Anda di halaman 1dari 19

2.

1 Pengertian
2.1.1. Sistem
Menurut Agus Mulyanto dalam bukunya (2009: 1) mendefinisikan sistem secara umum sebagai
kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu sebagai
satu kesatuan. Sedangkan menurut Jerry Fith Gerald (Jogiyanto : 2000) dalam buku Sistem
Informasi Konsep dan Aplikasi pengarang Agus Mulyanto mendefinisikan “sistema dalah suatu
jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk
melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu sasaran tertentu” dan menurut Agus
Mulyanto (2009 : 2) mendefinisikan sistem dalam bidang sistem informasi sebagai “sekelompok
komponen yang saling berhubungan, bekerja sama, untuk mencapai tujuan bersama dengan
menerima proses input serta menghasilkan input dalam proses transformasi yang teratur”.
2.1.1.1 Karakteristik Sistem
Menurut Agus Mulyanto (2009: 2) mengatakan bahwa suatu sistem mempunyai karakteristik
agar sistem dapat dibedakan dengan sistem yang lain. Berikut ini macam-macam karakteristik
suatu sistem, diantaranya :
1.      Komponen Sistem (component), dimana suatu system terdiri dari sejumlah   komponen
yang saling berinteraksi, bekerja sama membentuk satu kesatuan. Suatu sistem merupakan salah
satu dari komponen sistem lain yang lebih besar, maka disebut subsistem, sedangkan sistem yang
lebih besar tersebut adalah lingkungannya
2.      Batas Sistem (boundary) merupakan pembatas atau pemisah suatu sistem dengan sistem
yang lainnya atau dengan lingkungan luarnya
3.      Lingkungan Luar Sistem (environment) merupakan sesuatu di luar batas dari sistem yang
dapat mempengaruhi operasi sistem, baik pengaruh yang menguntungkan ataupun yang
merugikan
4.      Penghubung Sistem (interface) merupakan hal yang sangat penting, sebab tanpa adanya
penghubung, sistem akan berisi kumpulan subsistem yang berdiri sendiri dan tidak saling
berkaitan. Maka dari itu penghubung dapat juga didefinisikan sebagai tempat dimana komponen
atau sistem dan lingkungannya bertemu atau berinteraksi
5.      Masukan Sistem (input) merupakan energy yang dimasukkan ke dalam sistem, dimana
masukan tersebut dapat berupa bahan yang dimasukkan agar sistem tersebut dapat beroperasi
(maintenance input), dan masukan yang diproses untuk mendapat keluaran (signal input)\
6.      Keluaran Sistem (output) merupakan hasil dari pemrosesan, yang berupa informasi sebagai
masukan pada sistem lain atau hanya sebagai sisa pembuangan\
7.      Pengolah Sistem (process) merupakan bagian yang melakukan perubahan dari masukan
untuk menjadi keluaran yang diinginkan
8.      Sasaran sistem merupakan suatu tujuan yang ingin dicapai dalam sistem, agar sistem
menjadi terarah dan terkendali.
2.1.1.2 Klasifikasi Sistem
Menurut Agus Mulyanto (2009:8) mengatakan bahwa sistem pun dapat diklasifikasikan dalam
beberapa sudut pandang sebagai berikut :
1.    Sistem abstrak dan sistem fisik
            Sistem abstrak (abstract system) adalah sistem yang berupa pemikiran atau gagasan yang
tidak tampak secara fisik. Misalnya sistem agama/ teologi.
            Sistem fisik (physical system) adalah sistem yang ada secara fisik dan dapat dilihat
dengan mata. Misalnya sistem computer, sistem akuntansi dan sistem transportasi
2.    Sistem Alamiah dan Sistem Buatan
            Sistem alamiah (nnatural system) adalah sistem yang terjadi karena proses alam, bukan
buatan manusia. Misalnya sistem tata surya dan sistem rotasi bumi.
            Sistem buatan manusia (human made system) adalah sistem yang terjadi melalui
rancangan atau campur tangan manusia. Misalnya sistem computer dan sistem manusia
3.    Sistem Tertentu dan Tak Tentu
            Sistem tertentu (deterministic system) adalah sistem yang operasinya dapat diprediksi
secara cepat dan interaksi di antara bagian-bagiannya dapat dideteksi dengan pasti. Misalnya
sistem komputer karena operasinya dapat diprediksi berdasarkan program yang dijalankan.
Sistem tak tentu (probabilistic system) adalah sistem yang hasilnya tidak dapat diprediksi karena
mengandung unsur probabilitas. Misalnya sistem persediaan
4.    Sistem Tertutup dan Terbuka (Open System)
            Sistem tertutup (closed system) adalah sistem yang tidak berhubungan dengan
lingkungan di luar sistem. Sebenarnya sistem tertutup tidak ada, yang ada adalah relativ tertutup.
Sistem terbuka (open system) adalah sistem yang berhubungan dengan lingkungan luar dan dapat
terpengaruh dengan keadaan lingkungan luarnya. Sistem ini menerima masukan dan
menghasilkan output untuk subsistem yang lain
2.1.1.3 Pembentukan Subsistem
·  Pengunsuran (Factoring)
Perancangan sistem menuntut keseluruhan sistem. Tetapi hal ini terlalu besar untuk dianalisa
secara rinci, maka diuraikan/ dibagi atas subsistem. Sistem hasil proses pengunsuran membentuk
struktur
·  Penyederhanaan (Simplikasi)
Setiap sistem atau subsistem memiliki masukan, keluaran dan interface dengan subsistem-
subsistem lainnya, sehingga akan menyebabkan banyak interface yang harus didefinisikan. Oleh
karena itu diperlukan suatu penyederhanaan pada penggambaran interface
·  Pemisahan (Decoupling)
Dua subsistem yang berhubungan sangat erat membutuhkan suatu koordimasi dan penjadwalan
waktu yang ketat
2.1.1.4 Pengendalian Dalam Sistem
·  Diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback)
·  Untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan
·  Dilakukan dengan membandingkan keluaran sistem, dengan keluaran yang diinginkan
2.1.1.5 Umpan Balik
·  Umpan balik negative (negatif feedback)
Menyesuaikan penyimpangan terhadap standar. Contoh penerapan thermostat pada sistem
pendingin (AC)
·  Umpan balik positif (positif feedback)
Untuk menambah kekuatan atau mendorong proses supaya memberikan hasil yang baik, tanpa
harus menunggu terjadinya penyimpangan. Contoh peramalan arus saldo kasus di masa
mendatang dengan membuat sistem anggaran kas pada sistem perencanaan kas
2.1.2 Informasi
Menurut Agus Mulyanto (2009: 15) bahwa data dan informasi merupakan sebuah pondasi untuk
memahami konsep sistem informasi. Menurut Agus Mulyanto (2009 :16) mengemukakan bahwa
data merupakan material atau bahan baku yang belum mempunyai makna atau belum
berpengaruh langsung kepada pengguna sehingga perlu diolah untuk dihasilkan sesuatu yang
lebih bermakna. Sedangkan pengertian informasi menurut McFadden dkk (1999) dalam buku
Agus Mulyanto (2009 : 16) mengemukakan bahwa informasi adalah data yang telah diproses
sedemikian rupa sehingga meningkatkan pengetahuan seseorang yang menggunakan data
tersebut.
2.1.2.1 Kualitas Informasi
Menurut Agus Mulyanto (2009 : 20) bahwa suatu informasi merupakan data yang telah diolah
dan bermanfaat, maka dari itu ada beberapa kualitas informasi, diantaranya :
1.      Akurasi (accuracy)
Sebuah informasi harus akurat karena dari sumber informasi hingga penerima informasi
kemungkinan banyak terjadi gangguan yang dapat mengubah atau merusak informasi tersebut.
Suatu informasi dikatakan akurat apabila jelas maksudnya dan tidak ada kesalahan-kesalahan
2.      Relevansi (relevancy)
Informasi dikatakan berkualitas jika relevan bagi pemakainya, bahwa suatu informasi harus
bermanfaat bagi pemakainya
3.      Tepat Waktu (timeliness)
Informasi yang dihasilkan dari suatu proses pengolahan data, datangnya tidak boleh terlambat,
karena informasi yang terlambat tidak akan mempunyai nilai yang baik
2.1.3. Sehat
                        Di bawah ini merupakan definisi sehat yang dikemukakan oleh beberapa ahli,
yaitu sebagai berikut ;
a.       Pepkins, mendefinisikan sehat sebagai keadaan keseimbangan yang dinamis dari badan
dan fungsi-fungsinya sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap kekuatan-kekuatan yang
cenderung menggangunya. Badan seseorang bekerja secara aktif untuk mempertahankan diri
agar tetap sehat sehingga kesehatan selalu harus dipertahankan
b.      Paune (1983), mengatakan sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan
diri (self care resources) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri (self care actions) secara
adekuat. Self care resources mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care
actions merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan yang diperlukan untuk memperoleh,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual
c.       \Pender (1982), sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam
berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri
yang kompeten sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan
integritas structural

2.1.4 Sistem Informasi Kesehatan


Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh seluruh tingkat
pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat.
Parturan perundang undangan yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah
Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang kebijakan dan strategi desentralisasi
bidang kesehatan dan Kepmenkes Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk
pelaksanaan pengembangan sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya
saja dari isi kedua Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya memandang
sistem informasi kesehatan dari sudut pandang manajemen kesehatan, tidak memanfaatkan state
of the art teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi nasional. Teknologi
informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail sehingga data yang disajikan tidak
tepat dan tidak tepat waktu. Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis
computer (Computer Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir
dekade 80’an. Salah satu rumah sakit yang pada waktu itu telah memanfaatkan komputer untuk
mendukung operasionalnya adalah Rumah Sakit Husada.
Departemen Kesehatan dengan proyek bantuan dari luar negeri, juga berusaha mengembangkan
Sistem Informasi Rumah Sakit pada beberapa rumah sakit pemerintah dengan dibantu oleh
tenaga ahli dari UGM. Namun tampaknya komputerisasi dalam bidang per-rumah sakit-an,
kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua pihak. Ketidakberhasilan dalam
pengembangan sistem informasi tersebut lebih disebabkan dalam segi perencanaan yang kurang
baik, dimana identifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan (critical success factors) dalam 1
implementasi sistem informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh. Perkembangan dan
perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi di dunia pelayanan kesehatan. Hal ini
semata-mata karena sektor pelayanan kesehatan merupakan bagian dari sistem yang lebih luas
dalam masyarakat dan pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem yang
lebih global. Perubahan-perubahan di negara lain dalam berbagai sektor mempunyai dampak
terhadap sistem pelayanan kesehatan. Dalam era seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan
yang tidak terlepas dari peran serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidang-
bidang dan lingkup pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi komputer, baik dibidang piranti
lunak maupun perangkat keras berkembang dengan sangat pesat, disisi lain juga berkembang
kearah yang sangat mudah dari segi pengaplikasian dan murah dalam biaya. Solusi untuk bidang
kerja apapun akan ada cara untuk dapat dilakukan melalui media komputer, dengan catatan
bahwa pengguna juga harus terus belajar untuk mengiringi kemajuan teknologinya. Sehingga
pada akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai, sangatlah ditentukan oleh sumber daya
manusia yang menggunakannya. Rumah Sakit, sebagai salah satu institusi pelayan kesehatan
masyarakat akan melayani transaksi pasien dalam kesehariannya. Pemberian layanan dan
tindakan dalam banyak hal akan mempengarui kondisi dan rasa nyaman bagi pasien. Semakin
cepat akan semakin baik karena menyangkut nyawa pasien. Semakin besar jasa layanan suatu
rumah sakit, akan semakin kompleks pula jenis tindakan dan layanan yang harus diberikan yang
kesemuanya harus tetap dalam satu koordinasi terpadu. Karena selain memberikan layanan,
rumah sakit juga harus mengelola dana untuk membiayai operasionalnya. Melihat situasi
tersebut, sudah sangatlah tepat jika rumah sakit menggunakan sisi kemajuan komputer, baik
piranti lunak maupun perangkat kerasnya dalam upanya membantu penanganan manajemen yang
sebelumnya dilakukan secara manual.
Departemen Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yang ditandai dengan
penduduknya yang hidup sehat dalam lingkungan yang sehat, berperilaku sehat, dan mampu
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu yang disediakan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat sendiri, serta ditandainya adanya peran serta masyarakat dan berbagai sektor
pemerintah dalam upaya - upaya kesehatan. Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah
ditetapkan tersebut, infrastruktur pelayanan kesehatan telah dibangun sedemikian rupa mulai dari
tingkat nasional, propinsi, kabupaten dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap unit infrastruktur
pelayanan kesehatan tersebut menjalankan program dan pelayanan kesehatan menuju pencapaian
visi dan misi Depkes tersebut. Setiap jenjang tersebut memiliki sistem kesehatan yang yang
saling terkait mulai dari pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan sampai ke tingkat
nasional. Jaringan sistem pelayanan kesehatan tersebut memerlukan sistem informasi yang saling
mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan program kesehatan yang dilaksanakan dan
dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui, dipahami, diantisipasi dan dikelola dengan sebaik-
baiknya. Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan yang disebut
SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai ke
pusat. Namun demikian dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan
sebagaimana mestinya. Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali dibangunnya sistem
informasi kesehatan yang terintegrasi baik di dalam sektor kesehatan (antar program dan antar
jenjang), dan di luar sektor kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah
dan jaringan informasi di pusat.
Sistem informasi yang ada saat ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1.      Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belum terintegrasi.
Sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh diperlukan waktu yang cukup lama
2.      Terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di berbagai
jenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa memadai
3.      Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk mengelola dan
mengembangkan sistem informasi
4.      Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan data/informasi
5.      Belum adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem informasi, sehingga
seringkali timbul keengganan bagi petugas untuk memasuki atau dipromosikan menjadi
pengelola sistem informasi
2.2  Konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun
ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan pengembangan sistem informasi
secara umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para pengembang atau
pembuat rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep-konsep tersebut antara lain:
1.      Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi
Pada dasarnya sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi komputer.
Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer dalam implementasinya disebut
sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer (Computer Based Information System). Pada
pembahasan selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem informasi adalah sistem informasi
yang berbasis komputer. Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau
teknologi informasi dalam sistem informasi suatu organisasi adalah :
a.       Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi
b.      Informasi yang tersedia, tidak relevan
c.       Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen
d.      Informasi yang ada, tidak tepat waktu
e.       Terlalu banyak informasi
f.       Informasi yang tersedia, tidak akurat
g.      Adanya duplikasi data (data redundancy)
h.      Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel
i.        Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika
perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa pengembangan sistem
informasi tidak pernah berhenti
2.      Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah menjadi sistem yang baru.
Oleh karena itu, sistem informasi memiliki umur layak guna. Panjang pendeknya umur layak
guna sistem informasi tersebut ditentukan diantaranya oleh:
A.    Perkembangan organisasi tersebut makin cepat organisasi tersebut berkembang, maka
kebutuhan informasi juga akan berkembang sedemikian rupa sehingga sistem informasi yang
sekarang digunakan sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan organisasi tersebut
B.     Perkembangan teknologi informasi yang cepat menyebabkan perangkat keras maupun
perangkat lunak yang digunakan untuk mendukung beroperasinya sistem informasi tidak bisa
berfungsi secara efisien dan efektif. Hal ini disebabkan:
1.      Perangkat keras yang digunakan sudah tidak diproduksi lagi, karena teknologinya
ketinggalan jaman (outdated) sehingga layanan pemeliharaan perangkat keras tidak dapat lagi
dilakukan oleh perusahaan pemasok perangkat keras
2.      Perusahaan pembuat perangkat lunak yang sedang digunakan, sudah mengeluarkan versi
terbaru. Versi terbaru itu umumnya mempunyai feature yang lebih banyak, melakukan optimasi
proses dari versi sebelumnya dan memanfaatkan feature baru dari perangkat keras yang juga
telah berkembang. Meskipun pada umumnya, perusahaan pengembang perangkat keras maupun
perangkat lunak tersebut, mecoba menjaga kompatibilitas dengan versi terdahulu, namun kalau
dilihat dari sisi efektivitasnya, maka pemanfaatan infrastruktur tersebut tidak efektif. Hal ini
disebabkan karena feature-feature yang baru tidak termanfaatkan dengan baik. Mengingat
perkembangan teknologi informasi yang berlangsung dengan cepat, maka para pengguna harus
sigap dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi tersebut.
Konsekuensi dari pemanfaatan teknologi informasi tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Dalam melakukan antisipasi perkembangan teknologi harus tepat
2.      Harus selalu siap untuk melakukan pembaharuan perangkat keras maupun perangkat lunak
pendukungnya, apabila diperlukan.
3.      Harus siap untuk melakukan migrasi ke sistem yang baru. Arah perkembangan teknologi
informasi dalam kurun waktu 3-5 tahun mendatang adalah sebagai berikut:
a.       Perkembangan perangkat keras dan komunikasi. Kecenderungan perkembangan perangkat
keras
b.      Peningkatan kecepatan
c.       Peningkatan kemampuan
d.      Penurunan harga
Perkembangan perangkat komunikasi menyebabkan perubahan desain sistem perangkat keras
yang digunakan, dari sistem dengan pola tersentralisasi menjadi sistem dengan pola terdistribusi.
Pada pola terdistrubusi, kemampuan pengolahan data (computing power) dipecah menjadi dua,
satu diletakkan pada komputer induk yang berfungsi sebagai pelayan (server) dan yang satu lagi
diletakkan dikomputer pengguna (client), desain ini disebut sebagai clientserver achitecture.
Kecenderungan perkembangan perangkat lunak, terutama perangkat lunak basis data (database),
juga mengikuti perkembangan desain sistem perangkat keras tersebut diatas.
Pada server diletakkan perangkat lunak back-end dan pada client diletakkan perangkat
lunak front-end. Perangkat lunak backend adalah perangkat lunak pengelola sistem basis data
(database management system/DBMS), sedangkan perangkat lunak front-end adalah perangkat
lunak yang dikembangkan dengan pemrograman visual berdasarkan 4GL dari DBMS tersebut
atau dengan perangkat lunak antarmuka (interface) untuk berbagai DBMS seperti ODBC (open
database connectivity).
C.     Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi.
Sistem informasi yang baik, akan dikembangkan berdasarkan tingkat kemampuan dari para
pemakai, baik dari sisi :
1)      Tingkat pemahaman mengenai teknologi informasi
2)      Kemampuan belajar dari para pemakai
3)      Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sistem
Dari sisi pemakai, dikenal istilah end-usercomputing (EUC). EUC adalah pemakai yang
melakukan pengembangan sistem untuk keperluan dirinya sendiri. Mengingat bervariasinya
kemampuan EUC dan sulitnya melakukan pemantauan serta pengendalian terhadap EUC, maka
EUC akan menyebabkan masalah yang serius dalam pengembangan maupun dalam
pemeliharaan sistem informasi. Ancaman yang paling serius adalah adanya disintegrasi sistem
menjadi sistem yang terfragmentasi.
4)      Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem informasi itu
sendiri.
Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang tinggi, jika
dibandingkan dengan sistem informasi yang terfragmentasi. Usaha untuk melakukan integrasi
sistem yang ada didalam suatu organisasi menjadi satu sistem yang utuh merupakan usaha yang
berat dengan biaya yang cukup besar dan harus dilakukan secara berkesinambungan.
Sinkronisasi antar sistem yang ada dalam sistem informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak
untuk dapat mendapatkan sistem informasi yang terpadu. Sistem informasi pada dasarnya terdiri
dari minimal 2 aspek yang harus berjalan secara selaras, yaitu aspek manual dan aspek yang
terotomatisasi (aspek komputer). Pengembangan sistem informasi yang berhasil apabila
dilakukan dengan mengembangkan kedua aspek tersebut. Sering kali pengembang sistem
informasi hanya memfokuskan diri pada pengembangan aspek komputernya saja, tanpa
memperhatikan aspek manualnya. Hal ini diakibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih
mudah diatasi dari pada aspek komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan
pengembangan sistem informasi adalah dukungan perilaku dari para pengguna sistem informasi
tersebut, dimana para pengguna sangat terkait dengan sistem dan prosedur dari sistem informasi
pada aspek manualnya.
5)      Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada strategi yang dipilih
untuk pengembangan sistem tersebut.
Strategi yang dipilih untuk melakukan pengembangan sistem sangat bergantung kepada besar
kecilnya cakupan dan tingkat kompleksitas dari sistem informasi tersebut. Untuk sistem
informasi yang cakupannya luas dan tingkat kompleksitas yang tinggi diperlukan tahapan
pengembangan seperti Penyusunan Rencana Induk Pengembangan, Pembuatan Rancangan
Global, Pembuatan Rancangan Rinci, Implementasi dan Operasionalisasi. Dalam pemilihan
strategi harus dipertimbangkan berbagai faktor seperti keadaan yang sekarang dihadapi, keadaan
pada waktu sistem informasi siap dioperasionalkan dan keadaan dimasa mendatang, termasuk
antisipasi perkembangan organisasi dan perkembangan teknologi. Ketidaktepatan dalam
melakukan prediksi keadaan dimasa mendatang, merupakan salah satu penyebab kegagalam
implementasi dan operasionalisasi sistem informasi.
6)      Pengembangan sistem informasi organisasi harus menggunakan pendekatan fungsi dan
dilakukan secara menyeluruh (holistik).
Pada banyak kasus, pengembangan sistem informasi dilakukan dengan menggunakan pendekatan
struktur organisasi dan pada umumnya mereka mengalami kegagalan, karena struktur organisasi
sering kali kurang mencerminkan semua fungsi yang ada didalam organisasi. Sebagai
pengembang sistem informasi hanya bertanggung jawab dalam mengintegrasikan fungsi-fungsi
dan sistem yang ada di dalam organisasi tersebut menjadi satu sistem informasi yang terpadu.
Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam unit-unit struktural yang ada di dalam organisasi
tersebut adalah wewenang dan tanggung jawab dari pimpinan organisasi tersebut. Penyusunan
rancang bangun/desain sistem informasi seharusnya dilakukan secara menyeluruh sedangkan
dalam pembuatan aplikasi bisa dilakukan secara sektoral atau segmental menurut prioritas dan
ketersediaan dana. Pengembangan sistem yang dilakukan segmental atau sektoral tanpa adanya
desain sistem informasi yang menyeluruh akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan
intergrasi sistem.
7)      Informasi telah menjadi aset organisasi.
Dalam konsep manajemen modern, informasi telah menjadi salah satu aset dari suatu organisasi,
selain uang, SDM, sarana dan prasarana. Penguasaan informasi internal dan eksternal organisasi
merupakan salah satu keunggulan kompetitif (competitive advantage), karena keberadaan
informasi tersebut:
a.       Menentukan kelancaran dan kualitas proses kerja
b.      Menjadi ukuran kinerja organisasi/perusahaan
c.       Menjadi acuan yang pada akhirnya menentukan kedudukan/peringkat organisasi tersebut
dalam persaingan lokal maupun global
8)      Penjabaran sistem sampai ke aplikasi menggunakan struktur hirarkis yang
mudah    dipahami
Dalam semua kepustakaan yang membahasa konsep sistem, hanya dikenal istilah sistem dan
subsistem. Hal ini akan menimbulkan kesulitan dalam melakukan penjabaran sistem informasi
yang cukup luas cakupannya. Oleh karena itu, dalam penjabaran sering digunakan istilah sebagai
berikut:
a.       Sistem
b.      Subsistem
c.       Modul
d.      Submodul
e.       Aplikasi
Masing-masing subsistem dapat terdiri atas beberapa modul, masing-masing modul dapat terdiri
dari beberapa submodul dan masing-masing submodul dapat terdiri dari beberapa aplikasi sesuai
dengan kebutuhan. Struktur hirarki seperti ini sangat memudahkan dari segi pemahaman maupun
penamaan. Pada beberapa kondisi tidak diperlukan penjabaran sampai 5 tingkat, misalnya sebuah
modul tidak perlu lagi dijabarkan dalam sub-sub modul, karena jabaran berikutnya sudah sampai
tingkatan aplikasi.
2.3 Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Melalui hasil pengembangan sistem informasi diatas, maka diharapkan dapat menghasilkan hal-
hal sebagai berikut:
1.      Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan standar yang ditentukan
oleh  pemerintah daerah
2.      Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan
bersifat interoperable dengan jaringan lain
3.      Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan mendorong
pengembangan dan penggunaan Local Area Network di dalam kluster unit pelayanan kesehatan
baik pemerintah dan swasta sebagai komponen sistem di masa depan
4.      Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan kemampuan dalam
teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel universal di dalam Wide Area Network yang
efektif, homogen dan efisien sebagai bagian dari jaringan sistem informasi pemerintah daerah
5.      Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan, mengembangkan dan
memelihara pusat penyimpanan data dan informasi yang menyimpan direktori materi teknologi
informasi yang komprehensif
6.      Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari, menganalisis,
memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara elektronis data/informasi bagi
seluruh stakeholders
7.      Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan access point
lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan secara luas dan bertanggung jawab
dan dalam rangka memperbaiki pelayanan kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai
sebaik-baiknya
8.      Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan pengembangan manajemen
SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen, penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian
pekerjaan, penggajian dan pengembangan karir
9.      Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit organisasi
pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang berkaitan dengan pemanfaatan
dan penggunaan data/informasi kesehatan dan kedokteran
10.  Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan organisasi, untuk
mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan kompetitif
11.  Mengarah pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan

2.4 Manfaat Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan


·         Memudahkan setiap pasien untuk melakukan pengobatan di rumah sakit
·         Memudahkan rumah sakit untuk mendaftar setiap pasien yang berobat di situ
·         Semua kegiatan di rumah sakit terkontrol dengan baik/ bekerja secara terstruktur
2.5 Ruang Lingkup Sitem Informasi Kesehatan
 Ruang lingkup aplikasi sistem informasi kesehatan, mencakup pengelolaan informasi dalam
lingkup manajemen pasien (front office management). Lingkup ini antara lain sebagai berikut:
1.      Registrasi Pasien, yang mencatat data/status pasien untuk memudahkan pengidentifikasian
maupun pembuatan statistik dari pasien masuk sampai keluar. Modul ini meliputi pendaftaran
pasien baru/lama, pendaftaran rawat inap/jalan, dan info kamar rawat inap
2.      Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit, seperti penyakit dalam, bedah, anak,
obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata, gigi dan mulut, kardiologi, radiologi,
bedah orthopedi, paru-paru, umum, UGD, dan lain-lain sesuai kebutuhan. Modul ini juga
mencatat diagnosa dan tindakan terhadap pasien agar tersimpan di dalam laporan rekam medis
pasien
3.      Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien, konsultasi dokter,
hubungan dengan poliklinik/penunjang medis
4.      Penunjang Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan seperti ECG, EEG,
USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy, dan lain-lain
5.      Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk rawat jalan, rawat
inap dan penunjang medis (laboratorium, radiologi, rehab medik), baik secara langsung maupun
melalui jaminan dari pihak ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga mencatat transaksi harian
pasien (laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang, manajemen deposit dan lain-lain
6.      Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan transaksi obat-obatan
Melalui lingkup manajemen pasien tersebut dapat diperoleh laporan-laporan mengenai:
1.      Pendapatan rawat inap dan jalan secara periodik (harian, bulanan dan tahunan)
2.      Penerimaan kasir secara periodic
3.      Tagihan dan kwitansi pembayaran pasien dan rekam medis pasien
4.      Data kegiatan rumah sakit dalam triwulan (RL1)
5.      Data morbiditas pasien rawat inap (RL2a)
6.      Data morbiditas pasien rawat jalan (RL2b) dan manajemen ketersediaan obat pada bagian
farmasi/apotik
7.      Penerimaan kasir pada bagian farmasi/apotik
8.      Data morbiditas penyakit khusus pasien rawat inap (RL2a1) dan grafik yang menunjang
dalam pengambilan keputusan
9.      Data morbiditas penyakit khusus pasien rawat jalan (RL2b1)
Untuk memudahkan penyajian informasi tersebut, maka laporan-laporan tersebut dapat diekspor
ke berbagai macam format antara lain:
·         Comma separated value (CSF), Data Interchange Format (DIF)
·         Excel (XLS versi 2.1, 3.0, 4.0, 5.0, dan 5.0 tabular)
·         HTML 3.0 (draft standard), 3.2 (extended & standard)
·         Lotus 1-2-3 (WK1, WK3, WK5)
·         ODBC
·         Rich Text Format (RTF)
·         Ext
·         Word for Windows Document
2.6 Prinsip Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi kesehatan bagian integral dari sistem kesehatan, yaitu :
o   Integrasi dengan sistem non kesehatan
o   Sistem pemerintahan daerah
o   Membangun sistem informasi merupakan proses
o   Perlunya sumber daya manusia untuk mengolah dan mengembangkan sistem informasi
kesehatan
2.7 Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan Pada Sistem Informasi Rumah Sakit dan
      Puskesmas
2.7.1 Rumah Sakit
Sistem informasi rumah sakit tidak dapat lepas kaitannya dengan sistem informasi kesehatan
karena sistem ini merupakan aplikasi dari sistem informasi kesehatan itu sendiri. Untuk itu, perlu
kita mengetahui sedikit tentang sistem informasi rumah sakit yang ada di Indonesia, mulai dari
rancang bangun (desain) sistem informasi rumah sakit hingga pengembangannya.
1.      Rancang Bangun (desain) Sistem Informasi Rumah Sakit
Rancang Bangun Rumah Sakit (SIRS), sangat bergantung kepada jenis dari rumah sakit tersebut.
Rumah sakit di Indonesia, berdasarkan kepemilikannya dibagi menjadi 2, yaitu sebagai berikut:
a.       Rumah Sakit Pemerintah, yang dikelola oleh:
1)      Departemen Kesehatan
2)      Departemen Dalam Negeri
3)      TNI
4)      BUMN
b.      Rumah Sakit Swasta, yang dimiliki dan dikelola oleh sebuah yayasan, baik yang sifatnya
tidak mencari keuntungan (non profit) maupun yang memang mencari keuntungan (profit).
Berdasarkan sifat layanannya rumah sakit dibagi 2, yaitu :
a)      Rumah Sakit Umum
Untuk Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit Umum digolongkan menjadi 4 tingkatan, yaitu
sebagai berikut:
a.       Rumah Sakit Umum tipe A, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis
spesialistik dan subspesialistik yang luas
b.      Rumah Sakit Umum tipe B, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis
spesialistik dan subspesialistik yang terbatas
c.       Rumah Sakit Umum tipe C, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis
spesialistik yang terbatas, seperti penyakit dalam, bedah, kebidanan dan anak
d.      Rumah Sakit Umum tipe D, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis dasar.
Untuk Rumah Sakit Swasta, Rumah Sakit Umum digolongkan menjadi 3 tingkatan sebagai
berikut:
1)      Rumah Sakit Umum Pratama, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis umum
2)      Rumah Sakit Umum Madya, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis
spesialistik
3)      Rumah Sakit Umum Utama, rumah sakit umum yang memberikan layanan medis
spesialistik dan subspesialisitik
b)      Rumah Sakit Khusus
Rumah sakit khusus ini banyak sekali ragamnya, rumah sakit ini melakukan penanganan untuk
satu atau beberapa penyakit tertentu dan layanan medis subspesialistik tertentu. Yang masuk
dalam kelompok ini diantaranya Rumah Sakit Karantina, Rumah Sakit Bersalin, dan sebagainya.
Dari Keputusan Menteri Kesehatan No. 983 tahun 1992, dapat diketahui bahwa organisasi rumah
sakit secara umum adalah organisasi matriks. Semua staf yang ada, dibagi ke dalam divisi-divisi
yang ada dalam struktur organisasi rumah sakit tersebut, sedangkan setiap tenaga medis tersebut
juga dikelompokkan ke dalam kelompok fungsional menurut profesinya masing-masing dan
setiap kelompok fungsional dipimpin oleh seorang ketua kelompok. Organisasi matriks adalah
organisasi yang paling dinamis dan paling baik, jika dibandingkan dengan tipe organisasi
lainnya, namun harus disadari sepenuhnya bahwa setiap staf dalam organisasi tersebut
mempunyai 2 pimpinan sekaligus yang memberikan perintah dan pengarahan kepada yang
bersangkutan, yaitu pimpinan divisi dan pimpinan kelompok. Oleh karena itu, setiap staf pada
organisasi matriks harus mampu bekerjasama lintas divisi, mampu berkomunikasi dengan baik
dengan ke 2 pimpinannya dan mampu membagi pekerjaannya berdasarkan prioritas. Organisasi
matriks memang sangat memerlukan dukungan teknologi infomasi/komputer dalam
melaksanakan fungsi dan tugasnya. Namun agar teknologi informasi dapat memberikan
dukungan yang maksimal, maka panataan pola kerja organisasi tersebut merupakan prasyarat
utama. Untuk menyusun SIRS digunakan 4 pertanyaan sederhana sebagai berikut:
a.       Apa fungsi/ tugas utama dari rumah sakit? Jawaban pada umumnya
b.      Apa objek/ sasaran dari fungsi/ tugas utama rumah sakit ? Jawaban pada umumnya adalah
pasien/ penderita
c.       Dukungan operasional apa saja yang diperlukan oleh rumah sakit ?
Jawaban pada umumnya adalah tenaga kerja, keuangan dan sarana/ prasaran
d.      Sistem apa yang dibutuhkan untuk mengelola rumah sakit tersebut ?
Jawaban pada umumnya adalah manajemen rumah sakit
Berdasarkan jawaban tersebut, maka SIRS terdiri dari:
a)      Subsistem Layanan Kesehatan, yang mengelola kegiatan layanan kesehatan
b)      Subsistem Rekam Medis, yang mengelola data pasien
c)      Subsistem Personalia, yang mengelola data maupun aktivitas tenaga medis maupun tenaga
administratif rumah sakit
d)     Subsistem Keuangan, yang mengelola data-data dan transaksi keuangan
e)      Subsistem Sarana/ Prasarana, yang mengelola sarana dan prasarana yang ada di dalam
rumah sakit tersebut, termasuk peralatan medis, persediaan obat-obatan dan bahan habis pakai
lainnya
f)       Subsistem Manajemen Rumah Sakit, yang mengelola aktivitas yang ada didalam rumah
sakit tersebut, termasuk pengelolaan data untuk perencaan jangka panjang, jangka pendek,
pengambilan keputusan dan untuk layanan pihak luar. Keenam subsistem tersebut diatas
kemudian harus dijabarkan lagi ke dalam modul-modul yang sifatnya lebih spesifik. Subsistem
Layanan Kesehatan dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi:
o   Modul Rawat Jalan, yang mengelola data-data dan aktivitas layanan medis rawat jalan
o   Modul Rawat Inap, yang mengelola data-data dan aktivitas layanan medis rawat inap
o   Modul Layanan Penunjang Medis, termasuk didalamnya tindakan medis, pemeriksaan
laboratorium, dan sebagainya
2.      Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit
Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah bertumpu dalam dua hal penting
yaitu “kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS” dan “sasaran pengembangan SIRS” tersebut.
Adapun kriteria dan kebijakan yang umumnya dipergunakan dalam penyusunan spesifikasi SIRS
adalah sebagai berikut:
a)      SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional dalam
memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu
b)      SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus informasi dalam jajaran
Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu
c)      SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses perencanaan maupun
pengambilan keputusan operasional pada berbagai tingkatan
d)     SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap
usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah sakit yang telah ada maupun yang sedang
dikembangkan
e)      SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap perubahan
dan perkembangan dimasa dating
f)       Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu dengan biaya
investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan hasil dan manfaat yang berarti (rate of
return) dalam waktu yang relatif singkat
g)      SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini mungkin
h)      Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing
subsistem serta sesuai dengan kriteria dan prioritas
i)        SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan bagi petugas
yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer (user friendly)
j)        SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin perubahan,
karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan adaptasi dengan
sistem yang baru
k)      Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat terhadap
pengembangan SIRS. Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS
tersebut di atas, selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran
Jangka Pendek Pengembangan SIRS, sebagai berikut:
a.       Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan tau pengawasan
(auditable) maupun dalam hal pertanggungjawaban penggunaan dana (accountable) oleh unit-
unit yang ada di lingkungan rumah sakit
b.      Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan, akan tetapi cukup
lengkap dan terpadu
c.       Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan akan informasi
yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan data yang bersifat dinamis
d.      Meningkatkan daya guna dan hasil guna seluruh unit organisasi dengan menekan
pemborosan
e.       Terjaminnya konsistensi data
f.       Orientasi ke masa depan
g.      Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi yang telah ada
maupun sedang dikembangkan, agar dapat terus dikembangkan dengan mempertimbangkan
integrasinya
v Rancangan Global SIRS.
SIRS merupakan suatu sistem informasi yang cakupannya luas (terutama untuk rumah sakit tipe
A dan B) dan mempunyai kompleksitas yang cukup tinggi. Oleh karena itu penerapan sistem
yang dirancang harus dilakukan dengan memilih pentahapan yang sesuai dengan kondisi masing-
masing subsistem, atas dasar kriteria dan prioritas yang ditentukan.
Kesinambungan antara tahapan yang satu dengan tahapan berikutnya harus tetap terjaga. Secara
garis besar tahapan pengembangan SIRS adalah sebagai berikut:
a)      Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SIRS
b)      Penyusunan Rancangan Global SIRS
c)      Penyusunan Rancangan Detail/Rinci SIRS
d)     Pembuatan Prototipe, terutama untuk aplikasi yang sangat spesifik
e)      Implementasi, dalam arti pembuatan aplikasi, pemilihan dan pengadaan perangkat keras
maupun perangkat lunak pendukung
f)       Operasionalisasi dan Pemantapan.
Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital Information
System) memang sangat diperlukan untuk sebuah rumah sakit dalam era globalisasi, namun
untuk membangun sistem informasi yang terpadu memerlukan tenaga dan biaya yang cukup
besar. Kebutuhan akan  tenaga dan biaya yang besar tidak hanya dalam pengembangannya,
namun juga dalam pemeliharaan SIRS maupun dalam melakukan migrasi dari sistem yang lama
pada sistem yang baru. Selama manajemen rumah sakit belum menganggap bahwa informasi
adalah merupakan aset dari rumah sakit tersebut, maka kebutuhan biaya dan tenaga tersebut
diatas dirasakan sebagai  beban yang berat, bukan sebagai konsekuensi dari adanya kebutuhan
akan informasi. Kalau informasi telah menjadi aset rumah sakit, maka beban biaya untuk
pengembangan, pemeliharaan maupun migrasi SIRS sudah selayaknya masuk dalam kalkulasi
biaya layanan kesehatan yang dapat diberikan oleh rumah sakit itu. Perlu disadari sepenuhnya,
bahwa penggunaan teknologi informasi dapat  menyebabkan ketergantungan, dalam arti sekali
mengimplementasikan dan  mengoperasionalkan SIRS, maka rumah sakit tersebut selamanya
terpaksa  harus menggunakan teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena perubahan  dari
sistem yang terotomasi menjadi sistem manual merupakan kejadian yang sangat tidak
menguntungkan bagi rumah sakit tersebut.
Perangkat lunak SIRS siap pakai yang tersedia di pasaran pada saat ini sebagian besar adalah
perangkat lunak SIRS yang hanya mengelola sebagian sistem atau beberapa subsistem dari
SIRS. Untuk dapat memilih perangkat  lunak SIRS siap pakai dan perangkat keras yang akan
digunakan, maka rumah  sakit tersebut harus sudah memiliki rancang bangun (desain) SIRS yang
sesuai dengan kondisi dan situasi rumah.
2.7.2 Puskesmas
Sistem informasi kesehatan puskesmas adalah sebuah sistem informasi rekam medis yang secara
khusus dirancang untuk digunakan di Puskesmas. Puskesmas sebagai institusi pelayanan
kesehatan, memiliki kebutuhan-kebutuhan yang unik, berbeda dengan unit pelayanan kesehatan
lainnya. Simpus merekam data rekam medis pasien-pasien yang berkunjung di Puskesmas. Tidak
hanya itu, Simpus juga membantu Puskesmas dalam menyusun laporan-laporan rutin bulanan,
baik untuk keperluan internal Puskesmas, ataupun untuk pelaporan ke Dinas Kesehatan.
Dengan dikembangkannya Sistem Informasi Kesehatan Puskesmas yang dapat menyajikan
informasi secara cepat, tepat dan dapat dipercaya sehingga informasi yang disajikan puskesmas
dapat dipakai untuk pengambilan keputusan di berbagai tingkat sistem kesehatan dan berbagai
jenis manajemen kesehatan baik untuk manajemen pasien, unit dan sistem kesehatan sehingga
dapat meningkatkan mutu pelayanan Dinas Kesehatan kepada masyarakat. Dengan demikian
maka pelayanan kesehatan yang diberikan dapat lebih fokus dan spesifik untuk suatu daerah. Hal
ini akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi dari kerja puskesmas. Untuk itu perlu
ditingkatkan kevalidan data yang terdapat pada masukan input dimana hasil yang diinginkan
nantinya dapat terjamin kevalidannya sehingga keputusan yang diambil oleh para pengambil
keputusan dapat tepat pada sasaran.
Sistem informasi kesehatan puskesmas terdiri dari 7 Sub Sistem yaitu :
o   Sub Sistem Kependudukan, yang berfungsi untuk mengelola data kependudukan terdiri dari
family folder, pencatatan mutasi lahir, mutasi wafat dan mutasi pindah
o   Sub Sistem Ketenagaan, yang berfungsi untuk mengelola data ketenagaan. Data yang diolah
adalah data pribadi, anak, riwayat kepangkatan, riwayat jabatan, riwayat pendidikan, riwayat
penjenjangan, riwayat latihan teknis/fungsional, data riwayat penghargaan serta data penugasan
pegawai
o   Sub Sistem Sarana dan Prasarana, yang berfungsi mengelola data sarana dan prasarana,
seperti peralatan medis, kendaraan, gedung, tanah dan peralatan lainnya
o   Sub Sistem keuangan, yang berfungsi untuk mengelola data keuangan secara garis besar saja
yaitu mencakup besar pembiayaan menurut kegiatan dan sumber biaya
o   Sub Sistem Pelayanan Kesehatan, yang berfungsi mengelola data pelayanan kesehatan, terdiri
dari pelayanan dalam gedung yaitu sub sistem rawat jalan yang meliputi pelayanan dasar
(BP,GIGI, KIA,Imunisasi, Laboratorium) dan pelayanan puskesmas keliling, rawat inap, rekam
medis dan manajemen obat. Pelayanan luar gedung meliputi sub sistem KIA dan GIZI, Kesling
dan TTU, Pemberantasan Penyakit Menular, PKM, PSM, dan PERKESMAS
o   Sub Sistem Pelaporan, yang berfungsi untuk menyediakan laporan-laporan, meliputi laporan
SP2TP (LB1, LB2, LB3 dan LB4) dan laporan program
o   Sub Sistem Penunjang, yang menyediakan layanan penunjang sistem seperti membuat backup
dan restore data, data recovery, user list and right assignment, user shortcut, short message over
network

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi kesehatan merupakan sebuah
sarana sebagai penunjang pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Sistem
informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan
keputusan disemua jenjang, bahkan di puskesmas atau rumah sakit kecil sekalipun. Bukan hanya
data, namun juga informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan cepat yang dapat disajikan dengan
adanya sistem informasi kesehatan yang tertata dan terlaksana dengan baik.
3.2    Saran
Penggunaan terhadap sistem informasi kesehatan harus lebih disosialisasikan lagi agar tidak
hanya rumah sakit dan puskemas besar saja yang bisa menggunakan sistem informasi ini tetapi
tempat – tempat kesehatan seperti pustu, posyandu dan tempat-tempat kesehatan lainnya agar
bisa menggunakan sistem informasi ini. Agar semua jaringan data maupun informasi terkoneksi
dengan baik hingga ke pusat, sehingga data menjadi valid.

Anda mungkin juga menyukai