Anda di halaman 1dari 6

J Ked Gi, Vol. 7, No.

2, April 2016: 151 - 156 ISSN 2086-0218

PERBANDINGAN DAYA ANTIBAKTERI DISINFEKTAN INSTRUMEN PREPARASI


SALURAN AKAR NATRIUM HIPOKLORIT 5,25%, GLUTARALDEHID 2%, DAN
DISINFEKTAN BERBAHAN DASAR GLUTARALDEHID TERHADAP
Bacillus subtilis

Sartika Putri Utami*, Ema Mulyawati**, Dayinah Harman Soebandi**


*Program Studi Ilmu Konservasi Gigi, Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis,
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
**Departemen Ilmu Konservasi Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRAK

Asepsis merupakan prinsip dalam dunia kedokteran gigi yang harus dijalankan pada praktek sehari-hari salah satunya
dengan melakukan disinfeksi dengan disinfektan tingkat tinggi pada instrumen endodontik. Beberapa jenis disinfektan tingkat
tinggi yang diakui adalah glutaraldehid, disinfektan berbahan dasar glutaraldehid, dan natrium hipoklorit. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui perbandingan daya antibakteri natrium hipoklorit 5,25%, glutaraldehid 2%, dan disinfektan berbahan dasar
glutaraldehid sebagai disinfektan instrumen preparasi saluran akar terhadap B. subtilis.
Penelitian ini menggunakan metode difusi agar dengan jumlah 9 cawan agar Mueller-Hinton yang diinokulasi dengan
biakan B. subtilis skala McFarland 3. Tiap cawan memiliki 3 sumuran yang masing-masing diisi dengan natrium hipoklorit 5,25%,
glutaraldehid 2%, dan disinfektan berbahan dasar glutaraldehid, kemudian diinkubasi dan diamati serta diukur zona hambatannya.
Data penelitian dianalisis dengan ANAVA satu jalur dan uji post-hoc LSD.
Hasil ANAVA satu jalur menunjukkan bahwa terdapat pengaruh berupa daya antibakteri dari disinfektan natrium hipoklorit
5,25%, glutaraldehid 2%, dan disinfektan berbahan dasar glutaraldehid sebagai disinfektan instrumen preparasi saluran akar
terhadap B. subtilis. Hasil LSD menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara natrium hipoklorit 5,25% dengan
glutaraldehid 2%, natrium hipoklorit 5,25% dengan disinfektan berbahan dasar glutaraldehid, dan glutaraldehid 2% dengan
disinfektan berbahan dasar glutaraldehid.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahan disinfektan glutaraldehid 2% memiliki daya antibakteri terkuat terhadap B. subtilis,
diikuti dengan disinfektan berbahan dasar glutaraldehid dan yang paling lemah adalah natrium hipoklorit 5,25%.

Kata Kunci : disinfektan tingkat tinggi, instrumen preparasi saluran akar, natrium hipoklorit 5,25%, glutaraldehid 2%.

ABSTRACT

Aseptic is a principle in dentistry that must be executed in daily practice by cross-infection control such as disinfection of
endodontic instruments with high-level disinfectant (HLD). Some types of recognized high-level disinfectants are glutaraldehyde,
glutaraldehyde-based disinfectant and sodium hypochlorite. The aim of this study is to compare the antibacterial potential of 5.25%
sodium hypochlorite, 2% glutaraldehyde, and glutaraldehyde-based disinfectant on B. subtilis.
Agar diffusion method was used in this study with 9 plate of Mueller-Hinton agar which was inoculated with B. subtilis
culture McFarland scale 3. Three wells were made in each plate and each of the well was filled with a high-level disinfectant, which
were 5.25% sodium hypochlorite, 2% glutaraldehyde, and glutaraldehyde-based disinfectant, then incubated and observed and
measured its zone of inhibition. Data were analyzed with one-way ANOVA and post-hoc LSD test.
One-way ANOVA result showed that 5,25% sodium hypochlorite, 2% glutaraldehyde, and glutaraldehyde-based disinfectant
were influential as root canal preparation instruments disinfectants against B. subtilis. LSD test result showed that there were
significant differences between 5.25% sodium hypochlorite and 2% glutaraldehyde, 5.25% sodium hypochlorite with glutaraldehyde-
based disinfectant; between glutaraldehyde 2% with glutaraldehyde-based disinfectant.
The study concluded that 2% glutaraldehyde had the strongest antibacterial potential against B. subtilis, followed by
glutaraldehyde-based disinfectant, and the weakest is 5.25% sodium hypochlorite.

Keywords : high-level disinfectant (HLD), root canal preparation instruments disinfectant, sodium hypochlorite 5.25%, glutaraldehyde
2%, glutaraldehyde-based disinfectant.

PENDAHULUAN hadapi oleh praktisi kedokteran gigi saat ini untuk


mencegah penularan penyakit melalui rongga
Asepsis merupakan prinsip dalam dunia mulut1. Salah satu tindakan pencegahan infeksi
kedokteran gigi yang harus dijalankan pada silang tersebut adalah melakukan sterilisasi in-
praktek sehari-hari dan salah satu caranya ada- strumen endodontik ketika instrumen tersebut
lah dengan kontrol infeksi silang. Kontrol infeksi digunakan berulang kali, termasuk didalamnya
silang merupakan permasalahan yang terus di- adalah file NiTi2,3.

151
Sartika Putri Utami, dkk. : Perbandingan Daya Antibakteri Disinfektan ISSN 2086-0218

Disamping memiliki sejumlah kelebihan Disinfektan lain yang dapat digunakan


dibandingkan file endodontik manual maupun selain NaOCl adalah glutaraldehid. Glutaraldehid
stainless steel, file NiTi putar juga memiliki merupakan disinfektan kuat, bersifat bakterisida,
kekurangan yaitu biaya operasional yang tinggi virusida, dan fungisida, serta bersifat non-korosif
dan menyebabkan dokter gigi sebagai penggu- sehingga dapat menjadi alternatif bahan disinfek-
nanya menggunakan alat ini tidak sekali pakai4,5. tan untuk file NiTi. Glutaraldehid yang digunakan
Menurut peraturan British Department of Health sebagai disinfektan adalah glutaraldehid alkali
Tahun 20136, para dokter gigi hendaknya mem- dengan konsentrasi 2% dan lama kontak antara
perlakukan reamer dan file endodontik sebagai 2 sampai 10 menit2,13. Glutaraldehid memiliki me-
alat dengan penggunaan sekali pakai (single-use kanisme kerja berupa bakterisida melalui proses
instrument) untuk mengurangi risiko penularan alkilasi protein membran dan inti sel11. Selain
penyakit, terlepas dari bagaimanapun desain glutaraldehid murni saat ini banyak juga dipasar-
asal pabriknya. Meskipun begitu, 54,3% dari kan berbagai macam disinfektan berbahan dasar
348 dokter gigi menggunakan satu file NiTi putar glutaraldehid dengan berbagai konsentrasi yang
untuk lebih dari sepuluh kali penggunaan dan dicampur dengan disinfektan lain sehingga men-
hanya 1,9% dokter gigi yang menggunakan satu ingkatkan efektivitas serta memperpanjang masa
file untuk satu kali penggunaan5. Oleh karena simpan disinfektan tersebut14.
tingginya angka penggunaan berulang dari file Efektivitas disinfektan tingkat tinggi dapat
NiTi maka prosedur pembersihan yang efektif diuji dengan menggunakan bakteri yang da-
harus dilakukan sebelum melanjutkan ke proses pat membentuk spora seperti Bacillus subtilis15.
sterilisasi4. Bakteri ini digunakan sebagai standar mikro-
Sejumlah penelitian telah menunjukkan organisme uji disinfektan tingkat tinggi karena
bahwa mengelap file dengan kain kasa yang sifatnya yang dapat bertahan hidup pada kondisi
telah direndam alkohol, menyikat file dibawah lingkungan yang ekstrim melalui pembentukan
aliran air, atau menggunakan alat ultrasonic bath endospora. Selain itu Environmental Protection
terbukti tidak efektif dalam membersihkan dan Agency (EPA) tahun 201416 yang merupakan
mendisinfeksi file7. Peralatan kedokteran gigi lembaga kesehatan lingkungan hidup Amerika
dengan tipe kritis seperti file jika akan digunakan Serikat juga mengatakan dalam menguji di-
kembali hanya dapat diproses ulang dengan sinfektan tingkat tinggi pada peralatan dengan
sterilisasi atau dengan disinfektan tingkat tinggi8. permukaan keras harus menggunakan B. subtilis
Disinfektan tingkat tinggi adalah bahan kimia sebagai mikroorganisme uji.
yang dapat digunakan sebagai sterilan yang Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
digunakan dalam waktu yang lebih singkat atau perbandingan daya antibakteri disinfektan instru-
bahan kimia yang dapat membunuh semua ben- men preparasi saluran akar natrium hipoklorit
tuk mikroorganisme dalam atau pada permukaan 5,25%, glutaraldehid 2%, dan disinfektan ber-
peralatan medis maupun peralatan kedokteran bahan dasar glutaraldehid sebagai disinfektan
gigi, termasuk spora dalam jumlah sedikit9. Ter- instrumen preparasi saluran akar terhadap B.
dapat beberapa jenis disinfektan tingkat tinggi subtilis.
yang diakui, diantaranya adalah glutaraldehid,
disinfektan berbahan dasar glutaraldehid, dan METODE PENELITIAN
natrium hipoklorit10.
Natrium hipoklorit (NaOCl) merupakan di- Penelitian ini adalah penelitian eksperi-
sinfektan tingkat tinggi yang mekanisme kerjanya mental laboratoris yang menggunakan metode
adalah membunuh mikroorganisme dengan difusi agar. Hal ini dilakukan untuk melihat secara
mengoksidasi ikatan peptida pada membran langsung perbandingan daya antibakteri ketiga
sel dan mendenaturasi protein11. Akan tetapi, disinfektan uji terhadap B. subtilis melalui pem-
menurut beberapa penelitian merendam file bentukan zona hambat. Semua tahap perlakuan
kedalam larutan NaOCl dengan konsentrasi pada penelitian ini dilakukan dalam Laminar Air
5,25% selama 5 menit dianggap paling efektif un- Flow untuk menghindari adanya kontaminasi
tuk disinfeksi file meskipun dapat menyebabkan mikroorganisme lain.
korosi dan pelepasan unsur nikel dari file yang Subjek penelitian yang digunakan ada-
memperbesar risiko patahnya file NiTi putar saat lah B. subtilis yang dikultur pada media agar
digunakan3,12.

152
J Ked Gi, Vol. 7, No. 2, April 2016: 151 - 156 ISSN 2086-0218

Mueller-Hinton sebanyak 9 cawan petri. Setiap disinfektan berbahan dasar glutaraldehid, dan
cawan petri dibuat 3 sumuran untuk masing- yang memiliki rerata zona hambat terendah ada-
masing disinfektan dengan jarak sama antar satu lah NaOCl 5,25% yang disajikan pada Tabel 1.
sumuran dengan lainnya. Pembuatan sumuran Uji prasyarat yang harus dipenuhi sebelum
dibantu dengan pola sumuran yang telah dibuat melakukan uji analisis statistik ANAVA adalah uji
sebelumnya dan juga dengan perforator berupa normalitas dan homogenitas. Jumlah total sam-
silinder besi berdiameter 6 mm. Setelah sumuran pel pada penelitian ini kurang dari 50 sehingga
dibuat, diberi kode pada tiap sumuran di dasar digunakan uji normalitas Shapiro-Wilk dan uji
cawan untuk menandai jenis disinfektan yang homogenitasnya menggunakan Levene’s Test.
akan dimasukkan dalam sumuran. Kode A adalah Hasil uji Shapiro-Wilk menunjukkan semua data
untuk kelompok disinfektan uji NaOCl 5,25%. terdistribusi normal (p > 0,05), sedangkan hasil
Kode B adalah untuk kelompok disinfektan uji uji Levene’s Test menunjukkan nilai signifikansi
glutaraldehid 2%, sedangkan kode C untuk sebesar 0,264 (p>0,05) yang berarti data yang
kelompok disinfektan uji disinfektan berbahan ada memiliki homogenitas variansi antar kelom-
dasar glutaraldehid. Masing-masing disinfektan pok perlakuan.
kemudian dimasukkan kedalam sumuran secara Oleh karena data yang ada berdistribusi
asepsis sebanyak 50 µl menggunakan micropi- normal dan homogen, maka analisis data statis-
pette dan microtip. Setelah itu semua subjek tik penelitian ini dapat dilanjutkan dengan uji
penelitian dimasukkan dalam inkubator 37°C parametrik menggunakan ANAVA satu jalur. Hasil
selama 24 jam. ANAVA satu jalur tertera pada Tabel 2.
Data didapatkan dengan mengukur zona Hasil uji ANAVA satu jalur menunjukkan
hambatan yang terbentuk disekeliling sumuran probabilitas p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa
setelah 24 jam. Zona hambatan berupa area terdapat pengaruh daya antibakteri dari ketiga
bening disekeliling sumuran dihitung jaraknya kelompok disinfektan instrumen preparasi salu-
dengan jangka sorong dan bantuan meja colony ran akar yaitu NaOCl 5,25%, glutaraldehid 2%,
counter serta busur derajat. Data yang didapat dan disinfektan berbahan dasar glutaraldehid
kemudian dicatat dan dilakukan analisis data terhadap B. subtilis.
menggunakan ANAVA satu jalur dan uji post- Uji statistik selanjutnya untuk mengetahui
hoc LSD. pasangan kelompok disinfektan yang memi-
liki perbedaan daya antibakteri yang bermakna
HASIL PENELITIAN antara ketiga kelompok disinfektan instrumen
preparasi saluran akar yaitu NaOCl 5,25%, glu-
Hasil penelitian menunjukkan rerata zona taraldehid 2%, dan disinfektan berbahan dasar
hambat tertinggi terdapat pada kelompok disin- glutaraldehid terhadap B. subtilis adalah uji LSD.
fektan glutaraldehid 2%, diikuti oleh kelompok

Tabel 1. Rerata dan standar deviasi daya antibakteri NaOCl 5,25%, glutaraldehid 2%, dan disinfektan
berbahan dasar glutaraldehid terhadap B. subtilis (mm)

Tabel 2. Hasil ANAVA satu jalur daya antibakteri NaOCl 5,25%, glutaraldehid 2%, dan disinfektan ber-
bahan dasar glutaraldehid terhadap B. subtilis

153
Sartika Putri Utami, dkk. : Perbandingan Daya Antibakteri Disinfektan ISSN 2086-0218

Tabel 3. Hasil nilai signifikansi (p) dan selisih rerata uji LSD daya antibakteri natrium hipoklorit 5,25%,
glutaraldehid 2%, dan disinfektan berbahan dasar glutaraldehid terhadap B. subtilis

Keterangan : *) p<0,05 = perbedaan bermakna

Hasil uji LSD yang diperoleh diperlihatkan pada sintesis DNA tertekan dan terjadi kerusakan DNA
Tabel 3. mikroorganisme19.
Meskipun secara formula glutaraldehid 2%
PEMBAHASAN dengan disinfektan berbahan dasar glutaralde-
hid berbeda, mekanisme membunuh B.subtilis
Mikroorganisme yang digunakan pada tidak jauh berbeda. Target utama dari aktivitas
penelitian ini adalah Bacillus subtilis yang antibakteri dari kedua disinfektan tersebut
termasuk dalam kategori bakteri pembentuk adalah alkilasi (penambahan gugus alkil) pada
spora. Umumnya bakteri pembentuk spora grup hidroksil, amino, karboksil, dan sulfihidril
lebih resisten terhadap disinfektan dibandingkan yang mempengaruhi sintesis RNA, DNA, serta
bakteri vegetatif meskipun terdapat pula variasi protein dari mikroorganisme14,19. Glutaraldehid
strain bakteri vegetatif yang resisten terhadap juga menyebabkan cross-linking protein serta
disinfektan. Resistensi terhadap disinfektan yang makromolekul pada lapisan terluar dari dinding
paling tinggi dimiliki oleh kista protozoa, diikuti atau membran sel mikroorganisme. Kemudian
oleh bakteri pembentuk spora, enteric virus (vi- hal ini menurunkan penyerapan nutrisi serta
rus yang menginfeksi saluran pencernaan atau interaksi enzim yang penting bagi ketahanan sel
usus), dan yang memiliki resistensi terendah mikroorganisme19,21.
adalah bakteri vegetatif17. Berdasarkan hasil penelitian ini, glutar-
Ketiga disinfektan yang diujikan merupa- aldehid 2% memiliki daya antibakteri terkuat.
kan disinfektan tingkat tinggi yang memiliki sifat Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
bakterisidal spektrum luas10. Hal inilah yang daya antibakteri dari glutaraldehid 2%, disinfek-
menyebabkan ketiga disinfektan uji dapat mem- tan berbahan dasar glutaraldehid, dan NaOCl
bentuk zona hambat terhadap B. subtilis. Glu- 5,25%. Faktor yang mempengaruhi daya anti-
taraldehid 2% dan disinfektan berbahan dasar bakteri glutaraldehid 2% adalah derajat keasa-
glutaraldehid memiliki mekanisme yang berbeda man. Glutaraldehid 2% yang digunakan pada
dalam membunuh B. subtilis jika dibandingkan penelitian ini diaktifkan dengan larutan natrium
dengan NaOCl 5,25%. Natrium hipoklorit meru- bikarbonat dengan pH 12 untuk menghasilkan
sak integritas dinding dan sitoplasma sel mikro- glutaraldehid 2% dengan pH optimal yaitu 7,5-
organisme dengan merusak protein, karbohidrat, 8,5, dimana pada penelitian ini pH larutan glu-
serta lipid struktural dari bakteri yang kemudian taraldehid alkalin 2% yang dihasilkan adalah 8,1.
mengganggu aktivitas protein selular karena Glutaraldehid yang digunakan untuk disinfektan
memiliki potensi mengoksidasi yang tinggi18,19. harus memiliki pH 7,5-8,5 dan konsetrasi efektif
Hal ini disebabkan karena NaOCl bersifat elek- minimal sekitar 1-1,5% sedangkan untuk disin-
tronegatif, sehingga dapat mengoskidasi ikatan fektan tingkat tinggi adalah glutaraldehid dengan
peptida dan mendenaturasi protein dari enzim konsentrasi e” 2%14,19,21.
sel bakteri11. Enzim sulfihidril merupakan enzim Larutan glutaraldehid umumnya tersedia
yang terganggu aktivitasnya. Akibatnya terjadi di pasaran dengan konsentrasi 2%, 25%, dan
penurunan pembentukan adenosin trifosfat seba- 50%, bersifat asam dengan pH sekitar 3-414.
gai energi utama sel. Hal ini yang menyebabkan Glutaraldehid yang bersifat asam tidak memi-

154
J Ked Gi, Vol. 7, No. 2, April 2016: 151 - 156 ISSN 2086-0218

liki kemampuan sporisidal, tetapi ketika telah mampuan membunuh bakteri pembentuk spora
diaktivasi dengan mengubahnya bersifat basa lebih rendah jika dibandingkan terhadap bakteri
dengan menambahkan natrium bikarbonat vegetatif19,22.
(NaHCO 3) diketahui akan mengaktivasi ke- Terdapat dua faktor yang sangat mem-
mampuan sporisidal glutaraldehid19. Akan tetapi pengaruhi efisiensi disinfeksi dari NaOCl, yaitu
hal ini tidak berlaku bila perubahan pH tersebut adanya substansi organik dan derajat keasaman.
menggunakan larutan basa lain seperti natrium Keberadaan substansi organik dapat mengham-
hidroksida20. bat efisiensi disinfeksi bahkan dapat menginakti-
Meningkatnya kemampuan sporisidal vasi daya antibakteri NaOCl17,19. Daya antibakteri
dari glutaraldehid aktif tidak hanya berasal dari NaOCl lebih tinggi pada suasana netral atau
berubahnya pH glutaraldehid menjadi basa. Ion asam dibandingkan pada suasana basa19,23.
bikarbonat disinyalir memiliki interaksi kimiawi
terhadap lapisan terluar dari spora. Ion bikar- KESIMPULAN
bonat dapat membantu membuka lapisan terluar
spora sehingga glutaraldehid dapat berpenetrasi Berdasarkan hasil penelitian daya anti-
lebih baik20. Meski begitu, glutaraldehid yang di- bakteri disinfektan instrumen preparasi saluran
aktifkan hanya memiliki masa simpan 14 hari saja akar natrium hipoklorit 5,25%, glutaraldehid 2%,
sebelum sifat biosidalnya hilang akibat polimeri- dan disinfektan berbahan dasar glutaraldehid
sasi yang terjadi pada molekul glutaraldehid14. terhadap B. subtilis dapat disimpulkan bahwa
Seperti halnya glutaraldehid 2%, disinfek- bahan disinfektan glutaraldehid 2% memiliki daya
tan berbahan dasar glutaraldehid juga memiliki antibakteri terbesar terhadap B. subtilis, diikuti
kemampuan untuk membunuh bakteri pemben- oleh disinfektan berbahan dasar glutaraldehid,
tuk spora. Jika dilihat dari label kemasannya, dan yang paling lemah daya antibakterinya ada-
disinfektan berbahan dasar glutaraldehid yang lah natrium hipoklorit 5,25%.
digunakan pada penelitian ini memiliki kandun-
gan berupa glutaraldehid aktif 5%, alkohol, dan DAFTAR PUSTAKA
akuades steril tanpa mencantumkan perban-
dingan komposisinya. Berdasarkan hal tersebut, 1. Venkatasubramanian R, Jayanthi Das U.M.,
diketahui konsentrasi glutaraldehid pada disinfek- Bhatnagar S. Comparison of the effectiveness of
tan berbahan dasar glutaraldehid yang diujikan sterilizingendodontic files by 4 different methods:An
in vitro study. J Indian Soc Pedod Prevent
lebih besar dibandingkan dengan glutaraldehid
Dent.2010.28 (1) : 2-5.
2%. Sehingga seharusnya disinfektan berbahan 2. Raju TBVG, Garapati S, Agrawal R, Reddy S,
dasar glutaraldehid ini memiliki daya antibakteri Razdan A, Kumar S.K. Sterilizing Endodontic
yang lebih baik dibandingkan glutaraldehid 2%. Files by four different sterilization methods to
Namun, berdasarkan hasil penelitian daya anti- prevent cross-infection - An In-vitro Study. J Int
bakteri disinfektan berbahan dasar glutaraldehid Oral Health.2013. 5 (6) :108-12.
yang diujikan tidak lebih baik dibandingkan 3. Punathil, S, Bhat, SS, Bhat SV. Chairside
glutaraldehid 2%. Efisiensi disinfeksi dari disin- sterilization of endodontic hand files. Int J Adv Res
fektan berbahan dasar glutaraldehid tergantung Biol Sci. 2014. 1 (5) : 162-5.
4. O’Hoy PYZ, Messer HH, Palamara JEA. The effect
formulasi dari setiap produsen14. Kemungkinan
of cleaning procedures on fracture properties and
lainnya adalah adanya interaksi glutaraldehid corrosion of NiTi files. Int Endod J. 2003. 36 : 724-
dengan bahan lain pada disinfektan berbahan 32.
dasar glutarldehid. 5. Lee W, Song M, Lee H, Kim WC. A survey of
Daya antibakteri NaOCl 5,25% dalam experience-based preference of Nickel-Titanium
mengeliminasi B. subtilis pada penelitian ini rotary files and incidence of fracture among
paling rendah diantara disinfektan yang lain. general dentists, Restor Dent Endod. 2012. 37 (4):
Salah satu kemungkinan yang mempengaruhi 201-6.
hal ini adalah potensi antibakteri NaOCl pada 6. British Department of Health. [Internet]. 2013
[dikutip 17 Juni 2015]. Diunduh dari : https://www.
bakteri pembentuk spora lebih kecil dibanding-
gov.uk/government/uploads/system/uploads/
kan pada bakteri vegetatif (bukan pembentuk attachment_data/file/170689/HTM_01-05_2013.
spora). Komponen antibakteri utama natrium pdf.
hipoklorit berupa asam hipoklorus memiliki ke-

155
Sartika Putri Utami, dkk. : Perbandingan Daya Antibakteri Disinfektan ISSN 2086-0218

7. Sood K, Mohan B, Lakshminarayanan L. Effect of Topics in Applied Microbiology and Microbial


cleaning and sterilization procedures on NiTi rotary Biotechnology. Volume 1. Badajos : Formatex.
files : an SEM and EDS study. Endodontology. 2010. 369-376.
2006. 18 (1) : 34-41. 16. epa.gov. Efficacy Testing Standards for Product
8. Ada.org. [Internet]. 2009 [dikutip 17 Juni 2015]. Data Call-In Responses [Internet]. 2014 [dikutip
Diunduh dari: http://www.ada.org/~/media/ADA/ 17 June 2015]. Diunduh dari: http://www.epa.
Member%20Center/FIles/cdc_sterilization.ashx. gov/oppad001/efficacy_testing_standards_
9. Rutala, WA, Weber DJ. Disinfection and sterilization: reregistration.pdf.
An overview. Am J Infect Control, 2013. 41 : S2- 17. Said NI, Widayat W. Teknologi Pengolahan Air
S5. Limbah Rumah Sakit dengan Proses Biofilter
10. Fda.gov. FDA-Cleared Sterilants and High Anaerob-Aerob. Jakarta : Pusat Teknologi
Level Disinfectants with General Claims for Lingkungan Balai Pengkajian dan Penerapan
Processing Reusable Medical and Dental Teknologi; 2013. 190.
Devices - March 2015 [Internet]. 2015 [dikutip 18. Foley SL, Chen AY, Simjee S, Zervos MJ.
17 June 2015]. Diunduh dari: http://www.fda.gov/ Molecular Techniques for the Study of Hospital
MedicalDevices/DeviceRegulationandGuidance/ Acquired Infection. New Jersey : Wiley & Blackwell;
ReprocessingofReusableMedicalDevices/ 2011. 98.
ucm437347.htm. 19. Fraise SL, Maillard J-Y, Sattar SA. Russell, Hugo,
11. Maris P. Modes of action of disinfectants. Rev. sci. and Ayliffe’s Principles and Practice of Disinfection,
tech. Off. int. Epiz. 1995. 14(1) : 47-55. Preservation and Sterilization. West Sussex :
12. Bonaccorso A, Tripi TR, Cantatore G, Condorelli Blackwell Publishing Ltd. 2013.
GG. Surface properties of nickel-titanium rotary 20. Ascenzi JM., Handbook of Disinfectants and
instruments. Endo. 2007.1 (1) : 45-52. Antiseptics, New York : Marcel Dekker Inc; 1996.
13. Tjay TH, Rahardja K. , Obat-Obat Penting : 120.
Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya, 21. Migneault I, Dartiguenave C, Bertrand MJ, Waldron
Ed. 6. Jakarta : Elex Media Komputindo; 2007. KC., Glutaraldehyde : behavior in aqueous solution,
250-251. reaction with proteins, and application to enzyme
14. Rutala W, Weber D, Healthcare Infection Control crosslinking. BioTechniques. 2004. 37 : 790-802.
Practices Advisory Committee (HICPAC), 2008, 22. Eryilmaz M, Palabiyik IM., Hypochlorous Acid-
CDC : Guideline for Disinfection and Sterilization Analytical Methods and Antimicrobial Activity. Trop
in Healthcare Facilities [Internet]. 2008 [dikutip 30 J PharmRes. 2013. 12 (1) : 123-126.
March 2015]. Diunduh dari: http://www.cdc.gov/ 23. Arirachakaran P, Sinheng W, Theparee T,
hicpac/pdf/guidelines/Disinfection_Nov_2008.pdf Arirachakaran AA. Sporicidal effects of common
15. Steinhauer K. Antimicrobial Efficacy and Systematic disinfectants and their practical application in
Use of Disinfectants. In : Méndez-Vilas A, editor. dental practice in Thailand. CU Dent. J. 2008. 31:
Current Research, Technology and Education 11-18.

156

Anda mungkin juga menyukai