Anda di halaman 1dari 14

VISI, DAN MISI SEKOLAH

A. Visi Sekolah

Setiap sekolah harus memiliki VISI. Visi adalah wawasan yang menjadi sumber arahan
bagi sekolah dan digunakan untuk memandu perumusan misi sekolah. Dengan kata lain,
visi adalah pandangan jauh ke depan kemana sekolah akan dibawa. (Dep. Pendidikan
Nasional, 2001:33). Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan sekolah, agar
sekolah yang bersangkutan dapat menjamin kelangsungan hidup dan perkembangannya.

Gambaran tersebut tentunya harus didasarkan pada landasan yuridis, yaitu undang-
undang pendidikan dan sejumlah peraturan pemerintah, khususnya tujuan pendidikan
nasional sesuai jenjang dan jenisnya sekolahnya dan juga sesuai dengan profil sekolah
yang bersangkutan. Dengan kata lain, visi sekolah harus tetap dalam koridor kebijakan
pendidikan nasional tetapi sesuai dengan kebutuhan anak dan masyarakat yang dilayani.
Tujuan pendidikan nasional sama tetapi profil sekolah khususnya potensi dan kebutuhan
masyarakat yang dilayani sekolah tidak selalu sama. Oleh karena itu dimungkinkan
sekolah memiliki visi yang tidak sama dengan sekolah lain, asalkan tidak keluar dari
koridor nasional yaitu tujuan pendidikan nasional.

Sebagai contoh, sebuah sekolah yang terletak di perkotaan, mayoritas siswanya


berasal dari keluarga mampu dan hampir seluruh lulusannya ingin melanjutkan ke
sekolah yang lebih tinggi, merumuskan visinya sebagai berikut:
”UNGGUL DALAM PRESTASI BERDASARKAN IMTAQ” (Dep. Pendidikan Nasional,
2001:33). Sementara itu sekolah yang terletak di daerah pedesaan yang umumnya tidak
lebih maju dari pada sekolah di perkotaan, merumuskan visinya sebagai berikut:
”TERDIDIK BERDASARKAN IMTAQ”

Kedua visi sama-sama benar sepanjang masih di dalam koridor tujuan pendidikan
nasional. Tentu saja, rumusan visi harus disesuaikan dengan tujuan dari setiap jenjang
dan jenis sekolah.

Visi pada umumnya dirumuskan dalam kalimat filosofis seperti contoh tersebut,
seringkali memiliki aneka tafsir. Setiap orang menafsirkan berbeda-beda, sehingga dapat
menimbulkan pertentangan dalam implementasinya. Bahkan jika terjadi penggantian
kepala sekolah, maka kepala sekolah yang baru tidak jarang memberi tafsir yang berbeda
dengan kepala sekolah sebelumnya. Oleh karena itu, sebaiknya diberikan indikator
sebagai penjelasan apa yang dimasudkan oleh VISI tersebut. Sebagai contoh, visi yang
dituliskan UNGGUL DALAM PRESTASI BERDASARKAN IMAN DAN TAQWA, diberi
indikator sebagai berikut:
 unggul dalam perolehan NEM,
 unggul dalam persaingan melanjutkan ke jenjang pendidikan di atasnya,
 unggul dalam lomba karya ilmiah remaja,
 unggul dalam lomba kreativitas,
 unggul dalam olah raga,
 unggul dalam disiplin,
 unggul dalam aktivitas keagamaan, dan
 unggul dalam sosial. (Dep.Pendidikan Nasional, 2001:34).
1. Cara Membuat Visi

Pada kenyataannya ada kepala sekolah yang berhasil memimpin sekolahnya—guru-


guru, murid, dan staf sekolah, mengapa? Sebabnya ialah mereka mempunyai visi yang
jelas dalam hidupnya. Visi telah memberikan arah ke mana hendak pergi atau apa yang
menjadi tujuan mereka. Akibatnya, mereka tahu persis yang diinginkan. Mereka setia
dengan visinya dan tidak pernah berhenti untuk mewujudkan mimpinya. Kekuatan
apakah yang sebenarnya berada di balik visi sehingga visi dapat menjadi sedemikian
dahsyat mempengaruhi seseorang atau organisasi? Jawabnya adalah karena visi
merupakan keadaan di masa depan yang ingin dicapai. Jadi, semakin jelas suatu visi,
semakin mudah menyusun peta jalannya (road map). Semakin jelas peta yang harus
dijalani, semakin mudah pula mengukur tingkat keberhasilan- nya dan semakin tinggi
tingkat pencapaiannya. Dengan memiliki visi, berarti sekolah telah memiliki gambaran
yang semakin jelas tentang keadaan sekolah yang diinginkan 10 sampai 25 tahun yang
akan datang. Dengan visi yang jelas, akan memudahkan warga sekolah menetapkan
cara-cara dan kegiatan-kegiatan untuk mencapainya. Cara-cara untuk mencapai visi
disebut misi. Berikut ini dikemukakan cara membuat visi yang baik beserta cara
menilainya. Visi yang baik memiliki kriteria sebagai berikut: (Husaini Usman, 2010:624-
626).

a) Mudah diingat.
b) Singkat, maksimal delapan kata.
c) Menarik perhatian bagi warga sekolah dan stakeholders sekolah.
d) Memberi inspirasi menantang untuk mencapai prestasi di masa yang akan datang.
e) Berfungsi sebagai titik temu dengan stakeholders.
f) Menyatakan esensi yang jelas menantang yang seharusnya bagi sekolah.
g) Memungkinkan fleksibilitas dan keluwesan dalam pelaksanaannya
h) Terkait dengan visi dinas pendidikan setempat yang lebih tinggi.

2. Cara Menilai Visi

Untuk mengevaluasi kecukupan pengungkapan atas visi sekolah yang baik dapat
digunakan daftar simak berikut.

Evaluasi Visi Sekolah

No Uraian Ya Tidak
1 Apakah rumusan visi mudah diingat?
2 Apakah rumusan visi singkat (kurang dari 8 kata?
3 Apakah rumusan menarik bagi anggota organisasi intern dan
stakeholders?
4 Apakah rumusan visi memberikan inspirasi menantang bagi
pencapaian prestasi di masa yang akan datang?
5 Apakah rumusan visi berfungsi sebagai titik temu dengan
stakeholders?
6 Apakah rumusan visi menyatakan esensi organisasi yang jelas?
7 Apakah rumusan visi memungkinkan fleksibilitas dan kreativitas?
8 Apakah rumusan visi terkait dengan visi yang lebih tinggi
(misalnya visi Renstra Pendidikan Kabupaten/Kota)?
3. Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah

Kepemimpinan yang kuat berarti kepemimpinan yang mampu menyejahterakan bukan


menyengsarakan bawahannya, mampu memberdayakan bawahannya bukan
memperdayakan bawahannya, pandai merasakan bukan merasa pandai (selalu
menggurui) bawahannya.Kepemimpinan yang kuat adalah kepemimpinan yang memiliki
visi (vision) yang jelas dalam arti yang sebenarnya maupun arti singkatan. VISION dalam
arti singkatan adalah setiap pemimpin harus memiliki Vision (visi), Inspiration (memberi
ilham), Strategy orientation (orientasi jangka pajang), Integrity (integritas), Organizational
sophisticated (memahami dan berorganisasi yang canggih), dan Nurturing (memelihara
keseimbangan, keharmonisan antara tujuan sekolah dengan tujuan individu warga
sekolah atau peka terhadap tujuan individu bawahannya (GUTRIE & REED, 1991).

4. Pentingnya Visi

Pentingnya visi bagi bagi setiap organisasi digambarkan oleh MANNING & CURTIS
(2003)—(Husaini Usman, 2010:627) seperti berikut ini.

Gambar Pentingnya Visi


SD = SUMBER DAYA
AP = ANGGARAN PENDIDIKAN

C. Misi

Misi adalah tindakan untuk mewujudkan/merealisasikan visi tersebut. Karena visi harus
mengakomodasi semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah, maka misi
dapat juga diartikan sebagai tindakan untuk memenuhi kepentingan masing-masing
kelompok yang terkait dengan sekolah. Dalam merumuskan misi harus
mempertimbangkan tugas pokok sekolah dan kelompok-kelompok kepentingan yang
terkait dengan sekolah. Dengan kata lain, misi adalah bentuk pelayanan untuk memenuhi
tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai indikatornya.

Misalnya, sebuah sekolah yang memiliki visi UNGGUL DALAM PRESTASI


BERDASARKAN IMTAQ merumuskan misinya sebagai berikut:
 Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa
berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki.
 Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga
sekolah.
 Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga
dapat dikembangkan secara optimal.
 Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga budaya
bangsa sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
 Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah
dan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah (stakeholders).

1. Tujuan Misi

Berdasarkan visi dan misi, selanjutnya sekolah merumuskan tujuan. Tujuan


merupakan ”apa” yang akan dicapai/dihasilkan oleh sekolah yang bersangkutan dan
”kapan” tujuan akan dicapai. Jika visi dan misi terkait dengan jangka waktu yang panjang
maka tujuan dikaitkan dengan jangka waktu 3-5 tahun. Dengan demikin tujuan pada
dasarnya merupakan tahapan wujud sekolah menuju visi yang telah dicanangkan.

Jika visi merupakan gambaran sekolah di masa depan secara utuh (ideal), maka
tujuan yang ingin dicapai dalam jangka waktu 3 tahun mungkin belum se ideal visi atau
belum selengkap visi. Dengan kata lain, tujuan terwujud sebagian dari visi. Sebagai
contoh, sebuah sekolah telah menetapkan visi dengan indikator sebanyak 9 aspek, tetapi
tujuannya sampai tahun 2004 baru mencakup 5 aspek sebagai berikut:
 Pada tahun 2004, rata-rata nilai ebtanas murni (NEM) mencapai minimal 6,75
 Pada tahun 2004, proporsi lulusan yang melanjutkan ke sekolah unggul minimal
40%
 Pada tahun 2004, memiliki kelompok karya ilmiah remaja (KIR) dan mampu
menjadi finalis lomba karya ilmiah remaja (LKIR) TINGKAT NASIONAL.
 Pada tahun 2004, memiliki tim olah raga minimal 3 cabang dan mampu menjadi
tingkat propinsi.
 Pada tahun 2004, memiliki tim kesenian yang mampu tampil pada acara setingkat
kabupaten/kota.

2. Cara Membuat Misi

MISI adalah cara-cara untuk mewujudkan visi. Untuk membuat misi dapat menggunakan
prinsip dengan menggunakan singkatan ACHIEVE (West Burnham, 1997) dalam Husaini
Usman, 2010:626) yaitu:
Attendance : semuanya harus hadir mendiskusikan dan menyepakati tujuan bersama
yang ingin dicapai dengan penuh kebulatan tekat.

Committment : semua warga sekolah merasa terpanggil untuk mengabdi dalam


mencapai tujuan sekolah.

Homework : tujuan menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh warga
sekolah.

Improve : tujuan harus merupakan upaya peningkatan ke arah yang lebih


baik sebelumnya.
Efford : tujuan harus diusahakan (ada tindakan nyata), bukan hanya dibicarakan
di atas kertas. Tujuan perlu bukti bukan janji.

Value : tujuan memiliki nilai-nilai yang disepakati bersama.

Everyone : setiap orang bertanggung jawab mencapai tujuan sekolah secara


sinergi sesuai dengan tugasnya masing-masing.

3. Evaluasi Misi Sekolah

Untuk mengecek kecukupan pengungkapan misi sekolah yang baik dapat digunakan
daftar simak berikut.

Evaluasi Misi Sekolah


No Uraian Ya Tidak
1 Apakah pernyataan misi mudah diingat?
2 Apakah pernyataan misi sesuai mandat yang diperoleh instansi?
Atau tugas pokok dan fungsinya?
3 Apakah pernyataan misi sesuai dengan visi sekolah?
4 Apakah pernyataan misi terkai dengan Dinas Pendidikan
setempat?
5 Apakah pernyataan misi terkait dengan Sisdiknas yang dijalankan
sekolah?
6 Apakah pernyataan misi cukup sederhana, jelas, dan tidak
bermakna ganda (dwi makna)?
7 Apakah pernyataan misi cukup dapat menjelaskan mengapa
organisasi sekolah ini ada?

Tujuan sekolah ialah sesuatu yang ingin dicapai sekolah dalam empat tahun atau lima
tahun yang akan datang. Tujuan adalah penjabaran dari misi sekolah. Tujuan yang dibuat
masih bersifat umum dan harus dapat dijabarkan lagi menjadi sasaran.
Untuk mengevaluasi kelengkapan pengungkapan atas tujuan sekolah yang baik
dapat digunakan daftar simak sebagai berikut.

Evaluasi Tujuan Sekolah

No Uraian Ya Tidak
1 Apakah rumusan tujuan telah dilakukan secara jelas?
2 Apakah penetapan tujuan mempertimbangkan faktor internal
sekolah?
3 Apakah rusan tujuan mempertimbangkan faktor eksternal
sekolah?
4 Apakah penetapan tujuan terkait dengan pelaksanaan misi
sekolah?
5 Apakah rumusan tujuan sekolah telah mempertimbangkan
nilai-nilai yang dianut organisasi sekolah?
6 Apakah rumusan tujuan sekolah telah mempertimbangkan
faktor-faktor kritis yang mempengaruhi keberhasilan
organisasi sekolah?
7 Apakah penetapan tujuan sekolah tidak bertentangan dengan
visi Dinas Pendidikan setempat?
Sasaran sekolah ialah sesuatu yang ingin dicapai sekolah dalam waktu maksimal satu
tahun. Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan. Sasaran yang baik mempunyai
kriteria SMART, yaitu Specific (khas), Measurable (dapat diukur), Attainable (dapat
memberikan manfaat), Realistic (dapat diwujudkan), dan Time bounding (ada batasan
waktu mulai dan selesai).

Untuk mengevaluasi kelengkapan pengungkapan atas sasaran sekolah yang baik


dapat digunakan daftar simak berikut.

Evaluasi Sasaran Sekolah

No Uraian Ya Tidak
1 Apakah sasaran sekolah telah dapat dirumuskan secara jelas?
2 Apakah sasaran sekolah telah terstruktur dengan baik?
3 Apakah sasaran sekolah menggambarkan hasil?
4 Apakah sasaran sekolah yang ditetapkan merupakan
penjabaran dari tujuan yang mempunyai kaitan dengan
tujuan?
5 Apakah sasaran sekolah yang dirumuskan, jelas waktu
pencapaiannya?
6 Apakah sasaran sekolah yang ditetapkan tidak mengandung
tujuan antara?
7 Apakah sasaran sekolah yang ditetapkan dapat dirinci
pencapaiannya setiap tahun?

Sasaran yang baik dapat pula dinilai dengan kriteria SMART berikut.
1. Apakah sasaran itu sudah khas (Specific)?
2. Apakah sasaran itu dapat diukur (Measurable)?
3. Apakah sasaran itu akan bermanfaat (Attainable)?
4. Apakah sasaran itu dapat diwujudkan (Realistic)?
5. Apakah sasaran itu mempunyai batasan waktu kapan mulai dan selesainya (Time
bounding)?

Indikator bahwa MBS sudah berhasil di sekolah adalah ditunjuk oleh empat hal, yaitu:
(1) adanya kemandirian sekolah/madrasah yang kuat, (2) adanya kemitraan
sekolah/madrasah yang efektif, (3) adanya partisipasi yang kuat dari masyarakat, (4)
adanya keterbukaan yang bertanggung jawab dan meluas dari pihak sekolah-
masyarakat, dan (5) adanya akuntabilitas yang dapat dipertanggungjawabkan oleh
sekolah/madrasah. Peningkatan mutu tanpa akuntabilitas adalah retorika. Sebaliknya,
akuntabilitas tanpa peningkatan mutu adalah perbuatan yang sia-sia belaka (Husaini
Usman, 2010:629).

4. Sasaran/Tujuan Situasional

Setelah tujuan sekolah (tujuan jangka menengah) dirumuskan, maka langkah


selanjutnya adalah menetapkan sasaran/target/tujuan situasional/tujuan jangka
pendek. Sasaran adalah penjabaran tujuan, yaitu sesuatu yang akan dihasilkan/dicapai
oleh sekolah dalam jangka waktu lebih singkat dibandingkan dengan tujuan sekolah.
Rumusan sasaran harus selalu mengandung peningkatan, baik peningkatan kualitas,
keefektifan, produktivitas, maupun efisiensi (bisa salah satu atau kombinasi). Agar
sasaran dapat dicapai dengan efektif, maka sasaran harus dibuat spesifik, terukur, jelas
kriterianya, dan disertai dengan indikator-indikator yang rinci. Meskipun sasaran
bersumber dari tujuan, namum dalam penentuan sasaran yang mana dan berapa besar-
kecilnya sasaran, tetap harus didasarkan atas tantangan nyata yang dihadapi oleh
sekolah.

Berdasarkan tantangan nyata adalah selisih (ketidaksesuaian) antara output sekolah


saat ini dan output sekolah yang diharapkan di masa yang akan datang (tujuan sekolah).
Besar kecilnya ketidaksesuaian antara output sekolah saat ini (kenyataan) dengan output
sekolah yang diharapkan (idealnya) di masa yang akan datang memberitahukan besar
kecilnya tantangan. Contoh tantangan kualitas: rata-rata output sekolah saat ini (misal,
NEM) adalah 40 dan output sekolah yang diharapkan di masa datang adalah 45, maka
besarnya tantangan adalah 5, yaitu 45-40. Misalnya lagi, juara lomba karya ilmiah remaja
sekolah saat ini berperingkat nomor 4 se kabupaten dan yang diharapkan akan meningkat
menjadi peringkat nomor 1, maka besarnya tantangan adalah 1-4=-3 kurang 3. Contoh
tantangan keefektifan: dari 300 siswa yang ikut EBTANAS, yang lulus 270 siswa,
sehingga tantangannya adalah 30 siswa atau 10% yaitu berasal dari 30 siswa dibagi 300
siswa.

Output sekolah saat ini dapat dengan mudah diidentifikasi, karena tersedia datanya.
Akan tetapi bagaimanakah caranya untuk mengidentifikasi output sekolah yang
diharapkan, sehingga output yang diharapkan tersebut cukup realistis? Caranya, perlu
dilakukan analisis perkiraan (”forecasting”) lengkap dengan asumsi-asumsinya untuk
menemukan kecenderungan-kecenderungan) yang diharapkan di masa depan.

Pada umumnya, tantangan sekolah bersumber dari output sekolah yang dapat
dikategorikan menjadi empat, yaitu (a) kualitas (quality), (b) produktivitas
(productivity), (c) keefektifan (effectiveness)—tidak dapat diterjemahkan menjadi
efetivitas karena dalam bahasa Inggris tidak ada kata EFFECTIVITY),--- dan (d)
efisiensi, (Husaini Usman, 2010:vii); Dep. Pendidikan Nasional (2001:30-31).

Kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa, yang
menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan atau yang
tersirat. Dalam konteks pendidikan, kualitas yang dimaksud adalah kualitas output
sekolah yang bersifat akademik (misal: NEM dan LKIR), dan non-akademik (misal: olah
raga dan kesenian). Mutu output sekolah dipengaruhi oleh tingkat kesiapan input dan
proses persekolahan.

Produktivitas (productivity) adalah perbandingan antara output sekolah dibanding


input sekolah. Baik output maupun input sekolah adalah dalam bentuk kuantitas.
Kuantitas input sekolah, misalnya: jumlah guru, modal sekolah, bahan, dan energi.
Kuantitas output sekolah, misalnya jumlah siswa yang lulus sekolah setiap setiap
tahunnya. Contoh produktivitas, misalnya, jika tahun 2011 sebuah sekolah lebih banyak
meluluskan siswanya dari pada tahun sebelumnya (2010) dengan instrumental input yang
sama (jumlah guru, fasilitas, dsb.), maka dapat dikatakan bahwa tahun ini (2011) sekolah
tersebut lebih produktif dari pada tahun sebelumnya (2010).
Keefektifan artinya sama dengan berhasil guna (Effectiveness) adalah ukuran yang
menyatakan sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai. Dalam
bentuk persamaan, sama dengan hasil nyata dibagi dengan hasil yang diharapkan.
Misalnya, NEM idealnya berjumlah 60, namun NEM yang diperoleh siswa hanya 45,
maka keefektifannya adalah 45:60 = 75%.

Efisiensi artinya sama dengan tepatguna, berdaya guna (Efficiency)—dapat


diklasifikasikan menjadi dua yaitu efisiensi internal dan efisiensi eksternal. EFISIENSI
INTERNAL menunjuk kepada hubungan antara output sekolah (pencapaian prestasi
belajar) dan input (sumberdaya) yang digunakan untuk memproses/menghasilkan output
sekolah. Efisiensi internal sekolah biasanya diukur den’gan biaya-keefektifan. Setiap
penilaian biaya-keefetifan selalu memerlukan dua hal, yaitu penilaian ekonomik untuk
mengukur biaya masukan (input) dan penilaian hasil pembelajaran (prestasi belajar, lama
belajar, angka putus sekolah). Misalnya, jika dengan biaya yang sama, tetapi NEM Tahun
ini lebih baik dari pada tahun lalu, maka dapat dikatakan bahwa tahun ini sekolah yang
bersangkutan lebih efisien secara internal dari pada tahun lalu. EFISIENSI EKSTERNAL
adalah hubungan antara biaya yang digunakan untuk menghasilkan tamatan dan
keuntungan kumulatif (individual, sosial, dan ekonomik) yang didapat setelah pada kurun
waktu yang panjang di luar sekolah. Analisis biaya-manfaat merupakan alat utama untuk
mengukur efisiensi eksternal. Misalnya, dua sekolah SMA 1 dan SMA 2 dengan
menggunakan biaya yang sama setiap tahunnya. Akan tetapi, lulusan SMA 1
mendapatkan upah lebih besar dari pada lulusan SMA 2 setelah mereka bekerja. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa SMA1 lebih efisien secara eksternal dari pada SMA 2.

5. Mengidentifikasi Fungsi-Fungsi yang diperlukan untuk Mencapai


Sasaran

Setelah sasaran dipilih, maka langkah berikutnya adalah mengidentifikasi fungsi-


fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran dan yang perlu diteliti tingkat
kesiapannya. Fungsi-fungsi yang dimaksud, misalnya, fungsi proses belajar mengajar
beserta fungsi pendukungnya yaitu fungsi pengembangan kurikulum, fungsi perencanaan
dan evaluasi, fungsi ketenagaan, fungsi keuangan, fungsi pelayanan kesiswaan, fungsi
pengembangan iklim akademik sekolah, fungsi hubungan sekolah-masyarakat, dan
fungsi pengembangan fasilitas.

6. Cara Membuat Analisis SWOT

FREDDY RANGKUTI (2008:19-20), ”Penelitian menunjukkan bahwa kinerja


perusahaan--(lembaga sekolah)—dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan
eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT
adalah singkatan dari lingkungan internal STRENGSHS dan WEAKNESS (KEKUATAN
dan KELEMAHAN) serta lingkungan eksternal OPPORTUNITIES dan THREATS
(PELUANG dan ANCAMAN) yang dihadapi lembaga sekolah. Analisis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal Peluang (opportunities) dan Ancaman (threats)
dengan faktor internal Kekuatan (strengths) dan Kelemahan (weakness).

SWOT (STRENGSHS, WEAKNESS, OPPORTUNITY(IES), THREATS) atau


KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG, dan ANCAMAN (KKPA), untuk jelasnya lihat
diagram berikut.
DIAGRAM ANALISIS KKPA (SWOT)

ANALISIS KKPA
(ANALISIS SWOT)

EKSTERNAL

BERBAGAI PELUANG
(OPPORTUNITIES)

(3) (1)
MENDUKUNG MENDUKUNG
STRATEGI PERUBAHAN STRATEGI AGRESIF

KELEMAHAN KEKUATAN
(WEAKNESS) (STRENGTHS)
INTERNAL INTERNAL

(4) (2)
MENDUKUNG MENDUKUNG
STRATEGI DEFENSIF STRATEGI DIVERSIFIKASI

BERBAGAI ANCAMAN
(THREATS)

EKSTERNAL
Sumber: Diadopsi dari FREDDY Rangkuti, (2008:19).
Kuadran 1 : Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Lembaga pendidikan
(sekolah) tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat
memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam
kondisi ini adalah mendukung kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan—MBS.

Kuadran 2 : Meskipun menghadapi berbagai ancaman, lembaga pendidikan masih


memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan
adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka
panjang dengan cara strategi disversifikasi (program produk lulusan).

Kuadran 3 : Lembaga pendidikan menghadapi peluang pasar yang sangat besar,


tetapi dilain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/kelemahan
internal. Pada kondisi ini, fokus strategi lembaga adalah meminimalkan
masalah-masalah lembaga sehingga dapat merebut peluang pasar
yang lebih baik.

Kuadran 4 : Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, lembaga


tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
(Diadopsi dari Freddy Rangkuti, 2008:20).

7. Melakukan Analisis SWOT

Setelah fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran diidentifikasi,


maka langkah berikutnya adalah menentukan tingkat kesiapan setiap fungsi dan faktor-
faktornya melalui analisis SWOT (STRENGTH-KEKUATAN; WEAKNESS-
KELEMAHAN; OPPORTUNITY-PELUANG,and THREAT-ANCAMAN).

Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap
fungsi dari keseluruhan fungsi sekolah yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang
telah ditetapkan. Berhubung tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan
masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT dilakukan
terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi, baik faktor yang tergolong internal
maupun eksternal.

Tingkat kesiapan harus memadai, artinya, minimal memenuhi ukuran kesiapan yang
diperlukan untuk mencapai sasaran, yang dinyatakan sebagai: KEKUATAN (strength),
bagi faktor yang tergolong internal;
PELUANG (opportunity), bagi faktor yang tergolong eksternal. Sedangkan tingkat
kesiapan yang kurang memadai, artinya tidak memunuhi ukuran kesiapan, dinyatakan
bermakna:
KELEMAHAN (Weakness), bagi faktor yang tergolong internal; dan
ANCAMAN (Threat), bagi faktor yang tergolong eksternal. Baik kelemahan maupun
ancaman, sebagai faktor yang memiliki tingkat kesiapan kurang memadai, disebut
PERSOALAN. Untuk jelasnya, lihat tabel Analisis SWOT/Tingkat Kesiapan Fungsi dan
Faktor-faktornya berikut.

Tabel Analisis SWOT /Tingkat Kesiapan Fungsi dan Faktor-Faktornya.


Lihat Buku 1 Konsep dan Pelaksanaan, 2001:39).
Fungsi dan Faktornya Kriteria Kondisi Nyata Tingkat Kesiapan Faktor
Kesiapan Siap Tidak Siap
A Fungsi Proses Belajar
Mengajar Kekuatan Kelemahan
1. Faktor Internal a. ........ a. .......... (Strength) (Weakness)
a. ............. b. ........ b. ..........
b. ............. c. ........ c. ..........
c. .............
2. Faktor Eksternal a. ........ a. ............. Peluang Ancaman
a. .............. b. ....... b. ........... (Opportunity) (Threat)
b. .............. c. ......... c. ...........
c. .............
B Fungsi Kurikulum
1. Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
a. .............. a. .......... a. ........... (Strength) (Weakness)
b. .............. b. ......... b. ..........
c. .............. c. .......... c. ............
2. Faktor Eksternal
a. ............. a. ........... a. ......... Peluang Ancaman
b. .............. b. .......... b. ......... (Opportunity) (Threat)
c. .............. c. ........... c. ..........
C Fungsi Personalia
1. Faktor Internal Kekuatan Kelemahan
a. ............. a. ........... a. .......... (Strenght) (Weakness)
b. ............ b. ........... b. ..........
c. .............. c. ........... c. .........
2. Faktor Eksternal
a. ............. a. ......... a. ......... Peluang Ancaman
b. ............ b. .......... b. .......... (Opportunity) (Threat)
c. ............ c. ......... c. ...........
D Fungsi dst.

Contoh Analisis SWOT :

a. Tantangan
NEM rata-rata SMP 1 Kabupaten A tahun ini adalah 40, dan NEM rata-rata yang
diharapkan tahun depan adalah 42. Jadi besarnya tantangan adalah 42 – 40 = 2.

b. Sasaran
”Meningkatkan NEM rata-rata dari 40 pada tahun ini menjadi 42 pada tahun depan”.

c. Fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran


Adapun fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran dan yang masih
perlu diteliti tingkat kesiapannya adalah: fungsi proses belajar
mengajar dan fungsi-fungsi pendukungnya yaitu: fungsi ketenagaan, fungsi kurikulum,
fungsi fasilitas, fungsi keuangan, dan fungsi kesiswaan.

d. Analisis SWOT
Fungsi-fungsi yang perlu dilibatkan untuk mencapai sasaran yang telah diidentifikasi
pada butir (c) di atas, semuanya perlu diteliti/diketahui tingkat kesiapannya melalui
analisis SWOT. Contoh berikut hanya dua fungsi saja yaitu fungsi belajar mengajar
dan fungsi kurikulum. Lihat Departemen Pendidikan Nasional, Manajemen
Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah, Buku
1 Konsep dan Pelaksanaan, (2001:40-41) dan Freddy Rangkuti, 2008:18-19).

Contoh berikut hanya mengambil dua fungsi saja yaitu fungsi proses belajar mengajar
dan fungsi kurikulum.

Fungsi dan Faktornya Kriteria Kesiapan Kondisi Nyata Siap Tidak Siap
A Fungsi Proses Belajar Mengajar

1 Faktor Internal
a. Penggunaan metode mengajar a. Variasi a. Variasi V
b. Motivasi guru b. Tinggi b.Tinggi V
c. Motivasi siswa c. Tinggi c. Rendah V
d. Hubungan guru siswa d. Hangat/akrab d. Kurang akrab V
e. Waktu pelajaran e. Effektif e. Efektif V

2 Faktor Eksternal
a. Lingkungan fisik a. Tenang a. Gaduh V
b. Lingkungan sosial b. Kondusif b. Kurang kondusif V

B Fungsi Kurikulum

1. Faktor Internal
a. Dokumen kurikulum a. Ada dan lengkap a. Ada dan lengkap V
b. Standar Kompetensi b. Ada dan lengkap b. Belum ada V
setiap mata pelajaran
c. Silabus setiap mata pelajaran c. Ada dan lengkap c. Ada dan lengkap V
d.Textbook setiap mata pelajaran d. Tersedia d. Tersedia, tetapi V
tidak lengkap
e. Rencana dan Program e. Ada dan lengkap e. Ada, tetapi tidak V
pelaksanaan kurikulum lengkap
f. Rencana dan Program f. Ada dan lengkap f. Tidak ada V
evaluasi kurikulum
g. Pedoman pengembangan g. Ada dan lengkap g. Tidak ada V
kurikulum
h. Tim pengembang kurikulum h. Ada dan mampu h. Ada, kurang V
mampu

2. Faktor Eksternal
a. Kesesuaian dengan kemajuan a. Tinggi a. Rendah V
IPTEK
b. Kesesuaian dengan tuntutan b. Tinggi b. Rendah V
masyarakat
c. Kesesuaian dengan perubahan c. Tinggi c. Rendah V
nilai
d. Kesesuaian dengan karakteris- d. Tinggi d. Rendah V
tik siswa

Alternatif Langkah Pemecahan Masalah

Dari hasil analisis SWOT, maka langkah berikutnya adalah memilih langkah-langkah
pemecahan persoalan (peniadaan)—problem solving--, yakni tindakan yang
diperlukan untuk mrngubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang siap. Selama
masih ada persoalan, yang sama artinya dengan ada ketidakpastian fungsi, maka
sasaran yang telah ditetapkan tidak akan tercapai. Oleh karena itu, agar sasaran
tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan yang mengubah ketidakpastian menjadi
kesiapan fungsi. Tindakan yang dimaksud lazimnya disebut ”langkah-langkah
pemecahan persoalan”, yang hakikatnya merupakan tindakan mengatasi makna
kelemahan dan/atau ancaman, agar menjadi kekuatan dan/atau peluang, yakni
dengan memanfaatkan adanya satu atau lebih faktor yang bermakna kekuatan
dan/atau peluang.

e. Menyusun Rencana dan Program Peningkatan Mutu

Berdasarkan langkah-langkah pemecahan persoalan tersebut, sekolah bersama-


sama dengan semua unsur-unsurnya membuat rencana untuk jangka pendek,
menengah, dan panjang, beserta program-programnya untuk merealisasikan rencana
tersebut. Sekolah tidak selalu memiliki sumberdaya yang cukup untuk memenuhi
semua kebutuhan bagi pelaksanaan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah
(MPMBS), sehingga perlu dibuat skala prioritas untuk jangka pendek, menengah, dan
panjang (mikro, messo, dan makro).

Rencana yang dibuat harus menjelaskan secara detail dan lugas tentang: aspek-
aspek yang ingin dicapai, kegiatan-kegiatan apa yang harus dilakukan, siapa yang
harus melaksanakan, kapan dan dimana dilaksanakan, dan berapa biaya yang
diperlukan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Hal ini diperlukan untuk
memudahkan sekolah dalan menjelaskan dan memperoleh dukungan dari pemerintah
maupun dari orangtua siswa, baik secara moral maupun finansial untuk melaksanakan
rencana peningkatan mutu pendidikan tersebut.

Hal pokok yang perlu diperhatikan oleh sekolah dalam penyusunan rencana adalah
keterbukaan kepada semua pihak yang menjadi stakeholders pendidikan, khususnya
orangtua siswa dan masyarakat (BP3/Komite Sekolah) pada umumnya. Dengan cara
demikian akan diperoleh kejelasan, berapa kemampuan sekolah dan pemerintah
untuk menanggung biaya rencana ini, dan berapa sisanya yang harus ditanggung oleh
orangtua peserta didik dan masyarakat sekitar. Dengan keterbukaan rencana ini,
maka kemungkinan kesulitan memperoleh sumberdana untuk melaksanakan rencana
ini, bisa dihindari. Komite Sekolah yang anggotanya dari: orangtua siswa, wakil dari
siswa, wakil dari sekolah, wakil dari organisasi profesi, wakil dari pemerintah, dan
wakil publik.

Jika rencana adalah merupakan deskripsi hasil yang diharapkan dan digunakan
untuk keperluan penyelenggaraan kegiatan sekolah, maka program adalah alokasi
sumberdaya (sumberdaya manusia, dan sumberdaya selebihnya, misalnya, uang,
bahan, peralatan, perlengkapan, perbekalan, dsb.) kedalam kegiatan-kegiatan
menurut jadwal waktu dan menunjukkan tatalaksana yang sinkron. Dengan kata lain,
program adalah bentuk dokumen untuk menggambarkan langkah mewujudkan
sinkronisasidalam ketatalaksanaan.

Secara visual, alur berpikir pembuatan rencana dan program sekolah dapat dilihat
pada gambar berikut.
Gambar: Alur Berpikir Pembuatan Rencana dan Program Sekolah

---VI---

Anda mungkin juga menyukai