DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Winda Ayudiniar 20170302061
Novita Sari Widyastiti 20170302051
Angel Iriani P. Tidak mengerjakan
Handika Rahmat M. Tidak mengerjakan
Venia Rahmadina. Tidak mengerjakan
Yola Fitriyani. Tidak mengerjakan
KIMIA ORGANIK
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Di era saat ini telah terjadi secara pesat perkembangan ide dan teknologi , salah satu
dampaknya dapat kita lihat dari segi pengolahan makanan. Semakin banyak variasi dan
jenis-jenis teknik pengolahan makanan, hingga bahan utama yang digunakan sebagai
makanan pun sangat beragam. Beragamnya teknik pengolahan makanan tentu akan
menimbulkan efek samping atau akibat proses samping pada senyawa organik yaitu
makanan itu sendiri. Salah satu yang akan dibahas dalam makalah ini adalah kerusakan
pada senyawa organik akibat proses samping pengolahan pangan yaitu “Pengeringan
pada pembuatan keripik nanas.
Buah nanas (Ananas Comosus), merupakan tanaman herba dan memiliki tinggi
0,5-1,5 m. Nanas, memiliki buah berbentuk bulat panjang, daginya berwarna kuning
muda, lunak, dan manis. Buah nanas kaya akan karbohidrat selain itu nanas
mengandung zat gizi seperti vitamin A, vitamin C, kalsium, fosfor, magnesium, besi,
natriun, kalium, dekstrosa, sukrosa (gula tebu), serta enzim bromelin.
Pengeringan merupakan cara untuk mengurangi cairan dalam makanan dengan
pemanasan pada suhu yang tinggi. Keuntungan pada proses pengeringan yaitu salah
satunya bahan makanan tersebut akan lebih awet, sedangkan kerugiannya bahan
makanan tersebut akan terjadi perubahan-perubahan sifat fisik seperti perubahan warna,
maupun perubahan kandungan gizi.
Faktor penting untuk menghasilkan suatu produk makanan dari proses pengeringan
yaitu suhu dan lama pengeringan. Suhu yang digunakan untuk pengeringan buah
dengan oven adalah 60-80oC. Jika suhu terlalu rendah makan proses pengeringan
memakan waktu yang lebih lama sedangkan jika suhu yang terlalu lama akan
mempengaruhi pada tekstur produk yang kurang baik.
1. Memilih buah nanas yang segar, tidak terlalu matang dan tidak mentah.
2. Nanas di iris 2-3 mm, lalu irisan nenas direndam dengan larutan kapur yang
konsentrasinya 0,75%, lalu dimasukan ke dalam mesin Vacuum Frying dengan
menggunakan minyak 40 liter apabila menggunakan 4 Kg buah. Bahan tersebut
dimasukan ke dalam keranjang penggoreng dengan suhu 100 oC dan tekanan -640 –
-680 mmHg, hasil yang didapat dari penggunaan mesin Vacum keripik akan renyah
dan berwarna kuning muda, karena mesin tersebut mampu menggoreng kripik buah
pada suhu di bawah 100oC.
3. Uap air pada buah nenas ditarik dengan menggunakan mesin, sehingga walaupun
dilakukan penggorengan dibawah 100oC, keripik yang dihasilkan renyah. Untuk rasa
menggunakan menggunakan nanas madu akan lebih memiliki rasa nanas yang lebih
kuat dan enak.
3. Kadar Abu
Semakin tinggi suhu yang digunakan maka akan semakin besar air yang
menguap sehingga mengakibatkan semakin besar kadar abu yang dihasilkan. Kadar abu
difungsikan untuk mendeteksi kandungan mineral yang terdapat pada bahan makanan,.
Kadar abu yang sangat tinggi mengindikasikan bahwa telah terjadi kontaminasi bahan
oleh alat karena adanya gesekan selama proses.
BAB II
PEMBAHASAN
Digoreng
Pengeringan uap air
Pengemasan menggunakan suhu
menggunakan mesin
di bawah 100 derajat
Ardianto, Jamaluddin, & Wijaya, M. (2017). Perubahan Kadar Air Ubi Kayu Selama Pengeringan
Menggunakan Pengeringan Kabinet. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 112-116.
Tersedia pada : http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:3NzUGFE8kv4J:ojs.unm.ac.id/ptp/article/view/5471+&cd=1&hl=id&c
t=clnk&gl=id
Asmawati, & Hidayati. (2014). Pengaruh Suhu Penggoregan dan Ketebalan Irisan Buah Terhapa
Karakteristik Keripik Nanas Menggunakan Vakum. Jurnal Litbang Industri, 115-121.
Tersedia pada : https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:eIMA98Iu3VkJ:https://ejournal.unib.ac.id/index.php/agroindustri/articl
e/download/3910/pdf_9+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id
Lastriyanto, A., Yulianingsih, R., & Mega, R. (2016). Karakterisasi Kimia Keripik Manalagi Hasil
Penggorengan Vakum Dengan Menggunakan Minyak Goreng Berulang. Jurnal
Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem, 157-172. Tersedia pada :
http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:iu82A5OEvGoJ:jkptb.ub.ac.id/index.php/jkptb/article/view/375+&cd=
1&hl=id&ct=clnk&gl=id
Sugito, Hermanto, & Arfah. (2013). Pengaruh Ketebalan Irisan dan Suhu Penggorengan Hampa
(Vakum) Terhadap Karakteristik Keripik Labu Kuning (Cucurbita Moschata). Jurnal
Agroindustri, 83-97.Tersedia pada :
Tuan, K., & Setyo, W. (2008). Pengaruh Suhu dan Waktu Pemanasan Terhadap Kandungan
Vitamin C dan Kandungan Vitamin A Pada Proses Pembuatan Pasta Tomat. Jurnal
Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surbaya, 111-120. Tersedia pada :
http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/537
Tumbel, N., & Manurung, S. (2017). Pengaruh Suhu dan Waktu Penggorengan Terhadap Mutu
Keripik Nanas Menggunakan Penggorengan Vakum. Jurnal Penelitian Teknologi
Industri, 9-22. Tersedia pada : http://ejournal.kemenperin.go.id/jpti/article/view/3204
Ulfa, Z., & Hadi, W. (2017). Pengaturan Suhu dan Lama Pengeringan Dengan Metode Cabinet
Dryer Terhadap Karakteristik Manisan Kering Apel Varietas Anna. Jurnal Pangan dan
Agroindustri, 60-71. Tersedia pada :
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:pTYOD-
EnH2AJ:jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/viewFile/545/398+&cd=1&hl=id&ct
=clnk&gl=id
Wahyu, O., Hadi, W., & Mahar, J. (2017). Pengaruh Suhu dan Lama Pemasakan Terhadap
Karakteristik Lempok Labu Kuning (Waluh). Jurnal Pangan dan Agroindustri, 15-26.
Tersedia pada : http://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:SSX9Hz4FMbEJ:jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/view/537+&cd=1&
hl=id&ct=clnk&gl=id