Anda di halaman 1dari 4

Hukum Jaminan

Dra. Lidwina Maria T., S.H., Sp.N.


FHK 301 Seksi A

Kelompok 5
1. Alfredo Charlie 2018-0500-0131
2. Atika Syukriyya 2018-0500-0149
3. Chintya Arifka 2018-0500-0112
4. Julius Jonathan 2018-0500-0069
5. Ngurah Bagus P. K. 2018-0500-0045
6. Steviny vega 2018-0500-0184

Pertanyaan:
1. Di mana pengaturan gadai dalam perundang-undangan Indonesia?
2. Apa yang menjadi syarat jaminan kebendaan gadai?
3. Siapa saja yang dapat menjadi subjek gadai dan apa yang menjadi hak dan kewajibannya
sebagai subjek gadai?
4. Bagaimana bentuk jaminan gadai?
5. Bagaimana jaminan gadai hapus?

Jawaban:
1. Dasar hukum gadai tercantum di dalam
● Pasal 1150 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1160 Buku II KUHPerdata
● Artikel 1196 vv, titel 19 Buku III NBW
● Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1969 tentang Perusahaan Jawatan Pegadaian
● Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1970 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 1969 tentang Perusahaan Jawatan Pegadaian
● Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (Perum)
Pegadaian
● Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2011 tentang Perubahan Bentuk Badan
Hukum Perusahaan Perseroan (Persero) Pegadaian
● Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 31/ POJK.05/2016 tentang Usaha
Pergadaian

2. Yang menjadi syarat jaminan kebendaan dalam gadai adalah


● Harus ada perjanjian untuk memberi hak gadai yang sesuai dengan Pasal
1320 KUHPerdata. Perjanjian pokok yang berupa perjanjian pinjam
meminjam dan hak gadai merupakan perjanjian tambahan/accesoir/ekor.
● Objek gadai berupa benda bergerak yang terdiri dari benda berwujud (seperti
perhiasan) dan benda bergerak yang tidak berwujud (berupa hak untuk
mendapatkan pembayaran uang misalnya surat-surat piutang)
● Objek gadai harus lebih besar nilai ekonomisnya.
● Objek gadai harus dibawah kekuasaan si kreditur.
3. Subjek gadai terdiri dari dua pihak, yaitu pemberi gadai (pandgever) dan penerima gadai
(pandnemer). Pandgever adalah orang atau badan hukum yang memberikan jaminan dalam
bentuk benda bergerak selaku gadai kepada penerima gadai untuk pinjaman uang yang
diberikan kepadanya atau pihak ketiga. Sedangkan penerima gadai (pandnemer) adalah
orang atau badan hukum yang menerima gadai sebagai jaminan untuk pinjaman uang yang
diberikannya kepada pemberi gadai.
Di dalam Pasal 1155 KUH Perdata telah diatur tentang hak dan kewajiban dua belah pihak,
hak penerima gadai adalah:
1. Menerima angsuran pokok pinjaman dan bunga sesuai dengan waktu yang
ditentukan;
2. Menjual barang gadai, jika pemberi gadai tidak memenuhi kewajibannya setelah
lampau waktu atau setelah dilakukan peringatan untuk pemenuhan janjinya.

Kewajiban penerima gadai diatur dalam Pasal 1154, Pasal 1156, dan Pasal 1157 KUH
Perdata, yaitu:
1. Menjaga barang yang digadaikan sebaik-baiknya;
2. Tidak diperkenankan mengalihkan barang yang digadaikan menjadi miliknya,
walaupun pemberi gadai wanprestasi (Pasal 1154 KUHPerdata);
3. Memberitahukan kepada pemberi gadai (debitur) tentang pemindahan barang-barang
gadai (Pasal 1156 KUHPerdata);
4. Bertanggung jawab atas kerugian atau susutnya barang gadai, sejauh hal itu terjadi
akibat kelalaiannya (Pasal 1157 KUHPerdata).

Hak-Hak Pemberi Gadai :


1. Menerima uang gadai dari penerima gadai;
2. Berhak atas barang gadai. apabila hutang pokok, bunga, dan biaya lainnya telah
dilunasinya;
3. Berhak menuntut kepada pengadilan supaya barang gadai dijual untuk melunasi
hutang-hutangnya (Pasal 1156 KUH Perdata).

Kewajiban Pemberi Gadai :


1. Menyerahkan barang gadai kepada penerima gadai;
2. Membayar pokok dan sewa modal kepada penerima gadai;
3. membayar biaya yang dikeluarkan oleh penerima gadai untuk menyelamatkan
barang-barang gadai (Pasal 1157 KUH Perdata).

4. Gadai dapat dilakukan pada benda bergerak. Gadai pada benda yang bergerak berwujud
pada umumnya dilakukan dengan cara membawa kebendaan yang hendak digadaikan dan
diserahkan kebendaan secara fisik kepada kreditur pemegang gadai sebagai jaminan.
Sedangkan gadai benda bergerak yang tidak berwujud dilakukan dengan pemberitahuan
kepada orang yang berkewajiban melaksanakannya dan ada bukti tertulis dari
pemberitahuan dan izinnya pemberi gadai. Penggolongan barang jaminan untuk digadaikan
dapat dilihat dalam lampiran Peraturan Direksi Pegadaian Nomor 5 Tahun 2014 yang
dilakukan dengan memperhatikan adanya golongan kredit dan dilihat berdasarkan
pengelompokkan menurut jenis dan tempat penyimpanannya (disebut rubrik). Berdasarkan
jenisnya, barang jaminan dibagi menjadi:
Pengelompokan Berdasarkan Tempat Bentuk Jaminan Gadai
Penyimpanan

Kantong Emas, Berlian, Jam Tangan

Gudang Tekstil, Sepeda, Gerabah, Peralatan Rumah


Tangga, Mesin Pertanian/ Perkebunan, dan
Barang spesifik lainnya yang diatur dalam
Peraturan Direksi.

Elektronik Notebook/ Laptop, Handphone, Televisi,


Radio Tape, Gadget (Playstation, X-Box,
Tab, dan sebagainya)

Kendaraan Bermotor Sepeda motor, Mobil

Terdapat pula pengecualian atas kebendaan bergerak sebagai jaminan pinjaman atau kredit
gadai, yakni sebagai berikut:
1. Barang milik negara atau pemerintah, seperti Senjata api, Pakaian dinas,
Perlengkapan TNI/ Polri dan Pemerintah;
2. Surat utang, surat actie, surat efek dan surat-surat berharga lainnya;
3. Hewan dan tanaman yang masih hidup;
4. Segala makanan dan benda yang mudah busuk;
5. Benda-benda yang amat kotor;
6. Benda-benda yang untuk menguasai dan memindahkannya dari satu tempat ke
tempat lain memerlukan izin;
7. Benda yang sebab amat besar tidak dapat disimpan dalam pegadaian;
8. Benda-benda yang berbahaya dan mudah terbakar
9. Benda-benda yang berbau busuk dan benda-benda yang mudah merusak benda
lainnya apabila disimpan bersama-sama seperti:
10. Benda yang hanya berharga Cuma sebentar saja atau yang nilai harganya naik turun
atau yang oleh karena lain sebab tidak dapat ditaksir oleh juru taksir pegadaian;
11. Benda yang hendak digadaikan oleh orang mabuk atau orang yang kurang ingatan
atau orang yang tidak bisa memberi keterangan cukup tentang benda yang mau
digadaikan itu;
12. Benda yang disewa belikan;
13. Benda yang diperoleh melalui utang dan belum lunas;
14. Benda titipan sementara (konsinyasi);
15. Benda yang tidak diketahui asal-usulnya;
16. Benda-benda yang bermasalah;
17. Pakaian jadi;
18. Bahan yang pemakaiannya sangat terbatas dan tidak umum.
5. KUHPer tidak mengatur secara khusus mengenai sebab-sebab hapus atau berakhirnya hak
gadai. Namun, sebagaimana diatur dalam Pasal 1150 - Pasal 1160 KUHPer, dapat diketahui
sebab-sebab yang menjadi dasar bagi hapusnya gadai, yaitu
- Hapusnya hak gadai apabila perjanjian pokoknya hapus dimana seluruh hutang
debitor sudah dilunasi (pelunasan hutang), benda jaminan dilepaskan kreditor
dengan sukarela (perjumpaan hutang), benda jaminan hilang atau musnah
(pembaharuan hutang), penerima gadai menjadi pemilik benda jaminan atas suatu
hak tertentu (pembebasan hutang).
- Lepasnya benda yang digadaikan dari penguasaan kreditur pemegang hak gadai.
- Terjadinya percampuran kreditor sekaligus juga menjadi pemilik barang yang
digadaikan tersebut.
- Terjadinya penyalahgunaan barang gadai oleh kreditur.

Anda mungkin juga menyukai