BAB 6
Dalam rangka memberitahukan pelaksanaan pemeriksaan kepada Wajib Pajak, Pemeriksa Pajak
wajib memberitahukan kepada Wajib Pajak mengenai akan dilakukannya Pemeriksaan dengan:
Dalam hal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan secara langsung dan Wajib
Pajak tidak berada di tempat, Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dapat disampaikan kepada:
a) pegawai dari Wajib Pajak yang menurut Pemeriksa Pajak dapat mewakin Wajib Pajak dalam hal
Pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak badan atau
b) anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang menutu Pemeriksa Pajak dapat mewakili
Wajib Pajak dalam hal Pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak orang pribadi.
Adapun untuk Surat Panggilan dalam rangka Pemeriksaan Kantor disampaikan melalui melalui
faksimili, pos dengan bukti pengiriman surat, atau jasa pengiriman lainnya dengan bukti pengiriman
Format:
Pemeriksa Pajak wajib melakukan pertemuan dengan Wajib Pajak untuk menjelaskan
Pertemuan dengan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud di atas dapat juga dilakukan dengan wakil
atau kuasa dari Wajib Pajak.
Dalam hal Pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, pertemuan dilakukan:
1. bersamaan dengan penyampaian Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dalam hal Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan secara langsung, atau
2. setelah Pemeriksa Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan dalam hal
Surat Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan di sampit melalui faksimili, pos atau jasa
pengiriman lainnya.
Dalam hal Pemeriksaan dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, pertemuan dilakukan pada saat
Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak datang memenuhi Surat Panggilan Dalam Rangka
Pemeriksaan Kantor.
Pada saat melakukan pertemuan dengan Wajib Pajak, Pemeriksa Pajak wajib:
2. memperlihatkan SP2;
Setelah melakukan pertemuan, Pemeriksa Pajak wajib membuat berita acara hasil pertemuan, yang
ditandatangani oleh Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak. Dalam hal
Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani berita acara hasil pertemuan,
Pemeriksa Pajak membuat catatan mengenai penolakan tersebut pada berita acara hasil pertemuan.
Dalam hal Pemeriksa Pajak telah menandatangani berita acara hasil pertemuan dan membuat catatan
mengenai penolakan penandatanganan berita acara, pertemuan dianggap telah dilaksanakan
Format:
C. PEMINJAMAN DOKUMEN
Dalam rangka menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak,Pemeriksa Pajak
memerlukan data dan informasi yang terdapat dalam buku, catatan dan/atau dokumen milik Wajib
Pajak. Buku, catatan dan/atau dokumen yang dipinja oleh Pemeriksa Pajak dari Wajib Pajak disesuaikan
dengan ruang lingkup pemeriksaan dan Rencana Pemeriksaan. Terkait dengan peminjaman buku,
catatan dan atau dokumen milik Wajib Pajak, berlaku ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1. Dalam hal Pemeriksaan dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, buku, catatan, dan/atau
dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang diperlukan dan
diperoleh/ditemukan pada saat pelaksanaan Pemeriksaan di tempat Wajib Pajak, dipinjam pada saat itu
juga.
51
2. Dalam hal Pemeriksaan dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, mat. daftar buku, catatan,
dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola seci elektronik serta keterangan lain yang diperlukan
oleh Pemeriksa Pajak, har dilampirkan pada Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor
3. Dalam hal Pemeriksaan dilaksanakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, maka buku catatan, dan/atau
dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain, dipinjam pada saat Wajib
Pajak memenuhi panggilan dal rangka Pemeriksaan
Dalam hal buku catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta
keterangan lain yang diperlukan belum diperoleh/ditemukan pada saat pelaksanaan Pemeriksaan di
tempat Wajib Pajak Pemeriksa Pajak membuat sura permintaan peminjaman buku, catatan, dan
dokumen. Buku catatan, dan/atau dokumen termasuk data yang dikelola secara elektronik serta
keterangan lain wajib diserahkan kepada Pemeriksa Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak surat
permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen atau Surat Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan
Kantor diterima oleh Wajib Pajak.
Setiap penyerahan buku catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara
elektronik serta keterangan lain dari Wajib Pajak, Pemeriksa Pajak membuat bukti peminjaman dan
pengembalian buku, catatan, dan dokumen. Dalam hal buku. catatan, dan/atau dokumen yang dipinjam
berupa data yang dikelola secara elektronik maka Pemeriksa harus meminta kepada Wajib Pajak untuk
membuat surat pernyataan bahwa data yang dikelola secara elektronik yang dipinjamkan kepada
Pemeriksa Pajak adalah sesuai dengan aslinya.
Dalam hal buku catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta
keterangan lain yang dipinjam belum dipenuhi dan jangka waktu 1 (satu) bulan belum terlampaui,
Pemeriksa Pajak dapat menyampaikan peringatan secara tertulis paling banyak 2 (dua) kali, yaitu:
1.surat peringatan pertama setelah 2 (dua) minggu sejak tanggal penyampaian surat permintaan
peminjaman buku catatan, dan dokumen.
2. surat peringatan kedua setelah 3 (tiga) minggu sejak tanggal penyampaian surat permintaan
peminjaman buku catatan, dan dokumen.
Setiap peringatan yang disampaikan harus dilampiri dengan daftar buku catatan, dan dokumen
yang belum dipinjamkan dalam rangka Pemeriksaan.
Dalam hal buku, catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik
serta keterangan lain yang diminta oleh Pemeriksa Pajak tidak dimiliki dan atau dikuasai oleh Wajib
Pajak, Wajib Pajak harus membuat surat pernyataan yang menyatakan bahwa buku, catatan, dan/atau
dokumen, termasuk data yang dikelola
52
secaara elektronik serta keterangan lain yang diminta oleh Pemeriksa Pajak tidak dimiliki dan/atau
dikuasai oleh Wajib Pajak.
1 Apabila jangka waktu 1 (satu) bulan peminjaman dokumen terlampaui makar Pemeriksa Pajak harus
membuat berita acara tidak dipenuhinya permintaan peminjaman buku catatan, dan dokumen yang
dilampiri dengan rincian daftar buku, catatan, dan dokumen yang wajib dipinjamkan namun belum
diserahkan oleh Wajib Pajak, dalam hal Wajib Pajak tidak atau tidak sepenuhnya meminjamkan buku,
catatan, dan/atau dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang
diminta atau
2.Pemeriksa Pajak harus membuat berita acara pemenuhan seluruh peminjaman buku, catatan dan
dokumen dalam hal Wajib Pajak telah meminjamkan seluruh buku, catatan, dan/atau dokumen,
termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang diminta.
Dalam hal Wajib Pajak tidak sepenuhnya meminjamkan buku, catatan, dan atau dokumen,
termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang diminta berdasarkan berita
acara tidak dipenuhinya permintaan peminjaman buku, catatan, dan dokumen, Pemeriksa Pajak harus
menentukan dapat atau tidaknya melakukan pengujian dalam rangka menghitung besarnya penghasilan
kena pajak berdasarkan bukti kompeten yang cukup sesuai standar pelaksanaan Pemeriksaan.
1. Dalam hal Pemeriksaan dilakukan terhadap Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas atau Wajib Pajak badan, dan Pemeriksa Pajak tidak dapat melakukan pengujian dalam
rangka menghitung besarnya penghasilan kena pajak, penghasilan kena pajak dapat dihitung secara
jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dapat diterbitkan berdasarkan ketentuan Pasal 13 ayat (1) huruf
d Undang-Undang KUP sehingga Wajib Pajak akan dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 50% atau 100%.
Format:
1. Surat Permintaan Peminjaman Buku, Catatan, dan Dokumen tercantum pada Lampiran 7.
2. Bukti Peminjaman dan Pengembalian Buku, Catatan, dan Dokumen tercantum pada Lampiran 8
3. Surat Pernyataan Keaslian Dokumen dan atau Data yang Dipinjamkan tercantum pada Lampiran 9.
53
5. Berita Acara Tidak Dipenuhinya Peminjaman Buku, Catatan dan Dokumen tercantum pada
Lampiran 11.
6. Berita Acara Pemenuhan Seluruh Peminjaman Buku, Catatan dan Dok tercantum pada Lampiran
12.
D. PENOLAKAN PEMERIKSAAN
Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak yang dilakukan Pemerike Lapangan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan menyatakan menolak untuk dilakukan
Pemeriksaan termasuk menolak menerima Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak, wakil,
atau kuasa dari Wajib Pajak harus menandatangani surat pernyataan penolakan Pemeriksaan. Apabila
Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani surat pernyataan penolakan
Pemeriksaan, maka Pemeriksa Pajak akan membuat berita acara penolakan Pemeriksaan yang
ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak
tidak ada di tempat
maka:
1. Pemeriksaan tetap dapat dilakukan sepanjang terdapat pegawai atau anggota keluarga yang telah
dewasa dari Wajib Pajak yang dapat dan mempunyai kewenangan untuk mewakili Wajib Pajak, terbatas
untuk hal yang berada dalam kewenangannya; atau Pemeriksaan ditunda untuk dilanjutkan pada
kesempatan berikutnya. 2.
Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak tetap tidak berada di tempat dan/atau
tidak memberi izin kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka atau memasuki tempat
atau ruangan, barang bergerak atau tidak bergerak, dan/atau tidak memberikan
54
Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak yang dilakukan Pemeriksaan Kantor
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan memenuhi Surat Panggilan Dalam Rangka
Pemeriksaan Kantor namun menyatakan menolak untuk dilakukan Pemeriksaan, Wajib Pajak, wakil, atau
kuasa dari Wajib Pajak harus menandatangani surat pernyataan penolakan Pemeriksaan. Apabila Wajib
Pajak. wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani surat pernyataan penolakan
Pemeriksaan, maka Pemeriksa Pajak membuat berita acara penolakan Pemeriksaan yang ditandatangani
oleh tim Pemeriksa Pajak.
Apabila dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak Surat Panggilan Dalam Rangka
Pemeriksaan Kantor disampaikan kepada Wajib Pajak dan surat panggilan tersebut tidak dikembalikan
oleh pos atau jasa pengiriman lainnya dan Wajib Pajak tidak memenuhi panggilan Pemeriksaan Kantor,
Pemeriksa Pajak membuat berita acara tidak dipenuhinya panggilan Pemeriksaan oleh Wajib Pajak yang
ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.
Pemeriksa Pajak berdasarkan surat pernyataan penolakan, berita acara tidak dipenuhinya
panggilan Pemeriksaan. surat penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan atau berita acara
penolakan membantu kelancaran Pemeriksaan dapat melakukan penetapan pajak secara jabatan atau
mengusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan.
Format:
Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak dilakukan berdasarkan metode, teknik dan prosedur
pemeriksaan yang ditetapkan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE 65/PJ/2013 tentang
Pedoman Penggunaan Metode dan Teknik Pemeriksaan. Metode Pemeriksaan adalah teknik dan
prosedur pemeriksaan yang dilakukan terhadap buku catatan dan dokumen serta data, informasi, dan
keterangan lain, yang terdiri atas metode langsung dan metode tidak langsung.
55
1.Metode Langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian atas
kebenaran pos-pos Surat Pemberitahuan (SPT) termasuk lampirannya, yang dilakukan secara langsung
terhadap buku, catatan dan dokumen terkait Metode Tidak Langsung adalah teknik dan prosedur
pemeriksaan dengan melakukan pengujian atas kebenaran pos-pos Surat Pemberitahuan (SPT) termasuk
lampirannya, yang dilakukan secara tidak langsung melalui suatu pendekatan penghitungan tertentu.
Metode Tidak langsung meliputi:
c) Penghitungan Rasio;
Teknik Pemeriksaan adalah cara-cara pengumpulan bukti, pengujian, dan/atau pembuktian yang
dikembangkan oleh Pemeriksa Pajak untuk menyakini kebenaran pos-pos yang diperiksa. Teknik
pemeriksaan meliputi:
56
Dalam hal SPHP disampaikan secara langsung dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak
menolak untuk menerima SPHP. Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak harus menandatangani
surat penolakan menerima SPHP. Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak
menandatangani surat penolakan menerima SPHP, maka Pemeriksa Pajak membuat berita acara
penolakan menerima SPHP yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.
Wajib Pajak wajib memberikan tanggapan tertulis SPHP dan daftar temuan hasil Pemeriksaan dalam
bentuk:
1. lembar pernyataan persetujuan hasil pemeriksaan dalam Wajib Pajak menyetujui seluruh hasil
Pemeriksaan; atau
2. surat sanggahan, dalam hal Wajib Pajak tidak menyetujui sebagian atau seluruh hasil
Pemeriksaan.
1. 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal diterimanya SPHP oleh Wajib Pajak.
2. Dalam hal Wajib Pajak membutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyampaikan tanggapan,
Wajib Pajak dapat melakukan perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan tertulis
untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak jangka waktu penyampaian
tanggapan berakhir.
Untuk melakukan perpanjangan jangka waktu penyampaian tanggapan, Wajib Pajak harus
menyampaikan pemberitahuan tertulis sebelum jangka waktu penyampaian tanggapan berakhir.
Tanggapan tertulis dan pemberitahuan tertulis disampaikan oleh Wajib Pajak secara langsung atau
melalui faksimili.
Dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP, Pemeriksa Pajak membuat
berita acara tidak disampaikannya tanggapan tertulis atas SPHP yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa
Pajak.
57
Contoh:
Pemeriksa Pajak dalam pemeriksaan PPh Badan melakukan koreksi atas Bi Gaji senilai Rp 10000000000
dengan alasan pengeluaran tersebut dibayar sehubungan dengan pekerjaan atau jasa oleh pegawai yang
diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan dan tidak berkaitan dengan kegiatan usaha Wajib
Pajak
1. Dokumen yang menyatakan bahwa pengeluaran tersebut tidak diberikan dalam bentuk natura yang
dapat berupa: (1) rekening bank yang menunjukkan adanya aliran transfer secara tunai kepada pegawai
dan/atau (2) kuitansi penerimaan uang oleh pegawai yang bersangkutan.
2 Dokumen yang menyatakan bahwa pengeluaran tersebut digunakan untuk
mendapatkan, memelihara dan menagih penghasilan yang dapat berupa: (1) kontrak kerja antara
perusahaan dengan pegawai dan/atau (2) struktur organisasi yang menunjukkan bahwa pekerjaan
pegawai dimaksud memiliki keterkaitan
dengan kegiatan usaha Wajib Pajak. 3. Dasar hukum yang dapat disampaikan bahwa pengeluaran
tersebut telah memenuhi ketentuan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan yang
menyatakan bahwa biaya gaji dimaksud digunakan untuk mendapatkan memelihara dan menagih
penghasilan sehingga dapat dijadikan pengurang penghasilan bruto.
Dalam hal Pemeriksa Pajak tidak menyampaikan SPHP, maka Wajib Pajak dapat
I. Mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak untuk melakukan pembatalan hasil
pemeriksaan atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan Yang dilaksanakan tanpa penyampaian
SPHP sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2.
36 ayat (1) huruf d Undang-Undang KUP; atau Mengajukan gugatan kepada badan peradilan pajak atas
penerbitan surat ketetapan pajak yang dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata
cara yang telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf d Undang Undang KUP
58
Format:
1. 2. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan tercantum pada Lampiran 19. Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan dalam hal Penghasilan Kena Pajak dihitung Secara Jabatan tercantum
3
4.
5.
6.
7.
pada Lampiran 20. Daftar Temuan Pemeriksaan tercantum pada Lampiran 21. Surat Pernyataan
Menolak Menerima SPHP tercantum pada Lampiran 22 Berita Acara Penolakan SPHP tercantum pada
Lampiran 23.
Berita Acara Tidak Disampaikannya Tanggapan Tertulis atas SPHP tercantum pada Lampiran 26
dalam SPHP dan daftar temuan hasil Pemeriksaan kepada Wajib Pajak harus diberikan hak hadir dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan merupakan pembahasan
antara Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak atas temuan Pemeriksaan yang hasilnya dituangkan dalam
berita acara pembahasan akhir hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan berisi
koreksi pokok pajak terutang baik yang disetujui maupun yang tidak disetujui dan perhitungan sanksi
administrasi.
Dalam hal terhadap Wajib Pajak dilakukan penetapan secara jabatan, maka buku, catatan, dan/atau
dokumen, termasuk data yang dikelola secara elektronik serta keterangan lain yang dapat
dipertimbangkan oleh Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan
1. penghitungan peredaran usaha atau penghasilan bruto dalam rangka penghitungan penghasilan
secara jabatan, dan 2 kredit pajak sebagai pengurang Pajak Penghasilan.
Hak hadir, diberikan melalui penyampaian undangan secara tertulis kepada Wajib Pajak dengan
mencantumkan hari dan tanggal dilaksanakannya Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Undangan
dapat disampaikan oleh Pemeriksa Pajak secara langsung atau melalui faksimili. Undangan harus
disampaikan kepada Wajib Pajak dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja terhitung sejak
1 diterimanya tanggapan tertulis atas SPHP dari Wajib Pajak; atau 2. berakhirnya jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) PMK
59
Nomor 17/PMK.03/2013, dalam hal Wajib Pajak tidak menyampaikan tanggap tertulis atas SPHP
Berikut ini adalah beberapa hal yang akan dilakukan oleh Pemeriksa Pajak test dengan penyampaian
tanggapan oleh Wajib Pajak dan kehadiran Wajib Pajak da pembahasan akhir hasil pemeriksaan:
a) menyampaikan lembar pernyataan persetujuan hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu, dan
b) hadir dalam Pembahasan Akhir hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum
dalam undangan tertulis,
Pemeriksa Pajak membuat risalah pembahasan dengan mendasarkan pada lembar pernyataan
persetujuan hasil Pemeriksaan dan membuat berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang
dilampiri dengan ikhtisar hasil pembahasan akhir
yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak.
a) menyampaikan lembar pernyataan persetujuan hasil Pemeriksaan dalam Jangka waktu; dan
b) tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yang
tercantum dalam undangan tertulis, Pemeriksa Pajak membuat risalah pembahasan berdasarkan lembar
pernyataan persetujuan hasil Pemeriksaan, berita acara ketidakhadiran Wajib Pajak dalam Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan, dan berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan
ikhtisar hasil pembahasan akhir, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak. Apabila Wajib Pajak,
wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak: 3.
Pemeriksa Pajak harus melakukan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan Wajib Pajak dengan
mendasarkan pada surat sanggahan dan menuangkan hasil pembahasan tersebut dalam risalah
pembahasan, yang ditandatangani oleh tim
Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak Apabila Wajib Pajak, wakil, atau
kuasa dari Wajib Pajak: 4.
a) menyampaikan surat sanggahan dalam jangka waktu, dan tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan sesuai dengan hari
60
Pemeriksa Pajak membuat risalah pembahasan berdasarkan surat sanggahan, berita acara
ketidakhadiran Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, dan berita acara Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan ikhtisar hasil pembahasan akhir yang ditandatangani oleh
tim Pemeriksa Pajak.
5. Apabila Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak: tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas
SPHP dalam jangka waktu, dan
a) b) hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai undangan. dengan Wajib Pajak dan
menuangkan hasil pembahasan tersebut dalam risalah pembahasan, yang ditandatangani oleh tim
Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak.
wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak. Apabila Wajib Pajak, wakil atau kuasa dari Wajib Pajak:
a) b)
tidak menyampaikan tanggapan tertulis atas SPHP dalam jangka waktu; dan tidak hadir dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
dan tanggal yang tercantum dalam undangan, Pemeriksa Pajak membuat risalah pembahasan
berdasarkan SPHP, berita acara ketidakhadiran Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan,
dan berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan ikhtisar hasil pembahasan
akhir yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.
Berikut ketentuan terkait dengan pembuatan berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan
ikhtisar hasil pembahasan: 1. Dalam hal terdapat hasil Pemeriksaan yang belum disepakati dalam risalah
pembahasan dan Wajib Pajak mengajukan permohonan pembahasan dengan Tim Quality Assurance
Pemeriksaan, berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan ikhtisar hasil
pembahasan akhir dibuat setelah pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan
dilaksanakan.
Pemeriksaan yang dilampiri dengan ikhtisar hasil pembahasan akhir dibuat berdasarkan risalah
pembahasan. Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani
risalah pembahasan, dan/atau atau berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
yang dilampiri dengan ikhtisar hasil pembahasan akhir, Pemeriksaan Pajak membuat
Dalam rangka melakukan pembahasan akhir secara optimal, maka Wajib Pajak harus menyiapkan
beberapa hal sebagai berikut:
61
pemeriksaan: 1. Dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemerike pada hari
dan tanggal sesuai undangan, Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
dianggap telah dilakukan. 2. Dalam hal Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dianggap telah dilakukan
berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang dilampiri dengan ihtisar
sebagai berikut:
a) risalah pembahasan telah ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa
dari Wajib Pajak; dan
b) berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan belum ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak
dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak.
Dalam hal Pemeriksa Pajak tidak melakukan pembahasan akhir hasil pemeriksaan maka Wajib Pajak
dapat menempuh langkah hukum sebagai berikut:
pembatalan hasil pemeriksaan atau surat ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan
tanpa penyampaian SPHP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf d Undang-Undang KUP;
atau
2. Mengajukan gugatan kepada badan peradilan pajak atas penerbitan surat ketetapan pajak yang dalam
penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau fata cara yang telah diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) huruf d Undang
Undang KUP
Format:
62
H. PEMBAHASAN DENGAN TIM QUALITY ASSURANCE PEMERIKSAAN Dalam rangka membahas hasil
Pemeriksaan yang belum disepakati antara
Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan
guna menghasilkan Pemeriksaan yang berkualitas, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan agar hal
tersebut dibahas oleh Tim Quality Assurance Pemeriksaan. Tim Quality Assurance Pemeriksaan adalah
tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal Pajak dalam rangka membahas hasil Pemeriksaan yang belum
disepakati antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan pembahasan dengan Tim Quality Assurance
Pemeriksaan, Wajib Pajak menyampaikan surat permohonan kepada:
dilakukan oleh Pemeriksa Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor
2. Direktur Pemeriksaan dan Penagihan dalam hal Pemeriksaan dilakukan oleh Pemeriksa Pajak pada
Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan Kehadiran Wajib Pajak saat pembahasan akhir hasil pemeriksaan
sangat
menentukan dapat tidaknya Wajib Pajak mengajukan permohonan pembahasan dengan Tim Quality
Assurance Pemeriksaan. Hal ini dikarenakan permohonan pembahasan dengan Tim Quality Assurance
Pemeriksaan dapat dilakukan, apabila: 1. risalah pembahasan telah ditandatangani oleh tim Pemeriksa
Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak; dan
2. berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan belum ditandatangani oleh
tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak. Surat permohonan
pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan harus disampaikan secara langsung atau
melalui faksimili dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak penandatanganan risalah
pembahasan dan ditembuskan
kepada kepala unit pelaksana Pemeriksaan. Tim Quality Assurance Pemeriksaan dibentuk oleh Direktur
Pemeriksaan dan Penagihan atau Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak atas nama Direktur
Jenderal Pajak dengan susunan keanggotaan yang terdiri dari 1 (satu) orang ketua, 1 (satu) orang
sekretaris, dan 3 (tiga) orang anggota. Adapun tugas Tim Quality Assurance
Pemeriksaan adalah:
1. membahas perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak pada saat Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan;
63
2.memberikan kesimpulan dan keputusan atas perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan
Pemeriksa Pajak; dan
3. membuat risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan yang berisi simpulan dan keputusan hasil
pembahasan dan bersifat mengikat. Dalam rangka melaksanakan pembahasan pada tingkat Tim Quality
Assurance Pemeriksaan, maka berikut beberapa prosedur yang akan ditempuh oleh Tim Quality
Assurance Pemeriksaan:
1.Berdasarkan surat permohonan Wajib Pajak, Tim Quality Assurance Pemeriksaan harus
menyampaikan undangan kepada Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak untuk melakukan pembahasan atas
hasil Pemeriksaan yang belum disepakati dalam risalah pembahasan
3. Pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dilakukan oleh Tim Quality Assurance
Pemeriksaan, tim Pemeriksa Pajak, dan Wajib Pajak, wakil atau kuasa dari Wajib Pajak.
4. Dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan
sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum dalam undangan, pembahasan dengan Tim Quality
Assurance Pemeriksaan harus tetap dilakukan oleh Tim Quality Assurance Pemeriksaan dan tim
Pemeriksa Pajak.
5.Pelaksanaan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak serta
pelaksanaan pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan harus mempertimbangkan jangka
waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan pelaporan.
6. Hasil pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan harus dituangkan dalam risalah Tim
Quality Assurance Pemeriksaan.
7. Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak hadir dalam pembahasan dengan Tim
Quality Assurance Pemeriksaan, risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan ditandatangani oleh Tim
Quality Assurance Pemeriksaan tim Pemeriksa Pajak, dan Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib
Pajak.
8. Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak hadir dalam pembahasan dengan Tim
Quality Assurance Pemeriksaan namun Wajib Pajak. wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak
menandatangani risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan, Tim Quality Assurance Pemeriksaan
membuat catatan mengenai penolakan tersebut dalam risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan.
Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak tidak hadir dalam
9.pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan sesuai dengan hari dan
64
membuat:
a) berita acara ketidakhadiran Wajib pajak dalam pembahasan dengan Tim Quality Assurance
Pemeriksaan yang ditandatangani oleh Tim Quality Assurance Pemeriksaan dan
b) risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan, yang ditandatangani oleh tim quality assurance
pemeriksaan dan tim pemeriksa Pajak.
10. Dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam pembahasan pada hari dan tanggal sesuai undangan,
pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dianggap telah dilakukan.
Format:
1.Surat Permohonan Pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan tercantum pada
Lampiran 29.
2.Undangan untuk Menghadiri Pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan tercantum
pada Lampiran 30.
Dalam rangka menandatangani berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, Pemeriksa Pajak
melalui kepala unit pelaksana Pemeriksaan memanggil Wajib Pajak dengan mengirimkan surat panggilan
untuk menandatangani berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Berikut beberapa ketentuan
terkait dengan penandatanganan berita acara pembahasan akhir hasil pemeriksaan:
2. Dalam hal surat panggilan disampaikan secara langsung dan Wajib Pajak,
3.wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak menolak untuk menerima surat panggilan tersebut, Wajib Pajak,
wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak harus menandatangani surat penolakan menerima surat panggilan
untuk menandatangani berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Dalam Hal Wajib Pajak, wakil
atau kuasa dari Wajib Pajak menolak menandatangani surat pernyataan, Pemeriksa Pajak membuat
berita acara penolakan menerima surat panggilan untuk menandatangani berita acara Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.
65
4.
Wajib Pajak harus memenuhi panggilan dalam jangka waktu paling lama 3 (tHea hari kerja setelah surat
panggilan untuk menandatangani berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan diterima oleh Wajib
Pajak.
Dalam hal Wajib Pajak, wakil, atau kuasa dari Wajib Pajak memenuhi panggilan, namun menolak
menandatangani berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan. Pemeriksa Pajak membuat catatan
mengenai penolakan penandatanganan pada berita acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
Dalam hal Wajib Pajak tidak memenuhi panggilan, Pemeriksaan Pajak membuat catatan pada berita
acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan mengenai tidak
dipenuhinya panggilan
Format:
2.
3. Berita Acara Ketidakhadiran Wajib Pajak dalam rangka Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
tercantum pada Lampiran 34.
J. PENYELESAIAN PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan diselesaikan dengan cara:
1. menghentikan Pemeriksaan dengan membuat LHP Sumir; atau 2. membuat LHP, sebagai dasar
penerbitan surat ketetapan pajak dan/atau Surat
1 Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang
diperiksa:
a) tidak ditemukan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Lapangan diterbitkan; atau
b)
tidak memenuhi panggilan Pemeriksaan dalam jangka waktu 4 (empat) bulan sejak tanggal Surat
Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor diterbitkan.
Pemeriksaan Lapangan dan Pemeriksaan Kantor yang ditindaklanjuti dengan Pemeriksaan Bukti
Permulaan secara terbuka dan
ditangguhkan karena
Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka tersebut: a) tidak dilanjutkan dengan penyidikan karena
Wajib Pajak mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(3)
Undang-Undang KUP;
5.
6.
66
b) tidak dilanjutkan dengan penyidikan tetapi diselesaikan dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A Undang-Undang KUP; atau
c) dilanjutkan dengan penyidikan tetapi penyidikannya dihentikan karena tidak dilakukan penuntutan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44B Undang-Undang KUP
d) Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yang ditangguhkan karena ditindaklanjuti dengan
penyidikan sebagai tindak lanjut Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup dan penyidikan tersebut
dihentikan karena memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44B Undang Undang KUP
Pemeriksaan Ulang tidak mengakibatkan adanya tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan
dalam surat ketetapan pajak sebelumnya. ) Terdapat keadaan tertentu berdasarkan pertimbangan
Direktur Jenderal Pajak
e)
Adapun penyelesaian Pemeriksaan dengan membuat LHP sebagai dasar penerbitan surat ketetapan
pajak dan/atau Surat Tagihan Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, dilakukan dalam hal:
1. Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa
dari Wajib Pajak yang dilakukan Pemeriksaan sehubungan dengan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17B Undang-Undang KUP:
a) tidak ditemukan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
Lapangan diterbitkan; atau
b) tidak memenuhi panggilan Pemeriksaan dalam jangka waktu 4 (empat) bulan sejak tanggal Surat
Panggilan Dalam Rangka Pemeriksaan Kantor diterbitkan.
2. Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang
dilakukan Pemeriksaan ditemukan atau memenuhi panggilan Pemeriksaan, dan Pemeriksaan dapat
diselesaikan dalam jangka waktu Pemeriksaan. 3. Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota
keluarga yang telah dewasa dari Wajib Pajak yang dilakukan Pemeriksaan ditemukan atau memenuhi
panggilan
67
4 Pemeriksaan Lapangan atau Pemeriksaan Kantor yang ditangguhkan karena ditindaklanjuti dengan
Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka d Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka tersebut:
Bukti Permulaan secara terbuka meninggal dunia; b) dihentikan karena tidak ditemukan adanya bukti
permulaan tindak pidana, di bidang perpajakan;
dihentikan karena
c) dilanjutkan dengan penyidikan namun penyidikannya memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 444 Undang.
Undang KUP; atau d) dilanjutkan dengan penyidikan dan penuntutan serta telah terdapat Putusan
Pengadilan mengenai tindak pidana di bidang perpajakan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
dan salinan Putusan Pengadilan tersebut
telah diterima oleh Direktur Jenderal Pajak Pemeriksaan Lapangan dan Pemeriksaan Kantor yang
ditangguhkan karena
ditindaklanjuti dengan penyidikan sebagai tindak lanjut Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup
dan penyidikan tersebut: dihentikan karena memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
a)
Pasal 44A Undang-Undang KUP; atau b) dilanjutkan dengan penuntutan serta telah terdapat Putusan
Pengadilan
kekuatan hukum tetap dan salinan Putusan Pengadilan tersebut telah diterima oleh Direktur Jenderal
Pajak.
K. PENGEMBALIAN DOKUMEN
Buku catatan, dan dokumen yang dipinjam harus dikembalikan kepada Wajib Pajak dengan
menggunakan bukti peminjaman dan pengembalian buku, catatan dan dokumen paling lambat 7 (tujuh)
hari kerja sejak tanggal LHP.
2.
dapat dibatalkan secara jabatan atau berdasarkan permohonan Wajib Pajak oleh Direktur Jenderal Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 ayat (1) huruf d Undang-Undang KUP
68
Adapun ketentuan terkait dengan pembatalan hasil pemeriksaan ini ditentukan sebagai berikut:
1. Dalam hal dilakukan pembatalan, proses Pemeriksaan harus dilanjutkan dengan melaksanakan
prosedur penyampaian SPHP dan/atau Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan.
Pemeriksaan, harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (1) Undang-
Undang KUP, Pemeriksaan dilanjutkan dengan penerbitan: a) surat ketetapan pajak sesuai dengan
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan
apabila jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (1) Undang-
Undang KUP belum terlewati; atau b) Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sesuai dengan Surat
Pemberitahuan
apabila jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B ayat (1) Undang-
Undang KUP terlewati.
4. Dalam hal susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak untuk melanjutkan Pemeriksaan berbeda
dengan susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak sebelumnya, Pemeriksaan tersebut dilakukan setelah
diterbitkan surat yang berisi perubahan tim Pemeriksa Pajak.
M. PEMERIKSAAN ULANG
Untuk menampung kemungkinan terjadinya suatu Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang ternyata
telah ditetapkan lebih rendah atau pajak yang terutang dalam suatu Surat Ketetapan Pajak Nihil
ditetapkan lebih rendah atau telah dilakukan pengembalian pajak yang tidak seharusnya sebagaimana
telah ditetapkan dalam Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) dalam Jangka waktu 5 (lima)
tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun
Pajak
69
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan. Dalam hal surat ketetapan pajak sebelumnya diterbitkan
berdasarkan keterangan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 av (1) huruf a Undang-Undang KUP
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan juga harus diterbitkan berdasarkan pemeriksaan, tetapi
bukan pemeriksaan ulang. Dengan demikian, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan tidak akan
mungkin diterbitkan sebelum didahului dengan penerbitan surat ketetapan pajak Penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dilakukan dengan syarat adanya data baru termasuk data yang
semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan pajak yang terutang dalam surat ketetapan
pajak sebelumnya. Sejalan dengan itu, setelah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan sebagai
akibat telah lewat waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17B Undang Undang
KUP, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan diterbitkan hanya dalam hal ditemukan data baru
termasuk data yang semula belum terungkap. Dalam hal masih ditemukan lagi data baru termasuk data
yang semula belum terungkap pada saat diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
dan/atau data baru termasuk data yang semula belum terungkap yang diketahui kemudian oleh Direktur
Jenderal Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan masih dapat diterbitkan lagi.
Yang dimaksud dengan "data baru" adalah data atau keterangan mengenai segala sesuatu yang
diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang yang oleh Wajib Pajak belum
diberitahukan pada waktu penetapan semula, baik dalam Surat Pemberitahuan dan lampiran-
lampirannya maupun dalam pembukuan
perusahaan yang diserahkan pada waktu pemeriksaan. Selain itu, yang termasuk dalam data baru adalah
data yang semula belum terungkap, yaitu data yang
1. tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan beserta lampirannya (termasuk
laporan keuangan); dan/atau 2 pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan data dan/atau memberikan keterangan lain secara benar, lengkap dan terinci sehingga
tidak memungkinkan fiskus dapat menerapkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan benar dalam menghitung jumlah pajak
yang terutang. Walaupun Wajib Pajak telah memberitahukan data dalam Surat Pemberitahuan atau
mengungkapkannya pada waktu pemeriksaan, tetapi apabila memberitahukannya atau
mengungkapkannya dengan cara sedemikian rupa sehingga membuat fiskus tidak mungkin menghitung
besarnya Jumlah pajak yang terutang secara benar sehingga jumlah pajak yang terutang ditetapkan
kurang dari yang seharusnya, hal tersebut termasuk dalam pengertian data yang semula belum
terungkap.
70
Contoh:
1. Dalam Surat Pemberitahuan dan/atau laporan keuangan tertulis adanya biaya iklan Rp 1000000000
sedangkan sesungguhnya biaya tersebut terdiri atas Rp 500000000 biaya iklan di media massa dan Rp
500000000 sisanya adalah sumbangan atau hadiah yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Apabila
pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan perincian tersebut sehingga fiskus tidak
melakukan koreksi atas pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah sehingga pajak yang terutang tidak
dapat dihitung secara benar, data mengenai pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah tersebut
tergolong data yang semula belum terungkap.
[19:10, 9/14/2020] IBUK: 2
pengelompokan harta tetap yang disusutkan tanpa disertai dengan perincian harta pada setiap
kelompok yang dimaksud, demikian pula pada saat pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak
tidak mengungkapkan perincian tersebut sehingga fiskus tidak dapat meneliti kebenaran
pengelompokan dimaksud, misalnya harta yang seharusnya termasuk dalam kelompok harta berwujud
bukan bangunan kelompok 3, tetapi dikelompokkan ke dalam kelompok 2. Akibatnya, atas kesalahan
pengelompokan harta tersebut tidak dilakukan koreksi, sehingga pajak yang terutang tidak dapat
dihitung secara benar. Apabila setelah itu diketahui adanya data yang menyatakan bahwa
pengelompokan harta tersebut tidak benar, maka data tersebut termasuk data yang semula belum
terungkap. 3. Pengusaha Kena Pajak melakukan pembelian sejumlah barang dari Pengusaha Kena Pajak
lain dan atas pembelian tersebut oleh Pengusaha Kena Pajak penjual diterbitkan faktur pajak. Barang-
barang tersebut sebagian digunakan untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung dengan
kegiatan usahanya, seperti
pengeluaran untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen, dan sebagian lainnya
tidak mempunyai hubungan langsung. Seluruh faktur pajak tersebut dikreditkan sebagai Pajak Masukan
oleh Pengusaha Kena Pajak pembeli. Apabila pada saat penetapan semula Pengusaha Kena Pajak tidak
mengungkapkan rincian penggunaan barang tersebut dengan benar sehingga tidak dilakukan koreksi
atas pengkreditan Pajak Masukan tersebut oleh fiskus, sebagai akibatnya Pajak Pertambahan Nilai yang
terutang tidak dapat dihitung secara benar. Apabila setelah itu diketahui adanya data atau keterangan
tentang kesalahan mengkreditkan Pajak Masukan yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan
kegiatan usaha dimaksud, data atau keterangan tersebut merupakan data yang semula belum
terungkap.
Dalam rangka menerbitkan SKPKBT melalui pemeriksaan ulang, berikut beberapa ketentuan mengenai
pemeriksaan ulang:
71
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Ra Tambahan dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak apabila ditemuk data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang
setelt dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan.
2. Pemeriksaan Ulang hanya dapat dilakukan berdasarkan instruksi atau persetujuan Direktur Jenderal
Pajak.
3. Instruksi atau persetujuan Direktur Jenderal Pajak untuk melaksanakan Pemeriksaan Ulang dapat
diberikan apabila terdapat data baru termasuk data yang semula belum terungkap
4. Dalam hal hasil Pemeriksaan Ulang mengakibatkan adanya tambahan atas jumlah pajak yang telah
ditetapkan dalam surat ketetapan pajak sebelumnya, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan. Dalam hal hasil Pemeriksaan Ulang tidak mengakibatkan
adanya tambahan atas
5.jumlah pajak yang telah ditetapkan dalam surat ketetapan pajak sebelumnya, Pemeriksaan Ulang
dihentikan dengan membuat LHP Sumir dan kepada Wajib Pajak diberitahukan mengenai penghentian
tersebut.
Dalam hal hasil Pemeriksaan Ulang tidak mengakibatkan adanya tambahan atas
6.
jumlah pajak yang telah ditetapkan dalam surat ketetapan pajak sebelumnya tetapi terdapat perubahan
jumlah rugi fiskal, Direktur Jenderal Pajak menerbitkan keputusan mengenai rugi fiskal. 7. Keputusan
mengenai rugi fiskal digunakan sebagai dasar untuk memperhitungkan
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ditambah
dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan
pajak tersebut.
Kenaikan sebesar 100% tidak dikenakan apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan itu
diterbitkan berdasarkan keterangan tertulis dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri, dengan syarat
Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan
tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.
Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dapa diusulkan menjadi
Pemeriksaan Bukti Permulaan. Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang
72
adanya dugaan telah terjadi tindak pidana di bidang perpajakan. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan dapat diusulkan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka
apabila:
2.
pada saat pelaksanaan Pemeriksaan ditemukan adanya indikasi tindak pidana di Wajib Pajak menolak
untuk dilakukan Pemeriksaan dan terhadap Wajib Pajak
tersebut tidak dilakukan penghitungan penghasilan kena pajak secara jabatan. Adapun ketentuan terkait
dengan pengusulan Pemeriksaaan Bukti Permulaan adalah sebagai berikut: Dalam hal Pemeriksaan yang
dilakukan merupakan Pemeriksaan atas permohonan
1.
pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17B Undang-Undang KUP, usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka harus memperhatikan
jangka waktu penyelesaian permohonan pengembalian
Dalam hal usulan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka disetujui oleh pejabat yang berwenang,
pelaksanaan Pemeriksaan ditangguhkan dengan membuat laporan kemajuan Pemeriksaan sampai
dengan:
Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka diselesaikan karena Wajib Pajak mengungkapkan
ketidakbenaran perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang KUP: b)
Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka diselesaikan dengan penerbitan
a)
c) Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dihentikan karena Wajib Pajak orang pribadi yang
dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka meninggal dunia:
ditemukan adanya bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan; e) Penyidikan dihentikan sesuai
dengan ketentuan Pasal 44A Undang-Undang
KUP atau Pasal 44B Undang-Undang KUP; atau Putusan pengadilan atas tindak pidana di bidang
perpajakan telah
mempunyai kekuatan hukum tetap dan salinan putusan pengadilan tersebut
telah diterima oleh Direktur Jenderal Pajak. 3. Penangguhan Pemeriksaan harus diberitahukan secara
tertulis kepada Wajib
4.
73
5.
Buku, catatan, dan dokumen yang terkait dengan Pemeriksaan yang ditangguhkan diserahkan kepada
Pemeriksa Bukti Permulaan dengan membuat berita acara yang ditandatangani Pemeriksa Pajak dan
pemeriksa bukti permulaan.
Pemeriksaan yang ditangguhkan dilanjutkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, apabila:
Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dihentikan karena Wajib Pajak orang pribadi yang
dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka
a)
meninggal dunia;
b) Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dihentikan karena tidak ditemukan adanya bukti
permulaan tindak pidana di bidang perpajakan; c) Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka
dilanjutkan dengan penyidikan namun penyidikan dihentikan karena memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 44A Undang-Undang KUP; atau
d) Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dilanjutkan dengan penyidikan dan penuntutan serta
telah terdapat putusan pengadilan mengenal tindak pidana di bidang perpajakan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dan salinan putusan pengadilan tersebut telah diterima oleh Direktur
Jenderal Pajak.
apabila:
a) Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka diselesaikan karena Wajib Pajak mengungkapkan
ketidakbenaran perbuatannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang KUP:
b) Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka tidak dilanjutkan dengan penyidikan tetapi diselesaikan
dengan menerbitkan surat ketetapan pajak Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13A Undang-Undang KUP; atau
c) Pemeriksaan Bukti Permulaan secara terbuka dilanjutkan dengan penyidikan tetapi penyidikannya
dihentikan karena tidak dilakukan penuntutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44B Undang-Undang
KUP.
Dalam hal Wajib Pajak yang dilakukan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan juga dilakukan Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup, Pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan ditangguhkan dengan membuat laporan kemajuan
Pemeriksaan apabila Pemeriksaan Bukti Permulaan secara tertutup ditindaklanjuti dengan penyidikan
6.
7.
8
9.
74
10. Penangguhan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan
sampai dengan:
a) penyidikan dihentikan sesuai dengan Pasal 44A atau Pasal 44B Undang Undang KUP; atau
b) putusan pengadilan atas tindak pidana di bidang perpajakan yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap dan salinan atas keputusan tersebut telah
diterima oleh Direktur Jenderal Pajak. 11. Penangguhan Pemeriksaan harus diberitahukan secara tertulis
kepada Wajib
Pajak. 12. Pemeriksaan yang ditangguhkan dilanjutkan apabila: a) penyidikan dihentikan karena Pasal
44A Undang-Undang KUP; atau
b)
putusan pengadilan atas tindak pidana di bidang memiliki kekuatan hukum tetap dan salinan atas
keputusan tersebut telah
14. Dalam hal Pemeriksaan dilanjutkan, jangka waktu pengujian atau jangka waktu perpanjangan
pengujian diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 4 (empat)
bulan. 15. Dalam hal Pemeriksaan dihentikan, Pemeriksa Pajak harus menyampaikan surat
pemberitahuan penghentian Pemeriksaan kepada Wajib Pajak. 16. Direktur Jenderal Pajak masih dapat
melakukan Pemeriksaan apabila setelah
Pemeriksaan dihentikan terdapat data selain yang diungkapkan dalam Pasal 8 ayat (3) Undang-Undang
KUP atau Pasal 44B Undang-Undang KUP.
75