Dokumen - Tips LP Kaddoc
Dokumen - Tips LP Kaddoc
2. Fungsi pankreas
a. Mengatur kadar gula dalam darah melalui pengeluaran glucogen, yang
menambah kadar gula dalam darah dengan mempercepat tingkat pelepasan
dari hati.
b. Pengurangan kadar gula dalam darah dengan mengeluarkan insulin yang
mana mempercepat aliran glukosa ke dalam sel pada tubuh, terutama otot.
Insulin juga merangsang hati untuk mengubah glukosa menjadi glikogen dan
menyimpannya di dalam sel-selnya.
6. Jaringan pankreas
a. Acini untuk mengeluarkan cairan pencernaan keduodenum
b. Pulau langerhans mensekresi insulin dan glucagon langsung kedalam darah
B. Etiologi
Ketoasidosis diabetikum didasarkan oleh adanya insulin atau tidak cukupnya
umlah insulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan dengan sodid yang kurang
2. Keadaan sakit atau infeksi pada DM, misalnya : pneumonia, kolestisitis, iskemia
usus dan apendisitis.
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
diobati.
D. Patofisiologi
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak
cukupnya jumlah insulin yang nyata, keadaan ini mengakibatkan gangguan pada
metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Ada tiga gambaran klinis yang
penting pada diabetes ketoasidosis yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan
asidosis.
Apabila jumlah insluin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan
berkurang pula. Disamping itu produksi glukosa oleh sel hati menjadi tidak
terkendali. Kedua faktor ini akan mengakibatkan hiperglikemia. Dalam upaya
untuk menghilangkan glukosa ang berlebihan dari dalam tubuh, ginjal akan
mengekresikan glukosa bersama – sama air dan elektrolit (seperti natrium, dan
kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi berlebihan elektrolit.
Penderita ketoasidosis yang berat dapat kehilangan kira – kira 6,5 liter air dan
sampai 400 hingga 500mg natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24
jam.
Akibat defisiensi insulin yang lain adalah pemecahan lemak (liposis) menjadi
asam – asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi
benda keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi benda keton
yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan insulin yang secara normal akan
mencegah timbulnya keadaan tersebut. Benda keton bersifat asam, dan bila
bertumpuk dalam sirkulasi darah benda keton akan menimbulkan asidosis
metabolik.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Analisa Darah
a. Kadar glukosa darah bervariasi tiap individu
b. PH rendah (6,8 – 7,3)
c. PCO2 turun ( 10 – 30 mmHg)
d. HCO3 turun (<15 mEg/L)
e. Keton serum positif, BUN naik
f. Kreatinin naik
g. Ht dan Hb naik
h. Leukositosis
2. Elektrolit
a. Kalium dan natrium dapat rendah atau tinggi sesuai jumlah cairan yang
hilang (dehidrasi)
b. Fosfot lebih sering menurun
3. Urinalisa
a. Leukosit dalam urin
b. Glukosa dalam urin
4. EKG gelombang T naik
5. CT – Scan
6. Foto toraks
F. Komplikasi
1. ARDS ( Adult respiratori distres syndrome)
Patogenesis terjadinya hal ini belum jelas, kemungkinan akibat rehidrasi yang
berlebihan, gagal jantung kiri atau perubahan permeabilitas kapiler paru.
2. DIC ( Disseminatd intravascular coagulation)
3. Edema otak
Adanya kesadaran menurun disertai dengan kejang yang terjadi terus menerus
akan beresiko terjadinya edema otak.
4. Gagal ginjal akut
5. Dehidrasi berat dengan syok dapat mengakibatkan gagal ginjal akut
6. Hipoglikemia dan hiperglikemia
Terjadi akibat pemberian insulin dan cairan yang berlebihan dan tanpa
pengontrolan.
G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaa KAD
a. Pertahankan jalan nafas
b. Pada syok berat berikatan oksigen 100% dengan masker
c. Jika syok berikan larutan isotonik (normal saline 0,9%) 20cc/kgBB
d. Bila terdapat penurunan kesadaran perlu pemasangan naso gastrik tube untuk
menghindari aspirasi lambung.
2. Penatalaksanaa Keperawatan
a. Penilaian awal : pemeriksaan fisik (BB, TD, derajat dehidrasi), dan
konfimasi biokimia (analisa gas darah dan urinalisa ) , (Dunger DB, 2004)
b. Pemantauan status volume cairan : pemeriksaan TTV (termasuk memantau
perubahan ortostatik pada tekanan darah dan frekuensi jantung), pengkajian
paru, dan pemantauan asupan serta haluan cairan.
c. Pemantauan kalium
B. Diagnosa keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kemampuan
bernapas
2. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan berlebihan
(diuresis osmotic) akibat hiperglikemia
3. Risiko tinggi terjadinya ganguan pertukaran gas b/d peningkatan keasaman (pH
menurun) akibat hiperglikemia, glukoneogenesis, lipolysis.
4. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral, status hipermetabolisme.
5. Kelelahan berhubungan dengan metabolisme sel menurun.
C. Intervensi keperawatan
1. Dx 1 : Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan
kemampuan bernapas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola napas
menjadi efektif dengan kriteria hasil :
a. Pola nafas pasien kembali teratur.
b. Respirasi rate pasien kembali normal.
c. Pasien mudah untuk bernafas
Intervensi :
a. Kaji status pernafasan dengan mendeteksi pulmonal.
b. Berikan fisioterapi dada termasuk drainase postural.
c. Penghisapan untuk pembuangan lendir.
d. Identifikasi kemampuan dan berikan keyakinan dalam bernafas.
e. Kolaborasi dalam pemberian therapi medis
2. Dx 2 : Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran cairan
berlebihan (diuresis osmotic) akibat hiperglikemia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan cairan tubuh
pasien kembali normal denga kriteria hasil :
a. TTV dalam batas normal
b. Pulse perifer dapat teraba
c. Turgor kulit dan capillary refill baik
d. Keseimbangan urin output
e. Kadar elektrolit normal
f. GDS normal
Intervensi :
a. Observasi pemasukan dan pengeluaran cairan setiap jam
b. Observasi kepatenan atau kelancaran infus
c. Monitor TTV dan tingkat kesadaran tiap 15 menit, bila stabil lanjutkan untuk
setiap jam
d. Observasi turgor kulit, selaput mukosa, akral, pengisian kapiler
e. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium :
1) Hematokrit
2) BUN/Kreatinin
3) Osmolaritas darah
4) Natrium
5) Kalium
f. Monitor CVP (bila digunakan)
g. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam : Pemberian cairan parenteral,
Pemberian therapi insulin, Pemasangan kateter urine
3. Dx 3 : Risiko tinggi terjadinya ganguan pertukaran gas b/d peningkatan
keasaman (pH menurun) akibat hiperglikemia, glukoneogenesis, lipolysis.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan gangguan
pertukaran gas tidak terjadi dengan kriteria hasil :
a. RR dalam rentang normal
b. AGD dalam batas normal :
1) pH : 7,35 – 7,45 HCO3 : 22 – 26 mmol/L
2) PO2 : 80 – 100 mmHg BE : -2 sampai +2 mea/L
3) PCO2 : 35 – 45 mmH
Intervensi :
a. Berikan posisi fowler atau semifowler ( sesuai dengan keadaan klien)
b. Observasi irama, frekuensi serta kedalaman pernafasan
c. Auskultasi bunyi paru
d. Monitor hasil pemeriksaan AGD
e. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain dalam : Pemeriksaan AGD, Pemberian
oksigen, Pemberian koreksi biknat ( jika terjadi asidosis metabolik)
Intervensi :
b. Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dihabiskan.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 4, jilid III. (2006). Jakarta: FKUI
Carpenito, Lynda Juall (2000), Buku saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta
Corwin, Elizaeth J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:EGC
Krisanty Paula, dkk. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Cetakan Pertama, Jakarta,
Trans Info Media, 2009.