Anda di halaman 1dari 2

Skenario Intervensi Cognitive Therapy

Pada Kasus Harga Diri Rendah Kronis

Disuatu daerah terdapat keluarga bahagia, ia adalah keluarga kaya yang memiliki anak
perempuan satu-satunya yang bernama Ny. F. Ny.F sudah berusia 30 tahun yang belum juga
menikah. Karena Ny.F hidupnya mewah dan dalam melakukan segala hal selalu dibantu
oleh pembantunya maka mengakibatkan klien selalu bermalas-malasan. Hingga pada suatu
hari klien bertemu dengan seorang laki-laki yang menarik hati hingga klien ingin menjadi
istri dari laki-laki tersebut. Namun orangtuanya tidak setuju karena calon suaminya bukan
dari orang yang kaya raya. Karena klien begitu mencintai laki-laki tersebut dan akhirnya
mereka pun menikah.

Namun, setelah mereka menikah banyak permasalahan yang muncul, terutama masalah
keluarga, sehingga suami, saudara suaminya dan tetangganya banyak yang mengejek Ny.F.
sehingga Ny. F tidak percaya diri sebagai seoarang ibu karena tidak mampu menjalankan
peran sebagai ibu rumah tangga. Ny. F juga banyak mendapat cemoohan dari tetangga dan
keluarganya sendiri

Pada pengkajian predisposisi didapatkan data keluarga mengatakan klien pernah mengalami
trauma dimasa lalu dimana terjadinya pem-bully-an karena belum pernah memiliki pacar
pada saat muda dan masih belum menikah pada usia 30 tahun. Dari pengkajian konsep diri
didapatkan hasil bahwa klien meyukai semua anggota tubuh yang dimiliki akan tetapi klien
mengatakan dirinya merasa tidak berguna karena tidak bisa merawat anaknya dengan baik
dan malu menjadi seorang ibu. Klien mengatakan ingin sembuh supaya bisa menjadi ibu
yang baik untuk anaknya. Klien tidak mau bekerja karena merasa tidak berguna dan tidak
bisa melakukan apa-apa, dan jarang keluar rumah karena malu untuk bertemu orang lain.

Berdasarkan pengkajian status mental penampilan klien bersih dan rapi, klien
berpenampilan sesuai dengan jenis kelaminnya, kondisi rambut klien bersih berwarna hitam
dan pendek. Selama berinteraksi nada bicara klien lambat, tidak mampu memulai
pembicaraan, klien hanya berbicara apa yang ditanyakan oleh perawat saja. Klien
mengatakan khawatir dengan kondisinya apabila tidak kunjung sembuh. Respon selama
wawancara klien kooperatif akan tetapi kontak mata saat beriteraksi mudah beralih, lebih
banyak menunduk.

Di Rumah Sakit
 “Ny.F hanya diam, tiba-tiba datang seorang perawat menghampiri klien untuk
mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien, membantu klien menilai
kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu klien memilih dan menetapkan
kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun
jadwal pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian”.
Perawat 1 : “selamat pagi, perkenalkan saya Ns. Raphita.”
Ny.F                 :“ (Ny.F hanya terdiam)”
Perawat 1        “bagaimana keadaan ibu hari ini?”
Ny.F                :“ (Ny.F hanya tersenyum)”
Perawat 1        :“ Ibu bagaimana bu kalau kita mengobrol tentang kamampuan dan kegiatan
yang pernah ibu lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat
ibu lakukan di rumah sakit.”
Ny.F               “ (Ny.F hanya mengangguk)”
Lalu dilakukan terapi keperawatan generalis sesuai dengan kondisi, klien. Tetapi pada
saat dilakukan terapi keperawatan generalis, sesekali klien masih mengatakan bahwa
dirinya tak berguna dan malu menjadi ibu, banyak hal-hal negatif yang masih diingat
dan menganggu klien untuk sembuh dan kembali menjadi malu dan merasa tidak
berguna. Penulis membuat rencana keperawatan dengan tujuan setelah dilakukan
tindakan keperawatan gangguan konsep diri : harga diri rendah kronik dapat teratasi
dengan kriteria hasil klien dapat mengungkapkan sudut pandang yang positif terhadap
dirinya sendiri, mampu mengubah cara berpikirnya dengan pikiran yang lebih rasional,
mampu mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan positif yang dimiliki, klien
mampu merencanakan kegiatan dan membuat daftar kemampuan positif agar yang
dapat klien laksanakan sesuai dengan kemampuannya, klien dapat memanfaatkan
sistem pendukung yang dimiliki. Latihan berpikir positif ini akan dilakukan dalam 3
kali pertemuan dengan strategi pelaksanaan. Rencana tindakan keperawatan akan
diaplikasikan sesuai pada asuhan keperawatan dengan harapan meningkatkan
kemandirian dan klien memiliki pemikiran yang rasional sehingga terbebas dari
pemikiran negatif terhadap dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai