Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HISTEREKTOMI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas

Disusun oleh:

Gerald Betharayoga Gerliandi 220110170138

Istikomah 220110170139

Khalishah Salsabila 220110170140

Rosdiana Sari 220110170141

Aliffa Azwadina 220110170142

Elda Regita Dewi 220110170143

Salma Nadia Hanifa 220110170144

Diani Fahanshah 220110170145

Ira Andriani 220110170148

Clarabelle Puspitadewi Kuncoro 220110170149

UNIVERSITAS PADJAJARAN

JATINANGOR

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
BAB 1.........................................................................................................................................................3
Pendahuluan..............................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................3
1.3 Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
Isi................................................................................................................................................................5
2.1 Definisi........................................................................................................................................5
2.2 Indikasi dan Kontraindikasi.....................................................................................................5
2.3 Komplikasi dan Efek Samping.................................................................................................6
2.4 Tipe-Tipe Histerektomi.............................................................................................................7
2.5 Diagnosa yang Mungkin Muncul..............................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................................12
Penutup....................................................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan..............................................................................................................................12
3.2 Saran.........................................................................................................................................12
BAB 1

Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Histerektomi adalah suatu tindakan pengangkatan uterus dengan cara


pembedahan. Tindakan histerektomi ini dilakukan karena beberapa indikasi seperti tumor
rahim, pendarahan yang berlebihan, kanker dan lain-lain. Histerektomi merupakan prosedur
operasi mayor yang paling sering dilakukan dalam bidang ginekologi. Pada abad 20,
histerektomi abdominal telah menjadi tindakan pilihan dengan perbandingan 3 : 1 jika
dibandingkan dengan histerektomi vaginal. Namun dengan perkembangan zaman,
histerektomi dapat dilakukan secara laparoskopik dan robotic dengan indikasi yang sama.
Sama seperti tindakan bedah lainnya, komplikasi yang berhubungan dengan histerektomi
harus bener-bener dipersiapkan sehingga ahli bedah dan pasien mengerti mengenai
keuntungan dan kerugian dari tindakan tersebut. 

Rock dan Jones III, (2008) menyatakan di beberapa negara menunjukkan angka
kejadian histerektomi yang bervariasi yaitu, di California pada tahun 2003 rata-rata 3,14 per
1000 perempuan. Negara Minnesota dari tahun 1995 sampai 2002 rata-rata 4,7 per 1000
perempuan. Negara Amerika Serikat tahun 1997 rata-rata 5,6 per 10.000. negara Indonesia
prosentase histerektomi belum diketahui secara pasti. Histerektomi banyak dialami oleh
wanita usia produktif usia wanita yang mengalami histerektomi berada dalam rentang usia
20-49 tahun. Dampak dari histerektomi perempuan yang mengalaminya yaitu pada fisik,
psikologi dan sosial. beberapa dampak tersebut akan saling memengaruhi karena dengan
histerektomi perempuan akan kehilangan rahimnya. Dampak dari histerektomi, ada yang
berdampak negatif dan ada yang berdampak positif.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi histerektomi?
2. Apa saja indikasi dan kontraindikasi histerektomi?
3. Apa saja komplikasi dan efek samping histerektomi?
4. Apa saja tipe-tipe histerektomi?
5. Apa diagnose yang mungkin muncul?
6. Bagaimana rencana asuhan keperawatan histerektomi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu histerektomi
2. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi histerektomi
3. Untuk mengetahui kompplikasi dan efek samping histerektomi
4. Untuk mengetahui apa saja tipe-tipe histerektomi
5. Untuk mengetahui diagnose apa saja yang mungkin muncul
6. Untuk mengetahui rencana asuhan keperawatan histerektomi
BAB II

Isi
2.1 Definisi

Histerektomi adalah operasi untuk mengangkat rahim wanita (juga dikenal


sebagai rahim). Rahim adalah tempat bayi tumbuh ketika seorang wanita hamil. Selama
operasi, seluruh uterus biasanya diangkat termasuk mengangkat saluran tuba dan indung
telur. Setelah histerektomi tidak akan mengalami menstruasi dan tidak dapat hamil.

2.2 Indikasi dan Kontraindikasi


Histerektomi memiliki sejumlah indikasi yang memungkinkan. Berikut ini adalah
yang paling umum, tetapi ini bukan daftar lengkap:

 Pendarahan menstruasi yang berat


 Nyeri panggul
 Prolaps uterus (histerektomi vagina)
 Keganasan ginekologis (biasanya ovarium, uterus atau serviks)
 Operasi pengurangan risiko, biasanya dalam kasus mutasi BRCA 1 atau 2, atau
sindrom Lynch.

Kontra Indikasi untuk histerektomi

1. Atelektasis
2. Luka infeksi
3. Infeksi saluran kencing
4. Tromboflebitis
5. Embolisme paru-paru.
6. Terdapat jaringan parut, inflamasi, atau perubahan endometrial pada adneksa
7. Riwayat laparotomi sebelumnya (termasuk perforasi appendix) dan abses pada
cul-de-sac Douglas karena diduga terjadi pembentukan perlekatan.
2.3 Komplikasi dan Efek Samping

a. Pendarahan Vagina

Pada pasien dengan riwayat histerektomi total, maka adanya pendarahan ini kemungkinan
disebabkan oleh iritasi pada vagina atau infeksi pada vagina. Sedangkan pada partial
histerektomi, kemungkinan pendarahan ini dapat berasal dari vagina, ataupun dari
serviks. Histerektomi partial dilakukan dengan ovarium dan serviks tetap bertahan.
Kemungkinan karena adanya pendarahan karena adanya selaput lendir dari serviks,
sehingga dengan ovarium dan hormon kewanitaan masih menjalankan fungsinya, maka
kemungkinan adanya respon menstruasi dapat menjadi pertimbangan juga. Kondisi ini
juga dapat dipicu oleh kelelahan fisik, stres yang mungkin dialami.

b. Gangguan Kandung Kemih dan Kerusakan Usus

Kejang kandung kemih Juga terjadi setelah proses histerektomi dan hal semacam ini
biasanya akan terus meningkat secara bertahap selama beberapa minggu pertama setelah
operasi.Paling sering terjadi karena langkah awal yang memerlukan diseksi untuk
memisahkan kandung kemih dari serviks anterior tidak dilakukan pada bidang avaskular
yang tepat. Kerusakan usus terjadi jika loop usus menempel pada kavum douglas,
menempel pada uterus atau adneksa. Walaupun jarang, komplikasi yang serius ini dapat
diketahui dari terciumnya bau feses atau melihat material fekal yang cair pada lapangan
operasi. Penatalaksanaan memerlukan laparotomi untuk perbaikan atau kolostomi.

c. Gejala-Gejala Menopause

Kedua ovarium diangkat maka akan segera memasuki  periode menopause tanpa
memperhatikan usia saat ini. Menopause adalah masa dimana berhentinya periode
menstruasi seorang wanita. Hal ini umumnya terjadi pada wanita sekitar usia 40-45 tahun
dengan riwayat histerektomi. Normalnya menopause terjadi ketika seorang wanita berusia
45-65 tahun. Ovarium adalah organ yang menghasilkan hormon seks perempuan
termasuk estrogen dan progestin.
Apabila dilakukan operasi pengangkatan rahim (histerektomi) tanpa pengangkatan indung
telur maka gejala menopause dini tidak akan terjadi karena indung telur masih mampu
menghasilkan hormon. Wanita yang mengalami menopause dini memiliki gejala yang
sama dengan menopause pada umumnya seperti hot flashes (perasaan hangat di seluruh
tubuh yang terutama terasa pada dada dan kepala), gangguan emosi, kekeringan pada
vagina, dan menurunnya keinginan berhubungan seksual.

Wanita yang mengalami menopause dini memiliki kejadian keropos tulang lebih besar
dari mereka yang mengalami menopause lebih lama. Kejadian ini meningkatkan angka
kejadian osteoporosis dan patah tulang. Menopause dini adalah menopause yang terjadi
sebelum usia 40 tahun.

d. Nyeri Kronis

Setelah histerektomi terjadi nyeri kronis yaitu nyeri neuropati, yang berasal dari ujung
saraf yang mengirimkan sinyal rasa sakit. Menyentuh bagian ini dapat menyebabkan rasa
sakit. Rasa sakit seperti ini dapat diobati dengan mengurangi sinyal saraf yang abnormal
yang menjadi penyebab awal.

e. Penyempitan Vagina yang Luas

Penyempitan vagina yang luas disebabkan oleh pemotongan mukosa vagina yang
berlebihan. Lebih baik keliru meninggalkan mukosa vagina terlalu banyak daripada
terlalu sedikit. Komplikasi ini memerlukan insisi lateral dan packing atau stinit vaginal,
mirip dengan rekonstruksi vagina.

2.4 Tipe-Tipe Histerektomi

a) Trans-Abdominal Hysterectomy (TAH)

Dilakukan irisan pada perut baik horizontal maupun vertikal. Cara ini biasanya
dilakukan pada mioma yang berukuran besar atau terdapat kanker pada uterus.

b) Trans-Vaginal Hysterectomy (TVH) 


Dilakukan irisan kecil pada bagian atas vagina yang akan memisahkan uterus
(mulut rahim) dan jaringan pembuluh darah lalu dikeluarkan dari vagina.
Tindakan ini biasanya dilakukan pada kasus prolapsus uteri.

Histerektomi trans-vaginal merupakan salah satu prosedur pembedahan yang


dilakukan pada kasus prolapsus uteri. Selama prosedur ini, rahim tersebut
diangkat melalui vagina. Histerektomi trans-vaginal lebih banyak disukai karena
sedikit angka mortalitas dan morbiditas yang terjadi serta memiliki keuntungan
dari pembedahan yang lainnya seperti komplikasi sedikit, durasi dirawat di rumah
sakit lebih sedikit, biaya rumah sakit lebih sedikit dari prosedur lain dan waktu
penyembuhan lebih pendek. Durasi dari operasi histerektomi transvaginal 45
menit sampai 1,5 jam, dan bisa lebih lama apabila terdapat masalah yaitu
uterusnya dalam ukuran yang sangat besar. Perlu tindakan anestesia yang tepat
untuk pembedahan histerektomi trans-vaginal.

c) Laparoscopically Assisted Vaginal Hysterectomy (LAVH) atau histerektomi


vagina dibantu laparoskop

Prosedur ini mirip dengan histerektomi vaginal, namun dibantu oleh laparoskop
untuk melihat uterus dan jaringan di sekitarnya. Irisannya dilakukan di perut
untuk memasukkan laparoskop.

2.5 Diagnosa yang Mungkin Muncul


1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
3. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan kekhawatiran tentang
ketidakmampuan memiliki anak; perubahan feminitas; pengaruh pada hubungan
seksual.
2.6 Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosa NOC NIC

Nyeri akut b.d .      Manajemen Nyeri 


Setelah diberi asuhan
agen cedera a. Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan selama 1x24
fisik  komprehensif yang meliputi lokasi,
jam, pasien diharapkan
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas,
mampu mengontrol nyeri
intensitas, dan faktor pencetus.
dengan kriteria hasil :
b. Gali bersama pasien faktor-faktor yang

1. Mampu mengenali dapat mencetuskan atau meningkatkan nyeri. 


nyeri (skala, intensitas, c. Pastikan perawatan analgesik berjalan

dan tanda nyeri) baik dan dalam pengawasan ketat

2. Melaporkan nyeri d. Ajarkan penggunaan teknik non-

yang terkontrol dan farmakologi, seperti hipnosis, bimbingan


berkurang antisipatif, terapi napas dalam, terapi musik,

3. Menyatakan rasa terapi lavender, dll.


nyaman setelah nyeri
2. Observasi reaksi non verbal
berkurang
2. Kontrol lingkungan yang
4. TTV dalam keadaan
mempengaruhi nyeri
normal
2. Tingkatkan istirahat
2. Monitor TTV
2. Kolaborasi dengan dokter apabila nyeri
tidak berkurang 

Kontrol infeksi :
Risiko infeksi Setelah diberikanasuhan
a. Pastikan lingkungan tetap bersih
b.d prosedur keperawatan 2x24 jam, risiko
b. Beritahukan kepada pengunjung untuk
invasif infeksi teratasi dengan kriteria
mencuci tangan saat dan setelah berkunjung
hasil  : 
c. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
Diagnosa NOC NIC

tindakan
1. Klien bebas dari tanda
d. Gunakan sabun anti mikroba untuk
dan gejala infeksi
mencuci tangan
2. Klien mengucapkan
e. Gunakan baju, sarung tangan sebagai
secara verbal /
alat pelindung
menunjukan kemampuan
f. Berikan terapi antibiotik bila perlu
untuk mencegah
terjadinya infeksi 2.      Proteksi terhadap infeksi :
3. Jumlah leukosit dalam a. Monitor tanda dan gejala infeksi
batas normal sistemik dan lokal
4. Menunjukan perilaku b. Monitor kerentanan terhadap infeksi
hidup sehat c. Batasi pengunjung
d. Pertahankan teknik asepsis pada pasien
yang beresiko
e. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
f. Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
g. Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala
infeksi dan cara menghindarinya

Harga diri
Setelah diberikan asuhan     Berikan waktu untuk mendengarkan
rendah
keperawatan, harga diri kekhawatiran dan ketakutan klien serta
situasional b.d
rendah situasional tidak diskusikan persepsi klien mengenai perubahan
kekhawatiran
terjadi dengan kriteria hasil : diri
tentang
ketidakmampua 1. Klien mengungkapkan
2. Kaji tingkat stres emosional klien dan dorong
n memiliki anak; kekhawatirannya dan klien untuk mengatasinya dengan cara yang
perubahan menunjukkan cara
Diagnosa NOC NIC

feminitas;
yang sehat untuk tepat dan koping positif
pengaruh pada
menghadapinya
hubungan 3. Beri ruang dan lingkungan terbuka untuk klien
2. Klien menyampaikan
seksual mendiskusikan mengenai kekhawatiran
secara lisan
seksualitas
penerimaan diri dalam
situasi dan adaptasi 4. Berikan informasi yang akurat dan perkuat
terhadap perubahan informasi yang sudah diberikan
tubuh / citra diri
a. 5. Kolaborasi dengan tenaga
konseling profesional lainnya

BAB III

Penutup
3.1 Kesimpulan

Histerektomi merupakan tindakan pengangkatan uterus dengan cara pembedahan


yang bisa berdampak positif maupun negatif. Komplikasi yang berhubungan dengan
histerektomi harus bener-bener dipersiapkan sehingga ahli bedah, tenaga kesehatan dan
pasien mengerti mengenai keuntungan dan kerugian dari tindakan tersebut. 

3.2 Saran
Berdasarkan uraian di atas. Saran bagi tenaga kesehatan dan pasien yang akan
dilakukan histerektomi untuk benar-benar mempersiapkan sehingga mengetahui
keuntungan dan kerugian histerektomi .

DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T. Heather., Kamitsuru, Shigemi. 2015. NANDA International Inc. Diagnosis
Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Ed. 10. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Buthcer Howard K., Dochterman, Joanne M., Wagner, Cheryl M. 2016. Nursing Interventions
Classification (NIC), Ed. 6. Yogyakarta: Moco Media.

Moorhead, Sue., Johnson, Marion., Maas, Meridean L., Swanson, Elizabeth. 2016. Nursing
Outcomes Classification (NOC), Ed. 5. Yogyakarta: Moco Media.

Detollenaere R, Boon J, Stekelenburg J, Joanna, Vierhout M, Kluviers K, et al. 

Jaffe Richard A. Anesthesiologist’s Manual of Surgical Procedures. 5th Ed. Schmiesing C A,


Golianu Breanda. Philadelpia: Lippincott Willian & Walkins, 2014. 820p

Sacrospinous hysteropexy versus vaginal hysterectomy with suspension of the uterosacral


ligaments in women with uterine prolapse stage 2 or higher: multicentre randomisednon-
inferiority trial. BMJ. 2015:1-2

Yakasai, I A. Complication of Hysterectomy. British Journal of Science. 2013 Oktober;9(2):78-


79

Manuaba, Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, (Jakarta: EGC, 1998), hal. 26

Anda mungkin juga menyukai