Anda di halaman 1dari 24

SKRIPSI

DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STUNTING


DI NEGARA AFRIKA BARAT: NIGERIA

(Analisis Data Sekunder DHS Program: Nigeria 2018)

Oleh:
ZAENAL RADIATSA ADITYA
131911123048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
SKRIPSI
DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STUNTING
DI NEGARA AFRIKA BARAT: NIGERIA

(Analisis Data Sekunder DHS Program: Nigeria 2018)

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)


Pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Airlangga

Oleh:
ZAENAL RADIATSA ADITYA
131911123048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
SURAT PERNYATAAN

Saya bersumpah bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan
belum pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai
jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi manapun.

Surabaya, 2020
Yang Menyatakan

Zaenal Radiatsa Aditya


131911123048
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Beberapa tahun terakhir, kasus stunting pada bayi dan anak mendapat
perhatian khusus akibat prevelansinya yang masih tinggi dan semakin meningkat,
terutama di negara – negara berkembang. Salah satu negara di Afrika Barat,
Nigeria menempati urutan ke-3 sebagai negara dengan jumlah kasus stunting
terbanyak di dunia pada survey tahun 2018. Negara – negara Sub-Sahara Afrika
masih mengalami kasus malnutrisi yang buruk karena praktik pemberian makanan
bayi dan anak yang buruk, seperti praktik pemberian makanan pendamping yang
belum optimal, tidak adekuatnya kuantitas dan kualitas diet pada anak, sosial,
kultural, ekonomi dan faktor geografi saling berkaitan terhadap pengaruhnya pada
pemberian makanan pada anak (Mitchodigni et al., 2018). Semakin banyak anak-
anak dan remaja yang selamat bertahan hidup, tetapi terlalu sedikit yang
berkembang(UNICEF, 2019).
WHO menyebutkan bahwa di seluruh dunia terdapat 149 juta anak yang
berusia kurang dari 5 tahun mengalami stunting. Secara global, proporsi dan
jumlah anak yang terhambat di bawah 5 telah menurun. Angka ini turun
seperempat antara tahun 2000 dan 2018 menjadi 149 juta anak-anak. Secara
umum, ini mencerminkan peningkatan pendapatan dan perbaikan tata kelola di
banyak negara. Namun, meskipun ada penurunan di seluruh dunia, kemajuan
dalam mengurangi stunting di sebagian besar Afrika lambat. Jumlah anak di
bawah 5 tahun dengan stunting meningkat 1,4 juta di Afrika Timur dan Selatan
dan 6,5 juta di Barat dan Afrika Tengah. (UNICEF, 2019). Negara – negara di
Kawasan Afrika Barat sejak lama menghadapi permasalahan stunting ini, Nigeria
pada tahun 2018 mengalami kasus stunting pada anak usia dibawah 5 tahun
sebesar 36,8%.Disarankan bahwa bayi mulai makan makanan pendamping
(Complementary feeding) pada 6 bulan, tetapi secara global hanya lebih dari dua
pertiga bayi berusia 6-8 bulan yang makan makanan pendamping(UNICEF,
2019). Dalam penelitian oleh (Sisay, Edris, & Tariku, 2016) Prevalensi inisiasi
pemberian makanan pendamping tepat waktu adalah 63% [95% Kl: 58,0, 67,5%].
Seratus delapan belas anak (28,0%) memulai pemberian makanan pendamping
setelah enam bulan, sementara dua puluh delapan (6,7%) dimulai sebelum mereka
mencapai bulan keenam. Selain itu, sepuluh anak (2,3%) tidak ditawari makanan
tambahan sejak mereka dilahirkan. Prevelansi intervensi nutrisi di Afrika Barat
dan Tengah pada survey terbaru menunjukkan untuk intervensi minimum dietary
diversity sebesar 13.89% (95% CI: 13.19% to 14.59%). Prevelansi mikronutrien
pemberian suplemen zat besi sebesar 10.73% (95% CI: 10.07% to 11.39%,
penggunaan garam beriodium 49.66% (95% CI: 46.79% to 52.53%), dan
konsumsi suplemen vitamin A 52,87% (95% CI: 51,41% to 54,33%) (Sagalova,
Zagre, & Vollmer, 2020).
Stunting merupakan tanda yang jelas bahwa anak-anak di suatu negara tidak
berkembang dengan baik. Stunting juga merupakan gejala dari kekurangan di
masa lalu dan merupakan prediktor kemiskinan di masa depan. Stunting
dideskripsikan sebagai indicator terbaik terhadap status kesejahteraan anak dan
refleksi yang akurat terhadap adanya ketidaksetaraan dalam masyarakat
(UNICEF, 2019). Individu yang mengalami stunting mungkin kehilangan
kesempatan bersekolah dan mengalami keterlambatan masuk ke dunia kerja, ini
berarti 43 persen anak-anak berusia di bawah 5 tahun di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah berisiko tinggi terhadap kemiskinan karena
terhambat pertumbuhannya (UNICEF, 2019). Nutrisi yang buruk dikaitkan
dengan perkembangan otak suboptimal, yang secara negatif mempengaruhi
perkembangan kognitif, kinerja pendidikan dan produktivitas ekonomi di masa
dewasa (Serdula, 1988). Negara Nigeria masih menghadapai Triple Burden
Disease dimana prevelansi anak yang mengalami stunting masih cukup tinggi.
Beberapa variabel diduga berhubungan dengan tingginya angka stunting di negara
Nigeria yaitu faktor complementary feeding, diet diversity dan konsumsi
micronutrient yang belum optimal. Pemberian makanan pendamping
(complementary feeding) mencegah 6% dari total kematian pada anak (Sisay et
al., 2016). Dalam praktiknya hanya lebih dari dua pertiga bayi usia 6-8 bulan yang
makan makanan pendamping. Bahkan, terlalu banyak yang memulai lebih awal.
Makanan pendamping bergizi dan aman (lunak, semi-padat dan padat) harus
diperkenalkan secara progresif mulai dari 6 bulan (UNICEF, 2019). Dalam
konteks Afrika, makanan yang diberikan selama periode pemberian makanan
pendamping (6 hingga 23 bulan) terdiri dari 1) makanan "transisi" yang pada
dasarnya adalah bubur, dan 2) hidangan keluarga, paling sering dibuat dari
makanan pokok dengan saus. Bubur adalah CF yang paling umum dan pertama
diberikan kepada anak-anak, diikuti oleh hidangan keluarga, di negara-negara
Afrika Barat. Kualitas makanan pendamping disana sebagian besar terdiri dari
makanan sereal miskin gizi yang biasa disebut “koko” atau “pop”, biasanya
terbuat dari tepung atau agar – agar. Bubur tersebut mengandung 80-90% kadar
air dan sisanya merupakan bahan kering dengan perkiraan kandungan kalori
sekitar 0,3 kkal/g jauh dari standar rekomendasi sebesar 0,8 kkal/g, masih adanya
anggapan bahwa konsumsi makanan diatas mempermudah anak untuk mencerna
makanan, namun melihat dari kandungan kalori yang diperoleh jelas belum
memenuhi dari kebutuhan anak sehingga anak cenderung mengalami malnutrisi
(Mitchodigni et al., 2018). Intervensi spesifik gizi dan sensitif gizi dari Kerangka
Konseptual UNICEF untuk kekurangan gizi pada anak, salah satunya merupakan
intervensi pemberian masukan mikornutrien berupa pemberian makanan
mengandung vitamin A, besi dan iodium yang juga merupakan determinan dalam
DHS Program. Kekurangan mikronutrien sering juga disebut sebagai hidden
hunger, sebuah kondisi dimana anak kekurangan vitamin dan mineral esensial
yang kelak akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta merusak
kesehatan dan kesejahteraan anak-anak disetiap tahap kehidupan. Diperkirakan
sekitar 340 juta anak dibawah 5 tahun menderita defisiensi mikronutrien
(Mwangome & Prentice, 2019).
Melihat adanya fakta ini, diharapkan adanya perbaikan signifikan dalam hal
pemenuhan nutrisi yang adekuat dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta
praktik pemberian yang optimal dengan nutrisi tambahan, karena anak adalah
generasi penerus sebuah negara, berinvestasi pada perkembangan dan
kesejahteraan anak berarti ikut membangun masa depan yang lebih baik.
Kebijakan yang mendukung intervensi hemat biaya dan pendidikan kesehatan gizi
yang mempertimbangkan kekhasan sosial-budaya dan lingkungan masing-masing
sub-wilayah, sangat diperlukan untuk mengurangi malnutrisi di wilayah Afrika
Barat (Serdula, 1988). Perlunya peningkatan koordinasi antara stakeholder dan
kesadaran dunia serta kontribusi nyata dalam mengatasi masalah stunting akibat
malnutrisi untuk mencapai Sustainable Development Goals 2030 melalui program
1000 hari pertama kehidupan dimana anak harus mendapat nutrisi yang optimal
untuk mendukung tumbuh kembang.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja determinan yang mempengaruhi kejadian stunting di Negara
Afrika Barat: Nigeria?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Menjelaskan determinan yang mempengaruhi kejadian stunting di
Negara Afrika Barat: Nigeria
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengidentifikasi determinan complementary feeding (pemberian
makanan pendamping terlalu awal, pemberian makanan pendamping
tepat waktu, pemberian makanan pendamping terlambat).
2. Mengidentifikasi determinan diet diversity (persentase anak-anak yang
diberi makan keragaman minimum).
3. Mengidentifikasi determinan intake micronutrient (pemberian
makanan yang kaya mengandung vitamin A, iron dan iodium).
4. Menganalisis determinan terkait yang mempengaruhi kejadian stunting
di Negara Afrika Barat: Nigeria
1.4 Manfaat
1.4.1 Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai determinan
yang mempengaruhi kejadian stunting di Negara Afrika Barat: Nigeria yang dapat
digunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan komunitas dan anak dalam
mengembangkan data-data dasar dan pokok untuk selanjutnya dapat dibahas
secara ilmiah dalam ranah keilmuan.
1.4.2 Praktis
1. WHO: Sebagai bahan evaluasi program peningkatan gizi dalam
mengatasi masalah malnutrisi terutama pada kasus stunting untuk
dapat menjadi indikator dalam keberhasilan program.
2. Kementerian Kesehatan Nigeria: Sebagai bahan evaluasi program
peningkatan gizi Nasional dan tolok ukur tercapainya pembangunan
sebuah negara.
3. Perawat Komunitas: Sebagai referensi dalam menentukan strategi
intervensi yang sesuai dengan memanfaatkan sumber daya yang
tersedia dalam rangka pemberantasan kasus stunting.
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Perkembangan Anak


5 tahun pertama kehidupan merupakan masa yang penting karena terjadi
perkembangan di semua aspek kehidupan. Otak berkembang pesat melalui
neurogenesis, pertumbuhan aksonal dan dendritik, sinaptogenesis, kematian sel,
pemangkasan sinaptik, mielinisasi, dan gliogenesis. Perkembangan otak
dimodifikasi oleh kualitas lingkungan. Penelitian pada hewan menunjukkan
bahwa kurang gizi awal, defisiensi besi, racun lingkungan, stres, dan stimulasi
yang buruk serta interaksi sosial dapat memengaruhi struktur dan fungsi otak,
serta memiliki efek kognitif dan emosi dalam jangka panjang. Perkembangan
kognitif dan sosial-emosional awal merupakan penentu kuat kemajuan sekolah di
negara-negara maju (Grantham-McGregor et al., 2007).
2.2 Stunting
2.2.1. Definisi stunting
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi
badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan
panjang atau tinggi badan > -2 standar deviasi median standar pertumbuhan anak
dari WHO. Balita stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh
banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada
bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan
datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan
kognitif yang optimal (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
2.2.1. Faktor – faktor yang mempengaruhi stunting
Analisis multivariat dari penelitian (Akombi et al., 2017) mengungkapkan
bahwa faktor risiko signifikan paling konsisten untuk stunting dan stunting
parah di antara anak-anak berusia 0-23 bulan dan 0-59 bulan adalah: jenis
kelamin anak (laki-laki), persepsi ukuran kelahiran ibu (kecil dan rata-
rata), indeks kekayaan rumah tangga (rumah tangga miskin dan termiskin),
lamanya menyusui (lebih dari 12 bulan), zona geopolitik (Timur Laut,
Barat Laut, Tengah Utara) dan anak-anak yang dilaporkan mengalami
diare dalam 2 minggu sebelum survey.
2.2.2. Proses Terjadinya stunting
Stunting terjadi mulai dari pra-konsepsi ketika seorang remaja menjadi ibu
yang kurang gizi dan anemia. Menjadi parah ketika hamil dengan asupan
gizi yang tidak mencukupi kebutuhan, ditambah lagi ketika ibu hidup di
lingkungan dengan sanitasi kurang memadai. Dilihat dari asupan makanan,
ibu hamil pada umumnya defisit energi dan protein. Kondisi-kondisi di
atas disertai dengan ibu hamil yang pada umumnya juga pendek (< 150
cm) yang proporsinya 31,3%, berdampak pada bayi yang dilahirkan
mengalami kurang gizi, dengan berat badan lahir rendah < 2.500 gram dan
juga panjang badan yang kurang dari 48 cm. Setelah bayi lahir dengan
kondisi tersebut, dilanjutkan dengan kondisi rendahnya Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) yang memicu rendahnya menyusui eksklusif sampai dengan 6
bulan, dan tidak memadainya pemberian makanan pendamping ASI (MP-
ASI). Asupan anak > 6 bulan cenderung mengonsumsi 95% dari kelompok
serealia (karbohidrat), sangat kurang dari kelompok protein, buah, dan
sayur(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
2.2.3. Dampak stunting
1. Dampak jangka pendek
a. Peningkatan angka kesakitan dan kematian
b. Perkembangan kognitif, motoric dan verbal pada anak tidak
optimal
c. Peningkatan biaya kesehatan
2. Dampak jangka panjang
a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa
b. Meningkatnya resiko obesitas dan penyakit lainnya
c. Menurunnya kesehatan reproduksi
d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa
sekolah
e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal
2.3 Complementary Feeding (Makanan Pendamping)
Ketika anak berumur 6 bulan ke atas, ASI sudah tidak lagi memenuhi
kebutuhan energi dan nutrisi yang anak butuhkan sehingga perlu adanya nutrisi
tambahan. Disarankan bahwa bayi mulai makan makanan pendamping pada 6
bulan, kebutuhan nutrisi anak untuk pertumbuhan usia 6 sampai 23 bulan lebih
besar per kilogram berat badan dari semua tahap kehidupan, yang membuat anak
– anak lebih rentang terkena defisiensi nutrisi dan pertumbuhan yang terhambat.
Memperkenalkan berbagai makanan pelengkap yang sehat dan beragam bersama
dengan menyusui dapat membantu melindungi terhadap penyakit dan kematian,
sementara juga memastikan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat
(UNICEF, 2019).
WHO memberikan anjuran untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan gizi
bayi sebaiknya mengkonsumsi makanan pendamping dengan kriteria sebagai
berikut:
 Tepat waktu - artinya diperkenalkan ketika kebutuhan akan energi dan nutrisi
melebihi apa yang dapat disediakan melalui pemberian ASI eksklusif;
 Memadai - artinya mereka menyediakan energi, protein, dan mikronutrien
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak yang sedang tumbuh;
 Aman - artinya disimpan dan dipersiapkan secara higienis, dan diberi makan
dengan tangan bersih menggunakan peralatan bersih dan bukan botol dan dot;
 Diberi makan dengan benar - artinya mereka diberikan konsisten dengan
sinyal nafsu makan dan kenyang anak, dan frekuensi makan serta pemberian
makan sesuai untuk usia.
WHO juga mengeluarkan prinsip panduan untuk pemberian makanan
pendamping yang sesuai adalah:
 Terus menyusui sampai usia 2 tahun atau lebih;
 Mempraktikkan pemberian makan yang responsif (misalnya, memberi makan
bayi secara langsung dan membantu anak-anak yang lebih tua. Memberi
makan secara perlahan dan sabar, mendorong mereka untuk makan tetapi tidak
memaksanya, berbicara dengan anak dan menjaga kontak mata);
 Mempraktikkan kebersihan yang baik dan penanganan makanan yang tepat;
 Mulai pada 6 bulan dengan sedikit makanan dan meningkat secara bertahap
seiring bertambahnya usia anak;
 Secara bertahap meningkatkan konsistensi dan variasi makanan;
 Tingkatkan berapa kali anak diberi makan: 2-3 makan per hari untuk bayi usia
6-8 bulan dan 3-4 makan per hari untuk bayi usia 9-23 bulan, dengan 1-2
makanan ringan tambahan sesuai kebutuhan;
 Gunakan makanan pelengkap yang diperkaya atau suplemen vitamin-mineral
sesuai kebutuhan; dan
 Selama sakit, tingkatkan asupan cairan termasuk lebih banyak menyusui, dan
tawarkan makanan lunak dan favorit.
2.4 Dietary Diversity (Keragaman Diet)
Keragaman diet adalah ukuran kualitatif konsumsi makanan yang
mencerminkan akses rumah tangga ke berbagai makanan dan juga merupakan
proksi untuk kecukupan gizi dari makanan individu(Gina Kennedy, Terri
Ballard and Marie Claude Dop, Nutrition and Consumer Protection Division,
2010).
Keragaman diet(“WHO | Data sources and inclusion criteria,” 2013)
adalah proporsi anak usia 6 – 23,9 bulan yang menerima asupan makanan 4
atau lebih jenis makanan. Keragaman diet mengacu pada anak yang
mengkonsumsi 4+ dari makanan berikut:
 Biji-bijian, akar dan umbi
 Kacang-kacangan dan kacang-kacangan
 Produk susu (susu, yogurt, keju)
 Makanan daging (daging, ikan, unggas dan hati / daging organ)
 Telur
 Buah dan sayuran yang kaya vitamin A
 Buah dan sayuran lainnya
2.5 Micronutrient Intake (Asupan Mikronutrien)
Artikel (“WHO | WHO and FAO announce Second International Conference
on Nutrition (ICN2),” 2014) menyebutkan bahwa permasalahan malnutrisi
termasuk diantaranya yang masih menjadi masalah adalah persoalan “hidden
hunger. Hideen hunger adalah kondisi kekurangan vitamin dan mineral. Hal
ini terjadi ketika kualitas makanan yang masyarakat makan tidak memenuhi
kebutuhan nutrisi yang sesuai. Zat gizi mikro yang dibutuhkan meliputi
iodium, vitamin A, vitamin D, vitamin B12, asam folat, zinc dan lain-lain.
BAB 3
KERANGKAN KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Determinan yang Mempengaruhi Kejadian


Stunting di Negara Afrika Barat: Nigeria model oleh UNICEF (1997) yang telah
disesuaikan.
Keterangan: = Diteliti

= Tidak Diteliti
3.2 Hipotesis
Hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:
H1:
1. Ada hubungan antara pemberian makanan pendamping terlalu awal
terhadap kejadian stunting di Negara Afrika Barat: Nigeria
2. Ada hubungan antara pemberian makanan pendamping tepat waktu
terhadap kejadian stunting di Negara Afrika Barat: Nigeria
3. Ada hubungan antara pemberian makanan pendamping terlambat terhadap
kejadian stunting di Negara Afrika Barat: Nigeria
4. Ada hubungan antara persentase anak-anak yang diberi makan keragaman
minimum terhadap kejadian stunting di Negara Afrika Barat: Nigeria
5. Ada hubungan antara pemberian makanan yang kaya mengandung vitamin
A terhadap kejadian stunting di Negara Afrika Barat: Nigeria
6. Ada hubungan antara pemberian makanan yang kaya mengandung iron
terhadap kejadian stunting di Negara Afrika Barat: Nigeria
7. Ada hubungan antara pemberian makanan yang kaya mengandung iodium
terhadap kejadian stunting di Negara Afrika Barat: Nigeria
BAB 4
METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan penelitian yang digunakan


Penelitian ini menggunakan data sekunder dari data Demograpic and Health
Survey (DHS Program) Nigeria tahun 2018. DHS memuat data tentang variabel
complementary feeding, diet diversity dan intake micronutrient terhadap kejadian
stunting pada anak-anak di negara tersebut berdasarkan survey cross-sectional
yang representative secara nasional. Desain penelitian ini dipilih karena efisien
(hemat waktu) dan dapat digeneralisasikan.
4.1.1 DHS Program
Program DHS telah mendapatkan reputasi dunia untuk mengumpulkan dan
menyebarluaskan data yang akurat dan representatif secara nasional mengenai
berbagai topik seperti kesuburan, keluarga berencana, kesehatan ibu dan anak,
gender, HIV / AIDS, malaria, gizi, dan kesehatan lingkungan.
Informasi kesehatan dikumpulkan melalui wawancara dengan wanita dan
pria, serta pengumpulan sampel biologis untuk menguji malaria, defisiensi
vitamin, dan banyak kondisi kesehatan lainnya.
Program DHS didanai oleh Badan Pembangunan Internasional AS
(USAID). Kontribusi dari donor lain, serta dana dari negara yang berpartisipasi,
juga mendukung survei. Proyek ini dilaksanakan oleh ICF.
4.1.2 Prosedur Sampling DHS Program
4.2 Populasi, sampel (kriteria inklusi, eksklusi), dan teknik pengambilan
sampel (sampling)
4.2.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah bayi usia 6-23 bulan dan anak usia <5 tahun di
Nigeria pada survey terakhir 2018, pemilihan sampel berdasarkan rasio dengan
menggunakan stratifikasi dan multistage random sampling.
Populasi terjangkaunya adalah bayi usia 6-23 bulan dan anak usia <5 tahun
yang mengalami stunting dengan standar deviasi (SD) atau z-score sesuai standar
WHO.
4.2.2 Sampel
Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
populasi studi (total sampling). Unit analisis adalah bayi usia 6-23 bulan dan
anak usia <5 tahun di Nigeria pada survey terakhir 2018. Alasan pemilihan
sampel bayi usia 6-23 bulan dan anak usia <5 tahun karena penelitian ini
bertujuan untuk melihat gambaran dan faktor – faktor yang berhubungan
dengan angka kejadian stunting pada bayi usia 6-23 bulan dan anak usia <5
tahun di Nigeria. Alasan terdapat dua kelompok umur yang berbeda adalah
karena variabel independent tertentu hanya terdapat pada kelompok umur 6-
23 bulan namun masih dalam kriteria <5 tahun. Kriteria inklusi dalam
penelitian ini yakni semua bayi usia 6-23 bulan dan anak usia <5 tahun di
Nigeria pada survey terakhir 2018 yang mengalami stunting, sedangkan
kriteria eksklusinya adalah anak usia >5 tahun.
4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel
Sampling adalah proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi.
Kriteria inklusi: Seemua bayi usia 6-23 bulan dan anak usia <5 tahun di
Nigeria pada survey terakhir 2018 yang mengalami stunting
Kriteria eksklusi: Anak usia >5 tahun
4.3 Variabel penelitian dan Definisi operasional variabel
4.3.1 Variabel penelitian
Variabel bebas pada penelitian ini terdiri dari complementary feeding, diet
diversity dan intake micronutrient. Sedangkan variabel tak bebasnya adalah
kejadian stunting di Nigeria.
Penelitian mencakup seluruh wilayah Nigeria dengan unit analisis adalah
semua anak yang terdaftar di pusat kesehatan setempat.
4.3.2 Definisi operasional

4.4 Instrumen penelitian


Intrumen yang digunakan adalah kuesioner milik Demographic and Health
Surveys Methodology (DHS).
4.5 Lokasi dan waktu penelitian
Lokasi penelitian adalah Negara Nigeria pada survey kesehatan nasional tahun
2018
4.6 Prosedur pengambilan atau pengumpulan data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian (Nursalam, 2017). Beberapa
hal beikut dilakukan peneliti sebelum melakukan pengumpulan dan pengambilan
data:
4.6.1 Mengunduh data DHS Program
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengundung data yang
dibutuhkan. Data yang akan diunduh adalah data survei milik DHS Program yang
dapat diakses pada laman https://dhsprogram.com/ dalam bentuk datasheet.
4.6.2 Penyuntingan data (editing data)
Sebelum dilakukan pemasukan data (entry data), maka peneliti terlebih
dahulu melakukan editing data. Editing data bertujuan untuk mempermudah
tahap entri data.
4.6.3 Pembersihan data (cleaning)
Pembersihan data (cleaning) adalah kegiatan untuk mendeteksi dan
mengoreksi data dalam basis data yang tidak benar, tidak lengkap, formatnya
tidak tepat, berlebihan, atau melihat kemungkinan adanya kesalahan kode.
Kemudian peneliti melakukan pembetulan atau koreksi atas data yang terjadi
kesalahan. Pembersihan data tidak hanya mengoreksi kesalahan, tetapi juga
menekankan konsistensi antara sekumpulan data yang berbeda yang berasal dari
sistem informasi yang terpisah.
4.6.4 Identifikasi variabel
Peneliti melakukan penentuan variabel-vaariabel yang diperlukan dalam
penelitian ini. Beberapa variabel yang telah ditentukan akan dikelompokkan
menjadi variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel
bebas (independent) pada penelitian ini adalah dari complementary feeding, diet
diversity dan intake micronutrient. Sedangkan variabel terikat (dependent) pada
penlitian ini adalah kejadian stunting di Nigeria.
4.6.5 Analisis data
Semua data dianalisis dengan menggunakan aplikasi STATA
4.7 Cara analisis data
4.7.1 Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran masing-masing
variabel yang diteliti baik variabel bebas (independent) maupun variabel terikat
(dependent). Variabel bebas (independent) pada penelitian ini adalah
complementary feeding, diet diversity dan intake micronutrient. Sedangkan
variabel terikat (dependent) pada penlitian ini adalah kejadian stunting di Nigeria.
4.7.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara
variabel bebas (independent) dengan variabel terikat (dependent) dengan
melakukan ujia chi-square dengan derajat kemaknaan p sebesar 0,05. Hasil uji
statistic dikatakan bermakna (signifikan) jika nilai p < α (p value < 0,05). Selain
itu digunakan untuk dapat melihat keeratan hubungan antara variabel bebas
(independent) dengan variabel terikat (dependent) maka digunakan Odds Ratio
(OR).
4.7.3 Analisis Multivariat
Analisis multivariat menggunakan uji analisis regresi berganda yang
bertujuan untuk mengetahui variabel bebas (independent) mana yang paling besar
pengaruhnya terhadap variabel terikat (dependent), variabel bebas (independent)
berhubungan dengan variabel terikat (dependent) dipengaruhi variabel lain atau
tidak, dan bentuk hubungan beberapa variabel bebas (independent) dengan
variabel terikat (dependent) membentuk hubungan langsung atau pengaruh tidak
langsung.
Tahapan analisis multivariat sebagai berikut:
a. Melakukan analisis bivariat untuk menentukan variabel yang menjadi
kandidiat model. Variabel independent (bebas) dihubungkan dengan
variabel dependent (bivariat). Bila hasil uji bivariat mempunyai nilai p <
0,05 maka variabel tersebut dapat masuk model multivariat. Tetapi apabila
secara substansi, variabel tersebut dianggap penting maka dapat
dimasukkan ke model multivariat walaupun nilai p > 0,05.
b. Analisis terus dilakukan dengan memilih variabel yang dianggap penting
untuk dimasukkan ke dalam model, dengan cara mempertahankan variabel
yang mempunyai nilai p <0,05 dan mengeluarkan variabel yang nilai p
valuenya > 0,05. Untuk variabel yang memiliki nilai p value nya > 0,05
dikeluarkan dari model satu persatu, dimulai dari variabel yang nilai p
value yang paling besar.
4.8 Kerangka opsional kerja
Kerangka opsional atau kerja adalah suatu langkah yang dilakukan dalam
penelitian kemudian ditulis dalam bentuk kerangka atau alur dalam penelitian.
Kerangka operasional kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
4.9 Masalah Etik (Ethical Clearance)
Prosedur dan kuesioner untuk survei DHS standar telah ditinjau dan disetujui
oleh ICF Institutional Review Board (IRB). Selain itu, protokol survei DHS
khusus negara ditinjau oleh ICF IRB dan biasanya oleh IRB di negara tuan rumah.
ICF IRB memastikan bahwa survei tersebut mematuhi peraturan Departemen
Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan A.S. untuk perlindungan subyek manusia
(45 CFR 46), sementara negara tuan rumah IRB memastikan bahwa survei
tersebut mematuhi hukum dan norma bangsa (“The DHS Program - Protecting the
Privacy of DHS Survey Respondents,” n.d.).
DAFTAR PUSTAKA

Akombi, B. J., Agho, K. E., Hall, J. J., Merom, D., Astell-burt, T., & Renzaho, A.
M. N. (2017). Stunting and severe stunting among children under-5 years in
Nigeria : A multilevel analysis. BMC Pediatrics, 1–16.
https://doi.org/10.1186/s12887-016-0770-z
Gina Kennedy, Terri Ballard and Marie Claude Dop, Nutrition and Consumer
Protection Division, F. and A. O. of U. N. (2010). Guidelines for measuring
household and individual dietary diversity. In Fao.
Grantham-McGregor, S., Cheung, Y. B., Cueto, S., Glewwe, P., Richter, L., &
Strupp, B. (2007). Developmental potential in the first 5 years for children in
developing countries. Lancet, 369(9555), 60–70.
https://doi.org/10.1016/S0140-6736(07)60032-4
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Buletin Stunting.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 301(5), 1163–1178.
Mitchodigni, I. M., Hounkpatin, A. W., Ntandou-Bouzitou, G., Termote, C.,
Bodjrenou, F. S. U., Mutanen, M., & Hounhouigan, D. J. (2018).
Complementary feeding practices among children under two years old In
West Africa: A review. African Journal of Food, Agriculture, Nutrition and
Development, 18(2), 13541–13557. https://doi.org/10.18697/ajfand.82.17350
Mwangome, M., & Prentice, A. M. (2019). Tackling the triple threats of
childhood malnutrition. BMC Medicine, 17(1), 1–3.
https://doi.org/10.1186/s12916-019-1464-9
Sagalova, V., Zagre, N. M., & Vollmer, S. (2020). Individual-level predictors of
practices of nutrition-specific and nutrition-sensitive interventions for infants
and young children in West and Central Africa: A cross-sectional study.
BMJ Open, 10(1), 1–9. https://doi.org/10.1136/bmjopen-2019-036350
Serdula, M. (1988). Diet, malnutrition in sub-Saharan Africa. Les Annales de
l"I.F.O.R.D, 12(2), 35–63.
Sisay, W., Edris, M., & Tariku, A. (2016). Determinants of timely initiation of
complementary feeding among mothers with children aged 6-23 months in
Lalibela District, Northeast Ethiopia, 2015. BMC Public Health, 16(1), 1–9.
https://doi.org/10.1186/s12889-016-3566-z
The DHS Program - Protecting the Privacy of DHS Survey Respondents. (n.d.).
Retrieved March 18, 2020, from https://dhsprogram.com/What-We-
Do/Protecting-the-Privacy-of-DHS-Survey-Respondents.cfm
UNICEF. (2019). Children, food and nutrition. The state of the world children
2019. Executive summary.
WHO | Data sources and inclusion criteria. (2013). WHO.
WHO | WHO and FAO announce Second International Conference on Nutrition
(ICN2). (2014). WHO.

Anda mungkin juga menyukai