DP Urinalisa Dan Cairan Tubuh PDF
DP Urinalisa Dan Cairan Tubuh PDF
DIKTAT PRAKTIKUM
URINALISA DAN CAIRAN TUBUH
PROGRAM STUDI D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2020
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
……….................. ............................................................................................................... 33
……….................. .................................................................................................................35
………........... ...........................................................................................................................45
………............................. .................................................................................................57
PUSTAKA .................................................................................................................................. 71
ETIKA LABORATORIUM
KEWAJIBAN PRAKTIKAN
PERLENGKAPAN PRAKTIKAN disiapkan sebelum memasuki laboratorium
Perlengkapan di bawah ini harus disediakan dan dibawa setiap kali akan
melakukan praktikum.
▪ Laporan Sementara Paktikum (lihat di petunjuk format
sementara praktikum)
▪ Memakai jas lab, warna putih, terbuat dari bahan sederhana,
dan disarankan yang berlengan panjang.
▪ Berpakaian rapi, sopan dan bersepatu (tidak boleh pakai
sandal) dan disarankan memakai kacamata untuk keselamatan
mata Anda.
▪ Perlengkapan lainnya yang akan banyak membantu kelancaran
kerja anda, antara lain: alat tulis, korek api, lap kain, tissue,
sabun/detergen, pisau lipat, gunting kecil.
▪ Pereaksi dan peralatan yang diperlukan. Pereaksi di kiri,
peralatan di kanan, dengan cara diurut dari atas ke bawah. Bila
perlu, sertai dengan gambar rangkaian peralatan.
▪ Diagram percobaan, untuk mempermudah urutan kerja yang
akan dilakukan, dan gambaran percobaan keseluruhannya.
▪ Cara kerja dan pengamatan Merupakan singkatan prosedur
kerja yang berbentuk kalimat pendek berupa poin-poin
pengerjaan.
TATA ALIRAN KERJA DAN PENGATURAN LAB
▪ Semua praktikan pada hari pelaksanaan praktikum, menunggu
waktu masuk lab, kemudian masuk laboratorium dengan tertib
▪ Tanda waktu masuk tepat sesuai jadwal. Praktikan langsung
masuk, mengumpulkan laporan praktikum sebelumnya dan
mengisi daftar hadir/absensi, kemudian menuju meja masing-
masing.
▪ Diwajibkan mengikuti penjelasan dari pemimpin kelompok atau
asisten yang ditunjuk (sekitar 15 menit)
▪ Mengajukan bon peminjaman peralatan yang diperlukan,
misalnya termometer, buret, dll., kepada petugas di lab.
▪ Asisten akan membantu untuk mengatur permintaan keperluan
zat/pereaksi yang diperlukan untuk percobaan pada hari
tersebut.
▪ Selesai menerima penjelasan praktikum, praktikan kembali ke
meja masing-masing, dilanjutkan dengan peminjaman alat dan
pengambilan bahan-bahan kimia yang diperlukan di tempat
yang disediakan secara bergiliran. Kemudian pemasangan
peralatan, yang terlebih dahulu dibersihkan atau dikeringkan.
▪ Bekerjalah dengan tenang, cepat dan tanpa ragu-ragu.
▪ Bilamana menghadapi kesulitan atau keraguan, janganlah
segan-segan untuk menanyakan kepada asisten kelompoknya.
▪ Peralatan yang dipakai bersama dan akan diletakkan oleh
petugas pada tempat-tempat yang telah ditentukan.
▪ Baca dan pahami prosedur percobaan ketika bekerja di lab. Jika
Anda tidak mengerti, bertanyalah pada asisten atau dosen
pemimpin praktikum. Bekerja tanpa memahami akan
mengakibatkan kecelakaan fatal!!
▪ Setelah selesai percobaan laporkan dan seerahkan hasil
percobaan (sintesis), yang ditempatkan dalam botol kecil yang
bersih dan diberi label yang berisi nama, NIM, kelompok, nama
zat, beratnya dan data fisik.
▪ Buatlah laporan sementara yang di acc oleh asisen
laboratorium.
▪ Kembalikan semua alat yang dipinjam pada hari tersebut dalam
keadaan bersih dan kering, diperiksa petugas mengenai
keutuhan dan jumlahnya. Laporkan juga semua kerusakan alat
yang anda lakukan kepada petugas
▪ Campuran reaksi/zat supaya dipindahkan ke tempat/labu
kepunyaan sendiri, tutup dengan baik dan diberi
tulisan/peringatan. Jagalah dari kemungkinan tertumpah atau
terbakar.
▪ Waktu untuk pulang, bersihkanlah meja dan lantai tempat anda
bekerja sebelum anda pulang. Apabila ada percobaan yang
belum selesai dan perlu dilanjutkan hari berikutnya harus
mendapat persetujuan dosen.
▪ Setelah selesai pratikum Anda harus sudah mengecek:
- Apakah alat-alat yang dipinjam pada hari itu sudah
dikembalikan?
- Apakah tempat/meja kerja Anda (dan lantai) sudah bersih
kembali?
- Apakah laporan sementara Anda sudah di-
acc/ditandatangan oleh asisten?
- Apakah kran air dan listrik di meja Anda sudah dimatikan?
▪ Jika sudah selelsai, dipersilakan meninggalkan lab
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS, KIMIA DAN MIKROSKOPIS
SAMPEL URINE
Ket.
FK = faktor koreksi
Tk = temperatur cairan yang diukur
Tp = temperatur peneraan (tetera di urometer)
Koreksi
➢ Terhadap temperatur/suhu
Setiap urometer ditera pada suhu tertentu (lihat urometer), dan
perhatikan suhu kamar pada saat saudara bekerja dan catat.
Setiap kenaikan suhu 3oC maka pembacaan hendaknya di tambah-
kan dengan 0,001.
➢ Terhadap Pengenceran
Apabila dilakukan pengenceran maka dua angka terakhir pada saat
pembacaan hendaknya dikalikan dengan angka pengenceran.
Pengenceran tidak boleh lebih dari 3 kali.
➢ Terhadap Protein dan Glukosa
Tiap g% protein maupun glukosa yang dikandung oleh urine maka BJ
terbaca harus dikurangi dengan 0,003.
F. Nilai normal
Berat jenis urin normal antara 1,003 - 1,030.
f. Interpretasi Hasil
✓ Jika urine mengandung aseton, maka antara perbatasan
kedua lapisan akan terbentuk cincin berwarna unggu
✓ Derajat positivitasnya tergantung kepada kecepatan
terbentuknya cincin unggu tadi.
D. Interpretasi
Positif (+) : fluoresensi berwarna hijau
CATATAN
- Urobilin setelah dioksidasi akan menajdi urobilin sehingga juga
akan memberikan reaksi positif. Oleh karena itu setelah ditetesi
iodium seringkali akan tampak lebih jelas warna hijaunya.
- Untuk pemeriksaan urobilinogen tes hendaknya segera dikerjakan,
paling tidak 30 menit setelah sampling.
- Garam-garam empedu sering akan mengganggu reaksi ini.
Dengan penambahan BaCl2 maka akan terjadi endapan yang
mengabsorpsi garam ini
- Forfobilinogen juga memberikan reaksi positif
Tambahkan 2 ml khloroform lalu kocok.
Bila warna merah pindah dibagian bawah khloroform berarti urobilinogen.
Tetapi bila tetap dibagian atas berarti forfobilinogen.
Keterangan :
Silinder Eritrosit
Silinder Hialin
Asam urat
Kristal Sulfonamide
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS, KIMIA DAN MIKROSKOPIS
CAIRAN SENDI
A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Mahasiswa mampu mengetahui cara pemeriksaan cairan sendi.
2. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan cairan sendi
2. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan
cairan sendi secara makroskopis dan mikroskopis
B. Metode
Metode yang digunakan adalah metode makroskopis dan
mikroskopis.
C. Prinsip
Sampel cairan sendi di homogenkan lalu diperiksa secara
makroskopis, cairan sendi sebanyak 3 ml disentrifuge dan diambil
endapannya dan diteteskan pada objek glas dan ditutup dengan
menggunakan cover glass kemudian diamati pada mikroskop dengan
pembesaran objektif 40X.
D. Alat dan
Bahan Alat:
− Centrifuge
− Objek glass
− Cover glass
− Pipet tetes
− Mikroskop
− Tabung centrifuge
Bahan:
− Sampel cairan sendi
− pH stick
− Aquadest
− Giemsa
E. Cara Kerja
1. Alat dan bahan disiakan
2. Cairan sendi diperiksa secara mikroskopis meliputi :
a. Warna
b. pH
c. Bekuan
d. Viskositas
3. Sampel cairan sendi sebanyak 3 ml dimasukan kedalam
tabung sentrifuge.
4. Disentrifuge dengan kecepatan 1600 rpm selama 5 menit.
5. Supernatan dibuang dan diambil bagian pellet (endapan)
6. Diteteskan pada objek glass lalu ditutup dengan cover glass.
7. Diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran lensa
objektif 10X untuk mencari lapang pandang, kemudian
diganti keperbesaran objektif 40X.
8. Dibaca hasil.
A. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan none-apelt dan pandy
serta memahami cara hitung jumlah dan jenis sel pada cairan otak.
1.2 Tujuan Khusus
a. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan none-apelt dan pandy
untuk mengetahui kenaikan kadar globulin dan albumin pada
sampel LCS (Liquior Cerebro Spinalis)
b. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan cara hitung jumlah
dan jenis sel pada sampel cairan otak untuk mengetahui jumlah
sel serta dapat membedakan jenis sel mononuklear dan
polinuklear dalam cairan otak.
B. Metode
2.1 Pemeriksaan None-Apelt dan Pandy
a. Metode pemeriksaan None adalah none-apelt
b. Metode pemeriksaan Pandy adalah pandy
2.2 Pemeriksaan Hitung Jumlah dan Jenis Sel Pada Cairan Otak
Metode yang digunakan dalam menghitung jumlah dan jenis sel pada
cairan otak adalah bilik hitung/ kamar hitung Improved Neubaure.
C. Prinsip
3.1 Pemeriksaan None-Apelt
Reagen Nonne memberikan reaksi terhadap protein globulin dalam bentuk
kekeruhan yang berupa cincin. Ketebalan cincin berhubungan dengan
kadar globulin, makin tinggi kadarnya maka cincin yang terbentuk makin
tebal.
3.2 Pemeriksaan Pandy
Reagen pandy memberikan reaksi terhadap protein (albumin dan globulin)
dalam bentuk kekeruhan. Pada keadaan normal tidak terjadi kekeruhan
atau kekeruhan yang ringan seperti kabut.
3.3 Pemeriksaan Hitung Jumlah dan Jenis Sel Pada Cairan Otak
Liquor Cerebro Spinalis diencerkan dengan larutan turk pekat akan ada sel
leukosit dan sel lainnya akan lisis dan dihitung selnya dalam kamar hitung
di bawah mikroskop.
D. Alat dan Bahan
1. Test None-Apelt dan Pandy
Alat:
− Tabung kecil diameter 7 mm
− Pipet ukur 1 ml
− Ball pipet −
Pipet tetes −
Stopwatch −
Gelas arloji
Bahan
1. Reagen nonne : Larutan (NH4)2SO4 jenuh
2. R 1 : 85 g (NH4)2SO4 netral dilarutkan dalam 100 ml aquadest
dipanaskan pada suhu 90ºC, dibiarkan beberapa hari
3. Reagen Pandy
- Fenol kristal : 10 g
- Aquadest : 100 ml
- Dikocok, diinkubasi pada suhu 37ºC selama beberapa hari,
reagen harus sering dikocok
2. Pemeriksaan Hitung Jumlah dan Jenis Sel Pada
Cairan Otak
Alat
− Pipet thoma leukosit
− Kamar hitung Improved Neubauer
− Glass beaker
− Mikroskop
Bahan
− Sampel cairan otak
− Reagen larutan turk pekat (turk rosental)
− Aquadest
− Tissue
E. Cara Kerja
1. Pemeriksaan Makroskopis
No Parameter Penilaian Normal
1. Warna Tidak berwarna, Kuning muda, Tidak berwarna
Kuning, Kuning tua, Kuning
coklat, merah, hitam coklat
2. Kejernihan Jernih, agak keruh, keruh, Jernih
sangat keruh, keruh kemerahan
3. Bekuan Tidak ada bekuan, ada bekuan Tidak ada
bekuan
4. pH 7,3 atau setara dengan pH
plasma/serum
5. BJ 1.000 – 1.010 1.003 – 1.008
Hal yang perlu diperhatikan :
• Warna
Normal warna LCS tampak jernih, wujud dan viskositasnya sebanding air.
− Merah muda → perdarahan trauma akibat pungsi
− Merah tua atau coklat → perdarahan subarakhnoid akibat hemolisis
dan akan terlihat jelas sesudah disentrifuge
− Hijau atau keabu-abuan → pus
− Coklat → terbentuknya methemalbumin pada hematoma subdural
kronik
− Xanthokromia → (kekuning-kuningan) pelepasan hemoglobin dari
eritrosit yang lisis (perdarahan intraserebral/subarachnoid); juga
disebabkan oleh kadar protein tinggi (> 200 mg/dl)
• Kekeruhan
Normal → tidak ada kekeruhan atau jernih. Walaupun demikian LCS yang
jernih terdapat juga pada meningitis luetika, tabes dorsalis, poliomyelitis,
dan meningitis tuberkulosa.
Keruh → ringan seperti kabut mulai tampak jika :
–lekosit 200-500/ul3
–eritrosit > 400/ml
–mikroorganisme (bakteri, fungi, amoeba)
–aspirasi lemak epidural sewaktu dilakukan pungsi
–media kontras radiografi.
• Konsistensi bekuan
–Bekuan →banyak darah masuk
–Normal → tidak terlihat bekuan
– Bekuan → banyaknya fibrinogen yang berubah menjadi fibrin.
Disebabkan: trauma pungsi, meningitis supurativa, atau meningitis
tuberkulosa.
Jendalan sangat halus à LCS didiamkan di dalam almari es selama 12-24
jam.
2. Pemeriksaan Mikroskopis
Syarat pemeriksaan :
Dilakukan dlm waktu < 3 ’ ren b l > 3 ’ jml sel n ber ur ng y ng
disebabkan:
− Sel mengalami sitolisis
− Sel akan mengendap, shg sulit mendapat sampel yang homogen
− Sel terperangkap dalam bekuan
− Sel cepat mengalami perubahan morfologi
3. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan rutin yang dilakukan :
− penetapan protein secara kualitatif
− kadar protein
− kadar glukosa
− kadar klorida
Pemeriksaan None-Apelt
- Tabung serologi diisi dengan 1 ml larutan ammonium sulfat jenuh
- Dituang 0,5 ml LCS dengan cara pelan-pelan lewat dinding tabung
sehingga terbentuk 2 lapisan, di mana lapisan atas adalah LCS
- Diamkan selama 3 menit
- Kemudian dilihat pada perbatasan kedua lapisan dengan latar
belakang gelap
Pemeriksaan Pandy
− Gelas arloji diisi dengan 1 ml reagen Pandy
− Ditetesi dengan 1 tetes LCS
− Kemudian dilihat segera ada tidaknya kekeruhan
F. Interpretasi hasil dan Nilai Rujukan
1. Pemeriksaan None-Apelt
Negatif : tidak terbentuk cincin putih
+1 : terbentuk cincin putih sangat tipis, hanya dapat
dilihat dengan atar belakang hitam, bila dikocok
akan kembali jernih
+2 : cincin putih tampak agak jelas, bila dikocok
cairan jadi opalescent
+3 : cincin putih tampak jelas, bila dikocok jadi
keruh
+4 : cincin putih sangat jelas, bila dikocok cairan
menjadi keruh sekali
2. Pemeriksaan Pandy
Negatif : bila tidak terjadi kekeruhan (berkabut/
opalescent)
+1 : opalescent (kadar protein 50-100 mg%)
+2 : keruh (kadar protein 100-300 mg%)
+3 : sangat keruh (kadar protein 300-500 mg%)
+4 : Keruh seperti susu (kadar protein > 500 mg%)
3. Pemeriksaan Hitung Jumlah dan Jenis Sel Pada Cairan
Otak
− Hitung Jumlah Sel
A. Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami cara pemeriksaan cairan lambung.
1.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat menilai motilitas lambung, yaitu kemampuan
lambung untuk meneruskan isinya ke arah duodenum.
2. Mahasiswa dapat menilai kemampuan sekresi lambung, yaitu
HCl secara kualitatif dan kuantitatif serta enzim-enzimnya.
3. Mahasiswa dapat mendeteksi adanya unsur-unsur abnormal
seperti darah, pus, jamur, dan bakteri.
4. Mahasiswa dapat mendeteksi adanya racun-racun untuk
pemeriksaan forensik.
5. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan sitologi terhadap
sel-sel tumor.
B. Metode
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan cairan lambung
yaitu :
a. Pemeriksaan Makroskopis
b. Pemeriksaan Mikroskopis
C. Prinsip
Getah lambung merupakan cairan yang disekresi secara aktif oleh sel
mukosa lambung yang terdiri atas dua kelenjar yaitu kelenjar peptic
fundus dan kelenjar pilorik. Kelenjar peptic mensekresi pepsin, lipase, dan
HCl, sedangkan kelenjar pilorik mensekresi bahan untuk proses
fermentasi.
D. Alat dan Bahan
4.1 Alat
− Wadah sampel
− Pipet ukur
− Tabung sentrifuge
− Rak tabung
− Label
− Pipet tetes
− Centrifuge
− Objek glass
− Cover glass
− Mikroskop
4.2 Bahan
− Sampel cairan lambung
− pH stick
E. Cara Kerja
1. Alat pelindung diri digunakan dengan baik, benar dan lengkap.
2. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan
3. Dihomogenkan sampel cairan lambung yang akan diperiksa
4. Dilakukan pemeriksaan makroskopis pada sampel cairan lambung
meliputi : volume, bau, pH, warna, lender, sisa makanan, pus, dan
potongan jaringan.
5. Diambil 3 ml sampel dan dimasukkan pada tabung sentrifuge
6. Dilakukan sentrifugasi dengan kecepatan 1600 rpm selama 10
menit
7. Dibuang bagian supernatannya dan diambil sedimen pada dasar
tabung
8. Diambil 1 tetes sedimen cairan lambung yang terbentuk kemudian
diteteskan pada objek glass dan ditutup dengan cover glass
9. Dilakukan pengamatan mikroskopis dibawah mikroskop dengan
pembesaran lensa objektif 40 x
10. Diamati dibawah mikroskop adanya epitel, leukosit, eritrosit,
bakteri dan adanya butiran – butiran albumin.
F. Interpretasi Hasil
1. Makroskopis
- Volume : ≤ 7 ml
- Warna : abu – abu mutiara ( putih kerus)
- Bau : agak asam
- Lendir : tanpa lendir
- pH : Puasa ( 1,2 ± 0,2) ;
setelah makan (1,3 – 2,5)
- Sisa makanan : tanpa sisa makanan
- Pus : tanpa pus
- Potongan jaringan: tanpa potongan jaringan
2. Mikroskopis
- Epitel : tidak ada ( - )
- Eritrosit : tidak ada ( - )
- Leukosit : tidak ada ( - )
- Yeast/ jamur : tidak ada ( - )
- Bakteri : tidak ada ( - )
PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS, KIMIA DAN MIKROSKOPIS
CAIRAN SEMEN
Feses adalah sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita
makan yang dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna.Jumlah normal
produksi 100 – 200 gram/ hari. Feses terdiri dari air, makanan tidak
tercerna, sel epitel, debris, celulosa, bakteri dan bahan patologis. Jenis
makanan serta gerak peristaltik mempengaruhi bentuk, jumlah maupun
konsistensinya dengan frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai 3x
per-minggu.
Indikasi dilakukan pemeriksaan feses:
✓ Adanya diare dan konstipasi
✓ Adanya darah dalam tinja
✓ Adanya lendir dalam tinja
✓ Adanya ikterus
✓ Adanya gangguan pencernaan
✓ Kecurigaan penyakit gastrointestinal
Pemeriksaan Mikroskopis
Karena unsur - unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil
pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan
tepat, cukup diberi tanda –(negatif),(+),(++),(+++) saja.
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing,
leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua
pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa
dan telur cacing.
1. Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja
cair baru didapatkan bentuk trofozoit.
2. Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator
americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides
stercoralis dan sebagainya.
3. Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit
dalam seluruh sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa
dan peradangan didapatkan peningkatan jumlah leukosit.
Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja yang
berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan.
Untuk mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah
1 tetes asam acetat 10% pada 1 tetes emulsi feces pada
obyek glass.
4. Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum
atau anus. Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit
telah hancur. Adanya eritrosit dalam tinja selalu berarti
abnormal.
5. Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel
epitelyaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal. Sel
epitel yang berasal dari bagian proksimal jarang terlihat
karena sel inibiasanya telah rusak. Jumlah sel epitel
bertambah banyak kalau ada perangsangan atau
peradangan dinding usus bagian distal.
6. Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal
mungkin terlihat kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan
asam lemak. Kristal tripel fosfat dan kalsium oksalat
didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi,
sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak
makan lemak.Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal
Charcoat Leyden Tinja, Butir-butir amilum dan kristal
hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada ulkus
saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis.
Pada perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan
kristal hematoidin.
7. Makrofag
Sel besar berinti satu dengan daya fagositosis, dalam
sitoplasmanya sering dapat dilihat bakteri selain eritrosit,
lekosit .Bentuknya menyerupai amuba tetapi tidak bergerak.
8. Sel ragi
Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal
strukturnya ialah supaya jangan dianggap kista amoeba
9. Jamur
Pemeriksaan KOH
Pemeriksaan KOH adalah pemeriksaan tinja dengan menggunakan larutan
KOH (kalium hidroksida) untuk mendeteksi adanya jamur, sedangkan
pemeriksaan tinja rutin adalah pemeriksaan tinja yang biasa dilakukan
dengan menggunakan lugol. Untuk membedakan antara kandida dalam
keadaan normal dengan kandidiasis adalah pada kandidiasis, selain gejala
kandidiasis, dari hasil pemeriksaan dapat ditemukan bentuk pseudohifa
yang merupakan bentuk invasif dari candida pada sediaan tinja.
Pemeriksaan Kimia
1. Darah samar
Pemeriksaan kimia tinja yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap
darah samar. Tes terhadap darah samar dilakukan untuk mengetahui
adanya perdarahan kecil yang tidak dapat dinyatakan secara makroskopik
atau mikroskopik.Adanya darah dalam tinja selalau abnormal. Pada
keadaan normal tubuh kehilangan darah 0,5 – 2 ml / hari. Pada keadaan
abnormal dengan tes darah samar positif (+) tubuh kehilangan darah > 2
ml/ hari. Zat yang mengganggu pada pemeriksaan darah samar diantara
lain adalah preparat Fe, chlorofil, extract daging, senyawa merkuri,
Vitamin C dosis tinggi dan anti oxidant dapat menyebabkan hasil negatif (-
) palsu, sedangkan Lekosit, formalin, cupri oksida, jodium dan asam nitrat
dapat menyebabkan positif (+) palsu.
Macam-macam metode tes darah samar yang sering dilakukan adalah
guajac tes, orthotoluidine, orthodinisidine, benzidin tes berdasarkan
penentuan aktivitas peroksidase/ oksiperoksidase dari eritrosit (Hb)
a. Metode benzidine basa
Prinsip:
Hemoglobin sebagai peroksidase akan menguraikan H2O2 dan
mengoksidasi benzidin menjadi warna biru.
Alat & Bahan:
− Tabung reaksi dan rak tabung
− Alat pemanas
− Kristal benzidin basa
− Hidrogen peroksida (H2O2) 3% segar
− Asam cuka glasial
− Tinja yang akan diperiksa
Positif ( +) Muncul tanda merah pada kedua garis baik pada garis control
(C) maupun garis test (T)
Intensitas warna merah yang muncul pada garis T bervariasi
tergantung pada konsentrasi hemoglobin di dalam spesimen
Negatif ( - ) Muncul tanda merah pada 1 garis, yaitu pada garis control (C)
Invalid Tidak muncul garis merah pada garis control (C)
Gambar. Cara Kerja FOBT Cromatography Immunoassay
2. Urobilin
Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan
berkurang pada ikterus obstruktif, pada kasus obstruktif total
hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut
akholik.
Cara kerja:
− Taruh beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campur
dengan larutan mercurichlorida 10 % dengan volume sama
dengan volume tinja.
− Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah
menguap dan biarkan selama 6-24 jam
− Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah
3. Urobilinogen
Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan
hasil yang lebih baik jika dibandingkan terhadap tes urobilin
karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah
urobilinogen yang diekskresilkan per - 24 jam sehingga
bermakna dalam keadaan seperti anemia hemolitik dan
ikterus obstruktif.Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut
sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di
laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi
urobilin dapat dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
urobilin urin.
4. Bilirubin
Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal
karena bilirubin dalam usus akan berubah menjadi
urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi
menjadi urobilin.Reaksi mungkin menjadi positif pada diare
dan pada keadaan yang menghalangi perubahan bilirubin
menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang
dengan antibiotik yang diberikan peroral, mungkin
memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan
tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan
metode pemeriksaan Fouchet.
PUSTAKA
Kaplan LA, Pesce AJ. 1996. Clinical Chemistry, Theory, Analysis, and
Correlation. 3th Edition. St. Louis : Mosby Inc.
Oka TG. 1998. Penuntun Praktikum Patologi Klinik. Bagian Patologi Klinik
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Denpasar