatasan pengembangan dan pelaksanaan
pembangunan di daerah-daerah tersebut karena daya dukung sumberdaya air yang telah
terlampaui.

Kapasitas produksi PDAM di Indonesia th. 2000 sekitar 114 m3/detik, ditujukan untuk
penyediaan air minum dengan sistem perpipaan penduduk perkotaan dengan cakupan
pelayanan mencapai 31% sedang untuk penduduk perdesaan baru mencapai 8% (sumber :
data BPS dan Depkes (Survey Ekonomi Nasional)). Namun upaya peningkatan produksi yang
mencapai 10 (sepuluh ) kali lipat dalam tiga dasawarsa terakhir ini, akan menghadapi
tantangan yang jauh lebih besar untuk tahun-tahun mendatang. Data Ditjen Cipta Karya 2009,
cakupan pelayanan air minum perpipaan secara nasional mencapai 24%, untuk wilayah
perkotaan mencapai 47% dan 11% di perdesaan. Jumlah pelanggan nasional 8.006.814
sambungan (sumber : Data dari Perpamsi, Februari 2010).

Pembangunan Pengelolaan Air Baku merupakan salah satu agenda nasional yang terkait juga
dengan agenda global sebagaimana dicanangkan melalui Deklarasi Millenium Development
Goals (MDGs). Saat ini pencapaian sasaran MDGs tersebut masih belum sesuai dengan yang
ditargetkan. Status tahun 2005 (Kantor Menko Kesra) menunjukkan pencapaian cakupan
pelayanan baru 52,4%. Dalam rangka pemenuhan target MDG 2015, menjadi prioritas
tersedianya akses sumber air bersih yang menjangkau 67% penduduk dan akses terhadap
sanitasi dasar berkualitas yang menjangkau 75% penduduk sebelum 2014 (sumber : RPJMN
2010-2014)

Pada Skala Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara, bertambahnya jumlah penduduk
di Kabupaten Bulungan membawa konsekuensi kebutuhan akan air baku untuk masyarakat
semakin meningkat. Kebutuhan akan air baku adalah kebutuhan pokok bagi masyarakat
sehingga pemerintah seyogyanya menyediakan kebutuhan akan air baku untuk masyarakat
Kabupaten Bulungan.

Untuk menyediakan kebutuhan air baku penduduk di Kabupaten Bulungan yang dirasakan
semakin meningkat maka dilakukan kajian untuk mengetahui keseimbangan air di Kabupaten

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -2


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Bulungan sebagai referensi dalam rangka merekomendasikan daerah-daerah sungai serta


lokasi yang layak dimanfaatkan sebagai sumber air baku serta membuat skenario pemenuhan
air baku Kabupaten Bulungan sampai tahun 2025.

5.1.2 Maksud Dan Tujuan


Maksud dilaksanakannya pekerjaan ini adalah mengadakan Studi Potensi Air Baku Kabupaten
Bulungan Propinsi Kalimantan Utara ini meliputi kegiatan :
1. Melakukan kajian terhadap kondisi existing terhadap sumber air baku, sistem penyediaan
air bersih, jaringan pipa transmisi dan distribusi dan tingkat pelayanan
2. Melakukan kajian terhadap potensi air baku yang bisa dimanfaatkan untuk air bersih
beserta sistemnya
3. Melaksanakan survey pemetaan di lokasi studi yang sesuai untuk digunakan sebagai
rencana bangunan utama pengambilan air baku.
4. Melaksanakan analisis hidrologi guna mengetahui potensi ketersediaan air
5. Melakukan kajian terhadap sosial dan ekonomi
6. Melaksanakan investigasi tanah / sondir test di beberapa lokasi bangunan utama guna
mengetahui keadaan fisik tanah tersebut untuk peletakan bangunan yang akan
direncanakan.
7. Membuat desain awal rencana bangunan utama beserta fasilitasnya
8. Menghitung rencana anggaran biaya.

Sedangkan Tujuan diadakannya paket kegiatan ini adalah :


1. Menghasilkan potensi pengembangan penyediaan air baku untuk air bersih dengan
membuat desain awal bangunan utama.
2. Sebagai referensi penambahan suplay air baku untuk air bersih ke dalam sistem IPA di
Kabupaten Bulungan.
3. Analisis/kajian potensi dan kebutuhan yang sesuai dengan skala prioritas jangka pendek,
menengah dan jangka panjang.

5.1.3 Manfaat (Out comes)

Manfaat dari dilaksanakannya pekerjaan ini yaitu :


1. Terpetakannya informasi kondisi faktual potensi dan kebutuhan air baku
2. Tersedianya laporan desain awal bangunan utama berdasarkan potensi pada point 1. yang
memenuhi standar perencanaan yang berlaku, efektif dalam mengatasi masalah
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -3
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

ketersediaan air bersih dan efisien dalam sudut pandang ekonomi serta memenuhi kaidah
keamanan konstruksi.
3. Tersedianya kontribusi yang nyata dari program pembangunan yang sesuai dengan
rencana tata ruang wilayah setempat guna pemenuhan kebutuhan air baku untuk air
bersih.

5.1.5 Ruang Lingkup Kegiatan


5.1.5.1 Lingkup Pekerjaan

Agar dapat mencapai hasil sesuai dengan maksud dan tujuan pekerjaan ini, maka diperlukan
batasan-batasan yang akan mempertajam kajian yang akan dilakukan oleh konsultan, ada 9
(sembilan) kelompok atau tahapan pekerjaan sesuai tertuang dalam ruang lingkup pekerjaan
sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan pada tahap ini antara lain:

- Mobilisasi personil, peralatan dan bahan


- Inventarisasi data atau informasi teknis maupun non-teknis yang menunjang
pelaksanaan pekerjaan desain.
- Peninjauan lapangan (site visit) meliputi lokasi bangunan utama.
- Pengumpulan data seperti studi yang pernah dilakukan, peta topografi yang ada, data
geologi, dan lain-lain.

2. Tahap Survey Lapangan

Pada tahap ini yang dikerjakan oleh Konsultan adalah :

- Pekerjaan survey topografi


- Pekerjaan survey geologi
- Pekerjaan survey sosek
- Pekerjaan soil investigasi

3. Tahap Analisa Teknis Hasil Survey Lapangan

Pada tahap ini Konsultan melakukan analisis hasil survey topografi, survey geologi dan soil
investigasi.

4. Kegiatan Survey Topografi

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -4


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Survey Topografi, melakukan kegiatan pengukuran pada situasi lokasi bangunan utama yang
sesuai dengan skala prioritas pengembangan yang direncanakan. Jenis kegiatan tersebut
antara lain :

- Kegiatan survey pemetaan ini melakukan pengukuran dengan alat ukur yang berupa
waterpass dan theodolit yang menghasilkan data pengukuran, data pengukuran ini
dianalisa sehingga menghasilkan koordinat dan elevasi titik-titik yang bisa menghasilkan
gambar kontur dari daerah yang di ukur sepanjang posisi bangunan utama dan fasilitas
penunjang yang terpilih.
- Kegiatan ini menghasilkan peta situasi dari rencana bangunan utama dan fasilitas
penunjang yang terpilih dengan skala 1 : 2.000 dan peta detail bangunan utama yang
terpilih dengan skala 1 : 500. Dalam mengusulkan usulan teknis penyedia jasa
menyebutkan metode apa yang digunakan untuk kegiatan pemetaan ini.

5. Kegiatan Survey Geologi

Jenis kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :

- Analisa morfologi daerah penyelidikan diantaranya posisi intake pada aliran sungai
- Menganalisa kedudukan kedalaman pondasi dari hasil pekerjaan sondir dan boring
- Mengkorelasi hasil drilling sehingga didapatkan gambaran suatu lapisan bawah
permukaan bangunan dam.
- Uji Laboratorium mekanika batuan

6. Tahap Soil Investigasi.

Tujuan penelitian dan penyelidikan mekanika tanah adalah untuk meneliti, mempelajari dan
menyelidiki keadaan fisik, keseimbangan dan perubahan dari tanah, baik dengan ataupun
tanpa tekanan.

Jenis kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain :

- Deskripsi sifat-sifat fisik tanah


- Standard Penetration Test dan rembesan
- Uji Laboratorium

7. Tahap Survey Sosek.

Tujuan penelitian dan penyelidikan sosial dan ekonomi berkaitan dengan ketersediaan dan
dukungan masyarakat dalam mendukung program penyediaan air baku. Beberapa form

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -5


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

kuisoner akan dibuat berkaitan dengan keinginan masyarakat terkait kebutuhan akan air
bersih.

8. Tahap Perencanaan Awal.

Pada tahap ini yang dikerjakan oleh Konsultan adalah :

- Desain bangunan utama dan fasilitasnya, jalur pipa transmisi dan bangunan pelengkap
- Penyusunan RAB

9. Tahap Pembuatan Laporan


Pada tahap ini dilakukan kegiatan penyusunan laporan sesuai dengan yang tercantum dalam
Kerangka Acuan Kerja.

5.1.5.2 Lingkup Wilayah

Kegiatan jasa konsultasi ini dilaksanakan di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
Kabupaten Bulungan Provinsi Kalimantan Utara.

5.1.5.3 Lingkup Data Dan Fasilitas Penunjang

1. Penyediaan oleh Pengguna Jasa


Data dan fasilitas yang disediakan oleh Pengguna Jasa yang dapat digunakan dan harus
dipelihara oleh Penyedia Jasa
a. Laporan dan data
 Laporan studi terdahulu
 Data topografi
b. Staf pengawas/pendamping
Pengguna Jasa akan mengangkat petugas atau wakilnya yang bertindak sebagai
pengawas atau pendamping (counterpart).
2. Penyediaan oleh Penyedia Jasa
Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan peralatan yang
dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan.
3. Alih pengetahuan
Apabila dipandang perlu oleh Pengguna Jasa, maka Penyedia Jasa harus mengadakan pelatihan,
kursus singkat, diskusi dan seminar terkait dengan substansi pelaksanaan pekerjaan dalam
rangka alih pengetahuan kepada staf proyek.
5.2 TINJAUAN KEBIJAKAN

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -6


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

5.2.1 Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor: 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air


Pengaturan kewenangan dan tanggungjawab pengelolaan sumber daya air oleh
Pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota didasarkan pada
keberadaan wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu:

 wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan/atau wilayah
sungai strategis nasional menjadi kewenangan Pemerintah.

 wilayah sungai lintas kabupaten/kota menjadi kewenangan pemerintah provinsi;

 wilayah sungai yang secara utuh berada pada satu wilayah kabupaten/kota menjadi
kewenangan pemerintah kabupaten/kota;

Di samping itu, undang-undang ini juga memberikan kewenangan pengelolaan sumber


daya air kepada pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain sepanjang
kewenangan yang ada belum dilaksanakan oleh masyarakat dan/atau oleh pemerintah di
atasnya. Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan sumber daya air tersebut termasuk
mengatur, menetapkan, dan memberi izin atas peruntukan, penyediaan, penggunaan, dan
pengusahaan sumber daya air pada wilayah sungai dengan tetap dalam kerangka
konservasi dan pengendalian daya rusak air. Pola pengelolaan sumber daya air merupakan
kerangka dasar dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi
kegiatan konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian
daya rusak air pada setiap wilayah sungai dengan prinsip keterpaduan antara air
permukaan dan air tanah. Pola pengelolaan sumber daya air disusun secara terkoordinasi di
antara instansi yang terkait, berdasarkan asas kelestarian, asas keseimbangan fungsi sosial,
lingkungan hidup, dan ekonomi, asas kemanfaatan umum, asas keterpaduan dan
keserasian, asas keadilan, asas kemandirian, serta asas transparansi dan akuntabilitas. Pola
pengelolaan sumber daya air tersebut kemudian dijabarkan ke dalam rencana pengelolaan
sumber daya air.

Penyusunan pola pengelolaan perlu melibatkan seluas-luasnya peran masyarakat dan


dunia usaha, baik koperasi, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah maupun
badan usaha swasta. Sejalan dengan prinsip demokratis, masyarakat tidak hanya diberi
peran dalam penyusunan pola pengelolaan sumber daya air, tetapi berperan pula dalam
proses perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan, pemantauan, serta
pengawasan atas pengelolaan sumber daya air.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -7


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

2. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup

Perbedaan mendasar antara Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup dengan Undang-Undang ini adalah adanya penguatan yang terdapat
dalam Undang-Undang ini tentang prinsip-prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup yang didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang baik karena dalam setiap proses
perumusan dan penerapan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup serta penanggulangan dan penegakan hukum mewajibkan
pengintegrasian aspek transparansi, partisipasi, akuntabilitas, dan keadilan.
Selain itu, Undang-Undang ini juga mengatur:

a. keutuhan unsur-unsur pengelolaan lingkungan hidup;

b. kejelasan kewenangan antara pusat dan daerah;

c. penguatan pada upaya pengendalian lingkungan hidup;

d. penguatan instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan


hidup, yang meliputi instrument kajian lingkungan hidup strategis, tata ruang, baku
mutu lingkungan hidup, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, amdal, upaya
pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup, perizinan,
instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-undangan berbasis
lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis risiko lingkungan
hidup, dan instrumen lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
e. pendayagunaan perizinan sebagai instrument pengendalian;
f. pendayagunaan pendekatan ekosistem;

g. kepastian dalam merespons dan mengantisipasi perkembangan lingkungan global;


h. penguatan demokrasi lingkungan melalui akses informasi, akses partisipasi, dan
akses keadilan serta penguatan hak-hak masyarakat dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup;
i. penegakan hukum perdata, administrasi, dan pidana secara lebih jelas;

j. penguatan kelembagaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih


efektif dan responsif; dan
k. penguatan kewenangan pejabat pengawas lingkungan hidup dan penyidik pegawai
negeri sipil lingkungan hidup.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -8


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

3. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

Pengelolaan sumber daya air dalam Peraturan Pemerintah ini adalah upaya
merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengevaluasi penyelenggaraan
konservasi sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya
rusak air. Lingkup pengaturan pengaturan pengelolaan sumber daya air dalam peraturan
pemerintahan ini meliputi :
a) proses penyusunan dan penetapan kebijakan, pola, dan

b) rencana pengelolaan sumber daya air;

c) pelaksanaan konstruksi prasarana sumber daya air, operasi

d) dan pemeliharaan sumber daya air; dan

e) konservasi sumber daya air dan pendayagunaan sumber daya air serta pengendalian
daya rusak air.

4. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas


air dan Pengendalian Pencemaran Air
Keterpaduan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air ini dilakukan
melalui upaya koordinasi antar pemerintah daerah yang berada dalam satu kesatuan
ekosistem air dan atau satu kesatuan pengelolaan sumber daya air antara lain daerah aliran
sungai (DAS) dan daerah pengaliran sungai (DPS). Wewenang pengelolaa kualitas air adalah :

(1) Pemerintah melakukan pengelolaan kualitas air lintas propinsi dan atau lintas batas
negara.

(2) Pemerintah Propinsi mengkoordinasikan pengelolaan kualitas air lintas


Kabupaten/Kota.

(3) Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan pengelolaan kualitas air di


Kabupaten/Kota

Sedangkan klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas :

a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan
atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut;

b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -9


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut;

c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.

5. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem


Penyediaan Air Minum

Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air
Minum terkait dengan keberlanjutan air baku, terdapat beberapa ayat dalam pasal-pasal PP
16/2007 yang secara eksplisit mengungkapkan hal yang dimaksud pertama, bab 3 pasal 14
ayat 1 menyatakan bahwa perlindungan air baku dilakukan melalui keterpaduan pengaturan
pengembangan SPAM dan Prasarana dan Sarana Sanitasi.
Kedua, pasal 23 ayat (1) “Penyelenggaraan pengembangan SPAM harus dilaksanakan secara
terpadu dengan pengembangan Prasarana dan Sarana Sanitasi untuk menjamin keberlanjutan
fungsi penyediaan air minum dan terhindarnya air baku dari pencemaran air limbah dan
sampah”.
Pasal 38, 39 dan 40 Pemerintah (Pusat, Propinsi dan Kab/Kota) bertanggung jawab terhadap
fasilitasi pemenuhan kebutuhan air baku untuk kebutuhan pengembangan SPAM.

6. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi

Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2006 mengenai irigasi merupakan turunan dari Undang-
undang No. 7 Tahun 2004 tentang sumber daya air. Sebagaimana judul dari Peraturan
Pemerintah ini yakni irigasi, maka pasal demi pasal yang terdapat di dalamnya lebih terkait
pada usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang
pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah,
irigasi pompa, dan irigasi tambak.

Lebih lanjut pasal 2 Peraturan Pemerintah ini menyatakan, Pasal 2 ayat (1) Irigasi berfungsi
mendukung produktivitas usaha tani guna meningkatkan produksi pertanian dalam
rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani, yang

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -10


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi, ayat (2) Keberlanjutan sistem irigasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan pengembangan dan pengelolaan
sistem irigasi.

Menarik untuk mencermati Peraturan Pemerintah ini sebab dalam Pasal 36 ayat 2
dinyatakan dalam hal tertentu, penyediaan air irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dapat diberikan dalam batas tertentu untuk pemenuhan kebutuhan lainnya.
Kebutuhan lainnya meliputi

• Kebutuhan pokok minimal sehari-hari;

• Kebutuhan untuk penanggulangan kekurangan air baku untuk air minum rumah
tangga;

• Kebutuhan air untuk pemadaman kebakaran;

• Kebutuhan untuk penanggulangan akibat pencemaran air.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 16/PRT/M/2008 Tahun 2008 tentang


Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Permukiman

Target akses sanitasi sistem setempat (on site) yang aman untuk tahun 2014, yaitu 80%
untuk perkotaan dan 50% untuk perdesaan atau 60% untuk skala nasional. Pada tahun
2007 penduduk Indonesia yang telah memiliki akses terhadap prasarana air imbah telah
mencapai 77.15%. Sesuai dengan target MDGS dimana diharapkan sampai dengan tahun
2015 pencapaian akses air limbah dapat mencapai 75,34% atau sekitar 185 Juta Jiwa dari
246 Juta Jiwa penduduk. Dengan telah terlampauinya target pelayanan prasarana dasar air
limbah permukiman berdasarkan target MDGs, maka proyeksi target nasional ditetapkan
untuk pencapaian target pelayanan prasarana dan sarana air limbah permukiman yang
aman sebesar 60% pada tahun 2014. Selanjutnya untuk kota metropolitan dan besar
secara bertahap dikembangkan sistem air limbah terpusat (sewerage system).

Kebijakan pengelolaan Air Limbah Permukiman dirumuskan dengan menjawab isu


strategis dan permasalahan dalam pengembangan pengelolaan air limbah permukiman.
Secara umum kebijakan dibagi menjadi 5 (lima) kelompok yaitu:

(1) Peningkatan akses prasarana dan sarana air limbah baik sistem on site maupun off site di
perkotaan dan perdesaan untuk perbaikan kesehatan masyarakat;

(2) Peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha/swasta dalam Penyelenggaraan


pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman;

(3) Pengembangan perangkat peraturan perundangan penyelenggaraan pengelolaan air


PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -11
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

limbah permukiman;

(4) Penguatan kelembagaan serta peningkatan kapasitas personil pengelola air limbah
permukiman;

(5) Peningkatan pembiayaan pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman.

5.2.2 Kajian Terhadap Studi Sistem Penyediaan Air Baku

A. Isu-Isu Strategis yang telah ada.

1. Penanganan Air bersih terutama sektor air limbah masih belum menjadi prioritas
terlebih setelah terbentuknya otonomi daerah

2. Berdasarkan hasil observasi literatur, analisa dan evaluasi dari kota objek study,
menunjukkan bahwa kota tersebut belum ada integrasi antara sanitasi dan SPAM yang
optimal, khususnya terkait dengan issue perlindungan terhadap air baku.

3. Pada dasarnya diperlukan suatu lembaga koordinatif yang akan menangani integrasi
Air Baku. Koordinasi dapat dilakukan pada aspek teknis hingga hal-hal yang bersifat
strategis, mulai dari tahap perencanaan, penyusunan program hingga pelaksanaan
pembangunan.

4. Terdapat perbedaan pada institusi pengelola Air baku sehingga menyulitkan koordinasi
pengelolaan antar sector.

B. Gambaran Rekomendasi Hasil Studi Studi

1. Optimalisasi pengelolaan sector air Bersih dan air limbah sebaiknya dilakukan
pemisahan institusi yang berfungsi sebagai regulator dan operator, dengan
pembentukan Unit Pelaksana Teknis Daerah.

2. Pengelolaan Air Baku harus diintegrasikan dengan sector SPAM dan sanitasi.

3. Perlunya keterpaduan dalam bentuk koordinasi program sejak tahap perencanaan,


pelaksanaan, monitoring dan evaluasi yang saling kesinambungan dan
berkelanjutan.

4. Diperlukan institusi Pembina teknis yang berperan aktif sebagai coordinator yang
mampu mengintegrasikan kepentingan lingkungan secara local dan regional para
pengelola pelaksana pengelolaan Air Baku.

5. Pengalokasian sumber dana bagi pelestarian sumber air baku,sebagai upaya


mengintegrasikan aspek pembiayaan dalam menjaga sumber-sumber air baku yang
ada.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -12


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

5.3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI


5.3.1 Geografis Kabupaten Bulungan

Kabupaten Bulungan sebagai salah satu kabupaten di


bagian utara Propinsi Kalimantan Utara mempunyai luas
18.010,50 km2 terletak antara 116°04'41" sampai dengan
117°57'56" Bujur Timur dan 2°09'19" sampai dengan
3°34'49" Lintang Utara. Berdasarkan Undang‐undang
Republik Indonesia No. 34 Tahun 2007 Tentang
Pembentukan Kabupaten Tana Tidung di Provinsi
Kalimantan Utara maka Luas Kabupaten Bulungan
berkurang menjadi luas daratan 14.193,170 Km2 dan luas
perairan 2.391,130 Km2..
Adapun batas‐batas Kabupaten Bulungan; Sebelah Utara
dengan Kabupaten Tana Tidung, Sebelah Timur Laut
Sulawesi dan Kota Tarakan, Sebelah Selatan Kabupaten
Berau dan Sebelah Barat dengan Kabupaten Malinau.
Kondisi Kabupaten Bulungan memiliki beberapa pulau, yang dialiri puluhan sungai besar dan
kecil, serta secara topografi memiliki daratan yang berbukit‐bukit, bergunung‐gunung dengan
tebing terjal dan kemiringan yang tajam.
Adapun pulau yang terluas adalah Pulau Mandul di Kecamatan Bunyu (38.737,413 ha) dan sungai
yang terpanjang adalah Sungai Kayan (576 km: termasuk yang berada di wilayah Kabupaten
Malinau dan Kabupaten Tana Tidung) sedangkan gunung yang tertinggi adalah Gunung Kundas
yang berada di Kecamatan Peso dengan ketinggian 1.670 m.

5.3.2 Administrasi Kabupaten Bulungan

Kabupaten Bulungan terbagi atas 10 kecamatan, dengan, kecamatan terluas yaitu Kecamatan
Peso dengan luas 3.142,79 Km2 atau 23,84 % dari luas Kabupaten Bulungan secara keseluruhan.
Sedangkan kecamatan yang memiliki luas terkecil adalah Kecamatan Bunyu dengan luas 198,32
Km2 atau sekitar 1,50 % dari luas Kabupaten Bulungan. Dilihat dari jumlah desa /kelurahan yang
ada, Kecamatan Sekatak memiliki jumlah desa terbanyak yaitu sebanyak 22 Desa, sedangkan
kecamatan yang memiliki jumlah desa paling sedikit adalah Kecamatan Bunyu dan Tanjung Palas
Tengah sebanyak 2 Desa.

Posisi Kabupaten Bulungan berbatasan langsung 3 Kabupaten, yaitu Kabupaten Tana Tidung,
Kabupaten Nunukan, Kabupaten Berau, serta secara administrasi wilayahnya berbatasan
dengan:
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -13
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Batas Wilayah :

• Sebelah Utara : Kabupaten Tana Tidung

• Sebelah Timur : Laut Sulawesi dan Kota Tarakan

• Sebelah Selatan : Kabupaten Berau

• Sebelah Barat : Kabupaten Tana Tidung

Peta Administrasi Kabupaten Bulungan dan cakupan Wilayah Studi

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -14


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

5.4 METODELOGI

5.4.1 Konsep pendekatan UMUM

Metodologi pelaksanaan pekerjaan disusun berdasarkan Lingkup Kegiatan pekerjaan


yang disyaratkan dalam Kerangka Acuan Kerja dan pertimbangan lain yang dianggap
perlu untuk mempermudah atau meningkatkan kualitas pekerjaan.

Pendekatan metodologi pelaksanaan pekerjaan diuraikan berdasarkan beberapa faktor


yang mempengaruhi, seperti :

Ketentuan-ketentuan dalam Kerangka Acuan Kerja dan hasil klarifikasi dengan pemilik
pekerjaan.

Sumber daya yang dimiliki konsultan.

Berdasarkan uraian tugas yang terangkum dalam Kerangka Acuan Kerja, diperlukan
metode pelaksanaan pekerjaan yang tepat dan efektif agar dapat dicapai suatu hasil
perencanaan yang memenuhi kaidah-kaidah dan persyaratan teknis. Untuk itu diperlukan
data-data, laporan studi terdahulu agar dapat menunjang selama proses pelaksanaan
pekerjaan.

Pada bagian ini akan dipaparkan aspek-aspek yang menjadi bahan pertimbangan dalam
persiapan pekerjaan Studi Potensi Air Baku Di Kabupaten Bulungan. Bagian pertama
akan memaparkan mengenai dasar pemikiran, pola pikir dan pendekatan yang akan
dilakukan dalam Studi Potensi Air Baku . Pada bagian selanjutnya untuk memahami dan
mempertajam proses sejak awal hingga akhir pekerjaan perencanaan ini.

Studi Potensi Air Baku Di Kabupaten Bulungan merupakan salah satu alternatif cara
pemanfaatan potensi air untuk mengantisipasi kebutuhan air bersih masyarakat seiring
perkembangan pembangunan Kota tarakan.

Kerangka pendekatan Studi Potensi Air Baku Di Kabupaten Bulungan, selengkapnya


dapat dilihat pada Gambar 5.1.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -15


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Desain Konstruksi
Tampungan Air
Baku, perhitungan
BoQ dan RAB,
gambar desain,
pembuatan
laporan-laporan

KAJIAN METODE
PELAKSANAAN
KONSTRUKSI
TAMPUNGAN AIR BAKU

Gambar 5. 1. Konsep pendekatan pelaksanaan pekerjaan Studi Potensi Air Baku Di Kabupaten
Bulungan.
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Pola pikir Studi Potensi Air Baku Di Kabupaten Bulungan ini berawal dari permasalahan
atas issue yang berkembang di wilayah studi, dari issue tersebut dikembangkan menjadi
kegiatan studi identifikasi dan dilanjutkan dengan persiapan untuk kegiatan kajian.
Selanjutnya dilakukan pengumpulan data, studi literature, kajian data dan peninjauan,
pengukuran lapangan untuk menggambarkan kondisi fisik alam, sumber air,
karaketeristik sungai/ saluran pembuang, lingkungn serta karakteristik penduduk dan
sosial budaya.

Dari pengumpulan, studi literature, kajian data dan pengukuran lapangan kemudian
dilakukan analisis dengan metode dan teknik analisis yang tepat sesuai dengan kaidah
dan persyaratan-persyaratan teknis yang berlaku. Ketelitian dan akurasi pada saat
pengumpulan data dan proses analisis, akan menghasilkan suatu hasil desain yang tepat
dan akurat, sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya perubahan desain pada saat
proses pelaksanaan pekerjaan fisik.

5.5 Metodologi

Agar dapat mewujudkan dengan baik semua sasaran yang direncanakan, suatu pekerjaan
perlu memiliki metodologi pelaksanaan yang terencana dengan baik. Secara garis besar,
metodologi pelaksanaan pekerjaan yang akan dilaksanakan terbagi 4 (empat) tahap
sebagai berikut :

KEGIATAN A : Pekerjaan persiapan dan studi terdahulu,


pengumpulan data sekunder dan juga orientasi lapangan.

KEGIATAN B : Pengumpulan data hidrologi dan klimatologi,


survey hidrometri (jika diperlukan), pengumpulan data sosial-
ekonomi, pengukuran topografi/ pemetaan sekitar Daerah studi Air
Baku Rencana, survey mekanika tanah dan pengumpulan data
lingkungan yang diperlukan.

KEGIATAN C : Analisis data topografi, analisis mekanika tanah,


analisis data hidrologi dan klimatologi, analisis hidraulika, analisis
kondisi sosial-ekonomi (jika diperlukan).

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -17


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

KEGIATAN D : Desain Konstruksi Tampungan Air Baku, perhitungan


BoQ dan RAB, gambar desain, pembuatan laporan-laporan

Kegiatan A (persiapan)

A. Pekerjaan Persiapan
Pekerjaan persiapan ini meliputi penyelesaian administrasi, mobilisasi personil dan
peralatan, persiapan pekerjaan lapangan dan pengumpulan data dan pembuatan
rencana kerja di lapangan.

1. Penyelesaian Administrasi
Masalah administrasi yang harus diselesaikan terutama meliputi administrasi
kontrak dan legalitas personil yang akan ditugaskan untuk melaksanakan
pekerjaan ini, baik di lingkungan intern konsultan maupun untuk berhubungan
dengan pihak lain.

2. Mobilisasi Personil dan Peralatan


Bersamaan dengan penyelesaian administrasi, konsultan akan melakukan
mobilisasi personil dan peralatan yang diperlukan dalam pekerjaan ini. Kemudian
setelah semua personil dimobilisir, dilakukan rapat koordinasi untuk menentukan
langkah-langkah guna penyelesaian pekerjaan ini agar didapatkan hasil kerja yang
maksimal.

3. Inventarisasi Kebutuhan Pemakai


Inventarisasi kebutuhan pemakai sangat penting untuk dilakukan. Hal ini penting
mengingat penjelasan pekerjaan sebelumnya belum dijelaskan secara teknis dan
bagaimana hasil (produk) yang mencerminkan keinginan pengguna jasa dan
kualitas pekerjaan yang harus dihasilkan oleh konsultan.
Pendefinisian ulang kebutuhan pemakai ini harus sudah diselesaikan sebelum
laporan pendahuluan dibuat. Dengan demikian, laporan pendahuluan yang dibuat
oleh konsultan akan menjadi acuan konsultan dan pemilik pekerjaan (pengguna
jasa) dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

4. Penyusunan Rencana Kerja


Selain persiapan-persiapan yang dilakukan di kantor, dilakukan juga persiapan di
lapangan. Untuk itu perlu disusun rencana kerja baik di lapangan maupun di kantor
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -18
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

yang meliputi penyiapan kantor dan pekerjaan persiapan untuk survey-survey.


Sedangkan pekerjaan persiapan untuk survey meliputi pembuatan program kerja
(jadwal kerja lebih rinci) dan penugasan personil, pembuatan peta kerja, penyiapan
peralatan survey dan personil, penyiapan surat-surat ijin/surat keterangan, dan
pemeriksaan alat-alat survey.

B. Pengumpulan Data SEKUNDER

Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara menginventarisir data-data yang


sudah ada dari instansi dan pihak terkait dalam penelitian baik di kantor pusat,
propinsi, kabupaten maupun langsung di lapangan. Instansi-instansi yang mungkin
akan dihubungi antara lain Jawatan Topografi, Badan Meteorologi dan Geofisika, Dit-
Jend PSDA, Dinas Pemukiman Wilayah dan Lingkungan Hidup dan instansi sumber
data yang lain.

Data sekunder lain yang dikumpulkan sesuai dengan kebutuhan perencanaan adalah
data-data yang mendukung pekerjaan ini yaitu meliputi :

Peta Lokasi Studi Terbaru

Peta-peta yang akan dikumpulkan adalah.

a. Peta Topografi rupa bumi dari BAKOSURTANAL atau Direktorat Topografi.

b. Peta Bathimetri dari Direktorat Oceanografi atau DISHIDROS.

c. Peta tata guna lahan dari Badan Pertanahan Nasional.

Data Meteorologi dan Hidrometri

Data meteorologi yang digunakan adalah hasil pengamatan dari stasiun yang
terdekat sehingga dianggap mewakili kondisi di lokasi perencanaan. Data-data
yang diperlukan adalah:

a. Data curah hujan periode jam-jaman, harian, bulanan dan tahunan dari stasiun
terdekat.

b. Data iklim stasiun terdekat.

c. Data debit sungai (jika ada).

d. Data sedimentasi (jika ada).

Data Lingkungan Penunjang


PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -19
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Kegiatan pembangunan secara langsung maupun tidak langsung akan membawa


dampak terhadap lingkungan. Perubahan ini akan berpengaruh terhadap
kehidupan sekitarnya.

C. Orientasi Lapangan

Orientasi Lapangan ini bertujuan untuk melihat kondisi dan lokasi Tampungan Air
Baku. Selain itu juga untuk melihat kondisi hilir Penampungan, sehingga dapat
diperkirakan lokasi-lokasi yang akan terkena dampak seandainya Penampungan
mengalami kegagalan konstruksi.

Kegiatan B (PENGUMPULAN DATA PRIMER)

A. Survey Topografi

Survey topografi dilakukan untuk mendapatkan data dan gambaran bentuk


permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian serta posisi kenampakan yang ada baik
untuk area darat maupun area perairan sungai.

Secara garis besar, survey topografi yang dilakukan terdiri dari kegiatan sebagai
berikut:

1. Pekerjaan Pengukuran

Pengukuran ini maksudkan untuk menetapkan posisi dari titik awal proyek
terhadap koordinat maupun elevasi triangulasi, agar pada saat pengukuran untuk
pelaksanaan (stake out) mudah dilakukan.

Pengukuran pengikatan dilakukan dari titik triangulasi terhadap salah satu titik
pada kerangka dasar horizontal/vertikal utama, agar seluruh daerah pemetaan
berada dalam satu sistem referensi yang sama. Apabila titik triangulasi tidak
ada/berada jauh sekali dari lokasi proyek, maka dapat digunakan titik referensi
lokal.

Setelah dilakukan pengukuran pengikatan untuk menentukan titik awal proyek,


selanjutnya dilakukan pengukuran titik-titik kontrol, baik titik kontrol horizontal
maupun vertikal. Pengukuran titik-titik kontrol adalah pekerjaan pengukuran
untuk pemasangan patok-patok yang kelak akan digunakan sebagai titik-titik
dasar dalam berbagai macam pekerjaan pengukuran. Pengukuran yang dilakukan
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -20
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

untuk memperoleh hubungan posisi di antara titik-titik dasar disebut pengukuran


titik-titik kontrol dan hasilnya akan dipergunakan untuk pengukuran detail.

2. Orientasi Medan

Sebagai langkah awal setelah tim tiba di Base Camp lapangan adalah melakukan
orientasi medan yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Melacak letak dan kondisi existing BM (BM yang telah terpasang sebelumnya)
dan pilar beton lainnya yang akan dimanfaatkan sebagai titik-titik kontrol
pengukuran.

Meninjau dan mengamati kondisi sungai beserta keadaan daerah sekitarnya.

Melacak serta mengamati keadaan di dalam lokasi.

Penghimpunan Tenaga Lokal (TL) yang diambil dari penduduk sekitar lokasi.

Melakukan konsolidasi internal terhadap kesiapan personil, peralatan,


perlengkapan, material, serta logistik.

Melakukan konsultasi teknis serta meninjau lokasi secara bersama-sama


dengan Pengawas Lapangan.

3. Pemasangan BM (Bench Mark) dan Patok Kayu

BM dipasang di tempat yang stabil, aman dari gangguan dan mudah dicari. Setiap
BM akan difoto, dibuat deskripsinya, diberi nomor dan kode. Penentuan
koordinat (x, y, z) BM dilakukan dengan menggunakan pengukuran GPS, poligon
dan sipat datar. Pada setiap pemasangan BM akan dipasang CP pendamping
untuk memudahkan pemeriksaan.

Tata cara pengukuran, peralatan dan ketelitian pengukuran sesuai dengan


ketentuan yang berlaku. Titik ikat yang dipakai adalah BM lama yang terdekat.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -21


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Pen kuningan
Ø6 cm

Pelat marmer 12 x 12 Pipa pralon PVC Ø6 cm

20

25
Nomor titik

Tulangan tiang Ø10


Dicor beton
Sengkang Ø5-15

10
100

65
Dicor beton

75
20
Beton 1:2:3

15

10
20

Pasir dipadatkan

20
40

Benchmark Control Point

Gambar 5. 2. Penampang BM dan CP.

4. Pengukuran Kerangka Dasar Horizontal

Pada dasarnya ada beberapa macam cara untuk melakukan pengukuran titik
kerangka dasar horizontal, diantaranya yaitu dengan melakukan pengukuran
dengan menggunakan satelit GPS (Global Positioning System) dan dengan
pengukuran poligon.

Keuntungan menggunakan metoda GPS untuk penentuan titik kerangka dasar


horizontal yaitu:

• Waktu pelaksanaan lebih cepat.

• Tidak perlu adanya keterlihatan antar titik yang akan diukur.

• Dapat dilakukan setiap saat (real time), baik siang maupun malam.

• Memberikan posisi tiga dimensi yang umumnya bereferensi ke satu datum


global yaitu World Geodetic System 1984 yang menggunakan ellipsoid
referensi Geodetic Reference System 1980.

• Proses pengamatan relatif tidak tergantung pada kondisi terrain dan cuaca.

• Ketelitian posisi yang diberikan relatif tinggi.

Sedangkan kerugiannya antara lain:

• Datum untuk penentuan posisi ditentukan oleh pemilik dan pengelola satelit.
Pemakai harus menggunakan datum tersebut, atau kalau tidak, ia harus
mentransformasikannya ke datum yang digunakannya (transformasi datum).

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -22


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

• Pemakai tidak mempunyai kontrol dan wewenang dalam pengoperasian


sistem. Pemakai hanya mengamati satelit sebagaimana adanya beserta segala
konsekuensinya.

• Pemrosesan data satelit untuk mendapatkan hasil yang teliti, relatif tidak
mudah. Banyak faktor yang harus diperhitungkan dengan baik dan hati-hati.

5. Pengukuran Sipat Datar (Water Pass)

Alat yang dipergunakan alat ukur datar Automatic Level Ni.2, Ni.1, Nak 2 / sejenis.

• Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sampai longgar. Sambungan


rambu ukur harus betul. Rambu harus menggunakan nivo.

• Sebelum melaksanakan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu
garis bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur.

• Bidikan rambu harus antara interval 0,5 m dan 2,75 m (untuk rambu yang 3 m).
Jarak bidikan alat ke rambu maksimum 50 m.

• Usahakan pada waktu pembidikan jarak rambu muka = jarak rambu belakang
atau jumlah jarak muka = jumlah jarak belakang.

• Usahakan jumlah jarak (slaag) perseksi selalu genap.

• Data yang dicatat adalah pembacaan ketiga benang silang yakni benang atas,
benang bawah dan benang tengah.

• Pengukuran sipat datar harus dilakukan setelah benchmark dipasang.

• Jalur sipat datar harus melalui benchmark yang sudah dipasang.

• Pada jalur terikat/tertutup, pengukuran dilakukan dengan cara pulang pergi,


sedang pada jalur yang terbuka diukur dengan cara pergi pulang dan stand
ganda (double stand).

• Batas toleransi untuk kesalahan penutup maksimum 10 mm √ D, dimana D =


jumlah jarak dalam km.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -23


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Gambar 5. 3. Salah satu model theodolit.

Gambar 5. 4. Salah satu model theodolit.

6. Pengukuran Poligon

Poligon terdiri dari poligon utama pada batas saluran utama dan sepanjang
sungai, sedangkan poligon cabang untuk pengukuran detail lapangan dengan
polygon raai atau voorstaal yang terikat pada titik poligon.

Poligon Utama
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -24
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Pengukuran poligon harus diikatkan ke titik tetap yang telah ada (titik
triangulasi, benchmark yang ada), titik referensi yang digunakan harus
mendapat persetujuan direksi pekerjaan.

• Pengukuran kerangka poligon utama, baik calon bangunan air maupun


sungai dilakukan secara kring (loop).

• Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan dua (2) seri dengan ketelitian
bacaan sudut 5” (lima detik).

• Kesalahan penutup sudut maksimum 10” √ N, dimana N banyaknya titik


poligon.

• Semua BM maupun CP yang dipasang harus dilewati jalur poligon.

• Alat ukur sudut yang harus digunakan Teodolit T2 Wild atau yang sejenis (
dan pengukuran sudut dilakukan dengan titik nol yang berbeda 00,900 dan
seterusnya).

• Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur / meetband yang dikontrol


secara optis dengan T2, dilakukan pulang pergi masing-masing 2 kali
bacaan untuk muka dan belakang.

• Sudut vertikal dibaca dalam satu seri dengan ketelitian sudut 10” (dua kali
bacaan).

• Pengamatan matahari dilakukan pada salah satu titik sepanjang jalur


poligon utama. Pengamatan dilakukan pagi, sore, masing-masing dua seri
untuk pagi dan sore dan diusahaakan pengamatan pada ketinggiuan
matahari yang sama untuk pagi dan sore. Ketelitian azimuth 30”.

• Alat yang digunakan untuk pengamatan menggunakan Prisma Reolof atau


ditadah.

• Ketelitian linier poligon 1 : 5.000.

Poligon Cabang

• Poligon Cabang dilakukan dari titik poligon utama batas calon saluran
sampai pada titik poligon utama batas daerah penguasaan calon saluran.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -25


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

• Pengukuran sudut poligon dilakukan dengan satu (1) seri dengan ketelitian
sudut 2’.

• Kesalahan penutup sudut maksimum 2’ √ N, dimana N = banyaknya titik


poligon.

• Ketelitian jarak poligon cabang maksimum 1 : 3000.

• Semua benchmark yang dipasang maupun yang telah ada harus dilalui
poligon.

• Alat ukur sudut yang harus digunakan Teodolit TO Wild.

• Pengukuran jarak dilakukan dengan pita ukur/meetband yang dikontrol


secara optis dengan T0, dilakukan pulang pergi minimal satu kali bacaan.

• Pengukuran titik kontrol horizontal (titik poligon) dilaksanakan dengan cara


mengukur jarak dan sudut menurut lintasan tertutup. Pada pengukuran
poligon ini, titik akhir pengukuran berada pada titik awal pengukuran.
Pengukuran sudut dilakukan dengan pembacaan double seri, dimana besar
sudut yang akan dipakai adalah harga rata-rata dari pembacaan tersebut.
Azimut awal akan ditetapkan dari pengamatan matahari dan dikoreksikan
terhadap azimut magnetis.

7. Pengukuran Jarak

Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur 50 meter. Tingkat


ketelitian hasil pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur, sangat
tergantung kepada cara pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan tanah.
Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring dilakukan dengan cara
seperti di Gambar 5.5.
Jarak AB = d1 + d2 + d3

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -26


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

d1
d2

A 1

d3

2
B

Gambar 5. 5. Pengukuran Jarak Pada Permukaan Miring.

Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak, maka dilakukan juga pengukuran


jarak optis pada saat pembacaan rambu ukur sebagai koreksi.

8. Pengukuran Sudut Jurusan

Sudut jurusan sisi-sisi poligon adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat
ukur sudut pada waktu pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan dihitung
berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di masing-masing titik poligon.
Penjelasan pengukuran sudut jurusan sebagai berikut lihat Gambar 5.6.

α = sudut mendatar

αAB = bacaan skala horisontal ke target kiri

αAC = bacaan skala horisontal ke target kanan

Pembacaan sudut jurusan poligon dilakukan dalam posisi teropong biasa (B) dan
luar biasa (LB) dengan spesifikasi teknis sebagai berikut:

Jarak antara titik-titik poligon adalah ≤ 50 m.

Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.

Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 100 meter.

Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).

Selisih sudut antara dua pembacaan ≤ 5” (lima detik).

Ketelitian jarak linier (KI) ditentukan dengan rumus berikut.

(f x
2
= fy
2
)
KI = ≤ 1 : 5.000
∑d

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -27


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Bentuk geometris poligon adalah loop.

αAB
β B

αAC

A
C

Gambar 5. 6. Pengukuran sudut antara dua patok.

9. Pengamatan Azimuth Astronomis

Pengamatan matahari dilakukan untuk mengetahui arah/azimuth awal yaitu:

Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan akumulatif pada


sudut-sudut terukur dalam jaringan poligon.

Untuk menentukan azimuth/arah titik-titik kontrol/poligon yang tidak terlihat


satu dengan yang lainnya.

Penentuan sumbu X untuk koordinat bidang datar pada pekerjaan pengukuran


yang bersifat lokal/koordinat lokal.

Pengamatan azimuth astronomis dilakukan dengan:

Alat ukur yang digunakan Theodolite T2

Jumlah seri pengamatan 4 seri (pagi hari)

Tempat pengamatan, titik awal (BM.1)

Dengan melihat metoda pengamatan azimuth astronomis pada Gambar 5.7,


Azimuth Target (αT) adalah:
αT = αM + β atau αT = αM + ( ιT - ιM )

di mana:

αT = azimuth ke target

αM = azimuth pusat matahari


PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -28
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

(ιT) = bacaan jurusan mendatar ke target

(ιM) = bacaan jurusan mendatar ke matahari

β = sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke target

Gambar 5. 7. Pengamatan Azimuth Astronomis.

10. Pengukuran Kerangka Dasar Vertikal

Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran sipat datar


pada titik-titik jalur poligon. Jalur pengukuran dilakukan tertutup (loop), yaitu
pengukuran dimulai dan diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi
dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh ketinggian di traverse net (titik-
titik kerangka pengukuran) telah diikatkan terhadap BM

Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan


pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM) seperti
digambarkan pada Gambar 5.8.

Slag 2
Slag 1 b2 m21
b1 m1

Bidang Referensi

D
D

Gambar 5. 8. Pengukuran Waterpass.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -29


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Pengukuran waterpas mengikuti ketentuan sebagai berikut:

• Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.

• Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.

• Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang dan rambu belakang
menjadi rambu muka.

• Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang pembacaan rambu lengkap.

• Pengecekan baut-baut tripod (kaki tiga) jangan sampai longgar. Sambungan


rambu ukur harus betul. Rambu harus menggunakan nivo.

• Sebelum melakukan pengukuran, alat ukur sipat datar harus dicek dulu garis
bidiknya. Data pengecekan harus dicatat dalam buku ukur.

• Waktu pembidikan, rambu harus diletakkan di atas alas besi.

• Bidikan rambu harus diantara interval 0,5 m dan 2,75 m.

• Setiap kali pengukuran dilakukan 3 (tiga) kali pembacaan benang tengah,


benang atas dan benang bawah.

• Kontrol pembacaan benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah
(BB), yaitu : 2 BT = BA + BB.

• Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 < 2 mm.

• Jarak rambu ke alat maksimum 50 m

• Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan pengecekan garis bidik.

• Toleransi salah penutup beda tinggi (T).

• T = 10” √ D mm
Dimana : D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam satu kilo
meter.

11. Pengukuran Situasi

Dimaksudkan untuk mendapatkan data situasi dan detail lokasi pengukuran.


Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran situasi, yaitu:

• Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri.

• Ketelitian alat yang dipakai adalah 20”.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -30


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

• Poligon tambahan jika diperlukan dapat diukur dengan metode Raai dan
Vorstraal.

• Ketelitian poligon raai untuk sudut 20” √n, dimana n = banyaknya titik sudut.

• Ketelitian linier poligon raai yaitu 1 : 1000.

• Kerapatan titik detail harus dibuat sedemikian rupa sehingga bentuk topografi
dan bentuk buatan manusia dapat digambarkan sesuai dengan keadaan
lapangan.

• Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga memudahkan
penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta.

• Sudut poligon raai dibaca satu seri.

• Ketelitian tinggi poligon raai 10 cm√D (D dalam km).

Dengan cara tachymetri ini diperoleh data-data sebagai berikut:

• Azimuth magnetis.

• Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah).

• Sudut zenith atau sudut miring.

• Tinggi alat ukur.

Berdasarkan besaran-besaran tersebut diatas selanjutnya melalui proses


hitungan, diperoleh Jarak datar dan beda tinggi antara dua titik yang telah
diketahui koordinatnya (X, Y, Z).

12. Pengukuran Cross Section tampungan Air Baku

• Pengukuran Cross Section dilakukan memanjang embung dengan jarak antara


titik profil 25 m.

• Titik profil berada di posisis as embung.

• Pengukuran cross section dilakukan kekiri dan kekanan bendungan dengan


lebar penganbilan cross section harus selebar bendungan dan dilebihi t 20 m ke
kid dan ke kanan.

• Pengukuran cross section harus disesuaikan dengan perbedaan tinggi


permukaan tanah yang ada.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -31


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

• Pengukuran cross section menggunakan alat waterpass dengan ketelitian alat


yang dipersyaratkan oleh Direksi Pekerjaan, untuk perbedaan ketinggian tanah
yang terlalu besar (tebing) pengukuran dapat dilakukan dengan alat theodolite
T2 atau yang sejenisnya serta diikatkan terhadap titik yang telah diketahui
koordinat dan elevasinya.

• Untuk pengukuran cross section spilway, saluran pembuang harus disesuaikan


dengan permukaan tanahnya yaitu:

» Pengukuran pada dasar tanggul

» Pengukuran pada permukaan atas tanggul

» Pengukuran pada tepi saluran

» Pengukuran pada dasar saluran

» Pengukuran pada rencana badan jalan

» Pengukuran pada rencana as jalan

» Pengukuran pada sisi kiri - kanan jalan dengan jarak 10 meter

• Pengukuran Long section adalah pengukuran eievasi pada bendungan


(embung)

• Pengukuran long section pada access road adalah elevasi pada rencana as jalan

13. Perhitungan Hasil Pengukuran

• Semua pekerjaan hitungan sementara harus selesai di lapangan sehingga kalau


ada kesalahan dapat segera diulang untuk dapat diperbaiki saat itu pula.

• Stasiun pengamatan matahari harus tercantum pada sketsa.

• Hitungan poligon dan sipat datar digunakan hitungan perataan dengan


metode yang ditentukan oleh Direksi.

• Pada gambar sketsa kerangka utama harus dicantumkan hasil hitungan : Salah
penutup sudut poligon dan jumlah titiknya, salah linier poligon beserta harga
toleransinya, jumlah jarak, salah penutup sipat datar beserta harga
toleransinya, serta jumlah jaraknya.

• Perhitungan dilakukan dalam proyeksi UTM.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -32


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

B. Survey Mekanika Tanah


Survey mekanika tanah meliputi :

1. Investigasi Lapangan

Lokasi titik-titik penyelidikan diperlihatkan pada gambar. Penentuan/pemilihan


lokasi titik-titik penyelidikan tanah yang tepat diharapkan dapat menghasilkan
gambaran tentang kondisi lapisan tanah baik dalam arah vertikal maupun dalam
arah memanjang as rencana.

2. Pemetaan Geologi Teknik Permukaan

Pekerjaan pemetaan geologi teknik ini akan menghasilkan suatu peta geologi
teknik yang menggambarkan kondisi geologui teknik daerah kajian. Peta ini akan
menggambarkan sebaran, susunan, struktur geologi dan sifat fisik batuan
penyusun dan tanah pelapukannya. Dalam peta tersebut juga akan dijelaskan
mengenai gejala-gejala geologi yang ada, seperti : struktur strike dan dip, sesar,
stratigrafi satuan batuan berdasarkan sejarah geologinya dan sebagainya. Dari
pemetaan geologi ini selanjutnya dapat dianalisis keadaan geologi bawah
permukaan secara umum sehingga dapat digunakan sebagai dasar penentuan
titik-titik penyelidikan lebih lanjut.

Pemetaan geologi ini dilakukan dengan mengamati singkapan batuan dan tanah
pelapukannya serta gejala geologi yang berpengaruh di daerah tersebut yang
dikombinasikan dengan penyelidikan teknik lainnya.

Pengamatan dilakukan pada singkapan batuan dan tanah pelapukan dan gejala
geologi yang terdapat di daerah tersebut dan dibantu dengan menggunakan peta
geologi sekala 1 : 50.000. Pengamatan sebaran tanah/batuan ini dimaksudkan
untuk mengetahui kondisi geologi teknik berdasarkan satuan-satuan tanah dan
batuan yang ada di permukaan. Penyusunan satuan geologi teknik dilakukan
dengan cara pengelompokan tanah dan batuan yang mempunyai sifat-sifat fisik
dan keteknikan yang sama atau hampir sama, berdasarkan pada pengamatan di
lapangan dan ditunjang oleh data hasil penyondiran, pemboran, test pit dll.

Dalam pekerjaan pemetaan geologi teknik ini akan dilakukan pengamatan bahaya
yang beraspek geologi, yang meliputi : pengamatan erosi, kestabilan lereng tanah
dan batuan (potensi longsor), dan permasalahan tanah lunak dan lempung
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -33
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

mengembang (swelling clay). Untuk mengetahui karakteristik bentang alamnya,


seperti kemiringan lereng dalam kaitannya dengan jangkauan optimum sudut
lereng untuk keperluan analisis stabilitas lereng berbagai bangunan dan tata guna
lahan pada saat ini. Hasil dari pekerjaan pemetaan geologi teknik ini berupa peta
geologi teknik yang disertai dengan penampang geologi teknik beserta uraian
penjelasannya. Pemetaan geologi permukaan akan menghasilkan detail DAM Site
skala 1 : 1000.

3. Bor inti

Pemboran inti akan dilaksanakan dengan menggunakan bor mesin jenis “hydraulic
feed, rotary drilling machine”. Pekerjaan ini dilakukan dengan mengikuti prosedur
ASTM D-2113. Dalam pemboran ini akan dipakai core barrel berukuran NX.

Apabila pemboran dilakukan pada lapisan tanah maka dipakai “Single Core Barrel”
dengan pemboran kering (tanpa sirkulasi air), sedangkan pada formasi batuan
akan dipakai “double core barrel” dengan sirkulasi air (wash boring). Sirkulasi air
akan diatur sedemikian rupa sehingga “core recovery” (perolehan inti bor)
mencapai ≥ 90%. Dalam hal formasi batuannya mudah runtuh maka akan
dipasang pipa lindung (casing pipe).

Selanjutnya, inti bor akan disimpan di dalam kotak contoh (core box) yang terbuat
dari papan kayu dengan kapasitas simpan 5 x 1 m untuk setiap kotak contoh.
Kemudian inti bor di diskripsi oleh tenaga ahli geologi teknik sesuai prosedur
ASTM D.2488 (untuk contoh tanah) dan ISRM 1982 (untuk contoh batuan). Hasil
pemboran inti akan disajikan dalam format Log Pemboran Inti (format terlampir).

Pada setiap kotak contoh (core box) akan diberi tutup dan label sebagai berikut :

Nama Proyek

Nomor Lubang Bor

Kedalaman Inti Bor

4. Standar Penetration Test (SPT)

SPT akan dilaksanakan dengan mengikuti prosedur ASTM D-1586 atau SNI 03-
4153-1996 dengan penjelasan sebagai berikut :

Peralatan yang dipakai terdiri dari :

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -34


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

- Split barrel sampler

- Knocking block

- Drive hammer 63,5 kg

Pengujian dilakukan dengan menjatuhkan drive hammer dengan tinggi jatuh


75 cm hingga menumbuk knocking block.

Agar diperoleh hasil yang teliti maka pencatatan jumlah tumbukan dilakukan
setiap kemajuan penetrasi 5 cm.

Besarnya nilai SPT dinyatakan dengan N yaitu jumlah tumbukan per 30 cm


penetrasi.

Penumbukan dihentikan apabila penetrasi split barrel sampler mencapai 45


cm. Dalam hal ini, jumlah tumbukan pada penetrasi 15 cm pertama diabaikan
(tidak diperhitung-kan).

Pengujian ini dinyatakan selesai apabila :


- Penetrasi telah mencapai 45 cm

- SPT N ≥ 50

- Jumlah tumbukan ≥ 10 per 1 cm penetrasi.

Perhitungan untuk SPT sebagai berikut:

Kedalaman ditentukan setiap 20cm masuk bikonus dan stangnya.

Perlawanan Konus (PK) adalah pembacaan manometer yang pertama setelah


masuk setiap 20cm.

Jumlah Perlawanan (JP) pembacaan manometer yang kedua bilamana


menggunakan alat bikonus, bila menggunakan alat konus cukup hanya nilai
PK.

Perlawanan Gesek (PG) = JP – PK

Hambatan Pelekat (HP) = PG x 20/10

Jumlah Hambatan Pelekat (JHP) – komulatif PG

Hambatan Setempat (HS) = PG/10

5. Pengambilan Contoh Tanah Tak Terganggu

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -35


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Pada pekerjaan pemboran inti dan dilakukan pengambilan “undisturbed


sample”memakai tabung baja berukuran NX (NX size Shelby tube) dengan
mengikuti prosedur ASTM D-1587. Sebelum dipakai, tabung baja bagian dalam
diolesi pelumas dengan maksud untuk mengurangi gesekan antara dinding tabung
dengan contoh tanah. Segera setelah pengambilan contoh tanah, kedua ujung
tabung disegel/ditutup dengan paraffin cair dan ditunggu hingga mengeras.
Kemudian tabung diberi label dan disimpan ditempat yang terlindungi dari sinar
matahari maupun dari perubahan temperatur yang radikal.

6. Sumuran Uji (Test Pit)

Material konstruksi yang diperlukan dalam proyek ini terdiri dari :


Tanah (untuk tubuh bendungan)

Pasir (untuk filter dan agregat halus beton)

Krikil/split (untuk agrgat kasar beton)

Bongkah batu (untuk rip rap dan pondasi)

Untuk memenuhi kebutuhan akan material tersebut maka survey/pencarian


material konstruksi akan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
Jarak sedekat mungkin ke tubuh embung

Transportasinya mudah

Kualitas baik

Volume mencukupi kebutuhan

Oleh karena itu sumuran uji (test pit) akan diprioritaskan sedekat mungkin ke
tubuh bendungan (terutama direncana daerah genangan) Penggalian sumuran uji
akan dilakukan secara manual (tenaga manusia) dengan menggunakan peralatan
cangkul, linggis, singkup, keranjang serta meteran. Kedalaman galian
direncanakan mencapai 3 (tiga) meter.

Pekerjaan ini dianggap selesai apabila :


Mencapai batuan keras

Mencapai 0,5 m di bawah muka air tanah setempat

Runtuhan dinding galian tidak dapat diatasi

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -36


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Dimensi sumuran uji yang diusulkan oleh Konsultan adalah 1,5 m x 1,5 m x D (D =
kedalaman galian, m).

Dinding sumuran uji akan diobservasi dan dideskripsi oleh tenaga ahli geologi
teknik sesuai prosedur ASTM D.2488. Selanjutnya akan dilakukan pengambilan
contoh tanah terganggu (disturbed sample) sebanyak ± 25 kg dengan cara
mengikis dinding galian, memakai cangkul atau singkup. Contoh tanah akan
dimasukkan ke dalam karung plastik dan diberi label :
Lokasi

Nomor test pit

Kedalaman contoh

Contoh tanah akan dibawa ke laboratorium untuk diuji sifat fisik dan sifat
teknisnya. Contoh pasir/kerikil akan diambil secara acak sesuai kondisi lapangan
dan diperlakukan sama seperti halnya contoh tanah.
Hasil pekerjaan sumuran uji/tes pit akan disajikan dalam format log sumuran uji
(terlampir). Untuk contoh batu akan diambil dari quarry berupa bongkah batu
guna pengujian mekanika batuan/bahan.

7. Hand Auger (bor tangan)

Pengeboran tangan auger untuk mengetahui lebih jelas tentang susunan lapisan
tanah yang ada dan tebal setiap lapisan sampai kedalaman 5 m. Pengeboran auger
harus dilaksanakan sesuai dengan yang disebutkan standar Earth Manual atau
ASTM D-420, D1452, menggunakan alat tipe Iwan. Setiap titik dilakukan
pencatatan tentang diskripsi jenis tanah, butiran tanah, tebal setiap lapisan dan
muka air tanah.

Setiap jenis tanah di ambil contoh terganggu dan tak terganggu dari lubang bor,
sesuai untuk penyelidikan tanah lunak sampai lempung teguh.

Hand bor ini dilakukan pada titik yang tersebar pada lokasi rencana konstruksi.
Lokasi pengambilan titik bor ditentukan oleh tenaga ahli dan mendapat
persetujuan dari pihak Direksi dan setiap titik pengeboran di photo.

8. Uji Permeabilitas Lapangan

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -37


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Uji permeabilitas lapangan dilakukan bersamaan dengan pengeboran. Pada


kedalaman yang diinginkan untuk diuji permeabilitasnya pemboran dihentikan dan
lubang bor dibersihkan dari runtuhan tanah. Casing dimasukkan ke dalam lubang
sampai kedalaman yang diinginkan. Bila casing memiliki sambungan, maka
sambungan tersebut harus kedap air (tidak bocor). Pengukuran dilakukan dengan
sistem open end, yang terdiri dari dua metode, yaitu : Constant Head dan Falling
Head.
a) Metode Constant Head

Dilakukan pada lapisan tanah berbutir kasar, seperti diilustrasikan pada


Gambar 5.9.a. Cara pengujian adalah dengan memasukkan air pada casing
dengan jalan dikocorkan sambil mempertahankan posisi muka airnya.
Banyaknya air yang dikocorkan (Q) diukur untuk setiap waktu (t).

Nilai koefisien permeabilitas dapat ditentukan dengan rumus :

Q
k=
5,5.R.H

dimana :

k = koefisien permeabilitas.

Q = laju injeksi

R = jari-jari casing

H = tinggi energi

b) Metode Falling Head

Pada metode ini, Gambar 5.9.b, air dimasukkan kedalam casing sampai
penuh. Kemudian air dibiarkan turun sendiri sampai ke kedalaman tertentu
(misalnya 5 cm) sambil dicatat waktupenurunannya.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -38


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

(a) (b)

Gambar 5. 9. Pengujian Permeabilitas Lapangan.(a)metode Constant


Head(b)metode Falling Head.

Perhitungan koefisien permeabilitas dari hasil pengamatan adalah:

A h
k= log 1
F( t 2 − t 1 ) h2

dimana : k : permeabilitas

F : faktor intake

h1 : variable head pada waktu t1

h2 : variable head pada waktu t2

A : luas lubang

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -39


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

casing casing
D D

F = 2D F = 2 75D
Soil flush with bottom at Soil flush with bottom in uniform
impervious boundary soil

casing casing
D D

L L

2D 2.75D
F= F=
1 + (8L / πD) 1 + (11L / πD)
Soil in casing with bottom at Soil in casing with bottom in
impervious boundary uniform soil

Gambar 5. 10. Penentuan Faktor F pada Metode Falling Head.

c) Metode Packer

Cara ini digunakan apabila ruas uji berupa formasi batuan. Pengujian akan
mengikuti prosedur SNI 03-2411-1991. Pengujian dilakukan pada lubang bor
dengan kedalaman yang telah ditentukan.Panjang ruas uji bervariasi antara 1-5
m tergantung pada kondisi batuan pada ruas uji.

Peralatan yang dipakai terdiri dari :

 Pompa air yang mampu menghasilkan debit tertentu secara konstan pada
tekanan yang dikehendaki

 Meteran air yang telah dikalibrasi

 Manometer tekanan yang telah dikalibrasi

 Single packer (air packer)

 Selang udara

 Pipa penghantar air (stang bor)

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -40


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

 Pompa udara atau tabung gas nitrogen bertekanan tinggi

 Stopwatch

Pengujian dilakukan dengan cara :

 Mengukur dan mencatat muka air tanah pada kubar bor

 Mengembangkan single packer pada kedalaman yang telah ditentukan


sehingga menyekat lubang bor dan terbentuklah ruas uji.

 Memompakan air kedalam ruas uji melalui stang bor

 Mencatat tekanan, pembacaan volume air dan menghitung debit air


sebagai berikut :

Tekanan Pembaca volume air Debit rata-rata


( kg/cm2) Liter/menit L/det
P1 q1 q2 q3 q4 q5 q1

P2 q1 q2 q3 q4 q5 Q2

Pmax q1 q2 q3 q4 q5 Q3

P2 q1 q2 q3 q4 q5 Q4

P1 q1 q2 q3 q4 q5 Q5

Lamanya pengujian pada setiap tekanan = 5 menit sehingga total waktu yang
diperlukan untuk 5 variasi tekanan adalah 25 menit.

Perhitungan koefisien permeabilitas dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

Q L
K= ln (untuk L > 10 r)
2πLH r
Q L
K= sinh −1 (untuk r > L > 10r)
2πLH 2r

Dengan penjelasan :

K = koefisien permeabilitas (cm/det)

Q = debit air (l/det)

L = panjang ruas uji (cm)

H = tinggi tekanan air pada ruas uji


PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -41
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

r = jari-jari lubang uji

Selanjutnya dilakukan perhitungan nilai Lugeon (Lu) sebagai berikut :

10q
Lu =
LH

Dengan penjelasan :

Lu = nilai Lugeon (lt/menit/m)

Q = debit (lt/menit)

H = tekanan total pengujian (kg/cm2)

10 = konstanta

C. Survey Lokasi Quarry

Survey ini mempunyai tujuan untuk mencari bahan-bahan utama yang nantinya akan
digunakan untuk penambahan bangunan pelengkap Tampungan Air Baku. Hal
tersebut dilakukan dalam rangka mencapai biaya yang optimal dalam pembangunan
fisik bangunan pelengkap embung nantinya. Bahan-bahan yang perlu dididentifikasi
keberadaannya antara lain batu dan tanah liat.

Kegiatan C (ANALISIS DATA)


Pekerjaan ini menuntut tersedianya berbagai informasi agar dapat terselesaikan dengan
baik. Data dan informasi yang telah dikumpulkan akan dianalisis untuk menyusun suatu
sistem informasi banjir sesuai maksud dan tujuan pekerjaan ini.

Kegiatan analisis data pada kegiatan Kajian Pelaksanaan Pekerjaan Studi Potensi Air Baku
Di Kabupaten Bulungan, meliputi :

A. Analisis Topografi

Tujuan dari analisis data topografi adalah melakukan pengolahan dan perhitungan
data lapangan hasil pengukuran topografi sehingga dapat dihasilkan suatu peta
lengkap untuk memberikan gambaran permukaan tanah berupa situasi dan ketinggian
serta posisi kenampakan dari sungai.
Pada analisis topografi akan dicari tiga hal yaitu:

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -42


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

a. (i) Hitungan Kerangka Horizontal

Dalam rangka penyelenggaraan Kerangka Dasar Peta, dalam hal ini Kerangka Dasar
Horizontal/posisi horizontal (X,Y) digunakan metoda poligon. Dalam perhitungan
poligon ada dua unsur penting yang perlu diperhatikan yaitu jarak dan sudut jurusan
yang akan diuraikan berikut ini:

a. Perhitungan Koordinat Titik Poligon


Prinsip dasar hitungan koordinat titik poligon B dihitung dari koordinat titik
poligon A yang telah diketahui sebagai berikut:

XP = X A + dAP SinαAP

YP = YA + dAP CosαAP

Dalam hal ini:

XA, YA = koordinat titik yang akan ditentukan

dAP SinαAP = selisih absis (  XAP) definitif (telah

dAP CosαAP = selisih ordinat (  YAP) definitif (te

dAP = jarak datar AP definitif

αAP = azimuth AP definitif


Untuk menghitung azimuth poligon dari titik yang diketahui digunakan rumus
sebagai berikut:

α12 = α1A + β1
(
= α AP + β A + β1 − 1 180 )
α 23 = α 21 + β1 = α12 + β 2 − 180
(
= α AP + β A + β1 + β 2 − 2 180 )
α 34 = α 32 + β 3 = α 23 + β 3 − 180
(
= α AP + β A + β1 + β 2 + β 3 − 3 180 )
(
α 4B = α 43 + β 4 = α 34 + β 4 − 180 )
(
= α 43 + β A + β1 + β 2 + β 3 + β 4 − 4 180 )
Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan metoda Bowdith.
Rumus-rumus yang merupakan syarat geometrik poligon dituliskan sebagai
berikut:
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -43
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Sarat Geometriks Sudut

αAkhir - αAwal -∑β + n.1800 = fβ


di mana:

α = sudut jurusan

β = sudut ukuran

n = bilangan kelipatan

fβ= salah penutup sudut

Syarat Geometriks Absis

m
( X Akhir − X Awal ) − ∑ ∆X i =0
i =1

di mana:

Di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan

∑di = jumlah jarak

X = absis

ΔX = elemen vektor pada sumbu absis

m = banyak titik ukur

Koreksi Ordinat

di
K∆Y = − f∆Y
∑ di

di mana:

di = jarak vektor antara dua titik yang berurutan

∑di = jumlah jarak

Y = ordinat

ΔY = elemen vektor pada sumbu ordinat

m = banyak titik ukur


Untuk mengetahui ketelitian jarak linier-(SL) ditentukan berdasarkan besarnya
kesalahan linier jarak (KL)

SL = ( f∆X 2
+ f∆Y 2 )
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -44
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

KL =
( f∆X 2
+ f∆Y 2)≤ 1 : 5.000
∑D

b. Pengamatan Azimuth Astronomis


Untuk menghitung azimuth matahari didasarkan pada rumus-rumus sebagai
berikut:

Sinδ − Sinϑ.Sinm
Cosα M =
Cosϑ.Cos.m

di mana:

αM = azimuth matahari

δ = deklinasi matahari dari almanak matahari

m = sudut miring ke matahari

∂ = lintang pengamat (hasil interpolasi peta topografi)

Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut Zenith
(Z) yang

Z d = Z u + r ± 1 d − p ± i atau
2

md = mu − r ± 1 d + p ± i
2
di mana:

Zd = sudut zenith definitif

Md = sudut miring definitif

Zu = sudut zenith hasil ukuran

Mu = sudut zenith hasil ukuran

R = koreksi refraksi

1/2d = koreksi semidiameter

p = koreksi paralax

I = salah indeks alat ukur

b. (ii) Hitungan Kerangka Vertikal


Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan dengan melakukan
pengukuran beda tinggi antara dua titik terhadap bidang referensi (BM).
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -45
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Syarat geometris :

H Akhir − H Awal = ∑ ∆H ± FH

(
T = 8 D mm )
Hitungan beda tinggi : ∆H 1−2 = Btb − Btm

Hitungan tinggi titik : H 2 = H 1 + ∆H 12 + KH

di mana:

H = tinggi titik

H = beda tinggi

Btb = benang tengah belakang

Btm = benang tengah muka

FH = salah penutup beda tinggi

KH = koreksi beda tinggi

d
= FH
∑d
T = toleransi kesalahan penutup sudut

D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter)

c. (iii) Perhitungan Situasi Detail


Data-data hasil pengukuran situasi detail sebagai berikut:

Azimuth magnetis

Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)

Sudut zenith atau sudut miring

Tinggi alat ukur


Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat (X, Y, Z),
digunakan rumus sebagai berikut:

TB = T A + ∆H

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -46


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

1 
∆H =  100(Ba − Bb )Sin 2m + TA − Bt
2 

Dd = DOCos2m

Dd = 100(Ba - Bb)Cos2m

di mana:
TA = titik tinggi A yang telah diketahui
TB = titik tinggi B yang akan ditentukan
ΔH = beda tinggi antara titik A dan B
Ba = bacaan benang diafragma atas
Bb = bacaan benang diafragma bawah
Bt = bacaan benang diafragma tengah
TA = Tinggi alat
Do = jarak optis (100(
Ba-Bb)
)
m = sudut miring
Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta terbatasnya
kemampuan jarak yang dapat diukur dengan alat tersebut, maka akan diperlukan titik-
titik bantu yang membentuk jaringan poligon kompas terikat sempurna. Sebagai
konsekuensinya pada jalur poligon kompas akan terjadi perbedaan arah orientasi
utara magnetis dengan arah orientasi utara peta sehingga sebelum dilakukan
hitungan, data azimuth magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi azimuth
geografis. Hubungan matematik koreksi boussole (C) adalah:

C = αg - α m
di mana:
αg = azimuth geografis
αm = azimuth Magnetis

d. (iv) Penggambaran Topografi

a. Setiap gambar peta harus berisi

• Garis tepi wajah peta.

• Garis-garis silang grid yang berjarak 10 cm baik vertikal maupun horizontal


dengan sayap lembar sayap grid 0,5 cm.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -47


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

• Kop di pojok kanan bawah lembar peta disesuaikan dengan Kop Direksi.

• Legenda gambar dan penunjuk arah utara.

b. Penggambaran situasi peta ikhtisar dengan skala 1 : 5000 dengan selang garis
ketinggian 1 m untuk daerah tinggi (berbukit) sedangkan untuk daerah pengukuran
yang rata selang garis ketinggian 0.5 m.

• Detail situasi digambar dengan skala 1 : 500 dan selang garis tinggi 1 m atau 0.5
m.

• Batas genangan muka air banjir dan muka air normal ditebalkan dan diwamai.

• Penulisan huruf dan angka dengan cetak atau sablon dengan model dan format
sesuai dengan petunjuk tim teknis.

• Tebal garis dalam gambar situasi maupun gambar cross section harus sesuai
dengan standar yang disetuji tim teknis.

c. Long section digambar dengan skala vertikal 1 : 100 atau 1 : 200 dan skala
horizontal 1 : 1.000 atau skala 1 : 2.000.

B. Analisis Hidrologi
Data-data hidrologi terutama berupa data curah hujan, yang akan dianalisis guna
kebutuhan perencanaan dimensi bangunan pengendali banjir.

Analisis data hidrologi yang dilakukan antara lain :

1. Analisis Data Curah Hujan

a. Uji konsistensi data hujan

b. Memperkirakan data curah hujan yang hilang

c. Menentukan hujan wilayah


Dari data curah hujan yang telah dikumpulkan akan dilakukan analisis untuk
memperkirakan debit banjir yang terjadi untuk periode ulang 10, 20, 50 dan 100
tahunan.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -48


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Mulai

Data
Curah Hujan Harian
Maksimum

Analisa Frekuensi Curah Hujan

Metode
Metode Normal
Gumbell

Metode Log Normal


Metode Pearson III
2 Parameter

Metode Log Normal


Metode Log Person III
3 Parameter

Curah Hujan RencanaN Periode

Uji Kecocokan
(Smirnov-Kolmogorov)

Pemilihan Hujan Rencana

Perhitungan Intensitas Hujan &


Kurva IDF

Intensitas Hujan N Periode

Pemilihan Intensitas Rencana

Hasil
Curah Hujan Rencana
Intensitas Hujan
Rencana

Selesai

Gambar 5. 11. Bagan Alir Analisis Hidrologi.

1. Analisis Data Curah Hujan


Dengan mengetahui tabel curah hujan di lokasi proyek atau di daerah sekitarnya yang
diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika setempat, maka kita dapat
menggunakannya untuk kepentingan pekerjaan perencanaan teknis.
Data-data curah hujan yang diperoleh pada suatu lokasi proyek kadang kala tidak
lengkap, berasal lebih dari satu stasiun pengamat hujan dan bahkan tidak ada sama

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -49


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

sekali. Untuk itu perlu dilakukan analisis agar data yang digunakan mewakili
karakteristik daerah proyek yang bersangkutan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
gambar dibawah ini yang menerangkan pengolahan data hujan menjadi hujan
wilayah.

(i) Uji Konsistensi Data Hujan


Pada dasarnya metoda pengujian tersebut merupakan pembandingan data stasiun
yang bersangkutan dengan data stasiun lain di sekitarnya. Hal ini dilakukan dengan
asumsi perubahan meteorologi tidak akan menyebabkan perubahan kemiringan garis
hubungan antara data stasiun tersebut dengan data stasiun di sekitarnya, karena
stasiun-stasiun lainnya pun akan ikut terpengaruh kondisi yang sama.
Konsistensi data-data hujan bagi masing-masing stasiun dasar (stasiun yang akan
digunakan untuk menguji) harus diuji terlebih dahulu dan yang menunjukkan catatan
yang tak konsisten harus dibuang sebelum dipergunakan.
Jika tidak ada stasiun yang bisa dijadikan stasiun dasar, atau tidak terdapat catatan
historis mengenai perubahan data, maka analisis awal terhadap data adalah
menghapus data-data yang dianggap meragukan. Konsistensi data hujan dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Cara Regresi / Korelasi

Mencari korelasi antara stasiun yang akan diuji konsistensinya dengan data stasiun
pembanding. Bila korelasi kedua data mendekati satu maka data tersebut dapat
dikatakan konsisten. Cara ini dipakai jika daerah aliran (cathment area) kedua
stasiun kondisinya dapat diasumsikan homogen. Bila kondisi daerah aliran tidak
homogen, misalkan ada gunung maka cara regresi/kolerasi tidak berlaku.

b. Cara Masa Ganda

Data hujan pada suatu stasiun akan diuji konsistensinya dengan meninjau data pos
hujan di sekitarnya. Caranya adalah dengan memplot data hujan kumulatifnya
(sebagai absis). Jika dari data-data tersebut bisa ditarik suatu garis lurus dengan
kemiringan tertentu, maka data tersebut dianggap konsisten. Apabila terdapat
perubahan kemiringan, maka data-data yang menyebabkan kemiringan tersebut
harus disesuaikan dengan perbandingan kemiringan dari kedua segmen kurva.
Dalam mempergunakan metode ini diperlukan ketelitian. Titik-titik yang
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -50
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

tergambar selalu berdeviasi di sekitar garis rata-rata, dan perubahan kemiringan


hanya dapat diterima bila didukung oleh penjelasan lain.

(ii) Memperkirakan Data Curah Hujan yang Hilang


Cara yang biasa digunakan disajikan dalam uraian berikut ini, yaitu cara rata-rata
aljabar, rasio normal dan kebalikan kuadrat jarak. Uraian cara tersebut adalah sebagai
berikut:

a. Rata-rata Aljabar

Cara rata-rata aljabar maksudnya adalah memperkirakan data curah hujan yang
tidak lengkap dengan menghitung rata-rata curah hujan dari stasiun-stasiun yang
terdekat dengan stasiun yang ditinjau pada waktu yang sama.

Misalkan A, B, C dan D adalah stasiun pengamat hujan, apabila pada stasiun D ada
data hujan yang tidak lengkap maka data hilang tersebut dapat diperkirakan
dengan rumus:
HD = 1/3 (HA + HB + HC),
dimana :
HA, HB, HC = data hujan teramati pada masing-masing stasiun (A, B, C)
HD = data hujan yang diperkirakan pada stasiun D.

Cara tersebut berlaku, apabila perbedaan antara data hujan pada stasiun terdekat
untuk jangka waktu tahunan rata-rata < 10 %.

b. Perbandingan (Ratio) Normal

Bila ternyata perbedaan data hujan untuk jangka waktu tahunan rata-rata antara
stasiun hujan yang terdekat > 10 %, maka cara ratio normal lebih dianjurkan.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut:

1  ND ND ND 
HD =  HA + HB + HC  ,
3  NA NB NC 

dimana :
NA, NB, NC = hujan tahunan rata-rata pada masing-masing stasiun A, B dan C

ND = hujan tahunan rata-rata pada stasiun D.

HA, HB, HC = hujan pada masing-masing stasiun A, B dan C.

HD = data hujan yang diperkirakan pada stasiun D.


PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -51
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Perhitungan-perhitungan ini akan lebih mendekati kenyataan jika digunakan pada


daerah pegunungan.

c. Kebalikan Kuadrat Jarak

Metode ini digunakan oleh ‘US National Weather Service’ untuk peramalan debit
sungai. Dengan memperkirakan hujan pada suatu stasiun sebagai rata-rata
berbobot dari empat stasiun yang terdekat di mana masing-masing terdapat
dalam kuadran yang dibatasi oleh garis utara-selatan dan timur-barat melalui
stasiun yang bersangkutan.

Rumus yang dipergunakan adalah:


1 1 1 1
2 HI + 2 H II + 2 H III + H
RI R II R III R IV 2 IV
HX = ,
1 1 1 1
2 + 2 + 2 +
RI R II R III R IV 2
dimana :

HI, HII, HIII, HIV = hujan pada masing-masing stasiun pada kuadran I, II, III dan IV

RI, RII, RIII, RIV = jarak masing-masing stasiun terhadap stasiun yang ditinjau

Hx = hujan yang diperkirakan pada sistem yang ditinjau.


Apabila satu atau lebih kuadran tidak terisi stasiun hujan, seperti yang mungkin
terjadi pada kasus suatu titik pada daerah pantai, maka perhitungannya hanya
melibatkan kuadran yang tersisa.

(iii) Menentukan Hujan Wilayah

Curah hujan yang diperlukan untuk penyusunan rancangan pemanfaatan air adalah
curah hujan rata-rata di seluruh daerah yang bersangkutan. Stasiun-stasiun pengamat
hujan yang tersebar pada suatu daerah aliran dapat dianggap sebagai titik (point).

Tujuan mencari hujan rata-rata adalah mengubah hujan titik (point rainfall) menjadi
hujan wilayah (regional rainfall) atau mencari suatu nilai yang dapat mewakili pada
suatu daerah aliran. Ada tiga cara pendekatan untuk menghitung hujan rata-rata yang
akan diuraikan berikut ini.

a. Cara Rata-rata Aljabar

Metode ini adalah yang paling sederhana yaitu dengan merata-ratakan tinggi
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -52
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

curah hujan yang terukur dalam daerah yang ditinjau secara aritmatik.
Keuntungan cara ini adalah lebih obyektif jika dibandingkan dengan cara lain. Hasil
yang diperoleh dengan cara ini tidak berbeda jauh dari hasil yang didapat dengan
cara lain jika dipakai pada:

 daerah datar

 stasiun-stasiun penakarnya banyak dan tersebar merata, dan jika

 masing-masing data tidak bervariasi banyak dari nilai rata-ratanya


Hujan rata-rata dapat dihitung dengan rumus pendekatan:
1 n
RH = ∑H
n i =1 i
dimana:
Hi = hujan pada masing-masing stasiun i (1,2,…., n dalam areal yang
ditinjau)

N = jumlah stasiun

RH = rata-rata hujan

Perlu diketahui bahwa untuk menghitung hujan wilayah dengan menerapkan cara
rata-rata aljabar, data hujan yang ditinjau dan diperhitungkan adalah data hujan
yang berada di dalam daerah aliran (cathment area) dalam hal ini H1, H2, …., Hn.
Yang berada di luar daerah aliran tidak dihitung.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -53


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Mulai

Pembacaan Data: A
Daerah, JStasiun, JTahun,
Stasiun, Lintang, Bujur, Data
Hujan
Penulisan hasi:
data hujan yang
Proses perhitungan dilengkapi
jumlah data kosong

Pembacaan Data:
Penulisan Hasil: Bobot wilayah
persentase data kosong polygon Thiessen
tiap stasiun

Proses perhitungan
Proses perhitungan hujan wilayah
jarak antar stasiun

Penulisan hasil:
Penulisan hasil: hujan wilayah Yes
jarak antar stasiun

Untuk tiap stasiun dan tiap bulan Hitung hujan


wilayah lagi?

Proses sortir:
No
jarak terdekat thd 3 stasiun yang
mempunyai data
Analisis Homogenitas

Proses pengisian data


kosong
Selesai

Gambar 5. 12. Bagan alir proses pengolahan data hujan menjadi hujan wilayah.

b. Cara Poligon Thiessen

Cara ini sering dipakai karena mengimbangi tidak meratanya distribusi alat ukur
dengan menyediakan suatu faktor pembobot (weighting factor) bagi masing-
masing stasiun. Cara Poligon Theiessen dapat dipakai pada daerah dataran atau
daerah pegunungan (dataran tinggi) dan stasiun pengamat hujan minimal ada tiga,
sehingga dapat membentuk segitiga.

Koordinat/lokasi stasiun diplot pada peta, kemudian hubungkan tiap titik yang

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -54


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

berdekatan dengan sebuah garis lurus sehingga membentuk segitiga. Garis-garis


bagi tegak lurus dari garis-garis penghubung ini membentuk poligon di sekitar
masing-masing stasiun. Sisi-sisi setiap poligon merupakan batas luas efektif yang
diasumsikan untuk stasiun tersebut. Luas masing-masing poligon ditentukan
dengan planimetri atau cara lain.

Hujan rata-rata dapat dihitung dengan rumus pendekatan :


n

∑H .L
i =1
i i
RH = n

∑Li =1
i

dimana:

Hi = hujan pada masing-masing stasiun 1,2,…., n

Li = luas poligon masing-masing stasiun 1,2,…,n

n = jumlah stasiun yang ditinjau

RH = rata-rata hujan

Kendala terbesar dari metode ini adalah sifat ketidakluwesannya, dimana suatu
diagram poligon Thiessen baru, selalu diperlukan setiap kali terdapat suatu
perubahan dalam jaringan alat ukurnya.

c. Cara Isohyet
Cara ini merupakan cara rasional yang terbaik dalam merata-ratakan hujan pada
suatu daerah, jika garis-garis digambar dengan akurat. Cara ini dapat dipakai bila
stasiun curah hujan cukup banyak dan tersebar merata pada daerah aliran sungai.
Cara ini agak sulit mengingat proses penggambaran peta isohyet (serupa dengan
garis kontur pada peta topografi) harus mempertimbangkan topografi, arah angin
dan faktor di daerah yang bersangkutan. Lokasi stasiun dan besar datanya diplot
dalam peta, kemudian digambar garis yang menghubungkan curah hujan yang
sama (prosesnya sama dengan penggambaran garis kontur pada peta topografi)
dengan perbedaan interval berkisar antara 10 sampai 20 mm. Luas bagian daerah
antara dua garis isohyet berdekatan yang termasuk bagian-bagian daerah itu
kemudian diukur dengan planimetri. Besarnya rerata curah hujan dapat dihitung
dengan formulasi sebagai berikut :

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -55


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

∑H .L
i =1
i i
RH = n

∑Li =1
i

dimana :

Hi = hujan pada masing-masing stasiun L1,L2,…., Ln

Li = luas bagian-bagian antara garis-garis isohyet

n = jumlah bagian-bagian antara garis-garis isohyet


RH = rata-rata hujan
Cara ini akan menjadi lebih sulit jika titik-titik pengamatan hujan itu banyak dan
variasi curah hujan yang cukup besar pada daerah tersebut. Hal ini disebabkan
kemungkinan individual error si penggambar isohyet akan bertambah besar.

Gambar 5. 13. Metode pemetaan hujan wilayah, (a) Poligon Thiessen (b) Isohyet.

(iv) Analisis Intensitas Hujan


Bermacam-macam metoda untuk menentukan intensitas hujan, terutama untuk
intensitas hujan dalam waktu yang pendek. Ditinjau sifat data yang dipakai, metoda-
metoda tersebut terbagi atas :

1. Memakai data intensitas hujan yang dicatat dalam waktu yang pendek.

2. Memakai curah hujan harian maksimum untuk berbagai periode ulang


sebagai data basis.
Untuk daerah proyek, tidak didapatkan data intensitas hujan, karena di daerah
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -56
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

tersebut tidak ada penakar hujan otomatis, oleh sebab itu untuk Analisis intensitas
hujan digunakan cara kedua seperti tersebut di atas.
Untuk memperoleh kurva IDF (Intensity Duration Frequency) bagi daerah proyek,
digunakan metoda Alternating Block Method (ABM) Mononobe yang menggunakan
data harian maksimum untuk mendapatkan intensitas hujan.
2
 R 24   24  3
I =  T  ×  
t
T
 24   t 

dengan:

ItT : intensitas curah hujan pada durasi t untuk kala ulang T tahun (mm/jam),

t : durasi curah hujan (jam),

R24T : curah hujan harian maksimum dengan kala ulang T tahun (mm).

Untuk mendapatkan intensitas hujan dengan durasi yang lebih pendek, maka dibuat
dengan cara membandingkannya dengan intensitas hujan daerah lainnya yang telah
diketahui.

(v) Menentukan Curah Hujan Harian Maksimum Analisis Frekuensi Curah


Hujan
Penentuan curah hujan maksimum dengan periode ulang tertentu dapat dihitung
menggunakan metode Analisis Frekuensi. Beberapa metoda yang sangat dikenal
antara lain adalah Metoda Distribusi Normal, Log Normal, Log Pearson Type III, dan
Gumbel Type I. Metoda yang dipakai nantinya harus ditentukan dengan melihat
karakteristik distribusi hujan daerah setempat. Periode ulang yang akan dihitung pada
masing-masing metode adalah untuk periode ulang 2, 5, 10, 25, 50 serta 100 tahun.

a. Distribusi Normal

Merupakan fungsi distribusi kumulatif (CDF) Normal atau dikenal dengan distribusi
Gauss (Gaussian Distribution). Distribusi normal memiliki fungsi kerapatan
probabilitas yang dirumuskan :

1  x−µ 
2

f ( x) = . exp − .
1 −∞ < x < ∞
σ . 2.π 2  σ  
 

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -57


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Dimana :

σ = Nilai rata-rata

µ = standar deviasi

b. Distribusi Log Normal

Fungsi kerapatan probabilitas Log Normal adalah sebagai berikut :

1   ln x − λ 
2

f (x) = . exp− 1 .  
ξ.x. 2.π  2  ξ  

Dimana :

λ = E ln x

ξ = Var. ln( x )

Persamaan : log XTR = log + k.Slogx

S log x
Cv =
log x

∑ (log x − log x )
i
2

Slogx = (n − 1)

∑ log x i

log x = n

Dimana :

XTR = Besarnya curah hujan dengan periode ulang t

n = Jumlah data

log x = Curah hujan harian maksimum rata-rata dalam harga logaritmik

k = Faktor frekuensi dari Log Normal 2 parameter, sebagai fungsi dari


koefisien variasi, Cv dan periode ulang t

Slogx = Standard deviasi dari rangkaian data dalam harga logaritmiknya

Cv = Koefisien variasi dari log normal w parameter

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -58


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

c. Distribusi Log Pearson

Secara sederhana fungsi kerapatan peluang distribusi Log Pearson ini mempunyai
persamaan sebagai berikut

log Xt = log Xi + KT.Si

∑ log Xi
log X = N

(log Xi − log X) 2
Si = standar deviasi = N−1

∑(log Xi − log X) 2
Cs = Koefisien skewness = (N − 1).(N − 2)Si
3

Dimana :

KT = Koefisien frekuensi didapat dari tabel.

d. Distribusi Gumbel

Metoda distribusi Gumbel banyak digunakan dalam Analisis Frekuensi hujan yang
mempunyai rumus

Rt = R + K. Sx

K = (yt - yn)/Sn.

Yt = - (0,834 + 2,303 log T/T-1)

Dimana:

Rt = Curah hujan untuk periode ulang T tahun (mm).

R = Curah hujan maksimum rata-rata

Sx = Standar deviasi

K = Faktor frekuensi

Sn, Yn = Faktor pengurangan deviasi standar rata-rata sebagai fungsi dari jumlah
data.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -59


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

(vi) Uji Kecocokan


Pengujian kecocokan sebaran adalah untuk menguji apakah sebaran yang di pilih
dalam pembuatan duration curve cocok dengan sebaran empirisnya. Pengujian
parameter dilakukan dengan 2 metode, Smirnov-Kolmogorov dan Chi-Kuadrat.

a. Metode Smirnov-Kolmogorov
Prosedur dasarnya mencakup perbandingan antara probabilitas kumulatif
lapangan dan distribusi kumulatif fungsi yang ditinjau. Sampel yang berukuran N,
diatur dengan urutan yang meningkat. Dari data yang diatur akan membentuk
suatu fungsi frekuensi kumulatif tangga.
Prosedur pengujian ini adalah sebagai berikut:
Urutkan data (dari besar ke kecil atau sebaliknya) dan tentukan besarnya peluang
dari masing-masing data tersebut:

X1 P(X1)

X2 P(X2)

XN P (XN)

Tentukan nilai masing-masing peluang teoritis dari hasil penggambaran data.

X1 P’(X1)

X2 P’(X2)

XN P’(XN)

Dari kedua nilai peluang tersebut tentukan selisih terbesar antara peluang
pengamatan dengan peluang teoritis.

D = Maksimum [ P (Xm) – P’(Xm) ]

Apabila D lebih kecil dari Do maka distribusi teoritis yang digunakan untuk
menentukan persamaan distribusi dapat diterima, tetapi apabila D lebih besar dari
Do maka distribusi teoritis yang digunakan untuk menentukan distribusi tidak
dapat diterima.

b. Metode Chi Kuadrat

Uji Chi Kuadrat dimaksudkan untuk menentukan apakah persamaan distribusi


peluang yang telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik data yang dan analisis.
Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter X2Cr yang di hitung
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -60
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

dengan rumus :

(OF − EF ) 2
X2Cr = ∑ EF
dimana :

X2Cr = harga Chi Kuadrat

EF = banyaknya frekuensi yang diharapkan

OF = frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama

n = jumlah data

Prosedur Chi Kuadrat adalah :

 Urutkan data pengamatan dari besar ke kecil atau sebaliknya

 Hitung jumlah kelas yang ada (k) = 1 + 1,33 log n. dalam pembagian kelas
disarankan agar masing-masing kelas terdapat empat buah data
pengamatan.

 Hitung nilai EF = jumlah data (n)/jumlah kelas (k)

 Tentukan nilai OF untuk masing-masing kelas

 Hitung nilai X2Cr untuk masing-masing kelas kemudian hitung nilai total
X2Cr

 Nilai X2Cr dari perhitungan harus lebih besar dari nilai X2Cr dari tabel
untuk derajat nyata tertentu (Level of Significance) yang sering diambil
sebesar 5% dengan parameter derajat kebebasan.

Rumus Derajat Kebebasan :

DK = k – (P + 1)

Dimana:

DK = derajat kebebasan

k = jumlah kelas

P = banyaknya keterikatan ( nilai P = 2 untuk distribusi normal

Dan binomial, nilai P = 1 untuk distribusi Poisson dan Gumbel)

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -61


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Perhitungan Chi Kuadrat :

 Jumlah kelas (k) = 1 + 1,33 log n

 Derajat Kebebasan (DK) =k–(P+1)

 EF = n/k

(vii) Penentuan Jenis Sebaran


Untuk menentukan jenis sebaran diperlukan faktor-faktor :

 Standar deviasi (Sx)

 Koefisien kemencengan (Cs)

 Koefisien variasi (Cv)


Maka data curah hujan yang ada dihitung dengan menggunakan rumus :
(Xi – X), (Xi – X)2, (Xi – X)4
di mana:
Xi = Curah hujan maksimum

a. Deviasi Standart (Sx)

Ukuran sebaran yang paling banyak digunakan adalah deviasi standart (standart
deviation). Apabila penyebaran sangat besar terhadap nilai rata-rata, maka hasil Sx
akan besar, tetapi apabila penyebaran data sangat kecil terhadap nilai rata-rata
maka Sx akan kecil.

Rumus :

Sx =
∑ ( Xi − X ) 2

n −1

dimana :

Sx = Standart deviasi

Xi = Curah hujan maksimum

X = Curah hujan rata-rata

n = Banyaknya tahun pengamatan

b. Koefisien Skewness (Cs)

Kemencengan (Skewness) adalah suatu nilai yang menunjukan derajat


ketidaksimetrian (assymetry) dari suatu bentuk distribusi. Apabila kurva frekuensi
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -62
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

dari suatu distribusi mempunyai ekor memanjang dari kanan atas kekiri terhadap
titik pusat maksimum kurva tersebut tidak akan berbentuk simetris.

Keadaan tersebut disebut menceng kekanan atau kekiri. Pengukuran


kemencengan tersebut adalah mengukur seberapa besar kurva frekuensi dari
suatu distribusi tidak simetri atau menceng. Ukuran kemencengan dinyatakan
dengan besarnya koefisien kemencengan (coefficient of skewness) dan dapat
dihitung dengan persamaan di bawah ini:

n∑ ( Xi − X ) 2
Cs =
(n − 1)(n − 2) Sx 3

c. Koefisien kurtosis (Ck)

Pengukuran kurtosis dimaksudkan untuk mengukur keruncingan dari bentuk kurva


distribusi dan sebagai perbandingnya adalah distribusi normal. Koefisien kurtosis
(coefficient of curtosis) dirumuskan sebagai berikut :

n 2 ∑ ( Xi − X ) 4
Ck =
(n − 1)(n − 2)(n − 3) Sx 4

d. Koefisien Variasi

Koefisien variasi (variation coefficient) adalah nilai perbandingan antara deviasi


standar dengan nilai rata-rata hitung dati suatu distribusi. Koefisien variasi dapat di
hitunga dengan rumus sebagai berikut :

Sx
Cv =
X

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -63


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Tabel 5. 1.
Kriteria Persyaratan Pemilihan Distribusi
(Sumber : Ir. Sri Harto, 1981, Hidrologi Terapan).
Jenis distribusi Syarat
Distribusi Normal Cs ≅ 0
Distribusi Log Normal Cs ≅ 3Cv + Cv2
Cs ≅ 0,2146
Distribusi Log Person Cs < 0
Distribusi Gumbel Cs ≤ 1,1396
Ck ≤ 5,4002

2. Menentukan Debit Banjir Rencana


Debit banjir adalah maksimum debit sungai atau saluran alam pada suatu periode
ulang tertentu. Bagan alir untuk analisis debit banjir rancangan dengan hidrograf
satuan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5. 14. Bagan alir hitungan banjir rancangan dengan cara Hidrograf Satuan.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -64


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Penentuan debit banjir rencana, dilakukan menurut ketentuan Tata Cara


Perhitungan Debit Banjir Rencana, SNI. Penentuan debit banjir dapat dilakukan
dengan beberapa cara, yaitu Metode Rasional, Metode Unit Hidrograf Nakayasu,
Metode SCS dan Metode Gama I.

(i) Metode RASIONAL

a. Daerah Pengaliran
Luas daerah tangkapan hujan pada perencanaan saluran adalah daerah
pengaliran yang menerima curah hujan selama waktu tertentu (intensitas
hujan) sehingga menimbulkan debit limpasan yang harus ditampung oleh
saluran untuk dialirkan ke sungai. Penampang melintang daerah pengaliran (A)
seperti pada Gambar F.15 dengan panjang yang ditinjau adalah sepanjang
saluran (L).
A = Lt x L
A = L (L1 + L2 + L3)

b. Waktu Konsentrasi

Waktu konsentrasi (tC) adalah waktu yang diperlukan untuk air hujan dari
daerah yang terjauh dalam daerah pengaliran untuk mengalir menuju ke suatu
titik atau profil melintang saluran tertentu yang ditinjau. Besarnya waktu
konsentrasi didefinisikan sebagai:
t C = t1 + t 2

di mana:

tC = waktu konsentrasi (menit)

t1 = inlet time (menit)

t2 = waktu pengaliran (menit)

c. Inlet Time (t1)

Inlet time atau waktu pencapaian awal adalah waktu yang diperlukan untuk
titik air terjauh dalam daerah pengaliran mengalir pada permukaan tanah
menuju ke saluran permukaan yang terdekat. Inlet time dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti kondisi dan kelandaian permukaan, luas dan bentuk
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -65
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

daerah tangkapan.
Rumus inlet time:
0.167
2 n 
t 1 =  x 3.28 xL t x d 
3 k

di mana:

t1 = inlet time (menit)

Lt = panjang dari titik terjauh sampai saluran (m)

k = kelandaian permukaan

nd = koefisien hambatan (pengaruh kondisi permukaan yang dilalui aliran)


Sketsa dari panjang titik terjauh dapat dilihat pada gambar berikut ini.
L3

CL

L1 L2

a) L3>(L1+L2 )
Perkerasan Bahu

C L3
L

b) L1 L2

L3>(L1+L2 )

Gambar 5. 15. Sketsa Batas Daerah Pengaliran yang diperhitungkan.

L1 dan L2 ditentukan dari klasifikasi jalan, sedangkan L2 tergantung dari terrain


di lapangan karena daerah pengaliran dibatasi oleh titik-titik tertinggi pada
bagian kiri dan kanan jalan berupa alur dan saluran yang memotong jalan.

1) Jika L3 > (L1 + L2), maka Lt = L3

2) Jika L3 < (L1 + L2), maka Lt = (L1 + L2)


Besarnya koefiesien hambatan untuk beberapa kondisi lahan sebagai berikut:

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -66


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Tabel 5. 2. Koefisien Hambatan.


Kondisi Permukaan yang
nd
Dilalui Aliran
1. Lapisan semen dan aspal beton 0,013
2. Permukaan halus dan kedap air 0,02
3. Permukaan halus dan padat 0,10
4. Lapangan dengan rumput jarang,
ladang, tanah lapang kosong 0,20
dengan permukaan cukup kasar
5. Ladang dan lapangan rumput 0,40
6. Hutan 0,60
7. Hutan dan rmba 0,80
Keterangan :

1) Kelandaian :

Untuk L1, k1 = 2 – 3%

Untuk L2, k2 = 3 – 5%

Untuk L3, k3 = sesuai dengan kondisi di lapangan

2) Lebar :

Lebar daerah pengaliran yang diperitungkan = panjang saluran yang


dihitung

d. Waktu Pengaliran (t2)

Waktu pengaliran (t2) adalah waktu yang diperlukan untuk air mengalir dari
saluran permulaan menuju ke suatu profil melintang saluran tertentu yang
ditinjau. Waktu pengaliran diperoleh sebagai pendekatan dengan membagi
panjang aliran maksimum dari saluran dengan kecepatan rata-rata aliran pada
saluran tersebut.

L
t2 =
60 v

di mana:

t2 = waktu pengaliran (menit)

L = panjang saluran (m)

Nilai kecepatan rata-rata diperoleh dari rumus Manning:

1 2 / 3 1/ 2
v= R S
n

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -67


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

dengan:

v = kecepatan aliran rata-rata (m/dtk)

R = jari-jari hidraulis (m) = A/P

A = luas penampang basah (m2)

P = keliling basah (m)

S = kemiringan saluran

n = koefisien kekasaran Manning

e. Debit Aliran
Debit aliran dicari dengan menggunakan Metode Rasional, karena daerah
pengaliran yang ditinjau tidak luas dan curah hujan dianggap seragam untuk
suatu luas daerah pengaliran yang kecil. Rumus Metode Rasional:
Qa = CIA

di mana:

Qa = debit aliran (m3/dtk)

C = koefisien pengaliran

I = intensitas hujan selama waktu konsentrasi (m/dtk)

A = luas daerah pengaliran (m2)

Intensitas hujan diperoleh dari persamaan lengkung intensitas hujan rencana.

(ii) Metode HIDROGRAF NAKAYASU


Analisis hidrograf yang digunakan menggunakan cara Nakayasu, dengan rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut :
C A Ro
Qp =
3,6 ( 0,3Tp + T0,3 )

Dimana :

Qp = debit puncak bamjir (m3 / detik)

Ro = hujan satuan (mm)

Tp = tenggang waktu dari permulaan hujan sampai puncak banjir (jam)

T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30 % dari debit puncak (jam)

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -68


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

1. Bagian lengkung naik (rising limb ) hidrograf satuan mempunyai persamaan :

 t 
Qa = Qp  2, 4
T 
 p

Dimana :

Qa = limpasan sebelum mencapai debit puncak (m3/detik)

t = Waktu (jam)

2. Bagian lengkung turun (decreasing limb)


t − Tp

a. Qd >0,3 Qp : Qd = Qp* 0.3


T0 , 3

t − Tp + 0 , 5 T0 , 3

b. 0,3 Qp > Qd >0,32 Qp : Qd = Qp * 0,3


1, 5 T0 , 3

t − Tp +1, 5 T0 , 3

c. 0,32 Qp > Qd : Qd = Qp * 0.3


2 T0 , 3

Sedangkan waktu Tp = tg + 0,8 tr

dimana untuk

L < 15 km tg = 0,21 L0,7

L > 15 km tg = 0,4 + 0,058 L

Dimana :

L = panjang alur sungai (km)

tg = waktu konsentrasi (jam)

tr = 0,5 tg sampai tg (jam)

T 0,3 = αtg (jam)

Dengan besarnya α :

• untuk daerah pengaliran biasa α = 2

• untuk bagian naik hidrograf yang lambat dan bagian menurun yang cepat α
= α 15

• untuk bagian naik hidrograf yang cepat dan bagian menurun yang lambat α
=3

Asumsi yang dipergunakan dalam perhitungan ini adalah :

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -69


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

• Panjang sungai

• Luas catchment area

• Koefisien pengaliran

3. Kurva Hidrograf

Hidrograf dapat didefinisikan sebagai grafik yang menyatakan hubungan


antara elevasi muka air atau aliran (debit) dengan waktu. Karakteristik
hidrograf berkaitan erat dengan air yang jatuh ke bumi dan yang mencapai
sungai. Air tersebut dapat menempuh bermacam-macam jalan antara lain:

• Mengalir di atas permukaan sebagai aliran permukaan (surface runoff,


surface flow, overland flow) dan akan mencapai sungai segera setelah
hujan turun.

• Meresap (infiltrasi) ke dalam tanah dan mengalir ke bawah permukaan


menuju sungai. Air tersebut bergerak lebih perlahan/lambat dari air
permukaan.
Dalam hidrologi besarnya debit yang mengalir pada sungai (debit total)
diperlukan pemisahan menjadi komponen-komponen aliran.
Aliran total yang mengalir pada sungai berasal dari 2 bagian, yaitu:

• Limpasan langsung (Direct runoff)

• Aliran dasar (Base flow)


Limpasan langsung terdiri dari aliran permukaan dan sebagian aliran sub
permukaan sedangkan aliran dasar sebagian besar terdiri dari aliran air tanah.
Perbedaan antara kedua aliran tersebut hanya terletak pada waktu mencapai
sungai bukan pada jalan yang ditempuh.
Ada 4 komponen penting dalam analisa hidrograf banjir, seperti terlihat pada
gambar dibawah ini , yaitu:

• BC : kurva naik (rising limb)

• C : aliran puncak (peak flow)

• CD : kurva menurun (falling limb)

• AB dan DE : resesi aliran dasar (baseflow recession)

Kurva naik dipengaruhi oleh hujan lebat dan daerah karakteristik daerah aliran
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -70
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

(DAS). Kurva resesi dipengaruhi hanya oleh karakteristik daerah aliran (DAS),
tidak tergantung dari hujan lebat. Meskipun hidrograf akan berbeda namun
kurva resesi untuk setiap hidrograf akan serupa dan hanya bergantung kepada
karakteristik DAS.

Gambar 5. 16. Komponen Hidrograf.

Gambar 5. 17. Hidrograf Satuan Sintetik Nakayasu.

(iii) Metode SCS (Soil Conservation Service)


Hujan (P) yang akan mengakibatkan aliran (Q) di sungai dan penyimpanan
(Storage berada di dalam tanah) yang sebagian akan merupakan genangan (F).
Genangan yang aktual adalah perbedaan antara volume hujan dengan volume
aliran. Dari hujan tertentu akan terjadi awal pergerakan air hujan tersebut dan
disebut sebagai initial abstraction (Ia), dan pergerakan air tersebut bukan sebagai
aliran (runoff). Teori SCS memperlihatkan hubungan antara hujan dan aliran
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -71
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

permukaan yaitu sebagai berikut:


F Q
=
S P − Ia

Aktual genangan apabila initial abstraction (Ia) diperhatikan dalam perhitungan


maka persamaan-nya adalah sebagai berikut:
F = (P − I a ) − Q
Besaran F adalah kelebihan air yang setelah terjadi pengisian kelembaban air
lapisan zone akar yang meresap masuk tanah (inflitrasi) dan kelak akan menjadi
base flow (aliran dasar).
Initial abstraction adalah tergantung dari land cover, land condition, infiltration,
Soil moisture capacity.
Maksimum initial abstraction adalah sama dengan soil moisture capacity (Sto)
untuk kedalaman tanah tertentu (zone akar) yang diperlukan oleh tanaman
sebagai land cover. Sebagai estimasi besaran Ia terhadap harga potensial
maksimum genangan di dalam tanah ialah Ia = 0.2 S. Atau bisa dihitung dari Sto
yang merupakan fungsi dari kondisi tanah dan jenis land cover (lihat teori
kesetimbangan air). Persamaan di atas akan berubah menjadi :

Q =
(P − 0.2 S )2
(P − 0.2 S ) + S
Persamaan diatas memperlihatkan bahwa SCS hanya memperhitungkan aliran
permukaan, tanpa adanya aliran dasar (base flow). Tetapi tidak berarti aliran
bawah dasar tidak bisa diikut sertakan, hanya saja kita harus bisa membedakan
hasil infliltrasi (F) yang menjadi genangan yang memungkinkan menjadi debit base
flow (Qbf) pada waktu mendatang dengan mengalikan besaran koefisien base flow
(Cbf) dengan F. Tetapi dalam hal banjir dengan waktu yang singkat maka air yang
menjadi pengisi F tidak akan keluar pada hari itu juga, atau tidak akan menjadi Qbf
dan aliran dasar yang bisa terjadi adalah aliran yang sudah ada pada saat sebelum
banjir datang Qbf(n-1) .
Dari persamaan diatas, yang tidak diketahui adalah bilangan S dan bilangan ini
berdasarkan penelitian lapangan yang dilakukan oleh team SCS memberikan
persamaan sebagai berikut:

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -72


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

1000
S = − 10
CN
tergantung dari faktor diatas.

Hujan
Kurva
Q Infiltrasi

Ia
F

Waktu
Gambar 5. 18. Histogram hujan, debit Aliran, genangan di dalam tanah, serta
initial abstraction (Ia).

Sekarang yang tidak diketahui tetap tinggal 1 tetapi sudah diganti menjadi CN
(curve number). Seperti uraian diatas bahwa pada prinsipnya S tergantung dari
land cover dan kelembaban tanah maksimum serta faktor yang memberikan
tingkat infiltrasi yang akan menjadi genangan air di dalam tanah (F) dan sisanya
merupakan aliran air dipermukaan, maka CN pun

Q
Ia
P
P-Ia F

P
Ia

Gambar 5. 19. Kurva masa ungkapan dari SCS

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -73


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

a. Memperkirakan harga CN

Besaran aliran permukaan sangat tergantung dari iklim dan karakteristik dari
daerah aliran sungai (DAS) sendiri, dan untuk memperkirakan harga aliran
permukaan tentunya ada besaran index yang harus diperkirakan yang
berhubungan dengan kedua faktor diatas. Tinggi hujan adalah yang sangat
penting dalam perhitungan aliran permukaan, tinggi hujan bisa didapat dari
pencatatan tinggi hujan di lapangan (pos pengamat hujan). Fakor yang
berhubungan dengan kondisi tanah, land cover, hydrologic condition adalah
merupakan faktor dari karakteristik DAS, faktor ini yang sangat berpengaruh
terhadap besaran aliran permukaan. Dari faktor yang berhubungan dengan
kondisi tanah akan memberikan kapasitas maksimum kelembaban air juga
sangat mempengaruhi besaran aliran permukaan.
Dalam perhitungan aliran permukaan dengan methode SCS besaran index
tersebut adalah CN dan CN tersebut tergantung dengan faktor yang berkaitan
dengan karakteristik yang ada pada DAS.

CN akan tergantung dari kondisi tanah di dalam DAS yang ditinjau dan SCS
telah memberikan klasifikasi type tanah tersebut dalam beberapa group tanah.
Metode pengelompokan group terdiri dari beberapa kriteria yaitu:

1. Karakteristik dari tanah

Karakteristik tanah setiap group adalah sebagai berikut:

• Group A. - Deep sand, deep loess, aggregated silts

• Group B. - Shallow loess, sandy loam

• Group C.- Clay loams, shallow sandy loam, soil low in organic content,
and soil usually high in clay.

• Group D.- soil that swell significanly when wet, heavy plastic clays and
certain saline soils.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -74


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Hujan-Aliran Permukaan
20
14 25
30

Aliran Permukaan (Q) [inches]


12 35
40
10 45
50
55
8
60
65
6
70
75
4 80
85
2 90
95

0 100

0 2 4 6 8 10 12 14
Hujan (P) [inches]

Gambar 5. 20. Grafik hubungan hujan total & aliran permukaan dengan
berbagai CN.

2. Minimum infiltrasi

Klasifikasi dari Minimum infiltrasi air hujan pada permukaan tanah adalah
sebagai berikut,

• Group A. 0.30 - 0.45 in/jam

• Group B. 0.15 – 0.30 in/jam

• Group C. 0.05 – 0.15 in/jam

• Group D. 0 - 0.05 in/jam

b. Memperkirakan waktu konsentrasi (tc)

Waktu konsentrasi (tc) adalah waktu tempuh perjalanan butiran air dari DAS
yang terjauh sampai ke titik di sungai yang ditinjau. Banyak cara untuk
menentukan harga tc, masing masing cara berbeda pengambilan
ketergantungannya atau pengambilan variable pengaruh terhadap tc.

SCS menganut bahwa waktu konsentrasi terpengaruh oleh time lag dan time
lag dipengaruhi oleh panjang Hydraulic (l) dalam feet, kemiringan sungai (Y)
dalam prosen (%) dan dipengaruhi oleh penyimpanan air total didalam tanah
(retention (S)).

l 0.8 (S + 1)
0.7
L =
1900Y 0.5

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -75


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

dimana

L = waktu dari pusat masa hujan (rainfall excess) sampai puncak debit. (jam)

S = sama seperti pada persamaan diatas

Y = kemiringan sungai sampai titik yang ditinjau

l = panjang hydraulic (feet)

SCS menemukan hubungan antara time lag L dan time konsentrasi (tc) yaitu
sebagai berikut:

5
tc = L
3

tc diukur dalam satuan jam.

l 0.8 (S + 1)
0.7
1000
tc = 5 S = − 10
3 1900Y 0.5 dan CN

0.7
 1000 
l 0.8
 − 9
tc =  CN 
0.5
1140Y
l adalah panjang hidrolis DAS [diukur sepanjang sungai utama] dalam
feet;

Apabila menggunakan satuan meter.

l 0.8 * [2,540 − 22.86 * CN ]0.7


tl =
14,104 * CN 0.7 * Y 0.5

dimana:

tl = waktu kelambatan dalam jam

l = panjang hidrolis DAS [diukur sepanjang sungai utama] dalam meter

CN = nomor kurva limpasan

Y = kemiringan DAS-nya dari ujing sungai sampai titik yeng ditinjau

Sedangkan waktu konsentrasi didapat dari perbandingan antara waktu


keterlambatan dan waktu konsentrasi yaitu:

tl 6 10
= tc = tl
tc 10 ; 6

Dimana : tl = waktu kelambatan


PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -76
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

tc = waktu konsentrasi

l 0.8 * [2540 − 22.86 * CN ]0.7


tc =
8462.4 * CN 0.7 * Y 0.5

Sesuai dengan difinisi dari tc maka waktu tempuh tersebut tergantung dari
panjang jarak perjalanan butiran air sampai titik sungai yang ditinjau atau l
dalam feet dan dibagi oleh kecepatan tempuh dalam perjalanan tersebut.
Kecepatan ini tergantung dari land cover dan kemiringan DAS.
l
tc =
V [jam]

apabila membutuhkan dalam detik persamaan menjadi

l
tc = 3600
V [detik]

c. Menghitung Debit maksimum dari UH

Luas dari UH sama dengan volume dari aliran permukaan yang telah di tulis
pada salah satu persamaan di atas, maka volume tersebut merupakan luas segi
tiga dari UH adalah sebagai berikut.

q p (T p + Tr )
1
Q=
2

dimana

Tp = time to peak waktu mencapai puncak debit

Tr = recession time atau waktu penurunan

qp = debit puncak.

Dari persamaan diatas dicari harga qp, maka,


 
Q 

2


atau qp =
KQ
qp =
T p  1 + Tr  Tp

 

 Tp 

Untuk mencapai dimensi bagi qp [cfs], Q [inch], maka diperlukan ada luas A
dengan square miles dan kalikan dengan bilangan 645.3 dan sehubungan harga
Tr = 1.67 Tp maka persamaan 10.11 menjadi.

484 AQ
qp =
Tp

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -77


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Bilangan 484 adalah akibat dari UH mempunyai 3/8 dari luasan berada dalam
rising limb. Sedangkan apabila DAS merupakan pegunungan yang terjal maka
bilangan tersebut menjadi lebih besar menjadi 600. Apabila DAS merupakan
daerah datar atau daerah rawa maka bilangan menjadi 300.
600 AQ
qp =
Tp
Untuk daerah DAS berupa pegunungan
300 AQ
qp =
Tp
Untuk daerah DAS berbetuk datar atau rawa

Apabila dilihat pada gambar yang disebut tc adalah waktu dari ahir excess
hujan sampai titik belokan lengkung hidrograph dan hubungan antara durasi
excess hujan (D) dengan Tp dan tc ialah sebagai berikut.

t c + D = 1.7T p

D
0.6t c + = Tp
2

dari dua persamaan diatas maka harga D akan menjadi D = 0.133t c

Tp bisa diuraikan menjadi sebagai berikut


D 2
Tp = + 0.6t c = t c
2 3

Apabila kedua persamaan di atas digabungkan maka akan menjadi :

726 AQ
qp =
tc

Untuk areal DAS yang > 10 sq mil, maka ada reduksi :

• Pacific coastal climate : Ra = -0,0385 Ln(A) + 1,0949

• Humid and sub humid climate : Ra = -0,0962 Ln(A) + 1,2328

• Arid and semiarid climate : Ra = -0,2015 Ln(A) + 1,4817

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -78


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

45
Hydrograph Hydrograph
40 Family No.1 Family No.2

35

30

Hujan P [in]
25

20 HF No.3

15
HF No.4
10

5
HF No.5
0
100 90 80 70 60 50 40 30
Runoff Curve Numbers

Gambar 5. 21. Penentuan Hidrograf Family.

Gambar 10.8 Rainfall Ratios for 10 to 100 sq mi

1 Pacif ic coastal climate


Ra = -0,0385Ln(A) + 1,0949
(Ra) Ratio area (area rainfall/map

0,9

0,8
rainfall)

Humid and sub humid climate


0,7 Ra = -0,0962Ln(A) + 1,2328

0,6
Arid and semiarid climate
Ra = -0,2015Ln(A) + 1,4817
0,5
10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
(A) Drainage area, [sq m i]

Gambar 5. 22. Rainfall Ratio untuk 10 sampai 100 sqmi.

(IV) Metode HIDROGRAF SATUAN SINTETIK GAMA-I


Metoda ini dikembangkan oleh Dr.Ir. Sri Harto berdasarkan penelitian pada 30
DAS di pulau Jawa. Metoda ini diturunkan berdasarkan teori hidrograf satuan
sintetik yang dikemukakan oleh Sherman. Hidrograf satuan sintetik Gama-I
merupakan persamaan empirik yang diturunkan dengan berdasarkan pada suatu

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -79


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

parameter.

Satuan hidrograf sintetik Gama I dibentuk oleh tiga komponen dasar yaitu waktu
naik (TR), debit puncak (QP), waktu dasar (TB) dengan uraian sebagai berikut :

Waktu naik (TR) :

L
TR = 0,43( ) 3 + 1,0665SIM + 1,2775
100 SF

dimana :

TR = waktu naik (jam)

L = panjang sungai (km)

SF = faktor sumber yaitu perbandingan antara jumlah panjang sungai tingkat 1


dengan jumlah panjang sungai semua tingkat

SIM = faktor simetri ditetapkan sebagai hasil kali antara faktor lebar (WF)
dengan luas relatif DAS sebelah hulu (RUA).

WF = faktor lebar yaitu perbandingan antara lebar DAS yang diukur dari titik di
sungai yang berjarak ¾ L dan lebar DAS yang diukur dari titik yang
berjarak ¼ L dari tempat pengukuran (lihat Error! Reference source not
found.)

Debit puncak (QP) dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

QP = 0,1836 A 0,5886 JN 0, 2381TR −0, 4008

dimana :

QP = debit puncak (m3/det)

JN = jumlah pertemuan sungai yaitu jumlah seluruh pertemuan dalam DAS

TR = waktu naik (jam)

Waktu dasar :

TB = 27,4132TR 0,1457 S −0, 0956 SN 0, 7344 RUA 0, 2574

dimana:

TB = waktu dasar (jam)

TR = waktu naik (jam)

S = landai sungai rata-rata


PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -80
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

SN = frekuensi sumber yaitu perbandingan antara jumlah segmen sungai-sungai


tingkat 1 dengan jumlah sungai semua tingkat.

RUA = luas DAS sebelah hulu (km2)

Sedangkan bentuk garis dari hidrograf satuan ditampilkan pada Gambar F.26.
Koofisien Penampungan (K) dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

K = 0,5617. A 0,1798 .S −0,1446 SF −1, 0697 .D 0, 0452

dimana :

S = Lantai sungai rata-rata

SF = Faktor sumber

D = Kerapatan jaringan

B
WU

X ~ A = 0,25 L
WL
A X ~ B = 0,75 L
WF = WU/WL

Gambar 5. 23. Sketsa penetapan WF.

Gambar 5. 24. Sketsa penetapan RUA.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -81


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Gambar 5. 25. Sketsa penetapan tingkat sungai.

(m3/det)

QP

t (jam)
TR
TB

Gambar 5. 26. Bentuk hidrograf satuan.

3. Routing Reservoir
Routing reservoir ini digunakan untuk mengetahui elevasi banjir rencana yang
akan keluar melewati spillway, sehingga desain spillway akan lebih efisien. Prinsip
yang digunakan adalah metode konservatif, yaitu keluaran dari reservoir hanya
lewat outlet (tidak diperhitungkan adanya evaporasi, presipitasi atau kejadian
alam lainnya), sehingga persamaannya menjadi:

Inflow (I) – Outflow (O) = ΔS/Δt

Dimana : ΔS : Beda storage / tampungan reservoir


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Δt : Beda waktu

Gambar 5. 27. Garfik Inflow-Outflow.

4. Analisa Debit Ketersediaan Air


Analisa ketersediaan Debit ketersediaan air dapat diperkirakan dengan
menggunakan Metoda Mock. Metoda Mock dikembangkan oleh Dr. F. J. Mock
(Mock 1973) berdasarkan atas daur hidrologi.

Metoda Mock dikembangkan untuk menghitung debit rata-rata. Metoda ini lebih
jauh lagi bisa memprediksi besarnya debit. Data-data yang dibutuhkan dalam
perhitungan debit dengan Metoda Mock ini adalah data klimatologi, luas dan
penggunaan lahan dari catchment area.

Proses perhitungan yang dilakukan dalam Metoda Mock dijelaskan sebagai


berikut:

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -83


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Perhitungan
Evapotranspirasi Potensial
(Metoda Penman)

Perhitungan
Evapotranspirasi Aktual

Perhitungan
Water Surplus

Perhitungan
Base Flow, Direct Run Off dan Storm Run Off

Gambar 5. 28. Bagan alir perhitungan debit dalam Metoda Mock

Pada prinsipnya, Metoda Mock memperhitungkan volume air yang masuk, keluar,
dan yang disimpan dalam tanah (soil storage). Volume air yang masuk adalah
hujan. Air yang keluar adalah infiltrasi, perkolasi dan yang dominan adalah akibat
evapotranspirasi. Perhitungan evapotranspirasi menggunakan metoda Penmann.
Sementara soil storage adalah volume air yang disimpan dalam pori-pori tanah,
hingga kondisi tanah menjadi jenuh.

e. Water Balance

Dalam siklus hidrologi, penjelasan mengenai hubungan antara aliran ke dalam


(inflow) dan aliran ke luar (outflow) di suatu daerah untuk suatu perioda
tertentu disebut neraca air atau keseimbangan air (water balance).

Bentuk umum persamaan water balance adalah:

P = Ea + DGS + TRO

dimana

P = presipitasi

Ea = evapotranspirasi

DGS = perubahan groundwater storage

TRO = total run off


PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -84
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Water balance merupakan siklus tertutup yang terjadi selama satu tahun,
dimana tidak terjadi perubahan groundwater storage atau DGS = 0. Artinya
awal penentuan

groundwater storage adalah berdasarkan bulan terakhir dalam tinjauan 1


tahun. Sehingga persamaan water balance untuk perioda satu tahun adalah:

P = Ea + TRO

Beberapa hal yang dijadikan acuan dalam prediksi debit dengan Metoda Mock
sehubungan dengan water balance adalah:

 Dalam satu tahun, perubahan groundwater storage (DGS) sama dengan


nol.

 Jumlah total evapotranspirasi dan total run off selama satu tahun sama
dengan total presipitasi yang terjadi dalam tahun itu.

Dengan tetap memperhatikan kondisi-kondisi batas water balance di atas,


maka prediksi debit dengan Metoda Mock akan akurat.

f. Evapotranspirasi

Evapotranspirasi merupakan faktor penting dalam memprediksi debit dari data


curah hujan dan klimatologi dengan Metoda Mock. Alasannya adalah karena
evapotranspirasi ini memberikan nilai yang besar untuk terjadinya debit dari
suatu daerah pengaliran sungai. Evapotranspirasi diartikan sebagai kehilangan
air dari lahan dan permukaan air dari suatu daerah pengaliran sungai akibat
kombinasi proses evaporasi dan transpirasi. Dalam bab ini akan lebih diperinci
tentang evapotranspirasi potensial (potential evapotranspiration) dan
evapotranspirasi aktual (actual evapotranspiration).

g. Evapotranspirasi Potensial

Evapotranspirasi potensial adalah evapotranspirasi yang mungkin terjadi pada


kondisi air yang tersedia berlebihan. Faktor penting yang mempengaruhi
evapotranspirasi potensial adalah tersedianya air yang cukup banyak. Jika
jumlah air selalu tersedia secara berlebihan dari yang diperlukan oleh tanaman
selama proses transpirasi, maka jumlah air yang ditranspirasikan akan relatif
lebih besar dibandingkan apabila tersedianya air di bawah keperluan.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -85


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Menurut Penman besarnya evapotranspirasi potensial diformulasikan sebagai


berikut:

AH + 0,27D
E=
A + 0,27

dengan

H = energy budget

H = R(1-r) (0,18 + 0,55 S) - B (0,56 – 0,092 ) (0,10 + 0,9 S)

D = panas yang diperlukan untuk evapotranspirasi

D = 0,35 (ea – ed) (k + 0,01w)

dimana

A = slope vapour pressure curve pada temperatur rata-rata, dalam mmHg/oF

B = radiasi benda hitam pada temperatur rata-rata, dalam mmH2O/hari

ea = tekanan uap air jenuh (saturated vapour pressure) pada temperatur rata-
rata, dalam mmHg

Besarnya A, B dan ea tergantung pada temperatur rata-rata dan hubungan


temperatur rata-rata dengan parameter evapotranspirasi ini ditabelkan
sebagai berikut.

Tabel 5. 3.
Hubungan Temperatur Rata-rata dengan Parameter Evapotranspirasi A, B dan ea

Temperatur
8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30
(0C)

A 0.48 0.82
0.304 0.342 0.385 0.432 0.541 0.603 0.671 0.746 0.917 1.013
(mmHg/ F) 0 4 8

B
12.60 12.90 13.30 13.70 14.80 14.50 14.90 15.40 15.80 16.20 16.70 17.10
(mmH2O/hari)

ea 22.4
8.05 9.21 10.50 12.00 13.60 15.50 17.50 19.80 25.20 28.30 31.80
(mmHg) 0

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -86


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

h. Evapotranspirasi Aktual

Evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi yang terjadi pada kondisi air


yang tersedia terbatas. Evapotranspirasi aktual dipengaruhi oleh proporsi
permukaan luar yang tidak tertutupi tumbuhan hijau (exposed surface) pada
musim kemarau. Besarnya exposed surface (m) untuk tiap daerah berbeda-
beda.

Tabel 5. 4. Exposed Surface, m.


M Daerah
0 Hutan primer, sekunder
10 – 40 % Untuk daerah tererosi
30 – 50 % Untuk daerah ladang pertanian

Selain exposed surface evapotranspirasi aktual juga dipengaruhi oleh jumlah


hari hujan (n) dalam bulan yang bersangkutan.

Menurut Mock rasio antara selisih evapotranspirasi potensial dan


evapotranspirasi aktual dengan evapotranspirasi potensial dipengaruhi oleh
exposed surface (m) dan jumlah hari hujan (n), seperti ditunjukan dalam
formulasi sebagai berikut:

∆E  m 
=  (18 − n )
E P  20 

sehingga:

m
∆E = E P  (18 − n )
 20 

Dari formulasi diatas dapat dianalisis bahwa evapotranspirasi potensial akan


sama dengan evapotranspirasi aktual (atau DE = 0) jika:

• Evapotranspirasi terjadi pada hutan primer atau hutan sekunder. Dimana


daerah ini memiliki harga exposed surface (m) sama dengan nol.

• Banyaknya hari hujan dalam bulan yang diamati pada daerah itu sama
dengan 18 hari.

Jadi evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi potensial yang

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -87


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

memperhitungkan faktor exposed surface dan jumlah hari hujan dalam bulan
yang bersangkutan. Sehingga evapotranspirasi aktual adalah evapotranspirasi
yang sebenarnya terjadi atau actual evapotranspiration, dihitung sebagai
berikut:

E actual = E P − ∆E

i. Water Surplus

Water surplus didefinisikan sebagai air hujan (presipitasi) yang telah


mengalami evapotranspirasi dan mengisi tampungan tanah (soil storage,
disingkat SS). Persamaan water surplus (disingkat WS) adalah sebagai berikut:

WS = (P – Ea) + SS

Tampungan kelembaban tanah (soil moisture storage, disingkat SMS) terdiri


dari kapasitas kelembaban tanah (soil moisture capacity, disingkat SMC), zona
infiltrasi, limpasan permukaan tanah dan tampungan tanah (soil storage,
disingkat SS).

Dalam Metoda Mock tampungan kelembaban tanah dihitung sebagai berikut:

SMS = ISMS + (P – Ea)

Dimana:

ISMS = initial soil moisture storage (tampungan kelembaban tanah awal),


merupakan soil moisture capacity (SMC) bulan sebelumnya

P – Ea = presipitasi yang telah mengalami evapotranspirasi

Asumsi yang dipakai oleh Dr. F.J. Mock adalah air akan memenuhi SMC
terlebih dahulu sebelum water surplus tersedia untuk infiltrasi dan perkolasi
yang lebih dalam atau melimpas langsung (direct run off).

a) SMC = 200 mm/bulan, jika (P–Ea)>0. Artinya soil moisture storage


(tampungan tanah lembab) sudah mencapai kapasitas maksimumnya atau
terlampaui sehingga air tidak disimpan dalam tanah lembab. Ini berarti soil
storage (SS) sama dengan nol dan besarnya water surplus sama dengan P –
Ea.

b) SMC = SMC bulan sebelumnya + (P – Ea), jika (P–Ea) < 0. Untuk keadaan ini,
tampungan tanah lembab (soil moisture storage) belum mencapai kapasitas
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -88
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

maksimum, sehingga ada air yang disimpan dalam tanah lembab. Besarnya
air yang disimpan ini adalah P – Ea. Karena air berusaha untuk mengisi
kapasitas maksimumnya, maka untuk keadaan ini tidak ada water surplus
(WS = 0).

Selanjutnya WS ini akan mengalami infiltrasi dan melimpas di permukaan (run


off). Besarnya infiltrasi ini tergantung pada koefisien infiltrasi. Bagian berikut
ini akan menjelaskan infiltrasi, run off dan tampungan air tanah (groundwater
storage).

C. Analisis Hidraulika

1. Routing Banjir Saluran dengan HEC-RAS

Lingkup kegiatan yang dilakukan dalam analisis hidraulika yaitu:

Tinjauan Umum Model Matematika (HEC-RAS)

Input Data (kondisi batas, kondisi awal, bangunan air)

Kalibrasi Permodelan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis hidraulis adalah terbagi menjadi
beberapa tahap, yaitu :

Perhitungan Data Hidraulis

Data-data hidraulik yang dikumpulkan adalah meliputi data geometri atau


dimensi saluran dan data karakteristik tampungan. Data mengenai dimensi
saluran diperoleh berdasarkan as built drawing dan pengukuran di lapangan.
Sementara itu data karakteristik tampungan diperoleh dari hasil interpretasi
data kontur menggunakan software AutoCAD. Hasil interpretasi ini mencakup
perkiraan luas genangan dan volume genangan berdasarkan ketinggian muka
air. Sementara data hidrologi yang digunakan adalah data kurva hidrograf hasil
perhitungan hidrologi.
Dalam melakukan analisis ini digunakan metodologi seperti terlihat pada
gambar di bawah ini. Dari gambar ini dapat diuraikan seperti berikut:

 Mengidentifikasi kondisi existing data sarana dan prasarana pengendalian


air yang sudah didapat.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -89


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

 Menentukan sarana dan prasarana yang mana masih berfungsi dan yang
tidak berfungsi.

 Untuk sarana yang masih berfungsi, ditentukan berapa kapasitas dari


sarana dan prasarana tersebut untuk menangani permasalahan yang ada.

 Merencanakan sistem polder yang tepat. Menentukan lokasi polder dan


menempatkan instrumen-instrumennya dengan perencanaan yang
matang, sehingga sistem polder dapat efektif menanggulangi banjir.

 Memberikan rekomendasi desain. Dimana rekomendasi desain untuk


sarana dan prasarana yang berfungsi dan yang tidak berfungsi berbeda,
selain itu juga harus disesuaikan dengan permasalahannya yang ada.

 Pemodelan aliran I (Kondisi Eksisting)

 Setelah data-data dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah membuat


model saluran. Sebelum membuat model harus diketahui dahulu dasar
teori dan metode yang akan digunakan.

 Setelah itu data-data hidraulik dan hidrologi dimasukkan sebagai input


dalam pemodelan. Data hidraulik yang dimasukkan adalah data kondisi
eksisting. Langkah selanjutnya adalah menjalankan program simulasi
berdasarkan model yag dibentuk. Model yang dibentuk harus mampu
menggambarkan kondisi sebenarnya di lapangan. Oleh karena itu perlu
dilakukan kalibrasi terhadap kondisi sebenarnya.

 Desain saluran

Saluran didesain berdasarkan hasil simulasi aliran I. Desain saluran harus


memperhitungkan faktor ekonomis dan konstruksi. Faktor ekonomis artinya
desain saluran tidak terlalu mahal tanpa mengurangi efektivitas. Sedangkan
faktor konstruksi artinya proses pembangunannya tidak terlalu rumit.

 Pemodelan aliran II (dengan Desain)

Pemodelan ini sama dengan pemodelan aliran I sebelumnya, hanya saja


ditambahkan faktor saluran. Hasil simulasi disesuaikan dengan kondisi yang
diinginkan, jika tidak sesuai maka akan dilakukan redesain saluran hingga
tercapai kondisi yang diinginkan.
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -90
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Mulai

Parameter Pra Desain

Run Off Coefficient Catchment Area Panjang Pengaliran

Waktu Konsentrasi Curah Hujan R24

Intensitas Hujan

Rainfall Run-off Model

Ater

Data Eksisting

No
Kalibrasi

Yes

Debit Banjir Rencana (Q)

Tipe Saluran Waduk


n Manning Radius Hidrolik
Kemiringan dasar saluran Volume

Kecepatan Juta Muka AIr

Kapasitas (Q)
Kapasitas Eksisting

No
Sufficient

Yes

Selesai

Gambar 5. 29. Tahapan Pemodelan Routing Banjir.

Karena metode pengukuran debit aliran saluran di lapangan karena kondisi aliran
saluran tidak memungkinkan untuk diukur secara langsung, maka perlu dilakukan
simulasi untuk mengetahui besarnya debit aliran pada tiap segmen saluran.

Dalam melakukan simulasi ini diperlukan data hidrologi berupa data curah hujan
dan karakteristik saluran yang akan diperkirakan debit alirannya. Dengan Hec-Ras
maka masalah tersbut dapat kita atasi. Hec-Ras akan melakukan simulasi dari
data-data input yang kita masukan sesuai boundary condition yang mewakili lokasi

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -91


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

yang mau kita modelkan.

Variabel-variabel dari boundary condition suatu lokasi meliputi semua data yang
diperlukan oleh Hec-Ras. Variabel yang diperhitungkan adalah debit aliran
berdasarkan curah hujan harian maksimum, paling sedikit selama 10 tahun
terakhir.

Prinsip-prinsip dasar aliran yaitu prinsip kontinuitas dan prinsip kekekalan


momentum inilah yang selanjutnya merupakan dasar algoritma program yang
digunakan oleh model HEC-RAS.

Program HEC-RAS 4.0 merupakan program lanjutan dari HEC-RAS 3.1.3 yang
dikeluarkan oleh U.S. Army Corps of Engineers. Program HEC-RAS sendiri
dikembangkan oleh The Hydrologic Engineering Center (HEC), yang merupakan
bagian dari U.S. Army Corps of Engineers.

HEC-RAS 4.0 direlease pada tahun 2006. Selain memiliki kemampuan untuk
melakukan pemodelan dengan perhitungan aliran tak tunak dengan tinjauan satu
dimensi, HEC-RAS 4.0 juga dilengkapi dengan kemampuan memodelkan sedimen
dan kualitas air dengan tinjauan satu dimensi juga.

Program dengan versi yang terbaru ini dapat menangani jaringan saluran air secara
penuh dengan memodelkan aliran subkritis, superkritis, aliran mixed untuk
kalkulasi aliran tunak dan sedimen. Perhitungan dasarnya mengikuti prosedur
pemecahan kalkulasi energi aliran satu dimensi. Kehilangan energi dievaluasikan
terhadap friksi yang terjadi pada saat pengaliran (persamaan manning), kontraksi
dan ekspansi saluran (dengan koefisiennya yang dikalikan dengan kecepatan alir).

Persamaan momentum digunakan saat situasi dimana profil muka air secara cepat
bervariasi. Situasi ini termasuk perhitungan mixed flow regime (misalnya loncatan
hidrolik), perhitungan pada hidrolika aliran melintasi jembatan dan perhitungan
pada junction (pertemuan dan perpisahan dua atau lebih saluran). Selanjutnya
perhitungan juga bisa dilakukan terhadap talang air, gorong-gorong, pompa air
dan struktur bangunan air lainnya termasuk perhitungan aliran dengan saluran
tertutup es. Penyelesaian aliran tak tunak diambil dari model UNET yang pernah
dibuat oleh Dr. Robert L. Barkau. Fasilitas aliran tak tunak ini dikembangkan
terutama untuk kalkulasi aliran subkritis.
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -92
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Program HEC-RAS 4.0 menggunakan pengaturan data dimana dengan data


geometri yang sama bisa dilakukan kalkulasi data aliran yang berbeda-beda,
begitu juga sebaliknya. Data geometri terdiri dari lay out pemodelan disertai cross
section untuk saluran-saluran yang dijadikan model. Bangunan-bangunan air serta
storage area berada dalam masukan data geometri pemodelan. Data aliran
ditempatkan terpisah dengan data geometri. Data aliran bisa dipakai salah satu
diantara data aliran tunak dan data aliran tak tunak. Setiap data aliran tersebut
mengharuskan diisinya besaran boundary condition dan initial condition yang
sesuai agar pemodelan bisa dijalankan. Bentuk hidrograf hanya bisa diisikan pada
data aliran tak tunak. Selanjutnya bisa dilakukan kalkulasi dengan membuat
rencana komputasi. Rencana komputasi harus terdiri dari satu data geometri dan
satu data aliran.
HEC-RAS 4.0 adalah program yang dapat memodelkan aliran tak tunak dengan
tinjauan satu dimensi dengan pemodelan geometri yang lebih akurat karena titik
pendekatan untuk memodelkan cross section saluran bisa dibuat lebih banyak dari
beberapa program aliran tak tunak satu dimensi lain yang sering digunakan.
Dengan demikian maka penggambaran setiap cross section saluran dengan
menggunakan program HEC-RAS 4.0 ini akan menjadi lebih mendekati
dibandingkan sebelumnya.
Input data yang dilakukan adalah menggambarkan profil aliran yang akan
dimodelkan dan memasukkan data cross section pada masing-masing saluran. Lay
out saluran diperoleh dari peta topografi.

(i) Input Data


Setiap data yang berhubungan dengan kondisi kajian sudah tentu merupakan
bahan masukan pada pemodelan. Program yang digunakan hanya menggunakan
kejadian hidrologi dan kejadian hidrolika yang berpengaruh besar pada
perhitungan. Pemodelan yang dibuat tidak memperhitungkan besarnya evaporasi
dan rembesan mengingat kecilnya daerah tinjauan sehingga pengaruh evaporasi
dan rembesan diperkirakan sangat kecil.
Data-data yang paling penting untuk melakukan pemodelan kali ini adalah data
geometri daerah kajian dan data perhitungan hidrologi pada lokasi tertentu

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -93


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

sebagai syarat batas. Data geometri untuk model saluran dan bangunan air
menggunakan data as built drawing dan data ketinggian elevasi. Data perhitungan
hidrologi berupa data debit banjir rancangan dengan periode ulang tertentu.
Pemodelan dibuat dengan memanfaatkan data debit berdasarkan kurva hidrograf
untuk mengetahui pergerakan air. Data elevasi muka air yang tercatat adalah data
elevasi muka air pada tiap segmen atau cross section yang diamati tiap beda waktu
tertentu.

(ii) Data Geometri


HEC-RAS 4.0 adalah program yang dapat memodelkan aliran tak tunak dengan
tinjauan satu dimensi dengan pemodelan geometri yang lebih akurat karena titik
pendekatan untuk memodelkan cross section saluran bisa dibuat lebih banyak dari
beberapa program aliran tak tunak satu dimensi lain yang sering digunakan.
Dengan demikian maka penggambaran setiap cross section saluran dengan
menggunakan program HEC-RAS 4.0 ini akan menjadi lebih mendekati
dibandingkan sebelumnya.
Input data yang dilakukan adalah menggambarkan profil aliran yang akan
dimodelkan dan memasukkan data cross section pada masing-masing saluran. Lay
out saluran diperoleh dari peta topografi.
Contoh gambar layout yang digunakan dalam pemodelan dapat dilihat di gambar
berikut :

a. Koefisien Kekasaran Saluran


Koefisien kekasaran saluran adalah suatu besaran yang merepresentasikan
nilai hambatan dalam suatu aliran. Nilai hambatan ini ditentukan dengan
memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai kekasaran saluran
seperti faktor kekasaran permukaan, tumbuhan, ketidakteraturan saluran,
trase saluran, pengendapan dan penggerusan saluran, ukuran dan bentuk
saluran. Besar nilai koefisien kekasaran saluran berkisar antara 0,009 hingga
0,150. Berdasarkan tabel yang disusun oleh Ven Te Chow (1959) menunjukkan
bahwa untuk saluran yang telah dilining nilai koefisen kekasaran berkisar
antara 0,015 hingga 0,025.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -94


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Tr

ip
a

Trip a-1
i
Tr

p
a
Trip a-2

Gambar 5. 30. Contoh Lay Out pemodelan aliran.


Tripa Plan: kalibrasi SCS 12/29/2006
C57
.08 .045 .08
2 ri
Legend pa
T
1 WS Max WS
Ground
Elevation (m)

0 Bank Sta

-1
Tripa-2
-2

-3
-300 -200 -100 0 100 200
Station (m)

Tripa Plan: kalibrasi SCS 12/29/2006


Tripa Tripa-2
10 Legend

WS Max WS
8 Ground
LOB

6 R OB

4
Elevation (m)

-2

-4

-6

-8
0 5000 10000 15000 20000
Main C hannel Dis tance (m)

Gambar 5. 31. Contoh Hasil Pemodelan dengan HEC RAS.

b. Koefisien Kontraksi dan Ekspansi


Koefisien kontraksi dan ekspansi digunakan untuk memperkirakan besarnya
kehilangan energi (energy loss) yang disebabkan kontraksi dan ekspansi aliran.
Besarnya nilai koefisien ini berdasarkan perubahan tinggi kecepatan dari satu
cross section sampai cross section selanjutnya.

c. Waktu Awal dan Akhir Pemodelan


Waktu awal dan akhir perhitungan tidak ditentukan secara spesifik dalam hari
dan waktu tertentu. Acuan dalam pemodelan yang digunakan adalah waktu
yang tercakup dalam kurva hidrograf yaitu waktu awal dan akhir suatu

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -95


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

perkiraan curah hujan dengan periode ulang tertentu.

d. Kondisi Batas Pemodelan


Dalam suatu pemodelan kondisi batas dapat dispesifikasikan sebagai berikut:

− Tinggi muka air dan debit, dapat dalam bentuk konstan maupun berubah
menurut waktu atau merupakan seri Fourier.

− Aliran tambahan kedalam jaringan saluran terbuka, dapat dispesifikasikan


sebagai debit yang berubah menurut waktu atau berupa hubungan antara
curah hujan dan aliran permukaan (run-off)

− Hubungan debit dengan tinggi muka air (rating curve) dalam bentuk tabel.

 Kondisi batas yang digunakan pada pemodelan ini diperoleh dari hasil
analisis hidrologi berupa kurva hidrograf banjir dengan periode ulang tahunan
tertentu. Kurva hidrograf ini berisi data debit dalam bentuk berubah menurut
waktu (time series).

e. Kalibrasi
Untuk mendapatkan model yang sesuai dengan kondisi real di lapangan, maka
kalibrasi model perlu dilakukan. Kalibrasi dilakukan dengan membandingkan
debit atau tinggi muka air hasil model dengan debit atau tinggi muka air real
yang terjadi di lapangan. Jika hasil model tidak sesuai dengan kejadian
sebenarnya di lapangan, maka parameter-parameter hidrologi dalam model
(kekasaran, koef. Infiltrasi koef. Groundwater dsb) dirubah dengan cara coba-
coba sampai hasil pemodelan mendekati kenyataan sebenarnya di lapangan.

2. Analisis Dambreak

Seandainya embung yang direncanakan mengalamai kegagalan konstruksi, maka


daerah yang menanggung akibatnya adalah bagian hilir. Maka diperlukan suatu
analisis untuk memetakan seberapa jauh kerusakan yang diakibatkan kegagalan
konstruksi embung tersebut yang selanjutnya dapat dilakukan indikasi
perencanaan penanggulangannya. Analisis ini akan menggunakan program
komputer “smpdbk (simplified dambreak)”, yang mengikuti bagan alir analisis
seperti di bawah ini.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -96


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Gambar 5. 32. Metode analisis dambreak.

D. Analisis Mekanika Tanah


Penyelidikan laboratorium mekanika tanah, meliputi :

• Index Properties (sifat fisik ) tanah, meliputi : kadar air asli, berat isi asli, berat
jenis, batas cair, batas plastis, dan analisis ukuran butir.

• Engineering Properties, meliputi : konsolidasi, triaxial dan kuat tekan bebas


(unconfine test)

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -97


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

a. Pemeriksaan Index Properties

i. Berat Isi Asli (Natural Density).

Dimaksudkan untuk memperoleh nilai berat ini tanah. Pengujian dilakukan pada
tanah asli (undisturb). Cara menentukan berat isi tanah ialah dengan mengukur
berat sejumlah tanah yang isinya diketahui. Untuk tanah asli dipakai sebuah
cincin yang diketahui dimensi (diameter = d ; tinggi = t) dan beratnya (W1),
dimasukan kedalam tanah sampai berisi penuh, kemudian bagian atas dan
bawahnya diratakan dan kemudian cincin serta tanahnya ditimbang (W2). Sesuai
dengan prosedur SNI 03-3637-1994.

Barat isi tanah dapat dihitung sbb :

W2 − W1
γ=
1 π* d 2 * t
4

ii. Kadar Air Asli (Natural Moisture Content)

Kadar air (wn) merupakan perbandingan antara berat air dan berat butir tanah.
Untuk menentukan kadar air, sejumlah tanah ditempatkan pada krus (kaleng
kecil) yang beratnya (W1) diketahui sebelumnya. Krus dengan tanah ditimbang
(W2) dan kemudian dimasukan dalam oven bertemperatur 1050 C untuk masa
waktu 24 jam, kemudian krus tanah ditimbang kembali (W3). Dengan demikian
kadar air dapat diketahui, yaitu :

Ww W2 − W1
w= =
Ws W3 − W1

Prosedur pengujian dilakukan sesuai dengan aturan SNI 03-1965-1990.

iii. Berat Jenis (Specific Gravity)

Merupakan perbandingan antara berat isi butir tanah dengan berat isi air. Untuk
percobaan ini dilakukan menurut prosedur SNI 03-1994-1992, yaitu suatu
percobaan untuk mengetahui berat jenis dengan menggunakan alat picnometer,
yaitu sebuah botol yang isinya diketahui. Cara melakukan percobaan adalah
sebagai berikut :

− Picnometer dikeringkan dan ditimbang (W1).

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -98


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

− Sejumlah tanah yang sudah dikeringkan dalam oven dimasukan dalam


picnometer dan ditimbang lagi (W2).

− Air suling ditambahkan pada picnometer sampai setengah penuh, udara yang
masih ada dalam tanah tersebut dikeluarkan dengan memakai pompa
vacum. Setelah tidak ada lagi udara dalam tanah, tambahkan air suling
sampai penuh. Kemudian bagian luar picnometer dikeringkan dengan hati-
hati dan picnometer + tanah + air ditimbang (W3).

− Air dan tanah dikeluarkan dari picnometer, lalu dibersihkan dan diisi air suling
sampai penuh, kemudian dimasukan lagi dalam constant temperature bath.
Kemudian bagian luar dikeringkan dan ditimbang (W4) dengan demikian
maka berat isi (Gs) dapat dihitung dan diketahui.

W2 − W1
Gs =
(W4 − W1 ) − (W3 − W2 )
iv. Grain Size Analisys

Untuk pengujian ayak digunakan 1 (satu) unit saringan yang bervariasi


ukurannya mulai dan N4 sampai dengan N200. Untuk jenis tanah berbutir kasar
dengan diameter butir lebih besar dari 0,075 mm akan tertahan pada sairngan
No. 200 (0,075 mm). Diameter butirannya akan ditentukan dengan
menggunakan metode Sieve Analysis, sedangkan untuk jenis tanah berbutir
halus dengan diameter lebih kecil dari 0.075 mm yang lolos melewati saringan
No. 200 dilakukan dengan metode Hydrometer Analysis. Prosedur analisis
dilakukan sesuai dengan SNI 03-1968-1990 untuk butir kasar dan SNI 03-3423-
1994 untuk butir halus.

Untuk tanah berbutur kasar, perhitungan analisis saringan dilakukan sebagai


berikut :

• Persentase tertinggal pada masing-masing saringan

berattertinggal
= x100%
berattotal

• Persentase kumulatif tertinggal = jumlah persentase tertinggal pada saringan


yang lebih kasar.

• Persentase lebih halus = 100 % - persentase kumulatif tanah tertinggal.


PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -99
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Untuk tanah berbutur halus, perhitungan analisis hidrometer dilakukan sebagai


berikut :

• Persentase lebih halus (N) dihitung dengan rumus :

Gs
* γ c (R − R a ) * 100%
V
N= *
G s − 1 Ws

dimana :

Gs = berat jenis tanah.

V = volume suspensi (dalam gelas ukur).

Ws = berat tanah kering.

c =
 berat jenis air pada temperatur percobaan.

R = pembacaan hidrometer pada suspensi.

Rw = pembacaan hidrometer pada air (temperatur sama dengan suspensi).

v. Atterberg Limit

Penentuan batas atterberg hanya dilakukan pada bagian tanah yang lolos
saringan No. 40. Karena batas-batas ini tidak merupakan sifat fisik yang jelas,
maka dipakai cara empiris untuk menentukannya. Prosedur yang digunakan
adalah sesuai dengan SNI 03-1967-1990 untuk batas cair dan SNI 03-1966-1990
untuk batas plastis.

b. Engineering Properties

i. Triaxial Test

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mendapatkan parameter kekuatan geser


sehubungan dengan pembebanan 3 (tiga) matra. Dalam percobaan ini
dibakukan sesuai dengan kondisi contoh pada waktu pengujian antara lain :

− Kondisi CU : dimana contoh tanah dibolehkan untuk berkonsolidasi, dimana


air pori diperkenankan keluar selama pemberian tegangan
samping ( 3), kem ud
sehingga air pori tidak boleh keluar dari contoh selama
pemberian tegangan vertical ( 1) dan tekana

− Kondisi UU : dimana contoh tanah tidak dibolehkan untuk berkonsolidasi


(air pori tidak diperkenankan keluar selama pemberian 3 dan
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -100
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

1 ), nam un langsung ditekan dengan keadaan drainage


tertutup .

Prosedur percobaan adalah sebagai berikut, lihat Gambar 5.33 :

1. Contoh tanah ditaruh diatas dasar sel dengan penutup ditaruh diatasnya.
Kemudian semua ini ditutup dengan membran yang diameternya sama
dengan diameter contoh.

2. Bagian atas sel dipasang pada tempatnya dan dibuat. Sel diisi air dan
tegangan air dinaikkan sampai mencapai nilai yang diperlukan. Tegangan sel
yang tetap ini (
3) dibiarkan bekerja selama jangka waktu tertentu.

3. Pengukuran kekuatan geser dilakukan dengan memberikan tekanan vertikal


pada contoh. Tekanan vertikal diberikan dengan menggunakan dongkrak
yang dijalankan oleh mesin dengan kecepatan tertentu. Selama pemberian
tekanan vertikal ini pembacaan “Proving Ring” dapat dilakukan pada nilai-
nilai tegangan tertentu, misalnya setiap 1% secara seragam.

4. Dari hasil pembacaan tersebut, maka dapat diketahui tekanan vertikal yang
maksimum, yaitu pada saat terjadi keruntuhan.

Prosedur percobaan sesuai dengan SNI 03-2455-1992

Gambar 5. 33. Sel Pengujian Triaxial.

Hasil pengujian triaxial adalah nilai kekuatan geser tanah yang diperoleh melalui
plotting hasil percobaan pada lingkaran mohr, yang meunjukkan hubungan

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -101


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

antara antar tegangan samping (


3) dan tegangan geser (
), seperti
diperlihatkan pada Gambar 5.34.

Gambar 5. 34. Hasil Uji Triaxial.

ii. Uji Permeabilitas

Pengujian permeabilitas dilakukan pada contoh tanah asli. Ada dua cara
pengujian di laboratorium, yaitu Cara Constant Head dan Cara Falling Head.

• Cara Konstant Head

Cara ini terutama cocok untuk jenis tanah berbutir kasar. Air dengan tinggi
tekanan (h) tetap dan debit Q dialirkan ke dalam contoh tanah berdimensi
tertentu (diameter D atau luas penampang A dan tinggi L), lihat Gambar
F.35. Bila debit persatuan waktu (t) diketahui, maka nilai koefisien
permeabilitas dapat ditentukan sebagai berikut :

Q.L
k=
t.h. A

dimana : k : permeabilitas

Q : debit aliran

h : tinggi tekanan

L : tinggi contoh tanah

A : luas lubang

t : waktu pengaliran Q

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -102


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Gambar 5. 35. Pengujian Permeabilitas Metode Constan Head.

• Cara Falling Head

Cara ini terutama cocok untuk jenis tanah berbutir halus (nilai k kecil), dimana
pengukuran debit sulit dilakukan, lihat Gambar F.36. Air dalam buret dengan
tinggi tekanan awal h1 dialirkan ke dalam contoh tanah berdimensi tertentu
(diameter D atau luas penampang A dan tinggi L), lihat Gambar F.36. Bila
dalam waktu (t) tekanan air turun menjadi h2, diketahui, maka nilai koefisien
permeabilitas dapat ditentukan sebagai berikut :

a.L h
k = 2,3. log 1
t. A h2

dimana : k : permeabilitas

a : luas penampang buret

h1 : tinggi tekanan awal

h2 : tinggi tekanan akhir

L : tinggi contoh tanah

A : luas penampang contoh tanah

t : waktu pengaliran Q
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -103
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Gambar 5. 36. Pengujian Permeabilitas Metode Falling Head.

Estimasi Sedimentasi
Sedimentasi didefinisikan sebagai perpindahan dan pengendapan erosi tanah, khususnya
sebagai hasil dari percepatan erosi lembar dan alur (White. 1987). Menurut Linsley et al.
(1983) sedimentasi menggambarkan material tersuspensi dan diangkut oleh gerakan air
dan angin atau diakumulasi sebagai bed load. Dari proses sedimentasi, hanya sebagian
aliran sedimen di sungai yang diangkut keluar dari DAS, sedangkan yang lain mengendap
dilokasi tertentu dari sungai

Faktor-faktor yang mempengaruhi sedimentasi (Strand dan Pemberton. 1982), adalah


jumlah dan intensitas hujan, formasi geologi dan jenis tanah, tata guna lahan, topografi,
erosi di bagian hulu, limpasan, karakteristik sedimen dan hidrolika saluran. Menurut
Breussers (1974), sedimen dapat dibagi dalam dua kelompok berdasarkan mekanisme
pergerakannya sebagai berikut :
Angkutan
Material Bed Load Berdasarkan
Dasar Mekanisme
Berdasarkan Sedimen
sumber asal
sedimen
Wash Load Suspended Load

Gambar 5. 37. Pembagian sedimen berdasarkan sumber asal dan mekanismenya.


PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -104
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

• Suspended load dapat dipandang sebagai material dasar sungai (bed material) yang
melayang di dalam aliran dan terdiri terutama dari butiran halus. Pada bagian sungai
yang pendek di alur sungai, suspended load dapat dianggap tetap konsentrasinya,
tetapi pada seluruh alur sungai, konsentrasi suspended load sangat bervariasi,
sehingga dalam kaitannya dengan sedimentasi yang terjadi di dalam embung,
informasi konsentrasi sedimen suspensi sebaiknya diperoleh pada lokasi yang
letaknya tidak jauh dari embung.

• Partikel kasar yang bergerak di sepanjang dasar sungai secara keseluruhan disebut
dengan bed-load. Adanya bed load ditunjukkan oleh gerakan partikel di dasar sungai
yang ukurannya besar; gerakannya dapat bergeser, menggelinding atau meloncat-
loncat, akan tetapi tidak pernah lepas dari dasar sungai. Partikel kasar ini akan
terendapkan di bagian hulu dari embung sebagai suatu delta.

Untuk studi sedimentasi embung, pengaruh partikel kasar ini terhadap usia embung
biasanya relatif kecil dibandingkan dengan pengaruh sedimen suspensi yang
mengendap, sehingga muatan dasar yang mengendap jarang ditentukan dengan
hitungan (dengan rumus-rumus muatan dasar yang banyak ditemukan di literatur),
melainkan berdasarkan presentase dari hasil predisksi volume sedimen suspensi yang
masuk embung.

1). Angkutan Suspensi

Untuk muatan suspensi, besar angkutan yang terjadi biasanya lebih banyak
ditentukan dengan jalan mengukur daripada menghitung. Dengan anggapan
bahwa partikel-partikel sedimen suspensi diangkut dengan kecepatan yang sama
dengan kecepatan aliran, debit sedimen suspensi dapat dinyatakan sebagai hasil
perkalian antara debit aliran dengan konsentrasi dari sedimen suspensi, sehingga
debit sedimen suspensi dapat dihitung dengan rumus :

Qs = 0.0864. C. Qw

Hubungan antara debit air dan debit sedimen suspensi biasa disebut sebagai
lengkung debit sedimen suspensi (suspended-sediment rating curve). Lengkung
debit sedimen suspensi ini diperoleh dari plotting data debit air (Qw) dengan data

debit sedimen suspensi (Qs) pada kertas logaritmik. Dengan menggunakan power

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -105


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

regression untuk data Qw dan Qs, persamaan umum berikut ini dapat diperoleh:

Qs= a Qwb

dimana

Qs = debit sedimen suspensi (ton/hari)

Qw = debit aliran air sungai (m3/det)

a, b = konstanta yang nilainya tergantung dari data pengukuran di lapangan.

Jadi dengan menggunakan data pengukuran debit air dan debit sedimen suspensi
pada suatu sungai, dapat diperoleh lengkung debit sedimen suspensi pada sungai
tersebut. Lengkung ini selanjutnya dapat digunakan untuk menaksir debit
sedimen suspensi pada hari-hari dimana tidak ada pengukuran angkutan
sedimennya.

2). Angkutan dasar

rumus yang ditinjau sebagai dasar/pertimbangan untuk memprediksi angkutan


dasar (bed-load) adalah:

a. Rumus Meyer-Peter & Muller


ks 3/ 2 γ
γw ( ) R I = 0. 047 ( γ s − γ w ) dm + 0. 25 ( w )1/ 3 ( Tb' )2/ 3
ks' g

dimana:

R = radius hidraulik

I = kemiringan dasar saluran

dm = diameter median ≈ d50 - d60

 = (ks/ks')3/2 = ripple factor

Tb' = berat sedimen padat dalam air tiap satuan lebar, tiap
satuan waktu (ton/m.det)

b. Rumus Einstein

Tb = Φ.ρ s.∆ 2.(g.d 35)


1 3
2

dimana

 = parameter intensitas bed load


PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -106
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

 = ( 
s - )/


s = rapat massa pasir

Tb = angkutan dasar dalam (N/m.det)

c. Rumus Frijlink
∆.d m
− 0,27( )
µRI
Tb = d m . g.µ.R .I . e

dimana

Tb = Volume sedimen (padat) dalam (m3/m.det)

d. Rumus Graf dan Suszka

 = K (10.4 -1.5
 )

dengan K= 1 untuk 7 <  < 14

K = (1-0.045 2.5
) untuk 14 < Y < 25

Rumus ke-1, 2, dan 3 dikembangkan untuk memprediksi transpor sedimen di


sungai-sungai landai, dengan karakteristik kemiringan dasar, I, dan ukuran
butiran dasar, ds, kecil; sementara rumus ke-4, dikembangkan untuk sungai-

sungai di daerah pegunungan dengan karakteristik kemiringan dan ukuran


butiran dasar relatif cukup besar.

3). Pengendapan Sedimen di dalam Embung Tampungan Air Baku

Sedimen yang terangkut melalui alur sungai sebagian besar akan mengendap di
dalam embung, sementara hanya sebagian kecil yang keluar melewati embung.
Setelah jumlah/volume sedimen total yang masuk ke dalam embung dapat
ditentukan, langkah selanjutnya yang dapat dilakukan adalah menentukan
jumlah/volume sedimen yang akan mengendap/tertahan di dalam embung.
Beberapa hal yang berhubungan dengan pengendapan sedimen di embung yaitu :

a. Trap efficiency

Trap efficiency dari embung didefinisikan sebagai perbandingan antara


besarnya sedimen yang mengendap di dalam embung dengan aliran sedimen
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -107
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

yang masuk ke dalam embung. Trap efficiency sangat dipengaruhi terutama


oleh ukuran dan bentuk dari partikel sedimen, disamping dipengaruhi oleh
besar aliran yang masuk ke dalam embung.

Metode yang biasa digunakan untuk mengestimasi trap efficiency suatu


embung adalah metode yang diusulkan oleh Brune. Metode Brune, secara
empirik, di dasarkan pada data pengukuran sejumlah embung yang ada di
banyak negara. Dari data lapangan tersebut, Brune memperoleh suatu set
kurva untuk menentukan besarnya sedimen yang mengendap di dalam
embung, yaitu dengan menggunakan data masukan berupa perbandingan
antara kapasitas embung dengan aliran air rata-rata yang masuk ke dalam
embung tiap tahun.

Secara teoritis, trap efficiency dari suatu embung, dari tahun ke tahun akan
berkurang secara kontinu dengan berkurangnya kapasitas embung karena
bertambahnya endapan sedimen. Tetapi biasanya analisa perubahan trap
efficiency tidak dilakukan untuk interval waktu yang kurang dari 10 tahun

b. Berat Jenis Endapan Sedimen

Biasanya besarnya angkutan sedimen yang masuk ke dalam embung


dinyatakan dalam satuan berat per satuan waktu seperti misalnya ton per hari,
dan harus dikonversikan ke dalam satuan volume dengan jalan menentukan
berat jenisnya.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berat jenis dari sedimen yang
mengendap di dalam embung, yaitu :

1) cara operasi embung,

2) tekstur dan ukuran dari partikel sedimen,

3) tingkat pemadatan/konsolidasi, dan

4) faktor-faktor lain seperti arus rapat massa (density current) dan kemiringan
thalweg dari sungai-sungai yang masuk.

c. Distribusi Endapan Sedimen

Pada waktu aliran sungai yang membawa sedimen mendekati suatu embung,
kecepatan dan turbulensi dari aliran akan berangsur-angsur berkurang.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -108


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Partikel-partikel melayang (suspended load) dengan ukuran yang relatif cukup


besar, dan sebagian besar dari muatan dasar (bed-load) akan mengendap
sebagai suatu delta di bagian hulu dari embung.

Sedangkan partikel-partikel yang lebih kecil akan tetap melayang, terangkut


oleh aliran, dan akan mengendap lebih jauh di sebelah hilirnya. Partikel-
partikel suspensi yang lebih kecil lagi dapat tetap melayang, dan sebagian
darinya mungkin akan melewati bendungan bersama-sama dengan aliran yang
melalui alur buangan, turbin-turbin, atau pelimpah banjir. Dengan adanya
pengendapan sedimen karena proses tersebut, terbentuklah distribusi
endapan sedimen di dalam embung.

Distribusi dari endapan sedimen di dalam embung sangat dipengaruhi oleh


beberapa faktor berikut ini, yaitu:

1. cara bagaimana embung dioperasikan,

2. tekstur atau ukuran dari partikel sedimen,

3. bentuk embung, dan

4. volume sedimen yang diendapkan di dalam embung.

Estimasi Erosi Permukaan


Bahan sedimen hasil erosi seringkali bergerak menempuh jarak yang pendek sebelum
akhirnya diendapkan. Sedimen ini masih tetap berada di lahan atau diendapkan di tempat
lain yang lebih datar atau sebagian masuk ke sungai. Persamaan umum untuk
menghitung sedimentasi suatu DAS belum tersedia, untuk lebih memudahkan, USDA
mengembangkan pendekatan berdasarkan luas area. Rasio sedimen terangkut dari
keseluruhan material erosi tanah disebut Sedimen Delivery Ratio (SDR), adalah fungsi dari
luas area.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -109


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Tabel 5. 5. Rasio sedimen terangkut.


2
Km Ha SDR
0,05 5 0,580
0,10 10 0,520
0,50 50 0,390
1,00 100 0,350
5,00 500 0,250
10,00 1000 0,220
50,00 5000 0,153
100,00 10000 0,127
500,00 50000 0,079
1000,00 100000 0,059

Erosi permukaan dilahan usaha tani adalah salah satu sumber sedimen di sungai,
disamping sumber sedimen lainnya diantaranya erosi tebing dan longsoran. Erosi
permukaan berasal dari hasil proses erosi percik, erosi selaput permukaan dan berlanjut
pada erosi parit. Secara kausalitas erosi permukaan ini faktor-faktor penyebab terjadinya
telah terformulasikan dalam prediksi erosi dari model USLE yang terdiri dari lima faktor,
yaitu iklim, vegetasi dipermukaan tanah, topografi, jenis tanah dan aktivitas manusia.
Perhitungan erosi lahan menurut model USLE dapat dituliskan sebagai berikut :

A =R x K x LS x C x P

dimana :

A : merupakan jumlah erosi lahan yang terjadi per acre per tahun.

R : merupakan faktor runoff berdasarkan lokasi geografis, ditentukan 100.

K : merupakan faktor erodibilitas tanah.

LS : gradient kemiringan lereng.

C : faktor tutupan lahan oleh vegetasi.

P : faktor perlakuan terhadap lahan.

Seluruh parameter di atas oleh USLE sudah ditabelkan dalam beberapa tabel di bawah ini.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -110


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Tabel 5. 6. Data faktor K (kandungan bahan organik).

Tabel 5. 7. Ls faktor untuk panjang lereng 488 m (1600 ft).

Slope (%) LS Factor


10 5.5203
8 3.9857
6 2.6969
5 2.1446
4 1.2137
3 0.8987
2 0.4614
1 0.2964
0 0.1207

Tabel 5. 8. Faktor tipe tanaman.

Tabel 5. 9. Faktor metode pengolahan lahan.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -111


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Tabel 5. 10. Data faktor P.

Kriteria Perencanaan Desain


Kriteria perencanaan Studi Potensi Air Baku Di Kabupaten Bulungan meliputi kriteria
hidrologi/hidraulika dan kriteria struktur.
A. Kriteria Perencanaan Hidrologi/Hidraulika

1) Hujan, dengan ketentuan sebagai berikut :

perkiraan hujan rencana (PUH) dilakukan dengan analisis frekuensi terhadap


data curah hujan harian maksimum tahunan, dengan lama pengamatan
sekurang-kurangnya 10 tahun;

analisis frekuensi terhadap curah hujan, menggunakan metode yang sesuai


dengan tata cara perhitungan curah hujan untuk perhitungan debit banjir DAS
dengan kala ulang 1, 2, 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun (mengacu pada tata cara
perhitungan debit desain saluran);

untuk pengecekan data hujan menggunakan metode kurva masa ganda atau
yang sesuai;

perhitungan intensitas hujan ditinjau dengan menggunakan metode Mononobe


atau yang sesuai.

2) Debit banjir dengan ketentuan sebagai berikut :

debit rencana dihitung dengan metode Rasional, Nakayasu, SCS atau Gama I;

koefisien limpasan (run off) ditentukan berdasarkan tata guna lahan daerah
tangkapan;

waktu konsentrasi adalah jumlah dari waktu pengaliran dipermukaan dan


waktu banjir;

koefisien penyimpangan dihitung dari rumus konsentrasi dan waktu banjir.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -112


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

B. Kriteria Perencanaan Struktur

Kriteria Perencanaan Struktur terdiri dari :

1) Muatan dengan ketentuan sebagai berikut :

berat bahan (berat sendiri) diperhitungkan sebagai beban di dalam hitungan


perencanaan (mengacu pada SNI pedoman perencanaan pembebanan untuk
rumah dan gedung);

beban rencana dapat dipergunakan sesuai dengan standar yang berlaku,


kombinasi muatan atas struktur ditentukan secara individual sesuai dengan
fungsi, cara dan tempat penggunaannya.

2) Stabilitas struktur dengan ketentuan sebagai berikut :

stabilitas struktur penahan tanah akan dikontrol keamanannya terhadap


kekuatan amblas, geser, dan guling. Besarnya faktor keamanan untuk pondasi,
masing-masing minimal sebesar 1,5;

pasangan batu dengan tegangan tekan maksimum 8 kg/cm2. Untuk klasifikasi


beton dipakai fc = 17,5 MPa (mengacu pada SNI. T-15.1991.03, tentang tata
cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung).

Kegiatan D (bangunan Penampungan Air Baku)

A. Jenis Bangunan
Sesuai dengan fungsinya yaitu untuk menaikkan elevasi muka air, maka bangunan
yang cocok pada embung.

1. Tipe Tubuh Embung Air Baku

Tubuh embung dapat didesain menurut beberapa tipe yaitu:

- Tipe urugan homogen

- Tipe urugan majemuk

- Tipe pasangan batu atau beton

- Tipe komposit

Pemilihan tipe tersebut di atas tergantung dari jenis pondasi, panjang/bentuk


lembah, dan bahan bangunan yang tersedia di tempat. Tubuh embung bertipe

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -113


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

urugan (homogen dan majemuk) dapat dibangun pada pondasi tanah atau batu,
sedangkan tipe pasangan batu atau beton hanya dapat dibangun pada pondasi
batu. Disamping itu tipe pasangan batu atau beton karena maka hanya disarankan
bila lembah sempit (bentuk V) dimana kedua tebingnya curam dan terdiri dari
material batu. Bilamana lembah panjang/lebar dan terdiri dari material batu maka
tubuh embung akan lebih murah bilamana dipilih tipe komposit.

a) Urugan Tanah Homogen

Tubuh embung dapat didesain sebagai urugan homogen, dimana bahan


urugan seluruhnya atau sebagian besar hanya menggunakan satu macam
material saja yaitu lempung atau tanah berlempung.

Tubuh embung yang didesain dengan tipe ini harus memperhatikan


kemiringannya lereng dan muka garis preatik atau rembesan. Kemiringan
lereng umumnya cukup landai terutama untuk menghindari terjadinya
longsoran di lereng udik pada kondisi surut cepat serta menjaga stabilitas
lereng hilir urugan pada kondisi rembesan langgeng. Untuk mengontrol
rembesan diperlukan pembuatan sistem penyalir di kaki hilir urugan. Garis
preatik harus diusahakan agar tidak ke luar lewat lereng hilir.

b) Urugan Majemuk

Tubuh embung dapat didesain sebagai urugan majemuk apabila tersedia


material urugan lebih dari satu macam. Urugan terdiri dari urugan kedap air,
urugan semi kedap air (transisi) dan urugan lulus air.

Urugan kedap air atau inti kedap air umumnya dari lempung atau tanah
berlempung, dan ditempatkan vertikal didesain di bagian tengah. Tanah bahan
urugan inti harus mengandung lempung minimal 25% (perbandingan berat).
Bagian inti tanah ini dilindungi dengan urugan semi kedap air di bagian udik
dan hilirnya. Sedangkan bagian paling luar terdiri dari urugan lulus air. Dengan
susunan seperti itu koefisien kelulusan air dan gradasi material berubah secara
bertahap, makin ke luar makin besar.

Untuk mencegah terangkutnya butiran halus material urugan inti ke dalam


urugan paling luar yang lulus air oleh aliran rembesan, maka urugan semi
kedap air di hulu/udik dan di hilir inti kedap air harus dapat berfungsi sebagai
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -114
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

“filter” dan transisi.

Apabila tanah bahan inti tidak dapat diperoleh di tempat, maka inti dapat
dibuat dari bahan substitusi, misal : beton atau semen tanah. Bila bahan
substitusi dipakai maka inti menjadi relatif tipis, tebal minimal 0,60 m.

c) Pasangan batu/beton

Apabila pondasi tubuh embung terdiri dari satuan batu, maka tubuh embung
dapat dibuat dari pasangan batu atau beton. Pada lembah yang sempit dan
curam, berbentuk V, tubuh embung tipe ini umumnya didesain menjadi satu
dengan bangunan pelimpah yang terbuat dari material yang sama.

Agar keamanan terhadap stabilitas dapat terpenuhi maka tubuh embung


didesain berbentuk “graviti”, sehingga stabilitasnya dapat diperoleh dari berat
strukturnya sendiri. Tubuh embung bagian hilir didesain dengan kemiringan
tidak lebih curam dari 1 H : 1 V, sedang tingginya maksimum diambil 7,00 m
dari galian pondasi.

d) Komposit

Tipe komposit dibangun pada pondasi yang terdiri dari batu, dengan lembah
yang cukup panjang. Bangunan pelimpah dibangun menjadi satu dengan tubuh
embung. Bangunan pelimpah didesain sebagai pelimpah dari pasangan batu
atau beton, sedang tubuh embung dibangun di kiri-kanan pelimpah yang dapat
didesain sebagai urugan homogen atau urugan majemuk.

Yang perlu diperhatikan disini yaitu hubungan antara pelimpah dengan urugan
tubuh embung, karena bagian kontak ini merupakan tempat yang kritis
terhadap rembesan. Di bidang kontak antara pasangan batu/beton dengan
urugan inti perlu diberi tanah lempung yang sangat plastik dan dipadatkan
dalam keadaan basah.

2. Dinding Halang (Cut-off)

Apabila pondasi tubuh embung terdiri dari material tanah yang lulus air di bagian
atas, sedangkan material yang kedap air terletak cukup dalam dibawahnya, maka
rembesan harus dikurangi agar tidak terjadi proses erosi buluh maupun kehilangan
air yang cukup besar. Umumnya diperlukan dinding halang untuk menghubungi

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -115


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

lapisan kedap air di pondasi dengan zona kedap air dari urugan tubuh embung.

Dinding halang dibangun pada paritan yang digali sejajar sumbu urugan hingga
mencapai lapisan pondasi kedap air, dan dibuat dali lembah sampai pada kedua
bukit tumpu. Lebar dasar paritan minimum 1,50 m dengan kemiringan galian
lereng tidak boleh lebih curam dari 1H : 1V. Paritan diisi dengan lapisan urugan
kedap air dari lempung yang dipadatkan pada kondisi kadar air cukup tinggi
(basah).

3. Lebar Puncak

Lebar puncak tubuh embung yang diambil adalah sebagaimana Tabel F. 11


berikut:

Tabel 5. 11. Lebar Puncak Tubuh Embung

Tipe Tinggi(m) Lebar puncak(m)


1. Urugan < 5,00 2,00
5,00 - 10,00 3,00
2.Pasangan sampai 1,00
batu/beton maksimum
7,00

Apabila puncak urugan akan digunakan untuk lalu lintas umum, maka dikiri dan
kanan badan jalan diberi bahu jalan masing-masing selebar 1,00 m. Sedangkan
puncak tubuh embung tipe pasangan/beton tidak disarankan untuk lalu lintas
karena biaya konstruksi akan menjadi terlalu mahal.

4. Kemiringan Lereng Urugan

Kemiringan lereng urugan harus ditentukan sedemikian rupa agar stabil terhadap
longsoran. Hal ini sangat tergantung pada jenis material urugan yang hendak
dipakai. Kestabilan urugan harus diperhitungkan terhadap surut cepat muka air
embung , dan rembesan langgeng, serta harus tahan terhadap gempa. Dengan
mempertimbangkan hal di atas dan mengambil koefisien gempa sebesar 0,15 g
diperoleh kemiringan urugan yang disarankan seperti Tabel 5. 12 berikut ini.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -116


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Tabel 5. 12. Kemiringan lereng urugan untuk tinggi maksimum 10 m


Kemiringan lereng
Material Urugan Material Utama Vertikal : horizontal
Udik Hilir
1. Urugan Homogen CH, CL, SC, GC,GM, 1:3 1 : 2,25
SM
2. Urugan Majemuk
2.1. Urugan batu dengan inti lempung atau Pecahan batu 1 : 1,50 1 : 1,25
dinding diapragma
2.2. Kerikil-kerakal dengan inti lempung Kerikil-kerakal 1 : 2,50 1 : 1,175
atau dinding diafragma

5. Tinggi Jagaan

Tinggi jagaan adalah jarak vertikal antara muka air embung pada waktu banjir
Desain (50 tahunan) dan puncak tubuh embung.

Tinggi jagaan pada tubuh embung dimaksudkan untuk memberikan keamanan


tubuh embung terhadap peluapan karena banjir. Bila hal itu terjadi maka akan
terjadi erosi kuat pada tubuh embung tipe urugan.

Besarnya tinggi jagaan tergantung dari tipe tubuh embung dan di ambil seperti
Tabel 5. 13 berikut.

Tabel 5. 13. Tinggi Jagaan Embung

Tinggi Jagaan
Tipe Tubuh Embung
(m)
1. Urugan homogen dan majemuk 0.50
2. Pasangan batu/beton 0.00
3. Komposit 0.50

6. Tinggi Tubuh Embung

Tinggi tubuh embung harus ditentukan dengan mempertimbangkan kebutuhan


tampungan air, dan keamanan tubuh embung terhadap peluapan oleh banjir.
Dengan demikian tinggi tubuh embung sebesar tinggi muka air embung pada
kondisi penuh ditambah tinggi tampungan banjir, dan tinggi jagaan.

Hd = HK + Hb + Hf

Dimana :

Hd = tinggi tubuh embung Desain (m)


PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -117
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Hk = tinggi muka air embung pada kondisi penuh (m)

Hb = tinggi tampungan banjir (m)

Hf = tinggi jagaan (m), Tabel Tinggi Jagaan Embung

Pada tubuh embung tipe urugan diperlukan cadangan untuk penurunan yang
secara praktis dapat diambil sebesar 0,25 m. Cadangan penurunan ini perlu
ditambahkan pada puncak embung di bagian lembah terdalam. Untuk tubuh
embung tipe pasangan beton hal ini tidak diperlukan.

7. Selimut (Blanket) Embung

a. Umum

Kehilangan air yang cukup besar akibat infiltrasi yang berupa rembesan atau
bocoran dari dasar maupun dinding embung tampung embung sangat
mempengaruhi nilai ekonomis dari sedimen airnya. Pada embung dengan
kondisi geologi yang kurang menguntungkan dilihat dari segi keleluasaan
airnya, diperlukan selimut rapat air agar tidak terjadi infiltrasi atau kehilangan
air berlebihan.

Selimut kedap air hanya akan diterapkan pada tanah atau satuan batu lulus air.
Sedang pada tanah atau satuan batu dengan klasifikasi semi lulus air, selimut
kedap air diperlukan apabila kehilangan air dari embung dipandang cukup
besar dibandingkan dengan daya tampung embung.

Apabila sifat lulus air pondasi tubuh embung, dasar dan dinding embung
merata, maka selimut kedap air harus dipasang menutup seluruh bagian
embung sampai setinggi elevasi pelimpah dan dihubungkan dengan bagian
tubuh embung yang kedap air. Tetapi bila sifat lulus air tersebut tidak merata,
terdapat di bagian tertentu, maka selimut cukup dipasang di bagian yang lulus
air.

Jenis atau tipe selimut yang akan diterapkan tergantung dari macam
material/bahan alami yang tersedia di tempat. Apabila bahan alami tidak
tersedia di tempat dapat dipakai bahan substitusi (buatan), namun bahan ini
mahal. Berbagai bahan selimut kedap air antara lain: selimut lempung, semen-
tanah, dan membran sintetik.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -118


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

b. Jenis selimut kedap air

 Selimut lempung

Apabila didaerah sekitar embung terdapat material lempung, maka selimut


lempung dapat digunakan sebagai selimut kedap air yang paling murah.
Lokasi atau sumber material lempung yang berjarak jauh dari tempat
embung akan dapat menyebabkan biayanya menjadi mahal. Dalam hal ini
perlu membandingkan biaya konstruksi selimut lempung dan selimut ahan
substitusi (buatan).

Material lempung yang akan digunakan sebagai selimut paling baik yang
termasuk klasifikasi CH, tetapi tanah yang mengandung lempung minimal
25% berdasarkan berat cukup baik pula bila digunakan.

Tebal selimut lempung minimal 50 cm, terdiri atas tiga lapis yang
dipadatkan dalam kondisi basah. Untuk melindungi selimut lempung
terhadap retakan pada waktu kering, maka perlu dilindungi dengan
hamparan pasir kerikil setebal 30 cm di atasnya.

 Selimut semen - tanah

Selimut kedap embung tampungan dapat juga dibuat dengan


menggunakan material setempat yang tersedia dicampur dengan semen
(semen-tanah). Untuk menentukan prosentase semen yang akan digunakan
akan ketebalan yang diperlukan perlu dilakukan percobaan terlebih dahulu.
Namun untuk jenis tanah berpasir semen yang digunakan minimal sebesar
5% berdasarkan berat. Semen-tanah yang digunakan sebagai selimut kedap
air di embung minimal harus diterapkan setebal 30 cm yang dipadatkan
sehingga menjadi 15 cm.

 Selimut bahan sintetik

Metoda lain untuk mengurangi kehilangan air yang berlebihan dari embung
tampungan embung adalah dengan menggunakan lapisan kedap air dari
membran fleksibel yang terbuat dari bahan dasar plastik (polyethylene) atau
dari bahan karet (butyl rubber). Metoda ini lebih mahal daripada metoda (a)
dan (b), karena itu akan dipakai bila metoda (a) dan (b) tidak dapat
diterapkan karena beberapa sebab.
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -119
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Membran fleksibel ini sangat tipis dengan tebal sampai beberapa mm.
Selimut dari bahan karet (butyl rubber) harus dilindungi dari sinar matahari
dan cuaca. Lapisan lindung membran karet dapat berupa hamparan tanah
(pasir kerikil), pasangan batu, atau semen-tanah. Beberapa jenis membran
fleksibel yang terbuat dari “polyethylene” (misal: geomembrane) dapat
dipasang terbuka terhadap sinar matahari maupun cuaca sehigga tidak
diperlukan pelindung. Selimut “polyethtlene” jauh lebih murah dari pada
selimut “butyl rubber”.

Daerah yang akan diberi selimut kedap air harus dibersihkan dari tanaman
dan akar akarnya, batu-batu tajam, dan obyek lain yang dapat merusak atau
merobek membran. Seluruh tebing galian, dan urugan di tempat yang akan
diberi lapisan membran harus mempunyai kemiringan yang seragam dan
tidak boleh lebih curam dari 1V : 1H untuk lapisan membran yang terbuka
dan 1V : 3H untuk lapisan membran yang diberi sistem pelindung.
Kemiringan yang landai diperlukan untuk mencegah terjadinya longsoran
pada sistem pelindung.

8. Perencanaan Spillway

Perencanaan spillway berdasarkan kondisi topografi, geologi, geoteknik &


mekanika tanah, karena berhubungan dengan tubuh dam. Spillway terdiri dari 3
bagian utama yaitu inlet, dinding tegak, dan peredam energi.

Komponen spillway seperti dalam Tabel 5. 14 di bawah ini.

Tabel 5. 14. Komponen Spillway

Bagian Inlet Bagian Peluncur Peredam Energi


Tipe Apron
Pelimpah Bebas Tipe Chute
Horisontal
Tipe Tipe Curve Tipe Tipe Apron
limpasan Limpasan Terowongan Tipe Inclined
diatas Tipe Saluran Tipe aliran Loncatan
mercu Tipe Bucket
Samping limpasan
Tipe Morning Tipe Loncatan
Glory Energi
Tipe Ski Jump
Tipe Orifice
Tipe Jatuh bebas

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -120


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Secara umum tipe pelimpah yang dapat diterapkan pada embung adalah:

 Pelimpah tipe saluran terbuka,

 Pelimpah tipe ogee (overflow).

Pelimpah tipe saluran terbuka dipilih bilamana tubuh embung bertipe urugan.
Pelimpah ini harus diletakan terpisah dengan tubuh embung dan dapat dibangun di
atas bukit tanah atau batu.

Bilamana pondasi berjenis batu sehingga tubuh embung dipilih dari tipe pasangan
batu/beton atau komposit, maka pelimpah akan bertipe ogee. Pelimpah jenis ini
dibangun menyatu dengan tubuh embung.

a. Pelimpah Tipe Saluran Terbuka

i. Struktur

Pelimpah yang umumnya digunakan berdasarkan pertimbangan ekonomisnya


adalah pelimpah tipe saluran terbuka yang digali pada satuan tanah atau satuan
batu di bukit tumpu. Tempat pelimpah dipilih pada tempat dimana alirannya tidak
akan menyebabkan erosi pada kali hilir tubuh embung. Bagian saluran pemasukan
pelimpah dapat dibuat datar ataupun dengan kemiringan yang cukup landai. Air
dari embung mengalir bebas ke bagian hilirnya mengikuti kemiringan yang
tersedia. Sebagai patokan tetap bagi ketinggian dasar pelimpah, perlu dibuat
lantai dari pasangan batu/beton selebar 0,50 sampai 1,00 meter diudik saluran
pemasukan.

Pelimpah yang digali pada satuan tanah perlu diberi pelindung terhadap erosi
dengan penanaman rumput, namun apabila terpaksa dapat dibuat lapisan
pasangan batu/beton. Sedangkan pada pelimpah batu pelindung tersebut tidak
diperlukan. Rumput pelindung erosi dapat digunakan rumput yang tumbuh rendah
untuk saluran penghantar atau saluran dengan kemiringan landai, sedangkan
rumput yang tumbuh tinggi (rumput gajah) dapat dipakai pada saluran dengan
kemiringan curam/besar, dimana keadaan aliran superkritis.

ii. Hidraulik

Desain dari pelimpah tipe saluran terbuka perlu memperhatikan kriteria seperti
Tabel 5. 15. berikut ini :

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -121


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Tabel 5. 15. Kriteria Desain Hidraulik Pelimpah.

Tipe Pelindung Pelimpah n


1. Rumput 0.030 - 0.25
2. Batu 0.035
3. Rip – rap 0.0250
4. Pasangan batu/beton 0.0140

• Dimensi saluran

Dimensi saluran dapat ditemukan secara hidraulik dengan menggunakan rumus


Manning sebagai berikut :

V = 1/n R 2/3 S 0.5

Q = V.A

Dimana :

Q = puncak banjir Desain yang melalui pelimpah (m3/d)

V = kecepatan aliran (m/d)

A = potongan melintang basah (m2)

n = koefisien kekasaran Manning

P = perimeter basah (m)

R = A/P = jari-jari hidraulik (m)

S = kemiringan saluran

Tabel 5. 16. Koefisien kekasaran Manning untuk berbagai jenis pelindung pada
pelimpah.

No. Tipe Pelindung Pelimpah N


1. Rumput 0.030 - 0.25
2. Batu 0.035
3. Rip – rap 0.0250
4. Pasangan batu/beton 0.0140

Dimensi saluran pelimpah untuk berbagai debit, lebar saluran, dan kemiringan
dasar pada pelimpah tanah yang dilindungi dengan rumput menurut kriteria di
atas dan untuk pelimpah yang digali pada satuan batu.
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -122
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

b. Pelimpah Tipe Ogee (Overflow)

i. Struktur

Pelimpah tipe ogee ini didesain dari pasangan batu/beton dan menyatu dengan
tubuh embung yang dibuat dari material yang sama atau tipe komposit, bila
pondasinya berupa batu. Pelimpah tipe ini umumnya ditemukan pada alur terda-
lam sehingga aliran yang melalui pelimpah dapat dialirkan kembali pada alur
disebelah hilir yang ada.

Tinggi mercu pelimpah dari galian pondasi diambil maksimum 6,00 m. Tubuh
pelimpah bertipe graviti dengan mercu “ogee” berambang lebar. Di hilir mercu,
tubuh pelimpah dibuat dengan kemiringan 1H: 1V sebelum aliran masuk peredam
energi (kolam olak). Tipe peredam energi ini dipilih karena bentuknya cukup
sederhana. Ambang lebar pada mercu pelimpah dipilih agar supaya dapat dipakai
untuk pejalan kaki dan sekaligus lebih menstabilkan bangunan. Pondasi bangunan
ini harus diterapkan pada satuan batu yang segar, dengan galian minimal sedalam
1,00 m.

ii. Hidraulik

Besar aliran yang meluap sempurna melalui mercu pelimpah dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus :

Q = C B H 1,5

Dimana :

Q = aliran yang melalui mercu (m3/d)

C = koefisien aliran untuk ambang lebar (=1,80)

B = lebar/panjang mercu pelimpah (m)

H = tinggi air embung, tinggi tekanan di atas mercu (m)

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -123


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Muka Air
Banjir

Ha (Design Head)
Crest Pelimpah

Xr x
Yr
y

Y/Ho = - x (x/Ho)n

Upstream Surface

Gambar 5. 38. Standar Profil Crest Pelimpah Tipe Ogee.

Dengan rumus di atas dapat ditentukan lebar pelimpah B :

Q50
B=
1,8 H 1,5

Tabel 5. 17. Hubungan tinggi air kolom di atas mercu pelimpah “Ogee” debit, dan
lebar pelimpah
Tinggi air kolam di atas mercu pelimpah = H (m)
Debit aliran (Q)
Lebar Mercu (B)
(m3/d)
(m) 10 15 20 25 30 35 40 50
2.00
3.00
5.00 1.07
6.00 0.95
7.00 0.86
8.00 0.78 1.03
9.00 0.72 0.95
10.00 0.68 0.89 1.07
12.00 0.78 0.95
14.00 0.71 0.86 0.99
16.00 0.78 0.91 1.03
18.00 0.72 0.84 0.95 1.05
20.00 0.68 0.78 0.89 0.98 1.07 1.24
22.00 0.74 0.83 0.92 1.01 1.17
24.00 0.69 0.73 0.87 0.95 1.10
26.00 0.74 0.82 0.90 1.05
28.00 0.71 0.78 0.86 0.99
30.00 0.75 0.82 0.95
32.00 0.72 0.78 0.91
34.00 0.69 0.75 0.87
36.00 0.72 0.84
38.00 0.70 0.81
40.00 0.78
42.00 0.76
44.00 0.74

9. Perhitungan hidraulik peredam energi (kolam olak)

Kolam olak yang sering digunakan antara lain :

• USBR Tipe I, jika nilai bilangan Froude antara 1,7 – 2,5


PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -124
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

• USBR Tipe IV, jika nilai bilangan Froude antara 2,5 – 4,5

• USBR Tipe II atau III, jika nilai bilangan Froude > 4,5

Perhitungan hidraulik pada kolom peredam energi USBR dapat menggunakan


langkah yang diuraikan berikut ini :

• Kecepatan aliran di udik lantai peredam energi (sebelum loncatan) dihitung


menggunakan rumus berikut :

V1 = Q 2g [ (Z + D) - D/2 ]

V1 = Q 2g ( Z + ½ D )

d1 = q/Q1

• Nilai Froude

V1
F1 =
Qgd 1

• Tinggi air sesudah loncatan

D2 1
= (Q1 + 8 F1 − 1)
d1 2

Panjang embung peredam energi dapat diperoleh dengan menggunakan


grafik yang menggambarkan hubungan antara nilai Froude dan ratio L dan D1.

• Penentuan panjang embung peredam energi dengan menggunakan grafik

Pusat Litbang Pengairan telah mempersiapkan beberapa grafik berdasarkan


rumus di atas, sehingga perhitungan dapat diselesaikan dengan cepat. Grafik
tersebut menggambarkan hubungan antara berbagai besaran aliran (Q), lebar
mercu pelimpah (B), tinggi mercu dari lantai embung peredam energi (D), dan
panjang embung peredam energi (L).

10. Perencanaan Intake

Perencanaan intake mempertimbangkan beberapa faktor antara lain:

• Pondasi harus bed rock dengan sedikit endapan sedimen

• Memudahkan dalam pengelakan sungai dan pembuatan cofferdam

• Tidak menimbulkan endapan sedimen pada saat debit banjir, dan faktor-faktor
lainnya.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -125


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Untuk perencanaan struktur intake untuk mengalirkan air dari embung


mempertimbangkan lokasi, alignment, struktur dan fasilitas pelengkap lainnya
mempunyai kondisi yang sempurna antara lain:

• Debit andalan selalu tersedia

• Kehilangan energi kecil

• Inflow harus smooth tidak bercampur dengan udara

• Aliran ke intake tidak diikuti oleh sedimen

• Intake bebas dari kerugian akibat banjir dan sliding

• Operasi dan pemeliharaan mudah

Analisis Stabilitas Bangunan Embung


Struktur bangunan embung perlu dilakukan perhitungan terhadap stabilitas bangunan
dan daya dukung tanah sehingga mampu memikul gaya luar, seperti gelombang air akibat
banjir maupun gaya-gaya luar lainnya seperti adanya tekanan tanah.

1. ANALISA PENURUNAN

Penurunan (settlement) dapat didefinisikan sebagai pergerakan vertikal dasar suatu


struktur yang dipengaruhi penambahan beban atau lainnya. Banyak faktor yang
menyebabkan terjadinya penurunan, biasanya akibat penambahan beban pada tanah
sekitarnya, penimbunan, penurunan muka air tanah, getaran, berat konstruksi.
Besarnya penurunan dapat dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:

S = Si + Sc + SS

di mana:

Si = penurunan segera (immediate settlement)

Sc = penurunan akibat konsolidasi pertama (primary consolidation settlement)

Sc = penurunan akibat konsolidasi (secondary consolidation settlement)

Harga Si jauh lebih kecil daripada harga SC dan waktu yang diperlukan juga lebih kecil
daripada waktu SC. Sedangkan SS merupakan tahapan kedua sesudah selesainya
penurunan pertama, waktu yang diperlukan SS sangat lama dan harga penurunannya
juga kecil.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -126


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

a. Penurunan Segera (Immediate Settlement)

Penurunan langsung disebabkan karena pemampatan elastis tanah. Berdasarkan


teori elastis, besarnya penurunan (Si) dapat dihitung dengan rumus:

Si =
B. q o
ES
( )
1 − μ 2 .IS

di mana

IS = faktor pengaruh bentuk pondasi yang harga bergantung pada B dan L

qo = gaya netto per unit luas (m’)

μ = angka poisson

ES = modulus kompresi atau elastisitas (Young’s Modulus)

L = panjang pondasi

B = lebar pondasi

Besaran-besaran yang dapat digunakan untuk analisa penurunan segera dapat


dilihat pada tabel-tabel berikut ini.

Tabel 5. 18. Harga IS untuk macam-macam bentuk pondasi.


Faktor Pengaruh Bentuk Pondasi IS
Jenis Pondasi
Pusat Sudut Rata-rata
Bujursangkar 1,12 0,56 0,95 0,82
Lingkaran 1,00 0,64 0,85 0,88
Persegi L/B
1,50 1,36 0,68 1,20 1,06
2,00 1,53 0,77 1,31 1,20
5,00 2,10 1,05 1,83 1,7
10,00 2,52 1,26 2,25 2,20
100,0 3,38 1,69 2,96 3,40

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -127


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Tabel 5. 19. Parameter Elastis Berbagai Jenis Tanah.

Faktor Pengaruh Bentuk Pondasi IS


Jenis Pondasi
Pusat Sudut Rata-rata
Bujursangkar 1,12 0,56 0,95 0,82
Lingkaran 1,00 0,64 0,85 0,88
Persegi L/B
1,50 1,36 0,68 1,20 1,06
2,00 1,53 0,77 1,31 1,20
5,00 2,10 1,05 1,83 1,7
10,00 2,52 1,26 2,25 2,20
100,0 3,38 1,69 2,96 3,40

b. Penurunan Akibat Konsolidasi Pertama (Primary Consolidation Settlement)

Penurunan konsolidasi pertama adalah penurunan yang disebabkan pemampatan


oleh daya mampat lapisan tanah yang di bawah. Besarnya penurunan (SC) dalam
cm, ditentukan dengan rumus:

SC = mV.∆P.H

di mana H = tebal tanah (m), atau

CC . H  P + ΔP 
SC = xlog o 
(1 + eo )  Po 

Nilai CC (indeks kompresi) diketahui dari pengujian laboratorium atau ditentukan


dari Liquid limit (batas cair) tanah jenis lempung umumnya yang mempunyai batas
kepekaan < 4. Rumus indeks kompresi ditentukan sebagai:

CC = 0,009 (LL – 10)

c. Penurunan Akibat Konsolidasi Kedua (Secondary Consolidation Settlement)

Besarnya penurunan kedua dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:

 t 
SS = Cα H ts log 
 tp 
 

di mana :

Hts = tebal lapisan tanah pada saat mulai konsolidasi kedua.

= Ht - Sc

Ht = tebal lapisan tanah.

SC = penurunan pertama konsolidasi.


PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -128
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

t = waktu yang dibutuhkan untuk pemampatan kedua.

tp = waktu berakhirnya konsolidasi pertama.

Cα = koefisien konsolidasi kedua.

2. ANALISA STABILITAS LERENG

Analisa stabilitas lereng dihitung dengan Slice Method (Metode Irisan). Analisa
stabilitas dengan menggunakan metoda irisan dapat dijelaskan pada Gambar F.39 di
mana AC adalah busur kelongsoran coba-coba. Tanah di atas busur tersebut dibagi
menjadi beberapa irisan vertikal dengan lebar setiap irisan tidak harus sama.
r sin αn

θ r
bn
r C
B
1
r

H n
2

A Wn

αn

Gambar 5. 39. Permukaan bidang irisan.

Ditinjau irisan ke n seperti terlihat pada Gambar 5.40. Berat irisan adalah Wn. Gaya Nr
dan Tr adalah komponen normal dan tangensial dari reaksi R. Pn dan Pn+1 adalah gaya
normal yang bekerja pada kedua sisi irisan. Gaya geser yang bekerja pada kedua sisi
irisan adalah Tn dan Tn+1. Untuk penyederhanaan tekanan air pori diasumsikan sama
dengan nol.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -129


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Tn

Pn
Tn+1

Wn
Pn+1

αn Tr Nr
R=W n
∆Ln

Gambar 5. 40. Skema gaya yang bekerja pada analisa stabilitas Metoda Elemen
Hingga.

Tinjauan keseimbangan:
N r = Wn . cosα n

Gaya geser penahan dapat diekspresikan sebagai:


τ f . (ΔΔ n ) (c+ σtanφ ). ΔL n
Tr = τ d .(Δ( n ) = =
FS FS

Tegangan normal σ pada persamaan di atas adalah sama dengan:


Nr W . cosα n
= n
ΔL n ΔL n

Untuk keseimbangan ABC, momen terhadap titik O harus sama dengan momen
penahan terhadap titik O.
n =p n =p
1  Wn . cosα n 
∑ Wn . sinα n =∑  c+
n =1 FS  ΔL n
tanφ . ΔL n . r , atau dapat dinyatakan dalam Fs
n =1 
n =p

∑ (c . ΔL
n =1
n + Wn . cosα n . tanφ )
FS = n =p

∑W
n =1
n . sinα n

Catatan : ∆Ln adalah hampir sama dengan bn / cos αn , di mana bn = lebar irisan ke n.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -130


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

3. ANALISA DAYA DUKUNG

Analisa daya dukung dilakukan untuk mempelajari kemampuan tanah dalam


mendukung beban struktur yang terletak di atasnya. Daya dukung menyatakan
tahanan geser tanah untuk melawan penurunan akibat pembebanan, yaitu tahanan
geser yang dapat dikerahkan oleh tanah di sepanjang bidang-bidang gesernya. Analisa
daya dukung tanah dilakukan dengan menggunakan persamaan Terzaghi yang
diberikan sebagai berikut:

1
qu = c. NC + q. Nq + γ .B. N γ
2

di mana:

c = kohesi tanah

 = berat volume tanah

q = tekanan pada dasar pondasi

B = lebar pondasi

NC, Nq, N= faktor daya dukung Terzaghi yang dipengaruhi 

Umumnya analisa daya dukung didasari pada analisa keruntuhan geser lokal (local
shear failure) dan keruntuhan geser umum (general shear failure) sehingga nilai faktor
daya dukung Terzaghi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Penentuan daya dukung tanah yang diijinkan untuk desain didasari atas besarnya
angka keamanan (FS) yang nilainya sekitar 3 (FSijin = 3). Besarnya daya dukung tanah
untuk suatu struktur yang ada di atasnya dapat diperoleh menurut persamaan berikut.

qu
FS = > FSijin = 3
∑P i

di mana:

qu = daya dukung batas tanah

Pi = total tekanan yang bekerja pada tanah


PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -131


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Tabel 5. 20. Nilai-nilai Faktor Daya Dukung Terzaghi.


Keruntuhan Geser Umum Keruntuhan Geser Lokal
φ
NC Nq N N’C N’q N’
0 5,7 1,0 0,0 5,7 1,0 0,0
5 7,3 1,6 0,5 6,7 1,4 0,2
10 9,6 2,7 1,2 8,0 1,99 0,5
15 12,9 4,4 2,5 9,7 2,7 0,9
20 17,7 7,4 5,0 11,8 3,9 1,7
25 25,1 12,7 9,7 14,8 5,6 3,2
30 37,2 22,5 19,7 19,0 8,3 5,7
34 52,6 36,5 35,0 23,7 1,.7 9,0
35 57,8 41,4 42,4 25,2 12,6 10,1
40 95,7 81,3 100,4 34,9 20,5 18,8
45 172,3 173,3 297,5 51,2 35,1 37,7
48 258,3 287,9 780,1 66,8 50,5 60,4
50 347,6 415,1 1153,2 81,3 65,6 87,1

Sedangkan kemampuan tanah untuk menahan gaya geser yang terjadi sebagai
berikut:

FSgeser =
∑ Fr i
> FSijin = 1,5
∑F i

di mana:

∑Fri = total tegangan yang menahan geser tanah

∑Fi = total tegangan yang bekerja pada tanah

4. ANALISA STABILITAS GULING

a. Perhitungan Panjang Creep Line di bawah Spillway

Panjang creep line dihitung berdasarkan teori Blight. Menurut Blight besarnya
perbedaan tekanan dijalan pengaliran adalah sebanding dengan panjangnya jalan
air (Creep Line).

Rumus Blight :

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -132


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

ΔH = L / C

Dimana:

ΔH = beda tekanan air

L = panjang creep line

C = Weighted Creep Ratio dari Blight.

Besar ΔH diambil sama dengan perbedaan muka air saat sejajar dengan tinggi
mercu dengan lantai ruang olakan karena pada keadaan tersebut besar ΔH paling
besar.

b. Perhitungan Gaya Angkat

Gaya angkat atau uplift pressure adalah tekanan ke atas yang dilakukan oleh air
terhadap bidang bawah spillway embung.

Rumus yang dipakai untuk menghitung gaya angkat adalah :

Ux = Hx - [ ( Lx / ∈L ) * ΔH ]

Dimana:

Ux = besarnya gaya up lift disetiap titik.

Hx = tinggi titik x yang ditinjau terhadap air muka

∈L = jumlah panjang creep line

ΔH = beda tekanan

Hasil dari hitungan kemungkinan didapat nilai positif atau negatif. Dalam hal ini
tekanan negatif kenyataannya tidak akan terjadi oleh karena adanya liang-liang
renik di antara butir-butir tanah, sehingga akan berhubungan dengan atsmosfir.
Jadi untuk hasil perhitungan dengan hasil tekanan negatif besarnya dianggap nol.

Sesudah besar tekanan uplift di setiap titik didapat, maka besar tekanan di setiap
bidang dasar spillway embung, baik horisontal maupun vertikal dapat ditentukan
besarnya. Gaya–gaya tekanan yang bekerja adalah tegak lurus dengan bidang baik
horisontal , vertikal maupun miring.

Dari hasil perhitungan tekanan pada bidang dapat ditentukan besar gaya horisontal
maupun vertikal akibat tekanan air pada dasar embung, kemudian didapat momen
yang bekerja akibat tekanan air ini baik horisontal maupun vertikal.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -133


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

c. Stabilitas Guling

Analisa stabilitas guling dilakukan untuk melihat kemampuan struktur dalam


menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Pengecekan stabilitas
guling dilakukan dengan mengecek angka keamanan struktur yang diberikan oleh
persamaan berikut ini.

FSgeser =
∑ Mri
> FSijin = 2,0
∑M i

di mana:

Mri =
 total momen yang menahan pengaruh guling

Mi =
 total momen yang bekerja pada tanah

Perencanaan Sistem Distribusi


Distribusi air baku dari Penampungan untuk keperluan penduduk, ternak, sawah, kebun
atau keperluan lainnya menggunakan dua alternatif, yaitu yang pertama dengan sistem
saluran terbuka (sudah dijelaskan dalam sub-bab ”Analisis Hidraulika”), sedangkan yang
kedua dengan menggunakan sistem pipa yang akan diuraikan di bawah ini.

Di dalam pipa air mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Kalimat ini dapat
diartikan sebagai selama air mengalir, tinggi tekanannya berkurang. Atau dengan kata
lain energinya berkurang. Berkurangnya energi atau tinggi tekanan merupakan fungsi
debit, panjang pipa, diameter pipa dan koefisien gesek pipa.

1) Kehilangan energi utama (major)

Secara matematis dapat ditulis sebagai (lihat Gambar F.41):

L Q2
hf = 8 f
D5 π 2 g

Dengan :

hf : kehilangan energi atau tekanan (major atau utama) (m)

Q : debit pipa (m3/detik)

f : koefisien gesek

L : panjang pipa (m)

D : diameter pipa (m)

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -134


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

g : percepatan gravitasi bumi (m/detik2)

minor losses

EGL V2/2g

h PGL major losses (utama)


minor losses (sekunder)

Datum

Gambar 5. 41. Aliran dalam pipa dan kehilangan tinggi tenaga major(utama) maupun
minor (sekunder).

Perhatikan kehilangan tenaga pada di atas yang ditunjukkan oleh posisi titik titik yang
membentuk garis yang disebut EGL (Energy Grade Line). Energi awal adalah setinggi
muka air, kemudian turun sepanjang aliran dan akhirnya minimum di ujung pipa.
Tinggi tekanan energi diukur dari suatu datum tertentu. Datum adalah garis atau
bidang horisontal (datar) yang dapat dipilih sesuka kita. Selain garis energi, terdapat
pula garis HGL (Hydraulic Grade Line) yang merupakan garis yang menunjukkan
tekanan air di setiap titik yang ditinjau. Perbedaaan tinggi antara EGL dan HGL adalah
V2/2g.

Selain kehilangan energi akibat gesekan dengan pipa terjadi pula kehilangan energi
akibat sambungan pipa dengan tangki dan pada saat air keluar dari pipa. Pada saat air
mulai masuk pipa EGL turun tajam walaupun dalam kuantitas yang tidak begitu besar.
Kehilangan energi ini disebut kehilangan energi minor.

Koefisien gesek sebenarnya merupakan fungsi dari kekasaran relatip pipa dan angka
Reynold. Namun demikian dalam perancangan untuk kasus turbulen sempurna,
koefisien gesek ini hanya dianggap tergantung pada kekasaran pipa saja.

Tentu, dengan bertambahnya usia, pipa menjadi rusak sehingga kekasarannya


bertambah. Dalam hal ini perubahan kekasaran pipa perlu diakomodasi.

Kekasaran beberapa pipa pipa baru diberikan pada Tabel 5. 21. Selanjutnya harga f
(koefisien kekasaran) dapat dilihat pada Tabel 5. 21.

Harga kekasaran material pipa pada tabel masih tergantung pada banyak hal seperti
pabrik pembuatnya, pengaruh kemampuan manusia. Pada usia pipa yang lebih tua

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -135


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

(setelah pipa dipakai) keksaran akan naik.

Ada baiknya, untuk proyek proyek yang cukup besar jika kekasaran pipa yang akan
digunakan diuji dulu di laboratorium. Dengan demikian perencanaan jaringan pipa
dapat lebih mendekati kenyataan.

Tabel 5. 21. Diameter kekasaran beberapa bahan (material) pipa baru.

Kekasaran (e)
Material dalam mm

Asbestos Cement (Asbes semen) 0.0015


Brass (tembaga) 0.0015
Brick (batu bata) 0.6
Cast Iron, New (Besi tuang, baru) 0.26
Concrete
Steel forms (Dicetak dengan baja) 0.18
Wooden forms (Dicetak dengan Kayu) 0.6
Centrifugally spun 0.36
Copper 0.0015
Corrugated metal 45
Galvanized iron 0.15
Glass 0.0015
Lead 0.0015
Plastic 0.0015
Steel
Coal-tar enamel 0.0048
New unlined 0.045
Riveted 0.9
Wood stave 0.18

2) Kehilangan energi minor

Selain kehilangan energi karena gesekan dengan dinding pipa, selama pengalirannya,
dimungkinkan kehilangan energi karena air harus membelok sehingga terjadi
turbulensi. Demikian pula jika terjadi penyempitan dan pembesaran secara tiba tiba.
Kehilangan energi juga akan terjadi jika air harus melalui katup. Seperti diketahui,
katup mengganggu aliran sehingga dapat mengurangi atau bahkan menghentikan
aliran sama sekali.

Kehilangan energi di tempat tempat tersebut disebut sebagai kehilangan energi

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -136


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

minor. Walaupun disebut minor, kehilangan di tempat tempat tersebut mungkin saja
jauh lebih besar dibandingkan dengan kehilangan energi akibat gesekan dengan pipa.
Dengan demikian kehilangan energi tersebut harus diperhatikan dalam perhitungan.
Pada kondisi lain, saat pipa sangat panjang, kehilangan minor atau sekunder mungkin
menjadi tidak signifikan terhadap kehilangan energi utama.

Gambar 5. 42. Grafik Moody untuk menentukan harga f secara manual Kehilangan energi
akibat sambungan dan fitting.

Kehilangan energi minor dalam bahasa matematika ditulis sebagai:

Q2 V2
hf = k atau hf = k
2 A2 g 2g

dengan :

k : koefisien kehilangan energi minor

V : kecepatan aliran

Koefisien k bervariasi tergantung pada bentuk fisik belokan, penyempitan, katup dan
sebagainya. Harga k ini (selain katup) biasanya berkisar antara 0 s/d 1.

Sulit kiranya untuk menguji harga k untuk setiap bentuk belokan dan katup yang akan
dipakai dalam jaringan penyedia air. Biasanya jenis jenis belokan yang digunakan
sudah baku, sehingga pengujian koefisien tidak terlalu banyak.

Katup agak lain dengan belokan dan penyempitan (perubahan diametr pipa). Katup
PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -137
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

dapat diatur menutup dan membuka, yang berarti mengubah diameter pipa secara
variatip. Dengan demikian kehilangan energi yang disebabkan oleh katup sangat
variatip, atau k katup sangat bervariasi tergantung pada posisi katup.

Pada hakekatnya harga k katub dapat berkisar antara 0 hingga tak berhingga.
Kejadian fisik pada fitting ditunjukkan pada Gambar F. 43.
Turbulensi

Penyempitan

Turbulensi

Ekspansi

Gambar 5. 43. Turbulensi pada fitting yang menyebabkan kehilangan energi minor.

Penggambaran
Selanjutnya setelah melakukan analisis dan perhitungan, konsultan akan melakukan
penggambaran dengan program komputer terhadap komponen desain.
Secara umum gambar perencanaan akan memuat antara lain:

1. Bentuk dan format sampul buku/gambar ditentukan oleh Pemberi Tugas

2. Peta lokasi harus dapat menunjukkan propinsi, kota dan tempat lokasinya proyek.

3. Tabel kwantitas pekerjaan diperlukan.

4. Legenda, berupa gambar notasi-notasi yang akan digunakan/dipakai dalam lembar-


lembar berikutnya.

5. Plan, berupa gambar penempatan komponen rencana dalam peta kontur.

6. Potongan penampang memanjang.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -138


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

7. Potongan penampang melintang.

8. Gambar Struktur bangunan, meliputi :

i. Denah pondasi, untuk seluruh konstruksi dan detailnya.

ii. Gambar data tanah, lokasi dan elevasi.

iii. Gambar potongan

iv. Detail dan daftar tabel penulangan.

9. Gambar lansekap dan detailnya, termasuk plan lansekap (“lay-out”) secara


keseluruhan.

10. Gambar bangunan pelengkap lainnya.

11. Gambar-gambar lainnya yang dianggap perlu oleh Pemberi Tugas (sesuai KAK).

Penyusunan Rencana Anggaran Biaya


Perhitungan anggaran biaya didasarkan pada lima komponen biaya yaitu:

1. Biaya bahan-bahan.

2. Biaya tenaga kerja.

3. Biaya peralatan.

4. Biaya overhead.

5. Keuntungan yang diperoleh.


Dalam perhitungan anggaran biaya, biaya asuransi dan pajak tenaga buruh sudah
termasuk dalam harga buruh sedangkan biaya asuransi alat berat dan asuransi operator
sudah termasuk dalam sewa alat berat. Biaya tenaga buruh dan alat dihitung berdasarkan
jumlah jam kerja.
Proses perhitungan rencana anggaran biaya dapat dilihat berikut ini:

1. Estimasi Volume Pekerjaan

Estimasi volume dan jenis pekerjaan dibuat berdasarkan gambar-gambar desain


rencana. Seluruh pekerjaan yang ada dapat dibagi dalam 4 (empat) komponen utama,
yaitu:

• Pekerjaan persiapan.

• Pekerjaan konstruksi fasilitas dasar/pokok.

• Pekerjaan kontruksi fasilitas fungsional.


PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -139
DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

• Pekerjaan konstruksi fasilitas pendukung/pelengkap.

2. Rencana Anggaran Biaya

• Bahan/Material

Kebutuhan Bahan/Material dan biaya bahan diambil berdasarkan peraturan-


peraturan yang berlaku.

• Tenaga Kerja

Produktifitas dan biaya tenaga kerja/upah diambil berdasarkan peraturan-


peraturan yang berlaku.

• Alat Berat

Alat berat digunakan untuk membantu pelaksanaan konstruksi di lapangan apabila


jenis pekerjaan yang ada tidak dapat dilakukan dengan menggunakan tenaga
manusia disebabkan karena volume yang besar atau material konstruksi yang
digunakan terlalu berat. Produktifitas dan biaya sewa alat berat diambil
berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku.

Gambar 5. 44. Proses perhitungan RAB.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -140


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Operasi dan Pemeliharaan Embung

Dalam menjalankan operasi manajemen air dan pemeliharaan embung, perlu dibuat suatu
pedoman operasi dan pemeliharaan yang akan digunakan sebagai petunjuk operasional di
lapangan.Untuk memudahkan kegiatan operasional tersebut di lapangan maka dibuat
suatu petunjuk yang praktis dan informatif.

Pedoman ini memuat tuntunan cara mengoperasikan fasilitas embung agar supaya
potensi air dan bangunan fasilitas yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal.
Disamping itu juga melakukan upaya pemeliharaan terhadap fasilitas yang ada sehingga
fungsi dan kondisi bangunan dapat dipertahankan sesuai dengan usia ekonomis yang
direncanakan.

1. Sistem Operasi

Secara garis besar sistem operasi embung ini dibuat supaya pengeluaran air dari
tampungan embung dapat dikendalikan secara optimal sesuai dengan kebutuhan,
sehingga pengeluarannya tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil.

Untuk pengoperasian embung ini pola operasi dapat berdasarkan kondisi debit
andalan Q95% dengan periode 10 harian selama satu tahun.

Parameter - parameter yang perlu diperhatian dalam sistem operasi ini adalah :

Volume efektif kolam embung

Volume tampungan total embung

Volume tampungan mati

Nilai debit inflow andalan

Nilai debit kebutuhan untuk air baku

Nilai kehilangan air akibat penguapan

Elevasi ambang pelimpah

Elevasi muka air operasi minimum (LWL)

Elevasi muka air operasi penuh (HWL)

Elevasi muka air banjir (FWL)

2. Pengawasan

Pengawasan secara rutin terdiri atas Pengawasan Umum dan Pengawasan Khusus.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -141


DOKUMEN PENAWARAN TEKNIS
Studi Potensi Air Baku DI Kabupaten Bulungan

Pengawasan umum dilakukan secara sepintas dengan mengamati secara visual


tentang kejanggalan-kejanggalan yang terjadi pada bagian-bagian bangunan.
Sedangkan Pengawasan khusus dilakukan secara berkala sesuai dengan kebutuhan.

Untuk pemantauan kondisi tubuh embung dan tampungannya diperlukan waktu yang
teratur untuk memastikan keamanannya. Pendeteksian secara dini pada suatu
kejanggalan, dapat memberi kesempatan untuk mengambil langkah sebelum
kerusakan berkembang ke arah yang membahayakan.

Beberapa aspek dari perilaku tubuh embung yang harus dipantau adalah :

Rembesan

Gerakan permukaan puncak embung ke arah tegak lurus dan


horizontal/mendatar

Elevasi air di kolam tampungan embung

Untuk mewujudkan keberhasilan dalam pelaksanaan operasi dan pemeliharaan


embung, maka diperlukan kejelasan petugas yang akan menangani, termasuk uraian
mengenai tugas dan tanggung jawabnya. Oleh karena itu dalam kaitannya dengan
sistem operasi dan pemeliharaan embung dimerlukan strukur organisasi yang jelas
mulai dari tingkat atas sampai dengan bawah.

Penyusunan Laporan
Setelah semua tahapan dalam proses perencanaan diselesaikan, konsultan selanjutnya
akan menyiapkan laporan-laporan hasil pekerjaan.
Hasil pekerjaan akan dituangkan dalam bentuk laporan, dengan jenis dan volume yang
sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja. Pada penyerahan laporan ini dibarengi dengan
pembahasan pengguna jasa, dengan pembuatan berita acara serah terima.

PT. DAYA CIPTA DIANRANCANA |E -142

Anda mungkin juga menyukai