Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

UNIVERSITAS ANDALAS

Kesenjangan dan Stress

Oleh : Kelompok 1
DESVI NITA SARI DARWIS (1411211003)
SELLIN DEWANTI (14112121015)
TEGUH PRIMADANI (1411211058)
IRMA SYAFITRI (1411211054)
YOLANDA DWI PUTRI (1411212013)
JULIETA SARI (1411212058)
SURYANI ANNISA (141121

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Tugas Epidemiologi Sosial

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas rahmat ALLAH SWT yang telah memberikan
kami kesehatan dan kesempatan sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah
ini dengan baik. Makalah ini ditulis sebagai tugas mata kuliah Epidemiologi Sosial
di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.
Penulis telah menyelesaikan makalah dengan segenap kemampuan dan
pikiran, namun kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca agar makalah yang telah kami susun dapat mencapai kesempurnaan
dan dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi semua orang sehingga mampu
menambah pengetahuan bagi para pembaca.Penulis mohon maaf jika dalam
penulisan makalah terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, segala kritik dan saran
yang membangun akan senantiasa penulis terima dengan lapang hati.

Padang, Maret2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB 1 : PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah............................................................................................1

1.3 Tujuan.................................................................................................................1

BAB 2 : PEMBAHASAN............................................................................................2

2.1 Determinan Sosial Kesehatan.............................................................................2

2.2 Kesenjangan social (masalah social)..................................................................4

2.3 Stres....................................................................................................................7

2.3.1 Definisi........................................................................................................7

2.4 Jenis Stres...........................................................................................................7

2.4.1 Tingkat Stres................................................................................................8

2.5 Komponen yang berhubungan............................................................................8

2.5.1 Mekanisme Stres dalam Tubuh...................................................................9

2.5.2 Penanganan..................................................................................................9

2.6 Contoh Penyakit yang disebabkan oleh Kesenjangan dan Stress.....................10

BAB 3 : PENUTUP....................................................................................................13

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................13

3.2 Saran.................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................14

ii
BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Tujuan

1
BAB 2 : PEMBAHASAN

2.1 Determinan Sosial Kesehatan


Dalam bahasa Inggris, kata health  mempunyai dua pengertian dalam bahasa
Indonesia yaitu sehat atau kesehatan.sehat menjelaskan kondisi atau keadaan dari
subjek, misalnya anak sehat, ibu sehat, dan orang sehat. Sedangkan kesehatan
menjelaskan tentang sifat dari subjek, misalnya kesehtan manusia, kesehatan
masyarakat, dan kesehatan individu. Sehat dalam pengertian keadaan atau kondisi
mempunyai batasan yang bebeda-beda. Secara awam, sehat diartikan keadaan
seseorang yang dalam kondisi tidak sakit, tidak ada keluhan, dapat menjalankan
kesehatan sehari-hari, dan sebagainya. Menurut batasan ilmiah, sehat atau kesehatan
telah dirumuskan dalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, ”keadaan
sempurna baik fisik, mental, dan sosial dan tidak hanya bebas dari penyakit dan
cacat, serta produktif secara ekonomi dan sosial. Hal ini berarti, kesehatan seseorang
tidak hanya diukur dari aspek fisik, mental, dan sosial saja, tetapi juga diukur dari
produktivitasnya dalam arti mempunyai pekerjaan atau menghasilkan sesuatu secara
ekonomi.
Banyak sekali hal-hal yang mempengaruhi kesehatan kita, yang mungkin
tidak kitasadari bahwa hal-hal yang berada di sekitar kita adalah faktor-faktor utama
yang mempengaruhi kesehatan. Kesehatan adalah hasil interaksi berbagai faktor,
baik faktor internal (fisik dan psikis) maupun faktor eksternal (sosial, budaya,
lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan). Faktor-faktor tersebut saling
berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar masalah kesehatan itu sendiri.
Menurut Henrik L. Blum (1974) seperti dikutip Azwar (1983), terdapat empat faktor
yang memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan yaitu faktor lingkungan, faktor
perilaku, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor keturunan yang saling
mempengaruhi.

Ada sepuluh determinan sosial yang dapat mempengaruhi kesehatan.


1. Kesenjangan sosial
Masyarakat dengan kelas sosial ekonomi lemah, biasanya sangat rentan dan
beresiko terhadap penyakit, serta memiliki harapan hidup yang rendah.
2. Stres

2
Stres merupaka keadaan psikologis/jiwa yang labil. Kegagalan
menanggulangi stres baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah dan di
lingkungan kerja akan mempengaruhi kesehatan seseorang.
3. Pengucilan sosial
Kehidupan di pengasingan atau perasaan terkucil akan menghasilkan
perasaan tidak nyaman, tidak berharga, kehilangan harga diri, akan
mempengaruhi kesehatan fisik maupaun mental.
4. Kehidupan dini
Kesehatan masa dewasa ditentukan oleh kondisi kesehatan di awal
kehidupan. Pertumbuhan fisik yang lambat, serta dukungan emosi yang
kurang baik pada awal kehidupan akan memberikan dampak pada kesehatan
fisik, mental, dan kemampuan intelektual masa dewasa.
5. Pekerjaan
Stres di tempat kerja meningkatkan resiko terhadap penyakit dan kematian.
Syarat-syarat kesehatan di tempat kerja akan membantu meningkatkan derajat
kesehatan.
6. Pengangguran
Pekerjaan merupakan penopang biaya kehidupan. Jaminan pekerjaan yang
mantap akan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan bagi diri dan
keluarganya.
7. Dukungan sosial
Hubungan sosial termasuk diantaranya adalah persahabatan serta
kekerabatan yang baik dalam keluarga dan juga di tempat kerja.
8. Penyalahgunaan napza
Pemakaian napza merupakan faktor memperburuk kondisi kesehatan,
keselamat dan kesejahteraan. Napza atau pemakaian narkoba, alkohol, dan
merokok akan memberika dampak buruk terhadap kehidupan sosial ekonomi
masyarakat.
9. Pangan
Ketersediaan pangan, pendayagunaan penghasilan keluarga untuk pangan,
serta cara makan berpengaruh terhadap kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat. Kekurangan gizi maupun kelebihan gizi berdampak terhadap
kesehatan dan penyakit.
10. Transportasi

3
Transportasi yang sehat, mengurangi waktu berkendara, meningkatkan
aktivitas fisik yang memadai akan baik bagi kebugaran dan kesehatan. Selain
itu, mengurangi waktu berkendara dan jumlah kendaraan akan mengurangi
polusi pada manusia.
Di samping determinan-determinan tersebut, masih terdapat faktor lain
yangmempengaruhi atau menentukan terwujudnya kesehatan seseorang, kelompok
atau masyarakat. Determinan-determinan yang menentukan atau mempengaruhi
kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat ini, dalam Piagam Otawa
(Ottawa Charter )disebut prasyarat untuk kesehatan (prerequisites for health).
Piagam Ottawa, 1986mengidentifikasikan prasayarat untuk kesehatan ini dalam 9
faktor, yaitu:
1.      Perdamaian atau keamanan ( peace)
2.      Tempat tinggal (shelter)
3.      Pendidikan (education)
4.      Makanan ( food )
5.      Pendapatan (income)
6.      Ekosistem yang stabil dan seimbang (a stable eco-sistem)
7.      Sumber daya yang berkesinambungan (sustainable resources)
8.      Keadilan sosial (social justice)
9.      Pemerataan (equity)

2.2 Kesenjangan social (masalah social)


Kesenjangan sosial adalah suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Jika
terjadi bentrokan antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan gangguan
hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.
Kesenjangan atau masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok
antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat menjadi sumber
masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana alam. Adanya masalah sosial
dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan khusus
seperti tokoh masyarakat, pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat,
dan lain sebagainya

4
Masalah sosial dapat dikategorikan menjadi 4 (empat) jenis faktor, yakni antara
lain :
1. Faktor Ekonomi : Kemiskinan, pengangguran, dll.
a. Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk
memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat
berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan
oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses
terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah
global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan
komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan
evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang
telah mapan,dll.
Banyak sekali berbagai macam penyebab kemiskinan, Kemiskinan
banyak dihubungkan dengan:
a) penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai
akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh
dari perilaku dan pilihan adalah penggunaan keuangan tidak
mengukur pemasukan.
b) penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan
pendidikan keluarga. Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah
anggota keluarga yang tidak sebanding dengan pemasukan keuangan
keluarga.
c) penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan
kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan
dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga yang mudah tergoda
dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
d) penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi
orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari
aksi orang lain lainnya adalah gaji atau honor yang dikendalikan oleh
orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.
e) penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan
merupakan hasil dari struktur sosial.

5
Meskipun diterima luas bahwa kemiskinan dan pengangguran adalah
sebagai akibat dari kemalasan, namun di Amerika Serikat (negara terkaya
per kapita di dunia) misalnya memiliki jutaan masyarakat yang
diistilahkan sebagai pekerja miskin; yaitu, orang yang tidak sejahtera
atau rencana bantuan publik, namun masih gagal melewati atas garis
kemiskinan.
b. Pengangguran : Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang
yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang
dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding
dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya.
Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena
dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat
akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
masalah-masalah sosial lainnya.
2. Faktor budaya : Perceraian,Kenakalan Remaja, dll.
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu
buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia.Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari
kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga
sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan
sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
Beberapa jenis faktor budaya :
a) Perceraian : Perceraian adalah berakhirnya suatu pernikahan. Saat
kedua pasangan tak ingin melanjutkan kehidupan pernikahannya,
mereka bisa meminta pemerintah untuk dipisahkan. Selama
perceraian, pasangan tersebut harus memutuskan bagaimana membagi
harta mereka yang diperoleh selama pernikahan seperti rumah, mobil,
perabotan atau kontrak), dan bagaimana mereka menerima biaya dan
kewajiban merawat anak-anak mereka. Banyak negara yang memiliki
hukum dan aturan tentang perceraian, dan pasangan itu dapat
menyelesaikannya ke pengadilan.

6
b) Kenakalan remaja : Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang
melanggar norma, aturan, atau hukum dalam masyarakat yang
dilakukan pada usia remaja atau transisi masa anak-anak ke dewasa.
3. Faktor Biologis : Penyakit menular, keracunan makanan, dsb.
Masalah sosial yang bersumber dari faktor biologis ini misalnya,
masalah-masalah yang menyangkut kependudukan dan keharusan biologis
lainnya.bebarapa faktor penyebab timbulnya masalah sosial yang bersumber
dari faktor biologis :
a) Penyakit Menular
Penyakit menular dapat didefinisikan sebagai sebuah penyakit yang
dapat ditularkan (berpindah dari orang satu ke orang yang lain, baik
secara langsung maupun perantara). Penyakit menular ini ditandai
dengan adanya agent atau penyebab penyakit yang hidup dan dapat
berpindah serta menyerang host atau inang (penderita).
b) Keracunan makanan
Keracunan makanan adalah penyakit yang dihasilkan akibat dari
penggunaan makanan yang tercemar, patogen bakteri, virus, atau
parasit yang mencemari makanan, dan juga kimia atau racun alami
seperti sebagai jamur.
4. Faktor Psikologis : penyakit syaraf, aliran sesat, dsb.

2.3 Stres
2.3.1 Definisi
Dr. Hans Selye, seorang pelopor peneliti stres pada tahun 1930an
mendiskiripsikan stres sebagai respon tubuh terhadap berbagai macam
tuntutan.13 Sementara, peneliti lain medefinisikan stres sebagai keadaan
ketika seseorang dihadapkan dengan kebutuhan yang sulit atau perubahan
yang tidak menyenangkan saat beradaptasi dalam kehidupan. Stres tidak
selalu diartikan respon non-spesifik tubuh terhadap kebutuhan fisik dan
psikologis, tetapi juga mencakup mental, emosi, dan perilaku.

2.4 Jenis Stres


Para peneliti membedakan stres menjadi dua jenis, yaitu eustres dan distres.

7
1. Eustres (stres positif)
Eustres adalah ketidaksesuaian yang bersifat positif antara persepsi dan
keinginan.Eustres juga merupakan respon tubuh yang bersifat
menyenangkan dan berasal dari pengalaman yang memuaskan. Eustres
dapat meningkatkan kesiagaan mental, kewaspadaan, kognisi, dan
performasi individu, serta meningkatkan motivasi individu dalam
berkreasi. Eustres ditandai dengan harapan (keyakinan yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keinginan dan sukses) dan efek positif yang
berasal dari energi dan antusiasme.
2. Distres (stres negatif)
Jenis stres yang bersifat merusak dan tidak menyenangkan. Distres
ditandai dengan rasa cemas, takut, khawatir, kemarahan, pengasingan, rasa
frustasi, dan gelisah sehingga menyebabkan keadaan psikologis yang
negatif.

2.4.1 Tingkat Stres


Menurut berbagai lembaga internasional yang mengkaji mengenai
stres, stres diklasifikasikan menjadi tiga tingkat, yaitu tingkat rendah, sedang,
dan tinggi. Namun, adapula yang membagi tingkat stres menjadi 2, yaitu stres
akut dan stres kronik. Stres akut dianggap bukan masalah selama aktivasi
stres masih dapat ditekan, sedangkan pada stres kronik biasanya keadaan
terpajan stres sudah berlangsung lama dan berpengaruh pada sistem anabolik
tubuh. Pada stres akut ditandai dengan naiknya denyut jantung, tekanan darh,
aktivitas elektrodermal, epinefrin, dan kortisol, serta turunnya HRV. Pada
stres kronik gejala lebih sulit diidentifikasi, tetapi biasanya diikuti dengan
tingginya denyut jantung dan tekanan darah selama 24 jam disertai dengan
penurunan kerja sistem anabolik tubuh. 

2.5 Komponen yang berhubungan


Dalam stres, ada 3 komponen utama yang berhubungan, meliputi:
1. Stessor, yaitu hal-hal yang dapat memicu timbulnya stres yang berasal dari
lingkungan sekitar atau faktor psikososial. Misalnya, gangguan, batasan
waktu, tugas, tuntutan kerja yang tinggi, dan konflik sosial.

8
2.
3. Ketegangan, yang berasal dari penerimaan psikologis atau manifestasi
perilaku dari individu terhadap stressor.
4. Modifier, yaitu cara individu dalam mengatasi stres dan dukungan sosial baik
yang dapat mengurangi atau menambah respon terhadap stressor.
 
2.5.1 Mekanisme Stres dalam Tubuh
Dalam menerima respon stres, tubuh akan mengalami mekanisme
tersendiri yang terdiri dari tiga fase, yaitu fase bahaya, fase perlawanan, dan
fase kelelahan. Pada fase bahaya, tubuh mulai terpajan stres dengan adanya
perubahan psikologis yang menimbulkan pengalaman tidak menyenangkan.
Jika pajanan stres masih bertahan, maka mulailah fase perlawanan dengan
munculnya respon dalam tubuh dengan menyesuaikan diri dan mencapai ke
arah stressor, tetapi tubuh akan mudah terganggu karena efek dari pengaturan
sistem biologis stres tersebut, misalnya masalah dalam menjaga homeostatis
tubuh. Apabila pajanan stres masih berlanjut dan intensitasnya bertambah,
tubuh akan mengalami fase kelelahan karena dipicu habisnya persediaan
energi.

2.5.2 Penanganan
Penanganan stres dapat diupayakan dengan berbagai macam cara, antara lain:
1. Latihan erobik secara struktur setiap hari minimal 20 menit
2. Makan secara berimbang, mulai dari makanan pokok, kacang-kacangan,
buah, dan sayuran
3. Kurangi kafein berlebihan untuk mencegah rasa kecemasan, gelisah,
insomnia, dan menggigil
4. Kurangi konsumsi gula sulingan untuk mencegah fluktuasi kadar gula
5. Hindari konsumsi alkohol dan obat-obatan yang dapat memicu rasa pusing
6. Usahakan waktu tidur minimal 7 jam tiap malam
7. Usahakan kegiatan relaksasi setiap hari, misalnya yoga, dan meditasi

9
2.6 Contoh Penyakit yang disebabkan oleh Kesenjangan dan Stress
1. Kanker Paru dan Merokok
Ilmu kedokteran menganggap kanker paru sebagai medical determinant dari
kematian. Jika kanker paru dapat dihentikan, maka kematian bisa dicegah.
Dokter mencari pengobatan agar pasien kanker dapat diselamatkan.
Penelitian epidemiologi menemukan bahwa perokok memikili risiko untuk
memperoleh kanker paru. Kondisi-kondisi nonmedik yang berkaitan dengan
orang menjadi perokok merupakan social determinant of kanker paru. Peneliti
sosial lebih jauh menunjuk industri rokok sebagai social determinant of
health. Analis kebijakan kesehatan yang rasionalis akan menggunakan
merokok dan industri yang mendukung merokok sebagai penyebab sosial
yang harus dikendalikan. Analis kebijakan yang politikal memandang industri
rokok bukan sebagai penyebab sosial penyakit. Industri rokok memiliki
serapan tenaga kerja dan dapat menjadi bagian ekonomi informal.
2. Menurut penelitian Anna Fitriani (2010) menyatakan bahwa Salah satu PTM
yang menjadi penyebab utama kematian di berbagai negara adalah hipertensi.
Pada peneltiannya, responden berasal dari kelompok sosial ekonomi rendah
yang sebagian besar berpendidikan rendah, pengeluaran rumah tangga di
bawah UMR, tidak bekerja, dan bertatus janda. Sosial ekonomi yang rendah
dapat menjadi faktor risiko hipertensi. Hasil analisis pada Riskesdas
menunjukkan bahwa responden yang tidak sekolah dan tidak bekerja
mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap hipertensi
3. Menurut penelitian Anna Fitriani (2010) menyatakan bahwa Stres dapat
dipengaruhi oleh faktor sosial demografi seperti pendidikan, pendapatan,
pekerjaan dan status perkawinan. Pada wanita berusia 45 _ 64 tahun,
sejumlah faktor psikososial seperti ketegangan dan ketidakcocokan
perkawinan, tekanan ekonomi, stres harian, mobilitas pekerjaan, gejala
ansietas dan kemarahan terpendam berhubungan dengan peningkatan tekanan
darah dan manifestasi klinik pada penyakit kardiovaskuler manapu

10
Respon stres melibatkan semua fungsi tubuh, sehingga terlampau besarnya
distres yang menghabiskan sumber-sumber adaptif kita dapat menyebabkan
kelelahan, beragam masalah kesehatan, dan bahkan akibat yang fatal. Berikut
beberapa gangguan-gangguan dan penyakit yang berhubungan dengan stress.

SISTEM SISTEM OTOT DAN SENDI


PERNAFASAN PENCERNAAN
·   Penyakit jantung ·     Gangguan pencernaan ·     Pusing
koroner (angina dan ·     Nausea ·     Kram
serangan jantung) ·     Rasa panas dalam perut ·     Kejang otot
·   Hipertensi (tekanan (pirosis) ·    Nyeri punggung
darah tinggi) ·     Bisul dalam perut dan ·     Nyeri leher
·   Stroke usus dua belas jari
·   Migren ·     Radang usus besar,
sindroma usus besar
berat
·     Diare
·     Sembelit
·     Kembung perut

11
PERILAKU EMOSIONAL LAIN-LAIN
·   Makan terlampau ·     Kecemasan, termasuk ·   Diabetes
banyak-obesitas ketakutan, fobia, dan ·   Kanker
·   Hilang selera makan- obsesi ·   Encok (Rheumatiod
anoreksia ·     Depresi arthritis)
·   Meningkatnya ·   Asma
frekuensi merokok ·   Masuk angin biasa dan
·   Meningkatnya flu
konsumsi kafein ·   Gangguan seksual-
·   Meningkatnya dorongan seks berkurang,
konsumsi alcohol ejakulasi dini, gagal
·   Penyalahgunaan obat- mencapai orgasme,
obatan kemandulan
·   Penyakit kulit
·   Gangguan tidur

Stres dapat memicu perubahan kesehatan yang tidak langsung disebabkan


oleh variabel biologis atau psikologis, namun disebabkan oleh perubahan gaya hidup
sehat. Stres yang tinggi dapat menyebabkan semakin tingginya frekuensi merokok,
tidur terganggu, meningkatnya konsumsi alkohol, dan berubahnya pola makan
(seringkali dianggap sebagai stresor) terbukti berhubungan dengan angka kematian
lebih tinggi yang disebabkan beberapa penyakit seperti penyakit-penyakit tidak
menular seperti kanker, hipertensi, DM, dll. Hubungan stres-penyakit merupakan hal
yang nyata, namun dimediasi secara tidak langsung melalui perubahan perilaku sehat
dan bukan melalui efek biologis langsung dari stress.

12
BAB 3 : PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

13
BAB 4 : DAFTAR PUSTAKA

1. Lusisusanti. 2012. Hubungan Tingkat Stres dengan Keluhan Dispepsia pada


Mahasiswa FKUI. Jakarta
2. Kuntari, Titik. Social Determinant of Health. Departemen Kesehatan
Masyarakat
3. Bustan MN. Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta;
1993.
4. Hasanbasri, Mubasysyir. 2012. Pengajaran Epidemiologi Sosial dan Social
Determinant of Diseases. UGM. Pengajaran Epidemiologi Sosial.. - Konas
JEN di Solo 6-8 November 2012
5. Jurnal kedokteran indonesia, vol. 2/no. 1/januari/2011 Lisa F. Berkman
(Editor), Ichiro Kawachi (Editor) Social Epidemiology, Oxford University
Press, USA, Pertama 391 halaman
6. Fitriani, Anna. 2010. Kondisi Sosial Ekonomi dan Stres pada Wanita
Hipertensi Anggota Majelis Taklim Al-Amin Cilandak, Jakarta Selatan .
Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 5, Desember 2012

14

Anda mungkin juga menyukai