Kasus Nabilla
Kasus Nabilla
DISUSUN OLEH :
YUSI NURSIAM
BP. 1921312003
1. Latar Belakang
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya
yang tidak disadari (Wholey and Wong, 1991). Bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh kesenangan (Foster, 1989). Bermain
adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock). Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan
keinginan dalam mengungkapkan konflik dari anak yang tidak disadarinya serta dialami
dengan kesenangan yang diekspresikan melalui bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan
lingkungan tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Sasaran terapi bermain yang akan
dilakukan adalah anak pra sekolah (4-5 tahun) sebanyak 20 anak. Klasifikasi dalam
permainan ini adalah social affective play dimana anak belajar memberi respon dan
berhubungan dengan orang lain terhadap respon yang diberikan oleh lingkungan dalam
bentuk permainan.
2. Tujuan
a) Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain selam 45 menit, anak dapat mengikuti permainan stimulasi
kognitif yang diberikan.
b) Tujuan Khusus
Setelah dilakukan terapi bermain selam 45 menit anak mampu :
Mengenal warna
Mengenal huruf
Menebak gambar
A. Metode
Bermain dengan anak menebak gambar yang telah disebutkan dan didiskripsikan.
1. Media
Kertas gambar
Kertas Tempel
Spidol
B. Kegiatan
1. Peng organisasian
2. Kegiatan bermain
No Uraian Kegiatan perawat Kegiatan klien
1 Pembukaan (5 menit) a. Salam pembukaan - Memperhatikan
b. Perkenalan - Memperhatikan
c. Mengkomunikasikan tujuan - Menjawab salam
2 Kegiatan bermain (30 a. Menyiapkan mainan
menit) b. Bermain menebak gambar - Mengikuti
C. Evaluasi
Observer :
Pimpinan bermain :
Fasilitator
2. Proses
Dievaluasi apakah anak mau berkenalan dan bersalaman dengan perawat tanpa rasa takut.
Apakah anak mau menempel gambar ke depan, anak mau menyebutkan nama gambar
buah, gambar hewan, dan anak mau menyebutkan warna gambar yang disebutkan perawat.
TERAPI BERMAIN
PENGERTIAN BERMAIN
Bermain adalah cara alamiah bagi anak mengungkapkan konflik dalam dirinya yang tidak
disadari (Wholey and Wong, 1991).
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan untuk memperoleh
kesenangan (Foster, 1989).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkan tanpa
mempertimbangkan hasil akhir (Hurlock).
Bermain adalah ungkapan bahasa secara alami pada anak yang diekspresikan melalui bio-
psiko-sosio anak yang berhubungan dengan lingkungan (Cindy Smith).
Kesimpulan: Bermain merupakan bahasa dan keinginan dalam mengungkapkan konflik dari
anak yang tidak disadarinya serta dialami dengan kesenangan yang diekspresikan melalui
bio-psiko-sosio yang berhubungan dengan lingkungan tanpa mempertimbangkan hasil
akhir.
KATEGORI BERMAIN
1. Bermain aktif
Yaitu anak banyak menggunakan energi inisiatif dari anak sendiri atau kegembiraan timbul dari apa
yang dilakukan oleh anak. Contoh: bermain sepak bola.
2. Bermain pasif/hiburan
Energi yang dikeluarkan sedikit, anak tidak perlu melakukan aktivitas (hanya melihat), kesenangan
diperoleh dari kegiatan orang lain. Contoh: memberikan support, menonton televisi.
JENIS PERMAINAN
1. Permainan bayi
Permainan sederhana oleh anggota keluarga dilakukan pada usia 0-1 tahun. Contoh: petak umpet,
dakon, kejar-kejaran.
2. Permainan perorangan
Untuk menguji kecakapan, ada peraturan sedikit, dilakukan pada todler dan prasekolah. Contoh:
menendang bola.
3. Permainan tetangga
Permainan kelompok, pada prasekolah dan sekolah. Contoh: bermain polisi dan penjahat.
4. Permainan tim
Permainan terorganisir, punya aturan tertentu, dilakukan pada usia sekolah dan remaja. Contoh:
sepakbola, kasti, lari.
5. Permainan dalam ruang
Permainan pada anak sakit atau lelah, dilakukan pada cuaca buruk atau hujan. Contoh: main kartu,
tebak-tebakan, teka-teki.
CIRI-CIRI BERMAIN
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
KLASIFIKASI BERMAIN
a. Menurut Isi
a. Social affective play
Anak belajar memberi respon dan berhubungan dengan orang lain terhadap respon yang
diberikan oleh lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara memanjakan
anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
A.Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang bermain
disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita todler.
B.Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai mainan yang
sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya
dilakukan oleh anak todler dan pre school. Contoh : bermain balok.
a. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang sama tetapi belum
terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain sesukanya, satu sama lain
kadang saling meminjamkan.
b. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya, permainan terorganisasi dan terencana dan ada
aturan tertentu. Saling diskusi dan memiliki tujuan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia
sekolah dan adolescent.
FUNGSI BERMAIN
1. Perkembangan Sensorik Motorik
Melalui permainan anak akan mampu mengungkapkan kemampuan fisiknya. Bayi dengan
penglihatan, taktil, dan rangsangan. Todler dan pra sekolah melalui gerakan tubuh, dimana
kematangan dan maturitas akan membedakan masing-masing usia.
2. Perkembangan Kognitif/intelektual
Membantu mengenal benda sekitar(warna, bentuk, kegunaan). Perkembangan ini diperoleh melalui
eksplorasi dan manipulasi benda disekitarnya baik dalam hal warna, ukuran, dan pentingnya benda
tersebut. Contoh: bermain mengisi teka-teki silang.
3. Kreatifitas
Anak mengembangkan kreatifitas, mencoba ide baru, bermain dengan semua media, puas dengan
kreatifitas baru, dan minat terhadap lingkungan tinggi. Misalnya menyusun balok.
4. Perkembangan Sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari peran dalam kelompok,
belajar memberi dan menerima, belajar benar salah, dan mampu mengenal tanggungjawab.
5. Kesadaran Diri (Self awarness)
Anak belajar memahami kemampuan dirinya, kelemahan dan tingkah laku terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Diperoleh melalui interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok. Contoh: dapat menerapkan kejujuran.
7. Terapi
Bermain memberikan kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak,
misalnya: marah, takut, benci.
8. Perkembangan Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum dapat mengatakan secara verbal,
misalnya: melukis, menggambar, bermain peran.
2. Status kesehatan, pada anak sakit maka perkembangan psikomotor dan kognitif
terganggu.
3. Jenis kelamin, dimana anak laki-laki lebih tertarik dengan mekanikal sementara anak
wanita mother role.
4. Lingkungan yang meliputi: lokasi, negara, kultur.
5. Alat permainan.
6. Intelegensia.
7. Status sosial ekonomi.
2. Tahap Permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap perminan.
4. Tahap Melamun
1. Bayi (1 bulan)
a. Visual: permainan dapat dilihat dengan jarak dekat (20-25 Cm), gantungkan benda
yang terang dan menyolok.
b. Auditori: bicara dengan bayi, menyanyi, musik, radio, detik jam.
a. Visual: buat ruangan menjadi terang, gambar, cermin ditembok, bawa bayi ke
ruangan lain, letakkan bayi agar dapat memandang disekitar.
b. Auditori: bicara dengan bayi, beri mainan bunyi, ikut sertakan dalam pertemuan
keluarga.
a. Visual: bermain cermin, anak nonton TV, beri mainan dengan warna terang.
b. Auditori: anak bicara, ulangi suara yang dibuat, panggil nama, remas kertas didekat
telinga, pegang mainan berbunyi didekat telinga.
c. Taktil: beri mainan lembut/kasar, mandi cemplung/cebur.
a. Visual: mainan berwarna, bermain depan cermin,”ciluk ….ba”, beri kertas untuk
dirobek-robek.
b. Auditori: panggil nama “Mama …Papa, dapat menyebutkan bagian tubuh, beri tahu
yang anda lakukan, ajarkan tepuk tangan dan beri perintah sederhana.
c. Taktil: meraba bahan bermacam-macam tekstur, ukuran, main air mengalir,
berenang.
d. Kinetik: letakkan mainan agak jauh lalu suruh anak untuk mengambilnya.
a. Visual: perlihatkan gambar dalam buku, ajak pergi ke berbagai tempat, bermain
bola, tunjukkan bangunan agak jauh.
b. Auditori: tunjukkan bagian tubuh dan sebutkan, kenalkan dengan suara binatang.
c. Taktil: beri makanan yang dapat dipegang, kenalkan dingin, panas dan hangat.
d. Kinetik: beri mainan yang dapat ditarik dan didorong. Mainan yang dianjurkan untuk bayi
6-12 bulan:
a. Blockies warna-warni jumlah, ukuran.
d. Boneka bayi.
d. Perhatiannya singkat.
h. Senang musik/irama.
b. Alat masak.
c. Malam, lilin.
d. Boneka, blockies, telepon, gambar dalam buku, bola, dram yang dapat dipukul,
krayon, kertas.
6-8 tahun
Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis, mencatat, sepeda.
8-12 tahun
Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan tangan, kartu, olah raga bersama,
sepeda, sepatu roda.
3. Syarat
h. Tidak mudah rusak. Jika ada bagian yang rusak mudah diperbaiki dan
diganti, pemeliharaan mudah, terbuat dari bahan yang mudah didapat,
harga terjangkau.
4. Alat Permainan Balita dan Perkembangan yang Distimuli
a. Motorik kasar: sepeda roda tiga/dua, mainan yang ditarik dan didorong.
b. Alat permainan dianggap bagus atau perlu oleh orang tua tapi kontradiksi
bagi anak.
c. Alat terlalu mahal.
Foster and Humsberger. 1998. Family Centered Nursing Care of Children. WB sauders
Company. Philadelpia. USA
Hurlock, E. B. 1991. Perkembangan anak. jilid I. Erlangga. Jakarta
Markum, dkk. 1990. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. IDI. Jakarta
Merenstein, et al. 2002. Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Widya Medika. Jakarta
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta
Whaley and Wong.1991. Nursing Care infants and children. Fourth Edition. Mosby
Year Book. Toronto. Canada