Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masa nifas disebut juga masa pospartum atau (puerperium) adalah

masa dimana sejak bayi lahir dan keluarnya plasenta, kurang lebih 6

minggu atau 40 hari, disertai dengan pulihnya kembali organ–organ yang

berkaitan dengan perlukaan ataupun lainnya (Suherni dkk, 2010). Proses

pemulihan pada masa ini merupakan hal yang penting bagi ibu setelah

melahirkan dimana otot-otot mengalami peregengan masa ini disebut masa

involusi. Involusi adalah suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi

sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera

setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Involusi

disebabkan oleh kontraksi dan retraksi serabut otot uterus yang terjadi

terus-menurus. Apabila terjadi kegagalan involusi uterus untuk kembali

pada keadaan tidak hamil maka akan menyebabkan sub involusi. Gejala

dari sub involusi meliputi lochea menetap/merah segar, penurunan fundus

uteri lambat, tonus uteri lembek, tidak ada perasaan mules pada ibu nifas

akibatnya terjadi pendarahan. Perdarahan pasca persalinan adalah

kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan lahir yang terjadi selama

atau setelah persalinan kala III. Perkirakan kehilangan darah biasanya

tidak sebanyak yang sebenarnya, kadang-kadang hanya setengah dari

yang sebenarnya (Anggraini, 2010).


Berdasarkan Survey Kesehatan Daerah tahun 2006, AKI di
provinsi Jawa Tengah sebesar 101/100000 kelahirkan hidup. Sedangkan
tahun 2007, sebesar 116,3/100000 kelahiran hidup. Kematian maternal
diantaranya 41% pada waktu nifas, 28,5% disebabkan karena perdarahan,
22% eklamsia dan 10% infeksi. (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2010).
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan

keadaan normal dan meningkatkan kekuatan otot perut adalah dengan

melakukan olahraga. Olahraga bermanfaat untuk meningkatkan kekuatan

otot, melancarkan peredaran darah, dan menjaga kekuatan otot. Adapun

jenis olahraga yang dapat dilakukan ibu setelah melahirkan adalah senam

nifas. Senam nifas merupakan suatu latihan yang dapat dilakukan 24 jam

setelah melahirkan dengan gerakan yang telah disesuaikan dengan kondisi

ibu setelah melahirkan yang bertujuan untuk mempertahankan dan

meningkatkan sirkulasi ibu pada masa nifas, serta dapat membantu

meningkatkan kekuatan otot perut setelah melahirkan (Brayshaw, 2008).

Para ibu kerap merasa takut melakukan gerakan setelah persalinan

dikarenakan ibu merasa khawatir gerakan yang dilakukan justru akan

menimbulkan dampak seperti nyeri dan pendarahan. Padahal 6 jam setelah

persalinan normal ibu sudah boleh melakukan mobilisasi dini termasuk

senam nifas, dengan melakukan senam nifas kondisi umum ibu menjadi

lebih baik dan pemulihan lebih cepat. Senam nifas ini dapat dilakukan

pada semua ibu nifas bahkan pada ibu yang tidak terbiasa berolahraga

karena gerakannya cukup sederhana terapi terbukti mampu memulihkan

segera kondisi ibu setelah bersalin dan menjaga stamina ibu (Suherni dkk,

2010).
Upaya Departemen Kesehatan (Depkes) (2009), untuk

mempercepat penurunan AKI adalah dengan mendekatkan pelayanan

kesehatan pada setiap ibu, sehingga diharapkan setiap ibu mendapat akses

terhadap pelayanan kesehatan. Salah satunya standar pelayanan nifas

dengan melakukan olahraga ringan seperti senam nifas pada ibu post

partum. Dengan memberikan pelayanan senam nifas melalui kunjungan

rumah 24 jam pertama pasca melahirkan, hari ke 3 dan hari ke 6 setelah

persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu. Berdasarkan perubahan

fisiologi selama kehamilan, maka perlu dilaksanakan latihan selama post

partum dengan latihan senam nifas rutin dan bertahap sesuai kemampuan

fisik, guna mempercepat penurunan AKI pasca melahirkan.

Dari beberapa fakta diatas penulis sangat tertarik untuk

mengangkat melakukan penelitian berjudul “Gambaran Pemberian senam

nifas terhadap percepatan penurunan Tinggi Fundus Uteri pada ibu

postpartum”

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini adalah bagaiamanakah

kepustakaan pemberian senam nifas terhadap percepatan penurunan tinggi

fundus uteri pada ibu post partum?

C. Tujuan Penelitian

Menggambarkan pemberian senam nifas terhadap percepatan

penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum.


D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Menambah keluasan ilmu keperawatan maternitas dalam

pengembangan penelitian sederhana mengenai pemberian senam nifas

terhadap penurunan percepatan tinggi fundus uteri pada ibu post

partum.

2. Manfaat praktis

a. Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya terhadap ibu

yang pertama kali memiliki pengalaman persalinan agar mampu

menerapkan senam nifas guna mempercepat penurunan tinggi

fundus uteri setelah melahirkan.

b. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset

keperawatan, khususnya studi kepustakaan tentang pemberian

senam nifas terhadap percepatan penurunan tinggi fundus uteri.

c. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan

Mengembangkan lebih luas secara teoritis keilmuan dan

pengetahuan tentang senam nifas terhadap percepatan penurunan

tinggi fundus uteri pada ibu postpartum.


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Post partum

1. Definisi

Masa nifas (postpartum) adalah masa pemulihan kembali, masa

yang dimulai dari plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat

kandungan kembali seperti semula, masa nifas berlangsung selama

kurang lebih 6 minggu (Sulistyawati, 2009). Sementara itu menurut

Bahiyatun (2009), mengatakan masa nifas (postpartum) dimulai

beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu berikutnya.

2. Tahapan Post partum

Menurut Sulistyawati, (2009) ada 3 tahapan masa nifas yaitu :

a. Puerperium dini : Kepulihan dimana ibu

diperbolehkan berdiri dan

berjalan
b. Puerperium intermedia : Masa kepulihan alat-alat

genetalia yang lamanya 6 sampai

8 minggu
c. Remoter puerperium : Masa yang perlu diperlukan dan

sehat sempurna terutama apabila

selama hamil atau waktu

persalinan mempunyai

komplikasi. Waktu untuk sehat

sempurna berlangsung selama


seminggu, bulan, bahkan tahun.

3. Tujuan Perawatan Postpartum

Menurut Pitriani dan Andriyani, (2014) tujuan perawatan postpartum

adalah :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

diri, nutrisi, keluarga berencana.

c. Mempercepat involusi alat dan kandungan.

d. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat

fungsi hati dan pengeluaran metabolisme.

B. Konsep Tinggi Fundus Uteri

1. Definisi

Tinggi fundus uteri adalah proses kembalinya uterus ke keadaan

sebelum hamil (Bobak, 2005 dalam Susanti 2013)

Penurunan tinggi fundus uteri merupakan salah satu tanda dari

involusi uterus. Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu

proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot

60 gram (Bahiyatun, 2009).


2. Proses Involusi Uteri

Proses involusi uterus disebabkan oleh sebagian kontraksi uterus

dan mengecilnya ukuran masing-masing sel-sel miometrium dan

sebagian oleh proses otolisis yaitu sebagian material protein dinding

uterus dipecah menjadi komponen yang lebih sederhana yang

kemudian diabsobsi (Reeder, 2011)

3. Perubahan Normal Pada Uterus

Tabel 2.1 Perubahan Normal Pada Uterus


Involusi TFU Bobot Uterus Diameter Palpasi Servik
Uterus
Pada akhir 2 jari di bawah 900 gram 12,5 cm Lembut /lunak
persalinan pusat
Pada akhir Pertengahan 450 gram 7,5 cm 2 cm
minggu ke 1 simpisis dan
pusat
Pada akhir Tidak teraba 200 gram 5,0 cm 1 cm
minggu ke 2
Akhir minggu Normal 60 gram 2,5 cm menyempit
ke 6
Sumber : Bahiyatum, (2009)

Tabel 2.2 Kriteria Penurunan TFU


Hari Penurunan Kriteria
Pertama 1 jari (1 cm) dibawah pusat Normal
>1 jari (lebih dari 1 cm) dibawah pusat Cepat
<1 jari (kurang dari 1 cm) dibawah pusat Lambat

2 jari (2 cm) dibawah pusat Normal


Kedua >2 jari (2 cm) dibawah pusat Cepat
< 3 jari (kurang dari 3 cm) dibawah pusat Lambat

Ketiga 3 jari (3 cm) dibawah pusat Normal


>3 jari (lebih dari 3 cm) dibawah pusat Cepat
< 3 jari (kurang dari 3 cm) dibawah pusat Lambat

Keempat 4 jari (4 cm) dibawah pusat Normal


>4 jari (lebih dari 4 cm) dibawah pusat Cepat
<4 jari (kurang dari 4 cm) dibawah pusat Lambat
Kelima
5 jari (5cm) dibawah pusat Normal
>5 jari (lebih dari 5 cm) dibawah pusat Cepat
<5jari (kurang dari 5 cm) dibawah pusat Lambat

Sumber : Kenneth, (2009)


4. Pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri

a. Menurut Kenneth (2009). Involusi uterus dari luar dapat diamati

yaitu dengan memeriksa fundus uterus dengan cara :

1) Pada hari pertama, tinggi fundus uterus 1 cm dibawah pusat.

2) Pada hari kedua, tinggi fundus uterus 2 cm dibawah pusat.

3) Pada hari ketiga, tinggi fundus uterus 3 cm dibawah pusat.

b. Menurut Dewi dan Sunarsih, (2011) pemeriksaan tinggi fundus

uterus meliputi penentuan lokasi, penentuan ukuran dan penentuan

konsistensi.

1) Penentuan lokasi uterus

Dilakukan dengan mencatat apakah fundus uterus berada diatas

atau dibawah umbilkus dan apakah berada di garis tengah

abdomen atau bergeser ke salah satu sisi.

2) Penentuan ukuran uterus

Dilakukan melalui palpasi dan mengukur tinggi fundus uteri

pada puncak fundus dengan jumlah lebar jari dari umblikus

atas atau bawah.

3) Penentuan konsistensi uterus

Ada 2 cara uterus yaitu uterus teraba keras sekeras batu dan

uterus lunak dapat dilakukan, terasa mengeras dibawah jari-jari

ketika tangan melakukan massase pada uterus.

Pengukuran tinggi fundus uteri dapat dilakukan dengan

menggunakan meteran (metlylin). Hal yang harus diperhatikan


pada saat melakukan pengukuran tinggi fundus uteri adalah apakah

kandung kemih dalam keadaan kosong atau tidak dan bagaimana

keadaan uterus, apakah uterus dalam keadaan kontraksi atau rileks.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Tinggi Fundus Uterus

Menurut Rukiyah dkk, (2010) faktor yang mempengaruhi tinggi

fundus uterus diantaranya :

a. Senam nifas

Menurut Walyani dan Purwoasto (2015) senam nifas dapat

mempengaruhi tinggi fundus uterus karena apabila otot rahim

dirangsang dengan latihan dan gerakan senam maka kontraksi

uterus semakin baik sehingga mempengaruhi pengecilan uterus.

b. Insiasi menyusui dini

Berdasarkan penelitian menurut Liana (2013) bahwa insiasi

menuyusui dini (IMD) memiliki pengaruh terhadap percepatan

involusi uterus dimana ibu yang menyusui secara dini akan

merangsang hormon oksitosin sehingga mempercepat proses

involusi, juga dapat merangsang hormon prolaktin untuk

meningkatkan produksi ASI, membantu ibu mengatasi stress dan

rasa kurang nyaman, dan rasa rileks pada ibu setelah bayi

menyusui.
c. Mobilisasi dini

Berdasarkan hasil penelitian menurut Martini (2012) percepatan

involusi uterus pada ibu postpartum dengan faktor mobilisasi dini

sebagian besar mengalami percepatan dalam proses involusi uterus.

Mobilisasi dini memberikan beberapa keuntungan seperti

pelemasan otot-otot yang lebih baik, kontraksi dan retraksi dari

otot-otot uterus setelah bayi lahir, yang diperlukan untuk menjepit

pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta dan

berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak diperlukan,

dengan adanya kontraksi dan retraksi yang terus menerus ini

menyebabkan jaringan otot kekurangan zat-zat yang diperlukan,

sehingga ukuran jaringan otot-otot tersebut menjadi kecil. Dengan

adanya proses tersebut maka ibu yang melakukan mobilisasi dini

mengalami penurunan fundus uterus yang lebih kuat dibandingkan

ibu yang tidak melakukan mobilisasi dini

d. Usia

Usia reproduksi sehat yaitu antara 20-35 tahun dan merupakan

masa paling ideal untuk terjadinya proses involusi yang baik. Usia

ibu reproduksi sehat, individu mencapai suatu kondisi vitalitas

yang prima sehingga kontraksi otot dan kembalinya alat-alat

kandungan juga semakin cepat karena proses regenerasi dari sel-sel

alat kandungan yang sangat bagus pada usia-usia tersebut. Pada

usia kurang dari 20 tahun elastisitas otot uterus belum maksimal


dikarenakan organ reproduksi yang belum matang, sedangkan pada

usia lebih dari 35 tahun elastisitas otot rahim sudah menurun

menyebabkan kontraksi uterus tidak maksimal, menurut Palupi

(2011)

e. Paritas

Faktor paritas berpengaruh terhadap percepatan involusi uterus

dimana ibu yang melahirkan pertama kali elastisitas otot rahimnya

masih baik sehingga mempercepat proses involusi berbeda dengan

ibu yang telah sering melahirkan karena elastisitas otot-otot

rahimnya terganggu dan menyebabkan uterus tidak dapat

berkontraksi secara maksimal sehingga proses involusi terhambat.

Liana (2013)

C. Konsep Senam Nifas

1. Definisi

Menurut Asih dan Risneni, (2016) senam nifas adalah latihan gerak

yang dilakukan secepat mungkin setelah melahirkan, supaya otot-otot

yang mengalami peregangan selama kehamilan dan persalinan dapat

kembali kepada kondisi normal seperti semula, sedangkan menurut

Sutanto, (2018) senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu

postpartum setelah melahirkan, dan keadaan tubuhnya pulih kembali

yang dapat mencegah komplikasi masa nifas dan memulihkan serta

menguatkan otot.
Sementara itu menurut Astutik, (2015) senam nifas adalah gerakan

tubuh yang dilakukan setelah melahirkan untuk memulihkan dan

mempertahankan tekanan otot yang berkaitan dengan kehamilan dan

persalinan.

2. Tujuan dan Manfaat Senam Nifas

Menurut Marliandiani dkk (2015), tujuan dilakukan senam nifas

pada ibu post partum adalah

a. Membantu mempercepat pemuliha kondisis ibu.

b. Mempercepat proses involusi uterus.

c. Membantu memulihkan kekuatan dan kekencangan otot-otot

panggul, perut dan perineum.

d. Memperlancar pengeluaran lochea.

e. Membantu mengurangi rasa sakit pada otot-otot setelah

melahirkan.

3. Syarat Melakukan Senam Nifas

Menurut Marliandiani dkk, (2015) senam nifas dapat dilakukan

setelah persalinan, dengan ketentuan :

a. Ibu melahirkan secara normal dengan kondisi sehat dan tidak

kelainan serta komplikasi persalinan maupun nifas.

b. Ibu tidak mengalami nyeri perut.

c. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit jantung.

d. Memperhatikan kenyaman ibu.


4. Kontra Indikasi Senam Nifas

Kontra indikasi senam nifas menurut Widianti, Anggriyana (2010)

mengatakan Ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan tidak

diperbolehkan untuk melakukan senam nifas. Demikian juga ibu yang

mempunyai kelainan seperti jantung, ginjal atau diabetes, mereka

diharuskan untuk beristirahat total sekitar 2 minggu, karena ibu yang

mengalami komplikasi selama persalinan terlalu beresiko untuk

melakukan senam nifas, atau beraktivitas yang terlalu berat.

5. Waktu Dilakukan Senam Nifas

Senam ini dilakukan pada saat ibu benar-benar pulih dan tidak ada

komplikasi obstetrik atau penyulit masa nifas. Sebelum dilakukan

senam nifas sebaiknya periksa tanda-tanda vital dan memastikan

kondisinya baik dan bisa melakukan gerakan-gerakan senam nifas.

Akan tetapi tidak menutup kemungkinan ibu melakukan sendiri

gerakan senam nifas di rumah setelah kondisi ibu pulih. (Suherni,

2015)

6. Gerakan Senam Nifas

Menurut Agustina, Dewi (2012), gerakan senam nifas meliputi:

a. Berbaring dengan lutut ditekuk. Letakan tangan diatas perut

dibawah area iga-iga. Kemudian tarik nafas dalam dan lambat

melalui hidung dan dihembuskan melalui mulut secara perlahan,

kencangkan dinding abdomen untuk membantu mengosongkan

paru-paru. Anjuran : lakukan 5 kali gerakan setiap pagi dan sore.


b. Berbaring telentang, lalu lengan dikeataskan diatas kepala dengan

telapak terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan

regangkan lengan kanan. Pada waktu yang bersamaan rilekskan

kaki kiri dan regangkan kaki kanan sehingga ada regangan penuh

pada seluruh bagian kanan tubuh. Anjuran : lakukan 5 kali gerakan

setiap pagi dan sore.

c. Kontraksi vagina. Berbaring telentang. Kedua kaki sedikit

diregangkan. Tarik dasar panggul, tahan selama tiga detik dan

kemudian rileks. Anjuran : lakukan 5 kali gerakan setiap pagi dan

sore.

d. Berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan lengan dijulurkan ke

lutut. Angkat kepala dan bahu kira-kira 45 derajat lalu tahan 3

detik dan rilekskan dengan perlahan. Anjuran : lakukan 5 kali

gerakan setiap pagi dan sore.

e. Tidur telentang, kedua lengan di bawah kepala dan kedua kaki

diluruskan. Angkat kedua kaki sehingga pinggul dan lutut

mendekati badan semaksimal mungkin. Lalu luruskan dan angkat

kaki kiri dan kanan vertical dan perlahan-lahan turunkan kembali

ke lantai.

f. Gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar

kedalam dan dari dalam keluar. Lakukan gerakan ini selama

setengah menit.
D. Literatur Riview

1. Jurnal 1

Tabel 2.3 Literatur Riview Jurnal 1


Judul Pengaruh Senam Nifas Terhadap Penurunan
Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum
Penulis Andriyani, Nurlaila, R. Pranajaya
Responden 30 responden. Dengan kriteria Ibu post partum
dengan paritas primipara dan kondisi ibu yang
sehat.
Teori Masa nifas merupakan waktu yang dipakai untuk
melakukan pengawasan terhadap ibu postpartum
untuk menghindari terjadinya kematian yang
disebabkan oleh perdarahan. Kematian ibu pasca
persalinan biasanya terjadi dalam 6 sampai 8 jam
post partum. Hal ini disebabkan oleh infeksi,
perdarahan, eklampsia pospartum. (Manuba,
2010)
Senam nifas jarang dilakukan dapat disebabkan
karena ibu pasca melahirkan takut melakukan
banyak gerakan, takut jahitan lepas, masih sakit
pada luka perineum serta adanya kepercayaan
yang selama ini berkembang dan diyakini oleh
masyarakat yaitu bila belum genap 40 hari
setelah melahirkan ibu tidak diperbolehkan
melakukan aktivitas. Padahal apabila tidak
melakukan senam nifas diantaranya varises,
thrombosis vena karena sumbatan vena oleh
bekuan darah yang tidak lancar akibat ibu terlalu
membatasi gerakan selama masa nifas, infeksi
karena involusi uterus yang tidak baik sehingga
sisa darah tidak dapat dikeluarkan, serta
perdarahan yang abnormal. Oleh sebab itu
dengan melakukan senam nifas dapat
merangsang kontraksi uterus lebih baik sehingga
menghindari resiko terjadinya perdarahan.
(Salamah, 2019).
Hasil dan pembahasan Berdasarkan analisis pengaruh senam nifas
terhadap penurunan tinggi fundus uteri diketahui
bahwa dari 15 responden yang melakukan senam
nifas terdapat 13 orang (86,7%) mengalami
penurunan tinggi fundus uteri yang sesuai,
sedangkan dari 15 responden yang tidak
melakukan senam nifas terdapat 4 orang (26,7%)
mengalami penurunan tinggi fundus uteri yang
sesuai. Oleh karena itu ibu postpartum yang
melaksanakan senam nifas mempunyai peluang
17,875 kali mengalami penurunan tinggi fundus
uteri yang sesuai dibandingkan dengan ibu yang
tidak melaksanakan senam nifas. Berdasarkan
teori dan hasil penelitian di atas, menurut peneliti
penurunan tinggi fundus uteri pada ibu
postpartum yang melakukan senam nifas di BPS
Lia Maria Kecamatan Sukarame Bandar
Lampung cukup baik, karena pada umumnya
penurunan tinggi fundus uteri pada hari ke-3
adalah ≥ 3 jari dibawah pusat. Penurunan tinggi
fundus uteri dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti paritas, usia dan senam nifas.

2. Jurnal 2

Tabel 2.4 Literatur Riview Jurnal 2


Judul Tinggi Fundus Uteri Pada Pbu Post
Partum Yang Melaksanakan Senam
Nifas
Penulis Indra Gunawan, Titi Astuti
Responden 20 responden. Dengan kriteria ibu
post partum pasca 6 jam melahirkan
dengan kondisi ibu yang sehat.
Teori Pada ibu post partum involusi uterus
merupakan proses yang sangat
penting karena ibu memerlukan
perawatan yang khusus, bantuan dan
pengawasan demi pulihnya kesehatan
seperti sebelum hamil. Salah satu
indikator dalam proses involusi
adalah tinggi fundus uteri. Apabila
fundus uteri berada di atas batas
normal maka hal ini menandakan di
dalam rahim terjadi sesuatu. Salah
satunya adalah perdarahan didalam
rahim. (Bintariadi, 2009)
Salah satu cara agar tidak terjadi
perdarahan adalah dengan melakukan
senam nifas. Karena dengan
melakukan senam nifas maka otot-
otot yang berada pada uterus akan
mengalami kontraksi dan retraksi
yang mana dengan adanya kontraksi
ini akan menyebabkan pembuluh
darah pada uterus yang meregang
dapat terjepit sehingga perdarahan
dapat terhindar. (Oeswari 1999 dalam
Maryunani & Yetti 2011).

Hasil dan pembahasan Pada klien yang mendapatkan senam


nifas rata-rata mengalami penurunan
tinggi fundus uteri sebelum sebesar
10,000 dan sesudah sebesar 1,15
eksperimen menurun secara bermakna
(p-value 0,000<0,05). Hasil uji
statistik dapat disimpulkan ada
penurunan yang bermakna rata-rata
tinggi fundus uteri klien dalam
pelaksanaan sebelum dengan sesudah
mendapat eksperimen (p-value
<0,05).
Rata –rata penurunan tinggi fundus
uteri pada kelompok yang tidak
mendapatkan senam nifas sebelum
sebesar 9.85 dan sesudah 5,50,
meskipun secara statistik menurun,
akan tetapi jika dilihatnilai selisih
antara kedua kelompok tersebut,
maka kelompok eksperimen
selisihnya lebih besar dalam
mengalami penurunan , pada
kelompok eksperimen selisihnya
sebesar 8,85 dan kelompok kontrol
sebesar 4,35
Pada hasil penelitian diatas tampak
sekali perbedaan antara kedua
kelompok dalam penelitian dengan
ditunjukan oleh nilai selisih
penurunan tinggi fundus uteri pada
kedua kelompok penelitian. Pada
kelompok kontrol juga mengalami
penurunan karena secara fisiologis
tinggi fundus uteri akan menurun
dengan sendirinya dengan
bertambahnya waktu, akan tetapi pada
kelompok intervensi terlihat lebih
berarti penurunannya karena
ditambahkan senam nifas. Oleh
karena itu, senam nifas mempunyai
dampak yang baik terhadap
penurunan tinggi fundus uteri.

E. Kerangka Teori

Tahapan post partum

- Pureperium dini
- Pureperium intermedia
- Remoter pureperium

Konsep TFU

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
- Senam nifas konsep senam nifas
- Insiasi menyusui dini
- Mobilisiasi dini
- Usia
- Paritas

Tujuan :

- Memperlancar proses involusi


uterus
- Membantu meumulihkan
kekuatan otot-otot panggul,
perut, perineum
- Memperlancar pengeluaran
lochea
BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yaitu teknik

pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaah terhadap buku-buku,

literatur-literatur, catatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya

dengan masalah yang dipecahkan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh

dasar-dasar dan pendapat secara tertulis yang dilakukan dengan masalah yang

diteliti. Hal ini juga dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang akan

digunakan sebagai landasan perbandingan antara teori dengan prakteknya

dilapangan. Data sekunder melalui metode ini diperoleh dengan browsing di

internet, membaca berbagai literature, hasil kajian dari penelitu terdahulu, catatan

perkuliahan, serta sumber-sumber lain yang relevan (Nazir, 2013).

Adapun sifat penelitian ini adalah analisis deskriptif, yaitu penguraian

secara teratur data yang telah diperoleh dan kemudian diberikan pemahaman

serta penjelasan agar dapat dipahami dengan baik oleh pembaca.

B. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan tanggal 20 Oktober 2019 sampai tanggal 29

November 2019
C. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh bukan dari pengamatan langsung,

tetapi diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti-peneliti

sebelumnya, yang berupa buku dan laporan ilmiah dalam artikel atau jurnal.

Sumber utama pada penelitian ini adalah jurnal penelitian yang dilakukan oleh

Andriyani dkk (2013) karena dalam jurnal tersebut mengungkapkan hasil

senam nifas dapat menurunkan tinggi fundus uteri pada ibu postpartum.

Sumber kedua penelitian ini adalah jurnal penelitian yang dilakukan

oleh Indra dkk (2015) bahwa senam nifas dapat menurunkan tinggi fundus

uteri pada ibu postpartum. Hal ini sejalan dengan tujuan penulis untuk

menganalisa pemberian senam nifas terhadap percepatan penurunan tinggi

fundus uteri pada ibu postpartum.


D. Metode Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data

dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar

yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian.

Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data kemudian ditelaah

(Sugiyono, 2015).

2. Studi Literatur

Studi literatur adalah cara yang dipakai untuk menghimpun data-

data atau sumber-sumber yang berhubungan dengan topik yang

diangkat dalam suatu penelitian. Studi literatur bisa didapat dari

berbagai sumber, jurnal, buku dokumentasi, internet dan pustaka.

E. Metode Analisa Data

Data-data yang sudah diperoleh peneliti kemudian dianalisis dengan

menggunakan metode analisis deskriptif. Metode analisis deskriptif dilakukan

dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian dilanjutkan dengan

analisis, tidak semata-mata menguraikan, melainkan juga memberikan

pemahaman dan penjelasan secukupnya. Dalam menganalisis akan dilakukannya

proses memilih, membandingkan, menggabungkan, dan memilah berbagai

informasi yang sesuai dengan fokus studi.


F. Prosedur Penelitian

Prosedur penenlitian ini melalui prosedur :

1. Organize

Organize yaitu mengorganisir literatur yang akan ditinjau dengan

permasalahan melalui tahapan mencari ide, tujuan umum dan simpulan dari

literatur dengan cara membaca abstark, beberapa pendahuluan dan

kesimpulannya.

2. Synthesize

Menyatukan hasil organisir literature menjadi suatu ringkasan yang relevan

agar menjadi satu kesatuan dengan mencari keterkaitan antara literatur.

3. Identity

Mengidentifikasi isu-isu dalam literatur yang telah ditemukan dan dianggap

sangat penting untuk dibahas serta dilakukan analisis untuk medapatkan

tulisan yang menarik perhatian pembaca.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Persamaan dan perbedaan dari kedua jurnal

Tabel 4.1 Persamaan dan perbedaan dari kedua jurnal

Point yang ditelaah Persamaan Perbedaan


penulis

Judul jurnal dan Jurnal 1 dan 2 a. Judul jurnal 1:


Tujuan membahas pengaruh “Pengaruh Senam
pemberian senam nifas Nifas Terhadap
Tinggi Fundus Uteri
Pada Ibu Post
Partum”
Tujuan : tujuan
penelitian yang
dilakukan oleh
peneliti adalah
diketahuinya
pengaruh senam
nifas terhadap
penurunan tinggi
fundus uteri pada
ibu post partum.

b. Judul jurnal 2 :
“Tinggi Fundus
Uteri Pada Ibu Post
Partum Yang
Melaksanakan
Senam Nifas”
Tujuan : peneliti
tertarik untuk
melakukan
penelitian tentang
pengaruh senam
nifas terhadap
penurunan tinggi
fundus uteri pada
ibu post partum.

Penulis a. Jurnal 1 diterbitkan


tahun 2013 oleh
jurnal Jurnal
Keperawatan,
Volume IX, No. 2
ditulis oleh
Andriyani, Nurlaila,
R. Pranajaya.
b. Jurnal 2 diterbitkan
tahun 2015 oleh
jurnal Keperawatan
Volume XI, No. 2
ditulis oleh Indra
Gunawan, Titi
Astuti.

Lokasi penelitian a. Jurnal 1 : BPS Lia


Maria Sukarame
Bandar Lampung.
b. Jurnal 2 : Ulu Belu
Kabupaten
Tanggamus.

Point yang diteliti Pada jurnal 1 dan 2 a. Jurnal 1 : poin yang


poin yang diteliti yaitu diteliti yaitu
perbedaan pemberian perbandingan
senam nifas. penurunan tinggi
fundus uteri pada
ibu post partum
yang diterapkan
senam nifas dan
yang tidak
diterapkan senam
nifas.
b. Jurnal 2 : poin yang
diteliti yaitu
perbandingan
penurunan tinggi
fundus uteri pada
ibu post partum
yang diterapkan dan
yang tidak
diterapkan senam
nifas. Yang mana
sebelumnya
responden
dikelompokan pada
beberapa
karakteristik seperti
kelompok intervensi
dan kelompok
kontrol dengan
kriteria sampel
adalah ibu-ibu post
partum normal yang
melahirkan.

Responden a. Jurnal 1 : 30
responden. Dengan
kriteria Ibu post
partum dengan
paritas primipara
dan kondisi ibu
yang sehat.
b. Jurnal 2 : 40
responden. Dengan
kriteria ibu post
partum pasca 6 jam
melahirkan, dengan
kondisi ibu yang
sehat.

Metodelogi Penelitian a. Jurnal 1 : Metode


penelitian
menggunakan
Experimental
dengan desain
penelitian pra
Experiment.
Teknik sampling :
Pengumpulan data
dengan cara
mengobservasi ibu
yang melakukan
senam nifas dan
mencatatnya ke
dalam lembar check
list
Analisi data
menggunakan uji
Chi-Square.
b. Jurnal 2 : Metode
penelitian
menggunakan jenis
penelitian kuantitatif
dengan desain
Quasi Eksperimen
serta pendekatan
Non Equivalen
Control Group.
Pemilihan sampel
dengan teknik
Accidental
sampling.
Instrumen yang
digunakan peneliti
adalah lembar
observasi.
Analisa data
menggunakan uji
statistik T-Test.
Hasil penelitian a. Jurnal 1 : Hasil
penelitian
didapatkan, dari 15
ibu nifas yang
melakukan senam
nifas terdapat 13
orang (86,7%)
mengalami
penurunan tinggi
fundus uteri yang
sesuai. Sedangkan
dari 15 ibu nifas
yang tidak
melakukan senam
nifas terdapat 4
orang (26,7%)
mengalami
penurunan tinggi
fundus uteri yang
sesuai dengan nilai
p value 0,03≤(0,05)
b. Jurnal 2 : Rata-rata
penurunan tinggi
fundus uteri pada
kelompok yang
tidak mendapatkan
senam nifas
sebelum sebesar
9,85 dan sesudah
5,50, meskipun
secara statistik
menurun, akan
tetapi jika dilihat
nilai selisih antara
kedua kelompok
tersebut, maka
kelompok
eksperimen lebih
besar dalam
mengalami
penurunan pada
kelompok
eksperimen
selisihnya sebesar
8,85 dan kelompok
kontrol sebesar
4,35.

B. Pembahasan

Hasil penelitian jurnal 1 : penelitian Andriyani dkk (2013)

“Pengaruh Senam Nifas Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada

Ibu Post Partum” yaitu menunjukan bahwa dari 15 ibu nifas yang

melakukan senam nifas terdapat 13 orang (86,7%) mengalami penurunan

tinggi fundus uteri yang sesuai. Sedangkan dari 15 ibu nifas yang tidak

melakukan senam nifas terdapat 4 orang (26,7%) mengalami penurunan

tinggi fundus uteri yang sesuai dengan nilai p value 0,03≤(0,05).

Hasil penelitian jurnal 2 : peneliti Indra Gunawan dkk (2015)

“Tinggi Fundus Uteri Pada Ibu Post Partum Yang Melaksanakan Senam

Nifas” yaitu berdasarkan rata-rata penurunan tinggi fundus uteri pada

kelompok yang tidak mendapatkan senam nifas sebelum sebesar 9,85 dan
sesudah 5,50, meskipun secara statistik menurun, akan tetapi jika dilihat

nilai selisih antara kedua kelompok tersebut, maka kelompok eksperimen

lebih besar dalam mengalami penurunan pada kelompok eksperimen

selisihnya sebesar 8,85 dan kelompok kontrol sebesar 4,35.

Dari hasil penelitiaan kedua jurnal tersebut dapat dikatakan bahwa

ada pengaruh senam nifas yang dapat menurunkan tinggi fundus uteri pada

ibu post partum. Seperti yang dikatakan oleh Maryunani & Yetti (2011)

bahwa senam nifas dapat mempercepat proses involusi uteri serta

mengurangi terjadinya perdarahan karena merangsang oksitosin secara

alamiah. Dan menurut Maritalia (2014) bahwa dengan mengikuti senam

nifas, gerakan-gerakan yang ada dapat mengencangkan otot-otot perut

sehingga secara tidak langsung dapat merangsang otot-otot rahim agar

berfungsi secara optimal dan tidak terjadi perdarahan post partum.

Dampak yang terjadi apabila tidak melakukan senam nifas diantaranya

varises, thrombosis vena karena sumbatan vena oleh bekuan darah yang

tidak lancar akibat ibu terlalu membatasi gerakan selama masa nifas,

infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak

dapat dikeluarkan, serta perdarahan yang abnormal (Suherni, 2009).

Dengan demikian dilakukannya senam nifas bagi ibu nifas yaitu dapat

memperbaiki elastisitas otot-otot yang telah mengalami peregangan,

meningkatkan ketenangan dan memperlancar sirkulasi darah, dan

mengembalikan rahim pada posisi semula (involusi).


Pada Jurnal 1 tidak menyebutkan alat dan prosedur senam nifas,

pada jurnal hanya menyebutkan survey data menggunakan hasil observasi

dan mencatat ke dalam lembar check list. Adapun hasil penelitian yang

dilakukan oleh Masruroh di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Darul

Ulum Jombang tahun 2009 didapatkan pada ibu post partum sebelum

dilakukan senam nifas mengalami penurunan tinggi fundus uteri sebesar

27,3% dan setelah dilakukan senam nifas mengalami peningkatan menjadi

81,8%. Pada ibu postpartum yang tidak melakukan senam nifas

mengalami penurunan tinggi fundus uteri normal sebesar 36,4% dan tidak

normal sebesar 64,6%. Berdasarkan teori dan hasil penelitian diatas,

menurut peneliti penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum yang

melakukan senam nifas di BPS Lia Maria Kecamatan Sukarame Bandar

Lampung cukup baik. Karena pada umumnya penurunan tinggi fundus

uteri pada hari ke-3 adalah ≥ 3 jari bawah pusat. Penurunan tinggi fundus

uteri dipengaruhi bebarapa faktor seperti paritas, usia dan senam nifas.

Maka dari itu dengan melakukan senam nifas penurunan tinggi fundus

uteri dapat berjalan lebih cepat karena senam nifas dapat merangsang otot-

otot polos berkontraksi lebih baik.

Pada jurnal 2 menyebutkan instrumen yang dignakan hanya lembar

observasi dan hasil analisa data yang di uji statistik dengan menggunakan

T Test. Senam nifas atau senam pasca melahirkan lebih baik dilakukan

langsung setelah persalinan (dengan kondisi ibu sehat, yaitu biasanya 6

jam pasca melahirkan). Menjalankan senam kembali memiliki banyak


manfaat dan ada banyak faktor terpenting dalam kehidupan untuk memulai

program kebugaran baru setelah melahirkan (Oeswari 1999 dalam

Maryunani & Yetti 2011). Involusi atau pengerutan uterus merupakan

suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil, proses ini

dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot polos uterus

(Diah, 2008). Maka peneliti berpandat bahwa penting kiranya ibu-ibu post

partum melakukan ambulasi sedini mungkin untuk memperlancar proses

involusi, hal tersebut dikarenakan secara fisiologis tinggi fundus uteri akan

menurun setelah melahirkan, akan tetapi proses perubahan tinggi fundus

uteri tersebut akan menurun dengan cepat apabila ibu nifas dengan segera

melakukan ambulasi dengan salah satunya senam nifas.

Pada jurnal 1 senam nifas dilakukan selama 3 hari, hal ini sejalan

dengan teori yang ada bahwa setelah proses persalinan berakhir terjadi

proses involusi uteri yang ditandai dengan penurunan tinggi fundus uteri

yang terjadi berangsur-angsur, uterus ibu yang baru melahirkan masih

membesar, jika diraba dari luar tinggi fundus uteri kira-kira 1 jari dibawah

pusat. Pada hari ketiga, kira-kira 2 atau 3 jari dibawah pusat. Hari kelima,

pada pertengahan antara pusat dan simphysis. Hari kesembilan, kira-kira 1

jari di atas simphysis. Dan setelah hari kesepuluh, biasanya uterus tersebut

dari luar tidak teraba lagi (Maryunani, 2009). Peneliti Surtiati dan Nawati

(2010) menyebutkan senam nifas yang dilakukan pada ibu post partum

berpengaruh terhadap pemulihan fisik sembilan kali lebih baik pada ibu

yang diberi senam nifas dibandingkan dengan ibu yang tidak diberikan
senam nifas. Latihan fisik berupa senam nifas pada masa post partum

berpengaruh terhadap pemulihan fisik ibu post partum lebih cepat,

keterangan ini menandakan bahwa pemulihan fisik termasuk involusi

uterus.

Jurnal 2 senam nifas sebaiknya dilakukan 6 jam pasca melahirkan

dengan kondisi ibu sehat (Oeswari 1999 dalam Maryunani & Yrtti 2011).

Senam nifas dilakukan selama 3 hari, pengukuran tinggi fundus uteri

menggunakan sentimeter yang diukur dari umbilikus sebagai indikasi dari

proses involusi uteri. Menurut Ikhtiarinawati dan Dewi (2012) dengan

banyaknya keuntungan dari mobilisasi dini dalam senam nifas, maka ibu

nifas yang malas atau takut melakukan senam nifas akan berakibat buruk

diantaranya keterlambatan penurunan tinggi fundus uteri, perdarahan

berkepanjangan, pengeluaran lochea tidak lancar, serta peredaran darah

tidak lancar karena ibu hanya tidur terlentang di tempat tidur. Menurut

Emily (2010) menyatakan bahwa senam nifas sangat efektif dalam

meningkatkan kesejahteraan ibu dan dapat mengurangi masalah jangka

panjang pada masa nifas. Penelitian ini menggunakan latihan fisik selama

30 menit dilaksanakan selama 2 kali seminggu memperlihatkan pengaruh

yang signifikan pada kelompok yang melaksanakan latihan fisik senam

nifas pada masa post partum.


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hasil literatur riview ini dapat diketahui bahwa senam nifas

mampu menurunkan tinggi fundus uteri pada ibu post partum. Dibuktikan

dengan jurnal pertama didapatkan dari 15 ibu nifas yang melakukan senam

nifas terdapat 13 orang (86,7%) yang mengalami penurunan tinggi fundus

uteri yang sesuai. Sedangkan dari 15 ibu nifas yang tidak melakukan

senam nifas terdapat 4 orang (26,7%) mengalami penurunan tinggi fundus

uteri yang sesuai dengan nilai p value 0,03≤(0,05). Sedangkan pada jurnal

kedua rata-rata penurunan tinggi fundus uteri pada kelompok yang tidak

mendapatkan senam nifas sebelum sebesar 9,85 dan sesudah 5,50,

meskipun secara statistik menurun, akan tetapi jika dilihat nilai selisih

antara kedua kelompok tersebut, maka kelompok eksperimen lebih besar

dalam mengalami penurunan pada kelompok eksperimen selisihnya

sebesar 8,85 dan kelompok kontrol sebesar 4,35.


B. MANFAAT

1. Bagi Peneliti

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang

pengaruh senam nifas terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada ibu

postpartum.

2. Bagi Institusi

Diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan bahan bacaan di

perpustakaan Politeknik Yakpermas Banyumas.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan dapat menjadi acuan peneliti untuk penelitian lebih lanjut

mengenai pengaruh senam nifas terhadap penurunan tinggi fundus uteri

pada ibu postpartum.

C. SARAN
Senam nifas dapat diterapkan untuk penurunan tinggi fundus uteri pada
ibu post partum. Dan perlu dilakukan penelitian lain yang berkaitan
dengan senam nifas untuk mendapatkan berbagai manfaat terhadap
pemulihan ibu post partum.

Anda mungkin juga menyukai