Anda di halaman 1dari 9

TUGAS AKHIR TEORI SUKU BUNGA LANJUT

PRO VALUTA ASING

Disusun oleh
Kelompok H
Lucas Mangaratua 2016710039
Felix 2017710021
Devina Gabriella 6161801009
Laurentco 6161801019
Fadia Alika 6161801034
Ardelia Tjahjono 6161801037
Andrew Prestius 6161801057

PROGRAM STUDI MATEMATIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI DAN SAINS
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
2020
A. Latar Belakang
COVID-19 (Corona Virus Disease 2019) merupakan penyakit menular yang
terdeteksi pertama kali di daerah Wuhan, Cina, pada akhir tahun 2019. Namun, telah
menyebar ke seluruh dunia sejak awal tahun 2020 sehingga menyebabkan pandemi di
seluruh dunia hingga saat ini. Dampak dari COVID-19 sangatlah besar terutama di sektor
ekonomi, karena banyak negara di Eropa dan Amerika yang melakukan karantina wilayah
atau yang lebih dikenal dengan Lockdown, yang mengakibatkan kegiatan perekonomian
menjadi terhenti. Hal ini membuat perekonomian di seluruh dunia melemah yang akhirnya
dapat menyebabkan resesi global.
Terdapat sebuah perusahaan asuransi multinasional MU di Indonesia ingin
melakukan investasi di masa resesi global 2020 ini. Dengan harapan saat kondisi sudah
kembali normal perusahaan MU dapat memperoleh keuntungan yang maksimal.
Perusahaan MU akan mengalokasikan dana untuk melakukan investasi di valuta asing
yaitu Yen (JPY).

B. Dasar Teori
1. Deposito
Deposito adalah suatu produk simpanan di bank yang baik penyetoran maupun
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu. Dengan melakukan deposito
ke bank, sudah dipastikan akan mendapatkan bunga. Besarnya bunga yang didapat
bergantung pada jumlah uang/dana yang didepositokan serta periode penyimpanan
uang. Sehingga, semakin besar dan semakin lama anda menyimpan dana dalam bentuk
deposito di bank, maka semakin besar pula dana yang ditawarkan.

2. Deposito Valutas Asing (Deposito Valas)


Deposito valas memiliki konsep yang mirip dengan deposito biasa. Perbedaan
yang cukup signifikan terletak pada perbedaan jenis mata uang yang digunakan untuk
disimpan di bank. Sesuai dengan namanya, deposito valas adalah simpanan berjangka
di bank dimana mata uang yang digunakan adalah mata uang asing. Biasanya mata uang
yang tersedia di bank-bank swasta di Indonesia antara lain dalam bentuk dollar AS, dolar
Singapura, euro, dollar Australia, Poundsterling, Japanese Yen, dollar Hong Kong, Yuan
China, dan sebagainya.

Deposito valas dan deposito konvensional pada umumnya memiliki beberapa


perbedaan, diantaranya adalah:
i. Deposito valas hanya menerima deposito dalam bentuk mata uang asing
sesuai dengan ketentuan bank masing-masing).
ii. Suku bunga yang didapat dari deposito valas cenderung lebih kecil
dibandingkan dengan deposito konvensional dikarenakan suku bunga dari
deposito valas mengikuti suku bunga internasional.
iii. Dapat dimiliki oleh perseorangan maupun perusahaan dengan jangka waktu
yang lebih fleksibel.

3. Obligasi
Obligasi adalah surat utang yang dikeluarkan oleh penerbit obligasi kepada
pemegang obligasi. Pelunasan akan dilakukan pada saat jatuh tempo yang sudah
ditentukan ditambah dengan biaya kupon yang sudah dijanjikan dan dibayarkan secara
berkala. Umumnya, pembelian obligasi dimulai dari harga Rp 5 juta dan berlanjut dengan
kelipatannya, dengan jangka waktunya bervariasi, mulai dari 1 hingga 10 tahun.
Obligasi dapat dijual sebelum jatuh tempo, namun harga jual tergantung pada
market value saat itu. Saat menjual obligasi, pemegang obligasi akan dikenakan pajak
ORI (Obligasi Ritel Indonesia) sebesar 15%.

C. Rumusan Masalah
Melihat pandemi ini, perusahaan asuransi multinasional MU di Indonesia ingin
berinvestasi, dengan harapan perekonomian yang lemah di tahun ini dapat
memaksimalkan keuntungan yang akan ia dapat di tahun-tahun berikut.
Dengan keadaan sekarang, kami menyarankan perusahaan MU untuk melakukan
investasi dalam bentuk deposito JPY. Menurut data the World Bank, Jepang menduduki
peringkat ke-3 tertinggi berdasarkan GDP-nya, mewakili 4.22% dari ekonomi dunia. GDP
itu sendiri merupakan alat ukur pertumbuhan ekonomi dari suatu negara.
Dan juga, Jepang adalah negara yang memiliki surplus current account yang
besar sehingga memberikan jaminan stabilitas bagi mata uangnya. Surplus Current
Account adalah kondisi dimana suatu negara memiliki kas/simpanan uang yang positif
atau surplus. Current Account dari suatu negara menjadi patokan jumlah barang yang
diekspor dan diimpor, sehingga jika Account dari suatu negara surplus, maka dapat
dikatakan bahwa perekonomian negara tersebut sedang baik, sehingga berimbas pada
kestabilan mata uang negara tersebut.
Selain itu, mata uang Jepang diperkirakan akan semakin menguat nilainya
terhadap mata uang Indonesia (IDR) dalam 5 tahun ke depan dikarenakan dikarenakan
JPY merupakan salah satu mata uang safe haven. Mata uang safe haven adalah jenis
mata uang yang cenderung mempertahankan atau meningkatkan nilai selama masa
ketidakpastian dan ketidakstabilan pasar.
Selain itu, alasan lainnya kami memilih deposito dalam bentuk JPY adalah sebagai
berikut:
1. Perlindungan dari fluktuasi kurs rupiah
Jika dibandingkan dengan mata uang asing seperti Yen atau Dollar, mata uang
rupiah sangat labil dan mudah melemah. Jadi, dengan berinvestasi di sektor deposito
valas, khususnya JPY, akan sangat menguntungkan karena mengurangi risiko terjadinya
fluktuasi kurs rupiah.
2. Gratis biaya administrasi
Pada umumnya, Bank memberi gratis biaya administrasi kepada nasabah deposito valas,
maka jumlah dana yang diinvestasikan akan tetap utuh, sehingga keuntungannya
menjadi lebih besar.

3. Jangka waktu fleksibel


Nasabah diberikan keleluasaan dalam memilih tenor deposito sesuai dengan keinginan,
biasanya dimulai dari 1, 3, 6, 12, 24, hingga 36 bulan.

D. Asumsi
1. Obligasi
Asumsikan perusahaan MU akan berinvestasi dengan:
• Modal sebesar Rp 104,5 miliar untuk membeli SUN Fixed Rate seri FR0053 pada
15 Januari 2020
• Jatuh tempo pada 15 Juli 2021 (18 bulan)
• Kupon dibayar setiap setengah tahun dengan tingkat kupon 8,25% per tahunnya
• Pajak sebesar 5% dan tingkat inflasi sebesar 3%

2. Deposito Valas
Asumsikan perusahaan MU akan berinvestasi dengan:
• Modal sebesar Rp 104,5 miliar = ¥ 840.437.510,0531
• Kurs JPY/IDR pada tanggal 15 Jan 2020 sebesar Rp 124,32
• IDR akan menguat nilainya pada Juli 2021 terhadap JPY dengan minimum rate
Rp 142,165.
• Bunga sebesar 0,4% per tahun, pajak sebesar 20% dan tingkat inflasi sebesar 3%

E. Performansi
1. Yield Rate Obligasi
Yield rate merupakan tingkat imbal balik yang diperoleh seorang investor atas
investasinya.
Berikut perhitungan yield rate yang diperoleh perusahaan MU apabila menjual
obligasi nya pada 15 Juli 2020 seharga Rp 102,8 miliar, 15 Januari 2021 seharga Rp
99,3 miliar, dan jika ditebus pada 15 Juli 2021 seharga face value Rp 100 M:
1 − 𝑣𝑛
𝑃 = 𝑟. 𝐹. ( ) + 𝐶 . 𝑣𝑛
𝑖
1 F = Face Value
v=
1+𝑖 C = Nilai Tebus / Harga Jual
P = Harga Beli i = Tingkat Imbal Balik
r = Tingkat Kupon
Diperoleh tingkat imbal balik sebesar 4,64% jika obligasi dijual pada 15 Juli 2020,
2,96% jika dijual pada 15 Januari 2021, dan 5,1% apabila ditebus pada 15 Juli 2021.
Tingkat imbal balik yang diperoleh kemudian akan dikurangi dengan pajak pendapatan
dari obligasi dan inflasi di Indonesia:
𝑖 (1 − 𝑇 ) − 𝑟
𝑖 𝑟𝑒𝑎𝑙 =
1+𝑟
i real = i Dikurangi Pajak dan Inflasi T = Persentase Pajak
i = Tingkat Imbal Balik r = Tingkat Inflasi

Setelah mengurangi pajak dan inflasi, diperoleh i real = 1,37% apabila dijual pada
21 Juli 2020, i real = - 0,187% jika dijual pada 21 Januari 2021, dan i real = 1,79% jika
ditebus pada jatuh tempo.

2. Return rate dari deposito


Return rate adalah persentase keuntungan dari hasil investasi yang sudah
dilakukan. Untuk mencari persentase keuntungan/return rate, maka diperlukan beberapa
data. Data -data tersebut di antaranya adalah:
i. Modal awal
Perlu mengetahui modal awal investasi karena akan digunakan untuk menghitung
saldo akhir dari investasi, serta return rate dari investasi

ii. Saldo akhir setelah investasi (Accumulated Value / AV)


Saldo akhir hasil investasi digunakan untuk menghitung return rate dari investasi.

iii. Bunga
Tentunya, dengan melakukan investasi jenis ini, nasabah akan diuntungkan
dengan besarnya bunga yang didapat per periodenya, sehingga perlu mengetahui besar
bunga tiap periode tertentu.

Asumsi awal yang kelompok kami gunakan dalam perhitungan deposito valas,
adalah sebagai berikut:
● Modal awal investasi (Dalam rupiah) = Rp 104,5 miliar
● Kurs IDR/JPY 15 Januari 2020 = Rp 124,34
● Modal awal investasi (Dalam yen) = ¥ 840.437.510,0531
● Bunga = 0,4 % per tahun
● Pajak = 20%
● Inflasi = 3%

Hal penting yang perlu diingat untuk mencari return rate dari investasi deposito
adalah mengubah nilai modal awal dari yang awalnya bernilai rupiah menjadi Japanese
Yen (JPY) dikarenakan investasi yang kami gunakan adalah jenis deposito valas. Selain
itu, dalam mencari return rate, suku bunga yang kami pakai akan diubah menjadi suku
bunga real, dimana suku bunga ini sudah dikurangi dengan pajak dan inflasi, diperoleh
hasil sebagai berikut:
0,4%(1 − 20%) − 3%
𝑖 𝑟𝑒𝑎𝑙 =
1 + 3%
= - 0,02602%

Untuk menghitung saldo akhir setelah investasi (Accumulated Value), maka modal awal
dari investasi akan ditarik ke 1,5 tahun kedepan dengan pertambahan bunga real,
perhitungannya sebagai berikut:
3
𝐴𝑉 = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐴𝑤𝑎𝑙(dalam yen) x (1 + 𝑖 𝑟𝑒𝑎𝑙)2
≈ ¥ 807.850.300

Kemudian, saldo akhir investasi perlu diubah ke dalam bentuk Indonesia rupiah (IDR)
dengan mengalikannya dengan kurs saat ini, untuk menghitung presentase keuntungan
yang diperoleh dari hasil deposito:
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 = 𝐴𝑉 x 𝐾𝑢𝑟𝑠
= 807.850.300 x 124,34
= Rp 114,85 Miliar

Kemudian, akan dihitung return rate sebagai berikut:


𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛𝑅𝑎𝑡𝑒 = −1
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐴𝑤𝑎𝑙
114,85𝑀
=
104,5𝑀
= 9,904%

Artinya, presentase keuntungan dari hasil investasi deposito yang telah kelompok kami
lakukan adalah sebesar 9,904%.

3. Spot Rate
Spot rate mengukur tingkat suku bunga pada periode investasi, dikarenakan suku
bunga dapat berubah. Selanjutkan akan dicari nilai spot rate (rn) untuk periode ke-n pada
investasi obligasi FR0053. Untuk komputasi akan menggunakan bantuan aplikasi Maple.
Spot Rate yang diperoleh sebagai berikut:

𝑟1 = 4,64% 𝑟2 = 2,93% 𝑟3 = 5,21%


4. Forward Rate
Forward rate mencari tingkat suku bunga pada periode tertentu dalam masa
investasi. Akan dicari nilai dari forward rate (𝑓[𝑡,𝑠] ) untuk periode t sampai s dengan nilai
dari spot rate tahun ke-n dinotasikan dengan rn. Forward rate yang diperoleh sebagai
berikut:
𝑓[1,2] = 1,25% 𝑓[1,3] = 5,49% 𝑓[2,3] = 9,92%

5. Durasi
Durasi mengukur sensitivitas harga dari suatu obligasi atau instrumen utang
lainnya terhadap perubahan suku bunga. Pada dasarnya, harga obligasi akan semakin
sensitif terhadap perubahan suku bunga jika durasi semakin besar (mendekati lama
obligasi) dan begitu juga sebaliknya.
Digunakan durasi Macaulay untuk mengukur sensitivitas dari harga SUN Fixed
Rate FR0053 terhadap perubahan suku bunga:
∑𝑛𝑘=1 𝑘 𝑣 𝑘 𝑟𝐹 + 𝑛𝐶𝑣 𝑛
𝐷𝑚𝑎𝑐 =
𝑃

1 𝐹 = 𝐹𝑎𝑐𝑒 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒
𝑣=
1+𝑖 𝐶 = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑇𝑒𝑏𝑢𝑠/𝐽𝑢𝑎𝑙
𝑟 = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 K𝑢𝑝𝑜𝑛 𝑃 = 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑂𝑏𝑙𝑖𝑔𝑎𝑠𝑖
𝑛 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑀𝑎𝑠𝑢𝑘/𝐾𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 𝑖 = 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐼𝑚𝑏𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑙𝑖k

Diperoleh Dmac = 2,845 yang mendekati 3 (Jumlah pembayaran kupon obligasi/


jumlah kas masuk). Ini menunjukkan harga SUN Fixed Rate seri FR 0053 sangat sensitif
terhadap perubahan suku bunga.

F. Analisis Investasi
1. Terhadap Inflasi

Hubungan inflasi dan


pasar obligasi berbanding
terbalik, begitu juga hubungan
inflasi dengan keadaan kurs.
Semakin tinggi inflasi maka
harga obligasi semakin rendah
karena yield-nya ikut
melambung. Selain itu jika
inflasi tinggi berarti mata uang
suatu negara telah melemah.
Dapat dilihat dari grafik yang dilampirkan, inflasi di Indonesia melonjak dengan
sangat hebat ketika krisis moneter pada tahun 1998 dengan level hampir menyentuh
80%. Dilansir dari detikfinance, saat itu IDR/USD melemah dari Rp 2.500 menjadi sekitar
Rp 16.000. Namun pada tahun berikutnya tingkat inflasi langsung jatuh ke angka 2% dan
pada tahun-tahun berikutnya pun inflasi di Indonesia tidak melewati angka 20%. Lebih
lagi sejak 5 tahun terakhir inflasi di Indonesia terlihat cukup stabil di sekitar level 3%. Saat
ini tingkat inflasi tahun 2020 (Jan-Mar) sebesar 0.76%, dan menurut Bank Indonesia
inflasi Indonesia akan tetap stabil sepanjang 2020. Oleh karena itu, diperkirakan yield
obligasi pun akan tetap rendah.

2. Terhadap Yield Curve Obligasi


Untuk menganalisis terhadap yield curve obligasi pemerintah suatu negara,
biasanya dilihat perbandingan antara yield curve obligasi yang memiliki tenor 2 tahun dan
10 tahun. Ketika yield obligasi bertenor 2 tahun lebih tinggi daripada yang bertenor 10
tahun, maka yield curve dikatakan inverted. Karena Indonesia tidak memiliki obligasi
pemerintah yang bertenor 2 tahun maka diambil obligasi pemerintah yang bertenor 3
tahun.

Dari grafik di atas, warna hijau melambangkan obligasi pemerintah Indonesia


bertenor 10 tahun, warna merah melambangkan obligasi pemerintah Indonesia bertenor
2 tahun, warna biru melambangkan obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun dan
warna ungu melambangkan obligasi pemerintah Jepang bertenor 2 tahun.
Dapat dilihat bahwa yield curve obligasi pemerintah di Indonesia maupun Jepang
tidak inverted. Menurut Forbes, inverted yield curve telah meramalkan masa resesi
sebanyak 11 kali dari 11 resesi yang telah terjadi di Amerika Serikat.
Tentu inverted yield curve bukanlah satu-satunya indikator suatu negara akan
memasuki masa resesi, namun inverted yield curve adalah salah satu indikator yang
paling konsisten. Maka, dari data tersebut dapat diasumsikan bahwa Indonesia dan
Jepang tidak akan mengalami resesi untuk saat ini. Dalam hal ini,Indonesia memang
lebih rentan untuk memasuki masa resesi daripada Jepang, tapi investasi pada deposito
valas akan lebih diuntungkan jika mata uang Indonesia melemah krn JPY akan menguat
terhadap IDR.

G. Kesimpulan
Investasi adalah salah satu cara dalam mengembangkan jumlah uang atau harta
yang kita miliki saat ini. Bila diimbangi dengan target yang sesuai dan kemungkinan pasar
yang akan naik maka kita dapat memperoleh tingkat imbal balik yang cukup besar di
masa yang akan datang.
Melihat kondisi saat ini, kami menyarankan perusahaan MU untuk melakukan
investasi dalam bentuk deposito JPY, telah diberikan juga data-data yang mendukung
mengapa perusahaan MU harus melakukan investasi dalam bentuk deposito JPY
dibandingkan dalam bentuk obligasi.
Setiap investasi memiliki tingkat risikonya masing-masing, namun tingkat risiko ini
berbanding lurus dengan hasil yg diperoleh. Semakin besar risikonya maka hasil yg
diperoleh akan semakin besar pula, begitupun sebaliknya. Terlebih lg, dengan melihat
kondisi ekonomi saat ini yang sedang mengalami penurunan, investor haruslah cermat
dalam memilih investasi yang tepat untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.

H. Daftar Pustaka
https://www.akseleran.co.id/blog/pengertian-investasi-dan-cara-berinvestasi/
https://www.cermati.com/artikel/pengertian-deposito-ciri-khas-dan-cara-perhitungan-
bunganya
https://www.cnbcindonesia.com/market/20200225145341-17-140349/khawatir-corona-
ini-dia-deretan-aset-safe-haven-tercuan
https://data.worldbank.org/indicator/NY.GDP.MKTP.CD?most_recent_value_desc=true
https://www.dailyfx.com/forex/education/trading_tips/daily_trading_lesson/2018/12/13/s
afe-haven-currencies.html
https://finance.detik.com/bursa-dan-valas/d-4195716/dolar-as-sekarang-rp-14825-
waktu-krismon-1998-berapa
https://www.forbes.com/sites/leonlabrecque/2020/02/26/another-yield-curve-inversion-
symptom-of-covid-19-or-a-recession/#4771bd8326e8
https://www.fx-exchange.com/jpy/idr-exchange-rates-history.html
https://id.investing.com/rates-bonds/indonesia-10-year-bond-yield-streaming-chart
https://www.investing.com/currencies/jpy-idr
https://www.investing.com/rates-bonds/japan-10-year-bond-yield-streaming-chart
https://walletinvestor.com/forex-forecast/jpy-idr-prediction

Anda mungkin juga menyukai