Anda di halaman 1dari 39

BAB II

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

2.1 TAHAP PERSIAPAN


2.1.1 Kegiatan Pengurusan Perizinan
A. Komponen geofisik kimia
Tidak terdapat parameter lingkungan geofisik kimia yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
B. Komponen biologi
Tidak terdapat parameter lingkungan biologi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
C. Komponen sosial budaya
Tidak terdapat parameter lingkungan sosial budaya yang perlu diakukan pemantauan
lingkungan hidup.
D. Komponen ekonomi
1. Sumber dampak penting
a. Peningkatan PAD
Dalam aturan perundang-undangan, setiap kegiatan pertambangan akan dapat
memberikan pemasukan bagi daerah (PAD), hal ini terkait dengan pengurusan
perizinan dan pembayaran retribusi atau pajak. Izin yang dimiliki oleh
pemrakarsa akan selalu diperpanjang terus selama kegiatan berlangsung,
dengan demikian, pembayaran berupa retribusi atau pajak akan meningkatkan
PAD Kabupaten Konawe Utara. Perizinan yang menjadi sumber-sumber PAD
yaitu Izin Usaha Pertambangan (IUP) Eksplorasi, Izin Usaha Pertambangan
Operasi Produksi, Kelayakan Lingkungan, pembayaran pajak dan retribusi
lainnya.
2. Indikator dampak
Jumlah peningkatan PAD Kabupaten Konawe Utara dari kontribusi perizinan
usaha pertambangan.
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
Memantau kontribusi terhadap PAD Kabupaten Konawe Utara.
4. Metode pemantauan lingkungan hidup
Memantau pembayaran perizinan pada instansi terkait sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
Pemda Kabupaten Konawe Utara.
6. Frekuensi dan periosde pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung.
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Kehutanan Republik Indonesia
 Kementerian Energy dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Pertambangan Kabupaten Konawe Utara
 Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Kehutanan Republik Indonesia
 Kementerian Energy dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Pertambangan Kabupaten Konawe Utara
 Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
E. Komponen kesehatan masyarakat
Tidak terdapat parameter lingkungan geofisik kimia yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.

2.1.2 Kegiatan Sosialisasi


A. Komponen Geofisik kimia
Tidak terdapat parameter lingkungan geofisik kimia yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup
B. Komponen Biologi
Tidak terdapat parameter lingkungan biologi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup
C. Komponen Sosial Budaya
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
a. Sikap dan persepsi masyarakat
Selain untuk menghindari gejolak yang mungkin timbul di tengah masyarakat,
kegiatan sosialisasi juga dapat membantu PT. Rizqi Cahaya Makmur untuk
membentuk sikap dan persepsi masyarakat yang positif terhadap pemrakarsa,
akan tetapi dapat pula membentuk sikap dan persepsi negatif masyarakat.
b. Keresahan masyarakat
Untuk menghindari terjadinya gejolak di kalangan masyarakat, maka kegiatan
sosialisasi diupayakan untuk dilaksanakan secara intens dengan menghadirkan
tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, pemerintah setempat dan
masyarakat, sehingga kehadiran perusahaan betul-betul dipaham manfaatnya,
baik manfaat positif maupun dampak negatif.
2. Indikator dampak
 Jumlah dan frekuensi keluhan masyarakat yang diterima oleh PT. Rizqi
Cahaya Makmur
 Jumlah dan frekuensi konflik yang terjadi akibat kegiatan PT. Rizqi Cahaya
Makmur
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
Mengetahui terjadinya keluhan masyarakat akibat kegiatan persiapan
penambangan PT. Rizqi Cahaya Makmur
4. Metode pemantauan lingkungan hidup
Wawancara, RRA dan kuesioner. Sampel dipilih secara acak berdasarkan
keterwakilan masyarakat di lokasi rencana kegiatan yaitu di Desa Boenaga dan
Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
D. Komponen Ekonomi
Tidak terdapat parameter lingkungan ekonomi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
E. Komponen Kesehatan Masyarakat
Tidak terdapat parameter lingkungan kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan
pemantauan lingkungan hidup.

2.1.3 Kegiatan Eksplorasi dan survei lapangan


A. Komponen Geofisk kimia
Tidak terdapat parameter lingkungan geofisik kimia yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
B. Komponen Biologi
Tidak terdapat parameter lingkungan biologi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
C. Komponen Sosial Budaya
Tidak terdapat parameter lingkungan sosial budaya yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
D. Komponen Ekonomi
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Salah satu harapan masyarakat dengan hadirnya investor pertambangan adalah
adanya kesempatan kerja (sebagai tenaga kerja) bagi penduduk lokal. Pada
tahapan kegiatan eksplorasi dan survei lapangan akan dibutuhkan tenaga kerja
baik itu tenaga ahli maupun non tenaga ahli. Pemenuhan tenaga kerja tersebut
akan diutamakan dari masyarakat setempat sehingga menambah ketersediaan
kesempatan kerja bagi masyarakat setempat.
2. Indikator dampak
 Peningkatan kesempatan kerja
 Jumlah tenaga kerja lokal yang diterima sebagai tenaga kerja pada kegiatan
eksplorasi maupun kegiatan operasi penambangan.
3. Tujuan rencana pemantau lingkungan
 Mengetahui apakah ada pemberian kesempatan kerja bagi penduduk
setempat.
 Mengetahui apakah kagiatan ini berkontribusi mengurangi pengangguran
pada penduduk setempat.
4. Metode pemantauan lingkungan hidup
 Memantau jumlah daerah asal tenaga kerja yang bekerja pada PT. Rizqi
Cahaya Makmur dan kontraktor melalui penelaahan data tenaga kerja yang
tersedia
 Analisa data dilakukan secara tabulasi dan presentase
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
Desa Boenaga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Kehutanan Republik Indonesia
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Pertambangan Kabupaten Konawe Utara
 Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Konawe Utara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Kehutanan Republik Indonesia
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Pertambangan Kabupaten Konawe Utara
 Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Konawe Utara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
E. Komponen Kesehatan masyarakat
Tidak terdapat parameter lingkungan kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan
pemantauan lingkungan hidup

2.1.4 Kegiatan Pembebasan lahan


A. Komponen Geofisik kimia
Tidak terdapat parameter lingkungan geofisik kimia yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup
B. Komponen Biologi
Tidak terdapat parameter lingkungan biologi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup
C. Komponen Sosial Budaya
a. Dampak penting dan sumber dampak penting
a. Sikap dan persepsi masyarakat
Kejelasan proses pembebasan lahan baik mengenai sistem pembebasan
(kompensasi, royalti atau ganti layak) dan besaran nilai yang diperoleh
masyarakat dari sistem tersebut harus transparan dan berdasarkan kesepakatan
bersama antara masyarakat pemilik lahan dan pemrakarsa serta mengikuti
aturan perundang-undangan karena kegiatan pembebasan lahan ini dapat
menimbulkan persepsi positif masyarakat dan juga persepsi negatif.
b. Keresahan masyararakat
Masyarakat akan mengalami keresahan apabila kegiatan pembebasan lahan
tidak memuaskan masyarakat baik yang mengenai sistem pembebasan
maupun besaran nilai atas lahan tersebut.
c. Keresahan instansi terkait
Masuknya sebahagian kawasan Hutan Produksi (HP) dalam areal Izin Usaha
Pertambangan (IUP) PT. Rizqi Cahaya Makmur maka hal ini akan
menimbulkan keresahan dari pihak pemerintah setempat terutama dari dinas
Kehutanan sebagai instansi teknis yang mempunyai kewenangan terhadap
keberadaan hutan di Kabupaten Konawe Utara. Namun demikian sesuai
dengan aturan perundang-undangan yang berlaku maka sebelum kegiatan
dilakukan wajib mendapat izin dari Menteri Kehutanan.
b. Indikator dampak
 Jumlah dan frekuensi keluhan masyarakat yang diterima oleh PT. Rizqi
Cahaya Makmur
 Jumlah dan frekuensi konflik yang terjadi akibat kegiatan PT. Rizqi Cahaya
Makmur
 Jumlah dan frekuensi pelanggaran terhadap peraturan perundangan yang
berlaku oleh PT. Rizqi Cahaya Makmur.
c. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
 Mengetahui terjadinya keluhan masyarakat akibat kegiatan persiapan
penambangan PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Mengetahui terjadinya pelanggaran peraturan dan perundangan yang berlaku
terutama melakukan kegiatan penambangan dalam kawasan lindung, hutan
produksi yang belum memiliki izin pinjam pakai kawasan dari Kementerian
Kehutanan Republik Indonesia.
d. Metode pemantauan lingkungan hidup
Wawancara, RRA dan kuesioner. Sampel dipilih secara acak berdasarkan
keterwakilan masyarakat di lokasi rencana kegiatan yaitu di Desa Boenaga
Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara.
e. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
Desa Boenaga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
f. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bula selama tahap persiapan berlangsung.
g. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Konawe Utara
 Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Konawe Utara
 Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
D. Komponen Ekonomi
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen sosial ekonomi yang diprakirakan untuk dipantau adalah:
a. Peningkatan pendapatan
Dampak positif diprakirakan akan diperoleh masyarakat dalam kegiatan
pembebasan lahan untuk lokasi tambang dan jalur transportasi pengangkutan
hasil tambang, karena pada tahapan ini masyarakat akan memperoleh
kompensasi atau ganti layak lahan atau royalti terhadap lahan mereka yang
masuk dalam areal Izin Usaha Pertambangan sehingga dapat meningkatkan
pendapatan pemilik lahan di wilayah penambangan tersebut.
2. Indikator dampak
 Peningkatan pendapatan masyarakat
 Ganti rugi yang layak
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
Mengetahui sistem dan besaran ganti rugi lahan yang layak bagi pemilik lahan
4. Metode pemantauan lingkungan hidup
Wawancara, RRA dan kuesioner. Sampel dipilih secara acak berdasarkan
keterwakilan masyarakat di lokasi rencana kegiatan yaitu di Lasolo Kabupaten
Konawe Utara.
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
Desa Boenaga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara.
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung.
7. Institus pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Pertambangan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Konawe Utara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Pertambangan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Konawe Utara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
E. Komponen Kesehatan Masyarakat
Tidak terdapat parameter lingkungan kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan
pemantauan lingkungan hidup.

2.1.5 Kegiatan Pembersihan lahan


A. Komponen Geofisik kimia
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen geofisik kimia yang diprakirakan untuk dipantau adalah:
a. Debu
Meningkatnya kandungan debu di udara dapat menyebabkan kualitas udara
ambien akan mengalami penurunan terutama pada areal lokasi tambang
(karena bertambahnya kandungan debu di udara ambien sebagai aktivitas
pembersihan lahan). Debu yang terangkat ke permukaan tanah akan
mengganggu pernapasan pekerja.
b. Kebisingan
 Kebisingan sebagai akibat dari kegiatan pembersihan lahan yang akan
berlangsung, diprakirakan akan meningkat terutama di lokasi proyek dan
sekitarnya.
 Pengoperasian peralatan saat pembersihan lahan akan meningkatkan
intensitas kebisingan. Tingkat kebisingan yang akan terjadi diprakirakan
sebesar 76 dBA. Lokasi tapak proyek yang jauh dengan pemukiman
memungkinkan kebisingan saat konstruksi pembangunan sarana prasarana
terutama jalan tambang, tidak akan mengganggu masyarakat sekitar.
c. Erosi dan sedimentasi
 Pembersihan lahan akan merubah nilai koefisie air larian (C) dari
bervegetasi menjadi daerah terbuka, dengan demikian akan meningkatkan
erosi.
 Dampak turunan dari meningkatnya laju erosi adalah peningkatan
kekeruhan akibat peningkatan TSS.
d. Kualitas air
Walaupun kegiatan pembersihan lahan dilakukan dengan sistem sub blok,
tetapi kegiatan ini akan menyebabkan tanah pada lokasi yang dibersihkan akan
tererosi terutama pada musim hujan, sehingga akan banyak partikel-partikel
tanah yang masuk ke badan sungai. Masuknya partikel tanah ke badan sungai
ini akan turut memberikan perubahan yang berarti terhadap kualitas air
khususnya kekeruhan, BOD, TDS, TSS dan logam-logam lainnya seperti Fe,
Mn dan Cr. Perubahan kualitas air ini sangat luas dan terjadi jika jalan
pembersihan lahan berdekatan dengan sungai.
2. Indikator dampak
a. Debu
 Peningkatan konsentrasi debu pada udara ambient
 Konsentrasi debu tidak melebihi baku mutu yang tercantum pada PP No.
41 Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara
b. Kebisingan
 Peningkatan kebisingan sekitar pemukiman masyarakat
 Kebisingan tidak melebihi baku mutu yang tercantum pada Kep 48
MENLH Tahun 1996 tentang baku mutu kebisingan untuk kawasan
pemukiman
c. Erosi
Erosi tidak melebihi nilai Erosi yang dapat ditoleransikan (Etol)
d. Sedimentasi
Nilai TSS pada sungai dan laut tidak melebihi baku mutu kualitas air II
berdasarkan PP Nomor 82 tahun 2001 Kepmen LH No.51 Tahun 2004 tentang
kualitas air laut.
e. Kualitas air
Parameter kualitas air tidak melebihi sebagaimana diisyaratkan pada PP Nomo
82 tahun 2001 tentang baku mutu air kelas II dan Kepmen LH N0. 51 Tahun
2004 tentang kualitas air laut.
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
 Mengetahui dampak negatif yang timbul akibat meningkatnya kadar debu di
udara terutama di lingkungan kerja dan pemukiman masyarakat.
 Mengetahui dampak negatif yang timbul akibat peningkatan kebisingan
terutama di lingkungan kerja dan pemukiman masyarakat
 Mengetahui terjadinya pencemaran pada sungai dan laut.
4. Metode pemantauan lingkungan hidup
a. Debu
 Mengamati secara langsung dan wawancara pekerja terhadap proses atau
SOP kegiatan yang dilakukan
 Mengamati secara langsung atau wawancara apakah dilakukan
penyiraman secara berkala terutama pada wilayah yang memberikan
dampak besar.
b. Kebisingan
 Mengamati secara langsung atau wawancara kepada pekerja apakah
pekerja diwajibkan menggunakan APD sesuai dengan SOP pertambangan.
 Mengamati secara langsung apakah dilakukan pemasangan peredam pada
peralatan yang menjadi sumber bunyi
 Mengamati atau mewawancarai masyarakat sekitar dan pekerja apakah
kegiatan tidak/atau melakukan kegiatan pada jam-jam istirahat
masyarakat.
c. Erosi dan sedimentasi
 Mengamati secara langsung terhadap proses pembukaan lahan dilakukan
secara bertahan dan dilakukan penghijauan
 Mengamati secara langsung apakah dibuat sedimen pond dan atau
drainase.
d. Kualitas air
 Mengamati secara langsung apakah kegiatan pembersihan lahan dilakukan
sekaligus atau secara bertahap
 Mengamati secara langsung apakah dalam proses pembersihan lahan
menyisahkan vegetasi atau pohon-pohon dekat aliran sungai sebagai
penyangga atau filter
 Mengamati secara langsung apakah pembersihan lahan tidak dilakukan
pada daerah sungai radisu 200-500 meter
 Mengamati secara langsung apakah membuat sedimen pond dan atau
drainase
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung atasu saat kegiatan
berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Perikanan dan Kelautan RI
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Konawe Utara
 Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas perikanan dan kelautan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Prikanan dan Kelautan RI
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Konawe Utara
 Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas perikanan dan kelautan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
B. Komponen Biologi
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen biologi yang perlu dipantau adalah:
a. Flora
Kawasan Izin Usaha Pertambangan umumnya memiliki berbagai jenis
vegetasi. Jika kegiatan pembukaan lahan dilakukan (pembersihan lahan) maka
akan berdampak pada hilangnya vegetasi yang juga merupakan habitat
berbagai jenis hewan. Lahan yang akan dibuka sekitar 140,63 ha dan akan
ditingkatkan apabila telah mendapat izin pinjam pakai kawasan hutan selama
10 tahun, sehingga diprakirakan akan terjadi kerusakan vegetasi yang ad.
2. Indikator dampak
Tingkat kerapatan, sebaran dan dominasi
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
Mempertahankan vegetasi pada lokasi yang tidak dilakukan penambangan
4. Metode pemantauan lingkungan hidup
Pengamatan langsung di lapangan terhadap kegiatan pembersihan, apakah
pembersihan lahan dilakukan secara bertahap dan terencana oleh pemrakarsa dan
secepat mungkin melakukan penghijauan pada lahan-lahan yang tidak dilakukan
penambangan
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan atau setiap proses tahap pembersihan lahan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara

????//

2.1.6 Kegiatan Pembangunan sarana dan prasarana


A. Komponen Geofisik kimia
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen geofisik kimia yang perlu dipantau adalah:
a. Debu
Kegiatan pembangunan sarana dan prasarana terutama pembuatan jalan
tambang, dimana kegiatan pembuatan jalan diawali dengan penyiapan tanah
dasar berupa pengelupasan lapisan tanah atas. Pengelupasan ini akan
menyebabkan mudah terlepasnya agregat-agregat tanah sehingga pada musim
kemarau akan sangat mudah diterbangkan oleh angin menjadi partikel debu.
Setelah penyiapan tanah dasar selesai, akan dilanjutkan penimbunan dengan
tanah timbunan. Penimbunan ini akan menyebabkan banyaknya partikel tanah
terangkat ke udara. Debu yang terangkat ke permukaan tanah diprakirakan
akan mengganggu pernapasan pekerja.
2. Indikator dampak
 Peningkatan konsentrasi debu pada udara ambient
 Konsentrasi debu tidak melebihi baku mutu yang tercantum pada PP No. 41
Tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
 Mengetahui apakah kegiatan pembangunan sarana dan prasarana
menimbulkan dampak pada meningkatnya kadar debu di udara terutama di
lingkungan kerja dan pemukiman masyarakat.
4. Pemantauan lingkungan hidup
 Memantau secara langsung apakah pekerja diwajibkan menggunakan APD
sesuai SOP Pertambangan
 Memantau secara langsung apakah melakukan penyiraman secara berkala
terutama pada wilayah yang memberikan dampak besar
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas tenaga kerja dan Transmigrasi Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten
Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
B. Komponen Biologi
Tidak terdapat parameter ;ingkungan sosial budaya yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup
C. Komponen Sosial Budaya
Tidak terdapat parameter lingkungan sosial budaya yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup
D. Komponen Ekonomi
Tidak terdapat parameter lingkungan ekonomi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup
E. Komponen Kesehatan Masyarakat
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat terjadi pada tenaga kerja yang berada
pada front kerja. Dampak dari kegiatan pembangunan sarana dan prasarana
bagi para pekerja adalah akibat kecelakaan kerja.
2. Indikator dampak
Jumlah kecelakaan saat kerja ataupun sakit akibat kerja
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
Mengetahui apakah terjadi penurunan kesehatan dan pencegahan terjadinya
kecelakaan akibat kerja.
4. Metode pemantauan lingkungan hidup
 Memantau secara langsung apakah pekerja memakai peralatan K3 seperti
helm, masker, sepatu both dan lain-lain.
 Memantau apakah pekerja diberikan jaminan asuransi kesehatan
 Memantau secara langsung apakah tersedia kotak P3K di lokasi kerja
 Memantau apakah setiap kejadian kecelakaan, pihak pemrakarsa segera
melakukan pengobatan ke rumah sakit setempat bila karyawan mengalami
kecelakaan berat.
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Konawe Utara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 BapedaldaKabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Konawe Utara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo

2.1.7 Kegiatan Mobilisasi Peralatan


A. Komponen Geofisik kimia
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen geofisik kimia yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
a. Debu
Kendaraan pengangkut alat berat dan material yang beroperasi pada tahapan
kegiatan mobilisasi peralatan berpotensi menimbulkan sebaran debu oleh
hempasan lajunya kendaraan. Kondisi ini akan berdampak pada pengguna
jalan dan penduduk yang bermukim di sekitar tepi jalan. Melihat kondisi jalan
yang akan dilalui merupakan jalan aspal dan pengerasan maka partikel debu
akibat hempasan kendaraan besar kemungkinan terjadi. Peningkatan debu
disebabkan oleh hempasan angin kendaraan pada jalur yang dilalui kendaraan
pengangkut.
b. Kebisingan
Kegiatan mobilisasi peralatan akan menimbulkan dampak kebisingan dengan
sumber kegiatan yaitu rata-rata jarak rumah penduduk dengan jalan sekitar 50
m, maka kebisingan akan mengalami peningkatan.
2. Indikator dampak
a. Debu
 Peningkatan konsentrasi debu pada udara ambient
 Konsentrasi debu tidak melebihi baku mutu yang tercantum pada PP No.
41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
b. Kebisingan
Adanya kebisingan dari pekerja atau masyarakat sekitar tentang peningkatan
kebisingan dan baku tingkat kebisingan (55 dBA) sesuai Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. Kep-48/MENLH/11/1996
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan hidup
 Mengetahui dampak negatif yang timbul akibat meningkatnya kadar debu di
udara terutama di lingkungan kerja dan pemukiman masyarakat
 Mengetahui apakah ada keluhan dari pekerja masyarakat setempat terhadap
kebisingan saat mobilisasi peralatan
4. Metode pemantauan lingkungan hidup
 Melakukan pengukuran secara langsung tingkat partikel debu di lingkungan
kerja maupun pemukiman masyarakat terdekat
 Pengamatan secara langsung, apakah pekerja diwajibkan menggunakan APD
sesuai dengan SOP pertambangan.
 Pengamatan secara langsung, apakah dilakukan penyiraman secara berkala
terutama pada wilayah yang memberikan dampak besar
 Pengamatan secara langsung, apakah dilakukan pemasangan peredam
(silincer) pada peralatan yang menjadi sumber bising
 Melakukan pengamatan secara langsung dan wawancara, terhadap aktivitas
kegiatan kendaraan terutama pada siang hari.
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo

B. Komponen Biologi
Tidak terdapat parameter lingkungan sosial budaya yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup
C. Komponen Sosial Budaya
Tidak terdapat parameter lingkungan sosial budaya yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
D. Komponen Ekonomi
Tidak terdapat parameter lingkungan hidup ekonomi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
E. Komponen Kesehatan Masyarakat
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
a. Pola penyakit
Peningkatan partikel debu dan peningkatan kebisingan pada tahap mobilisasi
peralatan dan material akan memberi dampak pada kesehatan masyarakat
berupa perubahan pola penyakit yang merupakan dampak lanjutan dari
penurunan kualitas udara. Karena dampak kebisingan yang cukup besar maka
dampak pada kesehatan masyarakat juga sangat besar kemungkinannya.
2. Indikator dampak
Jumlah kecelakaan saat kerja ataupun sakit akibat kerja.
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
Mengetahui apakah terjadinya penurunan kesehatan dan pencegahan terjadinya
kecelakaan akibat kerja.
4. Metode Pemantauan lingkungan hidup
 Pengamatan secara langsung, apakh pekerja memakai peralatan K3 seperti
helm, masker, sepatu both dan lain-lain.
 Wawancara kepada pekerja dan pemantauan secara langsung apakah pihak
pemrakarsa memberikan jaminan asuransi kesehatan bagi pekerja.
 Pengamatan secara langsung apakah tersedia kotak P3K di lingkungan kerja.
 Pengamatan secara langsung, apabila terjadi kecelakaan akibat kerja,
pemrakarsa segera melakukan pengobatan ke rumah sakit setempat bila
karyawan mengalami kecelakaan berat.
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo

2.1.8 Kegiatan Penerimaan Tenaga Kerja


A. Komponen Geofisik kimia
Tidak terdapat parameter lingkungan geofisik kimia yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup
B. Komponen Biologi
Tidak terdapat parameter lingkungan biologi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup
C. Komponen Sosial Budaya
Komponen sosial budaya yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
a. Perubahan norma dan nilai sosial
Adanya pekerja pendatang akan membawa segala bentuk nilai yang biasa
dilakoninya ke tempat kerjanya. Apabila pekerja yang terlibat dalam kegiatan
pertambangan merupakan tenaga kerja lokal, maka diprakirakan tidak akan
menyebabkan terjadinya perubahan dan norma pada masyarakat sekitar. Di
samping itu kegiatan pertambangan ini akan memicu perkembangan wilayah
sehingga akan menyebabkan perubahan tata nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat. Hasil studi di lapangan menunjukkan bahwa walaupun terdapat
berbagai suku namun didominasi oleh suku Tolaki sebagai suku asli yang
berdomisili disekitar lokasi kegiatan, dimana tata nilai dan norma warga desa
masih dijunjung tinggi. Kegiatan pertambangan akan berpengaruh pada
persebaran informasi yang diperoleh masyarakat. Informasi yang diperoleh
juga akan memunculkan ide-ide sebagai respon dan perubahan pada perilaku
keseharian masyarakat. Dari perubahan perilaku dan ide yang muncul pada
masyarakat yang terkena dampak tersebut menghasilkan sesuatu yang berbeda
sebelum kegiatan tambang ini beroperasi. Pada akhirnya kebudayaan
masyarakat mulai terpengaruh dengan adanya operasional tambang ini, dari
bertani dan nelayan menuju pola pertambangan, walaupun tidak secara
keseluruhan. Masyarakat yang semula memegang teguh nilai dan norma
budayanya akan bergeser.
b. Keresahan masyararakat
Kegiatan perekrutan tenaga kerja pada tahap ini potensial memunculkan
gejolak di kalangan masyarakat itu sendiri. Apabila perekrutan tenaga kerja
yang dilakukan oleh perusahaan tidak transparan, sehingga masyarakat
mengetahui adanya penyimpangan dalam pelaksanaannya, maka akan muncul
ketidakpuasan dan kecemburuan sosial sehingga ikatan kohesif masyarakat
menjadi renggang. Keresahan juga dapat terjadi dengan adanya pekerja
pendatang dengan seluruh sifat dan kebiasaan mereka yang kadang berbeda,
dapat tidak diterima baik oleh masyarakat lokal seperti pekerja yang sering
minum-minuman keras/berjudi. Adanya hal-hal tersebut dapat memancing
terjadinya perbedaan pendapat ataupun kesalahpahaman yang akhirnya dapat
menimbulkan akibat yang tidak diinginkan.
2. Indikator dampak
 Jumlah dan frekuensi keluhan masyarakat yang diterima oleh PT. Rizqi
Cahaya Makmur
 Jumlah dan frekuensi konflik yang terjadi akibat kegiatan PT. Rizqi Cahaya
Makmur
 Jumlah dan frekuensi pelanggaran terhadap peraturan perundangan yang
berlaku oleh PT. Rizqi Cahaya Makmur.
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
 Mencegah terjadinya keluhan masyarakat akibat kegiatan persiapan
penambangan PT. Rizqi Cahaya Makmur.
 Mencegah terjadinya pelanggaran peraturan dan perundangan yang berlaku
terutama melakukan kegiatan penambangan dalam kawasan lindung, hutan
produksi yang belum memiliki izin pinjam pakai kawasan dari Kementerian
Kehutanan Republik Indonesia.
4. Metode pemantauan lingkungan hidup
 Memantau secara langsung apakah ada pemberian informasi mengenai
kesempatan kerja kepada masyarakat secara transparan
 Memantau secara langsung apakah ada kerjasama dengan Dinas Tenaga Kerja
Kabupaten Konawe Utara dalam proses penerimaan tenaga kerja
 Wawancara atau memantau secara langsung pemberian pemahaman kepada
penduduk pendatang tentang tata nilai dan norma yang berlaku di daerah
melalui kerja sama dengan pemerintah daerah setempat.
 Pengamatan secara langsung ataupun wawancara masyarakat sekitar tambang
mengenai sikap tenaga kerja pendatang.
 Pengamatan secara langsung maupun wawancara, apakah dilakukan
pertemuan secara rutin antara karyawan dengan masyarakat setempat untuk
membina keakraban melalui kegiatan perayaan hari besar nasional maupun
hari besar keagamaan.
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
Desa Boenaga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bula selama tahap persiapan berlangsung.
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
D. Komponen Ekonomi
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen sosial ekonomi yang diprakirakan untuk dipantau adalah:
a. Kesempatan kerja
Kegiatan penerimaan tenaga kerja sebanyak 72 orang akan memberikan
dampak positif yaitu penyediaan lapangan kerja. Tenaga kerja dibutuhkan dari
wilayah setempat minimal 70%. Tenaga kerja yang dibutuhkan berupa tenaga
ahli, security, mandor, tenaga administrasi, juru masak dan buruh untuk
kegiatan konstruksi fisik bangunan, maupun operasional penambangan. Bila
masyarakat sekitar sudah diterima sebagai tenaga kerja dalam aktivitas
tambang tersebut maka akan memberikan peningkatan kesempatan kerja.
b. Kesempatan berusaha
Kegiatan penerimaan tenaga kerja akan memberikan dampak positif terhadap
peluang berusaha bagi masyarakat yaitu terbukanya kegiatan ekonomi sektor
informal seperti kios-kios, warung sembako, warung makanan bagi pekerja,
dan transportasi yang semakin lancar dari lokasi proyek. Usaha-usaha tersebut
sifatnya hanya berlangsung selama masa operasional tambang. Dengan
demikian peluang berusaha akan meningkat 2 kali lipat dibandingkan kondisi
semula.
c. Peningkatan pendapatan
Dengan diterimanya penduduk setempat sebagai tenaga kerja di perusahaan
tambang maka akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Bagi masyarakat
yang tidak diterima sebagai karyawan dapat memanfaatkan peningkatan
peluang usaha sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
2. Indikator dampak
Terbukanya peluang kerja dan berusaha bagi masyarakat lokal.
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
Mengetahui apakah dalam pelaksanaan kegiatan mengutamakan penggunaan
tenaga kerja lokal sehingga menjadi sumber mata pencaharian penduduk.
4. Metode pemantauan lingkungan hidup
 Pengamatan secara langsung maupun wawancara RRA dan kuesioner. Sampel
dipilih secara acak berdasarkan keterwakilan masyarakat di lokasi rencana
kegiatan yaitu di Kecamatan Palangga dan Kecamatan Palangga Selatan.
 Pengamatan secara langsung apakah penerimaan tenaga kerja diumumkan
secara terbuka dan dapat melibatkan pemerintah dan tokoh masyarakat.
 Pengamatan secara langsung kepada pemrakarsa apakah bekerja sama dengan
instansi pemerintah terkait dalam meberikan bimbingan dan pelatihan kepada
generasi muda setempat sehingga dapat diterima sebagai tenaga kerja.
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara.
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung.
7. Institus pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Pertambangan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Konawe Utara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Pertambangan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Konawe Utara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
E. Komponen Kesehatan Masyarakat
Tidak terdapat parameter lingkungan kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan
pemantauan lingkungan hidup.

2.2 TAHAP OPERASIONAL


2.2.1 Kegiatan Pengupasan Tanah Pucuk
A. Komponen Geofisik kimia
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen geofisik kimia yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
a. Debu
Penggerukan/pengupasan tanah pada areal pertambangan nikel menggunakan
alat-alat berat (bulldozer, escavator, dan dump truck). Penggunaan alat-alat
berat ini diperkirakan akan menimbulkan dampak pada perubahan kualitas
udara khususnya peningkatan partikel debu. Peningkatan partikel debu
disebabkan terangkutnya partikel/debu tersebut ke udara akibat kegiatan
clearing dan stripping, sedang peningkatan gas-gas di udara diakibatkan oleh
kegiatan pengoperasian alat-alat berat untuk pengupasan tanah penutup di
front tambang.
b. Kebisingan
Penggunaan alat-alat berat dalam kegiatan pengupasan tanah pucuk dapat
menimbulkan dampak terhadap peningkatan kebisingan.
c. Erosi dan sedimentasi
Kegiatan stripping tanah pucuk dan penggalian tanah penutup akan merubah
nilai koefisien air larian (C) dari bervegetasi menjadi daerah terbuka, dengan
demikian akan meningkatkan erosi yakni merubah nilai faktor CP.
Dampak turunan dari meningkatnya laju erosi adalah peningkatan kekeruhan
akibat peningkatan TSS.
d. Kualitas air
Kegiatan clearing dan stripping tanah pucuk berdampak pada peningkatan
erosi dan sedimentasi dan berlanjut pada peningkatan padatan tersuspensi dan
kekeruhan air.
2. Indikator dampak
a. Debu
 Peningkatan konsentrasi debu pada udara ambient
 Konsentrasi debu tidak melebihi baku mutu yang tercantum pada PP No.
41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
b. Kebisingan
 Peningkatan kebisingan sekitar permukiman masyarakat
 Kebisingan tidak melebihi baku mutu yang tercantum pada Kep 48
MENLH Tahun 1996 tentang baku mutu kebisingan untuk kawasan
pemukiman.
c. Erosi
Erosi tidak melebihi nilai Erosi yang dapat ditoleransikan (Etol)
d. Sedimentasi
Nilai TSS pada sungai Larui dan Tolala tidak melebihi baku mutu kualitas air
II berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 dan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004
tentang kualitas air laut.
e. Kualitas Air
Parameter kualitas air tidak melebihi sebagaimana diisyaratkan pada PP
Nomor 82 Tahun 2001 tentang baku mutu air kelas II dan Kepmen LH No. 51
Tahun 2004 tentang kualitas air laut.
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan hidup
 Mengetahui dampak negatif yang timbul akibat meningkatnya kadar debu di
udara terutama di lingkungan kerja dan pemukiman masyarakat
 Mengetahui dampak negatif yang timbul akibat peningkatan kebisingan
terutama di lingkungan kerja dan pemukiman masayarakat.
 Mengetahui terjadinya pencemaran pada sungai
4. Metode pemantauan lingkungan hidup
a. Debu
 Pengukuran secara langsung terhadap kondisi debu udara di lokasi
kegiatan maupun pemukiman masyarakat sekitar dengan menggunakan
dust sampler kemudian dilakukan perbandingan dengan baku mutu
lingkungan yang dipersyaratkan.
 Melakukan pengukuran secara langsung tingkat partikel debu di
lingkungan kerja maupun pemukiman masyarakat terdekat
 Pengamatan secara langsung, apakah pekerja diwajibkan menggunakan
APD sesuai dengan SOP pertambangan.
 Pengamatan secara langsung, apakah dilakukan penyiraman secara berkala
terutama pada wilayah yang memberikan dampak besar
b. Kebisingan
 Melakukan pengukuran secara langsung terhadap tingkat kebisingan di
lokasi kegiatan maupun pemukiman masyarakat sekitar lokasi kegiatan.
 Pengamatan secara langsung, apakah pekerja diwajibkan menggunakan
APD sesuai dengan SOP pertambangan.
 Pengamatan secara langsung apakah dilakukan pemasangan peredam pada
peralatan yang menjadi sumber bunyi
 Pengamatan secara langsung maupun wawancara kepada masyarakat
terhadap kegiatan yang dilakukan pemrakarsa apakah dilakukan pada jam-
jam istirahat masyarakat atau tidak
 Pengamatan secara langsung maupun wawancara kepada pekerja dan
masyarakat sekitar lokasi kegiatan apakah dilakukan pemeriksaan
kesehatan karyawan yang bekerja dekat dengan sumber dampak, berkaitan
dengan penyakit setiap 6 bulan yang disebabkan oleh kebisingan.
c. Erosi dan sedimentasi
 Pengamatan secara langsung apakah kegiatan pengupasan tanah pucuk
dilakukan secara bertahan dan sesegera mungkin dilakukan penghijauan
 Pengamatan secara langsung terhadap sedimen pond dan atau drainase.
d. Kualitas air
 MelakukanPengukuran secara langsung terhadap kualitas
airdandilakukananalisis di
laboratoriumsertadibandingkandenganbakumutu yang dipersyaratkan.
 Pengamatansecaralangsungapakahkegiatanpengupasantanahpucukdilakuka
nsecarabertahap.
 Pengamatansecaralangsungapakahkegiatandilakukandenganmenyisahkanv
egetasiataupohon-pohondekataliransungaisebagaipenyanggaatau filter.
 Pengamatansecaralangsungapakahkegiatantidakdilakukanpadadaerahsunga
i radius 50-100 meter.
 Pengamatansecaralangsungapakahdibuatdanefektifitassedimen pond
danataudrainase.

5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup


 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian PerikanandanKelautan Republik Indonesia
 KementerianEnergidanSumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 DinasKesehatanKabupatenKonawe Utara
 DinasPerikanandanKelautanKabupatenKonawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 DinasPerikanandanKelautanProvinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian PerikanandanKelautan Republik Indonesia
 KementerianEnergidanSumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 DinasKesehatanKabupatenKonawe Utara
 DinasPerikanandanKelautanKabupatenKonawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 DinasPerikanandanKelautanProvinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
B. Komponen Biologi
Tidak terdapat parameter lingkungan biologi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup
C. Komponen Sosial Budaya
Tidak terdapat parameter lingkungan sosial budaya yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
D. Komponen Ekonomi
Tidak terdapat parameter lingkungan hidup ekonomi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
E. Komponen Kesehatan Masyarakat
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
a. Pola penyakit
Dampakkesehatanmasyarakatberupaperubahanpolapenyakitinimerupakandam
pakkelanjutandaripenurunankualitasudara
(dalamhalinipeningkatanpartikeldebu) danpeningkatankebisingan. Karena
dampak kebisingan yang cukup besar maka dampak pada kesehatan
masyarakat juga sangat besar kemungkinannya.
2. Indikator dampak
Peningkatanangkakesehatandanperubahanpolapenyakit.
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
Mengetahui tingkatkesehatanmasyarakat
4. Metode Pemantauan lingkungan hidup
 Pengamatan secara langsung, apakah kegiatan dilakukan lokalisasi wilayah
kerja sehingga tidak berdampak besar terhadap masyarakat sekitar.
 Pengamatan secara langsung apakah pemeriksaan maupun pengobatan gratis
terutama pada masyarakat sekitar kegiatan.
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo

2.2.2 Kegiatan Penggalian, pemindahantanahpenutup


A. Komponen Geofisik kimia
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen geofisik kimia yang dipantau adalah:
a. Debu
Perubahankualitasudarakhususnyapeningkatanpartikeldebuakanterjadipadakeg
iatanpenggaliandanpemindahantanahpenutupkarenaoperasionalkegiatanini
menggunakan alat-alat berat (bulldozer, escavator, dan dump truck).
Peningkatan partikel debu disebabkan terangkutnya partikel/debu tersebut ke
udara akibat kegiatan clearing dan stripping, sedang peningkatan gas-gas di
udara diakibatkan oleh kegiatan pengoperasian alat-alat berat untuk
pengupasan tanah penutup di front tambang.
b. Kebisingan
Penggunaan alat-alat berat dalam kegiatan
penggaliandanpenyimpanantanahpenutup,
selainmengakibatkanperubahankualitasudarajugadiprakiraanakan
menimbulkan dampak terhadap peningkatan kebisingan.
c. Erosi dan sedimentasi
Pembongkaranterhadaptanahdalamkegiatanpemindahandan penggalian tanah
penutup akan merubah nilai koefisien air larian (C) dari bervegetasi menjadi
daerah terbuka, dengan demikian akan meningkatkan erosi yakni merubah
nilai faktor CP.
d. Kualitas air
Kualitas air akan mengalami penurunan ketika kegiatan penggalian dan
pemindahan tanah penutup dilakukan. Kegiatan penggalian tersebut
berdampak pada peningkatan erosi dan sedimentasi dan berlanjut pada
peningkatan padatan tersuspensi dan kekeruhan air. Padatan tersuspensi
diperkirakan meningkat 100%.
2. Indikator dampak
a. Debu
 Peningkatan konsentrasi debu pada udara ambient
 Konsentrasi debu tidak melebihi baku mutu yang tercantum pada PP No.
41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
b. Kebisingan
 Peningkatan kebisingan sekitar permukiman masyarakat
 Kebisingan tidak melebihi baku mutu yang tercantum pada Kep 48
MENLH Tahun 1996 tentang baku mutu kebisingan untuk kawasan
pemukiman.
c. Erosi
Erosi tidak melebihi nilai Erosi yang dapat ditoleransikan (Etol)
d. Sedimentasi
Nilai TSS pada sungai Larui dan Tolala tidak melebihi baku mutu kualitas air
II berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 dan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004
tentang kualitas air laut.
e. Kualitas Air
Parameter kualitas air tidak melebihi sebagaimana diisyaratkan pada PP
Nomor 82 Tahun 2001 tentang baku mutu air kelas II dan Kepmen LH No. 51
Tahun 2004 tentang kualitas air laut.
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan hidup
 Mengetahui dampak negatif yang timbul akibat meningkatnya kadar debu di
udara terutama di lingkungan kerja dan pemukiman masyarakat
 Mengetahui dampak negatif yang timbul akibat peningkatan kebisingan
terutama di lingkungan kerja dan pemukiman masayarakat.
 Mengetahui terjadinya pencemaran pada sungai dan laut.
4. Metode pemantauan lingkungan hidup
a. Debu
 Melakukan pengukuran secara langsung terhadap perairan, kemudian
dilakukan analisis laboratorium dan dibandingkan dengan baku mutu
lingkungan yang dipersyaratkan.
 Pengamatan secara langsung, apakah pekerja diwajibkan menggunakan
APD sesuai dengan SOP pertambangan.
 Pengamatan secara langsung, apakah dilakukan penyiraman secara berkala
terutama pada wilayah yang memberikan dampak besar
b. Kebisingan
 Melakukan pengukuran secara langsung terhadap tingkat kebisingan di
lokasi kegiatan maupun pemukiman masyarakat sekitar lokasi kegiatan.
 Pengamatan secara langsung, apakah pekerja diwajibkan menggunakan
APD sesuai dengan SOP pertambangan.
 Pengamatan secara langsung apakah dilakukan pemasangan peredam pada
peralatan yang menjadi sumber bunyi
 Pengamatan secara langsung maupun wawancara kepada masyarakat
terhadap kegiatan yang dilakukan pemrakarsa apakah dilakukan pada jam-
jam istirahat masyarakat
 Pengamatan secara langsung maupun wawancara kepada pekerja dan
masyarakat sekitar lokasi kegiatan apakah dilakukan pemeriksaan
kesehatan karyawan yang bekerja dekat dengan sumber dampak,
berkaitan dengan penyakit setiap 6 bulan yang disebabkan oleh
kebisingan.
c. Erosi dan sedimentasi
 Pengamatan secara langsung terhadap efektifitas sedimen pond maupun
drainase.
 Pengamatan secara langsung terhadap kegiatan pengupasan tanah pucuk,
apakah dilakukan secara bertahan dan sesegera mungkin dilakukan
penghijauan

d. Kualitas air
 Melakukan Pengukuran secara langsung terhadap kualitas air dan
dilakukan analisis di laboratorium serta dibandingkan dengan baku mutu
yang dipersyaratkan.
 Pengamatan secara langsung apakah kegiatan pengupasan tanah pucuk
dilakukan secara bertahap.
 Pengamatan secara langsung apakah kegiatan dilakukan dengan
menyisahkan vegetasi atau pohon- pohon dekat aliran sungai sebagai
penyangga atau filter.
 Pengamatan secara langsung apakah kegiatan tidak dilakukan pada daerah
sungai radius 100-200 meter.
 Pengamatan secara langsung apakah dibuat dan efektifitas sedimen pond
dan atau drainase.

5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup


 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 KementerianEnergidanSumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 DinasKesehatanKabupatenKonawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 KementerianEnergidanSumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 DinasKesehatanKabupatenKonawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
B. Komponen Biologi
Tidak terdapat parameter lingkungan biologi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup
C. Komponen Sosial Budaya
Tidak terdapat parameter lingkungan sosial budaya yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
D. Komponen Ekonomi
Tidak terdapat parameter lingkungan hidup ekonomi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
E. Komponen Kesehatan Masyarakat
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
a. Pola penyakit
Dampakkesehatanmasyarakatberupaperubahanpolapenyakitinimerupakandam
pakkelanjutandaripenurunankualitasudara
(dalamhalinipeningkatanpartikeldebu) danpeningkatankebisingan. Karena
dampak kebisingan yang cukup besar maka dampak pada kesehatan
masyarakat juga sangat besar kemungkinannya.
2. Indikator dampak
Peningkatanangkakesehatandanperubahanpolapenyakit.
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
Mengetahui kondisi kesehatan masyarakat
4. Pemantauan lingkungan hidup
Pengamatan secara langsung maupun wawancara, apakah dilakukan pemeriksaan
maupun pengobatan gratis terutama pada masyarakat sekitar kegiatan.
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo

2.2.3 Penambangan
A. Komponen Geofisik kimia
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen geofisik kimia yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
a. Debu
Penggerukan/pemgupasan tanah dan pengambilan material laterit nikel pada
lokasi yang akan ditambang akan dilakukan dengan menggunakan alat berat
seperti bulldozer, escavator dan dump truck. Penggunaan alat-alat berat ini
diperkirakan akan menimbulkan dampak paada perubahan kualitas udara.
Peningkatan gas-gas di udara diakibatkan oleh kegiatan pengoperasian alat-
alat berat untuk penggalian di lahan tambang.
b. Kebisingan
Penggunaan alat-alat berat (bulldozer, excavator dan dump truck) dalam
kegiatan penambangan bijih nikel juga dapat menimbulkan dampak terhadap
peningkatan kebisingan.
c. Erosi dan sedimentasi
Penggerukan lapisan tanah hingga kedalaman ±6 m dari permukaan tanah
dalam kegiatan pertambangan bijih nikel akan dapat mengubah bentang lahan
akibat perubahan struktur tanah dan pola kontur di wilayah penambangan.
Disisi lain, terjadi pemindahan aliran air dari tempatnya semula. Dengan
demikian, dampak terhadap komponen lingkungan hidrologi yaitu
peningkatan aliran permukaan diprakirakan dapat terjadi akibat penambangan.
Dampak ini akan terjadi karena air hujan semakin sulit masuk ke dalam tanah
(proses infiltrasi kecil) sehingga cadangan air terus berkurang. Akibat
berkurangnya proses infiltrasi, maka aliran permukaan (run off) meningkat di
tapak proyek.
d. Kualitas air
Dampak negative penting diprakirakan akan timbul terhadap kualitas air pada
kegiatan pertambangan bijih nikel. Kegiatan penambangan berdampak pada
peningkatan erosi dan sedimentasi dan berlanjut pada peningkatan padatan
tersuspensi dan kekeruhan air. Padatan tersuspensi diperkirakan meningkat 5
kali lipat
2. Indikator dampak
a. Debu
 Peningkatan konsentrasi debu pada udara ambient
 Konsentrasi debu tidak melebihi baku mutu yang tercantum pada PP No.
41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
b. Kebisingan
 Peningkatan kebisingan sekitar permukiman masyarakat
 Kebisingan tidak melebihi baku mutu yang tercantum pada Kep 48
MENLH Tahun 1996 tentang baku mutu kebisingan untuk kawasan
pemukiman.
c. Erosi
Erosi tidak melebihi nilai Erosi yang dapat ditoleransikan (Etol)
d. Sedimentasi
Nilai TSS pada sungai Larui dan Tolala tidak melebihi baku mutu kualitas air
II berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 dan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004
tentang kualitas air laut.
e. Kualitas Air
Parameter kualitas air tidak melebihi sebagaimana diisyaratkan pada PP
Nomor 82 Tahun 2001 tentang baku mutu air kelas II dan Kepmen LH No. 51
Tahun 2004 tentang kualitas air laut.
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan hidup
 Mengetahui dampak negatif yang timbul akibat meningkatnya kadar debu di
udara terutama di lingkungan kerja dan pemukiman masyarakat
 Mengetahui dampak negatif yang timbul akibat peningkatan kebisingan
terutama di lingkungan kerja dan pemukiman masayarakat.
 Mencegah terjadinya pencemaran pada sungai dan laut.
4. Pemantauan lingkungan hidup
a. Debu
 Melakukan pengukuran secara langsung terhadap kondisi debu di lokasi
kegiatan maupun pemukiman masyarakat kemudian dilakukan penilaian
berdasarkan baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan.
 Pengamatan secara langsung, apakah pekerja diwajibkan menggunakan
APD sesuai dengan SOP pertambangan.
 Pengamatan secara langsung, apakah dilakukan penyiraman secara berkala
terutama pada wilayah yang memberikan dampak besar
b. Kebisingan
 Melakukan pengukuran secara langsung terhadap tingkat kebisingan di
lokasi kegiatan maupun pemukiman masyarakat sekitar lokasi kegiatan.
 Pengamatan secara langsung, apakah pekerja diwajibkan menggunakan
APD sesuai dengan SOP pertambangan.
 Pengamatan secara langsung apakah dilakukan pemasangan peredam pada
peralatan yang menjadi sumber bunyi
 Pengamatan secara langsung maupun wawancara kepada masyarakat
terhadap kegiatan yang dilakukan pemrakarsa apakah dilakukan pada jam-
jam istirahat masyarakat
 Pengamatan secara langsung maupun wawancara kepada pekerja dan
masyarakat sekitar lokasi kegiatan apakah dilakukan pemeriksaan
kesehatan karyawan yang bekerja dekat dengan sumber dampak,
berkaitan dengan penyakit setiap 6 bulan yang disebabkan oleh
kebisingan.
c. Erosi dan sedimentasi
 Pengamatan secara langsung terhadap efektifitas sedimen pond maupun
drainase.
 Pengamatan secara langsung terhadap kegiatan pengupasan tanah pucuk,
apakah dilakukan secara bertahan dan sesegera mungkin dilakukan
penghijauan

d. Kualitas air
 Pengukuran secara langsung terhadap kualitas air Sungai kemudian
dianalisis di laboratorium dan dibandingkan dengan baku mutu lingkungan
yang dipersyaratkan
 Pengamatan secara langsung apakah kegiatan dilakukan sekaligus atau
secara bertahap
 Pengamatan secara langsung apakah kegiatan dilakukan dengan
menyisahkan vegetasi atau pohon-pohon dekat aliran suungai sebagai
penyangga atau filter
 Pengamatan secara langsung apakah kegiatan dilakukan pada daerah
sungai radius 200-500 meter
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 DinasKesehatanKabupatenKonawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 KementerianEnergidanSumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 DinasKesehatanKabupatenKonawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
B. Komponen Biologi
Tidak terdapat parameter lingkungan biologi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup
C. Komponen Sosial Budaya
Tidak terdapat parameter lingkungan sosial budaya yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
D. Komponen Ekonomi
Tidak terdapat parameter lingkungan hidup ekonomi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
E. Komponen Kesehatan Masyarakat
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) harus benar-benar diperhatikan dan dijalankan. Jika hal ini tidak
diindahkan maka akan dapat meningkatkan terjadinya kecelakaan kerja
khususnya dalam kegiatan penggalian/pertambangan bijih nikel karena
kegiatan ini akan berlangsung dalam jangka waktu yang lama.
2. Indikator dampak
Jumlah dan frekuensi terjadinya kerja
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
Mengurangi terjadinya kecelakaan kerja
4. Metode pemantauan lingkungan hidup
 Pengamatan secara langsung apakah pekerja memakai peralatan K3 seperti
helm, masker, sepatu both dan lain-lain
 Wawancara dengan pekerja, apakah diberikan jaminan asuransi kesehatan
bagi pekerja
 Pengamatan secara langsung apakah tersedia kotak P3K di lingkungan kerja
 Pengamatan secara langsung maupun wawancara, apakah pemrakarsa segera
melakukan pengobatan ke rumah sakit setempat bila karyawan mengalami
kecelakaan berat
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 BapedaldaKabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo

2.2.4 Pengangkutan
A. Komponen Geofisik kimia
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen geofisik kimia yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
a. Kualitas Udara
Pengangkutan nikel dari front penambangan menuju pelabuhan/dermaga akan
menggunakan alat-alat berat (dump truck), sehingga diperkirakan akan
menimbulkan dampak pada perubahan kualitas udara. Penggunaan alat-alat
berat menimbulkan debu dan asap kendaraan di tapak proyek dan sepanjang
jalan yang akan dilalui sampai di dermaga. Pengangkutan ini akan
menyebabkan banyak partikel tanah yang berjatuhan di jalan yang akan
dilalui.
b. Kebisingan
Peningkatan kebisingan akan terjadi ketika alat-alat berat (dump truck)
digunakan dalam kegiatan pengangkutan. Kapasitas alat angkut yang
digunakan dalam kegiatan pengangkutan bijih nikel adalah 20 ton. Konvoi
kendaraan pengangkut ini akan melalui pemukiman penduduk sepanjang jalan
yang akan dilalui
2. Indikator dampak
a. Kualitas udara
 Penurunan kualitas udara ambient
 Parameter kualitas udara melebihi baku mutu yang tercantum pada PP No.
41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
b. Kebisingan
 Peningkatan kebisingan sekitar permukiman masyarakat
 Kebisingan tidak melebihi baku mutu yang tercantum pada Kep 48
MENLH Tahun 1996 tentang baku mutu kebisingan untuk kawasan
pemukiman.
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan hidup
 Mengurangi/ meminimalkan dampak negative yang timbul akibat
meningkatnya parameter kualitas udara terutama di lingkungan kerja dan
pemukiman masyarakat.
 Mengurangi/ meminimalkan dampak negative yang timbul akibat peningkatan
kebisingan terutama di lingkungan kerja dan pemukiman masyarakat
4. Metode Pemantauan lingkungan hidup
a. Kualitas Udara
 Pengukuran secara langsung kualitas udara di lokasi kegiatan maupun
pemukiman masyarakat sekitar lokasi kegiatan, kemudian dibandingkan
dengan baku mutu yang disyaratkan
 Pengamatan secara langsung apakah pekerja diwajibkan menggunakan
APD sesuai dengan SOP Pertambangan
 Pengamatan secara langsung apakah dilakukan penyiraman secara berkala
terutama pada wilayah yang memberikan dampak besar
b. Kebisingan
 Pengukuran secara langsung tingkat kebisingan di lingkungan kerja
maupun pemukiman masyarakat sekitar lokasi kegiatan dan dinilai
berdasarkan baku mutu yang dipersyaratkan
 Pengamatan secara langsung, apakah pekerja diwajibkan menggunakan
APD sesuai dengan SOP pertambangan.
 Pengamatan secara langsung apakah dilakukan pemasangan peredam pada
peralatan yang menjadi sumber bunyi
 Pengamatan secara langsung maupun wawancara kepada masyarakat
terhadap kegiatan yang dilakukan pemrakarsa apakah dilakukan pada jam-
jam istirahat masyarakat
 Pengamatan secara langsung maupun wawancara kepada pekerja dan
masyarakat sekitar lokasi kegiatan apakah dilakukan pemeriksaan
kesehatan karyawan yang bekerja dekat dengan sumber dampak,
berkaitan dengan penyakit setiap 6 bulan yang disebabkan oleh
kebisingan.
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 KementerianEnergidanSumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 DinasKesehatanKabupatenKonawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
B. Komponen Biologi
Tidak terdapat parameter lingkungan biologi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup
C. Komponen Sosial Budaya
Tidak terdapat parameter lingkungan sosial budaya yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
D. Komponen Ekonomi
Tidak terdapat parameter lingkungan hidup ekonomi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
E. Komponen Kesehatan Masyarakat
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
a. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pengangkutan bijih nikel secara berkonvoi menuju pelabuhan/dermaga akan
berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan pekerja dan masyarakat
sepanjang jalan yang diprakirakan akan menimbulkan kecelakaan, sehingga
dalam pelaksanaan kegiatan pengangkutan harus mengindahkan K3 dan
menjalankan prosedur SOP.
2. Indikator dampak
Jumlah dan frekuensi terjadinya kecelakaan kerja
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
Mengurangi terjadinya kecelakaan kerja
4. Metode pemantauan lingkungan hidup
 Pengamatan secara langsung apakah pekerja memakai peralatan K3 seperti
helm, masker, sepatu both dan lain-lain
 Wawancara dengan pekerja, apakah diberikan jaminan asuransi kesehatan
bagi pekerja
 Pengamatan secara langsung apakah tersedia kotak P3K di lingkungan kerja
 Pengamatan secara langsung maupun wawancara, apakah pemrakarsa segera
melakukan pengobatan ke rumah sakit setempat bila karyawan mengalami
kecelakaan berat
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 BapedaldaKabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo

2.2.5 Penimbunan kembali tanah penutup


A. Komponen Geofisik kimia
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen geofisik kimia yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
a. Debu
Perubahan kualitas udara khususnya peningkatan partikel debu (terangkutnya
partikel/debu tersebut ke udara) akan terjadi ketika kegiatan penimbunan
kembali tanah penutup dilakukan dengan menggunakan alat berat seperti
bulldozer, escavator dan dump truck. Selain itu akan terjadi pula peningkatan
gas-gas di udara sebagai akibat dari kegiatan pengoperasian alat-alat berat
tersebut.
b. Kebisingan
Aktivitas alat-alat berat diprakiraan dapat menimbulkan dampak terhadap
peningkatan kebisingan
c. Erosi dan sedimentasi
Kegiatan penutupan kembali tanah penutup akan merubah nilai koefisien
kelerengan menjadi daerah lebih baik, dengan demikian diprakirakan akan
menurunkan besarnya erosi dari kegiatan sebelumnya yakni merubah nilai
factor CP
Dampak turunan dari meningkatnya laju erosi adalah peningkatan kekeruhan
akibat peningkatan TSS
d. Kualitas air
Kegiatan penutupan kembali tanah penutup berdampak pada peningkatan erosi
dan sedimentasi dan berlanjut pada peningkatan padatan tersuspensi dan
kekeruhan air, sehingga hal ini diperkirakan akan berdampak negatif penting
terhadap kualitas air. Dengan adanya peningkatan padatan tersuspensi maka
berdampak lanjut terhadap peningkatan kekeruhan. Seperti halnya beberapa
parameter fisik tersebut di atas, maka beberapa parameter kimia perairan
seperti pH, oksigen terlarut, BOD, COD, dan logam-logam terlarut lainnya
seperti Fe, Mn, Cr juga diperkirakan akan mengalami perubahan
2. Indikator dampak
a. Debu
 Peningkatan konsentrasi debu pada udara ambient
 Konsentrasi debu tidak melebihi baku mutu yang tercantum pada PP No.
41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
b. Kebisingan
 Peningkatan kebisingan sekitar permukiman masyarakat
 Kebisingan tidak melebihi baku mutu yang tercantum pada Kep 48
MENLH Tahun 1996 tentang baku mutu kebisingan untuk kawasan
pemukiman.
c. Erosi
Erosi tidak melebihi nilai Erosi yang dapat ditoleransikan (Etol)
d. Sedimentasi
Nilai TSS pada sungai Larui dan Tolala tidak melebihi baku mutu kualitas air
II berdasarkan PP Nomor 82 Tahun 2001 dan Kepmen LH No. 51 Tahun 2004
tentang kualitas air laut.
e. Kualitas Air
Parameter kualitas air tidak melebihi sebagaimana diisyaratkan pada PP
Nomor 82 Tahun 2001 tentang baku mutu air kelas II dan Kepmen LH No. 51
Tahun 2004 tentang kualitas air laut.
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan hidup
 Mengurangi/ meminimalkan dampak negative yang timbul akibat
meningkatnya parameter kualitas udara terutama di lingkungan kerja dan
pemukiman masyarakat.
 Mengurangi/ meminimalkan dampak negative yang timbul akibat peningkatan
kebisingan terutama di lingkungan kerja dan pemukiman masyarakat
 Mencegah terjadinya pencemaran pada sungai dan laut.
4. Pemantauan lingkungan hidup
a. Debu
 Melakukan pengukuran secara langsung tingkat partikel debu di
lingkungan kerja maupun pemukiman masyarakat terdekat
 Pengamatan secara langsung, apakah pekerja diwajibkan menggunakan
APD sesuai dengan SOP pertambangan.
 Pengamatan secara langsung, apakah dilakukan penyiraman secara berkala
terutama pada wilayah yang memberikan dampak besar
b. Kebisingan
 Melakukan pengukuran secara langsung terhadap tingkat kebisingan di
lokasi kegiatan maupun pemukiman masyarakat sekitar lokasi kegiatan.
 Pengamatan secara langsung, apakah pekerja diwajibkan menggunakan
APD sesuai dengan SOP pertambangan.
 Pengamatan secara langsung apakah dilakukan pemasangan peredam pada
peralatan yang menjadi sumber bunyi
 Pengamatan secara langsung maupun wawancara kepada masyarakat
terhadap kegiatan yang dilakukan pemrakarsa apakah dilakukan pada jam-
jam istirahat masyarakat
 Pengamatan secara langsung maupun wawancara kepada pekerja dan
masyarakat sekitar lokasi kegiatan apakah dilakukan pemeriksaan
kesehatan karyawan yang bekerja dekat dengan sumber dampak,
berkaitan dengan penyakit setiap 6 bulan yang disebabkan oleh
kebisingan.
c. Erosi dan sedimentasi
 Pengamatan secara langsung apakah kegiatan dilakukan secara bertahap
dan sesegera mungkin dilakukan penghijauan
 Pengamatan secara langsung efektivitas sedimen pond dan atau drainase
d. Kualitas air
 Melakukan pengukuran secara langsung terhadap kualitas air dan
dilakukan analisis di laboratorium dan dibandingkan dengan baku mutu
lingkungan yang dipersyaratkan
 Pengamatan secara langsung apakah kegiatan dilakukan sekaligus atau
secara bertahap
 Pengamatan secara langsung apakah kegiatan dilakukan dengan
menyisahkan vegetasi atau pohon-pohon dekat aliran suungai sebagai
penyangga atau filter
 Pengamatan secara langsung apakah kegiatan dilakukan pada daerah
sungai radius 100-200 meter
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 DinasKesehatanKabupatenKonawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 KementerianEnergidanSumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 DinasKesehatanKabupatenKonawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
B. Komponen Biologi
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen Biologi yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
a. Biota air
Dampak turunan dari peningkatan padatan tersuspensi dan kekeruhan badan
perairan akibat laju sedimen selama pengupasan lahan serta logam-logam
terlarut lainnya adalah berdampak pada kondisi biota perairan. Laju erosi yang
masuk ke badan air sekitar lokasi mengalami peningkatan yang menyebabkan
nilai kekeruhan air meningkat. Hal ini berpengaruh pada gangguan kehidupan
biota perairan lainnya yaitu bentos dan ikan karena kekurangan makanan alami
(plankton) sehingga populasinya berkurang.
2. Indikator dampak
Kelimpahan biota perairan
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
Meminimalkan terjadinya penurunan biota perairan pada sungai dan laut
4. Metode Pemantauan lingkungan hidup
 Pengamatan secara langsung apakah kegiatan dilakukan dengan menyisahkan
vegetasi atau pohon-pohon dekat aliran sungai sebagai penyangga atau filter
 Pengamatan secara langsung apakah kegiatan tidak dilakukan pada daerah
sungai radius 1000-200 meter
 Pengamatan secara langsung terhadap efektivitas sedimen pond dan atau
drainase
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 BapedaldaKabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
C. Komponen Sosial Budaya
Tidak terdapat parameter lingkungan sosial budaya yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
D. Komponen Ekonomi
Tidak terdapat parameter lingkungan hidup ekonomi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
E. Komponen Kesehatan Masyarakat
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
a. Pola Penyakit
Penurunan kualitas udara (dalam hal ini peningkatan partikel debu) dan
peningkatan kebisingan akan memberikan dampak lanjutan pada kesehatan
masyarakat berupa perubahan pola penyakit. Karena dampak kebisingan yang
cukup besar maka dampak pada kesehatan masyarakat juga sangat besar
kemungkinannya.
2. Indikator dampak
Peningkatan angka kesakitan dan perubahan pola penyakit masyarakat
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
Mengetahui terjadinya penurunan kesehatan masyarakat
4. Metode pemantauan lingkungan hidup
 Wawancara dengan masyarakat sekitar terhadap kondisi kesehatan
masyarakat
 Pengamatan secara langsung apakah kegiatan dilakukan dengan melokalisasi
wilayah kerja sehingga tidak berdampak besar terhadap masyarakat sekitar.
 Wawancara kepada masyarakat apakh dilakukan pemeriksaan maupun
pengobatan gratis terutama pada masyarakat sekitar kegiatan
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 BapedaldaKabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
2.2.6 Reklamasi dan revegetasi
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen geofisik kimia yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
a. Bentang alam
Kegiatan reklamasi akan dilakukan segera setelah pertambangan, dimana
pertambangan dilakukan dengan system sub blok. Sebelum dilakukan
reklamasi lahan/ revegetasi bekas tambang, maka dilakukan penataan kembali
lereng, kaki bukit dan bagian dari lembah yang rusak akibat kegiatan
penambangan sehingga akan memberikan bentuk bentang lahan yang lebih
serasi. Lahan yang gundul akan direklamasi dan revegetasi dengan pohon-
pohon dan tumbuhan sekitarnya sehingga akan mengembalikan pada
penggunaan lahan seperti pada kondisi sebelumnya. Dengan demikian
kegiatan reklamasi lahan dan revegetasi bekas tambang diprakirakan
berdampak positif. Namun demikian, kegiatan reklamasi lahan juga
berdampak negative terutama pemindahan tanah pucuk dan penyiapan lahan
pada areal bekas tambang yaitu terjadinya erosi. Untuk mencegah terjadinya
erosi pada saat pengembalian tanah pucuk dan reklamasi lahan maka alat
pengendali sedimen berupa serat sabuk kelapa tetap digunakan.
Kegiatan rehabilitasi/penataan lahan bekas tambang diperkirakan akan
menimbulkan dampak positif pada lahan dan tanah, selanjutnya akan
mempengaruhi iklim mikro.
b. Erosi
Dampak positif penting diprakirakan akan terjadi terhadap aliran permukaan
(run off) dan pengurangan laju erosi karena akan dilakukan kegiatan
rehabilitasi/ penataan lahan bekas tambang. Kegiatan rehabilitasi lahan
dilakukan melalui penanaman vegetasi local di areal bekas tambang maka
kemampuan retensi air akan semakin meningkat sehingga secara keseluruhan
akan menurunkan laju aliran permukaan di lahan bekas tambang.
2. Indikator dampak
a. Bentang alam
Kondisi rona awal sebelum kegiatan penambangan dan lubang bekas galian.
b. Erosi
Erosi tidak melebihi nilai Erosi yang dapat ditoleransikan (Etol)
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan hidup
Memperbaiki perubahan bentang alam saat penambangan menjadi lebih baik
sehingga dapat mengurangi terjadinya resiko lingkungan seperti erosi
4. Metode Pemantauan lingkungan hidup
a. Bentang alam
Pengamatan secara langsung apakah dilakukan reklamasi sebaik mungkin
dengan menghindari resiko lingkungan
b. Erosi
 Pengamatan secara langsung apakah reklamasi dilakukan sesegera
mungkin setelah penambangan
 Pengamatan secara langsung terhadap efektivitas sedimen pond dan atau
drainase
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 KementerianEnergidanSumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
B. Komponen Biologi
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen Biologi yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
a. Flora
Tujuan dari kegiatan rehabilitasi/ penataan lahan bekas tambang adalah untuk
mengembalikan struktur dan komposisi vegetasi alami yang telah dihilangkan
pada areal bekas tambang selama tahap operasi. Pada tahap ini kerapatan flora
akan meningkat seiring kegiatan penanaman kembali (reboisasi) pada lokasi
bekas tambang
2. Tolak ukur dampak
Struktur dan komposisi vegetasi menjadi lebih baik
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
Meningkatkan jumlah vegetasi yang ada di lokasi bekas tambang
4. Metode Pemantauan lingkungan hidup
Pengamatan secara langsung apakah dilakukan penanaman vegetasi atau
pepohonan jenis endemik
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 BapedaldaKabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
C. Komponen Sosial Budaya
Tidak terdapat parameter lingkungan sosial budaya yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
D. Komponen Ekonomi
Tidak terdapat parameter lingkungan ekonomi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
E. Komponen Kesehatan Masyarakat
Tidak terdapat parameter lingkungan kesehatan masyarakat
2.3 TAHAP PASCA OPERASIONAL
2.3.1 Kegiatan reklamasi dan revegetasi lahan pasca tambang
A. Komponen Geofisik kimia
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen geofisik kimia yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
a. Erosi
Dampak positif lainnya yang diprakirakan timbul dalam kegiatan rehabilitasi/
penataan lahan bekas tambang adalah aliran permukaan (run off) dan
pengurangan laju erosi. Melalui penanaman vegetasi local di areal bekas
tambang maka kemampuan retensi air akan semakin meningkat sehingga
secara keseluruhan akan menurunkan laju erosi di lahan bekas tambang.
2. Indikator dampak
Erosi tidak melebihi nilai erosi yang dapat ditoleransikan (Etol)
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan hidup
 Mengetahui apakah reklamasi dilakukan sesegera mungkin setelah
penambangan
 Mengetahui efektivitas sedimen pond dan atau drainase
4. Metode Pemantauan lingkungan hidup
 Pengamatan secara langsung apakah reklamasi dilakukan sesegera mungkin
setelah penambangan
 Pengamatan secara langsung terhadap efektivitas sedimen pond dan atau
drainase
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 KementerianEnergidanSumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
B. Komponen Biologi
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen Biologi yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
b. Biota air
Pengembalian struktur dan komposisi vegetasi alami pada areal bekas
pertambangan nikel yang telah dihilangkan selama kegiatan tahap operasi
berlangsung merupakan tujuan dilakukannya rehabilitas/ penataan lahan bekas
tambang, sehingga pada tahap ini kerapatan flora akan meningkat seiring
kegiatan penanaman kembali (reboisasi) pada lokasi bekas tambang
2. Indikator dampak
Struktur dan komposisi vegetasi menjadi lebih baik
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
Meningkatkan jumlah vegetasi yang ada di lokasi bekas tambang
4. Metode Pemantauan lingkungan hidup
Pengamatan secara langsung apakah dilakukan penanaman vegetasi atau
pepohonan jenis endemik
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Lokasi IUP PT. Rizqi Cahaya Makmur
 Desa Boenaga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 BapedaldaKabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Tenggara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
C. Komponen Sosial Budaya
Tidak terdapat parameter lingkungan sosial budaya yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
D. Komponen Ekonomi
Tidak terdapat parameter lingkungan hidup ekonomi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
E. Komponen Kesehatan Masyarakat
Tidak terdapat parameter lingkungan kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan
pemantauan lingkungan hidup.

2.3.2 Pemutusan Hubungan kerja


A. Komponen Geofisik kimia
Tidak terdapat parameter lingkungan geofisik kimia yang perlu di lakukan pemantauan
lingkungan hidup.
B. Komponen Biologi
Tidak terdapat parameter lingkungan biologi yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
C. Komponen Sosial Budaya
Tidak terdapat parameter lingkungan sosial budaya yang perlu dilakukan pemantauan
lingkungan hidup.
D. Komponen Ekonomi
1. Dampak penting dan sumber dampak penting
Komponen social ekonomi yang perlu dilakukan pemantauan adalah:
a. Kesempatan kerja
Seiring dengan berakhirnya kegiatan pertambangan biji nikel, maka pelepasan
tenaga kerja merupakan suatu keharusan. Kondisi ini akan menyebabkan
banyak tenaga kerja yang kehilangan lapangan pekerjaan. Jumlah tenaga kerja
yang akan di lepas sekitar ± 72 orang. Jumlah inicukup besar sehingga akan
banyak masyarakt yang akan mengangur.

b. Kesempatan berusaha
Kesempatan berusaha bagi masyarakat sekitar pertambangan nikel akan
berkurang ketika kegiatan pertambangan niker tersebut akan berakhir
beroperasi.
c. Penurunan pendapat
Pemutusan hubungan kerja dan berkurangnya kesempatan berusaha masyarakat
sekitar kegiatan pertambangan nikel akan menyebabkan dampak lanjutan yang
di prakirakan berupa penutupan pendapatan masyarakat
2. Indikator dampak
Adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan
3. Tujuan rencana pemantauan lingkungan
Mengetahui pelaksanaan penanganan PHK karyawan sesuai peraturan yang berlaku
4. Metode Pemantauan lingkungan hidup
 Pengamatan secara langsung apakah PHK dilakukan dengan sesuai prosedur
dan aturan yang berlaku dan disepakati bersama antara perusahaan dan
karyawan
 Wawancara kepada pekerja, apakah diberikan pesangon dan pensiun bagi
pekerja/ karyawan sesuai dengan aturan perusahaan yang disepakati dengan
pekerja
 Wawancara kepada pekerja dan masyarakat sekitar lokasi kegiatan, apakah
pemrakarsa melakukan pemberdayaan mantan pekerja dengan memberikan
modal usaha
5. Lokasi pemantauan lingkungan hidup
 Desa Boenaga Kecamatan Lasolo Kabupaten Konawe Utara
6. Frekuensi dan periode pemantauan
Sekali setiap enam bulan selama tahap persiapan berlangsung
7. Institusi pemantauan lingkungan hidup
a. Pelaksana pemantauan lingkungan hidup
 PT. Rizqi Cahaya Makmur
b. Pengawas pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Tenaga Kerja Dan Trasmigrasi Kabupaten Konawe Utara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
c. Pelaporan hasil pemantauan lingkungan hidup
 Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral Republik Indonesia
 Dinas Energi dan Sumberdaya Mineral Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Pertambangan Kabupaten Konawe Utara
 Bapedalda Kabupaten Konawe Utara
 Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sulawesi Tenggara
 Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Kabupaten Konawe Utara
 Pemerintah Desa Boenaga dan Kecamatan Lasolo
E. Komponen Kesehatan Masyarakat
Tidak terdapat parameter lingkungan kesehatan masyarakat yang perlu dilakukan
pemantauan lingkungan hidup.

Anda mungkin juga menyukai