Oleh
Fidinia Ainisahlia
Saat ini saya tengah menempuh gelar sarjana pada program studi
Pendidikan Islam Anak Usia Dini di Universitas Islam Negeri Mataram. Banyak
yang mencela dan tidak setuju terhadap program studi yang saya ambil, mereka
berasumsi bahwa menjadi guru PAUD tidak menghasilkan keuntungan yang
banyak dan hanya membuang waktu. Saya hanya tersenyum, karena mereka tidak
mengerti bahwa saat ini Negara kita membutuhkan generasi penerus yang unggul,
tangguh serta mampu bersaing menghadapi kehidupan di masa mendatang maka,
diperlukan upaya pengembangan dan pembinaan anak yang sesuai dengan masa
pertumbuhan dan perkembangannya. Saya memilih untuk tidak menutup mata,
bahwa pendidikkan anak usia dini di Indonesia harus ditingakatkan demi
terbangunnya Negara yang lebih baik dan mampu bersaing. Melihat realita bahwa
Akses anak usia dini terhadap layanan pendidikan dan perawatan melalui PAUD
masih terbatas dan tidak merata. Dari sekitar 28,2 juta anak usia 0-6 tahun yang
memperoleh layanan PAUD baru sekitar 7,2 juta (25,3 %). Untuk anak usia 5-6
tahun yang jumlahnya sekitar 8,14 juta anak, baru sekitar 2,63 juta anak (32,36)
yang memperoleh layanan pendidikan di TK atau RA. Parahnya, banyak guru TK
dan pendidikan anak usia dini lainnya yang bukan berasal dari lulusan lembaga
keguruan, banyak guru TK dan pendidikan usia dini lainnya lulusan SLTA (SMA,
SMEA) bahkan tak jarang dari lulusan SLTP. Realita ini menyulut semangat dan
tekad saya untuk ikut serta mencetak generasi unggul di Indonesia.
IPK yang saya peroleh pada semester ini 3,93 dan pada semester lalu saya
mendapat piagam penghargaan Mahasiswa Terbaik Utama tingkat Program Studi
Pendidikan Islam Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Mataram 2019/2020. Menurut saya ini adalah sebuah prestasi karena
angka yang saya dapatkan adalah murni dari jerih payah dan kejujuran saya. Nilai
ini akan saya perjuangkan sampai akhir masa perkuliahan demi menyandang
predikat cumlaude dan menjadi lulusan Terbaik Utama.