BIND - K13 - Tata Kata PDF
BIND - K13 - Tata Kata PDF
K ela Um
3,
um
1
20
bahasa
si
17
/M
K urik ulu m
Se
I A d a n II S
indonesia
TATA KATA
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Pelajaran 01, siswa diharapkan mempunyai kemampuan:
1. Memahami konsep dasar afiks.
2. Memahami fungsi afiks, afiksasi, dan makna gramatikal afiks.
3. Memahami konsep dasar reduplikasi.
4. Memahami fungsi reduplikasi, proses reduplikasi, dan makna gramatikal reduplikasi.
5. Memahami konsep kompositum atau kata majemuk.
1
A. TATA KATA (MORFOLOGI)
a. Pengertian Morfologi
Morfologi dalam Kamus Linguistik Indonesia karya Kridalaksana adalah bidang linguistik
yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya; bagian dari struktur bahasa
yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yakni morfem.
Dalam Morfologi dibicarakan tentang seluk-beluk bentuk kata dan proses pembentukannya
serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap fungsi dan arti kata. (Ramlan:
1:1967)
Ada dua jenis morfem, yaitu morfem bebas dan morfem terikat.
1. Morfem Bebas
Morfem bebas adalah morfem yang secara potensial dapat berdiri sendiri sebagai
sebuah kata (kata dasar). Misalnya: rumah, lari, tanah, dsb.
2. Morfem Terikat
Morfem terikat adalah morfem yang tidak mempunyai potensi untuk berdiri sendiri
dan selalu terikat dengan morfem lain untuk membentuk ujaran. Terbagi menjadi
dua, yakni:
• Terikat Morfologis
Terikat morfologis adalah keterikatan pada bentuk lain.
Contoh: Afiks (me-, ber-, ter-, -an, ke-an, pe-an, dsb.), kilitika (kau- , ku-, -mu,
-nya), partikel (-lah, -tah, -kah, -pun, per), dan unik (siur, masai, legam).
• Terikat Sintaksis
Terikat sintaksis adalah keterikatan pada kontruksi kalimat. Misalnya: untuk, di,
ke, dari, dll.
B. AFIKS (IMBUHAN)
Afiks adalah bentuk terikat yang bila ditambahkan pada bentuk lain akan mengubah
makna gramatikalnya.
2
Macam-macam afiks, antara lain:
1. Prefiks (awalan) : ber-, se-, me-, di-, pe-, ke-, per-, ter-.
2. Infiks (sisipan) : -em-, -el-, -er-, -in-.
3. Sufiks (akhiran) : -I, -kan, -an, -nya.
4. Konfiks : me-i, me-kan, pe-an, per-kan, ke-an, ber-an.
5. Kombinasi afiks: memper-, diper-, memper-i, memper-kan, diper-i, diper-kan.
a. Kaidah KTSP
Imbuhan me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an jika dilekati dengan kata dasar yang huruf awalnya
K, T, S, dan P akan mengalami nasalisasi. Proses ini dikenal dengan kaidah KTSP. Prosesnya
sebagai berikut:
1. [me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an] + kata dasar huruf pertama KTSP yang diiringi
huruf vokal (a, i, u, e, o) maka huruf KTSP lesap/luluh.
Contoh:
• me- + pesona = memesona
• me-kan + terjemah = menerjemahkan
• me- + kilat = mengilat
2. [me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an] + kata dasar huruf pertama KTSP yang diiringi huruf
konsonan maka huruf KTSP tidak lesap.
Contoh:
• me- + proses = memproses
• me- + kritik = mengkritik
3. [me-, me-i, me-kan, pe-, pe-an] + kata dasar bersuku kata satu maka me- menjadi
menge-, menge-i, menge-kan, penge-, penge-an
Contoh:
• me- + bom = mengebom
• me- + cor = mengecor
3
• Menyatakan makna 'menggunakan'. Misalnya: menyisir, mencangkul, membajak.
• Menyatakan makna 'menjadi' seperti tersebut pada kata dasar. Misalnya:
melebar, meninggi.
• Menyatakan makna 'mencari' seperti yang tersebut pada kata dasar. Misalnya:
mendamar, merotan, merumput.
• Menyatakan proses. Misalnya: menguning, menghijau.
• Menyatakan makna 'dalam keadaan'. Misalnya: mengantuk, menyendiri.
• Menyatakan makna 'memberi … pada'. Misalnya: mengecat, memupuk.
2. Imbuhan me-kan
Imbuhan me-kan berfungsi membentuk kata kerja transitif. Imbuhan me-kan
beralomorf sama seperti imbuhan me-.
4
c. Imbuhan pe-an, per-an, dan ke-an
1. Imbuhan pe-an
Secara umum berfungsi membentuk kata benda yang diturunkan dari kata kerja
berawalan me-. Oleh karena itu, imbuhan pe-an beralomorf pe-an, pem-an, pen-an,
peng-an, peny-an, dan penge-an.
Imbuhan per-an memiliki makna lebih banyak daripada imbuhan pe-an. Beberapa
maknanya sebagai berikut:
• Menyatakan proses. Contoh: perhitungan, perdebatan, pernikahan.
• Menyatakan tempat. Contoh: perhentian, permukiman, permakaman.
• Menyatakan hal yang abstrak. Contoh: pertunjukan, perdamaian.
• Menyatakan hasil. Contoh: persatuan, perluasan, perlebaran.
• Menyatakan kumpulan. Contoh: pertokoan, perumahan.
3. Imbuhan ke-an
Imbuhan ke-an fungsinya membentuk kata benda dan kata kerja pasif. Imbuhan ke-
an tidak memiliki alomorf.
5
d. Imbuhan ber- dan ter-
1. Imbuhan ber-
Imbuhan ber- berfungsi membentuk kata kerja (biasanya dari kata benda, kata sifat,
dan kata kerja sendiri).
6
• Awalan di- jika dipasangkan dengan kata benda akan membentuk makna
'dikerjakan dengan, dibubuhi/diberi, dibuat menjadi'.
2. Imbuhan ke-
Imbuhan ke- berfungsi membentuk kata bilangan yang menyatakan tingkat dan
kumpulan, membentuk kata kerja pasif dengan arti tidak disengaja, membentuk
kata benda dengan arti 'orang atau sesuatu yang di…'.
Kata-kata berikut bukan kata bentukan dengan afiks ke- dalam bahasa Indonesia,
yaitu: ketemu, kelanggar.
3. Imbuhan -an
Imbuhan –an berfungsi membentuk kata benda.
7
• Menyatakan makna 'setiap'. Contoh: harian, bulanan, tahunan, mingguan.
• Menyatakan makna 'kumpulan', atau 'seperti', atau 'banyak'. Contoh: lautan,
durian, rambutan, dll.
Catatan:
Imbuhan ada yang produktif dan tidak produktif. Imbuhan produktif adalah imbuhan
yang mampu menghasilkan terus dan dapat digunakan secara teratur membentuk unsur-
unsur seperti me-, di-, pe-, ber-, -an, -i, pe-an, per- an, dan ke-an. Imbuhan tidak produktif
seperti sisipan -el-, -em-, er-.
f. Imbuhan Serapan
Imbuhan serapan adalah imbuhan yang diambil dari bahasa asing yang digunakan dalam
kata turunan bahasa Indonesia. Imbuhan serapan di bawah ini dikutip dari bukunya JS
Badudu.
1. Akhiran –isme
Dalam bahasa Indonesia, kita jumpai kata-kata seperti modernisme, komunisme, dan
kolonialisme. Dalam bahasa Inggris: modernism, communism, colonialism. Kalau kita
bandingkan bentuk-bentuk bahasa Belanda dan Inggris, kita akan dapat mengambil
kesimpulan bahwa kata-kata yang kita gunakan dalam bahasa Indonesia sekarang
yang berakhir dengan –isme kita pungut dari bahasa Belanda dan bukan dari bahasa
Inggris karena bentuk-bentuk bahasa Indonesia lebih dekat kepada bentuk bahasa
Belanda.
Akhiran –isme mengandung makna 'ajaran, paham, aliran'. Rupanya akhiran –isme
pun dalam bahasa Indonesia mulai keluar dari batas bahasa asalnya karena akhiran
itu sering dilekatkan orang pada bentuk dasar yang bukan kata Belanda atau Inggris.
Dalam bahasa Indonesia, kita jumpai pemakaian –isme seperti pada kata bentukan:
wadamisme, bapakisme, Durnoisme. Kata Wadam, bapak, dan Durno jelas bukan
bahasa asing.
2. Akhiran –isasi
Akhiran –isasi kita jumpai pada kata-kata bentukan seperti spesialisasi, modernisasi,
liberalisasi, netralisasi. Bandingkan dengan bahasa Belanda: specialisatie, modernisatie,
liberalisatie, neutralisatie, dan bahasa Inggris: specialization, modernization,
neutralization. Akhir kata –tie dalam bahasa Belanda dilafalkan sebagai /si/ dalam
bahasa Indonesia. Oleh karena lafal bahasa Indonesia lebih dekat kepada lafal
bahasa Belanda dibandingkan dengan lafal bahasa Inggris, kita dapat mengatakan
kata-kata pungut seperti itu dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Belanda.
8
3. Akhiran –is
Akhiran –is berasal dari bahasa Belanda. Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal
kata-kata ekonomis, praktis, logis. Kata-kata itu kita pungut dari Bahasa Belanda:
economisch, practish, logisch. Jadi, akhiran bahasa Belanda –isch kita jadikan –is
dalam bahasa Indonesia. Kata-kata dengan akhiran –isch seperti di atas dalam
bahasa Belanda merupakan kata sifat, demikian juga kata-kata Indonesianya.
Ekonomis artinya 'bersifat ekonomi', maksudnya 'mempertimbangkan prinsip-prinsip
ekonomi'; praktis artinya 'mudah diterapkan di dalam praktek'. Akhiran –is mulai
dipakai pada bentuk-bentuk dasar yang bukan kata Belanda saja, melainkan pada
bentuk kata dasar lain. Contohnya dalam bahasa Indonesia, kita jumpai sekarang
kata-kata seperti: Pancasilais yaitu (orang-orang) yang menerapkan prinsip-prinsip
Pancasila dalam tindak-tanduknya, tingkah lakunya dalam hidup sehari-hari. Kita
juga melihat penggunaan akhiran –is pada bentuk-bentuk: Maois, Durnois, dsb.
4. Akhiran –iah
Akhiran –iah berasal dari bahasa Arab. Baik akhiran –i atau –wi maupun akhiran –iah
fungsinya sama, yaitu membentuk kata benda menjadi kata sifat dan mempunyai
makna gramatikal 'mempunyai sifat'. Kata badaniyyun dan badaniyyatun dalam
bahasa Arab menjadi badani atau badaniah dalam bahasa Indonesia. Kedua bentuk
itu dalam bahasa Arab sama artinya 'mempunyai sifat badan'; alami dan alamiah
artinya 'mempunyai sifat alam'. Perbedaan bentuk yang tampak pada kedua kata
itu disebabkan oleh perbedaan kasus. Yang pertama bentuk maskulinum dan yang
kedua femininum (dalam bahasa Arab disebut muzakkar dan mu’annas). Bentuk-
bentuk dengan akhiran –iyyatun dalam bahasa Arab menjadi –iyyah jika bunyi akhir
tun tidak dilafalkan. Jadi, badaniyyatun sama dengan badaniyyah, alamiyyatun sama
dengan alamiyyah. Dalam bahasa Indonesia, bunyi –iyyah itu kita tulis dengan i-a-h
saja menjadi–iah, bukan –iyah.
Contoh: Ilmiah, alamiah, rohaniah, badaniah, insaniah, falsafiah.
5. Akhiran –i atau –wi
Akhiran –i atau wi- berasal dari bahasa Arab. Dalam bahasa Indonesia, kita kenal kata-
kata dengan akhiran –i atau –wi, seperti badani, insani, alami, duniawi. Di samping
itu, kita mengenal juga kata-kata badan, insan, alam, dunia. Akhiran –i atau –wi dari
bahasa Arab itu bukan dua akhiran atau dua macam akhiran, melainkan satu akhiran
karena kedua-duanya mewakili satu morfem. Perbedaan bentuknya itu timbul
karena lingkungan yang dimasukinya berbeda. Bila kata dasar berakhir dengan
konsonan, dalam contoh di atas /n/ dan /m/ maka akhiran yang muncul ialah –i,
sedangkan bila bentuk dasar itu berakhir dengan vokal /a/, maka yang muncul ialah
–wi. Kita mengenal bentuk bahasa Indonesia surgawi, manusiawi, bahkan agamawi
9
dan tatabahasawi. Bentuk-bentuk dasar berakhiran –wi itu bukan dari bahasa Arab,
melainkan kata Indonesia yang berasal dari bahasa Sanskerta.
Akhiran –i atau –wi mempunyai makna 'mempunyai sifat'. Penderitaan badani artinya
'penderitaan yang bersifat badan', misalnya bila seseorang beroleh hukuman badan;
badan alami artinya 'bakat yang bersifat alam'. Itu sebabnya surgawi dan manusiawi
artinya 'mempunyai sifat surga' dan 'mempunyai sifat manusia'. Kata gereja berasal
dari bahasa Portugis berakhir dengan vokal /a/. Analogi yang tepat ialah bentuk
duniawi (dunia+wi). Jadi, bentukan yang tepat ialah gerejawi seperti contoh lain
surgawi (surga+wi) dan manusiawi (manusia+wi).
6. Akhiran –wan
Akhiran -wan diserap dari bahasa Sansekerta -van atau -vati. Sufiks -wan memiliki
alomorf -man dan -wati. Pada masa lampau alomorf -man diletakkan pada dasar yang
berakhir dengan fonem /i/. Contoh: budiman, seniman. Saat ini sufiks -man sudah
tidak produkif lagi; pembentukan nomina baru sering mempergunakan -wan yang
lebih produktif. Alomorf -wati dipakai untuk mengacu pada perempuan. Seorang
pekerja perempuan, misalnya, dinamakan karyawati, sedangkan rekan prianya
dinamakan karyawan.
10
Sifat imbuhan –wan, yakni:
• Akhiran -wan hanya dapat mengikuti nomina atau adjektiva, tidak pernah
melekat pada kata kerja (perkecualian yang patut dihindari adalah kata
pirsawan). Relawan adalah salah, yang benar adalah sukarelawan- "orang yang
dengan sukacita melakukan sesuatu tanpa rasa terpaksa".
• Akhiran -wan hanya dapat mengikuti huruf hidup.
• Akhiran -wan dapat bergender netral ataupun lelaki, untuk perempuan
menggunakan -wati, namun tidak semua yang dapat dilekati dengan -wan
dapat dilekati dengan -wati.
C. REDUPLIKASI
Reduplikasi adalah proses dan hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis
atau gramatikal. Reduplikasi inilah yang disebut dengan kata ulang. Misalnya: rumah-
rumah, tetamu, bolak-balik, siswa-siswi, tetumbuhan, bermain-main, dan sebagainya.
Berbeda dengan bentuk ulang. Bentuk ulang adalah bentuk yang mengalami perulangan
yang pada dasarnya merupakan kata dasar. Misalnya: sia-sia, laba-laba, biri-biri, kupu-
kupu.
Fungsi dari kata ulang adalah sebagai alat untuk membentuk jenis kata dan dapat
dikatakan bahwa perulangan sebuah kata akan menurunkan jenis kata yang sama, seperti
bila kata itu tidak diulang. Contoh: mobil (kata benda), mobil-mobilan (kata benda).
11
4. Kata Ulang Berimbuhan
Contoh: surat-menyurat, bertanya-tanya.
5. Kata Ulang Semu
Contoh: kupu-kupu, gado-gado, compang-camping, anai-anai, pura-pura, mondar-
mandir, alih-alih.
12
D. KATA MAJEMUK
a. Pengertian Kata Majemuk
Kata majemuk atau kompositum adalah kata yang telah mengalami proses pemajemukan
yang unsurnya berupa morfem dasar berstatus sebagai kata yang mempunyai pola
fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang
bersangkutan. Pola khusus tersebut membedakan dengan frasa atau kelompok kata—
gabungan morfem yang bukan kata majemuk.
Secara lahiriah kata majemuk sama dengan kelompok kata. Untuk itu, kita harus dapat
mengenali kata majemuk tersebut dari segi: hubungan, konstruksi, dan nosi. Misalnya
kata orang tua sebagai kata majemuk dan sebagai frase. Penjelasannya sebagai berikut:
1. Ciri Hubungan
Jika di antara kata orang dan tua dapat disela kata lain, misalnya yang, konstruksi
orang tua bukan kata majemuk, melainkan kelompok kata .
2. Ciri Konstruksi
Jika orang tua dapat dikembangkan dengan kata renta, kata renta hanya berkonstruksi
dengan tua, tidak dengan orang. Dengan demikian, konstruksi orang tua dalam hal
ini adalah kelompok kata. Jika diperluas dengan imbuhan ber- menjadi berorang
tua, imbuhan ber- adalah milik konstruksi orang tua, bukan hanya milik orang saja
sehingga tidak ada konstruksi berorang. Dengan ciri ini, orang tua pada berorang tua
adalah kata majemuk.
3. Ciri Makna
Jika makna orang tua mengacu pada orang yang sudah berusia lanjut, konstruksi
orang tua adalah kelompok kata. Jika maknanya tidak terikat pada usia, tetapi pada
“orang yang sudah pernah melahirkan atau sudah menjadi bapak atau ibu”, konstruksi
orang tua adalah kata majemuk.
13
c. Jenis Kata Majemuk
1. Berdasarkan Unsur Pembentuk
Jenis kata majemuk berdasarkan unsur pembentuknya:
• Kata majemuk setara adalah kata majemuk yang unsur-unsur pembentuknya
memiliki kedudukan yang sama.
Contoh: kaki tangan, tanah air, remuk redam, mencumbu rayu.
• Kata majemuk tak setara adalah kata majemuk yang dibentuk dari unsur-unsur
kata tak setara. Salah satu unsur kata majemuk itu kedudukannya lebih tinggi
daripada yang lain. Contoh: kamar mandi, meja hijau, kapal terbang, tangan
kanan, kambing hitam, kamar tidur.
• Kata majemuk yang salah satu bentuk komponen berbentuk unik.
Contoh: simpang siur, gelap gulita, tua renta.
2. Berdasarkan Pembentuk Kata
Jenis kata majemuk berdasarkan pembentuk kata, yaitu:
• Kata majemuk yang membentuk kata kerja. Contoh: adu domba, temu wicara,
adu argumen.
• Kata majemuk yang membentuk kata benda. Contoh: air terjun, sapu tangan,
saksi mata.
• Kata majemuk yang membentuk kata sifat. Contoh: darah tinggi, ringan tangan,
lanjut usia.
LATIHAN SOAL
1. Penulisan kata kerja berimbuhan yang tidak tepat terdapat dalam kalimat ... (SIMAK UI
2013)
A. Anda boleh mengkritik kinerja saya jika ada hal yang tidak berkenan.
B. Ternyata tidak mudah mentranskripsikan rekaman percakapan dalam bentuk kaset.
C. Tidak mudah memengaruhi pola pikir masyarakat yang sudah tertanam sejak dulu.
D. Penduduk sekitar TPA Bantar Gebang memprotes dibukanya kembali lahan
pembuangan sampah tersebut.
E. Masyarakat mempercayakan aspirasinya pada wakil rakyat yang terpilih.
14
Makna imbuhan pe-an pada kata “pengadilan” dalam kalimat tersebut adalah …. (UN
2013)
A. proses
B. cara
C. hasil
D. tempat
E. hal
3. Pembentukan kata-kata berikut sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, kecuali ….
(SIMAK UI 2011)
A. mengkliring, mencap, mengkop.
B. mengklakson, mengeset, mengicau.
C. mengeklik, mengelem, mengelas.
D. mengelap, mengkhitan, mengilap.
E. mengklarifikasi, mengklise, mengontrol.
4. Makna imbuhan me(N)-kan pada kalimat “Ayah membelikan saya sepatu baru” sama
dengan makna imbuhan me(N)-kan yang terdapat pada kalimat … (Ebtanas 2003)
A. Dia mengambilkan ayah kacamata.
B. Tono memasukkan sepeda motornya ke garasi.
C. Saya menyerahkan surat-surat kepada kepala sekolah.
D. Nita meletakkan tasnya di meja.
E. Dia menjahitkan baju kepada Bu Rini.
Kata ulang yang tepat untuk melengkapi paragraf tersebut adalah …. (UN 2013)
15
A. berdegup-degup, siswa-siswi.
B. berdebar-debar, hewan-hewan.
C. berpikir-pikir, siswa-siswi.
D. bertanya-tanya, anak-anak.
E. tertawa-tawa, orang-orang.
7. Setelah lima tahun di Eropa, cara bergaulnya kebarat-baratan. Karena sikapnya itu teman-
temannya mulai menjauhi dia.
Makna perulangan pada kata kebarat-baratan sama dengan makna perulangan kata
dalam kalimat … (UN 2001)
A. Buku-buku di perpustakaan disusun dengan rapi.
B. Mereka duduk berdekat-dekatan dalam ruangan itu.
C. Umurnya cukup dewasa, tetapi cara berpikirnya masih kekanak-kanakan.
D. Kedua orang itu saling bersalam-salaman dihadapan tamunya.
E. Para remaja tidak diperkenankan mencoret-coret fasilitas umum.
8. Kalimat yang menggunakan kata ulang yang tepat adalah … (UN 2003)
A. Semua siswa-siswa kelas tiga SMU harus mengikuti ujian nasional.
B. Banyak anak-anak zaman sekarang kurang menghargai orang yang lebih tua.
C. Guru-guru merupakan ujung tombak dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.
D. Banyak soal-soal bahasa Indonesia yang tidak dapat dijawab siswa.
E. Para buruh-buruh pabrik melakukan demonstrasi kenaikan gaji.
10. Buah-buahan yang dijual pedagang kaki lima harganya lebih murah daripada di toko
swalayan.
Kata ulang yang semakna dengan kata ulang dalam kalimat di atas adalah … (Ebtanas
2004)
A. Petugas perpustakaan sedang menyusun buku-buku di rak buku.
B. Untuk menakuti burung para petani membuat orang-orangan.
16
C. Setiap hari kita harus memakan lauk-pauk yang bergizi.
D. Sudah lama aku tidak surat-menyurat dengan temanku di Padang.
E. Wajah anak itu kemerah-merahan ketika diketahui menyontek.
11. Kata majemuk yang berkonstruksi A dan B terdapat pada kalimat … (SPMB 2002).
A. “Bila ingin berhasil, patahkan dulu kaki tangan musuh!” kata komandan pasukan tempur.
B. Rumah sakit wajib menyiapkan kamar rawat inap bagi pasien yang tidak mampu.
C. Kereta api itu datang tepat waktu.
D. Orang tua sudah seharusnya memberikan contoh yang baik kepada anak-anak
mereka.
E. Karena mendung, matahari tidak menampakkan sinarnya.
12. Berhari-hari lamanya dia berjalan mondar-mandir keluar masuk kantor. Dilihatnya
banyak orang berdiri di depan loket. Ada yang sedang bercakap-cakap, tetapi tidak
seorang pun yang tertawa-tawa, tanya-menanya, atau pandang memandang.
Kata ulang yang menyatakan berbalasan dalam paragraf di atas adalah .... (UN 2003)
A. berhari-hari, mondar-mandir, bercakap-cakap.
B. bercakap-cakap, tanya-menanya, pandang-memandang.
C. berhari-hari, bercakap-cakap, tertawa-tawa.
D. tertawa-tawa, tanya-menanya, lihat-melihat.
E. tanya-menanya, lihat-melihat, berhari-hari.
Kata ulang yang sejenis dengan kata ulang dalam kalimat di atas adalah … (SPMB 2003).
A. Mereka itu tentu saja ada yang cerdas dan ada juga yang pas-pasan.
B. Dia selalu membalik-balikkan berita itu, padahal sebenarnya tidak begitu.
C. Wajahnya kemerah-merahan ketika ketahuan menyontek.
D. Dia membawa orang-orang dekat untuk menduduki jabatan.
E. Dulu orang Indonesia terkenal dengan sifat ramah-tamahnya.
14. Penggunaan kata ulang yang tidak tepat terdapat pada kalimat … (SIMAK UI 2013).
A. Mendengar keputusan bahwa kelompok mereka terpilih menjadi wakil kota Depok,
para siswa SMK Ceria berpeluk-pelukan.
B. Setiap acara halalbihalal, karyawan di kantor tersebut saling bersalam-salaman.
C. Orang itu mungkin sedang gelisah sebab dari tadi tangannya mengetuk-ngetuk
meja.
17
D. Hujan yang lama ditunggu akhirnya datang juga, kodok di rawa berloncat-loncat
dengan riang menyambut hujan.
E. Tolong fotokopi dokumen ini bolak-balik!
15. Kata ulang yang mempunyai makna sama dengan kata ulang pernak-pernik adalah ….
(SIMAK UI 2013).
A. kupu-kupu
B. lintang-pukang
C. bolang-baling
D. awan-gemawan
E. pucat-pasi
18