Anda di halaman 1dari 4

Nama: Rifqa Aulia Nabyla

NIM: 1810112172
AKUNTANSI SYARIAH (Lokal A)

PERBEDAAN LAPORAN KEUANGAN ENTITAS SYARIAH DENGAN


KONVENSIONAL

Dengan mengambil contoh laporan keuangan Bank BNI Syariah dan Bank BNI, dapat
diketahui bahwa terdapat beberapa perbedaan dalam laporan keuangan entitas Syariah dengan
konvensional. Hal yang paling mendasar dari perbedaan itu sendiri terdapat dalam komponen
laporan keuangan yang disajikan.

Kedua gambar diatas memuat daftar isi laporan keuangan dari Bank BNI Syariah dan
Bank BNI. Dari gambar tersebut, dapat diketahui bahwa Bank BNI Syariah memiliki komponen
keuangan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan Bank BNI. Komponen tersebut terdiri
dari Laporan Auditor Independen, Laporan Posisi Keuangan, Laporan Laba Rugi dan
Penghasilan Komprehensif Lain, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, Laporan
Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil, Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat, dan
Catatan Atas Laporan Keuangan. Sedangkan laporan Bank BNI hanya terdiri dari Laporan
Auditor Independen, Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian, Laporan Laba Rugi dan
Penghasilan Komprehensif Lain Konsolidasian, Laporan Perubahan Ekuitas Konsolidasian,
Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasian, dan ditambah dengan Informasi Keuangan
Tambahan.
Perbedaan umum lainnya yang dapat ditemukan terdapat pada istilah-istilah akun yang
digunakan. Dalam laporan keuangan Bank BNI Syariah tentunya banyak menggunakan istilah
berdasarkan aturan syariat, seperti halnya piutang murabahah, pinjaman qardh, dan sebagainya.
Sedangkan dalam laporan keuangan Bank BNI tidak banyak istilah syariat yang digunakan dan
cenderung memakai istilah yang lebih umum.
Pada dasarnya, penyusunan laporan keuangan antara entitas Syariah dengan konvensional
juga memiliki dasar yang berbeda. Dimana dalam entitas Syariah, penyusunan laporan
keuangannya mengacu kepada Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan,
Syariah, PSAK Syariah (No. 101-109), PSAK 59 tentang Akuntansi Perbankan, dan Pedoman
Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia. Sedangkan untuk konvensional mengacu kepada
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyadian Laporan Keuangan, PSAK No. 1-58, dan Pedoman
Akuntansi Perbankan Indonesia yang mana semua dasar tersebut tidak berbasiskan Syariah.
Jika dilihat dari laporan laba rugi antara kedua entitas, dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan kedua entitas tersebut dalam memperoleh laba. Dimana dalam entitas Syariah
perolehan laba didapat dari menghitung pendapatan pengelolaan dana maupun pendapatan
operasional tanpa adanya bunga karena perolehan bunga dalam Syariah dilarang, selain itu juga
terdapat hak bagi hasil milik bank. Dalam Syariah juga diperbolehkan adanya aktivitas jual beli,
gadai, maupun sewa-menyewa yang dilarang oleh bank konvensional sehingga dalam laporan
laba rugi bank Syariah terdapat istilah seperti dana mudharib. Sedangkan dalam konvensional,
perolehan laba didapat dari perhitungan pendapatan bunga dan juga beban bunga. Keduanya juga
memiliki konsep perhitungan keuntungan yang berbeda, dimana entitas Syariah menggunakan
konsep profit sharing, artinya bahwa dana yang diterima bank disalurkan kepada pembiayaan.
Keuntungan yang didapat dari pembiayaan tersebut dibagi dua untuk bank dan juga untuk
nasabah berdasarkan perjanjian. Sedangkan dalam konvensional, konsep yang digunakan adalah
konsep biaya, dimana bank menjanjikan bunga kepada nasabah penabung yang nantinya harus
dibayarkan oleh bank. Untuk itu, bank akan menjual biaya bunga yang lebih tinggi kepada
nasabah lainnya.

Dalam hal struktur organisasi, kedua entitas juga memiliki perbedaan. Perbedaan tersebut
ditunjukkan dengan adanya dewan pengawas Syariah dalam Bank BNI Syariah sebagai
pengawas segala segiatan untuk menciptakan Good Corporate Governance dalam Bank Umum
Syariah maupun Unit Usaha Syariah lainnya, sedangkan dalam Bank BNI tidak adanya dewan
pengawas Syariah.

Anda mungkin juga menyukai