Anda di halaman 1dari 445

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

NOMOR ; KP 403 TAHUN 2018

TENTANG

REVIU RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)


DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

TAHUN 2015-2019

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

Menimbang : a. bahwa Rencana Strategis Kementerian Perhubungan


telah diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor KP 012 Tahun 2018
tentang Reviu Rencana Strategis (RENSTRA)
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun
2015-2019;
b. bahwa untuk mendapatkan pencapaian hasil
pembangunan sarana dan prasarana Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara yang realistis sesuai
dengan ketersediaan anggaran serta dapat
dipertanggungjawabkan kemanfaatannya, maka
Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara Tahun 2015-2019 harus disesuaikan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, maka
dipandang perlu menetapkan Keputusan Direktur
Jenderal Perhubungan Udara tentang Reviu
Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Tahun 2015-2019;
-2-

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17


Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaga
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4286);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25
Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4700);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4956);
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 90
Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja
dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga
(Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 152);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian
Lingkungan Hidup.Bandar Udara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 71,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5295);
7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2015-2019 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);
-3-

8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7


Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 8);
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 75);
10. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor KM 49 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Departemen
Perhubungan Tahun 2005-2025;
11. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 41 Tahun 2011 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Otoritas Bandar Udara;
12. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 33 Tahun 2012 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Balai Teknik Penerbangan;
13. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan
Kebandarudaraan Nasional (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 1046);
14. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Nasional
Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan
dan Penelaahan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) Tahun 2015-
2019 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 860);
15. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 40 Tahun 2014 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 1332) sebagaimana telah diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 8 Tahun 2018 tentang
Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri
-4-

Perhubungan PM 40 Tahun 2014 tentang


Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit
Penyelenggara Bandar Udara;
16. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844) sebagaimana
telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 56
Tahun 2018 tentang Perubahan Keempat atas
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 814);
17. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 122 Tahun 2016 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Balai Besar Kalibrasi Fasilitas
Penerbangan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2016 Nomor 695);
18. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 55 Tahun 2017 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Balai Kesehatan Penerbangan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor
1034);
19. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 70 Tahun 2017 tentang Penetapan
Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian
Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 1138);
20. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 112 Tahun 2017 tentang Pedoman dan
Proses Perencanaan di Lingkungan Kementerian
Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 1710);
-5-

21. Keputusan Menteri Perhubungan Republik


Indonesia Nomor : KP 881 Tahun 2018 tentang
Reviu Rencana Strategis Kementerian Perhubungan
Tahun 2015-2019;

MEMUTUSKAN

Menetapkan KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN


UDARA TENTANG REVIU RENCANA STRATEGIS
(RENSTRA) DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN
UDARA TAHUN 2015-2019.

PERTAMA Menetapkan Reviu Rencana Strategis (RENSTRA)


Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2015-
2019 sebagaimana tercantum" dalam Lampiran
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Keputusan ini.

KEDUA Reviu Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal


Perhubungan Udara Tahun 2015-2019 sebagaimana
dimaksud dalam DIKTUM PERTAMA digunakan sebagai
pedoman oleh setiap unit kerja di lingkungan Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara.

KETIGA Reviu Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal


Perhubungan Udara Tahun 2015-2019 akan dievaluasi
secara berkala disesuaikan dengan perkembangan
lingkungan strategis yang terjadi.

KEEMPAT Pada saat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan


Udara ini mulai berlaku, Keputusan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor 012 Tahun 2018 tentang
Reviu Rencana Strategis (RENSTRA) Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Tahun 2015-2019, dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
-6-

KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Desember 2018

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd.

POLANA B. PRAMESTI

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada:


1. Menteri Perhubungan Republik Indonesia;
2. Sekretaris Jenderal Kementerian Pehubungan;
3. Para Kepala Biro di Lingkungan Kementerian Perhubungan;
4. Inspektur Jenderal Kementerian Perhubungan;
5. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
6. Para Direktur di Lingkungan Ditjen Perhubungan Udara;
7. Para Kepala Bagian di Lingkungan Ditjen Perhubungan Udara;
8. Para Kepala Balai di Lingkungan Ditjen Perhubungan Udara;
9. Para Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara; dan
10. Para Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara;

Salinan sesuai dengan aslinya

lLa bagian HUKUM

7«.
DiR£KTOWT JENOEWi
PERHUBUNGttW H URNAMA SARI
na Tk.I (IV/b)
(3 0704 199503 2 001
REVIU RENCANA STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Sehubungan dengan adanya perubahan lingkungan strategis yang dinamis dan


cepat pada kondisi ekonomi, sosial, politik dalam negeri dan luar negeri, telah
menghadapkan pemerintah pada tuntutan perbaikan dan perubahan dalam
pengelolaan pemerintahan. Beberapa pertimbangan yang mendorong perlunya
Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2015-
2019 adalah adanya Reviu Rencana Strategis Kementerian Perhubungan
Tahun 2015-2019 yang telah ditetapkan dengan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor: KP 881 Tahun 2018 tentang Reviu Rencana Strategis
Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019, Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 70 Tahun 2017 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di
Lingkungan Kementerian Perhubungan, adanya pelaksanaan reformasi
birokrasi di lingkungan Kementerian Perhubungan, penataan kelembagaan di
lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, adanya kebijakan
nasional tentang Proyek Strategis Nasional (PSN), Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN), pemanfaatan ruang udara di Selatan Pulau Jawa, dll.

Reviu Renstra Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2015-2019


merupakan bagian dari penjabaran Renstra Kementerian Perhubungan.
Renstra ini memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program,
dan kegiatan pembangunan yang disusun dengan berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2015-2019 yang
telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 dan
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor : KP 881 Tahun 2017 tentang Reviu
Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019.

Dengan diselesaikannya Reviu Renstra Direktorat Jenderal Perhubungan


Udara Tahun 2015-2019, maka pencapaian Visi dan Misi Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara diharapkan dapat realistis dan mengakomodasi tuntutan
penyediaan infrastruktur melalui pembangunan dan pemeliharaan/rehabilitasi
sarana dan prasarana transportasi udara yang berkelanjutan dalam rangka
peningkatan keselamatan, keamanan dan pelayanan penerbangan. Sasaran
dan target pembangunan yang ditetapkan dalam dokumen Renstra ini telah
berbasis kinerja yang tidak berorientasi output, tetapi berorientasi pada
manfaat atau outcome yang diperoleh.

i Kata Pengantar
REVIU RENCANA STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Sebagai dokumen perencanaan, Reviu Renstra Direktorat Jenderal


Perhubungan Udara Tahun 2015-2019 harus menjadi acuan bagi seluruh unit
kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam
penyusunan Rencana Keija dan Anggaran (RKA-KL) yang akan dibiayai oleh
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Saya selaku pimpinan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara mengharapkan agar jajaran Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara dapat secara konsisten melaksanakan seluruh
program dan kegiatan yang telah ditetapkan sehingga segala upaya
peningkatan keselamatan, keamanan dan pelayanan transportasi udara yang
tertuang dsilam Renstra ini, dapat dicapai guna memenuhi amanat Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 dan
dapat meningkatkan konektivitas nasional serta kuahtas pelayanan melalui
penyediaan jasa transportasi udara yang aman, handal dan berdaya saing
serta memberikan nilai tambah kepada masyarakat.

Jakarta, 17 Desember 2018

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd.

PQLANA B. PRAMESTI
Pembina Utama Muda (IV/c)
NIP. 19611102 198703 2 001

Salinan sesuai dengan aslinya

.A BAGIAN HUKUM

qhubungB URNAMA SARI


aTk.l (IV/b)
NIP 704 199503 2 001

I Katu Pnigajilai
RENCANA STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

KATA PENGANTAR ............................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................ ii
DAFTAR TABEL .................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. viii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................... I-1


1.1 LATAR BELAKANG .................................................... I-01
1.2 PRIORITAS DAN ARAH PEMBANGUNAN SUB SEKTOR
TRANSPORTASI UDARA ............................................ I-03
1.3 PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS ................... I-07
1.3.1 Regulasi Terkait Sub Sektor Transportasi
Udara ........................................................... I-07
1.3.2 Arah Kebijakan Sub Sektor Transportasi
Udara ........................................................... I-08
1.3.2.1 Kebijakan Pengembangan Bandara
dalam Proyek Strategis Nasional I-08
1.3.2.2 Kebijakan Dukungan Sub Sektor
Transportasi Udara pada
Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN) ............................ I-09
1.3.2.3 Kebijakan Angkutan Perintis Kargo I-10
1.3.2.4 Kebijakan Pola Operasi Bandar
Udara Enclave Sipil dan
Pemanfaatan Ruang Udara di
Selatan Pulau Jawa ....................... I-10
1.3.2.5 Kebijakan Peningkatan Keselamatan
dan Keamanan Penerbangan di
Wilayah Papua .............................. I-11
1.3.3 Kelembagaan Ditjen Perhubungan Udara ...... I-13

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN DITJEN


PERHUBUNGAN UDARA .................................................. II-01
2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN ......................................... II-01
2.2 AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
(NAWA CITA) ............................................................. II-01

iv Daftar Isi
RENCANA STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

2.3 SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2015-


2019 ......................................................................... II-03
2.4 VISI, MISI DAN TUJUAN KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN ........................................................ II-05
2.4.1 Visi ............................................................... II-05
2.4.2 Misi .............................................................. II-06
2.4.3 Tujuan .......................................................... II-09
2.4.4 Sasaran Strategis Kementerian Perhubungan
Tahun 2015-2019 ......................................... II-09
2.5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DITJEN
PERHUBUNGAN UDARA ........................................... II-13
2.5.1 Visi ............................................................... II-13
2.5.2 Misi .............................................................. II-14
2.5.3 Tujuan .......................................................... II-14
2.5.4 Sasaran Strategis .......................................... II-15

BAB III CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-


2017 ............................................................................... III-01
3.1 CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA
2015-2019 ................................................................ III-01
3.1.1 Capaian Pembangunan Sarana dan Prasarana
...... ................................................................ III-01
3.1.2 Capaian Penyusunan dan Deregulasi
Peraturan Perundang-Undangan di Bidang
Perhubungan Udara ..................................... III-02
3.1.3 Capaian Kinerja Kelembagaan dan
Ketatalaksanaan Ditjen Perhubungan Udara III-03
3.1.4 Capaian Kinerja Pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM) ............................................. III-08
3.2 REALISASI KEUANGAN DITJEN PERHUBUNGAN
UDARA TAHUN 2015-2017 ........................................ III-09
3.3 DUKUNGAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA PADA
PROGRAM PADAT KARYA
TUNAI UDARA ........................................................... III-11
3.4 PROGRESS ICAO USOAP, EU BAN DAN FAA .............. III-13

BAB IV ARAH KEBIJAKAN STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN


UDARA .......................................................................... IV-01

iii Daftar Isi


RENCANA STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL .......... IV-01


4.1.1 Isu Strategis 1: Membangun Konektivitas
Nasional untuk Mencapai Keseimbangan
Pembangunan ............................................... IV-01
4.1.1.1 Mempercepat Pembangunan Sistem
Transportasi Multimoda ................ IV-03
4.1.1.2 Mempercepat Pembangunan
Transportasi yang Mendorong
Penguatan Industri Nasional untuk
Mendukung Sisitem Logistik
Nasional dan Penguatan
Konektivitas Nasional dalam
Kerangka Mendukung Kerjasama
Regional dan Global ...................... IV-04
4.1.1.3 Menjaga Keseimbangan antara
Transportasi yang Berorientasi
Nasional dengan Transportasi yang
Berorientasi Lokal dan Kewilayahan
....................................................... IV-07
4.1.1.4 Membangun Sistem dan Jaringan
Transportasi yang Terintegrasi
untuk Mendukung Investasi pada
Koridor Ekonomi, Kawasan Industri
Khusus, Kompleks Industri, dan
Pusat-Pusat Pertumbuhan Lainnya
di Wilayah Non Koridor Ekonomi ... IV-09
4.1.1.5 Mengembangkan Sarana dan
Prasarana Transportasi yang Ramah
Lingkungan dan
Mempertimbangkan Daya Dukung
Lingkungan melalui Mitigasi dan
Adaptasi Perubahan Iklim maupun
Peningkatan Keselamatan dan
Kualitas Kondisi Lingkungan ......... IV-10

iv Daftar Isi
RENCANA STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.1.1.6 Meningkatkan Keselamatan dan


Keamanan dalam Penyelenggaraan
Pelayanan Transportasi serta
Pertolongan dan Penyelamatan
Korban Kecelakaan Transportasi ... IV-11
4.1.1.7 Meningkatkan Kapasitas dan
Kualitas Lembaga Pengembangan
Sumber Daya Daya Manusia .......... IV-13
4.1.2 Isu Strategis 2: Membangun Transportasi
Umum Massal Perkotaan .............................. IV-13
4.1.2.1 Mengembangkan Sistem Angkutan
Umum Massal yang Modern dan
Maju dengan Orientasi kepada Bus
maupun Rel serta Dilengkapi
dengan Fasilitas Alih Moda Terpadu
....................................................... IV-14
4.1.2.2 Mengembangkan Manajemen
Transportasi Perkotaan yang
Berimbang dengan Memperhatikan
Interaksi antara Transportasi dan
Tata Guna Lahan .......................... IV-15
4.1.2.3 Meningkatkan Integrasi
Kelembagaan Transportasi
Perkotaan ..................................... IV-16
4.1.2.4 Arah Kebijakan dan Strategi RPJMN
........ .............................................. IV-17
4.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN
PERHUBUNGAN ........................................................ IV-20
4.3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DITJEN
PERHUBUNGAN UDARA ........................................... IV-25
4.3.1 Angkutan Udara ........................................... IV-30
4.3.1.1 Perkembangan Angkutan Udara
Tahun 2015-2019 ......................... IV-30
4.3.1.2 Perkembangan Kerjasama Angkutan
Udara Regional Post 2015 .............. IV-33
4.3.1.3 Kebijakan Angkutan Udara Dalam
Negeri ........................................... IV-39

iii Daftar Isi


RENCANA STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.3.1.4 Kebijakan Angkutan Udara Luar


Negeri ........................................... IV-41
4.3.1.5 Kebijakan Keperintisan ................. IV-43
4.3.1.6 Kebijakan Angkutan Perintis Kargo
(Program Jembatan Udara untuk
Logistik Kargo) .............................. IV-44
4.3.1.7 Kebijakan Angkutan Haji .............. IV-49
4.3.1.8 Kebijakan Pentarifan ..................... IV-51
4.3.1.9 Kebijakan Penyelenggaraan Alokasi
Ketersediaan Waktu Terbang (Slot
Time) Bandar Udara ...................... IV-54
4.3.2 Bandar Udara ............................................... IV-58
4.3.2.1 Kebijakan Pembangunan Bandar
Udara ............................................ IV-60
4.3.2.2 Kegiatan Strategis
Pembangunan/Pengembangan
Bandar Udara ................................. IV-65
4.3.2.3 Arah Kebijakan Pembangunan
Transportasi Udara Tahun 2017-
2019 ............................................. IV-67
4.3.3 Navigasi Penerbangan ................................... IV-76
4.3.3.1 Kebijakan Pelayan Lalu Lintas
Penerbangan ................................. IV-77
4.3.3.2 Kebijakan Pelayan Telekomunikasi
Penerbangan ................................. IV-79
4.3.3.3 Kebijakan Operasi Navigasi
Penerbangan ................................. IV-80
4.3.3.4 Kebijakan di Bidang Standarisasi
dan Prosedur Navigasi Penerbangan
....................................................... IV-82
4.3.3.5 Penambahan Kebijakan Pola
Operasi Bandara Enclave Sipil dan
Pemanfaatan Ruang Udara di
Selatan Pulau Jawa ....................... IV-84
4.3.4 Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat
Udara ........................................................... IV-86
4.3.5 Keamanan Penerbangan ............................... IV-101
4.3.6 Kebijakan Pengembangan Manusia ............... IV-108

iv Daftar Isi
RENCANA STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.3.7 Peningkatan Keselamatan dan Keamanan di


Wilayah Papua .............................................. IV-112
4.3.8 Pembangunan Perhubungan Udara di
Kawasan Perbatasan dan Rawan Bencana
Tahun 2015-2019 ......................................... IV-131
4.3.8.1 Kondisi Umum .............................. IV-131
4.3.8.2 Sasaran ........................................ IV-134
4.3.8.3 Strategi ......................................... IV-135
4.3.8.4 Program Pembangunan ................. IV-135
4.3.8.5 Training GARD (Get Airport Ready
for Disaster) ................................... IV-139
4.3.9 Perencanaan dan Program Adaptasi serta
Mitigasi Dampak Perubahan Iklim dan
Penurunan Emisi Gasrumah Kaca pada Sub
Sektor Transportasi Udara ............................ IV-142
4.3.9.1 Rencana Aksi Nasional-Adaptasi
Perubahan Iklim (RAN-API) ........... IV-142
4.3.9.2 Rencana Aksi Nasional Penurunan
Emisi Gas Rumah Kaca Bidang
Transportasi Udara Tahun 2012-
2020 ............................................. IV-144
4.3.9.3 Kebijakan dan Strategi RAN-GRK
Bidang Transportasi Udara Tahun
2012-2020 .................................... IV-154
4.3.10 Pengarusutamaan Gender Sub Sektor
Transportasi Udara ....................................... IV-157
4.3.11 Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) Sub
Sektor Transportasi Udara ............................ IV-161
4.3.11.1 Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) Ditjen
Perhubungan Udara ...................... IV-161
4.3.11.2 Roadmap Teknologi Informasi dan
Komunikasi Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Tahun 2015-
2019 ............................................. IV-165

iii Daftar Isi


RENCANA STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.3.11.3 Kegiatan Teknologi Informasi dan


Komunikasi yang Telah
Dilaksanakan di Lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara ............................................ IV-170
4.3.11.4 Kegiatan Peningkatan Kapasitas
(Capacity Building) Teknologi
Informasi dan Komunikasi ............ IV-171
4.3.12 Kebijakan Keamanan Informasi (Cyber
Security) pada Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara ..................................... IV-172
4.3.13 Perwakilan Tetap Indonesia untuk ICAO ....... IV-182
4.3.14 Ketahanan Penerbangan Sipil ....................... IV-184
4.4 KERANGKA REGULASI ............................................. IV-186
4.5 KERANGKA KELEMBAGAAN ..................................... IV-187
4.5.1 Penataan Kantor Unit Penyelenggara Bandar
Udara (UPBU) ................................................. IV-187
4.5.2 Penataan Organisasi Balai-Balai ................... IV-189
4.5.3 Penataan Organisasi Kantor Otoritas Bandar
Udara ........................................................... IV-189
4.5.4 Penataan Kantor Kepentingan Indonesia di
ICAO-Montreal .............................................. IV-189

BAB V TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ........... V-01


5.1 TARGET KINERJA ..................................................... V-01
5.1.1 Stakeholder Perspective ................................. V-06
5.1.2 Customer Perspective .................................... V-06
5.1.3 Internal Process Perspective ........................... V-07
5.1.4 Learn and Growth ............................................. V-08
5.2 KERANGKA PENDANAAN .......................................... V-08
5.2.1 Kebutuhan Pendanaan Ditjen Perhubungan
Udara Tahun 2015-2019 .............................. V-08
5.2.2 Skema Pembiayaan Alternatif ....................... V-13

BAB VI PENUTUP ....................................................................... VI-1

iv Daftar Isi
RENCANA STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

LAMPIRAN
Lampiran A. Matrik Capaian Pembangunan Transportasi Udara dan
Realisasi Alokasi Tahun 2015-2017
Lampiran B. Matrik Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Ditjen
Perhubungan Udara
Lampiran C1. Tabel Indikasi Pendanaan dan Lokasi Kegiatan dalam Renstra
Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2015-2019
Lampiran C2. Tabel Rekapitulasi Alokasi Pendanaan Ditjen Perhubungan
Udara Tahun 2015-2019
Lampiran D. Daftar Proyek Kerjasama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) Sub
Sektor Transportasi Udara
Lampiran E Matriks Kerangka Pendanaan APBN dalam RPJMN Tahun
2015-2019 Sub Sektor Transportasi Udara
Lampiran F Peta Sebaran Pembangunan Bandar Udara dan Peta Pelayanan
Angkutan Udara Perintis dan Program Jembatan Udara
Lampiran G. Peta Pelayanan Angkutan Udara Perintis dan Program
Jembatan Udara Tahun 2015-2019
Lampiran H. Daftar Lokasi Prioritas Penanganan BNPP Tahun 2015-2019
Lampiran I Cakupan Pengelolaan Kawasan Perbatasan
Lampiran J Matriks Rencana Penandatangan dan Ratifikasi Perjanjian
Kerjasama Angkutan Udara Bilateral dan Multilateral Tahun
2016-2019
Lampiran K.1 Rekapitulasi Jumlah Usulan Formasi Tahun Anggaran 2015-
2019 di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara
Lampiran K.2 Usulan Formasi Inspektur Penerbangan Tahun 2015-2019 di
lingkungan Ditjen Perhubungan Udara
Lampiran L.1 Matriks Kerangka Regulasi Sub Sektor Transportasi Udara
Tahun 2015-2019
Lampiran L.2 Rekapitulasi Peraturan Perundang-Undangan di Bidang
Perhubungan Udara Daftar Peraturan yang Diterbitkan pada
Tahun 2017
Lampiran L.3 Deregulasi Peraturan Ditjen Perhubungan Udara

iii Daftar Isi


TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Tabel 1.1 Sasaran RPJMN 2015-2019 Bidang Infrastruktur


Transportasi Udara ........................................................ I-03
Tabel 2.1 Tujuan dan Sasaran Ditjen Perhubungan Udara Tahun
2015-2019 ..................................................................... II-17
Tabel 3.1 Capaian Pembangunan Transportasi Udara Tahun 2015-
2017 .............................................................................. III-02
Tabel 3.2 Capaian Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan
Tahun 2015-2017 .......................................................... III-03
Tabel 3.3 Komposisi SDM Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2015-
2017 .............................................................................. III-08
Tabel 3.4 Komposisi Jabatan Inspektur Penerbangan dan
Fungsional Tertentu Tahun 2015-2019 ........................... III-08
Tabel 3.5 Perkembangan Alokasi Anggaran Ditjen Perhubungan
Udara Tahun 2015-2017 ................................................ III-09
Tabel 3.6 Perkembangan Realisasi Anggaran Ditjen Perhubungan
Udara Tahun 2015-2017 ................................................ III-10
Tabel 3.7 Update Protocol Question (PQs) Status by Area .............. III-14
Tabel 3.8 Jumlah Findings Berdasarkan Area ............................... III-16
Tabel 3.9 Jumlah Findings Berdasarkan Critical Elements (CE) ..... III-17
Tabel 4.1 Arah Kebijakan dan Strategi RPJMN 2015-2019 ............. IV-17
Tabel 4.2 Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Perhubungan Udara . IV-25
Tabel 4.3 Proyeksi Produksi Angkutan Udara sampai Tahun 2019 . IV-31
Tabel 4.4 Proyeksi Kapasitas (seat capacity) Angkutan Udara
sampai Tahun 2019 ....................................................... IV-32
Tabel 4.5 Proyeksi Kargo Angkutan Udara (ton) sampai Tahun 2019
IV-32
Tabel 4.6 Specifik Goals, Actions dan Milestone ASEAN ................. IV-34
Tabel 4.7 Struktur Rute Penerbangan ........................................... IV-51
Tabel 4.8 Pemanfaatan Rute Penerbangan Tahun 2013-2017 ........ IV-51
Table 4.9 Dukungan Bandar Udara pada 10 Lokasi KSPN ............. IV-69
Tabel 4.10 Rencana Operasional 15 Bandar Udara Baru Target
RPJMN 2015-2019 ......................................................... IV-73
Tabel 4.11 Program Establishment ATFM ......................................... IV-78
Tabel 4.12 Road Map Pengambil Alihan Ruang Udara yang
Didelegasikan ................................................................. IV-79

vi Daftar Tabel
RENCANA STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Tabel 4.13 Road Map Performance Based Navigation ....................... IV-80


Tabel 4.14 Prediksi Pertumbuhan Armada Angkutan Udara Tahun
2015-2019 ..................................................................... IV-86
Tabel 4.15 Prediksi Sumber Daya Manusia Perusahaan Penerbangan
Tahun 2015-2019 .......................................................... IV-87
Tabel 4.16 Prediksi Pertumbuhan Perusahaan Penerbangan Tahun
2015-2019 ..................................................................... IV-87
Tabel 4.17 Rencana dan Data Serap Maskapai Penerbangan
Terhadap Pilot Ab Initio .................................................. IV-100
Tabel 4.18 Kebutuhan Fasilitas Keamanan Penerbangan 2015-2019 . IV-103
Tabel 4.19 Kebutuhan PKP-PK 2015-2019 ....................................... IV-104
Tabel 4.20 Korelasi Komposisi Pesawat dengan Kategori PKP-PK ..... IV-106
Tabel 4.21 Tabel Kebutuhan Personel PKP-PK ................................. IV-107
Tabel 4.22 Tabel Kekurangan Personel PKP-PK ................................ IV-108
Tabel 4.23 Daftar Kejadian Serius dan Kecelakaan di Papua ........... IV-114
Tabel 4.24 Program Lanjutan untuk Peningkatan Keselamatan
Penerbangan di Papua .................................................... IV-123
Tabel 4.25 Road Map PBN di Papua ................................................. IV-130
Tabel 4.26 List of PBN Procedures Papua ......................................... IV-130
Tabel 4.27 Pembangunan/Pengembangan Bandar Udara di Daerah
Perbatasan dan Rawan Bencana (Target RPJMN Tahun
2015-2019) .................................................................... IV-139
Tabel 4.28 Potensi Penurunan Emisi Karbon dengan Program RAN-
GRK Bidang Transportasi Udara Tahun 2017-2019 ........ IV-157
Tabel 4.29 Kegiatan teknologi Informasi dan Komunikasi di
Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara ..... IV-163
Tabel 4.30 Road Map Teknologi Informasi dan Komunikasi Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara 2015-2019 ....................... IV-165
Tabel 4.31 Jadwal Sosialisasi di Lingkungan Bagian Perencanaan
dan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara ............................................................................. IV-170
Tabel 4.32 Kegiatan dalam Upaya Peningkatan Kapasitas SDM yang
akan Diikuti oleh Anggota Kelompok Kerja Pengelolaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi .............................. IV-171
Tabel 4.33 Aspek Keamanan Informasi (Kondisi Saat Ini dan Kondisi
Mendatang) .................................................................... IV-176
Tabel 4.34 Program Kerja Terkait Keamanan TIK ............................. IV-178
Tabel 4.35 Kegiatan Keamanan TIK ................................................. IV-179

vii Daftar Tabel


TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Tabel 4.36 Program Keamanan Penerbangan Nasional dan Draft


Revisi Terkait Keamanan Informasi ................................ IV-180
Tabel 5.1 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional Sub Sektor
Transportasi Udara ........................................................ V-01
Tabel 5.2 Sasaran RPJMN 2015-2019 Bidang Infrastruktur (Sub
Sektor Transportasi Udara) ............................................ V-03
Tabel 5.3 Alokasi Pendanaan Ditjen Perhubungan Udara Tahun
2015-2017 ..................................................................... V-11
Tabel 5.4 Alokasi Kebutuhan Pendanaan Ditjen Perhubungan
Udara Tahun 2018-2019 ................................................ V-12
Tabel 5.5 Rekapitulasi Alokasi Pendanaan Ditjen Perhubungan
Udara Tahun 2015-2019 .................................................. V-12

vi Daftar Tabel
RENCANA STRATEGIS DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Gambar 1.1 Kecelakaan dan Kejadian Serius di Papua ................... I-12


Gambar 3.1 Kerangka Kerja Program Keselamatan Penerbangan
Nasional ...................................................................... III-06
Gambar 3.2 Grafik Perbandingan Alokasi Anggaran dan Realisasi
Tahun 2015-2017 ....................................................... III-10
Gambar 3.3 CAP Progress Implementation ....................................... III-13
Gambar 3.4 Bagan Effective Implementation ICAO USOAP ................ III-14
Gambar 3.5 Comparison of EI Status GASP, World/Global, APAC,
ASEAN & Indonesia ..................................................... III-15
Gambar 3.6 USAP CMA Protocol Questions Indicator ........................ III-16
Gambar 4.1 Proyeksi Produksi Angkutan Udara sampai Tahun 2019
..................................................................................... IV-31
Gambar 4.2 Proyeksi Kapasitas (Seat Capacity) Angkutan Udara
Sampai Tahun 2019 .................................................... IV-32
Gambar 4.3 Proyeksi Kargo Angkutan Udara (ton) sampai Tahun
2019 ........................................................................... IV-33
Gambar 4.4 Implementasi System Wide Information Manajement
(SWIM) ........................................................................ IV-81
Gambar 4.5 Implementasi Operasi Navigasi Penerbangan ............... IV-81
Gambar 4.6 Kecelakaan dan Kejadian Serius di Papua (dalam 5
Tahun) ........................................................................ IV-113
Gambar 4.7 Grafik Penyebab Kecelakaan dan Kejadian Serius di
Papua .......................................................................... IV-115
Gambar 4.8 Peta Sebaran Bandar Udara di Propinsi Papua dan
Papua Barat ................................................................ IV-116
Gambar 4.9 Grafik Perbandingan Jumlah Pesawat Udara Perintis
yang Beroperasi di Wilayah Propinsi Papua dan Papua
Barat ........................................................................... IV-117
Gambar 4.10 Kontur Bandar Udara di Papua ................................... IV-128
Gambar 4.11 Bandar Udara di Pulau Papua dan Navaid ................... IV-128
Gambar 4.12 Kontur Wamena dan Alternatif VOR Wamena .............. IV-128
Gambar 4.13 Potensi Emisi Karbon BAU vs Potensi Penurunan Emisi
Karbon Program RAN-GRK Bidang Transportasi Udara
Tahun 2012-2020 ....................................................... IV-156
Gambar 4.14 Road Map Pengembangan Keamanan TIK .................... IV-177

viii Daftar Gambar


REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Mendasari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Presiden Nomor 2
Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015-2019, Kementerian Perhubungan telah
menyusun Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-
2019 sebagaimana telah ditetapkan melalui Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KP. 430 Tahun 2015 yang telah berlaku efektif
pada Tahun Anggaran 2015, 2016 dan 2017. Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara sebagai unit kerja eselon I dari Kementerian
Perhubungan juga telah menyusun Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2015-2019 yang telah ditetapkan
melalui Keputusan Dirjen Perhubungan Udara Nomor : KP 681 Tahun
2015.

Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019


merupakan dokumen perencanaan yang berisi program-program
pembangunan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun, baik program
pembangunan yang ditangani langsung oleh Kementerian maupun
program pembangunan yang dilakukan melalui pelibatan masyarakat,
maupun Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota. Untuk itulah,
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai unit kerja eselon I
dari Kementerian Perhubungan perlu memiliki konsistensi untuk
meningkatkan efektifitas pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian
Perhubungan yang disusun dalam rangka menjaga kesinambungan
pembangunan nasional subsektor perhubungan udara serta sebagai
arahan dan pedoman pelaksanaan penyelenggaraan transportasi udara
bagi seluruh unit kerja dan stakeholder penerbangan Indonesia.

Sejalan dengan perkembangan kebijakan di tingkat nasional maupun


internal, dan dalam rangka mengantisipasi perubahan lingkungan
strategis yang terjadi sebagaimana dituangkan dalam Reviu Rencana
Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 yang telah
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 881
Tahun 2018, maka Direktorat Jenderal Perhubungan Udara juga

I - 1 BAB I - PENDAHULUAN
REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

mempunyai kewajiban mengakomodasi dinamika perubahan


lingkungan strategis berdasarkan urgensi yang dapat muncul setiap
saat dan memprioritaskan kebijakan yang terkait dengan sektor terkait
lainnya seperti ekonomi, sosial, politik, keselamatan, keamanan dan
kebijakan lainnya. Dinamika perubahan juga terbentuk sebagai hasil
umpan balik (feed back) hasil evaluasi setiap tahunnya. Dengan melihat
kondisi terakhir Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara Tahun 2015-2019 sebagaimana telah ditetapkan melalui
Keputusan Dirjen Perhubungan Udara Nomor : KP 681 Tahun 2015
dipandang perlu untuk dilakukan penajaman penyempurnaan dan
penyesuaian.

Penyempurnaan dimaksud berkenaan antara lain dengan adanya


kebijakan di tingkat nasional berupa ditetapkannya Peraturan Presiden
Nomor 58 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden
Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional meliputi kebijakan pengembangan bandar udara dalam Proyek
Strategis Nasional (PSN) dan kebijakan dukungan sub sektor
transportasi udara pada Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN),
serta kebijakan nasional lainnya antara lain kebijakan angkutan
perintis kargo (Program Jembatan Udara untuk Logistik Kargo),
kebijakan pola operasi bandar udara enclave sipil dan pemanfaatan
ruang udara di Selatan Pulau Jawa, dan kebijakan peningkatan
keselamatan dan keamanan penerbangan di wilayah Papua. Selain di
tingkat nasional, di tingkat Kementerian Perhubungan atau Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara juga terjadi perubahan di lingkup
kelembagaan internal antara lain perubahan struktur organisasi
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan perubahan tata kelola
keuangan beberapa unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Selain
mengakomodir perubahan kebijakan di tingkat nasional, penyesuaian
juga dilakukan terhadap Indikator Kinerja Utama Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Tahun 2017-2019 yang telah direviu menjadi
sasaran kinerja outcome sesuai dengan sasaran strategis Kementerian
Perhubungan.

Memperhatikan pertimbangan tersebut di atas, kebutuhan untuk


dilakukannya Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal

I - 2 BAB I - PENDAHULUAN
REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Perhubungan Udara Tahun 2015-2019 menjadi sangat penting guna


mengevaluasi terhadap hasil pencapaian target Rencana Strategis
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2015-2019 untuk
selanjutnya dilakukan penajaman kembali atas target sekaligus
menyempurnakan materi dan muatan Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2015-2019 sebagai upaya untuk
mewujudkan visi dan misi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2015-2019.

1.2 PRIORITAS DAN ARAH PEMBANGUNAN SUB SEKTOR


TRANSPORTASI UDARA
Sesuai RPJMN Tahun 2015-2019, penyediaan infrastruktur
transportasi diprioritaskan untuk menjamin kelancaran aksesibilitas
bagi masyarakat dengan tingkat pelayanan optimal serta harga yang
terjangkau, khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Dalam rangka meningkatkan daya saing produk nasional, penyediaan


sarana dan prasarana transportasi diprioritaskan pada terjaminnya
kelancaran distribusi barang dan jasa, salah satunya yaitu melakukan
penataan sistem logistik nasional. Selain itu, upaya lain yang dilakukan
melalui pembenahan penanganan arus barang di pelabuhan termasuk
proses intermoda antara angkutan laut dengan moda lainnya dengan
tetap memperhatikan pemenuhan aspek keselamatan dan keamanan
pelayaran.

Memperhatikan kondisi sarana dan prasarana transportasi yang ada


saat ini, sesuai RPJMN 2015-2019 prioritas pembangunan sarana dan
prasarana transportasi udara untuk 5 (lima) tahun ke depan, yaitu:
Tabel 1.1
Sasaran RPJMN 2015-2019 Bidang Infrastruktur Transportasi Udara

NO SASARAN INDIKATOR

Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan


Pembangunan
1 Meningkatnya kapasitas sarana a. Meningkatnya jumlah
dan prasarana transportasi dan penumpang yang diangkut

I - 3 BAB I - PENDAHULUAN
REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

NO SASARAN INDIKATOR

keterpaduan system maskapai penerbangan


transportasi multimoda dan nasional menjadi 162
antarmoda untuk mengurangi juta/penumpang/tahun
backlogmaupun bottleneck dengan membangun 15
kapasitas prasarana bandara baru di Kertajati,
transportasi dan sarana Letung, Tambelan, Tebelian,
transportasi antarmoda dan Muara Teweh, Samarinda
antarpulau sesuai dengan Baru, Maratua, Buntu Kunik,
system transportasi nasional Morowali, Miangas, Siau,
dan cetak biru transportasi Namniwel, Kabir Pantar,
multimoda. Werur, Koroway Batu, dan
pengembangan dan
rehabilitasi yang lama
tersebar di Pulau Sumatera,
Jawa, Bali, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua.
b. Pengembangan 9 bandara
untuk pelayanan kargo udara
di Kualanamu, Soekarno -
Hatta, Juanda, Syamsuddin
Noor, Sepinggan,
Hassanuddin, Samratulanggi,
Frans kaisepo, Sentani.
c. Peningkatan On-time
Performance Penerbangan
menjadi 95%.
d. Moderenisasi sistem
pelayanan navigasi
penerbangan dan pelayaran.
2 Meningkatnyakinerja pelayanan a. Meningkatnya peran serta
dan industri transportasi sektor swasta dalam
nasional untuk mendukung pembangunan dan
Konektivitas Nasional,Sistem penyediaan transportasi
Logistik Nasional (Sislognas) melalui Kerjasama Pemerintah
dan Konektivitas Global dan Swasta (KPS) atau

I - 4 BAB I - PENDAHULUAN
REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

NO SASARAN INDIKATOR

investasi langsung sektor


swasta.
b. Terpisahkannya fungsi
operator dan regulator serta
pemberdayaan dan
peningkatan daya saing
BUMN transportasi untuk
memperbesar pasar dan
industry transportasi
nasional.
c. Meningkatnya SDM
transportasi yang bersertifikat
menjadi 2 kali lipat
dibandingkan kondisi baseline
dengan meningkatkan
penyelenggaraan pendidikan
paling tidak untuk lulusan
pendidikan perhubungan laut
sebanyak 1 juta orang,
lulusan pendidikan udara
sebanyak 30 ribu orang,
lulusan pendidikan darat dan
perkeretaapian sebanyak 35
ribu orang.
d. Terhubungkannya
konektivitas nasional dengan
konektivitas global melalui
penyelenggaraan pelayanan
transportasi lintas batas
negara dalam kerangka kerja
sama sub-regional maupun
regional.
e. Termanfaatkannya hasil
industri transportasi nasional
dalam rangka pemberdayaan
hasil industri transportasi

I - 5 BAB I - PENDAHULUAN
REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

NO SASARAN INDIKATOR

dalam negeri yang meliputi


pengembangan pesawat udara
(N-219), armada serta
galangan kapal nasional, bus,
fasilitas dan sarana
perkeretaapian nasional, serta
industri aspal buton dan
meningkatnya kapasitas jasa
kontruksi nasional.
3 Meningkatnya tingkat Menurunnya rasio kecelakaan
keselamatan dan keamanan transportasi udara pada AOC 121
penyelenggaraan pelayanan dan AOC 135 menjadi kurang
transportasi. dari 3 kejadian/1 juta flight cycle.

4 Menurunnya emisi gas rumah Menurunnya emisi gas rumah


kaca (RAN-GRK) di sektor kaca (RANGRK) sebesar2,982 juta
transportasi. ton CO2e untuk subsektor
transportasi darat, 15,945 juta
ton CO2e untuk subsektor
transportasi udara, dan 1,127
juta ton CO2e untuk subsektor
transportasi perkeretaapian
hingga tahun 2020 melalui
penyediaan sarana dan prasarana
transportasi yang ramah
lingkungan dan responsif
terhadap perubahan iklim/cuaca
ekstrem.
5 Tersedianya layanan Terselenggaranya pelayanan
transportasi serta komunikasi transportasi perintis secara
dan informatika diperdesaan, terpadu meliputi bus,
perbatasan negara, pulau penyeberangan, sungai dan
terluar, dan wilayah non danau, laut, dan udara di wilayah
komersial lainnya. perdalaman, perbatasan, dan
pulau terluar.

I - 6 BAB I - PENDAHULUAN
REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

NO SASARAN INDIKATOR

Peningkatan Efektivitas dan Efisiensi dalam Pembiayaan


Infrastruktur
6 Menjadikan skema KPS sebagai Prioritisasi penggunaan skema
development approach dalam KPS pada tingkat sektor dan
pembangunan infrastruktur daerah untuk proyek-proyek
sektoral maupun lintas sektor. infrastruktur yang bersifat cost-
recovery.
Sumber : Buku II RPJMN Tahun 2015-2019 (hal 9-30)

1.3 PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS


Dalam 2 (dua) tahun terakhir perjalanan Kementerian Perhubungan
dalam Kabinet Kerja Presiden Jokowi telah terjadi berbagai
perkembangan kebijakan dan perubahan lingkungan strategis yang
terjadi, dimana hal ini telah mendorong adanya kebutuhan untuk
melakukan penajaman dan penyempurnaan maupun evaluasi terhadap
kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya, baik untuk jangka
pendek, menengah maupun jangka panjang guna meningkatkan
kualitas pelayanan, keselamatan dan keamanan jasa transportasi
kepada masyarakat selaku pengguna jasa transportasi.

Perubahan lingkungan strategis yang mendasari dilakukannya Reviu


Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun
2015-2019 dapat digambarkan sebagai berikut:

1.3.1 Regulasi terkait sub sektor transportasi udara :


Munculnya beberapa regulasi baru dan review terhadap
regulasi yang lama menyebabkan perlunya Reviu dan
penyesuaian terhadap arah kebijakan dan regulasi di bidang
perhubungan udara antara lain :
1. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;
2. Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 3
Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional;

I - 7 BAB I - PENDAHULUAN
REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

3. Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2017 tentang


Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Untuk
Angkutan Barang dari dan ke Daerah Tertinggal,
Terpencil, Terluar, dan Perbatasan;
4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 55 Tahun 2016
tentang Tatanan Navigasi Penerbangan Nasional;
5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 79 Tahun 2017
tentang Kriteria dan Penyelenggaraan Angkutan Udara
Perintis dan Subsidi Angkutan Udara Kargo;
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 70 Tahun 2017
tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di
Lingkungan Kementerian Perhubungan;
7. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 881 Tahun
2018 tentang Reviu Rencana Strategis Kementerian
Perhubungan Tahun 2015-2019;
8. Rancangan Peraturan Presiden tentang Penggunaan
Bersama Bandar Udara, Pangkalan Udara dan Ruang
Udara;
9. Review PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan
Kebandarudaraan Nasional;
10. Dll.

1.3.2 Arah kebijakan sub sektor transpotasi udara


1.3.2.1 Kebijakan pengembangan bandar udara dalam
Proyek Strategis Nasional (PSN);
Mengacu pada Perpres 56 Tahun 2018 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 3
Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional, bahwa dalam rangka percepatan
pelaksanaan proyek strategis untuk memenuhi
kebutuhan dasar dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat ditetapkan proyek strategis nasional
untuk sub sektor transportasi udara mencakup
proyek revitalisasi bandar udara, proyek
pembangunan bandar udara baru, dan proyek
bandar udara strategis lainnya. Adapun bandar
udara yang menjadi proyek revitalisasi bandar udara
yaitu Bandar Udara Sultan Babullah-Ternate,

I - 8 BAB I - PENDAHULUAN
REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Bandar Udara Tjilik Riwut-Palangkaraya, dan Bandar


Udara Syamsuddin Noor-Banjarmasin. Proyek
Pembangunan Bandar Udara Baru yaitu Bandar
Udara Kertajati, Bandar Udara Internasional di
Propinsi D.I. Yogyakarta, dan Bandar Udara Kediri.
Proyek bandar udara strategis lainnya yaitu
pengembangan bandar Udara Ahmad Yani-
Semarang.

1.3.2.2 Kebijakan dukungan sub sektor transportasi udara


(Bandar Udara) pada Kawasan Strategis Pariwisata
Nasional (KSPN);
Mengacu pada Perpres 56 Tahun 2018 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 3
Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional menetapkan proyek strategis
nasional untuk sektor Pariwisata yaitu percepatan
infrastruktur transportasi, listrik, dan air bersih
untuk 10 kawasan strategis pariwisata nasional
(KSPN) Prioritas Danau Toba, Pulau Seribu, Tanjung
Lesung dan 7 kawasan lainnya, dengan lokasi
Provinsi Sumatera Utara, Provinsi DKI Jakarta,
Provinsi Banten, Provinsi Jawa Timur, Provinsi NTB,
Provinsi NTT, Provinsi Maluku Utara, Provinsi DI
Yogyakarta, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Sulawesi
Tenggara, dan Provinsi Bangka Belitung.

Sesuai PM 69 Tahun 2013, bandar udara


internasional di daerah destinasi pariwisata
dibangun dan dikembangkan sebagai hub dan pintu
gerbang pariwisata nasional, serta bandar udara
domestik di sekitarnya berperan sebagai pendorong
dan penunjang kegiatan pariwisata, yaitu
keberadaan bandar udara dapat memudahkan
transportasi ke dan dari wilayah di sekitarnya dalam
rangka pendorong dan penunjang kegiatan
pariwisata dalam menggerakan dinamika

I - 9 BAB I - PENDAHULUAN
REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

pembangunan nasional, serta keterpaduan dengan


sektor pembangunan lainnya.

1.3.2.3 Kebijakan angkutan perintis kargo (Program


Jembatan Udara untuk Logistik Kargo);
Mengacu pada Perpres 70 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Untuk
Angkutan Barang Dari Dan Ke Daerah Tertinggal,
Terpencil, Terluar, Dan Perbatasan bahwa untuk
mencapai target penurunan disparitas harga
sebagaimana tercantum dalam RPJMN Tahun 2015-
2019 yang bertujuan menjamin ketersediaan barang
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta
untuk menjamin kelangsungan pelayanan
penyelenggaraan angkutan barang dari dan ke
daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan perbatasan
dalam mendukung pelaksanaan Tol Laut, perlu
dilakukan upaya untuk mendorong target dimaksud.
Oleh karena itu, untuk mempercepat
penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk
angkutan barang di laut, darat, dan udara
diperlukan program pendukung lainnya.

Dalam kaitan dengan angkutan udara perintis kargo,


dukungan integrasi angkutan logistik antar moda
pada program Tol Laut sangat dibutuhkan guna
dapat menjangkau wilayah-wilayah pedalaman atau
pegunungan. Sebagai bentuk integrasi dengan
angkutan logistik melalui udara, dukungan Program
Jembatan Udara diharapkan dapat menjamin
kelangsungan pelayanan penyelenggaraan angkutan
barang dari dan ke daerah tertinggal, terpencil,
terluar, dan perbatasan.

1.3.2.4 Kebijakan pola operasi bandar udara enclave sipil


dan pemanfaatan ruang udara di Selatan Pulau
Jawa;

I - 10 BAB I - PENDAHULUAN
REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Berdasarkan arahan Presiden pada Rapat Terbatas


tanggal 13 Juli 2016 mengenai Pembahasan
Lanjutan Pola Operasi Bandar Udara Enclave Civil
dan Pemanfaatan Ruang Udara di Selatan Pulau
Jawa (ref. Surat Sekretaris Kabinet Nomor
B.416/Seskab/Maritim/7/2016 tanggal 29 Juli
2016), dimana Menteri Koordinator bersama Menteri
dan Kepala Staf melakukan langkah-langkah yang
diperlukan dalam rangka percepatan pemanfaatan
ruang udara dan pembangunan bandar udara di
Selatan Pulau Jawa.

Sebagai tindak lanjut, perlu adanya Peraturan


Presiden yang mengatur tentang Prosedur
Penyelenggaraan Pengoperasian Bandara Enclave
Sipil dan Enclave Militer serta pemanfaatan ruang
udara di Selatan Pulau Jawa. Saat ini sedang
disiapkan rancangan Peraturan Presiden yang
mengatur tentang Prosedur Pelayanan dan
Pengoperasian mengenai jam operasi penggunaan
jalur Selatan Pulau Jawa untuk penebangan sipil
dan militer, batas ketinggian jalur yang digunakan,
serta alur koordinasi dan komunikasi Sipil – Militer,
yaitu taktikal dan kontijensi.

1.3.2.5 Kebijakan peningkatan keselamatan dan


keamanan penerbangan di wilayah Papua;
Wilayah Propinsi Papua dan Papua Barat perlu
mendapat perhatian khusus dikarenakan memiliki
karakteristik geografis yang pegunungan serta iklim
yang cukup ekstrem perubahannya. Hal tersebut
juga mengakibatkan transportasi udara memegang
peranan penting karena menjadi penghubung utama
dan penjamin aksesibilitas. Bandar udara yang pada
tahun 2016 beroperasi di wilayah Propinsi Papua
dan Papua Barat terdapat 108 Bandar Udara.

I - 11 BAB I - PENDAHULUAN
REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Angka kecelakaan di wilayah propinsi Papua dan


Papua Barat dari tahun 2012 s/d 2016 cukup tinggi
dan mengalami peningkatan yang cukup linear. Oleh
karena itu Direktorat Jenderal perhubungan Udara
memberikan perhatian khusus kepada keselamatan
dan keamanan terhadap penerbangan di wilayah
Papua dan Papua Barat.

12
10
8
Serious Incident
6
10 Accident
4 9
5 66 Linear (Accident)
2 4
1 1 1 2
0
2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 1.1 Kecelakaan Dan Kejadian Serius Di


Papua (dalam 5 tahun)

Kecelakaan atau kejadian pada penerbangan terdiri


dari berbagai faktor yaitu yaitu manusia (man),
pesawat udara (machine), lingkungan (environment)
penggunaan pesawat udara (mission), dan
pengelolaan (management). Hal yang terpenting dari
tindak lanjut kejadian/kecelakaan adalah
mengetahui faktor kecelakaan atau kejadian,
melakukan tindakan pencegahannya serta tetap
memegang prinsip-prinsip no blame dan non
punitive maka perlu disusun langkah perbaikan
untuk meminimalisir kemungkinan kecelakaan yang
berulang karena akibat yang sama. Mengetahui
faktor penyebab tersebut maka bisa dilakukan
langkah-langkah pengendalian melalui manajemen
resiko yang jelas dan tepat untuk setiap pihak yang
terkait dengan pengoperasian pesawat udara, bandar
udara dan navigasi penerbangan. Direktorat Jenderal
Perhubungan sebagai otoritas penerbangan berupaya
melakukan langkah perbaikan yang berkelanjutan
untuk mengurangi angka kecelakaan.

I - 12 BAB I - PENDAHULUAN
REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Bandar Udara pada wilayah Papua dan Papua Barat


yang mencapai 108 bandar udara merupakan 36%
dari seluruh bandar udara umum yaitu 299 Bandar
Udara. Memperhatikan hal tersebut sehingga
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melakukan
beberapa kebijakan terkait keselamatan
penerbangan dengan memperhatikan karakteristik
suatu wilayah agar kebijakan tersebut tepat sasaran
dan efektif.

1.3.3 Kelembagaan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara :


a) Struktur organisasi serta tugas pokok dan fungsi
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang baru telah
ditetapkan melalui PM 189 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan
dan PM 86 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan. Dasar pelaksanaan restrukturisasi adalah
terbitnya Perpres 40 tahun 2015 tentang Kementerian
Perhubungan, temuan ICAO-USOAP terkait organisasi,
pemberdayaan Kantor Otoritas Bandar Udara, serta
penambahan fungsi strategis lainnya. Perubahan ini
mempengaruhi tugas dan fungsi unit kerja di lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara antara lain
dengan perubahan struktur organisasi Direktorat
Navigasi Penerbangan (penyesuaian seiring dengan
dengan beroperasinya Lembaga Penyelenggara Navigasi
Penerbangan Indonesia (LPPNPI) dan penambahan satu
Bagian baru di lingkungan Sekretariat Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara yaitu Bagian Kerjasama
dan Humas.

b) Perubahan pengelolaan keuangan beberapa Kantor


UPBU Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melalui
penetapan menjadi PK-BLU oleh Kementerian Keuangan
menyebabkan perlunya penataan organisasi dan

I - 13 BAB I - PENDAHULUAN
REVIU RENSTRA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

pengelolaan keuangan sesuai dengan peraturan


perundang-undangan yang berlaku antara lain mengacu
pada peraturan tentang Badan Layanan Umum (BLU).
Adapun 8 (delapan) Kantor UPBU yang telah
mendapatkan penetapan menjadi PK-BLU oleh
Kementerian Keuangan yaitu Kantor UPBU Sentani-
Jayapura, Kantor UPBU Juwata-Tarakan, Kantor UPBU
Radin Inten II-Lampung, Kantor UPBU Fatmawati
Soekarno-Bengkulu, Kantor UPBU Djalaluddin-
Gorontalo dan Kantor UPBU Mutiara Sis Al Jufri-Palu,
Kantor UPBU Kalimarau-Berau dan Kantor UPBU HAS.
Hanandjoeddin-Tanjung Pandan.
c) Restrukturisasi organisasi Balai Kesehatan Penerbangan
dengan penambahan 1 (satu) seksi yang menangani
pemeriksaan kesehatan personil penerbangan.
d) Penyesuaian organisasi dan tata kerja Kantor UPBU di
lingkungan Ditjen Perhubungan Udara sesuai PM 8
Tahun 2018 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 40 Tahun 2014 tentang
Organoisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara
Bandar Udara antara lain mengakomodir peningkatan
kelas UPBU dan penambahan Satpel baru.

Dengan adanya perubahan lingkungan strategis tersebut di


atas, sudah seharusnya dibutuhkan adanya penyempurnaan
atau Reviu terhadap Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Tahun 2015-2019, dimana hal ini
merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban kinerja
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

I - 14 BAB I - PENDAHULUAN
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

BAB II
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS

2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN


Presiden Joko Widodo menetapkan Visi dan Misi pembangunan Tahun
2015-2019 yang secara politik menjadi bagian dari tujuan tercapainya
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Adapun visi
pembangunan Tahun 2015-2019 adalah:

“Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan


Berkepribadian
Berlandaskan Gotong Royong”

Sedangkan upaya untuk mewujudkan visi tersebut adalah melalui 7


Misi Pembangunan, yaitu:
1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan
wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan
sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia
sebagai negara kepulauan;
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis
berlandaskan negara hukum;
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati
diri sebagai negara maritim;
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju,
dan sejahtera;
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing;
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri,
maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional;
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

2.2 AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN (NAWA CITA)


Agenda prioritas pembangunan ini dimaksudkan untuk menunjukkan
prioritas program pembangunan perubahan menuju Indonesia yang
berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan
berkepribadian dalam kebudayaan. Adapun kesembilan agenda
prioritas pembangunan yaitu:

BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


II - 1
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa


dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara;
2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif,
demokratis dan terpercaya;
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-
daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan;
4. Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem
dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan
terpercaya;
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia;
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional;
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-
sektor strategis ekonomi domestik;
8. Melakukan revolusi karakter bangsa;
9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial
Indonesia.

Sebagai bagian dari usaha mewujudkan pembangunan infrastruktur


sektor transportasi sesuai dengan Agenda Prioritas Pembangunan
(Nawa Cita), maka interkoneksi didalam perencanaan pembangunan
bidang transportasi dekat dengan :

Sebagai bagian dari usaha mewujudkan pembangunan infrastruktur


sektor transportasi sesuai dengan Agenda Prioritas Pembangunan
(Nawa Cita), maka interkoneksi di dalam perencanaan pembangunan
bidang transportasi dekat dengan agenda prioritas ke-6, yaitu
Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
Internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit
bersama bangsa-bangsa Asia lainnya.

Agenda ke-6 prioritas pembangunan tersebut mengarah pada upaya


membangun dan meningkatkan jalan kereta api di Sumatera, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, dan Papua, pembangunan BRT dan angkutan
massal perkotaan, pembangunan pelabuhan penyeberangan termasuk
pengadaan kapal penyeberangan dan angkutan perintis; membangun
pelabuhan laut baru dan mengembangkan yang lama termasuk
pembangunan kapal; membangun bandara baru dan mengembangkan

BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


II - 2
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

yang lama termasuk pengadaan pesawat perintis dan pengembangan


kargo; serta pengadaan sarana transportasi yang mengutamakan
produksi industri nasional.

Dalam rangka meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di


pasar internasional disusun 11 (sebelas) sub agenda prioritas dimana
peran sektor transportasi terdapat pada sub agenda :
1. Membangun Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan
Pembangunan;
2. Membangun Transportasi Umum Masal Perkotaan.
(Sumber : Buku I RPJMN 2015-2019 hal 6-84 s/d 6-94)

2.3 SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2015-2019


Beberapa sasaran yang ingin dicapai pada sub agenda prioritas
“Membangun Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan
Pembangunan” adalah sebagai berikut :
1. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan
keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antarmoda,
melalui:
a. meningkatnya jumlah penumpang yang diangkut maskapai
penerbangan nasional menjadi 162 (seratus enam puluh dua)
juta penumpang per tahun dengan membangun 15 (lima belas)
bandar udara baru dan pengembangan dan rehabilitasi yang
lama tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua;
b. pengembangan 9 (sembilan) bandar udara untuk pelayanan
kargo udara, serta pemutakhiran sistem pelayanan navigasi
penerbangan;
2. Meningkatnya kinerja pelayanan dan industri transportasi nasional
untuk mendukung konektivitas nasional, Sistem Logistik Nasional
(Sislognas) dan konektivitas global melalui:
a. meningkatnya peran serta sektor swasta dalam pembangunan
dan penyediaan transportasi melalui Kerjasama Pemerintah dan
Swasta (KPS) atau investasi langsung sektor swasta;
b. terpisahkannya fungsi operator dan regulator serta
pemberdayaan dan peningkatan daya saing BUMN transportasi
untuk memperbesar pasar dan industri transportasi nasional;

BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


II - 3
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

c. meningkatnya SDM Transportasi yang bersertifikat menjadi 2


(dua) kali lipat dibandingkan kondisi baseline dengan
meningkatkan penyelenggaraan pendidikan paling tidak untuk
lulusan pendidikan perhubungan udara sebanyak 30 (tiga
puluh) ribu orang;
d. terhubungkannya konektivitas nasional dengan konektivitas
global melalui penyelenggaraan pelayanan transportasi lintas
batas negara dalam kerangka kerja sama sub-regional maupun
regional;
e. termanfaatkannya hasil industri transportasi nasional dalam
rangka pemberdayaan hasil industri transportasi dalam negeri
yang meliputi pengembangan pesawat udara (N-219), armada
serta galangan kapal nasional, bus, fasilitas dan sarana
perkeretaapian nasional, serta industri aspal buton dan
meningkatnya kapasitas jasa kontruksi nasional.
3. Meningkatnya tingkat keselamatan dan keamanan penyelenggaraan
pelayanan transportasi serta pertolongan dan penyelamatan korban
kecelakaan transportasi melalui menurunnya rasio kecelakaan
transportasi udara pada Air Operator Certificate (AOC) 121 dan AOC
135 menjadi kurang dari 3 (tiga) kejadian/1 (satu) juta flight cycle.
4. Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) sebesar 2,982 juta
ton CO2e untuk subsektor transportasi darat, 15,945 juta ton CO2e
untuk subsektor transportasi udara, dan 1,127 juta ton CO2e
untuk subsektor transportasi perkeretaapian hingga tahun 2020
melalui penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang ramah
lingkungan dan responsif terhadap perubahan iklim/cuaca
ekstrem.
5. Tersedianya layanan transportasi serta komunikasi dan informatika
di perdesaan, perbatasan negara, pulau terluar, dan wilayah non
komersial lainnya melalui terselenggaranya pelayanan transportasi
perintis secara terpadu meliputi bus, penyeberangan, sungai dan
danau, laut, dan udara di wilayah perdalaman, perbatasan, dan
pulau terluar.

BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


II - 4
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

2.4 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

2.4.1 Visi
Perwujudan Visi Presiden (Terwujudnya Indonesia yang
Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong
Royong) dalam sektor transportasi yaitu dengan
“Terwujudnya Konektivitas Nasional yang Handal, Berdaya
Saing dan Memberikan Nilai Tambah”. Hal tersebut
merupakan cita-cita Kementerian Perhubungan dimana
konektivitas merupakan kunci utama pertumbuhan ekonomi
dan pembangunan wilayah.

Konektivitas Nasional adalah terhubungnya antar wilayah di


seluruh nusantara termasuk angkutan perkotaan baik dengan
transportasi darat, kereta api, laut, sungai dan penyeberangan
serta udara;
Handal diindikasikan oleh tersedianya layanan transportasi
yang aman, selamat, nyaman, tepat waktu, terpelihara,
mencukupi kebutuhan, dan secara terpadu mampu
mengkoneksikan seluruh wilayah tanah air;
Berdaya Saing diindikasikan oleh tersedianya layanan
transportasi yang efisien, terjangkau, dan kompetitif, yang
dilayani oleh penyedia jasa dan SDM yang berdaya saing
internasional, profesional, mandiri, dan produktif;
Nilai tambah diindikasikan oleh penyelenggaraan
perhubungan yang mampu mendorong perwujudan
kedaulatan, keamanan dan ketahanan nasional (national
security dan sovereignty) di segala bidang (ideologi, politik,
ekonomi, lingkungan, sosial, budaya, pertahanan dan
keamanan) secara berkesinambungan dan berkelanjutan
(sustainable development) serta dapat berperan dalam
pengembangan wilayah.

BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


II - 5
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

2.4.2 Misi
Mengacu pada tugas, fungsi dan wewenang yang telah
dimandatkan oleh peraturan perundang undangan dan
penjabaran dari misi pembangunan nasional, maka
ditetapkan misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi
dalam upaya peningkatan pelayanan jasa transportasi;
2. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap
pelayanan jasa transportasi untuk mendukung
pengembangan konektivitas antar wilayah;
3. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi;
4. Meningkatkan Kapasitas sarana dan prasarana pelayanan
transportasi;
5. Meningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam
penyediaan infrastruktur sektor transportasi;
6. Restrukturisasi dan reformasi di bidang peraturan,
kelembagaan, Sumber Daya Manusia (SDM) dan
pelaksanaan penegakan hukum secara konsisten;
7. Mewujudkan pengembangan transportasi dan teknologi
transportasi yang ramah lingkungan untuk mengantisipasi
perubahan iklim.
Memperhatikan lingkungan strategis yang terjadi, penjabaran
dari masing-masing misi adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi
dalam upaya peningkatan pelayanan jasa transportasi
Dalam upaya mengurangi/menurunkan tingkat
kecelakaan dari sektor transportasi pemerintah terus
berupaya secara bertahap membenahi sistem keselamatan
dan keamanan transportasi menuju kondisi zero to
accident. Upaya yang dilakukan pemerintah tidak saja
bertumpu kepada penyediaan fasilitas keselamatan dan
keamanan namun peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) transportasi, pembenahan regulasi di
bidang keselamatan/keamanan maupun sosialisasi
kepada para pemangku kepentingan.

BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


II - 6
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

2. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap


pelayanan jasa transportasi untuk mendukung
pengembangan konektivitas antar wilayah
Kebutuhan aksesibilitas masyarakat terhadap pelayanan
jasa transportasi yang perlu mendapatkan perhatian
adalah aksesibilitas di kawasan pedesaan, kawasan
pedalaman, kawasan tertinggal termasuk kawasan
perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar yang masih
menjadi tanggung jawab pemerintah.
3. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi
Dalam kondisi keuangan negara yang terimbas
ketidakpastian situasi keuangan dunia tentunya sangat
berpengaruh terhadap kinerja pelayanan jasa transportasi
karena masih terdapat beberapa operator yang memiliki
keterbatasan kemampuan melakukan perawatan dan
peremajaan armada, demikian pula pemerintah secara
bertahap dengan dana yang terbatas melakukan
rehabilitasi dan pembangunan infrastruktur, sedangkan
belum seluruh masyarakat pengguna jasa memiliki daya
beli yang memadai. Untuk mendukung keberhasilan
pembangunan nasional, perlu diupayakan peningkatan
kinerja pelayanan jasa transportasi menuju kepada
kondisi yang dapat memberikan pelayanan optimal bagi
masyarakat, sejalan dengan pemulihan pasca krisis
keuangan global, melalui rehabilitasi dan perawatan
sarana dan prasarana transportasi.
4. Meningkatkan Kapasitas sarana dan prasarana pelayanan
transportasi
Misi meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana
pelayanan transportasi terus diarahkan untuk pemenuhan
akan peningkatan permintaan pelayanan transportasi,
sehingga ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan
transportasi tetap mencukupi.
5. Meningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam
penyediaan infrastruktur sektor transportasi
Di tengah keterbatasan anggaran belanja pemerintah di
dalam penyediaan infrastruktur perlunya mendorong
peningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam

BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


II - 7
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

penyediaan infrastruktur sektor transportasi sehingga


nantinya anggaran belanja pemerintah diarahkan untuk
membangun infrastruktur yang bersifat pelayanan publik
dan dinilai tidak layak secara finansial.
6. Melanjutkan proses restrukturisasi dan reformasi di
bidang peraturan dan kelembagaan sebagai upaya
peningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam
penyediaan infrastruktur sektor transportasi
Sesuai dengan prinsip good governance melalui penerbitan
undang-undang di sektor transportasi telah dilaksanakan
restrukturisasi dan reformasi dalam penyelenggaraan
transportasi antara peran pemerintah, swasta dan
masyarakat. Restrukturisasi di bidang kelembagaan,
menempatkan posisi Kementerian Perhubungan sebagai
regulator dan melimpahkan sebagian kewenangan di
bidang perhubungan kepada daerah dalam bentuk
dekonsentrasi, desentralisasi dan tugas pembantuan.
Reformasi di bidang regulasi (regulatory reform) diarahkan
kepada penghilangan restriksi yang memungkinkan
swasta berperan secara penuh dalam penyelenggaraan
jasa transportasi.
7. Melanjutkan proses restrukturisasi dan reformasi di
bidang Sumber Daya Manusia (SDM) dan pelaksanaan
penegakan hukum secara konsisten
Pelaksanaan restrukturisasi dan reformasi di bidang
Sumber Daya Manusia (SDM) diarahkan kepada
pembentukan kompetensi dan profesionalisme insan
perhubungan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang memiliki wawasan global dengan tetap
mempertahankan jatidirinya sebagai manusia Indonesia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa. Penegakan hukum dilakukan secara konsisten
dengan melibatkan peranserta masyarakat dalam proses
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
penyelenggaraan jasa transportasi.

BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


II - 8
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

8. Mewujudkan pengembangan transportasi dan teknologi


transportasi yang ramah lingkungan untuk mengantisipasi
perubahan iklim
Sebagai upaya untuk pengembangan jasa transportasi
kedepan, Kementerian Perhubungan secara terus menerus
meningkatkan kualitas penelitian dan pengembangan di
bidang transportasi serta peningkatan kapasitas dan
kualitas pelayanan dalam penyelenggaraan jasa
transportasi dititikberatkan kepada penambahan
kapasitas sarana dan prasarana transportasi, perbaikan
pelayanan melalui pengembangan dan penerapan
teknologi transportasi yang ramah lingkungan sesuai
dengan isu perubahan iklim (global warming) sejalan
dengan perkembangan permintaan dan preferensi
masyarakat. Dalam peningkatan kapasitas dan pelayanan
jasa transportasi senantiasa berpedoman kepada prinsip
pembangunan berkelanjutan yang dituangkan dalam
rencana induk, pedoman teknis dan skema pendanaan
yang ditetapkan.

2.4.3 Tujuan
Menjabarkan visi Kementerian Perhubungan, maka tujuan
pembangunan adalah:
1. Meningkatkan konektivitas antar wilayah;
2. Meningkatkan keamanan dan keselamatan;
3. Meningkatkan pelayanan kinerja pelayanan sarana dan
prasarana transportasi;
4. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana
transportasi;
5. Meningkatkan layanan transportasi di daerah rawan
bencana, perbatasan, terluar dan terpencil.

2.4.4 Sasaran Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-


2019
Sasaran strategis pembangunan Kementerian Perhubungan
merupakan kondisi yang diinginkan dapat dicapai sebagai
suatu outcome/impact dari beberapa program yang
dilaksanakan. Dalam penyusunannya, dirumuskan dari

BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


II - 9
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

sasaran nasional pembangunan sektor transportasi dalam


RPJMN Tahun 2015-2019 dan memperhatikan permasalahan
dan capaian pembangunan tahun 2010-2014 serta
menjabarkan misi Kementerian Perhubungan. Penjabaran
menggunakan pendekatan Metode Balance Scored Card (BSC)
yang dibagi dalam empat perspektif yaitu Stakeholder
Perspective, Costumer Perspective, Internal Process Perspective,
dan Learning and Growth Perspective.

Adapun sasaran pembangunan infrastruktur transportasi


Tahun 2015-2019, dapat diuraikan sebagai berikut:
1) Stakeholder Perspective
Menjabarkan Visi Presiden pada sektor transportasi, maka
sasaran strategis pertama (SS-1) yang akan dicapai adalah
terwujudnya pelayanan transportasi yang handal, berdaya
saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka
mewujudkan konektivitas nasional dan peningkatan
angkutan perkotaan, dengan indikator kinerja rasio
konektivitas antar wilayah.

2) Costumer Perspective
Menjabarkan Visi Presiden pada sektor transportasi, maka
disusun sasaran strategis Costumer Perspective sebagai
berikut:
a) sasaran strategis kedua (SS-2) yang akan dicapai
adalah meningkatnya keselamatan dan keamanan
transportasi, dengan indikator kinerja:
1) Rasio kejadian kecelakaan transportasi nasional ;
2) Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa
transportasi.
b) sasaran strategis ketiga (SS-3) yang akan dicapai
adalah meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan
prasarana transportasi, dengan indikator kinerja:
1) Persentase peningkatan pelayanan angkutan
umum massal perkotaan;
2) Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor
transportasi nasional;

BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


II - 10
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

3) Persentase capaian On Time Performance (OTP)


sektor transportasi;
4) Kecepatan rata-rata kendaraan umum pada jam
puncak di wilayah Jabodetabek;
5) Tingkat penerapan pedoman standar pelayanan
sarana dan prasarana transportasi yang
dilaksanakan;
c) sasaran strategis keempat (SS-4) yang akan dicapai
adalah meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana
transportasi, dengan indikator kinerja :
1) Persentase peningkatan kapasitas sarana
transportasi;
2) Persentase peningkatan kapasitas prasarana
transportasi;
3) Modal share (pangsa pasar) angkutan umum
perkotaan di wilayah Jabodetabek.
d) Sasaran strategis kelima (SS-5) yang akan dicapai
adalah meningkatnya layanan transportasi di daerah
rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil,
dengan indikator kinerja rasio layanan transportasi
daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan
terpencil.

3) Internal Process Perspective


Menjabarkan Visi Presiden pada sektor transportasi, maka
disusun sasaran strategis Internal Process Perspective
sebagai berikut:
a) sasaran strategis keenam (SS-6) yang akan dicapai
adalah terlaksananya perumusan kebijakan dalam
penyelenggaraan transportasi, dengan indikator
kinerja persentase pelaksanaan deregulasi peraturan
di Lingkungan Kementerian Perhubungan;
b) sasaran strategis ketujuh (SS-7) yang akan dicapai
adalah terlaksananya pengembangan sumber daya
manusia transportasi, dengan indikator kinerja
persentase penyerapan lulusan diklat transportasi;

BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


II - 11
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

c) sasaran strategis kedelapan (SS-8) yang akan dicapai


adalah meningkatnya kualitas penelitian sesuai
dengan kebutuhan, dengan indikator kinerja
persentase pemanfaatan penelitian yang dijadikan
bahan rekomendasi kebijakan;
d) sasaran strategis kesembilan (SS-9) yang akan dicapai
adalah meningkatnya kualitas pengawasan atas
pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian
Perhubungan, dengan indikator kinerja tingkat
keberhasilan pengawasan perhubungan.

4) Learn and Growth Perspective


Menjabarkan Visi Presiden pada sektor transportasi, maka
disusun sasaran strategis Learn and Growth Perspective
sebagai berikut :
a) sasaran strategis kesepuluh (SS-10) yang akan dicapai
adalah tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM)
Kementerian Perhubungan yang kompeten dan
profesional, dengan indikator kinerja persentase
pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional penguji
kendaraan bermotor, pengawas keselamatan
pelayaran, dan teknisi penerbangan yang bersertifikat;
b) sasaran strategis kesebelas (SS-11) yang akan dicapai
adalah terwujudnya good govemance and clean
govemment di Kementerian Perhubungan, dengan
indikator kinerja:
1) Persentase indeks reformasi birokrasi;
2) Opini BPK atas laporan keuangan Kementerian
Perhubungan;
3) Nilai AKIP Kementerian Perhubungan;
4) Keterbukaan informasi publik;
5) Persentase kehandalan sistem informasi;
6) Tingkat maturasi SPIP;
7) Prosentase penyerapan Anggaran Kementerian
Perhubungan.

BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


II - 12
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Sasaran pembangunan transportasi Kementerian


Perhubungan pada prinsipnya sejalan dengan sasaran
pembangunan nasional yang tertuang di dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun
2015-2019. Hal ini tentunya memiliki keselarasan dan
interkoneksi yang memberikan pemahaman bahwa
sasaran pembangunan nasional dapat dijabarkan kembali
menjadi sasaran pada Kementerian Perhubungan yang
secara khusus difokuskan pada perencanaan dan
pembangunan transportasi.

2.5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

2.5.1 Visi
Sebagai bentuk dukungan Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara guna pencapaian visi misi Presiden yang telah
ditetapkan serta visi dan misi Kementerian Perhubungan,
maka Direktorat Jenderal Perhubungan Udara memiliki visi
dan misi sebagai berikut:

“Terwujudnya Konektivitas Nasional Dalam Penyelenggaraan


Transportasi Udara
yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah”

- Konektivitas Nasional adalah terhubungnya antar


wilayah di seluruh nusantara termasuk angkutan
perkotaan baik dengan transportasi darat, kereta api, laut,
sungai dan penyeberangan serta udara;
- Handal diindikasikan oleh tersedianya layanan
transportasi udara yang aman, selamat, nyaman, tepat
waktu, terpelihara, mencukupi kebutuhan, dan secara
terpadu mampu mengkoneksikan seluruh wilayah tanah
air;
- Berdaya Saing diindikasikan oleh tersedianya layanan
transportasi udara yang efisien, terjangkau, dan
kompetitif, yang dilayani oleh penyedia jasa dan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berdaya saing internasional,
profesional, mandiri, dan produktif;
BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS
II - 13
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

- Nilai tambah diindikasikan oleh penyelenggaraan


perhubungan udara yang mampu mendorong perwujudan
kedaulatan, keamanan dan ketahanan nasional (national
security dan sovereignty) di segala bidang (ideologi, politik,
ekonomi, lingkungan, sosial, budaya, pertahanan dan
keamanan) secara berkesinambungan dan berkelanjutan
(sustainable development) serta dapat berperan dalam
pengembangan wilayah.

2.5.2 Misi
Mengacu pada tugas, fungsi dan wewenang yang telah
dimandatkan oleh peraturan perundang-undangan dan
penjabaran dari misi pembangunan nasional, maka
ditetapkan misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi
udara dalam upaya peningkatan pelayanan jasa
transportasi;
2. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap
pelayanan jasa transportasi udara untuk mendukung
pengembangan konektivitas antar wilayah;
3. Meningkatkan kinerja pelayanan jasa transportasi udara;
4. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana pelayanan
transportasi udara;
5. Meningkatan peran daerah, BUMN dan swasta dalam
penyediaan infrastruktur sub sektor transportasi udara;
6. Restrukturisasi dan reformasi sub sektor transportasi
udara di bidang peraturan, kelembagaan, Sumber Daya
Manusia (SDM) dan pelaksanaan penegakan hukum
secara konsisten;
7. Mewujudkan pengembangan transportasi udara dan
teknologi transportasi udara yang ramah lingkungan
untuk mengantisipasi perubahan iklim.

2.5.3 Tujuan
Menjabarkan visi dan misi Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara, maka tujuan pembangunan transportasi udara adalah:
1. Meningkatkan konektivitas antar wilayah;

BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


II - 14
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

2. Meningkatkan keselamatan dan keamanan transportasi


udara;
3. Meningkatkan kinerja pelayanan sarana dan prasarana
transportasi udara;
4. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana
transportasi udara;
5. Meningkatkan layanan transportasi udara di daerah rawan
bencana, perbatasan, terluar dan terpencil;
6. Meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia
(SDM) transportasi udara;
7. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.

2.5.4 Sasaran Strategis


Adapun sasaran strategis pembangunan transportasi udara
tahun 2015-2019, dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Stakeholders Perspective
Menjabarkan visi dari Ditjen Perhubungan Udara maka
sasaran strategis pertama (SS-1) yang akan dicapai adalah
terwujudnya pelayanan transportasi yang handal, berdaya
saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka
mewujudkan konektivitas nasional, dengan indikator
kinerja : Rasio Konektivitas Antar Wilayah.

2. Customer Perspective
Menjabarkan visi dari Ditjen Perhubungan Udara maka
disusun sasaran strategis Customer Perspective sebagai
berikut:
a. sasaran strategis kedua (SS-2) yang akan dicapai
adalah meningkatnya keselamatan dan keamanan
transportasi udara, dengan indikator kinerja:
1) Rasio kejadian kecelakaan transportasi udara;
2) Rasio Air Traffic Incident (kejadian dari 100.000
pergerakan);
3) Rasio gangguan keamanan pada pelayanan jasa
transportasi udara;
4) Rasio pemenuhan sertifikasi di bidang pelayanan
navigasi penerbangan;
5) Rasio pemenuhan sertifikasi bandar udara;

BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


II - 15
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

b. sasaran strategis ketiga (SS-3) yang akan dicapai


adalah meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan
prasarana transportasi udara, dengan indikator
kinerja:
1) Persentase penurunan gas rumah kaca dari sektor
transportasi udara;
2) Persentase capaian On Time Performance (OTP) sub
sektor transportasi udara;
3) Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap
layanan jasa berbasis online untuk sertifikasi
personil operasi pesawat udara;
4) Persentase kota/daerah yang terhubungi;
c. sasaran strategis keempat (SS-4) yang akan dicapai
adalah meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana
transportasi udara, dengan indikator kinerja:
1) Persentase peningkatan kapasitas sarana
transportasi udara;
2) Persentase peningkatan kapasitas prasarana
transportasi udara.
d. sasaran strategis kelima (SS-5) yang akan dicapai
adalah meningkatnya layanan transportasi udara di
daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan
terpencil, dengan dengan indikator kinerja : rasio
layanan transportasi udara daerah rawan bencana,
perbatasan, terluar dan terpencil.

3. Internal Process Perspective


Menjabarkan visi dari Ditjen Perhubungan Udara maka
disusun sasaran strategis Internal Process Perspective
sebagai berikut:
Sasaran strategis keenam (SS-6) yang akan dicapai adalah
terlaksananya perumusan kebijakan dalam
penyelenggaraan transportasi udara, dengan indikator
kinerja: Persentase pelaksanaan deregulasi peraturan di
lingkungan Ditjen Perhubungan Udara.

BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


II - 16
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4. Learn and Growth Perspective


Menjabarkan visi dari Ditjen Perhubungan Udara maka
disusun sasaran strategis Learn and Growth Perspective
sebagai berikut :
a. sasaran strategis ketujuh (SS-7) yang akan dicapai
adalah tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara
yang kompeten dan professional, dengan indikator
kinerja:
1) Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan
fungsional teknisi penerbangan yang bersertifikat;
2) Rasio pemenuhan inspektur penerbangan.
b. sasaran strategis kedelapan (SS-8) yang akan dicapai
adalah terwujudnya good governance and clean
government di Ditjen Perhubungan Udara, dengan
indikator kinerja :
1) Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara;
2) Persentase penyerapan Anggaran Ditjen
Perhubungan Udara;
3) Persentase nilai aset Ditjen Perhubungan Udara
yang diinventarisasi.

Sasaran pembangunan transportasi udara pada


prinsipnya sejalan dengan sasaran pembangunan nasional
yang tertuang dalam RPJMN Tahun 2015-2019 dan
Renstra Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019.
Keterkaitan antara tujuan dan sasaran Ditjen
Perhubungan Udara diuraikan pada tabel berikut.

Tabel 2.1
Tujuan Dan Sasaran Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2015-2019

TUJUAN SASARAN IKU


1 Meningkatkan 1 Terwujudnya pelayanan Rasio Konektivitas Antar
konektivitas antar transportasi udara yang Wilayah.
wilayah handal, berdaya saing
dan memberikan nilai
tambah dalam rangka
mewujudkan

BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


II - 17
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

TUJUAN SASARAN IKU


konektivitas nasional
2 Meningkatkan 2 Meningkatnya 1) Rasio kejadian kecelakaan
keselamatan dan keselamatan dan transportasi udara;
keamanan keamanan transportasi 2) Rasio Air Traffic Incident (<4
transportasi udara udara kejadian dari 100.000
pergerakan);
3) Rasio gangguan keamanan
pada pelayanan jasa
transportasi udara;
4) Rasio pemenuhan sertifikasi
di bidang pelayanan navigasi
penerbangan;
5) Rasio pemenuhan sertifikasi
Bandar Udara.
3 Meningkatkan kinerja 3 Meningkatnya kinerja 1) Persentase penurunan gas
pelayanan sarana pelayanan sarana dan rumah kaca dari sektor
dan prasarana prasarana transportasi transportasi udara;
transportasi udara udara 2) Persentase capaian On Time
Performance (OTP) sub sektor
transportasi udara;
3) Persentase kepuasan
pengguna jasa terhadap
layanan jasa berbasis online
untuk sertifikasi personil
operasi pesawat udara;
4) Persentase kota/daerah yang
terhubungi.
4 Meningkatkan 4 Meningkatnya kapasitas 1) Persentase peningkatan
kapasitas sarana dan sarana dan prasarana kapasitas sarana transportasi
prasarana transportasi udara udara;
transportasi udara 2) Persentase peningkatan
kapasitas prasarana
transportasi udara.
5 Meningkatkan 5 Meningkatnya layanan Rasio layanan transportasi
layanan transportasi transportasi udara di udara daerah rawan bencana,
udara di daerah daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan
rawan bencana, perbatasan, terluar dan terpencil.
perbatasan, terluar terpencil
dan terpencil
6 Mewujudkan tata 6 Terlaksananya Persentase pelaksanaan
kelola pemerintahan perumusan kebijakan deregulasi peraturan di
yang baik. dalam penyelenggaraan lingkungan Ditjen Perhubungan
transportasi udara Udara.
7 Terwujudnya good 1) Nilai AKIP Ditjen

BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


II - 18
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

TUJUAN SASARAN IKU


governance and clean Perhubungan Udara;
government di Ditjen 2) Persentase penyerapan
Perhubungan Udara Anggaran Ditjen
Perhubungan Udara;
3) Prosentasi nilai aset Ditjen
Perhubungan Udara yang
diinventarisasi.
7 Meningkatkan 8 Tersedianya SDM Ditjen 1) Persentase pemenuhan
profesionalisme SDM Perhubungan Udara kebutuhan jabatan
transportasi udara; yang kompeten dan fungsional teknisi
profesional penerbangan yang
bersertifikat;
2) Rasio pemenuhan inspektur
penerbangan.

BAB II – VISI, MISI DAN SASARAN STRATEGIS


II - 19
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

BAB III
CAPAIAN PEMBANGUNAN
TRANSPORTASI UDARA 2015-2017

3.1 CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


Capaian pembangunan sub sektor transportasi udara selama tahun
2015-2017 yang merupakan penjabaran Rencana Strategis Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2015-2019, antara lain meliputi
pembangunan sarana dan prasarana transportasi udara, penyusunan
peraturan perundang-undangan, kelembagaan dan ketatalaksanaan.

3.1.1 Capaian Pembangunan Sarana dan Prasarana


Capaian pembangunan transportasi udara selama tahun
2015-2017 antara lain meliputi:
1. Pengembangan/rehabilitasi prasarana bandar udara
antara lain perpanjangan landas pacu, perluasan apron,
pelebaran taxiway, pelapisan/peningkatan daya dukung
landas pacu, apron, taxiway, pengadaan dan pemasangan
peralatan bantu pendaratan, pemenuhan catu daya
bandar udara, pemagaran area bandar udara pada tahun
2015 sebanyak 147 bandar udara, tahun 2016 sebanyak
140 bandar udara, dan tahun 2017 sebanyak 141 bandar
udara;
2. Untuk meningkatkan aksesibilitas wilayah dan
meningkatan perekonomian daerah selama tahun 2015-
2017 telah dibangun 7 bandar udara baru;
3. Untuk meningkatkan keamanan penerbangan, selama
tahun 2015-2017 telah dilakukan pengadaan dan
pemasangan peralatan keamanan penerbangan antara lain
peralatan X-Ray Cabin, X-Ray Bagasi dan X-Ray Cargo
serta peralatan CCTV sebanyak 99 paket pada tahun
2015, pada tahun 2016 sebanyak 120 paket, dan pada
tahun 2017 sebanyak 104 paket;
4. Dalam rangka memenuhi tingkat kecukupan dan
kehandalan peralatan penanggulangan dan pertolongan
pada kecelakaan penerbangan, dilakukan melalui
pengadaan dan rehabilitasi kendaraan PKP-PK sebanyak

III - 1 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

80 paket pada tahun 2015, pada tahun 2016 sebanyak 67


paket dan pada tahun 2017 sebanyak 59 paket;
5. Pelayanan angkutan udara perintis tahun 2015 sebanyak
216 rute, pada tahun 2016 sebanyak 209 rute dan tahun
2017 sebanyak 184 rute.

Rincian capaian kegiatan pembangunan transportasi udara


sebagaimana tabel berikut:
Tabel 3.1
Capaian Pembangunan Transportasi Udara Tahun 2015-2017
Pencapaian Per Tahun
No Kegiatan Satuan Jumlah
2015 2016 2017

1 Bandara dikembangkan/ Bandara


147 140 141 151
direhabilitasi

2 Bandara baru yang dibangun Bandara


2 2 3 7

3 Fasilitas Keamanan yang Paket


99 120 104 323
dibangun dan direhabilitasi

4 Fasilitas Pelayanan darurat Paket


80 67 59 206
(PK-PPK)

5 Pelayanan angkutan udara Rute


216 209 184 268
perintis

6 Pengembangan bandar udara Bandara


3 2 1 6
untuk pelayanan kargo udara

3.1.2 Capaian Penyusunan dan Deregulasi Peraturan Perundang-


Undangan di Bidang Perhubungan Udara
Dalam kurun waktu 2015-2017 Ditjen Perhubungan Udara,
telah menyelesaikan dan melakukan deregulasi berbagai
peraturan perundang-undangan dengan penjabaran sebagai
berikut:

III - 2 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Tabel 3.2
Capaian Penyusunan Peraturan Perundang-Undangan
Tahun 2015-2017
Pencapaian Per Tahun
Capaian Jumlah
2015 2016 2017*

Jumlah peraturan perundang-undangan di


sektor transportasi yang ditetapkan, dalam
bentuk:
1. Peraturan Menteri Perhubungan 92 52 37 181
2. Keputusan Menteri Perhubungan 11 6 13 30
3. Instruksi Menteri Perhubungan 2 3 1 6
4. Surat Edaran Menteri Perhubungan 2 1 - 3
5. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan 1 11 38 50
Udara
6. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan 80 30 66 176
Udara
7. Instruksi Direktur Jenderal Perhubungan - 2 8 10
Udara
8. Surat Edaran Direktur Jenderal - 4 4 8
Perhubungan Udara

Keterangan : *Posisi Tahun 2017 Sumber : Bagian Hukum, Des 2018

3.1.3 Capaian Kinerja Kelembagaan dan Ketatalaksanaan Ditjen


Perhubungan Udara

1. Struktur Organisasi Ditjen Perhubungan Udara


Struktur organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara telah mengalami perubahan sesuai dengan PM 189
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perhubungan. Perubahan ini antara lain
meliputi perubahan pada struktur organisasi Direktorat
Navigasi Penerbangan, seiring dengan beroperasinya
Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan
(LPPNPI), serta penambahan satu bagian baru di
lingkungan Sekretariat Ditjen Perhubungan Udara yaitu
Bagian Kerjasama dan Humas. Hal tersebut juga
berpengaruh terhadap perubahan tugas pokok dan fungsi
masing-masing unit kerja terkait.

III - 3 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189


Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perhubungan, Ditjen Perhubungan Udara
mempunyai tugas untuk menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan di bidang Penerbangan. Dalam
melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara menyelenggarakan fungsi:
1. Perumusan kebijakan di bidang pemanfaatan wilayah
udara, pesawat udara dan bandar udara,
penyelenggaraan angkutan udara dan navigasi
penerbangan, peningkatan keselamatan, keamanan,
dan kualitas lingkungan hidup penerbangan, serta
pemanfaatan fasilitas penunjang dan fasilitas umum
penerbangan;
2. Pelaksanaan kebijakan pemanfaatan wilayah udara,
pesawat udara dan bandar udara, penyelenggaraan
angkutan udara dan navigasi penerbangan,
peningkatan keselamatan, keamanan, dan kualitas
lingkungan hidup penerbangan, serta pemanfaatan
fasilitas penunjang dan fasilitas umum penerbangan;
3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di
bidang pengoperasian pesawat udara dan bandar
udara, penyelenggaraan angkutan udara dan navigasi
penerbangan, peningkatan keselamatan, keamanan,
dan kualitas lingkungan hidup penerbangan, serta
pemanfaatan fasilitas penunjang dan fasilitas umum
penerbangan;
4. Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan
supervisi di bidang pengoperasian pesawat udara dan
bandar udara, penyelenggaraan angkutan udara dan
navigasi penerbangan, peningkatan keselamatan,
keamanan, dan kualitas lingkungan hidup
penerbangan, serta pemanfaatan fasilitas penunjang
dan fasilitas umum penerbangan;
5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang
pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara dan
bandar udara, penyelenggaraan angkutan udara dan
navigasi penerbangan, peningkatan keselamatan,

III - 4 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

keamanan, dan kualitas lingkungan hidup


penerbangan, serta pemanfaatan fasilitas penunjang
dan fasilitas umum penerbangan;
6. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara;
7. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri.

Struktur organisasi Direktorat Jenderal Perhubungan


Udara telah disempurnakan kembali dengan keluarnya PM
86 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 189 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan dimana
perubahan tersebut meliputi perubahan pada struktur
organisasi serta tugas pokok dan fungsi Direktorat Bandar
Udara.

2. Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU)


Seiring dengan penataan organisasi UPBU di lingkungan
Ditjen Perhubungan Udara telah dikeluarkan peraturan
perubahan dari PM 40 Tahun 2014 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara
sebagai berikut :
a) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 83 Tahun
2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 40 Tahun 2014 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara
Bandar Udara, dimana dalam peraturan ini
menetapkan Bandar Udara Blangkejeren-Gayo Lues
menjadi Satpel Bandar Udara Ditjen Perhubungan
Udara;
b) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 118 Tahun
2016 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 40 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit
Penyelenggara Bandar Udara, dimana dalam peraturan
ini menetapkan Bandar Udara Mozes Kilangin-Mimika
menjadi UPBU Ditjen Perhubungan Udara.

III - 5 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

c) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 8 Tahun


2018 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor PM 40 Tahun 2016
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit
Penyelenggara Bandar Udara, dimana dalam peraturan
ini terdapat perubahan terhadap kelas bandar udara
dan penambahan Satpel BU baru.

3. Struktur Organisasi Pengawasan Keselamatan


Penerbangan Nasional
Dalam rangka pemisahan fungsi regulator dan operator,
telah ditetapkan struktur organisasi pengawasan
keselamatan penerbangan nasional sebagaimana tertuang
dalam Kerangka Kerja Program Keselamatan Penerbangan
Nasional yang melibatkan stakeholder internal dan
eksternal. Struktur ini merupakan struktur yang baru,
dimana Kantor Otoritas Bandar Udara bertanggung jawab
langsung kepada Dirjen Perhubungan Udara. Kerangka
Kerja Program Keselamatan Penerbangan Nasional diatur
dalam PM 93 Tahun 2016 tentang Program Keselamatan
Penerbangan Nasional.

Gambar 3.1
Kerangka Kerja Program Keselamatan Penerbangan Nasional
(Structure Of Civil Aviation Safety Oversight)

III - 6 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4. Pengelolaan UPBU dan Balai Menjadi Badan Layanan


Umum (BLU)
Proses persiapan dokumen UPBU Ditjen Perhubungan
Udara untuk menjadi BLU telah dilaksanakan sejak tahun
2015. Terdapat 15 (lima belas) UPBU yang telah diusulkan
untuk menjadi Badan Layanan Umum (PK-BLU). Dari 15
(lima belas) usulan tersebut, pada tahun 2017 telah
ditetapkan 8 (delapan) UPBU menjadi Badan Layanan
Umum (BLU) yaitu :
1) UPBU Juwata-Tarakan (KMK Nomor:
60/KMK.05/2017 tanggal 3 Februari 2017);
2) UPBU Sentani-Jayapura (KMK Nomor:
61/KMK.05/2017 tanggal 3 Februari 2017);
3) UPBU Fatmawati Soekarno-Bengkulu (KMK Nomor:
62/KMK.05/2017 tanggal 3 Februari 2017);
4) UPBU Radin Inten II-Lampung (KMK Nomor:
63/KMK.05/2017 tanggal 3 Februari 2017);
5) UPBU Mutiara Sis Al Jufri-Palu (KMK Nomor:
273/KMK.05/2017 tanggal 13 Maret 2017);
6) UPBU Djalaluddin-Gorontalo (KMK Nomor:
274/KMK.05/2017 tanggal 13 Maret 2017);
7) UPBU HAS. Hanandjoeddin-Tanjungpandan (KMK
Nomor: 586/KMK.05/2017 tanggal 31 Juli 2017).
8) UPBU Kalimarau-Berau (KMK Nomor:
587/KMK.05/2017 tanggal 31 Juli 2017).

Selain UPBU, 3 (tiga) Balai di lingkungan Ditjen


Perhubungan Udara yang telah diusulkan untuk menjadi
Badan Layanan Umum yaitu Balai Besar Kalibrasi
Fasilitas Penerbangan, Balai Teknik Penerbangan, dan
Balai Kesehatan Penerbangan. Pada tahun 2016 telah
ditetapkan 2 (dua) Balai menjadi Badan Layanan Umum
yaitu:
1) Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan
(Keputusan Menteri Keuangan Nomor
13/KMK.05/2016 tanggal 26 Januari 2016);

III - 7 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

2) Balai Kesehatan Penerbangan (Keputusan Menteri


Keuangan Nomor 148/KMK.05/2016 tanggal 3 Maret
2016).

3.1.4 Capaian Kinerja Pengembangan SDM Ditjen Perhubungan


Udara
Sampai tahun 2017, jumlah pegawai Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara sebanyak 6.702 orang pegawai dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 3.3
Komposisi SDM Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2015-2017
Jumlah SDM (orang)
No Unit Kerja
2015 2016 2017*
1 Sekretariat Direktorat Jenderal 342 322 319
2 Direktorat Bandar Udara 168 164 156
3 Direktorat Angkutan Udara 110 105 98
4 Direktorat Navigasi Penerbangan 132 130 130
Direktorat Kelaikudaraan dan
5 181 183 184
Pengoperasian Pesawat Udara
6 Direktorat Keamanan Penerbangan 107 105 103
7 Kantor Otoritas Bandar Udara 731 779 784
8 UPBU 6.625 4.941 4.646
9 Balai-Balai 296 296 283
Jumlah 8.692 7.025 6.702
Keterangan : *Posisi Oktober 2017 Sumber : Bagian Kepegawaian dan Organisasi , 2017

Tabel 3.4
Komposisi Jabatan Inspektur Penerbangan dan Fungsional Tertentu
Tahun 2015-2017
Jumlah SDM (orang)
No Unit Kerja
2015 2016 2017*
1 Inspektur Bandar Udara 156 156 149
2 Inspektur Angkutan Udara 54 62 77
3 Inspektur Navigasi Penerbangan 149 179 222
Inspektur Kelaikudaraan dan
4 187 187 213
Pengoperasian Pesawat Udara
5 Inspektur Keamanan Penerbangan 151 197 172
Fungsional Tertentu (teknisi penerbangan,
6 analis kepegawaian, perencana, pranata 2.336 2.286 1.531
komputer, arsiparis, dll)
Jumlah 3.033 3.067 2.356
Keterangan: *Posisi Juni 2017 Sumber: Bagian Kepegawaian dan Organisasi, 2017

III - 8 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

3.2 REALISASI KEUANGAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN


2015-2017
Alokasi anggaran Ditjen Perhubungan Udara selama tahun 2015-2017
terus mengalami peningkatan. Namun dari alokasi anggaran yang ada,
realisasi penyerapan anggaran masih relatif kecil. Berdasarkan evaluasi
terhadap realisasi keuangan Ditjen Perhubungan Udara pada tahun
anggaran 2015-2017 dapat diidentifikasi target dan capaian keuangan
yang menunjukkan angka fluktuatif, dimana terjadi beberapa
perubahan fluktuatif dari masing-masing direktorat. Secara lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.5
Perkembangan Alokasi Anggaran Ditjen Perhubungan Udara
Tahun 2015-2017
PAGU ALOKASI ANGGARAN
PROGRAM/KEGIATAN (Rp. Milyar)
2015 2016 2017

PROGRAM PENGELOLAAN DAN


PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI 11,762.587 9,555.530 8,916.555
UDARA

Pelayanan Angkutan Udara Perintis 482.913 548.211 632.209

Pembangunan, Rehabilitasi dan


7,676.565 5,512.298 4,848.398
Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara

Pembangunan, Rehabilitasi dan


Pemeliharaan Prasarana Keamanan 588.773 374.730 514.724
Penerbangan

Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara


505.823 532.563 402.113
dan Pengoperasian Pesawat Udara

Program Pembinaan Navigasi Penerbangan 213.064 106.865 220.689

Dukungan Manajemen dan Dukungan


2,295.450 2,480.864 2,298.422
Teknis Lainnya Ditjen Perhubungan Udara

Dalam melaksanakan pembangunan sektor transportasi, tidak seluruh


anggaran yang dialokasikan dapat terserap, yang berakibat hilangnya
manfaat belanja. Rata rata penyerapan anggaran rendah di awal tahun,
karena unit kerja berhati-hati ketika melakukan pengeluaran
anggarannya, sehingga terkesan lambat dan tidak optimal dalam
memanfaatkan waktu. Selain itu, adanya pemblokiran yang dilakukan
oleh Kementerian Keuangan juga mengakibatkan penundaan

III - 9 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

penyerapan anggaran, dimana hal ini menjadi bahan evaluasi oleh


Ditjen Perhubungan Udara. Besarnya prosentase penyerapan anggaran
Ditjen Perhubungan Udara Tahun 2015-2017 seperti gambar berikut:

Tabel 3.6
Perkembangan Realisasi Anggaran Ditjen Perhubungan Udara Tahun
2015-2017
REALISASI ANGGARAN (Rp. Milyar)
PROGRAM/KEGIATAN
2015 2016 2017

PROGRAM PENGELOLAAN DAN 9,776.364 8,229.558 8,916.555


PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI
UDARA

Pelayanan Angkutan Udara Perintis 402.789 489.336 632.209

Pembangunan, Rehabilitasi dan 6,745.748 5,046.317 4,848.398


Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara

Pembangunan, Rehabilitasi dan 436.667 336.977 514.724


Pemeliharaan Prasarana Keamanan
Penerbangan

Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara 315.311 300.058 402.113


dan Pengoperasian Pesawat Udara

Program Pembinaan Navigasi Penerbangan 63.116 50.456 220.689

Dukungan Manajemen dan Dukungan 1,812.733 2,006.414 2,298.422


Teknis Lainnya Ditjen Perhubungan Udara
* Pagu Anggaran Ditjen Hubud TA.2017

2015 2016 2017

Pagu 11,762.587 9,555.530 8,916.555

Realisasi 9,776.364 8,229.558

Gambar 3.2
Grafik Perbandingan Alokasi Anggaran dan Realisasi
Tahun 2015-2017

III - 10 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

3.3 DUKUNGAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA PADA PROGRAM


PADAT KARYA TUNAI
Berdasarkan arahan teknis pelaksanaan padat karya tunai di desa
bahwa Kementerian Pertanian, Kementerian Perhubungan,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian
Desa PDTT, Kementerian Kesehatan, Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Kementerian Ketenagakerjaan dan Badan Nasional
Pengelola Perbatasan wajib melaksanakan padat karya tunai di Desa.
Kementerian/Lembaga lainnya dapat melaksanakan karya tunai di
Desa.

Pelaksanaan Padat Karya Tunai di Desa yang bersumber dari anggaran


Kementerian/Lembaga mengacu pada pengadaan barang/jasa yang
sudah dilakukan sesuai Perpres No. 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah juncto Perpres No. 70 Tahun 2012 junctis
Perpres No. 172 Tahun 2014 junctis Perpres No.4 Tahun 2015.

Dalam hal dimungkinkan untuk melakukan swakelola tipe III atau


Kelompok Masyarakat Pelaksana Swakelola agar Kementerian/Lembaga
melakukan revisi pengadaan barang/jasa.

Bagi K/L yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan swakelola


tipe III sesuai peraturan perundang-undangan maka wajib melibatkan
kelompok penganggur, setengah penganggur dan warga miskin, pencari
nafkah utama keluarga, laki-laki, wanita dan pemuda usia produktif
dan bukan anak-anak, tenaga kerja yang kehilangan pekerjaan atau
diputus hubungan kerja serta petani/kelompok petani yang mengalami
paceklik dan menunggu masa tanam/panen.

Kementerian/Lembaga perlu melakukan revisi DIPA 2018 untuk


pelaksanaan padat karya tunai di 1000 Desa di 100 Kab/Kota.

Sumber Dana yang berasal dari Kementerian/Lembaga yang dapat


digunakan untuk kegiatan padat karya tunai di desa tahun 2018 dapat
berbentuk:
- Bantuan Pemerintah (Swakelola oleh K/L (DIPA Pusat));
- Tugas Pembantuan (TP) dan
- Bantuan Sosial.

III - 11 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Pelaksanaan kegiatan padat karya tunai di Desa yang menggunakan


sumber dana dari Kementerian/Lembaga dikelola sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Kegiatan Kementerian Perhubungan tahun 2018 untuk padat karya


maupun penanganan stunting adalah jaringan kereta api,
pembangunan drainase di bandara dan pelabuhan. Alokasi APBN 2018
sebesar Rp.48.203.000.000, di 257 kabupaten dan kesesuaian lokasi
kegiatan dengan lokasi padat karya dan stunting sebanyak 49
kabupaten.

Prinsip pelaksanaan padat karya desa adalah menciptakan lapangan


kerja di desa dengan penggunaan bahan baku dan tenaga kerja lokal
dimana upah dapat diberikan secara cash atau tunai setiap akhir
minggu, sehingga meningkatkan daya beli masyarakat.

Dukungan Kementerian Perhubungan tahun 2018 dalam program


padat karya di seluruh unit kerja dan di seluruh propinsi adalah
sebesar Rp. 1,51 T atau sebesar 7,5 % dari total Belanja Modal untuk
kegiatan padat karya di Kementerian Perhubungan sebesar Rp. 20,08
T, dan dapat menyerap tenaga kerja lokal sebanyak 58.762 orang,
dengan rata rata upah orang perbulan sebesar Rp. 2,3 juta-4 juta
menyesuaikan UMR dari daerah setempat. Untuk Ditjen Perhubungan
Udara, program padat karya dilaksanakan pada 137 kab/kota, dengan
anggaran kegiatan belanja modal sebesar Rp. 3.855.659.108.580,- dan
penyerapan jumlah tenaga kerja lokal 21.717 orang, dengan durasi
pekerjaan (rata-rata per bulan) 6 bulan, dan upah sebesar Rp.
578.098.866.287,-.

Dalam rangka efisiensi dan memudahkan tugas monitoring kegiatan


yang mendukung tenaga kerja lokal (padat karya) segera diluncurkan
aplikasi e-Pakar (Elektronik Padat Karya) oleh Pustikom.

Pelaksanaan kegiatan dalam mendukung program padat karya tahun


2018 akan dimulai pada Bulan Februari 2018. Dengan rincian sebagai
berikut:
1) Bandara Tiom dilaksanakan Februari-Maret 2018;
2) Bandara Pasir Pangarayan-Rokan Hulu pada Bulan Maret 2018;
3) Bandara Rahadi Oesman Ketapang Maret-Juni 2018;
4) Bandara Banda Naira mulai Juni 2018.

III - 12 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

3.4 PROGRESS ICAO USOAP, ICAO USAP, EU BAN DAN FAA


1) Audit ICAO pada 8 area:
a) Primary aviation legislation (LEG);
b) Civil aviation organization (ORG);
c) Personnel licensing and training (PEL);
d) Aircraft operations (OPS);
e) Airworthiness of aircraft (AIR);
f) Aircraft accident and incident Investigation (AIG);
g) Air Navigation Services (ANS);
h) Aerodromes and ground aids (AGA).

Pada Tanggal 10 s.d 18 Oktober 2017 telah dilakukan Audit ICAO


USOAP (ICVM). Target Direktur Jenderal Perhubungan Udara
adalah harus lebih dari 75% (ICAO Compliance). Rata rata Global
Dunia adalah 66,6%, rata-rata ASEAN 67,21%, dan rata-rata APAC
61,96%. Area yang dipilih ICAO ICVM adalah OTBAN Wilayah II.
Airlines yang dipilih adalah Lion Mentari Airlines dan Indonesia Air
Asia X.

 ICAO USOAP
Perbandingan EI (effective implementation) masing-masing area
audit sebelum dan sesudah ICVM adalah sebagai berikut:

Gambar 3.3
CAP Progress
Implementation

Effective Implementation: sebelum ICVM 51,61% > sesudah ICVM


80,34%
Total PQs saat Off Site Validation 2016: 1046 PQs
Total PQs yang di review saat ICVM: 421 PQs
Sat PQs saat Off Site Validation 2016: 449
Sat PQs saat ICVM: 250
NS PQs saat Off Site Validation 2016: 421

III - 13 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

NS PQs saat ICVM: 171 PQ (saat ini menjadi 164 PQ setelah ada
migrasi PQ terkait SSP)
Tabel 3.7
UPDATE PROTOCOL QUESTIONS (PQs) STATUS BY AREA
Satisfactory PQs Percentage
Total PQs
Area World/
PQs Reviewed Before ICVM ICVM
Global
Primary Aviation Legislation (LEG) 27 21 12 15 71.43% 70.40%
Civil Aviation Organization (ORG) 26 13 3 9 69.23% 69.00%
Personnel Licensing and Training
111 92 34 69 75.00% 72.68%
(PEL)
Aircraft Operations (OPS) 158 136 63 120 88.24% 67.73%
Airworthiness of Aircraft (AIR) 242 187 129 171 91.44% 78.82%
Aircraft Accident and Incident
109 102 33 65 63.73% 55.84%
Investigation (AIG)
Air Navigation Service (ANS) 191 176 99 152 86.36% 61.20%
Aerodromes and Ground Aids (AGA) 182 143 76 105 73.43% 58.06%
449
Total 1046 870 706 81.15% 64.70%
(51.61%)
Keterangan: ICVM Final Report (ICAO State Letter Ref. AN 19/42.81 Confidential T
6/7.4.14 – AP-FS0012/18 tanggal 21 Februari 2018
Subject: Final Report on the ICVM)

ICVM (ICAO Coordinated Validation Mission)


Berdasarkan ICVM Final Report (ICAO State Letter Ref. AN
19/42.81 Confidential T 6/7.4.14 – AP-FS0012/18 tanggal 21
Februari 2018 Subject: Final Report on the ICVM). Hasil ICVM adalah
sebagai berikut:

Effective Implementation
(EI): 80.34 %

Lack Of Effective Implementation


(LEI): 19.66 %

Gambar 3.3
Bagan Effective Implementation ICAO USOAP

Dari audit tersebut diketahui bahwa nilai Effective Implementation


(EI) Indonesia mengalami kenaikan dari sebelumnya 51,61%
menjadi 80,34%, diatas nilai rata-rata global dunia yang sebesar
66,6%.

III - 14 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Gambar 3.4
Comparison of EI Status
GASP, World/Global, APAC, ASEAN & Indonesia

Dengan EI Indonesia sebesar 80,34 %, saat ini Indonesia berada


pada posisi diatas rata rata Global Dunia yaitu 66,6%, rata-rata
ASEAN 67,21%, dan rata-rata APAC 61,96%. Rangking EI Indonesia
pada ICAO USOAP saat ini berada pada rangking 56 dari 185
Negara di Dunia, rangking 10 dari 36 Negara APAC, dan rangking 2
(dua) dari 8 Negara ASEAN.

2) ICAO Universal Security Audit Programme (USAP) Continuous


Monitoring Approach (CMA)
ICAO USAP-CMA Limited Scope On-Site Audit bertujuan untuk
menilai performa keamanan penerbangan di Indonesia dengan
menitikberatkan pada pemenuhan dan pengawasan serta review
terhadap regulasi, kebijakan, program, dokumen dan record
pengawasan keamanan penerbangan di tingkat nasional. ICAO
USAP-CMA Limited Scope On-Site Audit dilaksanakan pada tanggal
25 September-3 Oktober 2017 guna menindaklanjuti hasil Universal
Security Audit Programme Continuous Monitoring Approach (USAP
CMA) di Indonesia tanggal 29 Oktober – 5 November 2015.
Pada pelaksanaan ICAO USAP 2017 memiliki 48 SARPs Findings
yang terdiri dari 138 Protocol Questions (PQs) Findings dari total
keseluruhan 480 Protocol Questions (PQs).
Hasil Audit ICAO USAP CMA di Indonesia akan diumumkan secara
resmi oleh ICAO sekitar 3 bulan setelah pelaksanaan audit.
Jumlah findings berdasarkan area adalah sebagai berikut :

III - 15 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Tabel 3.8
Jumlah findings berdasarkan area

AREA FINDINGS

LEG Regulatory Framework and the National Avsec 13


System

TRG Training of Aviation Security Personnel 13

QCF Quality Control Functions 48

OPS Airport Operations 24

IFS Aircraft and In-flight Security 13

PAX Passenger and Baggage Security 17

CGO Cargo, Catering and Mail Security 9

AUI Response to Acts of Unlawful Interference 1

TOTAL 138

USAP CMA Protocol Questions Indicator


100
80
24
60 13
13 1
40 13 48 17 9
56 57 47
20 35 41 30 38
0 16

LEG TRG QCF OPS IFS PAX CGO AUI


Satisfactory Not Satisfactory

Gambar 3.6
USAP CMA Protocol Questions Indicator

III - 16 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Jumlah findings berdasarkan critical elements (CE) adalah sebagai


berikut:
Tabel 3.9
Jumlah findings berdasarkan critical elements (CE)
CRITICAL
CRITERIA FINDINGS
ELEMENTS

CE 1 Legislation 0

CE 2 Programmes & Regulations 11

CE 3 State Appropriate Authority 8

CE 4 Personnel Qualifications & Training 5

CE 5 Technical Guidance 22

CE 6 Certification & Approval Obligations (Operator Security 18


Programme)

CE 7 Quality Control Obligations 44

CE 8 Resolution of Security Concerns (implementation) 30

Untuk menindaklanjuti hasil dari ICAO USAP Audit, Indonesia perlu


untuk:
a. Menyusun corrective action plans (CAPs) untuk tiap temuan;
b. Menindaklanjuti CAPs;
c. Menyampaikan bukti pelaksanaan CAPs dan evidence kepada
ICAO.

3) Larangan Terbang oleh Uni Eropa:


Sejak dilakukan pelarangan terbang ke Eropa Tahun 2007
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah melakukan
peningkatan keselamatan penerbangan, perbaikan dengan
mengikuti ASC (Air Safety Committee Meeting) tanggal 24 - 25
November 2015 di Brussels Belgia dan mengajukan Maskapai
Penerbangan Nasional untuk dilepaskan dari daftar larangan
terbang yaitu Citilink, Lion Air dan Batik Air dan pada tanggal 16
Juni 2016 agar Uni Eropa mencabut larangan terbang terhadap 3
maskapai penerbangan dimaksud. Saat ini sudah 7 (tujuh)
maskapai yang mendapat ijin terbang ke Uni Eropa yaitu Garuda
Indonesia, Airfast Indonesia, Indonesia Air Asia, Ekspres
Transportasi Antar Benua (ETA), Citilink, Lion Air dan Batik Air.

III - 17 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Dilakukan EU Assesment Visit pada 12-21 Maret 2018 dan dibahas


pada Air Safety Committee di Brussel pada 30 Mei 2018. Penilaian
tersebut dilakukan berdasarkan standar keselamatan internasional,
terutama standar yang ditetapkan oleh Organisasi Penerbangan
Sipil Internasional (International Civil Aviation Organisation). Pada
tanggal 14 Juni 2018 telah mencabut larangan terbang (EU Flight
Ban) maskapai Penerbangan Indonesia. Terdapat 55 maskapai
penerbangan yang telah memenuhi syarat untuk melakukan
penerbangan ke Uni Eropa. Sehingga saat ini ada total 62 Maskapai
penerbangan.

4) FAA (FEDERAL AVIATION ADMINISTRATION):


Pada tanggal 15 Agustus 2016 Indonesia telah memenuhi
persyaratan untuk menjadi Kategori I dari kategori II yang
ditetapkan pada Februari 2007. Adapun upaya-upaya untuk
menjadi kategori I adalah sebagai berikut:
 Hasil Review pada bulan Mei 2015 terdapat 21 temuan dan
telah ditindaklanjuti pada bulan September 2015 sebanyak 20
temuan dan 1 temuan terkait Law Enforcement Procedure.
 Status penyelesaian Corrective Action Plan hasil FAA Technical
Review 2015 terkait Law Enforcement Procedure ditindaklanjuti
dengan diterbitkannya SKEP Dirjen Perhubungan Udara Nomor
KP. 623 Tahun 2015 tentang Prosedur dan Mekanisme
Pengenaan Sanksi Administratif Terhadap Pelanggaran
Peraturan Perundang-Undangan di bidang Penerbangan tanggal
29 Oktober 2015.
 Pelaksanaan FAA International Aviation Safety Assessement
(IASA) pada 29 Februari sd 4 Maret 2016 telah selesai
dilaksanakan di Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
 FAA IASA Audit mengacu pada ICAO Annex 1, 6, dan 8 meliputi
8 (delapan) Critical Elements (CE) yang terdiri dari 283
pertanyaan (Protocol Questions/PQs).
 Team Leader FAA-IASA Audit (Mr. L.P. Vanstory III)
menyampaikan bahwa Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
telah mengalami kemajuan yang cukup signifikan dalam hal
pemenuhan standar keselamatan sesuai dengan ICAO Standard,
Hal ini terlihat dari penurunan jumlah temuan dari beberapa
audit yang telah dilakukan oleh FAA, yaitu:

III - 18 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

 September 2012 terdapat 83 temuan;


 Mei 2015 terdapat 21 temuan; dan
 Maret 2016 terdapat 7 temuan.
 FAA telah memverifikasi tindak lanjut temuan yang telah
dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara pada
tanggal 24-25 Mei 2016.
 Tanggal 18-22 Juli 2016, Ditjen Perhubungan Udara menghadiri
pertemuan FAA Asia Pacific Flight Standar Meeting di
Washington DC, USA.
 Dalam kesempatan bilateral meeting dengan FAA dilakukan
update status FAA Category terhadap Indonesia.

III - 19 BAB III – CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA 2015-2017


TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

BAB IV
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI
DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

4.1. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL


Sejalan dengan visi pembangunan ―Terwujudnya Indonesia yang
Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong‖,
maka pembangunan nasional 2015-2019 diarahkan untuk mencapai
sasaran utama, yang salah satu sasaran pembangunan sektor
unggulan adalah aspek maritim dan kelautan yang memuat upaya
membangun konektivitas nasional.
Salah satu program Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) yaitu
meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional dijabarkan kembali kedalam agenda pembangunan
nasional, khususnya agenda pembangunan transportasi nasional,
diantaranya adalah membangun konektivitas nasional untuk
mencapai keseimbangan pembangunan dan membangun transportasi
massal perkotaan.

4.1.1 ISU STRATEGIS 1: MEMBANGUN KONEKTIVITAS


NASIONAL UNTUK MENCAPAI KESEIMBANGAN
PEMBANGUNAN
Infrastruktur penunjang konektivitas nasional baik berupa
jaringan transportasi dan jaringan telekomunikasi, perlu
diintegrasikan dengan pelayanan sarana intermoda
transportasi yang terhubung secara efisien dan efektif,
termasuk mendorong pembangunan konektivitas
antarwilayah, sehingga dapat mempercepat dan memperluas
pembangunan ekonomi Indonesia. Penyediaan infrastruktur
transportasi dan telekomunikasi yang mendorong
konektivitas akan menurunkan biaya transportasi dan biaya
logistik, sehingga dapat meningkatkan daya saing produk,
dan mempercepat gerak ekonomi.

Kebijakan strategis untuk mewujudkan konektivitas


nasional adalah:

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 1 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

1. Mempercepat pembangunan sistem transportasi


multimoda;
2. Mempercepat pembangunan transportasi yang
mendorong penguatan industri nasional untuk
mendukung Sistem Logistik Nasional dan penguatan
konektivitas nasional dalam kerangka mendukung
kerjasama regional dan global;
3. Menjaga keseimbangan antara transportasi yang
berorientasi nasional dengan transportasi yang
berorientasi lokal dan kewilayahan;
4. Membangun sistem dan jaringan transportasi yang
terintegrasi untuk mendukung investasi pada Koridor
Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Kompleks Industri,
dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non-
koridor ekonomi;
5. Mengembangkan sarana dan prasarana transportasi
yang ramah lingkungan dan mempertimbangkan daya
dukung lingkungan melalui mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim maupun peningkatan keselamatan dan
kualitas kondisi lingkungan;
6. Meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam
penyelengaraan pelayanan transportasi serta
pertolongan dan penyelamatan korban kecelakaan
transportasi;
7. Meningkatkan kapasitas dan kualitas lembaga
pengembangan sumber daya manusia;
8. Mengembangkan sistem angkutan umum massal yang
modern dan maju dengan orientasi kepada bus maupun
rel serta dilengkapi dengan fasilitas alih moda terpadu;
9. Mengembangkan manajemen transportasi perkotaan
yang berimbang dengan memperhatikan interaksi antara
transportasi dan tata guna lahan;
10. Meningkatkan integrasi kelembagaan transportasi
perkotaan.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 2 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.1.1.1 MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN SISTEM


TRANSPORTASI MULTIMODA
Ketergantungan terhadap transportasi jalan yang
terlalu tinggi mengakibatkan inefisiensi karena
alternatif moda kurang tersedia, baik pada kondisi
normal maupun ketika terjadi kerusakan
infrastruktur jalan dan jembatan. Selain itu,
beban anggaran negara sangat tinggi untuk
pemeliharaan jalan. Ketergantungan terhadap
moda transportasi jalan harus dikurangi dengan
mengembangkan sistem transportasi multimoda.
Dalam rangka mendukung percepatan
pembangunan sistem transportasi multimoda
dilakukan melalui strategi sebagai berikut:
1. Pembentukan badan atau regulator yang
independen dan netral untuk regulasi,
investigasi, keselamatan, dan keamanan
angkutan multimoda serta pembinaan
terhadap bertumbuh kembangnya Badan
Usaha Angkutan Multimoda;
2. Membangun jaringan pelayanan dalam
penyusunan rute-rute pelayanan dari
berbagai moda transportasi yang membentuk
satu kesatuan hubungan dan tidak hanya
didominasi oleh salah-satu moda saja,
melainkan harus disusun secara terintegrasi
dengan prasarana jalan, Darat (Angkutan
Jalan, Sungai, Danau dan Penyeberangan),
Laut, Udara, Kereta Api, dan koridor ekonomi
maupun konsep pengembangan wilayahnya;
3. Membangun jaringan prasarana yang terdiri
dari simpul dan ruang lalu lintas. Simpul
berfungsi sebagai ruang yang dipergunakan
untuk keperluan menaikkan dan
menurunkan penumpang, membongkar dan
memuat barang, serta perpindahan intra dan
antar moda. Ruang lalu lintas berfungsi
sebagai ruang gerak untuk sarana
transportasi, namun khusus untuk ruang lalu
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 3 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

lintas transportasi jalan, disamping untuk


lalu-lintas sarana transportasi juga memiliki
fungsi lain yaitu untuk lalu lintas orang dan
hewan;
4. Pembangunan terminal terpadu (terintegrasi)
serta pelayanan fasilitas alih moda untuk
pelayanan perpindahan penumpang dan
barang secara cepat dan nyaman;
5. Pembangunan akses kereta api menuju ke
pelabuhan dan bandara internasional,
diantaranya pada Bandara Soekarno-Hatta,
Minangkabau, Kualanamu, Hang Nadim,
Juanda, Kertajati, Kulon Progo, Syamsuddin
Noor, dan Pelabuhan Kuala Tanjung, Belawan,
Panjang, Tanjung Priok, Tanjung Perak,
Tanjung Emas, Teluk Lamong dan
Penyeberangan Merak-Bakauheni.

4.1.1.2 MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN


TRANSPORTASI YANG MENDORONG
PENGUATAN INDUSTRI NASIONAL UNTUK
MENDUKUNG SISTEM LOGISTIK NASIONAL
DAN PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL
DALAM KERANGKA MENDUKUNG KERJASAMA
REGIONAL DAN GLOBAL
Pengembangan pasar dan industri transportasi
nasional mempunyai dua aspek, yakni aspek
industri jasa konstruksi nasional (termasuk
pengembang, konsultan, kontraktor, jasa
keuangan, jasa penasehat ahli) dan industri
sarana dan alat-alat transportasi serta dengan
pengembangan industri perangkat keras yakni
alat-alat angkut atau sarana transportasi.
Konektivitas nasional terdiri atas 4 (empat)
komponen, yaitu Sislognas, Sistranas,
pengembangan wilayah (RPJMN dan RTRWN) dan
Information Communication Technology (ICT).
Keempat komponen tersebut harus diintegrasikan
untuk mendukung perpindahan komoditas baik
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 4 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

barang, jasa maupun informasi secara efektif dan


efisien, melalui integrasi simpul dan jaringan
transportasi inter-moda, komunikasi dan
informasi serta logistik, serta penguatan
konektivitas antara pusat pertumbuhan ekonomi
dan industri, dan juga keterhubungan secara
internasional terutama untuk memperlancar arus
perdagangan internasional maupun sebagai pintu
masuk bagi para wisatawan mancanegara, yang
dapat dilakukan melalui strategi:
1. Penempatan transportasi laut sebagai tulang
punggung sistem logistik nasional melalui
pengembangan 24 pelabuhan strategis untuk
mendukung tol laut yang ditunjang dengan
fasilitas pelabuhan yang memadai serta
membangun short sea shipping/coastal
shipping pada jalur logistik nasional yang
diintegrasikan dengan moda kereta api dan
jalan raya, terutama untuk mengurangi beban
(share) angkutan jalan Sumatera-Jawa
(Pelabuhan Paciran/Tanjung Perak,
Pelabuhan Kendal/Tanjung Emas dan
Pelabuhan Marunda/Tanjung Priok di Pulau
Jawa serta Pelabuhan Panjang/Sumur di
Pulau Sumatera).
2. Pengembangan dan pengendalian jaringan
lalu lintas angkutan jalan yang terintegrasi
inter, intra dan antar moda dan
pengembangan wilayah yang meliputi simpul
transportasi jalan, jaringan pelayanan
angkutan jalan yang efisien dan mampu
mendukung pergerakan penumpang dan
barang;
3. Pembangunan sarana dan prasarana serta
industri transportasi diantaranya:
a. Peningkatan kapasitas Bandara Soekarno-
Hatta untuk melayani 87 juta penumpang
per-tahun.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 5 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

b. Pengembangan pelabuhan hub


internasional Kuala Tanjung dan Bitung.
c. Penyelesaian jalur kereta api Trans
Sumatera, pembangunan kereta api Trans
Kalimantan, Sulawesi dan Papua, serta
peningkatan kapasitas jalur eksisting
menjadi jalur ganda di Sumatera dan
Jawa terutama di lintas selatan Jawa.
d. Pembangunan fasilitas dry port di
Kawasan Pertumbungan Ekonomi yang
tinggi (Kendal dan Paciran).
4. Percepatan penyelenggaraan kegiatan-
kegiatan prioritas konektivitas ASEAN dalam
kerangka penguatan konektivitas nasional
dengan tetap mempertahankan ketahanan
dan daya saing perekonomian nasional;
5. Penyediaan armada transportasi nasional
melalui pemberdayaan industri transportasi
dalam negeri yang meliputi pengembangan
pesawat udara (N-219), armada serta industri
galangan kapal nasional, lokomotif, kereta
penumpang, KRL, serta bus;
6. Pembangunan Jalur Ro-Ro Dumai-Malaka,
Ro-Ro Belawan-Penang, dan Ro-Ro Bitung-
Sangihe-General Santos, Pembangunan
Pelabuhan Kuala Tanjung dan pelabuhan
Bitung;
7. Menghubungkan seluruh lintas
penyeberangan, termasuk jalur lintas Sabuk
Utara, Tengah, dan Selatan serta poros
penghubung, terutama lintas utama
penyeberangan Merak – Bakauheni;
8. Membangun terminal barang angkutan jalan
dalam rangka mendukung Sislognas;
9. Membangun/Merevitalisasi terminal
penumpang angkutan jalan dalam rangka
meningkatkan kapasitas dan pelayanan
penumpang angkutan jalan;

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 6 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

10. Penyediaan alat penimbangan kendaraan


bermotor (Jembatan Timbang) dalam rangka
meningkatkan pengawasan muatan lebih;
11. Meningkatnya jumlah penumpang yang
diangkut maskapai penerbangan nasional
menjadi 162 juta/penumpang/tahun dengan
membangun 15 bandara baru di Kertajati,
Letung, Tambelan, Tebelian, Muara Teweh,
Samarinda Baru, Maratua, Buntu Kunik,
Morowali, Miangas, Siau, Namniwel, Kabir
Patar, Werur, Koroy Batu, dan pengembangan
dan rehabilitasi Bandara lama tersebar di
Pulau Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua;
12. Pengembangan 9 bandara untuk pelayanan
kargo udara di Kualanamu, Soekarno-Hatta,
Juanda, Syamsuddin Noor, Sepinggan,
Hasanuddin, Samratulanggi, Frans Kaisepo,
Sentani.

4.1.1.3 MENJAGA KESEIMBANGAN ANTARA


TRANSPORTASI YANG BERORIENTASI
NASIONAL DENGAN TRANSPORTASI YANG
BERORIENTASI LOKAL DAN KEWILAYAHAN
Wilayah Indonesia yang cukup luas, letak
Indonesia yang cukup strategis, serta kondisi
geografis yang cukup unik dibandingkan dengan
negara-negara lainnya, menjadikan Indonesia
sebagai salah satu negara besar jika dilihat dari
sisi luas wilayah dan jumlah penduduk. Sebagai
negara kepulauan yang dibatasi lautan,
menjadikan pembangunan transportasi di
Indonesia adalah suatu tantangan. Tantangan
yang harus dihadapi adalah bagaimana
menyediakan layanan transportasi yang murah,
tepat waktu, dan mampu diakses oleh semua
kalangan. Tantangan inilah yang harus dijawab
dalam rangka melakukan upaya keseimbangan
antara transportasi yang berorientasi nasional
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 7 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

dengan transportasi yang berorientasi lokal dan


kewilayahan. Kebijakan Utama Konektivitas
Nasional dirumuskan untuk menjawab
keseimbangan transportasi yang berorientasi
nasional, regional, dan lokal, dimana konektivitas
ini menghubungkan transportasi nasional,
regional, lokal, serta wilayah-wilayah yang
memiliki komoditas unggulan di masing-masing
pulau. Oleh karena itu, strategi yang dibutuhkan
untuk menjaga keseimbangan transportasi
nasional dengan transportasi yang berorientasi
lokal dan kewilayahan adalah sebagai berikut:
1. Penyediaan infrastruktur transportasi yang
lebih terintegrasi melalui pendanaan DAK
Bidang Transportasi, seperti infrastruktur
yang menjadi kewenangan Provinsi, Kab/Kota
meliputi fasilitas perlengkapan jalan yang
disesuaikan dengan kinerja jaringan jalan;alat
PKB, RASS, media sosialisasi keselamatan
dan transportasi perkotaan;
2. Menciptakan pembagian peran moda
transportasi yang lebih berimbang dengan
mendorong pembangunan perkeretaapian dan
transportasi laut yang lebih progresif sehingga
secara bertahap terjadi perpindahan moda
dari jalan ke moda kereta api serta moda
angkutan laut;
3. Membangun dan memperluas jaringan
infrastruktur dan sistem pelayanan
transportasi nasional untuk memperkecil
defisit dan mempersempit kesenjangan
transportasi antar wilayah yang meliputi
jalan, bandara, kereta api, pelabuhan laut dan
penyeberangan, dermaga sungai dan danau,
kapal perintis, bus, bus air dan kereta
ekonomi di wilayah perdalaman, perbatasan,
dan pulau terluar;
4. Membuka rute baru, meningkatkan frekuensi
pelayanan, optimalisasi, dan integrasi
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 8 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

penyelenggaran subsidi angkutan perintis dan


Public Service Obligation (PSO) diantara
subsidi bus perintis, angkutan laut, sungai,
danau, penyeberangan, udara, dan
perkeretaapian;
5. Mempercepat pembangunan infrastruktur
transportasi di wilayah-wilayah perbatasan
dan wilayah-wilayah terluar;
6. Meningkatkan kapasitas dan kualitas
pelayanan bandara melalui pembangunan dan
pengembangan bandara terutama yang berada
pada pusat kegiatan nasional (ibukota
propinsi), pusat kegaitan wilayah dan wilayah
yang mempunyai potensi ekonomi dan
pariwisata;
7. Meningkatkan kapasitas dan kualitas
pelayanan angkutan laut melalui
pembangunan dan pengembangan fasilitas
pelabuhan terutama pada daerah - daerah
terpencil, tertinggal, perbatasan, rawan
bencana dan daerah belum berkembang serta
wilayah yang mempunyai potensi ekonomi
dan pariwisata;
8. Pembangunan kapal perintis untuk
meningkatkan aksesibilitas dan pelayanan
angkutan laut perintis.

4.1.1.4 MEMBANGUN SISTEM DAN JARINGAN


TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI UNTUK
MENDUKUNG INVESTASI PADA KORIDOR
EKONOMI, KAWASAN INDUSTRI KHUSUS,
KOMPLEKS INDUSTRI, DAN PUSAT-PUSAT
PERTUMBUHAN LAINNYA DI WILAYAH NON-
KORIDOR EKONOMI
Pembangunan infrastruktur diarahkan pada
proyek-proyek strategis yang mendukung
pengembangan kawasan industri, kawasan
ekonomi khusus, dan kawasan strategis lainnya.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 9 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Untuk mendukung pengembangan kawasan


industri, dirumuskan kebijakan antara lain:
1. Pembangunan pelabuhan-pelabuhan
strategis, antara lain: Pelabuhan
Belawan/Kuala Tanjung, Tanjung Priok,
Tanjung Perak, Pontianak, Bitung, Makassar,
Banjarmasin, Kupang, Halmahera, dan
pelabuhan lainnya;
2. Pembangunan jalur kereta api antara
Manado-Bitung, Sei Mangke-Bandar Tinggi-
Kuala Tanjung, Pasoso-Tanjung Priok, DDT
Elektrifikasi Manggarai-Bekasi-Cikarang,
Lingkar Luar Kereta Api, dan lainnya;
3. Pengembangan bandar udara-bandar udara di
sekitar kawasan industri maupun kawasan
ekonomi khusus dan kawasan strategis
lainnya, antara lain: Bandar Udara Mutiara
Palu, Eltari Kupang, Halu Oleo-Kendari, Sam
Ratulangi-Manado, Bandara Syamsuddin
Noor-Banjarmasin, dan bandara lainnya.

4.1.1.5 MENGEMBANGKAN SARANA DAN PRASARANA


TRANSPORTASI YANG RAMAH LINGKUNGAN
DAN MEMPERTIMBANGKAN DAYA DUKUNG
LINGKUNGAN MELALUI MITIGASI DAN
ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM MAUPUN
PENINGKATAN KESELAMATAN DAN KUALITAS
KONDISI LINGKUNGAN
Kemampuan melakukan mitigasi serta adaptasi
terhadap perubahan iklim merupakan salah satu
kebutuhan untuk meningkatkan efisiensi serta
keandalan sistem transportasi. Perencanaan
disertai pelaksanaan mitigasi dan adaptasi di
sektor transportasi kedepan didasarkan pada
pengelolaan potensi dan sumberdaya alam,
peningkatan kapasitas individu serta organisasi
yang tepat, serta didukung dengan pembangunan
infrastruktur transportasi yang ramah lingkungan
dan tahan terhadap dampak perubahan iklim dan
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 10 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

cuaca ekstrim agar tercipta sistem transportasi


yang andal dan berkelanjutan. Strategi sektor
transportasi yang andal dan berkelanjutan
mendukung konektivitas nasional adalah sebagai
berikut:
1. Penyediaan sarana transportasi yang ramah
lingkungan;
2. Pembangunan prasarana transportasi yang
tahan terhadap dampak perubahan
iklim/cuaca ekstrim;
3. Penyediaan bahan bakar yang berbasis energi
baru terbarukan;
4. Peningkatan kapasitas SDM transportasi yang
responsif terhadap perubahan iklim/cuaca
ekstrim;
5. Peningkatan peralatan transportasi yang
responsive terhadap perubahan iklim/cuaca
ekstrim.

4.1.1.6 MENINGKATKAN KESELAMATAN DAN


KEAMANAN DALAM PENYELENGARAAN
PELAYANAN TRANSPORTASI SERTA
PERTOLONGAN DAN PENYELAMATAN KORBAN
KECELAKAAN TRANSPORTASI
Upaya untuk meningkatkan keselamatan dan
keamanan dalam penyelengaraan pelayanan
transportasi ditujukan untuk meningkatkan rasa
aman dan nyaman pengguna transportasi serta
menurunkan jumlah dan tingkat kecelakaan
transportasi yang meliputi transportasi jalan,
kereta api, pelayaran, dan penerbangan dalam
menuju target zero accident. Di sisi lain,
perubahan mental dalam berdisiplin berlalu-
lintas, ketaatan terhadap peraturan, serta
penguatan terhadap kemampuan kelembagaan
untuk pendidikan dan pencegahan maupun
pertolongan serta penyelamatan korban
kecelakaan transportasi juga diperlukan dalam
rangka untuk meningkatan respon terhadap
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 11 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

terjadinya kecelakaan transportasi dan upaya


pertolongan dan penyelematan jiwa manusia.
Khusus untuk transportasi jalan, dalam rangka
penanganan keselamatan jalan secara
komprehensif pada tahun 2011 telah disusun
suatu perencanaan jangka panjang yang
melibatkan seluruh pemangku kepentingan yang
ada dan bersifat lintas sektoral, yaitu berupa
Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK)
Jalan 2011-2035 dan diperkuat melalui Inpres No
4 Tahun 2013 Program Dekade Aksi Keselamatan
Tahun 2011-2020. Strategi yang dijalankan untuk
menjalankan kebijakan di atas antara lain
melalui:
1. Pemenuhan fasilitas perlengkapan jalan,
implementasi Rute Aman Selamat Sekolah
(RASS), Perbaikan Lokasi Rawan
Kecelakaan/Daerah Rawan Kecelakaan,
sarana bantu navigasi pelayaran maupun
perlengkapan navigasi pelayaran dan
penerbangan sesuai standar pelayanan
minimal dan standar keselamatan
transportasi internasional;
2. Meningkatkan kelaikan kendaraan bermotor
melalui uji tipe dan uji berkala;
3. Pendidikan dan peningkatan kesadaran
penyelenggaraan transportasi yang
berkeselamatan sejak usia dini;
4. Meningkatkan koordinasi pelaksanaan
Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan
(RUNK) serta Program Dekade Aksi
Keselamatan Jalan baik di tingkat nasional
maupun daerah;
5. Peningkatan kualitas dan kuantitas
kemampuan SDM dan perlengkapan Search
and Rescue (SAR).

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 12 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.1.1.7 MENINGKATKAN KAPASITAS DAN KUALITAS


LEMBAGA PENGEMBANGAN SUMBER DAYA
MANUSIA
Dalam rangka meningkatkan kuantitas, kualitas,
dan layanan transportasi untuk memenuhi
mobilitas ekonomi yang menuntut pelayanan
cepat, efisien, dan andal. Maka, diperlukan
manajemen SDM yang memiliki kompetensi tinggi,
meliputi SDM regulator, operator, dan SDM
industri yang saat ini masih terbatas. Beberapa
strategi yang dilakukan antara lain:
1. Penyempurnaan kelembagaan dan penyiapan
regulasi dalam rangka pengembaangan SDM
transportasi yang mengantisipasi
perkembangan budaya, IPTEK, dan kesiapan
produktivitas daya saing secara nasional
maupun terkait dengan standar internasional;
2. Peningkatan peran pemerintah dalam rangka
pengembangan SDM Transportasi bagi
Lembaga pendidikan Swasta;
3. Pembangunan dan peningkatan Sarana dan
Prasarana Diklat;
4. Pengembangan kualitas dan kuantitas tenaga
pengajar serta pengembangan metode
pembelajaran.

4.1.2 ISU STRATEGIS 2: MEMBANGUN TRANSPORTASI UMUM


MASSAL PERKOTAAN
Pembangunan perkotaan Indonesia kedepan diarahkan pada
peningkatan peran perkotaan sebagai basis pembangunan
dan kehidupan yang layak huni, berkeadilan, mandiri,
berdaya saing, dan berkelanjutan, sesuai dengan karakter
potensi dan budaya lokal. Arah kebijakan pembangunan
perkotaan pada berfokus pada pengembangan kota sebagai
suatu kesatuan kawasan/wilayah, yaitu kota sebagai
pendorong pertumbuhan nasional dan regional serta kota
sebagai tempat tinggal yang berorientasi pada kebutuhan
penduduk kota. Walaupun demikian, pembangunan
perkotaan ke depan akan lebih difokuskan pada
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 13 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

pelaksanaan pengendalian pembangunan kota-kota besar


dan metropolitan serta percepatan pembangunan kota-kota
menengah dan kecil.
Oleh karena itu, dalam rangka mengembangkan
transportasi umum massal perkotaan, pembangunan sistem
angkutan umum modern yang saling terintegrasi seperti
BRT dan MRT diharapkan dapat meningkatkan peran
angkutan umum dalam melayani kebutuhan perjalanan
penduduk perkotaan serta menciptakan transportasi
perkotaan yang praktis, efisien, ramah lingkungan, dan
berkeadaban. Arah kebijakan dan strategi yang disusun
lima tahun kedepan adalah :
1. Mengembangkan sistem angkutan umum massal yang
modern dan maju dengan orientasi kepada bus maupun
rel serta dilengkapi dengan fasilitas alih moda terpadu;
2. Mengembangkan manajemen transportasi perkotaan
yang berimbang dengan memperhatikan interaksi
antara transportasi dan tata guna lahan;
3. Meningkatkan integrasi kelembagaan transportasi
perkotaan.

4.1.2.1 MENGEMBANGKAN SISTEM ANGKUTAN UMUM


MASSAL YANG MODERN DAN MAJU DENGAN
ORIENTASI KEPADA BUS MAUPUN REL SERTA
DILENGKAPI DENGAN FASILITAS ALIH MODA
TERPADU
Seluruh sistem transportasi massal memerlukan
interchange (tempat berganti kendaraan) dengan
elemen-elemen sistem transportasi umum lain,
dan integrasi dengan moda-moda sistem
transportasi lain seperti mengendarai mobil,
berjalan kaki dan bersepeda. Untuk
mengembangkan sistem angkutan umum massal
yang modern dan maju dengan orientasi kepada
bus maupun rel serta dilengkapi dengan fasilitas
alih moda terpadu, beberapa strategi yang
dilakukan mencakup:

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 14 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

1. Pembangunan angkutan massal cepat


berbasis rel antara lain MRT di wilayah
Jabodetabek, dan jalur lingkar layang KA
Jabodetabek, serta LRT/monorail/Tram di
Surabaya, Bandung, dan Palembang;
2. Pengembangan kereta perkotaan di 10 kota
metropolitan: Batam, Medan, Palembang,
Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta,
Surabaya, Denpasar, dan Makassar;
3. Pengembangan BRT di 34 kota besar beserta
fasilitas pendukungnya antara lain Medan,
Pekanbaru, Batam, Padang, Palembang,
Bandung, Jakarta, Bogor, Semarang,
Yogyakarta, Solo, Pontianak, Samarinda,
Balikpapan, Makassar, Gorontalo, dan
Ambon;
4. Penyediaan dana subsidi/PSO yang terarah
untuk penyelenggaraan angkutan umum
massal perkotaan.

4.1.2.2 MENGEMBANGKAN MANAJEMEN


TRANSPORTASI PERKOTAAN YANG
BERIMBANG DENGAN MEMPERHATIKAN
INTERAKSI ANTARA TRANSPORTASI DAN
TATA GUNA LAHAN
Terdapat kecenderungan bahwa berkembangnya
suatu kota bersamaan pula dengan
berkembangnya masalah transportasi yang
terjadi, sehingga masalah ini akan selalu
membayangi perkembangan suatu wilayah
perkotaan. Beberapa strategi yang dilakukan
untuk mengembangkan manajemen transportasi
perkotaan yang berimbang dengan
memperhatikan interaksi antara transportasi dan
tata guna lahan, antara lain:
1. Peningkatan akses terhadap angkutan umum
dengan Pembangunan Berorientasi Angkutan
Transit Oriented Demand/TOD dan
pengembangan fasilitas Non Motorized;
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 15 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

2. Penyediaan fasilitas pendukung untuk alih


moda seperti Park and Ride;
3. Penerapan sistem informasi lalu lintas secara
real time, penerapan sistem APILL
terkoordinasi (ATCS) dan Virtual Mobility;
4. Penguatan mekanisme implementasi sistem
transportasi perkotaan dan penurunan
kemacetan transportasi perkotaan melalui
Manajemen Permintaan Transportasi dengan
pendekatan Push and Pull.

4.1.2.3 MENINGKATKAN INTEGRASI KELEMBAGAAN


TRANSPORTASI PERKOTAAN
Kelembagaan yang lemah merupakan suatu
sumber permasalahan yang menjadi sorotan
dalam sistem transportasi perkotaan di Indonesia
(World Bank, 2006). Kelembagaan dalam sektor
transportasi kurang berfungsi dengan baik karena
kurang terorganisir, akibat tumpang tindih,
pertentangan kepentingan, serta penegakan
hukum yang lemah.
Namun, di beberapa kota di Indonesia,
pemerintah daerah sebagai regulator secara efektif
mulai meningkatkan efektifitas kewenangannya
melalui sistem organisasi efektif yang mampu
melakukan pengendalian sistem transportasi
perkotaannya. Untuk itu, pemerintah pusat
memiliki tanggung jawab untuk mensinergikan
dan mengintegrasikan kelembagaan transportasi
perkotaan melalui strategi percepatan
pembentukan kelembagaan pengelolaan
transportasi perkotaan yang memiliki kewenangan
kuat dalam mengintegrasikan dan mengawal dari
konsep, strategi, kebijakan, perencanaan,
program, implementasi, manajemen, dan
pembiayaan sistem transportasi perkotaan di
kota-kota megapolitan lainnya.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 16 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.1.2.4 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI RPJMN


2015-2019
Dalam rangka mencapai agenda pembangunan
nasional ―Meningkatkan produktivitas rakyat dan
daya saing di pasar Internasional‖ yang
dijabarkan dalam sasaran sub agenda
―Membangun Konektivitas Nasional untuk
Mencapai Keseimbangan Pembangunan‖
ditetapkan arah kebijakan dan strategi
pembangunan nasional sebagaimana tercantum
dalam dokumen RPJMN Tahun 2015-2019.
Tabel 4.1
Arah Kebijakan dan Strategi RPJMN 2015-2019 Sub Sektor
Transportasi Udara

NO ARAH KEBIJAKAN STRATEGI

Isu Strategis : Membangun Konektivitas Nasional Untuk


Mencapai Keseimbangan Pembangunan
1.
Mempercepat Pembangunan akses kereta api
pembangunan Sistem menuju ke bandara
Transportasi Multimoda internasional, diantaranya pada
Bandara Soekarno-Hatta,
Minangkabau, Kualanamu,
Hang Nadim, Juanda, Kertajati,
Kulon Progo, Syamsudin Noor.
2. Mempercepat a. Pembangunan sarana dan
pembangunan prasarana serta industri
transportasi yang transportasi, diantaranya:
mendorong penguatan Peningkatan kapasitas
industri nasional untuk Bandara Soekarno-Hatta
mendukung Sistem untuk melayani 87 juta
Logistik Nasional dan penumpang per-tahun.
penguatan konektivitas b. Penyediaan armada
nasional dalam kerangka transportasi nasional
mendukung kerjasama melalui pemberdayaan
regional dan global. industri transportasi dalam
negeri yang meliputi
pengembangan pesawat
udara (N-219).

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 17 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

c. Meningkatnya jumlah
penumpang yang diangkut
maskapai penerbangan
nasional menjadi 162
juta/penumpang/tahun
dengan membangun 15
bandara baru di Kertajati,
Letung, Tambelan, Tebelian,
Muara Teweh, Samarinda
Baru,Maratua, Buntu
Kunik, Morowali, Miangas,
Siau, Namniwel, Kabir
Patar, Werur, Koroway
Batu, dan pengembangan
dan rehabilitasi yang lama
tersebar di Pulau Sumatera,
Jawa, Bali, Kalimantan,
Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua.
d. Pengembangan 9 bandara
untuk pelayanan kargo
udara di Kualanamu,
Soekarno - Hatta, Juanda,
Syamsuddin Noor,
Sepinggan, Hassanuddin,
Samratulanggi, Frans
Kaisepo, Sentani.
3. Menjaga keseimbangan a. Membuka rute baru,
antara transportasi yang meningkatkan frekuensi
berorientasi nasional pelayanan, optimalisasi,
dengan transportasi yang dan integrasi
berorientasi lokal dan penyelenggaran subsidi
kewilayahan. angkutan perintis.
b. Mempercepat pembangunan
infrastruktur transportasi di
wilayahwilayah perbatasan
dan wilayah-wilayah
terluar.
c. Meningkatkan kapasitas
dan kualitas pelayanan
bandara melalui
pembangunan dan

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 18 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

pengembangan bandara
terutama yang berada pada
pusat kegiatan nasional
(ibukota propinsi), pusat
kegaitan wilayah dan
wilayah yang mempunyai
potensi ekonomi dan
pariwisata.
d. Meningkatkan kapasitas
bandara di wilayah
terpencil, pedalaman dan
rawan bencana dengan
melakukan perpanjangan
landasan serta
pembangunan terminal
penumpang.
e. Pengadaan pesawat dan
kapal perintis.
4. Membangun sistem dan Pengembangan bandara-
jaringan transportasi bandara di sekitar kawasan
yang terintegrasi untuk industry maupun kawasan
mendukung investasi ekonomi khusus dan kawasan
pada Koridor Ekonomi, strategis lainnya, antara lain:
Kawasan Industri Bandara Mutiara Palu, Eltari
Khusus, Kompleks Kupang, Halu Oleo Kendari,
Industri, dan pusat-pusat Sam Ratulangi Manado Bandara
pertumbuhan lainnya di Syamsuddin Noor-Banjarmasin,
wilayah non-koridor dan bandara lainnya.
ekonomi.
5. Mengembangkan sarana a. Penyediaan sarana
dan prasarana transportasi yang ramah
transportasi yang ramah lingkungan.
lingkungan dan b. Pembangunan prasarana
mempertimbangkan daya transportasi yang tahan
dukung lingkungan terhadap dampak
dalam rangka mitigasi perubahan iklim/cuaca
dan adaptasi perubahan ekstrim.
iklim maupun c. Penyediaan bahan bakar
peningkatan keselamatan yang berbasis energi baru
dan kualitas kondisi terbarukan.
lingkungan. d. Peningkatan kapasitas SDM
transportasi yang responsif

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 19 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

terhadap perubahan
iklim/cuaca ekstrim.
6. Meningkatkan Pemenuhan fasilitas
keselamatan dan keselamatan dan keamanan
keamanan dalam berupa perlengkapan
penyelenggaraan keselamatan transportasi jalan
pelayanan transportasi dan perkeretaapian maupun
serta pertolongan dan perlengkapan navigasi pelayaran
penyelamatan korban dan penerbangan sesuai
kecelakaan transportasi standart pelayanan minimal dan
standart keselamatan
transportasi internasional.

Sumber : Buku II Dodokumen RPJMN Tahun 2015-2019 hal 9-54 s/d 9-64

Catatan:
Untuk mempercepat pembangunan transportasi
yang mendorong penguatan industri nasional
untuk mendukung Sistem Logistik Nasional dan
penguatan konektivitas nasional dalam kerangka
mendukung kerjasama regional dan global, maka
berdasarkan persetujuan ASEAN Multilateral
Agreement of the Full Liberalisation of Air Freight
Services yang telah diratifikasi Indonesia dengan
Perpres No. 74 tahun 2015 tanggal 19 Juni 2015,
terdapat 11 Bandar Udara Internasional yang di
buka bagi Perusahaan angkutan Udara khusus
kargo ASEAN tanpa batasan frekuensi dan
kapasitas, antara lain Bandar udara Kualanamu,
Soekarno-Hatta, Juanda, I Gusti Ngurah Rai,
supadio, Hang Nadim, Sultan Mahmud
Badaruddin, Sepinggan, Hasanuddin,
Samratulanggi, Frans Kaisepo.

4.2. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN


Dalam rangka mewujudkan Pelayanan Transportasi yang Handal,
Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah Dalam Rangka
Mewujudkan Konektivitas Nasional dan Peningkatan Angkutan
Perkotaan dilakukan melalui arah kebijakan:

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 20 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

1. Sasaran Terwujudnya Pelayanan Transportasi yang Handal,


Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah Dalam Rangka
Mewujudkan Konektivitas Nasional dan Peningkatan Angkutan
Perkotaan, dengan arah kebijakan Mewujudkan Pelayanan
Transportasi yang Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai
Tambah Dalam Rangka Mewujudkan Konektivitas Nasional dan
Peningkatan Angkutan Perkotaan, melalui strategi antara lain :
a. peningkatan konektivitas antar wilayah.
b. pembangunan jaringan pelayanan yang terintegrasi
antarmoda.
c. penyiapan konsep dan implementasi angkutan laut dari barat
ke timur Indonesia.

2. Sasaran meningkatnya Keselamatan dan Keamanan Transportasi,


dengan arah kebijakan Meningkatkan Keselamatan dan Keamanan
Transportasi, melalui strategi antara lain:
a. penguatan kelembagaan dalam peningkatan keselamatan
transportasi.
b. peningkatan peran serta masyarakat dan badan usaha di
bidang keselamatan transportasi.
c. pendidikan dan peningkatan kesadaran penyelenggaraan
transportasi yang berkeselamatan sejak usia dini.
d. peningkatan/pembaharuan regulasi terkini sesuai dengan
standar keselamatan.
e. peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana
keselamatan transportasi sesuai dengan perkembangan
teknologi.
f. pemenuhan standar keselamatan transportasi berupa
perlengkapan keselamatan transportasi jalan dan
perkeretaapian maupun perlengkapan navigasi pelayaran dan
penerbangan.
g. peningkatan efektivitas pengendalian, pengaturan dan
pengawasan terhadap pemenuhan standar keselamatan
transportasi.
h. peningkatan keandalan/kelaikan sarana dan prasarana
transportasi melalui program pengujian dan sertifikasi sarana,
prasarana termasuk fasilitas pendukung lainnya.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 21 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

i. peningkatan koordinasi pelaksanaan Rencana Umum Nasional


Keselamatan Jalan (RUNK) serta Program Dekade Aksi
Keselamatan Jalan baik di tingkat nasional maupun daerah.
j. koordinasi peningkatan keselamatan di perlintasan sebidang
antara jalur kereta api dengan jalan.
k. peningkatan efektivitas pengawasan terhadap pemenuhan
standar keamanan transportasi.
l. pemenuhan standar keamanan transportasi berupa
perlengkapan keamanan transportasi.
m. pencegahan terhadap penyusupan barang-barang yang
mengancam keamanan penumpang.
n. peningkatan koordinasi dalam rangka mencegah terjadinya
tindakan melawan hukum di sektor transportasi (pencurian,
vandalisme, perompakan, pembajakan, teroris, dll).

3. Sasaran Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana


transportasi, dengan arah kebijakan Meningkatkan kinerja
pelayanan sarana dan prasarana transportasi, melalui strategi
antara lain:
a. peningkatan kehandalan sarana dan prasarana transportasi
serta penataan jaringan/rute.
b. penyusunan pedoman standar pelayanan sarana dan
prasarana transportasi.
c. implementasi standar pelayanan publik pada sarana dan
prasarana transportasi, termasuk penyediaan fasilitas bagi
pengguna jasa berkebutuhan khusus dan fasilitas yang
responsif gender.
d. konsistensi penerapan reward dan punishment terhadap
ketepatan pelayanan.
e. penerapan sistem informasi lalu lintas secara real time,
penerapan ATCS dan Virtual Mobility.
f. penerapan sistem tiket elektonik yang terintegrasi.

4. Sasaran Meningkatnya Kapasitas Sarana dan Prasarana


Transportasi, dengan arah kebijakan Meningkatkan Kapasitas
Sarana dan Prasarana Transportasi, melalui strategi antara lain:
a. peningkatan kualitas perencanaan pembangunan sarana dan
prasarana transportasi.
b. pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang
berdasarkan outcomes.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 22 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

c. mendorong pembangunan infrastruktur transportasi melalui


kerjasama Pemerintah dan badan usaha serta melalui
pembiayaan swasta.
d. penyiapan konsep angkutan umum massal perkotaan yang
lebih matang dan komprehensif.
e. pengembangan BRT.
f. pembangunan dan pengembangan angkutan massal
perkotaan berbasis rel.
g. penyediaan dana subsidi/ PSO yang terarah untuk
penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan.

5. Sasaran Meningkatnya Layanan Transportasi di Daerah Rawan


Bencana, Perbatasan, Terluar dan Terpencil, dengan arah
kebijakan Meningkatkan Layanan Transportasi di Daerah Rawan
Bencana, Perbatasan, Terluar dan Terpencil, melalui strategi
antara lain:
a. mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi di
wilayah-wilayah perbatasan dan wilayah-wilayah terluar.
b. meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi di
wilayah terpencil, pedalaman, perbatasan dan rawan bencana.
c. penyediaan sarana angkutan keperintisan.

6. Sasaran terlaksananya Perumusan Kebijakan dalam


Penyelenggaraan Transportasi, dengan arah kebijakan
Melaksanakan Perumusan Kebijakan dalam Penyelenggaraan
Transportasi, melalui strategi antara lain :
a. pemetaan arah/kebutuhan kerangka regulasi untuk
mempercepat pelaksanaan prioritas pembangunan
transportasi.
b. peningkatan koordinasi dengan instansi lainnya terkait
penyelesaian peraturan perundang-undangan.
c. percepatan penyusunan peraturan perundang-undangan
sesuai amanah undang-undang bidang transportasi.
d. percepatan pelaksanaan penyederhanaan dan harmonisasi
regulasi di bidang transportasi.
e. evaluasi peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih
dan yang menghambat percepatan pembangunan transportasi.

7. Sasaran terlaksananya Pengembangan Sumber Daya Manusia


Transportasi, dengan arah kebijakan Melaksankan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Transportasi, melalui strategi antara lain:
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 23 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

a. menyusun Man Power Planning SDM transpotasi.


b. menyusun Training Needs Analysis (TNA) SDM transportasi.
c. mengembangkan kapasitas diklat SDM transportasi.
d. menata regulasi penyelenggaraan diklat SDM transportasi.
e. meningkatkan tata kelola diklat dan kualitas lulusan.
f. meningkatkan penyerapan lulusan diklat transportasi.

8. Sasaran Meningkatnya Kualitas penelitian sesuai dengan


kebutuhan, dengan arah kebijakan Meningkatkan Kualitas
penelitian sesuai dengan kebutuhan, melalui strategi antara lain:
a. peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya peneliti serta
tenaga fungsional pendukung.
b. peningkatan sinergitas antara Badan Litbang Perhubungan
dengan pengguna jasa penelitian dalam rangka meningkatkan
pemanfaatan hasil penelitian.
c. peningkatan kerjasama penelitian antar lembaga riset dan
industri untuk merumuskan kebijakan strategis
penyelenggaraan transportasi.
d. penyempurnaan regulasi dan kelembagaan untuk penguatan
peran Badan Litbang Perhubungan.

9. Sasaran Meningkatnya kualitas Pengawasan atas Pelaksanaan


Tugas di Lingkungan Kemenhub, dengan arah kebijakan
Meningkatkan kualitas Pengawasan atas Pelaksanaan Tugas di
Lingkungan Kemenhub, melalui strategi antara lain :
a. peningkatan kualitas hasil pengawasan.
b. peningkatan kualitas dan kompetensi SDM pengawasan.

10. Sasaran tersedianya SDM Kementerian Perhubungan yang


kompeten dan profesional, dengan arah kebijakan Menyediakan
SDM Kementerian Perhubungan yang kompeten dan profesional,
melalui strategi antara lain :
a. memeberikan pelatihan kompetensi secara rutin dan
berkelanjutan kepada seluruh SDM Kementerian
perhubungan.
b. menerapkan sistem penilaian kinerja yang terukur.
c. melakukan sistem assessment dan lelang terbuka untuk
promosi dan peningkatan karir.
d. memberlakukan sistem punishment and reward dalam menilai
kinerja dan prestasi SDM.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 24 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

11. Sasaran terwujudnya good governance and clean government di


Kemenhub, dengan arah kebijakan Mewujudkan good governance
& clean government di Kemenhub, melalui strategi antara lain:
a. penuntasan agenda reformasi birokrasi melalui penataan
kelembagaan (organisasi, ketatalaksanaan dan sumber daya
manusia).
b. penyempurnaan sistem manajemen dan pelaporan kinerja dan
keuangan Kementerian Perhubungan secara terintegrasi,
terpercaya dan dapat diakses publik.
c. penyediaan layanan informasi transportasi yang dapat diakses
publik secara mudah.
d. penyederhanaan perijinan sektor transportasi.
e. penerapan e-government di lingkungan Kementerian
Perhubungan.
f. penyediaan ruang partisipasi publik dalam menyusun dan
mengawasi penerapan kebijakan.
g. mengoptimalkan peran Inspektorat Jenderal sebagai
consultant dan quality assurance.

4.3. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI DITJEN PERHUBUNGAN UDARA


Dalam rangka mewujudkan pelayanan transportasi udara yang
handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah dalam rangka
mewujudkan konektivitas nasional di bidang perhubungan udara
dilakukan melalui arah kebijakan dan strategi sebagaimana tabel
berikut.
Tabel 4.2
Arah Kebijakan dan Strategi Ditjen Perhubungan Udara
NO SASARAN STRATEGIS ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI
1 Terwujudnya Pelayanan Mewujudkan Pelayanan Transportasi Udara
Transportasi Udara yang yang Handal, Berdaya Saing dan
Handal, Berdaya Saing dan Memberikan Nilai Tambah dalam Rangka
Memberikan Nilai Tambah Mewujudkan Konektivitas Nasional, melalui
dalam Rangka Mewujudkan strategi :
Konektivitas Nasional a. peningkatan konektivitas antar
wilayah;
b. pembangunan jaringan pelayanan
yang terintegrasi antarmoda.
2 Meningkatnya Keselamatan Meningkatkan Keselamatan dan Keamanan
dan Keamanan Transportasi Transportasi Udara, melalui strategi:
Udara a. penguatan kelembagaan dalam
peningkatan keselamatan transportasi

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 25 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

NO SASARAN STRATEGIS ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


udara;
b. peningkatan peran serta masyarakat
dan badan usaha di bidang
keselamatan transportasi udara;
c. pendidikan dan peningkatan
kesadaran penyelenggaraan
transportasi udara yang
berkeselamatan sejak usia dini;
d. peningkatan/pembaharuan regulasi
terkini sesuai dengan standar
keselamatan transportasi udara;
e. peningkatan kualitas dan kuantitas
sarana dan prasarana keselamatan
transportasi udara sesuai dengan
perkembangan teknologi;
f. pemenuhan standar keselamatan
transportasi udara berupa
perlengkapan keselamatan
penerbangan;
g. peningkatan efektivitas pengendalian,
pengaturan dan pengawasan terhadap
pemenuhan standar keselamatan
transportasi udara;
h. peningkatan keandalan/kelaikan
sarana dan prasarana transportasi
udara melalui program pengujian dan
sertifikasi sarana, prasarana termasuk
fasilitas pendukung lainnya;
i. peningkatan efektivitas pengawasan
terhadap pemenuhan standar
keamanan transportasi udara;
j. pemenuhan standar keamanan
transportasi berupa perlengkapan
keamanan transportasi udara;
k. pencegahan terhadap penyusupan
barang-barang yang mengancam
keamanan penumpang transportasi
udara;
l. peningkatan koordinasi dalam rangka
mencegah terjadinya tindakan
melawan hukum di sektor transportasi
udara (pencurian, vandalisme,
perompakan, pembajakan, teroris, dll).
3 Meningkatnya kinerja Meningkatkan kinerja pelayanan sarana
pelayanan sarana dan dan prasarana transportasi udara, melalui

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 26 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

NO SASARAN STRATEGIS ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


prasarana transportasi udara strategi antara lain :
a. peningkatan kehandalan sarana dan
prasarana transportasi udara serta
penataan jaringan/rute;
b. penyusunan pedoman standar
pelayanan sarana dan prasarana
transportasi udara;
c. implementasi standar pelayanan
publik pada sarana dan prasarana
transportasi udara, termasuk
penyediaan fasilitas bagi pengguna
jasa berkebutuhan khusus dan
fasilitas yang responsif gender;
d. konsistensi penerapan reward dan
punishment terhadap ketepatan
pelayanan transportasi udara.
4 Meningkatnya Kapasitas Meningkatkan Kapasitas Sarana dan
Sarana dan Prasarana Prasarana Transportasi Udara, melalui
Transportasi Udara strategi antara lain :
a. peningkatan kualitas perencanaan
pembangunan sarana dan prasarana
transportasi udara;
b. pembangunan sarana dan prasarana
transportasi udara yang berdasarkan
outcomes;
c. mendorong pembangunan
infrastruktur transportasi udara
melalui kerjasama pemerintah dan
badan usaha serta melalui
pembiayaan swasta.
5 Meningkatnya Layanan Meningkatkan Layanan Transportasi Udara
Transportasi Udara di Daerah di Daerah Rawan Bencana, Perbatasan,
Rawan Bencana, Perbatasan, Terluar dan Terpencil, melalui strategi
Terluar dan Terpencil antara lain:
a. mempercepat pembangunan
infrastruktur transportasi udara di
wilayah-wilayah perbatasan dan
wilayah-wilayah terluar;
b. meningkatkan kapasitas sarana dan
prasarana transportasi udara di
wilayah terpencil, pedalaman,
perbatasan dan rawan bencana;
c. penyediaan sarana angkutan
keperintisan.
6 Terlaksananya Perumusan Melaksanakan perumusan kebijakan dalam

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 27 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

NO SASARAN STRATEGIS ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


Kebijakan dalam penyelenggaraan transportasi udara,
Penyelenggaraan Transportasi melalui strategi:
Udara a. pemetaan arah/kebutuhan kerangka
regulasi untuk mempercepat
pelaksanaan prioritas pembangunan
transportasi udara;
b. peningkatan koordinasi dengan
instansi lainnya terkait penyelesaian
peraturan perundang-undangan di
bidang perhubungan udara;
c. penyusunan peraturan perundang-
undangan sesuai amanah UU Nomor 1
Tahun 2009 tentang Penerbangan;
d. percepatan pelaksanaan
penyederhanaan dan harmonisasi
regulasi di bidang transportasi udara;
e. evaluasi peraturan perundang-
undangan yang tumpang tindih dan
yang menghambat percepatan
pembangunan transportasi udara;
f. pelaksanaan kegiatan administrasi
pemerintah pada organisasi
penerbangan sipil internasional
dan/atau lembaga internasional
lainnya;
g. penyusunan materi kerjasama luar
negeri dan ratifikasi konvensi dan
dokumen perjanjian internasional di
bidang perhubungan udara.
7 Tersedianya SDM Ditjen Menyediakan SDM Ditjen Perhubungan
Perhubungan Udara yang Udara yang kompeten dan profesional,
kompeten dan profesional melalui strategi antara lain:
a. menerapkan sistem penilaian kinerja
yang terukur;
b. menyusun perencanaan SDM (Man
Power Planning) transpotasi udara;
c. menyusun Analisa Kebutuhan Diklat
(Training Needs Analysis/TNA) SDM
transportasi udara;
d. pelaksanaan sistem Penghargaan dan
sanksi (Punishment and Reward) dalam
menilai kinerja dan prestasi SDM;
e. penerapan sistem assessment untuk
menduduki jabatan struktural.
8 Terwujudnya good governance Mewujudkan good governance & clean

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 28 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

NO SASARAN STRATEGIS ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI


and clean government di Ditjen government di Ditjen Perhubungan Udara,
Perhubungan Udara melalui strategi antara lain :
a. menyusun dan mengkoordinasikan
perencanaan di bidang perhubungan
udara dan kebijakan penyelenggaraan
pembangunan perhubungan udara
sesuai dengan prinsip-prinsip good
governance;
b. meningkatkan koordinasi dalam
penyusunan rencana, program,
anggaran yang bersifat administratif
manajerial;
c. penuntasan agenda reformasi birokrasi
melalui penataan kelembagaan
(organisasi, ketatalaksanaan dan
sumber daya manusia);
d. penyempurnaan sistem manajemen
dan pelaporan kinerja dan keuangan
Ditjen Perhubungan Udara secara
terintegrasi, terpercaya dan dapat
diakses publik;
e. peningkatan pembinaan fungsi
keuangan dan pengelolaan Barang
Milik Negara;
f. melakukan tata laksana keuangan
negara, inventarisasi barang milik
negara/evaluasi asset, pemanfaatan
barang milik negara yang belum
dimanfaatkan, serta intensifikasi dan
ekstensifikasi PNBP di lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara;
g. penyediaan layanan informasi
transportasi yang dapat diakses publik
secara mudah;
h. penyederhanaan perijinan sektor
transportasi udara;
i. penerapan e-government di lingkungan
Ditjen Perhubungan Udara.
j. membangun dan mempertahankan
reputasi, citra dan komunikasi yang
baik dan bermanfaat dengan
masyarakat;
k. pengelolaan sistem administrasi
perkantoran (SAP).

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 29 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Dengan memperhatikan perubahan lingkungan strategis transportasi


udara yang antara lain ditandai dengan munculnya beberapa
kebijakan baru yang tertuang dalam peraturan-peraturan baru di
bidang perhubungan udara seperti Perpres 3 Tahun 2016 tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, Rancangan Revisi
PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional,
Rancangan Perpres tentang Penggunaan Bersama Bandar Udara,
Pangkalan Udara dan Ruang Udara, dll, maka perlu dilakukan
penyesuaian/penyempurnaan terhadap kebijakan di lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara baik menyangkut angkutan
udara, bandar udara, navigasi penerbangan, kelaikudaraan dan
pengoperasian pesawat udara, dan keamanan penerbangan.

4.3.1 ANGKUTAN UDARA


Angkutan udara merupakan salah satu sub sistem yang
penting dalam penyelenggaraan transportasi udara dalam
rangka mendukung mobilitas penumpang dan barang dari
bandar udara ke bandar udara lainnya. Dalam rangka
mendukung penyelenggaraan angkutan udara yang efisien,
efektif, berdaya saing, mandiri dan terpadu telah ditetapkan
kebijakan angkutan udara.

Kegiatan angkutan udara terdiri atas angkutan udara niaga


dan angkutan udara bukan niaga. Angkutan udara niaga
terdiri atas angkutan udara niaga dalam negeri dan
angkutan udara niaga luar negeri. Juga terdapat angkutan
udara perintis yang wajib diselenggarakan oleh Pemerintah.

4.3.1.1 Perkembangan Angkutan Udara Tahun 2015-


2019
Perkembangan penumpang angkutan udara
Tahun 2015-2019 ditargetkan rata-rata 14,49
persen per tahun untuk penumpang domestik dan
rata-rata 14,24 persen per tahun untuk
penumpang internasional. Sehingga pada tahun
2019, ditargetkan jumlah penumpang angkutan
udara dalam negeri mencapai 143.223.142
penumpang dan jumlah penumpang angkutan

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 30 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

udara luar negeri (Badan usaha angkutan udara


NAS) mencapai 18.776.858 penumpang.

Tabel 4.3
Proyeksi Produksi Angkutan Udara sampai Tahun 2019
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Dalam Negeri 76.628.867 89.385.365 96.890.664 103.334.147 143.223.142
Produksi
Luar Negeri 9.533.906 10.377.246 12.494.442 15.242.669 18.776.858
Penumpang
TOTAL 86.162.773 99.762.611 109.385.106 118.576.815 162.000.000
Dalam Negeri 0,17 16,50 8,40 6,65 38,60
% Pertumbuhan Luar Negeri -7,01 8,85 20,40 22,00 23,19
TOTAL -0,68 15,78 9,65 8,40 36,62

Gambar 4.1
Proyeksi Produksi Angkutan Udara Sampai Tahun 2019

Proyeksi Kapasitas (seat capacity) Angkutan Udara


2015-2019 pertumbuhan angkutan udara selama
kurun waktu 2015-2019 ditargetkan rata-rata 7
persen per tahun untuk penumpang domestik dan
rata-rata 5 persen per tahun untuk penumpang
internasional. Sehingga pada tahun 2019,
ditargetkan kapasitas (seat capacity) angkutan
udara dalam negeri mencapai 165.533.500
penumpang dan kapasitas (seat capacity)
angkutan udara luar negeri mencapai 21.125.768
penumpang.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 31 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Tabel 4.4
Proyeksi Kapasitas (seat capacity) Angkutan Udara sampai Tahun 2019
Dalam Negeri 126.249.760 137.495.332 145.632.240 155.842.240 165.533.500
seat capacity Luar Negeri 18.324.592 17.042.896 19.464.030 20.556.049 21.125.768
TOTAL 144.574.352 154.538.228 165.096.270 176.398.289 186.659.268
Dalam Negeri 7,03 8,91 5,91 7,01 6,21
% Pertumbuhan Luar Negeri 9,85 -6,99 14,20 5,61 2,77
TOTAL 7,38 6,89 6,83 6,84 5,82

Gambar 4.2
Proyeksi Kapasitas (Seat Capacity) Angkutan Udara Sampai Tahun 2019

Pertumbuhan kargo dalam kurun waktu tahun


2015-2019 ditargetkan rata-rata 2,02 persen per
tahun untuk kargo domestik dan rata-rata
12,89 persen pertahun untuk kargo
internasional, sehingga pada tahun 2019,
jumlah kargo domestik yang diangkut
ditargetkan sebesar 642.558 ton dan kargo
internasional ditargetkan sebanyak 196.278 ton.

Tabel 4.5
Proyeksi Kargo Angkutan Udara (ton) sampai Tahun 2019
Tahun 2015 2016 2017 2018 2019
Dalam Negeri 564.048 604.341 587.017 631.073 642.558
Kargo Luar Negeri 87.067 111.595 142.177 168.723 196.278
TOTAL 651.115 715.936 729.194 779.796 838.836
Dalam Negeri -3,51 7,14 -2,87 7,51 1,82
% Pertumbuhan Luar Negeri -26,15 28,17 27,40 18,67 16,33
TOTAL -7,31 9,96 1,85 9,68 4,88

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 32 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Gambar 4.3
Proyeksi Kargo Angkutan Udara (ton) Sampai Tahun 2019

4.3.1.2 Perkembangan Kerjasama Angkutan Udara


Regional Post 2015
ASEAN sebagai fokus kerjasama angkutan udara
internasional Indonesia, telah menyusun visi,
tujuan, strategic trust, spesific goals dan aksi-aksi
di bidang penerbangan untuk periode tahun 2016-
2025.

Visi angkutan udara ASEAN 2016 - 2025 adalah:


“Towards greater connectivity, efficiency,
integration, safety and sustainability of
ASEAN transport to strengthen ASEAN’s
competitiveness and foster regional inclusive
growth and development”
Goal :
Strengthen the ASEAN Single Aviation Market for a
more competitive and resilient ASEAN.
Strategic trust :
• Enhancing safety standards and air traffic
management, and fostering greater connectivity
including concluding aviation agreements with
Dialogue Partners.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 33 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Tabel 4.6
Specifik Goals, Actions dan Milestone ASEAN
Air Transport
Specific Goals Actions Milestones

1. Work towards a 1.1 Review the MAAS, 1.1.1 Complete the


more efficient and MAFLAFS, review
competitive air MAFLPAS, and 1.1.2 Establish the
transport market their respective mechanism, where
and strengthen protocols and necessary, to
engagement with implementation as implement the
Dialogue Partners, well as discuss agreed
thereby further recommendations
contributing to the liberalization of of the review
economic growth, key economic 1.1.3 Implement the
competitiveness elements, where approved
and shared necessary, under recommendations
prosperity of the ASEAN Single
ASEAN, while Aviation Market
maintaining (ASAM)
ASEAN Centrality Implementation
Framework
1.2 Pursue further 1.2.1 Conclude the
liberalisation of air packages of
transport ancillary commitments
services covering all 13
subsectors to be
phased-in
1.3 Continue to engage 1.3.1 Conclude and
Dialogue Partners expand exchange
and other partners of 5th freedom
to conclude more traffic rights with
liberal and China through
mutually beneficial conclusion of
air transport protocols
agreements, 1.3.2 Conclude a
including 3rd, 4th Comprehensive Air
and 5th freedom Transport
traffic rights Agreement with
the EU
1.3.3 Conclude Air
Transport
Agreement with
India
1.3.4 Conclude Air
Transport

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 34 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Air Transport
Specific Goals Actions Milestones

Agreement with
Japan
1.3.5 Conclude Air
Transport
Agreement with
ROK
1.3.6 Consider concluding
Air Transport
Agreements with
Hongkong
1.3.7 Conclude Air
Transport
Agreement with
USA
1.3.8 Consider
concluding Air
Transport
Agreements with
other partners
2. Advance safe 2.1 Continue with 2.1.1 Continue with
skies in ASEAN initiatives to implementation of
improve regulatory ASEAN Aviation
capability and Regulatory
safety standards Monitoring System
2.1.2 Establish a
framework to
share (foreign
operators) ramp
inspection
information among
ASEAN Member
States (i.e., ASEAN
Foreign Operator
Safety
Assessment)
2.1.3 Implement ASEAN
Foreign Operator
Safety
Assessment
initiative
2.2 Establish a 2.2.1 Conclude a
mechanism to framework
facilitate mutual agreement to

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 35 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Air Transport
Specific Goals Actions Milestones

recognition of support future


approvals, mutual recognition
certificates and of approvals,
licenses certificates and
licenses
2.2.2. Establish
procedures to
achieve mutual
recognition for air
operator
certification,
aircraft
airworthiness
(approved
maintenance
organisation
certification), and
flight
crew/engineer
licensing
2.2.3 Identify other
areas such as
approved training
organisation and
establish
procedures to
achieve mutual
recognition
3. Enhance Aviation 3.1 Promote capacity 3.1.1 Conduct the Point
Security in ASEAN building and align of Contact (POC)
in accordance to aviation security network exercise
ICAO Standards measures with on yearly basis
and ICAO Standards 3.1.2 Leverage existing
Recommended and Recommended capacity building
Practices (SARPs) Practices mechanisms such
as those offered
by the ICAO Asia
and Pacific
Regional Office, as
well as other
mechanisms to
promote capacity
building with a
view towards

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 36 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Air Transport
Specific Goals Actions Milestones

increasing
compliance with
ICAO SARPs
3.1.3 Develop practical,
harmonised and
cost effective
measures in key
areas of aviation
security such as in
screening
technologies and
processes for
liquids, aerosols
and gels,
passenger pre-
board screening
and air cargo and
supply chain
security
3.1.4 Share information
on latest trends on
aviation security
3.1.5 Conduct ASEAN
Joint Assessment
on Aviation
Security to work
towards
compliance with
ICAO SARPs
4. Enhance air traffic 4.1 Continue to 4.1.1 Support ICAO’s
management support ICAO’s efforts and
efficiency and efforts and implementation
capacity through implementation plan for air traffic
a seamless plan for air traffic management in
ASEAN sky management in the the Asia Pacific
Asia Pacific Region Region
4.2 Develop and 4.2.1 Adopt the ASEAN
implement the Air Traffic
ASEAN Air Traffic Management
Management Master Plan
Master Plan in 4.2.2 Implement the
accordance with ASEAN Air Traffic
ICAO’s Asia Pacific Management

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 37 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Air Transport
Specific Goals Actions Milestones

Seamless ATM Master Plan


Plan and the 4.2.3 Develop and
Global Air implement
Navigation Plan’s performance
ASBU Framework. measurement
framework
4.3 Exchange 4.3.1 Establish
information on database and
ASEAN air information
navigation sharing system of
infrastructure and ASEAN air
services navigation
infrastructure and
services
4.4 Strengthen the 4.4.1 Establish
region’s modelling capability to
and simulation provide annual
capability to ASEAN air traffic
analyse air traffic baseline to
flows in support of support air traffic
the ASEAN ATM flow analysis
Masterplan
5. Strengthen 5.1 Improve capacity 5.1.1 Develop the
ASEAN SAR and capability on ASEAN SAR
cooperation to SAR Standard
ensure effective Operating
and coordinated Procedures
aeronautical and 5.1.2 Familiarise
maritime SAR ASEAN Member
operations in the States with
region ASEAN SAR
Standard
Operating
Procedures
5.1.3 Improve skill and
knowledge of SAR
Personnel

SUSTAINABLE TRANSPORT

Specific Goals Actions Milestones

Intensify regional Initiateand support to Conduct information


cooperation in the the development and sharing of eco-airports in
development of implementation of fuel ASEAN region
sustainable economy policies and

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 38 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Air Transport
Specific Goals Actions Milestones

transport-related standart as well as


policies and policies towards
strategies cleaner fuels and
vehicles and vessels
Implement the
improvement projects for
capacity building on Eco-
airports

Di kerjasama BIMP-EAGA, post 2014, telah


ditandatangani Protocol to Amend the MoU on Air
linkages namun saat ini kerjasama dilakukan
untuk mendorong airlines dalam mengeksplore co-
terminalisasi dengan stop over right serta code
sharing arrangement, serta mengintensifkan
koordinasi antara sektor transport dan pariwisata
untuk kelangsungan penerbangan.
Kerjasama yang akan dilakukan adalah
pembahasan terkait ASEAN Framework on Air
Service 9, 10; Protocol 3 ASEAN China (AC-ATA)
dan ASEAN EU.

4.3.1.3 Kebijakan Angkutan Udara Dalam Negeri


Kebijakan Angkutan Dalam Negeri meliputi:
1. Memprioritaskan keselamatan dan keamanan
penerbangan;
2. Struktur rute penerbangan dalam negeri
dapat menghubungkan dan menjangkau
seluruh wilayah Republik Indonesia, yang
terdiri dari rute utama, rute pengumpan dan
rute perintis;
3. Memperhatikan aspek pemerataan pelayanan
diseluruh wilayah, dengan menerapkan
prinsip subsidi silang (keseimbangan rute)
yaitu perusahaan penerbangan selain
menerbangi rute sangat padat dan padat juga
menerbangi rute kurang padat dan tidak
padat;
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 39 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4. Menerapkan multi airlines system yaitu satu


rute penerbangan dilayani lebih dari satu
perusahaan untuk menciptakan iklim usaha
yang berkompetisi secara sehat dan kondusif;
5. Memperhatikan keterpaduan antar rute
penerbangan dalam negeri atau rute
penerbangan dalam negeri dengan rute
penerbangan luar negeri;
6. Mendukung iklim usaha dan kegiatan
kemasyarakatan yang kondusif dengan
menyediakan angkutan udara niaga tidak
berjadwal dan bukan niaga yang berfungsi
sebagai pelengkap untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat pengguna jasa
angkutan udara yang tidak dapat dilayani
oleh angkutan udara niaga berjadwal;
7. Meningkatkan iklim investasi di bidang
penyelenggaraan angkutan udara dan usaha
penunjang penerbangan dengan mendorong
peran swasta dan pemodal asing;
8. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas
pengusahaan perusahaan penerbangan dan
perusahaan penunjang penerbangan;
9. Mengarahkan tarif angkutan udara pada
mekanisme pasar;
10. Mendorong kerjasama taktis dan strategis
antar perusahaan angkutan udara nasional
dalam menghadapi liberalisasi;
11. Mendorong pembentukan sistem jaringan
penerbangan ― Hub and Spoke‖;
12. Mendorong kepada BUAU dan Perusahaan
Angkutan Udara Asing untuk menerbangi
bandar udara-bandar udara baru.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 40 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.3.1.4 Kebijakan Angkutan Udara Luar Negeri


1. Dalam kerjasama ASEAN, kebijakan
hubungan udara luar negeri Indonesia di
tingkat ASEAN akan mempertimbangkan
strategic transport plan ASEAN 2016-2025
(pada BAB III) dengan pendekatan sebagai
berikut:
a. tetap mempertahankan prinsip cabotage;
b. melakukan ratifikasi perjanjian angkutan
udara ASEAN secara bertahap;
c. perjanjian multilateral dibuat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan mempertimbangkan
kepentingan nasional berdasarkan prinsip
keadilan (fairness) dan timbal balik
(reciprocity).
d. apabila indonesia melakukan perjanjian
plurilateral mengenai angkutan udara
dengan suatu organisasi komunitas
negara lain, pelaksanaan perjanjian
dilakukan berdasarkan ketentuan yang
disepakati dalam perjanjian tersebut;
e. pertukaran hak angkut dan pembukaan
point di tingkat Sub regional (IMT-GT dan
BIMP-EAGA) dapat dilakukan lebih liberal
dibandingkan ASEAN guna mendorong
pertumbuhan sub kawasan.
2. Dalam Kerjasama Sub-Regional dan
Multilateral lainnya, kebijakan yang dilakukan
adalah:
a. prioritas kebijakan hubungan udara yang
lebih terbuka diberikan kepada kerjasama
sub regional (IMT-GT, BIMP-EAGA)
dengan tujuan untuk mengembangkan
wilayah yang belum berkembang;
b. perjanjian angkutan udara multilateral
lainnya dilakukan dengan
mempertimbangkan daya saing
perusahaan penerbangan nasional;
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 41 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

3. Dalam melakukan perundingan bilateralnya,


aspek yang dipertimbangkan adalah:
a. kepentingan nasional
(poleksosbudhankam);
b. permintaan/ketersediaan jasa angkutan
udara
c. potensi negara mitra ;
d. jaringan dan rute penerbangan dalam
negeri;
e. potensi daerah (khususnya daerah
wisata);
f. keterpaduan intra dan antar moda.
4. Prinsip perjanjian hubungan udara yang
digunakan Indonesia:
a. Reciprocal basis;
b. Equal opportunity.
5. Prinsip lain:
a. hak angkut (freedom of the air) untuk
angkutan penumpang dan khusus kargo,
sampai dengan hak angkut ke kelima
dengan prinsip bahwa pertukaran hak
angkut didasarkan pada nilai traffic suatu
rute;
b. penunjukan perusahaan lebih dari satu
(multi designation);
c. pemilihan jenis kapasitas angkut
(frekuensi, seat capacity atau coefisien
formula) didasarkan pada pertimbangan
nilai ekonomi;
d. tarif diarahkan untuk lebih liberal dengan
mengacu pada prinsip double dis-approval
namun wajib filling sebagai informasi;
e. co-terminalisasi secara terbatas
diperbolehkan sepanjang Indonesia juga
mendapat hak yang sama dengan nilai
traffic yang sama;
f. mendorong adanya kerjasama antar
perusahaan penerbangan nasional,
maupun dengan negara mitra dan negara
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 42 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

ketiga untuk menghadapi persaingan


global;
g. mengizinkan penerbangan charter
langsung ke daerah tujuan wisata.

4.3.1.5 Kebijakan Keperintisan


Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 79 Tahun 2017 tentang Kriteria dan
Penyelenggaraan Kegiatan Angkutan Udara
Perintis dan Subsidi Angkutan Kargo bahwa
Angkutan Udara Perintis adalah kegiatan
angkutan udara niaga dalam negeri yang melayani
jaringan dan rute penerbangan untuk
menghubungkan daerah terpencil dan tertinggal
atau daerah yang belum terlayani oleh moda
transportasi lain dan secara komersial belum
menguntungkan.
Rute dapat dikatakan sebagai rute perintis apabila
memenuhi kriteria :
1. Menghubungkan daerah terpencil, dimana
daerah tersebut tidak ada moda transportasi
lain, dan/atau kapasitas kurang memadai;
2. Mendorong pertumbuhan dan pengembangan
wilayah, dimana daerah tersebut berpotensi
untuk dikembangkan, sehingga adanya
penerbangan perintis dapat menunjang
program pengembangan dan pembangunan
daerah, serta mendorong perkembangan
sektor lain;
3. Mewujudkan stabilitas pertahanan dan
keamanan negara, khususnya daerah yang
berdekatan dengan perbatasan negara lain,
atau daerah tersebut berpotensi untuk
terjadinya kerawanan bencana;

Kebijakan Angkutan Udara Keperintisan meliputi:


1. Penyelenggaraan angkutan udara perintis oleh
pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan
oleh badan usaha angkutan udara niaga

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 43 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

nasional berdasarkan perjanjian dengan


pemerintah.
2. Angkutan udara perintis dilaksanakan secara
terpadu dengan sektor lain berdasarkan
pendekatan pembangunan wilayah.
3. Pemberian kompensasi subsidi operasi dan
subsidi angkutan BBM pada operator
pelaksanaan angkutan udara perintis.
4. Pelaksanaan evaluasi setiap tahunnya oleh
Pemerintah dan dapat mengubah suatu rute
perintis menjadi rute komersial;

Untuk mengatasi permasalahan keterbatasan


armada pesawat perintis serta tipe pesawat udara
yang sesuai dengan kondisi dan kapasitas bandar
udara pada rute yang dilayani angkutan udara
perintis, direncanakan pengadaan pesawat
perintis yang telah tertuang dalam daftar proyek
strategis Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019.
Namun demikian, terkait rencana pengadaan
pesawat tersebut masih diperlukan kajian secara
mendalam terkait: sumber pendanaan
(APBN/BUMN atau swasta), penanggung jawab
kegiatan dan pelaksana kegiatan serta nilai proyek
pengadaan pesawat perintis. Adapun jumlah
kebutuhan pesawat perintis yang diperlukan
dalam penyelenggaraan angkutan udara perintis
sebanyak 45 pesawat.

4.3.1.6 Kebijakan Angkutan Perintis Kargo (Program


Jembatan Udara untuk Logistik Kargo)
Mengacu pada Perpres 70 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik
Untuk Angkutan Barang Dari Dan Ke Daerah
Tertinggal, Terpencil, Terluar, Dan Perbatasan
bahwa untuk mencapai target penurunan
disparitas harga sebagaimana tercantum dalam
RPJMN Tahun 2015-2019 yang bertujuan

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 44 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

menjamin ketersediaan barang dan meningkatkan


kesejahteraan masyarakat serta untuk menjamin
kelangsungan pelayanan penyelenggaraan
angkutan barang dari dan ke daerah tertinggal,
terpencil, terluar, dan perbatasan dalam
mendukung pelaksanaan Tol Laut, perlu
dilakukan upaya untuk mendorong target
dimaksud. Oleh karena itu, untuk mempercepat
penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik
untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara
diperlukan program pendukung lainnya.

Penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik


untuk angkutan udara barang/kargo
dilaksanakan melalui Program Jembatan Udara.
Jembatan Udara adalah pelaksanaan angkutan
udara kargo dari bandar udara ke bandar udara
lainnya dan/atau dari Bandar udara ke Bandar
udara di daerah tertinggal, terpencil, terluar, dan
perbatasan. Program Jembatan Udara wajib
memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut:
a) melaksanakan angkutan udara barang/kargo
berdasarkan rute yang ditetapkan oleh
Menteri Perhubungan dengan diberikan
subsidi operasi angkutan udara;
b) memberikan pelayanan bagi semua pengguna
jasa penerbangan sesuai dengan standar
pelayanan yang ditetapkan oleh Menteri
Perhubungan;
c) melaksanakan angkutan udara barang/kargo
sesuai dengan ketentuan keselamatan dan
keamanan penerbangan; dan
d) memenuhi standar fasilitas bandar udara
yang ditetapkan oleh Menteri Perhubungan.

Program Jembatan Udara berupa:


a) Angkutan udara perintis kargo dan
b) Subsidi angkutan udara kargo.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 45 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Penyelenggaraan program Jembatan Udara


dilaksanakan oleh Pemerintah melalui :
a) Penugasan kepada Badan Usaha Milik Negara
yang bergerak di bidang angkutan udara
untuk subsidi angkutan udara kargo;
dan/atau
b) Pemilihan penyedia jasa lainnya kepada
Badan Usaha Angkutan Udara sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Jembatan Udara dapat merupakan kelanjutan


penyelenggaraan angkutan barang di laut
diteruskan melalui angkutan jalan dan/atau
angkutan penyeberangan ke bandar udara
terdekat menuju bandar udara yang ditetapkan.

Menyangkut integrasi dengan angkutan logistik


melalui udara (Jembatan Udara) khususnya
untuk daerah Papua, terdapat beberapa lokasi
pelabuhan laut yang dapat dijadikan sebagai hub
jembatan udara yaitu Timika, prioritas tujuan
pusat distribusi barang adalah Wamena dan
Yahukimo. Kedepannya diharapkan program
jembatan udara untuk logistik kargo dapat
menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Berikut
adalah Program Jembatan Udara tahun 2017-
2019 (lampiran peta terlampir).

PROGRAM JEMBATAN UDARA TAHUN 2017


a) Subsidi Angkutan Udara Kargo
Rute : Timika - Wamena (Pp)
Frek : 2x / Minggu
Kapasitas : 14 Ton / Flight
Jenis Pesawat : B 737 - Freighter

b) Angkutan Udara Perintis Kargo


KPA Timika :
Timika - Beoga : Frek 4x / Minggu
Timika - Sinak : Frek 3x / Minggu
Timika - Ilaga : Frek 4x / Minggu
Timika - Kenyam : Frek 3x / Minggu

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 46 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

KPA Wamena
Wamena - Mugi : Frek 1x / Minggu
Wamena - Mapenduma : Frek 1x / Minggu
Wamena - Enggolok : Frek 1x / Minggu
Wamena - Mamit : Frek 1x / Minggu
KPA Dekai
Dekai - Silimo : Frek 4x / Minggu
Dekai - Anggruk : Frek 3x / Minggu
Dekai - Korupun : Frek 4x / Minggu
Dekai - Ubahak : Frek 3x / Minggu

PROGRAM JEMBATAN UDARA TAHUN 2018


(Berdasarkan Keputusan Dirjen Perhubungan
Udara Nomor KP.317 Tahun 2017 tentang Rute
dan Penyelenggara Angkutan Udara Perintis
Kargo dan Subsidi Angkutan Udara Kargo serta
Penyelenggara Subsidi Angkutan Bahan Bakar
Minyak (BBM) Pesawat Udara Untuk Angkutan
Udara Perintis Kargo sebagai Pelaksanaan
Program Jembatan Udara Tahun 2018)

a) Subsidi Angkutan Udara Kargo


1) Rute : Timika - Wamena
Frek : 3x / Minggu
Kapasitas : 42 Ton / Minggu
2) Rute : Timika - Dekai
Frek : 2x / Minggu
Kapasitas : 28 Ton / Minggu

b) Angkutan Udara Perintis Kargo


Korwil Tarakan
Tarakan-Long Bawan : Frek 1x / Minggu
Tarakan-Long Apung : Frek 1x / Minggu
Korwil Masamba
Masamba-Seko : Frek 2x / Minggu
Masamba-Rampi : Frek 2x / Minggu
Seko-Palu : Frek 1x / Minggu
Rampi-Palu : Frek 1x / Minggu

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 47 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Korwil Wamena
Wamena-Mapenduma : Frek 4x / Minggu
Wamena-Mugi : Frek 4x / Minggu
Wamena-Mamit : Frek 4x/ Minggu
Wamena-Enggolok : Frek 4x / Minggu
Korwil Timika :
Timika-Beoga : Frek 3x / Minggu
Timika-Potowai : Frek 1x/ Minggu
Timika-Ilaga : Frek 4x / Minggu
Timika-Kenyam : Frek 3x / Minggu
Timika-Sinak : Frek 4x / Minggu
Timika-Jila : Frek 2x/ Minggu
Timika-Tsinga : Frek 2x/ Minggu
Timika-Alama : Frek 2x/ Minggu
Timika-Wangbe : Frek 2x/ Minggu
Timika-Kapiraya : Frek 1x/ Minggu
Timika-Kilmit : Frek 1x/ Minggu
Timika-Arwanop : Frek 1x/ Minggu
Timika-Agadugume : Frek 1x/ Minggu
Korwil Dekai
Dekai-Holuwon : Frek 2x / Minggu
Dekai-Anggruk : Frek 2x / Minggu
Dekai-Silimo : Frek 1x / Minggu
Dekai-Ninia : Frek 2x / Minggu
Dekai-Sobaham : Frek 1x / Minggu
Dekai-Pasema : Frek 2x / Minggu
Dekai-Korupun : Frek 1x / Minggu
Dekai-Ubahak : Frek 1x / Minggu
Dekai-Kwalemdua : Frek 1x / Minggu
Dekai-Wenput : Frek 1x / Minggu
Dekai-Langda : Frek 1x / Minggu
Dekai-Nalca : Frek 1x / Minggu
Dekai-Werima/Supugi: Frek 1x / Minggu
Dekai-Walma : Frek 1x / Minggu
Dekai-Oksibil : Frek 1x / Minggu
Dekai-Harapini : Frek 1x / Minggu
Dekai-Nipsam : Frek 1x / Minggu
Dekai-Sela : Frek 1x / Minggu

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 48 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.3.1.7 Kebijakan Angkutan Haji


1. Penyelenggaraan ibadah haji di Indonesia
merupakan tugas nasional dan menjadi
tanggung jawab pemerintah yang dikoordinir
oleh Kementerian Agama;
2. Kementerian Agama menetapkan operator
penerbangan dan spesifikasi pesawat yang
akan mengangkut jemaah haji dari Indonesia
menuju Arab Saudi atau sebaliknya;
3. Kementerian Agama menetapkan Rencana
Perjalanan Haji, Embarkasi Haji, Embarkasi
Haji Antara dan Kuota Jemaah Haji;
4. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara-
Kementerian Perhubungan memberikan
masukan aspek teknis dan operasional
penerbangan untuk kegiatan angkutan udara
haji sesuai dengan ketentuan perundang
undangan yang berlaku;
5. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara-
Kementerian Perhubungan melakukan
evaluasi teknis terhadap sarana dan
prasarana di bidang penerbangan untuk
menunjang kegiatan angkutan udara haji;
6. Kementerian Perhubungan cq. Ditjen
Perhubungan Udara bersama Kementerian
Agama mengevaluasi pelaksanaan angkutan
udara haji dari aspek teknis dan operasional
penerbangan;
7. Sesuai Keputusan Menteri Agama Republik
Indonesia Nomor 124 Tahun 2016 tentang
Penetapan Embarkasi dan Debarkasi Haji,
Embarkasi haji seluruhnya berjumlah 12 (dua
belas) Embarkasi haji, sebagai berikut : Aceh,
Medan, Padang, Palembang, Batam, Jakarta,
Solo, Surabaya, Banjarmasin, Balikpapan,
Makassar dan Lombok;
8. Pelaksanaan kegiatan angkutan udara haji
merupakan kegiatan angkutan udara yang
bersifat charter, dengan kesepakatan antara
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 49 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia dengan


Pemerintah Republik Indonesia bahwa
masing-masing perusahaan penerbangan yang
ditunjuk oleh kedua negara mempunyai hak
untuk mengangkut 50 % dari seluruh jumlah
jemaah haji Indonesia ke Saudi Arabia;
9. Pelaksanaan kegiatan angkutan udara haji
menggunakan ijin jadwal penerbangan yang
diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan
setelah mendapatkan:
a) landing permit dari General Authority Of
Civil Aviation (GACA) Kerajaan Saudi
Arabia dan Hajj Control untuk
mendapatkan arrival times dan departure
times (slot time) baik di Bandar Udara King
Abdul Azis-Jeddah maupun di bandar
Udara Prince Mohammed Bin Abdul Azis
Madinah.
b) arrival times dan departure times (slot time)
di 12 (dua belas) bandar udara embarkasi
haji yang ada di Indonesia

Rencana Pengembangan Jaringan Pelayanan Angkutan


Udara
Dalam rangka mendukung penyelenggaraan angkutan udara
telah disusun rencana pengembangan jaringan pelayanan
angkutan udara yang memuat kebijakan tentang jaringan
dan rute penerbangan.
Jaringan penerbangan terdiri dari:
1. Jaringan penerbangan dalam negeri dibedakan
berdasarkan :
a. struktur rute penerbangan;
b. pemanfaatan rute penerbangan.
2. Jaringan penerbangan luar negeri merupakan
kumpulan rute luar negeri yang ditetapkan berdasarkan
perjanjian angkutan udara antar negara.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 50 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Tabel 4.7
Struktur Rute Penerbangan
No. Rute Fungsi Jumlah
1. Rute Utama Penghubung antar bandar 373
udara pengumpul:
a. skala primer;
b. skala sekunder;
c. skala tersier.
2. Rute Penunjang rute utama 321
Pengumpan yang menghubungkan:
a. bandar udara
pengumpul dengan
bandar udara
pengumpan;
b. antar bandar udara
pengumpan
3. Rute Perintis Menghubungkan daerah Disesuaikan
terpencil dan tertinggal kebutuhan
per tahun

Tabel 4.8
Pemanfaatan Rute Penerbangan Tahun 2013-2017
No. Rute Kriteria 2013 2014 2015 2016 2017
1. Sangat > 2.000.000 8 9 11 13 14
Padat pnp
2. Padat > 1.500.000 4 4 4 4 4
s.d
2.000.000
pnp
3. Kurang > 250.000 41 48 49 53 56
Padat s.d
1.500.000
pnp
4. Tidak Padat ≤ 250.000 641 632 629 624 621

Untuk rute penerbangan internasional telah ditetapkan 658


rute yang menghubungkan 63 negara mitra wicara.

4.3.1.8 Kebijakan Pentarifan


Sesuai dengan UU No. 1 Tahun 2009 tentang
Penerbangan, Pengaturan tarif dibedakan sebagai
berikut:
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 51 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

a. tarif angkutan udara niaga berjadwal


1) Tarif angkutan udara niaga berjadwal
dalam negeri
a) tarif angkutan penumpang;
 Tarif pelayanan ekonomi.
 Tarif pelayanan non-ekonomi.
b) tarif angkutan kargo.
2) Tarif angkutan udara niaga berjadwal luar
negeri
a) tarif angkutan penumpang;
b) tarif angkutan kargo.
b. tarif angkutan udara niaga tidak berjadwal

Tarif angkutan udara niaga berjadwal dalam


negeri golongan tarif pelayanan kelas ekonomi
ditetapkan oleh Menteri dengan
mempertimbangkan aspek perlindungan
konsumen dan badan usaha angkutan udara
niaga berjadwal dari persaingan tidak sehat. Tarif
angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri
terdiri atas tarif angkutan penumpang dan tarif
angkutan kargo.

Tarif angkutan penumpang terdiri atas golongan


tarif pelayanan kelas ekonomi dan non-ekonomi.
Tarif penumpang pelayanan kelas ekonomi
dihitung berdasarkan komponen: tarif jarak,
pajak, iuran wajib asuransi dan biaya
tuslah/tambahan (surcharge).

Besaran tarif jarak ditetapkan berdasarkan


kelompok pelayanan yang diberikan oleh badan
usaha angkutan udara yaitu:
a. penerapan tarif 100% (seratus persen) dari
tarif maksimum untuk badan usaha angkutan
udara yang memberikan pelayanan dengan
standar maksimum (full services);
b. penerapan tarif setinggi-tingginya 90%
(sembilan puluh persen) dari tarif maksimum,

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 52 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

untuk pelayanan dengan standar menengah


(medium services); dan
c. penerapan tarif setinggi-tingginya 85%
(delapan puluh lima) dari tarif maksimum,
untuk pelayanan dengan standar minimum
(no frills services).

Tarif batas atas dan batas bawah ditetapkan oleh


Menteri. Badan usaha angkutan udara wajib
menetapkan besaran tarif penumpang pelayanan
kelas ekonomi yaitu besaran tarif jarak terendah
sampai dengan tertinggi.

Tarif jarak penumpang pelayanan kelas ekonomi


angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri
dibedakan juga atas tipe pesawat yang digunakan
yang terdiri dari :
a. Pesawat Jet.
b. Pesawat propeller dengan kapasitas sampai
dengan 30 tempat duduk.
c. Pesawat propeller dengan kapasitas di atas 30
tempat duduk.

Badan usaha angkutan udara yang melanggar


ketentuan tarif dikenakan sanksi administratif
berupa sanksi peringatan dan/atau pencabutan
izin rute penerbangan. Tarif penumpang angkutan
udara niaga dan angkutan kargo berjadwal luar
negeri ditetapkan dengan berpedoman pada hasil
perjanjian angkutan udara bilateral atau
multilateral. Tarif penumpang pelayanan non-
ekonomi angkutan udara niaga berjadwal dan
angkutan kargo berjadwal dalam negeri
ditentukan berdasarkan mekanisme pasar. Tarif
angkutan udara niaga untuk penumpang dan
angkutan kargo tidak berjadwal dalam negeri
ditentukan berdasarkan kesepakatan antara
pengguna jasa dan penyedia jasa angkutan.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 53 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.3.1.9 Kebijakan Penyelenggaraan Alokasi


Ketersediaan Waktu Terbang (Slot Time)
Bandar Udara
Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor: KM 25 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaran Angkutan Udara disebutkan
bahwa setiap izin rute penerbangan berjadwal
dalam negeri dan luar negeri maupun izin
penerbangan charter di Bandar Udara Indonesia
harus mendapatkan rekomendasi alokasi
ketersediaan waktu terbang (slot time) dari
koordinator slot.

Sampai dengan tahun 2015 ini, proses koordinasi


slot time penerbangan dalam negeri dilaksanakan
oleh sebuah badan bernama Indonesia Slot
Coordinator (IDSC), sedangkan untuk proses
koordinasi slot time penerbangan luar negeri
dilaksanakan oleh koordinator slot PT. Garuda
Indonesia (Persero) Tbk. Dengan diterbitkannya
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 Tahun
2015 tentang Penyelenggaraan Alokasi
Ketersediaan Waktu Terbang (Slot time) Bandar
Udara maka Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor KP 6 Tahun 2014
tentang Tata Cara Pengaturan Slot time dan KP 56
Tahun 2014 tentang Organisasi Slot Indonesia
dinyatakan tidak berlaku sehingga IDSC secara
organisasi dinyatakan telah dibubarkan dan tugas
fungsinya diperluas dalam kerangka Indonesian
Airport Slot Management (IASM).

Dengan meningkatnya pertumbuhan industri


angkutan udara, menuntut adanya pengaturan
slot time dan penggunaan fasilitas, kapasitas dan
infrastruktur bandar udara secara efektif dan
efisien, maka dilakukan perubahan beberapa
peraturan terkait Penyelenggaraan Alokasi
Ketersediaan Waktu Terbang (Slot time) Bandar
Udara sebagai berikut:

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 54 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13


Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Alokasi
Ketersediaan Waktu Terbang (Slot time)
Bandar Udara diubah menjadi Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 57 Tahun 2016
tentang Penyelenggaraan Alokasi Ketersediaan
Waktu Terbang (Slot time).
 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
Udara Nomor KP 6 Tahun 2014 tentang Tata
Cara Pengaturan Slot time diubah menjadi KP
280 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pengelolaan Slot time dan diubah kembali
pada tahun 2017 menjadi KP 112 Tahun 2017
tentang Tata Cara Pengelolaan Alokasi
Ketersediaan Waktu Terbang (Slot time)
Bandar Udara (sebagai KP turunan dari PM 57
Tahun 2016). KP 112 Tahun 2017 mengalami
perubahan kembali menjadi KP 112 Tahun
2018 tentang Perubahan Atas Peraturan
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor
KP 112 Tahun 2017 tentang Tata Cara
Pengelolaan Alokasi Ketersediaan Waktu
Terbang (Slot Time) Bandar Udara.

Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan


Nomor 57 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan
Alokasi Ketersediaan Waktu Terbang (Slot time)
Bandar Udara, struktur organisasi penyelenggara
di ketuai oleh Direktur Angkutan Udara,
sekretaris adalah Kepala Sub Direktorat Operasi
Navigasi penerbangan, Direktorat Navigasi
Penerbangan dan Kepala Sub Direktorat
Standardisasi Bandar Udara, Direktorat Bandar
Udara.

Pengelola slot time terdiri atas Direktur Operasi


PT.Angkasa Pura I, Direktur Teknik dan Operasi
PT.Angkasa Pura II dan Direktur Operasi Perum
LPPNPI. Pengelola Slot time tersebut membentuk

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 55 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

unit khusus yaitu IASM dengan mengelola slot


time sebagai berikut:
 Penerbangan berjadwal dalam negeri di 35
(tiga puluh lima) Bandar Udara yaitu Bandar
Udara Maimun Saleh-Sabang, Bandar Udara
Sultan Iskandar Muda-Banda Aceh, Bandar
Udara Kualanamu-Deli Serdang, Bandar
Udara Sultan Thaha-Jambi, Bandar Udara
Silangit-Siborong-Borong, Bandar Udara Hang
Nadim-Batam, Bandar Udara Radin Inten II-
Tanjung Karang, Bandar Udara Minangkabau-
Padang, Bandar Udara Depati Amir-Pangkal
Pinang, Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II-
Pekanbaru, Bandar Udara Sultan Mahmud
Badaruddin II-Palembang, Bandar Udara Raja
Haji Fisabilillah-Tanjung Pinang, Bandar
Udara HAS. Hanandjoeddin-Tanjung Pandan,
Bandar Udara Soekarno Hatta-Banten,
Bandar Udara Halim Perdanakusuma-
Jakarta, Bandar Udara Husein Sastranegara-
Bandung, Bandar Udara Adi Sumarmo-
Surakarta, Bandar Udara Jenderal Ahmad
Yani-Semarang, Bandar Udara Juanda-
Sidoarjo, Bandar Udara Adisutjipto-
Yogyakarta, Bandar Udara Juwata-Tarakan,
Bandar Udara Sultan Aji Muhammad
Sulaiman Sepinggan-Balikpapan, Bandar
Udara Syamsuddin Noor-Banjarmasin,
Bandar Udara Supadio-Pontianak, Bandar
Udara Sultan Hasanuddin-Makassar, Bandar
Udara Djalaluddin-Gorontalo, Bandar Udara
Haluoleo-Kendari, Bandar Udara Mutiara Sis
Al Jufri-Palu, Bandar Udara Sam Ratulangi-
Manado, Bandar Udara I Gusti Ngurah Rai-
Kab. Badung, Bandar Udara Lombok-Lombok
Tengah, Bandar Udara El Tari-Kupang,
Bandar Udara Pattimura-Ambon, Bandar
Udara Frans Kaisiepo-Biak, Bandar Udara
Sentani-Jayapura, Bandar Udara Mopah-
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 56 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Merauke (untuk Tanjung Pandan diusulkan


pengelolaan slot time oleh IASM sehingga
menjadi 36 Bandara);
 Tujuan perencanaan penerbangan berjadwal
pada bandar udara yang dikoordinasikan;
 Bandar Udara Internasional

Sedangkan Penyelenggara Bandar Udara dan


Penyelenggara Navigasi Penerbangan mengelola
slot selain 35 bandar udara yang dikoordinasikan.

Unit Pelaksana Koordinasi Slot (UPKS) merupakan


unit yang bertugas sebagai fasilitator dan atau
mediator penerapan slot time di Bandar udara
sesuai area tugas. UPKS diketuai oleh Kepala
Kantor Otoritas Bandar Udara, Sekretaris adalah
General Manajer Perum LPPNPI setempat dan
anggotanya adalah General Manajer atau Kepala
Penyelenggara Bandar Udara setempat.

Untuk Pembiayaan operasional pengelolaan slot


time dibebankan kepada penyelenggara Bandar
udara, perum LPPNPI dan Badan Usaha Angkutan
Udara.

Rencana strategis kebijakan penyelenggaraan


alokasi slot time Bandar udara tahun 2015-2019
adalah sebagai berikut:
a. proses koordinasi dan pengaturan slot time
penerbangan akan diperluas di lebih dari 8
(delapan) bandar udara, yaitu semua bandar
udara di bawah pengelolaan PT. Angkasa Pura
I (Persero) dan PT. Angkasa Pura II (Persero)
serta Unit Penyelenggara Bandar Udara di
bawah Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara, dengan pertimbangan kepadatan dan
lalu lintas penerbangan di bandar udara
tersebut sudah sangat padat dan hanya
bandar udara yang mempunyai demand
melebihi kapasitas yang tersedia. Pengaturan

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 57 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

slot tersebut didasarkan pada IATA Worldwide


Slot Guidelines (WSG).
b. penguatan Unit Pelaksana Koordinasi Slot
(UPKS) dengan pemberian tugas dan
kewenangan yang lebih jelas, tepat dan
akurat.
c. pemasangan Aplikasi Sistem Pengaturan Slot
time untuk mempermudah proses koordinasi
dan pengaturan slot time antara Koordinator
Slot dengan Badan Usaha Angkutan Udara
Nasional dan Perusahaan Angkutan Udara
Asing.
d. membentuk Unit Pelaksana Teknis (UPT) di
bawah Ditjen Perhubungan Udara sebagai
Pelaksana IASM.

4.3.2 BANDAR UDARA


Bandar udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan
dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat
pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun
penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan
intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan
fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta
fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya. Arah serta
prioritas pembangunan dan pengembangan bandar udara
secara nasional ditetapkan berdasarkan Tatanan
Kebandarudaraan Nasional.

Tatanan Kebandarudaraan Nasional memuat peran, fungsi,


penggunaan, hierarki dan klasifikasi bandar udara serta
rencana induk nasional bandar udara. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: PM 69 Tahun 2013
tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional bahwa bandar
udara di Indonesia terdiri atas bandar udara umum dan
bandar udara khusus dengan penggunaan bandar udara
terdiri dari bandar udara domestik dan bandar udara
internasional. Adapun hierarki bandar udara terdiri atas
bandar udara pengumpul (hub) dengan skala pelayanan
primer, sekunder, dan tersier, dan bandar udara

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 58 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

pengumpan (spoke), dengan fungsi bandar udara sebagai


tempat penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan/atau
pengusahaan. Klasifikasi bandar udara terdiri atas beberapa
kelas bandar udara yang ditetapkan berdasarkan kapasitas
pelayanan dan kegiatan operasional bandar udara. Rencana
induk nasional bandar udara dalam Tatanan
Kebandarudaraan Nasional merupakan pedoman dalam
penetapan lokasi, penyusunan rencana induk,
pembangunan, pengoperasian, dan pengembangan bandar
udara.

Seiring dengan semakin meningkatnya perkembangan


angkutan udara di Indonesia tentunya mempengaruhi
kapasitas pelayanan bandar udara atau kemampuan bandar
udara dalam melayani pergerakan pesawat, penumpang dan
barang. Kebijakan pemerintah terhadap kapasitas bandar
udara disebutkan dalam PM 69 Tahun 2013 bahwa untuk
mewujudkan kebijakan nasional bandar udara dalam
rencana induk nasional bandar udara, digunakan strategi
pembangunan, pengoperasian, pendayagunaan, dan
pengembangan bandar udara dalam bentuk meningkatkan
peran bandar udara dan menyiapkan kapasitas bandar
udara sesuai hierarki bandar udara dengan memperhatikan
tahapan pengembangan dan pemantapan hierarki bandar
udara. Pada bandar udara pengumpul primer dengan
cakupan wilayah tertentu yang telah mencapai kapasitas
maksimal dan tidak terdapat kemungkinan untuk
dikembangkan lagi, dilakukan kajian dengan
mengembangkan konsep multiple airport sistem.

Kebijakan pembangunan dan pengembangan bandar udara


baru di Indonesia dilaksanakan pula dalam rangka
mewujudkan peran bandar udara sebagai pembuka isolasi
daerah, pengembangan daerah perbatasan, penanganan
bencana serta prasarana memperkukuh Wawasan
Nusantara dan kedaulatan negara. Sebagaimana disebutkan
dalam PM 69 Tahun 2013 bahwa pembangunan dan
pengembangan pada bandar udara pengumpan dengan
peran sebagai pembuka isolasi daerah, pengembangan
daerah perbatasan, serta prasarana memperkukuh

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 59 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Wawasan Nusantara memperhatikan kesinambungan dan


keteraturan angkutan udara.

4.3.2.1 Kebijakan Pembangunan Bandar Udara


Kebijakan pembangunan di bandar udara adalah
terwujudnya penyelenggaraan bandar udara yang
andal, terpadu, efisien, serta mempunyai daya
saing global melalui penyusunan Tatanan
Kebandarudaraan Nasional (kriteria) dan Rencana
Induk Nasional Bandar Udara (pedoman) dalam
penetapan lokasi, penyusunan rencana induk,
pembangunan, pengoperasian, dan
pengembangan bandar udara guna menunjang
pembangunan Nasional dan daerah yang ber-
Wawasan Nusantara.

Saat ini, pembangunan bandar udara di Indonesia


didasarkan pada:
1. Sistem Transportasi Nasional dan Tatranas
dalam kerangka keterpaduan antar moda
transportasi;
2. Tatanan Kebandarudaraan Nasional;
3. Azas pemerataan pembangunan secara
proporsional;
4. Wawasan Nusantara serta Ketahanan
Nasional.

Perencanaan bandar udara dengan penekanan


pada:
1. Memanfaatkan teknologi, hemat energi dan
tepat guna;
2. Mengoptimalisasikan potensi yang ada,
terutama produk barang dan jasa dalam
negeri;
3. Mengoptimalisasikan fasilitas yang tersedia.

Pengembangan bandar udara ditekankan pada:


1. Efisiensi dan efektivitas;
2. Pertumbuhan ekonomi dan persaingan;
3. Mobilitas dan aksesibilitas;
4. Keselamatan dan keamanan;
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 60 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

5. Lingkungan hidup dan konservasi energi.

Pembangunan bandar udara dilaksanakan sesuai


dengan rencana induk bandar udara yang telah
ditetapkan dalam Penetapan Lokasi Bandar Udara
serta telah memperoleh ijin membangun bandara.
Pengembangan bandara eksisting ditetapkan
dalam penetapan rencana induk bandar udara.

Prioritas pembangunan bandar udara di Indonesia


didasarkan pada:
1. Pengembangan/pembangunan prasarana
bandar udara berdasarkan pola jaringan
prasarana dan pelayanan transportasi udara
nasional serta implementasi tatanan
kebandarudaraan nasional. Berdasarkan
hirarki fungsi terdiri dari bandar udara
pengumpul dan bandar udara pengumpan,
sedangkan dari segi penggunaan terdiri dari
bandar udara internasional dan domestik;
2. Pemenuhan permintaan jasa transportasi
udara berdasarkan analisis permintaan
kapasitas. Pemerintah membantu
pembangunan dan pengembangan bandar
udara umum (disesuaikan dengan kondisi
potensi daerah dan keuangan pemerintah)
hingga skala tertentu dan dalam jangka waktu
tertentu. Setelah itu, diharapkan bandar
udara dapat berkembang sesuai dengan
perkembangan daerah dan kondisi pasar yang
ada;
3. Untuk menunjang perkembangan daerah
pembangunan dan pengembangan Bandar
Udara dapat didanai dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah secara
proporsional dan berdasarkan perjanjian
kerjasama sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Dana yang bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 61 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

hanya dapat digunakan untuk fasilitas sisi


udara;
4. Unit Penyelenggara Bandar Udara atau Badan
Usaha Bandar Udara dapat melakukan
kerjasama dengan badan hukum Indonesia
untuk pembangunan dan/atau
pengembangan bandar udara. Kerjasama
pembangunan dan/atau pengembangan
bandar udara yang akan mengubah status
sebagai Pemrakarsa harus dilakukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
5. Pembangunan dan pengembangan bandar
udara pada ibukota provinsi dengan
klasifikasi landas pacu 4D;
6. Pembangunan dan pengembangan bandar
udara di perbatasan negara, daerah lokasi
bencana dan daerah rawan bencana dengan
klasifikasi landas pacu 3C untuk dapat
melayani pesawat Hercules C-130 dan
pesawat berpenumpang 50 orang;
7. Pembangunan dan pengembangan bandar
udara di daerah terisolasi dan di daerah
provinsi kepulauan dengan klasifikasi landas
pacu 2C untuk dapat melayani penerbangan
perintis dengan pesawat berpenumpang 25
orang;
8. Peningkatan prasarana bandar udara di
Indonesia bagian Timur dan pulau-pulau
terluar;
9. Pembangunan bandar udara baru dengan
membuka peluang kerja sama lebih besar
dalam pengusahaan jasa kebandarudaraan
dan pengusahaan jasa terkait bandar udara;
10. Penggunaan bandar udara secara bersama
sipil-militer pada sisi yang
berbeda/berseberangan dengan landas pacu
sebagai pemisah;

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 62 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

11. Pemenuhan dokumen pengoperasian bandar


udara dalam kerangka Sertifikat Bandar
Udara;
12. Pemenuhan Dokumen Perencanaan Bandar
Udara: Rencana Induk, KKOP, Batas Kawasan
Kebisingan, Daerah Lingkungan Kerja, Daerah
Lingkungan Kepentingan dan Dokumen
Lingkungan;
13. Pengembangan bandar udara untuk
mendukung ASEAN Open Sky, IMT-GT, BIM-
EAGA, FTZ, NSW serta mendukung
pembangunan kepariwisataan nasional;
14. Pengembangan bandar udara baru di Jakarta
Metropolitan Area guna menunjang Bandar
Udara Soekarno Hatta selain peningkatan
kapasitas Bandar udara Soekarno Hatta
sendiri untuk melayani 87 juta penumpang
per-tahun;
15. Pembangunan bandar udara berwawasan
lingkungan dengan konsep 3 R (Reuse,
Recycle dan Reduce) dan mendukung
pembangunan berkelanjutan (sustainable
development).

Berdasarkan Instruksi Menteri Perhubungan


Nomor: IM 5 Tahun 2015 tentang Fokus Program
dan Kegiatan Dalam Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Perhubungan Tahun 2016,
mengintruksikan untuk memperhatikan dan
melaksanakan secara konsisten tentang
ketentuan serta fokus untuk program dan
kegiatan transportasi udara dalam RKA 2016
sebagai berikut:
a. perpanjangan runway untuk semua bandar
udara UPT Ditjen Perhubungan Udara sampai
dengan 1.600 m atau 1.800 m untuk bandar
udara perintis serta 2.400 m atau 3.000 m
untuk bandar udara non perintis.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 63 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

b. bandar udara baru hanya dibangun dengan


APBN di daerah terjauh, terluar, terdalam,
perbatasan negara dan rawan bencana.
c. semua bandar udara UPT harus dilengkapi
fasilitas keselamatan dan keamanan bandar
udara sesuai aturan yang ditetapkan ICAO.

Adanya peningkatan kapasitas bandar udara serta


pemenuhan fasilitas keselamatan dan kemanan
penerbangan akan berpengaruh terhadap kegiatan
operasional bandar udara di masa depan yang
ditandai dengan terjadinya peningkatan
pergerakan pesawat, penumpang dan barang,
karena akan terbuka peluang bagi perusahaan-
perusahaan penerbangan untuk dapat
mengembangkan pelayananan rute dan jaringan
penerbangan ke seluruh wilayah Indonesia
dengan pesawat minimum sejenis ATR 42.

Selain Menteri Perhubungan Nomor: IM 5 Tahun


2015 Fokus Program dan Kegiatan Dalam
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Perhubungan Tahun 2016, juga telah ditetapkan
Intruksi Menteri Perhubungan Nomor: 8 Tahun
2015 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara di Lingkungan Kementerian
Perhubungan Tahun Anggaran 2015 yang
mengintruksikan kegiatan pembangunan
konstruksi yang dibangun harus mempunyai
Dokumen Rencana Induk/Master Plan dan
AMDAL. Sebagai implementasi Instruksi Menteri
Perhubungan Nomor: IM 5 Tahun 2015 tentang
Fokus Program dan Kegiatan Dalam Rencana
Kerja dan Anggaran Kementerian Perhubungan
Tahun 2016, rencana kegiatan pengembangan
bandar udara tahun 2015-2019 telah
dilaksanakan pada beberapa lokasi sebagai
berikut:
1. Pengembangan bandar udara untuk
peningkatan kapasitas pesawat terbesar

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 64 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

menjadi B 737 Series antara lain prioritas


pada Bandar Udara Rembele-Takengon,
Bandar Udara Blimbingsari-Banyuwangi,
Bandar Udara Komodo-Labuhan Bajo, Bandar
Udara Tojo Una Una, Bandar Udara Kuabang-
Kab. Halmahera Utara, Bandar Udara Ibra-
Langgur, Bandar Udara Mathilda Batleyeri-
Saumlaki, Bandar Udara Nop Goliat Dekai-
Kab.Yahukimo, Bandar Udara Binaka-
Gunung Sitoli, Bandar Udara
H.AS.Hanandjoeddin-Tj. Pandan, Bandar
Udara Iskandar-Pangkalan Bun, Bandar
Udara Kasiguncu-Poso, Bandar Udara Beto
Ambari-Bau Bau, Bandar Udara Umbu
Mehang Kunda-Waingapu, dan Bandar Udara
DEO-Sorong.
2. Pengembangan bandar udara untuk
peningkatan kapasitas pesawat terbesar yang
beroperasi menjadi sejenis ATR 42 dan ATR 72
antara lain prioritas pada Bandar Udara
Teuku Cut Ali-Tapak Tuan, Bandar Udara
Letung/Anambas, Bandar Udara Tambelan,
Bandar Udara Bawean, Bandar Udara Melak,
Bandar Udara Maratua, Bandar Udara Tanah
Merah, Bandar Udara Kepi, dan Bandar Udara
Sarmi.

4.3.2.2 Kegiatan Strategis Pembangunan/


Pengembangan Bandar Udara
Berdasarkan arah kebijakan pembangunan
nasional sektor transportasi dalam Perpres Nomor
2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional 2015-2019, terdapat
beberapa kegiatan strategis pembangunan dan
pengembangan bandar udara tahun 2015-2019,
adalah sebagai berikut:
1. Pembangunan akses kereta api menuju ke
bandara internasional, diantaranya pada
Bandara Soekarno-Hatta, Minangkabau,
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 65 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Kualanamu, Hang Nadim, Juanda, Kertajati,


Kulon Progo, Syamsudin Noor.
2. Pembangunan sarana dan prasarana serta
industri transportasi, diantaranya:
Peningkatan kapasitas Bandara Soekarno-
Hatta untuk melayani 87 juta penumpang
per-tahun.
3. Pembangunan 15 bandara baru di Kertajati,
Letung, Tambelan, Tebelian, Muara Teweh,
Samarinda Baru, Maratua, Buntu Kunik,
Morowali, Miangas, Siau, Namniwel, Kabir
Patar, Werur, Koroway Batu, dan
pengembangan dan rehabilitasi yang lama
tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Bali,
Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara,
Maluku dan Papua.
4. Pengembangan 9 (sembilan) bandar udara
untuk pelayanan kargo udara di Kualanamu,
Soekarno-Hatta, Juanda, Syamsuddin Noor,
Sepinggan, Hassanuddin, Sam Ratulanggi,
Frans Kaisepo, Sentani.
5. Mempercepat pembangunan infrastruktur
transportasi di wilayah-wilayah perbatasan
dan wilayah-wilayah terluar.
6. Meningkatkan kapasitas dan kualitas
pelayanan bandara melalui pembangunan dan
pengembangan bandara terutama yang berada
pada pusat kegiatan nasional (ibukota
propinsi), pusat kegaitan wilayah dan wilayah
yang mempunyai potensi ekonomi dan
pariwisata.
7. Meningkatkan kapasitas bandara di wilayah
terpencil, pedalaman dan rawan bencana
dengan melakukan perpanjangan landasan
serta pembangunan terminal penumpang.
8. Pengembangan bandara-bandara di sekitar
kawasan industri maupun Kawasan Ekonomi
Khusus (KEK) dan kawasan strategis lainnya.
Dukungan bandar udara yang berada di
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 66 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

wilayah KEK meliputi Bandar Udara


Kualanamu-Deli Serdang, Bandar Udara
Sultan Mahmud Badaruddin II-Palembang,
Bandar Udara Banten Selatan, Bandar Udara
Internasional Lombok, Bandar Udara Mutiara
Sis Al Jufri-Palu, Bandar Udara Sam
Ratulangi-Manado, dan Bandar Udara Pitu-
Morotai (peta lokasi dapat dilihat pada
lampiran).
9. Pembangunan prasarana transportasi yang
tahan terhadap dampak perubahan
iklim/cuaca ekstrim.

4.3.2.3 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN


TRANSPORTASI UDARA TAHUN 2017-2019
1. Proyek Strategis Nasional (PSN) Sub Sektor
Transportasi Udara
Proyek Strategis Nasional adalah proyek yang
dilaksanakan oleh Pemerintah, Pmerintah
Daerah dan/atau badan usaha yang memiliki
sifat strategis untuk peningkatan
pertumbuhan dan pemerataan pembangunan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan pembangunan daerah.
Mengacu pada Perpres 56 Tahun 2018
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional, bahwa dalam rangka percepatan
pelaksanaan proyek strategis untuk
memenuhi kebutuhan dasar dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat
ditetapkan proyek strategis nasional untuk
sub sektor transportasi udara mencakup
proyek revitalisasi bandar udara, proyek
pembangunan bandar udara baru, dan proyek
bandar udara strategis lainnya, yaitu:

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 67 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Proyek revitalisasi bandar udara yaitu:


1) Bandar Udara Sultan Babullah-Ternate;
2) Bandar Udara Tjilik Riwut-Palangkaraya;
3) Bandar Udara Syamsuddin Noor-Kota
Banjarbaru.

Proyek Pembangunan Bandar Udara Baru


yaitu:
1) Bandar Udara Kertajati;
2) Bandar Udara Internasional di Propinsi
D.I. Yogyakarta;
3) Bandar Udara Kediri.

Proyek Bandar Udara Strategis Lainnya yaitu:


Pengembangan Bandar Udara Jenderal
Ahmad Yani-Semarang.

2. Dukungan Bandar Udara pada KSPN


Untuk dukungan sektor transportasi udara
terhadap pembangunan kawasan pariwisata
nasional dilakukan melalui pengembangan
bandar udara yang berada di wilayah
Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)
yang mengacu pada UU 39 Tahun 2009
tentang Kawasan Ekonomi Khusus, PP 50
Tahun 2011 tentang Rencana Induk
Pembangunan Kepariwisataan Nasional
Tahun 2010-2025 dan Perpres 56 Tahun 2018
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang
Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis
Nasional. Adapun prioritas pembangunan
kawasan pariwisata nasional tahun 2016
dilaksanakan di 25 KSPN mengacu pada fokus
dan prioritas Kementerian Pariwisata meliputi
24 bandar udara dimana 13 bandar udara
merupakan Kantor UPBU Ditjen Perhubungan
Udara. Untuk tahun 2017-2019 mengacu
pada Perpres 56 Tahun 2018 Sektor
Pariwisata, prioritas pembangunan kawasan

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 68 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

pariwisata nasional dilaksanakan pada 10


kawasan strategis nasional pariwisata
meliputi 14 bandar udara dimana 5 bandar
udara merupakan Kantor UPBU Ditjen
Perhubungan Udara (peta lokasi dapat dilihat
pada lampiran).

Tabel 4.9
Dukungan Bandar Udara Pada 10 Lokasi KSPN
No Kawasan Pariwisata Nasional Bandar Udara
1 KSPN Toba, Sumut Bandar Udara Kualanamu
Bandar Udara Sibisa
Bandar Udara Silangit
KSPN Kepulauan Seribu, DKI Bandar Udara Soekarno
2
Jakarta Hatta
KEK Pariwisata Tanjung Bandar Udara Banten
3
Lesung, Banten Selatan
Bandar Udara Adi
4 KSPN Borobudur, Jateng
Soetjipto/Kulonprogo
KSPN dan KEK Pariwisata Bandar Udara H.AS.
5
Tanjung Kelayang, Babel Hanandjoeddin
Bandar Udara Juanda
KSPN Bromo-Tengger-Semeru,
6 Bandar Udara Abd Rachman
Jatim
Saleh
7 KSPN Wakatobi, Sultra Bandar Udara Matahora
KSPN dan KEK Pariwisata
8 Bandar Udara Pitu
Morotai, Malut
KEK Pariwisata Mandalika, Bandar Udara Internasional
9
NTB Lombok
10 KSPN Labuan Bajo, NTT Bandar Udara Komodo

Kebijakan dukungan bandar udara pada


kawasan strategis pariwisata nasional selain
pada 10 lokasi prioritas pariwisata nasional
yang telah ditetapkan antara lain juga pada
Bandar Udara Marinda-Raja Ampat dan
Bandar Udara Wamena.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 69 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

3. Dukungan Bandar Udara pada Daerah


Tertinggal
Kegiatan pengembangan bandar udara juga
dilakukan pada daerah tertinggal, sebagai
pembuka daerah dan mengembangkan
potensi industri daerah untuk menunjang
pembangunan daerah. Mengacu pada
Peraturan Presiden Nomor 131 tahun 2015
tentang Penetapan Daerah Tertinggal Tahun
2015-2019, terdapat 122 Kabupaten di 24
Provinsi merupakan daerah tertinggal yaitu
daerah kabupaten yang wilayah serta
masyarakatnya kurang berkembang
dibandingkan dengan daerah lain dalam skala
nasional.

4. Pengembangan dan Penggunaan Bandar


Udara di Selatan Pulau Jawa
Dengan adanya Kebijakan pola operasi bandar
udara enclave sipil dan pemanfaatan ruang
udara di Selatan Pulau Jawa diharapkan
pembangunan dan pengembangan bandar
udara di Selatan Pulau Jawa dapat
meningkatkan konektivitas antar wilayah
serta mendorong pertumbuhan ekonomi
wilayah dan nasional. Keberadaan bandar
udara sebagai pintu gerbang perekonomian
diharapkan dapat berperan dalam rangka
pemerataan pembangunan, pertumbuhan dan
stabilitas ekonomi serta keselarasan
pembangunan nasional dan pembangunan
daerah.

Beberapa rencana pembangunan dan


pengembangan bandar udara di wilayah
Selatan Pulau Jawa akan dilaksanakan antara
lain:
- Sejak ditandatanganinya MOU antara
KSAU-Dirjen Perhubungan Udara-

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 70 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Walikota Tasikmalaya pada tanggal 9 Juni


2017, Pangkalan Udara Militer
Wiriadinata resmi menjadi Bandar Udara
Wiriadinata Tasikmalaya yang akan
melayani penerbangan komersial dari dan
ke Tasikmalaya. Ditjen Perhubungan
Udara akan mengembangkan Bandar
Udara Wiriadinata-Tasikmalaya sebagai
dukungan terhadap kebijakan
pengembangan wilayah Selatan Pulau
Jawa.
- Markas Besar TNI AU telah menyetujui
pemanfaatan aset Pangkalan TNI AU
Jenderal Besar Soedirman yang ada di
Desa Wirasaba, Kecamatan Bukateja,
Purbalingga, Jawa Tengah untuk menjadi
bandar udara yang melayani penerbangan
komersial. Dalam kunjungan kerja
Menteri Perhubungan pada tanggal 6
Agustus 2017, menyampaikan bahwa
Bandar Udara Jenderal Besar Soedirman-
Wirasaba akan mulai beroperasi pada
akhir tahun 2018. Pembangunan bandar
udara tersebut akan dilakukan oleh PT.
Angkasa Pura II (Persero). Dalam waktu
dekat akan disusun MOU tentang rencana
pembangunan dan pengusahaan Bandara
Jenderal Besar Soedirman antara TNI AU,
Pemprov Jawa Tengah, Pemkab
Purbalingga, PT. Angkasa Pura II
(Persero), Airnav Indonesia dan BMKG.
- Bandar Udara Notohadinegoro-Jember
telah beroperasi untuk penerbangan
komersial sejak tanggal 16 Juli 2014.
Bandar udara ini dibangun oleh
Pemerintah Kabupaten Jember yang
dioperasikan oleh Unit Penyelenggara
Teknis Daerah (UPTD) Dinas
Perhubungan Kabupaten Jember. Sesuai
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 71 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

arahan Presiden dalam kunjungan kerja


di Kabupaten Jember pada minggu, 13
Agustus 2017 bahwa target
pengembangan Bandar Udara
Notohadinegoro menjadi embarkasi
antara, dengan panjang landas pacu
2.500 m x 45 m.
- Sesuai arahan Menteri Perhubungan
dalam kunjungan kerja di Gunung Kidul
tanggal 13 Agustus 2017 bahwa Bandar
Udara Gading akan dioperasikan sebagai
bandar udara umum untuk melayani
kebutuhan pariwisata di Gunung Kidul.
- Rencana pembangunan Bandar Udara
New Yogyakarta Airport di Kulon Progo
telah ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor : KP 1164
Tahun 2013 tentang Penetapan Lokasi
Bandar Udara Baru di Kabupaten Kulon
Progo Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Bandar Udara Baru di Kulon
Progo merupakan bandar udara baru
pengganti Bandar Udara Internasional
Adisutjipto Yogyakarta yang kondisinya
saat ini sudah sangat padat dan
melampaui daya tampung baik untuk
pergerakan penumpang maupun pesawat.
Selain untuk keselamatan, keamanan dan
kenyamanan penumpang, kehadiran
bandar udara baru ini diharapkan mampu
mendorong pertumbuhan daerah sekitar
bandar udara maupun pertumbuhan
ekonomi nasional terutama dari sektor
pariwisata.

5. Pembangunan Bandar Udara Baru


Sebagaimana telah tertuang dalam RPJMN
2015-2019, pembangunan 15 bandar udara
baru telah dilaksanakan sejak tahun 2015
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 72 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

dan ditargetkan akan selesai tahun 2019.


Adapun Rencana Operasional 15 bandar
udara baru sebagai berikut:

Tabel 4.10
Rencana Operasional 15 Bandar Udara Baru Target RPJMN 2015-2019
CAPAIAN TARGET
NO BANDAR UDARA
2015 2016 2017 2018 2019
1 BANDAR UDARA BARU LETUNG-ANAMBAS √
Sudah beroperasi
Runway 1.200 m x 30 m
Total Anggaran 2014-2016 Rp.
213.786.969.000
2 BANDAR UDARA BARU NAMNIWEL √
Sudah beroperasi
Runway 1.350 m x 30 m
Total Anggaran 2014-2016 Rp.
171.159.731.000
3 BANDAR UDARA BARU MIANGAS √
Sudah beroperasi dan diresmikan 19
Oktober 2016
Runway 1.400 m x 30 m
Total anggaran 215 miliar
4 BANDAR UDARA BARU MOROWALI √
Target operasi 2017
Target 1.400 m x 30 m, terbangun runway
1.050 m x 30 m
Total anggaran 154,38 miliar
5 BANDAR UDARA BARU MARATUA √
Target operasi 2017
Runway 1.600 m x 30 m
Anggaran APBD Pemprov Rp. 65,338 miliar
Anggaran APBD Pemkab Rp. 27,422 miliar
Anggaran APBN Rp. 96,390 miliar
Total anggaran Rp.171,16 miliar
6 BANDAR UDARA BARU WERUR √
Target operasi 2017
Target 1.400 m x 30 m, terbangun runway
1.200 m x 23 m
Anggaran 2014-2016 Rp. 65 miliar
7 BANDAR UDARA BARU KOROWAY BATU √
Sudah operasi 2017
Target 1.600 m x 30 m, terbangun runway
800 m x 18 m
Tahun 2017 perpanjangan menjadi 1.600 m

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 73 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

NO BANDAR UDARA CAPAIAN TARGET


x 30 m
Anggaran 2014-2016 Rp.115,19 miliar
8 BANDAR UDARA BARU TEBELIAN √
Target operasi 2017
Target runway 2.000 m x 30 m, terbangun
1.650 m x 30 m
Target terbangun 2.000 m di 2018
Anggaran 2014-2016 Rp. 171,16 miliar
9 BANDAR UDARA BARU SAMARINDA √
Target operasi 2018
Target runway 2.250 m x 45 m, terbangun
1.000 m +1.000 m Anggaran APBD
10 BANDAR UDARA BARU PANTAR √
Target operasi 2018
Target runway 900 m x 30 m
Anggaran 2014-2016 Rp. 62 miliar
11 BANDAR UDARA BARU KERTAJATI √
Target operasi 2018
Target runway 2.500 m x 60 m
Anggaran 2013-2016 Rp. 575 miliar
12 BANDAR UDARA BARU SIAU √
Target operasi 2019
Target 1.400 m x 30 m
Anggaran 2014-2016 Rp. 183,4 miliar
13 BANDAR UDARA BARU TAMBELAN √
Target operasi 2019
Target runway 1.200 m x 30 m
Anggaran 2014-2016 Rp. 171,15 miliar
14 BANDAR UDARA BARU MUARA TEWEH √
Target operasi 2019
Target runway 1.400 m x 30 m
Anggaran 2014-2016 Rp. 159,13 miliar
15 BANDAR UDARA BARU BUNTU KUNIK √
Kebutuhan Anggaran Rp. 1,1 Triliun
Sudah dialokasikan Rp. 254 miliar

Selain target pembangunan 15 bandar


udara baru, terdapat rencana pembangunan
bandar udara baru lainnya yang merupakan
prioritas pengembangan wilayah dalam
Buku III RPJMN 2015-2019 yaitu Bandara
Silambo (Teluk Dalam), Bandara Banten
Selatan, Bandara Bali Utara, Bandara
Singkawang, Bandara Paser, Bandara

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 74 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Pohuwato, Bandara Tepa, Bandara Nabire


Baru, Bandara Segun, dan Bandara Fakfak
Baru.
6. Pembangunan Prasarana Bandar Udara
Dalam Rangka Mendukung Program Tol
Laut Melalui Integrasi Jembartan Udara
Dalam rangka mendukung integrasi angkutan
logistik antarmoda pada program Tol Laut,
maka Ditjen Perhubungan Udara sangat
mendukung program tersebut dengan
menyiapkan program Jembatan Udara guna
alih moda angkutan logistik dari laut melalui
udara agar dapat menjangkau wilayah-
wilayah pedalaman atau pegunungan
khususnya daerah Papua.

Adapun hal-hal terkait pembangunan


prasarana bandar udara dalam rangka
mendukung program tol laut melalui integrasi
Jambatan Udara sebagai berikut:
1) Kondisi saat ini alur barang/logistik di
wilayah Papua terpusat di Jayapura
untuk selanjutnya didistribusikan melalui
udara via Bandar Udara Sentani dengan
tujuan Wamena, sehingga terjadi
penumpukan banrang/logistik di Bandar
Udara Sentani;
2) Untuk menyikapi hal tersebut,
pemerintah akan mengembangkan
beberapa lokasi pelabuhan laut lainnya
sebagai Hub Jembatan Udara diantaranya
Timika, Biak, dan Nabire dan untuk
tujuan pusat distribusi barang antara lain
Wamena, Yahukimo, serta Oksibil;
3) Ditjen Perhubungan Udara telah dan
terus menyiapkan prasarana bandar
udara guna mengakomodir program
Jembatan Udara tersebut melalui
pembiayaan APBN Ditjen Perhubungan

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 75 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Udara khususnya program


pengembangan/pembangunan di Bandar
Udara Sentani, Bandar Udara Wamena,
Bandar Udara Dekai-Yahukimo, Bandar
Udara Timika, serta Bandar Udara
Oksibil;
4) Diharapkan alur distribusi
barang/logistik yang semula terpusat
melalui Bandar Udara Sentani akan
terbagi melalui Bandar Udara Timika dan
Bandar Udara Dekai untuk selanjutnya
didistribusikan ke daerah
pedalaman/pegunungan dikarenakan dari
tiga lokasi tersebut terdapat dan akan
dikembangkan pelabuhan laut sebagai
bagian dari Program Tol Laut;
5) Adapun untuk kondisi di Kabupaten
Yahukimo dipilih menjadi salah satu
bagian dari Program Tol Laut dan Bandar
Udara Dekai-Yahukimo dipersiapkan
untuk menjadi Hub Jembatan Udara,
dikarenakan di kabupaten Yahukimo saat
ini sudah terdapat dermaga yang berpusat
± 18 km dari pusat kota Yahukimo
dengan kapal terbesar yang dapat
bersandar adalah kapal tipe LCT dengan
muatan maksimal 200 ton, untuk
selanjutnya distribusi barang/logistik
akan diteruskan ke 53 distrik yang
sebagian melalui angkutan udara posisi
Bandar Udara Dekai ± 5 km dari pusat
kota Yahukimo.

4.3.3 NAVIGASI PENERBANGAN


Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
tentang Penerbangan telah dibentuk lembaga tunggal
Penyelenggaraan Navigasi Penerbangan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang
Perusahaan Umum (Perum) Lembaga Penyelenggara
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 76 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI)


sehingga kewenangan Kementerian Perhubungan dan
LPPNPI telah diatur di dalam peraturan tersebut. Dimana
kewenangan Kementerian Perhubungan yaitu melakukan
pembinaan kenavigasian Perum dan kewenangan LPPNPI
yaitu untuk menyelenggarakan pelayanan navigasi
penerbangan nasional, dan seluruh penyelenggaraan
pelayanan navigasi, asset dan Sumber Daya Manusia yang
terkait kenavigasian dialihkan ke Perum LPPNPI.

Dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri


Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 55 Tahun 2016
tentang Tatanan Navigasi Penerbangan Nasional yang
merupakan dasar dalam perencanaan, perancangan,
pendayagunaan, pengembangan dan penyelenggaraan
pelayanan navigasi penerbangan secara nacional yang
bertujuan untuk:
a. terwujudnya pemanfaatan ruang udara yang optimal
dan harmonis;
b. terwujudnya jalur penerbangan nasional dan
internasional yang teratur dan efisien dalam rangka
menunjang kelancaran transportasi udara;
c. terpenuhinya standar peyelenggaraan pelayanan
navigasi penerbangan sebagaimana peraturan yang
berlaku;
d. terciptanya pedoman perencanaan dan pengembangan
sistem pelayanan navigasi penerbangan nasional.

Rencana Induk navigasi penerbangan merupakan pedoman


kebijakan yang terdiri dari pelayanan lalu lintas
penerbangan, pelayanan telekomunikasi penerbangan dan
manajemen informasi aeronutika secara bertahap dan
menyeluruh sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan.
Kebijakan-kebijakan navigasi penerbangan antara lain:

4.3.3.1 Kebijakan pelayanan lalu lintas penerbangan


a. pengelolaan ruang udara berupa penataan
klarifikasi dan sektorisasi ruang udara,
mengurangi uncontrolled airspace serta
pengelolaan kawasan pelatihan terbang;

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 77 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

b. penetapan pelayanan lalu lintas penerbangan


dengan menata unit pelayanan ATS yang
sesuai dengan kriteria untuk ACC, APP, TWR,
AFIS dan Aeronautical Station sesuai dengan
kebutuhan dan proyeksi 20 (dua puluh) tahun
ke depan;
c. pengelolaan arus lalu lintas penerbangan
berupa kebijakan implementasi collaborative
Decision Making (CDM) dan Air Traffic Flow
Management (ATFM) untuk efisiensi bahan
bakar dan mengurangi emisi gas buang (saat
ini belum full implementasi);

Tabel 4.11
Program Establishment ATFM
2015 2016 2017 2018

Implementasi Tahapan proses Trial And Indonesia


Tactical establishment Evaluation ATFM CDM
Management ATFM di Indonesia ATFM CDM Full Operation
Traffic (AMAN dan Center
DMAN) di airport
dengan traffic
padat
Penyusunan Pembangunan Trial And
Masterplan ATFM Infrastruktur ATFM Evaluation
CDM CDM Center dan ATFM CDM
penunjang Sub Center
Koordinasi dengan Establishment
seluruh Stake Network Nasional
Holder yang dan Regional
terlibat CDM

d. pengambilalihan wilayah udara Republik Indonesia yang


pelayanan navigasi penerbangannya didelegasikan kepada
negara lain (progress diplomasi s.d 2018 masih
berlangsung, rencana atau target pengambilalihan pada
bulan April 2019).

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 78 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Tabel 4.12
Road Map Pengambil Alihan Ruang Udara yang Didelegasikan

TAHUN
NO KEGIATAN
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024

1 PERSIAPAN
A Pembentukan
Tim Khusus
B Diplomasi
C Teknis
Operasional
- Lembaga
PPNPI
- Fasilitas
CNS/ATM
- Manajemen
Ruang Udara
- SDM
2 IMPLEMENTASI
AWAL
Shadow
Operation
Singapore
Control
(Indonesia
Monitor)
Indonesia
Control
(singapore
monitor)
3 IMPLEMENTASI
PENUH

4.3.3.2 Kebijakan pelayanan telekomunikasi


penerbangan
a. optimalisasi jaringan komunikasi
penerbangan menggunakan aeronautical
telecommunication network (ATN) untuk
interoperability system dan data secara global;
b. implementasi fasilitas komunikasi
penerbangan berbasis sistem satelit dan
terestrial dengan mengacu required
communication performance untuk
optimalisasi kapasitas dan fleksibitas
penerbangan;

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 79 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

c. implementasi fasilitas alat bantú navigasi


penerbangan berbasis sistem satelit dengan
metode Performanced Based Navigation (PBN)
untuk optimalisasi kapasitas dan fleksibilitas
penerbangan;

Tabel. 4.13
Rencana Implementasi Performance Based Navigation (PBN)
Tahun 2017-2022

Area Navigation Subject Target/Year


Specification

En- Approach RNP APCH/RNP AR International Airport 5


Rout LNAV/VNAV Domestic Airport 5
e Remote Airport 10
Termin Terminal RNAV 1/RNP 1 International Airport 2
al Domestic Airport 2
Remote Airport 4
Approac RNAV 5 RNAV 5 Selected International 5
h RNAV2/R RNAV2/RNP2 Route 5
NP2 Hub-Hub Airport 10 (Province)
Hub – Spoke Airport

Sumber: Direktorat Navigasi Penerbangan, 2017

d. rencana Implementasi konsep remote ATS


pada bandar udara yang terletak di kawasan
terpencil dengan keterbatasan sarana dan
prasarana pendukung seperti jumlah sumber
daya manusia, ketersediaan listrik dan jumlah
traffic yang rendah;
e. implementasi fasilitas ATC otomasi untuk
interoperability sistem dan data secara global;
f. optimalisasi manajemen penggunaan
frekuensi radio penerbangan yang lebih
tertata.

4.3.3.3 Kebijakan Operasi Navigasi Penerbangan


a. implementasi System Wide Information
Management (SWIM) berupa integrasi data
penerbangan, fasilitas pengamatan, bandar

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 80 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

udara, ATM, data meterologi, lingkungan dan


data pengguna informasi aeronautika untuk
ineroperability sistem dan data secara global;

Flight

Weather
Surveillance

“To” “Into” SWI


AIM Airport
AI M
S
Standardised
Annex 4 Digital
Annex 15 Quality
Flow Environment
And others Timely Managemen
Interoperable t Capaci
Shared ty
Secured
Deman
d
Gambar 4.4
Implementasi System Wide Information Manajemen
(SWIM)

Gambar 4.5
Implementasi Operasi Navigasi Penerbangan

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 81 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

b. implementasi manajemen data dan informasi


aeronautika dan peta penerbangan untuk
menghasilkan data dan informasi aeronautika
yang estándar, digital, berkualitas, tepat
waktu, interoperable, shared and secured;
c. menyiapkan konsep remote ATS;
d. restrukturisasi ruang udara.
- FL 290 – above : Jet wide body
- FL 245 – FL290 : Jet narrow body
- FL 100 – FL245 : Turbo propoler dan
pressurise aircraft
- SFC – FL 100 : Untuk VFR & non
pressurise aiscraft

4.3.3.4 Kebijakan di bidang Standarisasi dan Prosedur


Navigasi Penerbangan
a. penyusunan dan penerbitan regulasi bidang
Navigasi Penerbangan.
Untuk menjamin penyelenggaraan pelayanan
navigasi sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku dan sesuai dengan
estándar pelayanan di dunia penerbangan
internasional serta dapat diterapkan sesuai
kondisi dilapangan untuk tujuan keselamatan
penerbangan;
b. pelaksanaan Focal Point/PIC (Person In
Charge) dalam tindaklanjut ICAO State Letter
sesuai ICAO Annexes.
Melaksanakan tindak lanjut dari ICAO State
Letter yang meliputi undangan pertemuan
internacional bidang Navigasi Penerbangan,
perubahan atas ICAO Annex maupun ICAO
document, serta panduan-panduan organisasi
penerbangan internasional yang berisi catatan
dalam bidang Navigasi Penerbangan yang
perlu dijadikan pedoman serta acuan;

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 82 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

c. investasi dalam bidang Navigasi Penerbangan.


Pengawasan terhadap rencana investasi
Perum LPPNPI sesuai dengan Tatanan
Navigasi Penerbangan;
d. review Tarif Pelayanan Jasa Navigasi
Penerbangan (PJNP);
e. review tarif PJNP sesuai dengan prinsip-
prinsip Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009
dan dokumen ICAO terkait guna memenuhi
kebutuhan penyelenggaraan pelayanan
Navigasi Penerbangan;
f. pemberian izin kepada pengguna pesawat
udara awak (Drone) untuk beroperasi di
wilayah ruang udara Indonesia guna
menunjang perkembangan industria yang
menggunakan Drone seperti pengawasan
wilayah perkebunan, survey pembangunan
jalan, pertambangan, properti, batas wilayah,
kedirgantaraan, dll.
Rencana Induk Navigasi Penerbangan didukung
oleh pengembangan personel navigasi
penerbangan dengan memperhatikan pemenuhan
kualitas dan kuntitas personel navigasi
penerbangan.
a. pelayanan informasi meteorologi penerbangan
yang diberikan oleh badan yang bertanggung
jawab di bidang meteorologi, kimatologi dan
geofisika memperhatikan rencana induk
navigasi penerbangan;
b. pelayanan pencarían dan pertolongan (Search
and Rescue/SAR) pada wilayah
tanggungjawab penyelenggaraan pencarían
dan pertolongan yang diberikan leh badan
yang bertanggung jawab dibidang pencarían
dan pertolongan dengan memperhatikan
rencana induk navigasi penerbangan.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 83 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.3.3.5 Penambahan Kebijakan Pola Operasi Bandara


Enclave Sipil Dan Pemanfaatan Ruang Udara Di
Selatan Pulau Jawa.
Perlu adanya Peraturan Presiden yang mengatur
tentang Prosedur Penyelenggaraan Pengoperasian
Bandara Enclave Sipil dan Enclave Militer serta
pemanfaatan ruang udara di Selatan Pulau Jawa.
Saat ini sedang disiapkan rancangan Peraturan
Presiden yang mengatur tentang Prosedur
Pelayanan dan Pengoperasian mengenai jam
operasi penggunaan jalur Selatan Pulau Jawa
untuk penebangan sipil dan militer, batas
ketinggian jalur yang digunakan, serta alur
koordinasi dan komunikasi Sipil-Militer, yaitu
taktikal dan kontijensi. Peraturan Presiden
tersebut perlu dikoordinasikan dengan berbagai
pihak yaitu Kementerian Perhubungan,
Kementerian Pertahanan, dan stakeholder terkait
lainnya.

Kebijakan Pola Operasi Bandar Udara Enclave


Sipil dan Pemanfaatan Ruang Udara di selatan
Pulau Jawa Pemanfaatan Ruang Udara di Selatan
Pulau Jawa terkait Keselamatan dan Peningkatan
Kapasitas Penerbangan dengan harapan sebagai
berikut:
a. mengurangi kepadatan jalur eksisting hingga
30%;
b. mengurangi beban komunikasi dan koordinasi
Pilot/ATC;
c. meningkatkan Safety Awareness.

Adapun tahapan pelaksanaannya, dengan rincian


pelaksanaan sebagai berikut:
- Sebelum dilaksanakan operasi pada rute jalur
selatan perlu dilaksanakan uji coba semulator
dan pelaksanaan uji coba untuk pengukuran
performa fasilitas navigasi dan komunikasi
penerbangan di rute tersebut;

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 84 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

- Uji coba dilakukan dengan mengikutsertakan


operator penerbangan (Garuda Indonesia)
sebagai volunteer rute selatan ini;

Pelaksanaan uji coba rute selatan sebagai berikut:


- Uji coba simulator dilaksanakan pada tanggal
7 Desember 2016 (Garuda Indonesia, Perum
LPPNPI dan Ditjen Perhubungan Udara);
- Penerbitan NOTAM oleh Perum LPPNPI
dilaksanakan pada tanggal 10 Desember
2016;
- Life Trial dilaksanakan pada tanggal 17-23
Desember 2016, 2016 (Garuda Indonesia,
Perum LPPNPI, Ditjen Perhubungan Udara
dan TNI AU).

Dalam rangka penggunaan ruang udara


khususnya di Jalur Selatan dilakukan langkah-
langkah penyiapan pemanfaatan ruang udara di
Selatan Pulau Jawa guna menerapkan Flexible
Used of Airspace (FUA), adalah sebagai berikut:
- Telah dibuat jalur penerbangan di Selatan
Pulau Jawa. Jalur penerbangan tersebut
adalah eastbound dari Jakarta menuju Bali
dan telah mendapat persetujuan dari pihak
TNI AU;
- Telah dilakukan trial pada tahun 2017
meliputi penetapan pola operasi rute
penerbangan, penetapan reporting point,
penerbitan NOTAM, pelaksanaan simulasi di
simulator Garuda Indonesia, penerapan Trial
Derictive dan uji coba komunikasi antar ATS
Unit dan rapat koordinasi dengan TNI AU
secara intensif;
- Telah dilakukan trial penggunaan jalur
penerbangan dimaksud pada tanggal 17-20
Desember 2017 oleh Garuda Indonesia;
- Jalur Selatan telah dipublikasi melalui AIP
supplement No.39/17 tanggal 17 Agustus
2017 efektif 12 Oktober 2017.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 85 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.3.4 KELAIKUDARAAN DAN PENGOPERASIAN PESAWAT


UDARA
Standar kelaikudaraan pesawat udara diperlukan guna
memenuhi persyaratan minimum kondisi pesawat udara
dan/ atau komponen-komponennya untuk menjamin
keselamatan penerbangan dan mencegah terjadinya
pencemaran lingkungan. Sertifikat kelaikudaraan
diperlukan untuk memastikan tingkat pemenuhan standar.
Sertifikasi diberikan setelah pesawat udara lulus
pemeriksaan dan pengujian kelaikudaraan.
Sertifikat Kelaikudaraan terdiri atas:
a. sertifikat kelaikudaraan standar.
Sertifikat kelaikudaraan standar diberikan untuk
pesawat terbang kategori transpor, normal, kegunaan
(utility), aerobatik, komuter, helikopter kategori normal
dan transpor, serta kapal udara dan balon
berpenumpang; dan
b. sertifikat kelaikudaraan khusus.
Sertifikat kelaikudaraan khusus diberikan untuk
pesawat udara yang penggunaannya khusus secara
terbatas (restricted), percobaan (experimental), dan
kegiatan penerbangan yang bersifat khusus.

Pertumbuhan Armada Angkutan Udara


Dengan pertumbuhan penumpang dan barang diperkirakan
sebesar 10 % per tahun, maka prediksi pertumbuhan
armada angkutan udara untuk tahun 2015 – 2019 sebesar:
Tabel 4.14
Prediksi Pertumbuhan Armada Angkutan Udara Tahun 2015-2019
TAHUN
No. Armada Pesawat Udara 201 2016 2017 2018 2019
5
1. AOC 121 (Penerbangan Berjadwal) 619 678 743 813 894
2. AOC 135 (Carter) 367 402 441 482 531
3. OC 91 85 93 102 112 123
4. OC 141 (Sekolah Pilot) 185 203 222 243 268
5. AOC 137 (Operasi Perkebunan) 8 8 10 11 12
6. FASI 7 8 8 9 10
Sumber : DKUPPU, 2014

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 86 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Tabel 4.15
Prediksi Sumber Daya Manusia Perusahaan Penerbangan
Tahun 2015 – 2019
SDM TAHUN
No.
(License) 2015 2016 2017 2018 2019
1. Pilot 10.097 10.840 11.644 12.511 13.448
2. AME 8.089 8.574 9.089 9.634 10.212
3. FOO 4.644 5.062 5.518 6.014 6.556
4. Pramugari/a 15.842 18.060 20.588 23.471 26.757
TOTAL 38.672 42.536 46.839 51.630 56.973
Sumber : DKUPPU,2014

Tabel 4.16
Prediksi Pertumbuhan Perusahaan Penerbangan
Tahun 2015 – 2019
TAHUN
No. Perusahaan
2015 2016 2017 2018 2019
1. AOC 121 (Penerbangan 28 29 30 31 32
Berjadwal)
2. AOC 135 (Carter) 39 41 43 45 47
3. OC 91 10 11 12 13 14
4. AOC 137 (Operasi Perkebunan) 1 2 2 2 3
5. OC 141 (Sekolah Pilot) 23 25 27 29 31
6. OC 142 (Sekolah Pramugari) 14 16 18 20 22
7. OC 147 (Sekolah Teknik 10 12 14 16 18
Penerbang)
8. DOA 21 (Design Organization 6 6 6 7 8
Approval)
9. AMO 145 (Bengkel Penerbangan) 68 71 74 77 81
10. Distributor 57 (Supplier) 85 85 85 85 85
Total 284 298 311 325 341

Sumber : DKUPPU, 2014

Terdapat perubahan pendekatan mengenai peran


keselamatan penerbangan, yang semula menggunakan
pendekatan tradisional berubah menjadi pendekatan sistem,
yang meliputi:
- Pemenuhan kebutuhan armada pesawat udara melalui
penyusunan fleet plan. Selama ini pengadaan armada
pesawat udara didasarkan semata-mata atas business
plan yang dikeluarkan oleh operator. Kedepan,
pengadaan armada pesawat udara didasarkan atas fleet
plan yang tidak saja mempertimbangkan forecast

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 87 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

demand penumpang yang disesuaikan dengan kapasitas


bandar udara tetapi juga harus mensyaratkan
pemenuhan ketersediaan inspektur untuk peningkatan
keselamatan penerbangan;
- Inspektur; saat ini inspektur adalah auditor terhadap
pemenuhan regulasi, ke depannya inspektur adalah
pengevaluasi sistem. Untuk memenuhi kebutuhan
jumlah inspektur yang dirasakan masih kurang saat ini,
dapat dilakukan upaya:
 Pendirian sekolah-sekolah inspektur yang tidak
hanya menghasilkan sejumlah inspektur tetapi juga
untuk meningkatkan rating inspektur yang ada;
 Perekrutan SDM inspektur asing dimana dalam
perekrutan harus memenuhi ketentuan yang
berlaku;
 Perekrutan inspektur melalui jalur penerimaan
CPNS yang lebih terpola dan terencana.
- Organisasi, yang semula tanggap terhadap persyaratan
regulasi menjadi organisasi yang secara proaktif
mengatur/mengendalikan resiko;
- Peran Ditjen Perhubungan Udara berubah dari
memeriksa kondisi pesawat, catatan perawatan dan
pengoperasian (record), dan personil secara langsung
menjadi menilai apakah organisasi bersangkutan
mempunyai proses yang efektif untuk menjamin
keselamatan penerbangan.

Selain itu, juga terdapat perubahan pendekatan pengawasan


ke depan yaitu:
- Inspektur diberikan kewenangan penuh untuk
melakukan penindakan di lapangan;
- Online system database antar region dan pusat sebagai
sumber data yang terbaru (update);
- Persyaratan sistem manajemen keselamatan (penerapan
SMS);
- Solusi cerdas yaitu audit system dan pengambilan
keputusan berbasis data;
- Perbaikan pengawasan industri yang didasarkan pada
prinsip-prinsip berbasis resiko;

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 88 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

- Berbagi tanggung jawab terhadap keselamatan;


- Regulasi tidak sama dengan keselamatan;
- Budaya keselamatan adalah habits, dan bukan prestasi;
- Pengawasan memiliki keterbatasan;
- Fokus pada pengoperasian transportasi udara.

Strategi Peningkatan Keselamatan di bidang Penerbangan:


- Pemenuhan aturan penerbangan yang terbaru (GPWS,
Flight Deck Door, TAWS, TCAS, Digital FDR, ELT 406);
- Pembatasan masuknya pesawat tua yang berumur >20
tahun;
- Penerapan manajemen penerbangan secara horizontal
(RNP 10);
- Penerapan Reduce Vertical Separation Minimal (RVSM)
untuk pesawat jenis jet penumpang dan kargo
(termasuk penerbangan eksekutif);
- Khusus pesawat di luar kontrol AOC maka pemilik
pesawat wajib melakukan kontrak dengan perusahaan
perawatan pesawat udara (AMO);

Strategi peningkatan kualitas dan kompetensi Sumber Daya


Manusia di Bidang Penerbangan:
- Penambahan jumlah inspektor sesuai perkembangan
penerbangan di indonesia;
- Pelatihan inspektur di dalam dan di luar negeri;
- Peningkatan dan penambahan sarana dan prasarana
pendidikan penerbangan;
- Peningkatan kualitas instruktur;
- Pembakuan kurikulum pendidikan dan pelatihan
penerbangan.

Berdasarkan perubahan pendekatan tersebut, maka


kebijakan di bidang Kelaikan Udara dan Pengoperasian
Pesawat Udara sebagai berikut:
1. Pencetusan Program Keselamatan Penerbangan (State
Safety Programme/ SSP).
Program Keselamatan Penerbangan sebagaimana diatur
dalam PM 93 Tahun 2016 disusun berdasarkan
kerangka kerja State Safety Program (SSP) dari ICAO dan
petunjuk teknis (guidance material). Tujuan dari
Program Keselamatan Penerbangan Nasional adalah:
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 89 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

- Menetapkan Standard dan prinsip dasar


keselamatan penerbangan nasional;
- Menghubungkan dasar hukum yang berhubungan
dengan proses implementasi dan praktek
pelaksanaan;
- Menjelaskan aspek keselamatan penerbangan
nasional yang dapat dikelola dan terukur;
- Menetapkan peran pemerintah dalam mengelola
keselamatan penerbangan nasional;
- Menetapkan standar peraturan dan kegiatan yang
bertujuan untuk meningkatkan keselamatan
penerbangan nasional;
- Menyediakan sistem manajemen pengelolaan
keselamatan penerbangan nasional oleh Direktorat
Jenderal Perhubungan udara;
- Menjembatani perbedaan antara proses internal dan
eksternal terhadap keselamatan penerbangan
nasional Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
dengan proses internal keselamatan penerbangan
nasional penyedia jasa penerbangan.
2. Pemenuhan kebutuhan armada pesawat udara.
Penyediaan armada udara dalam rangka optimalisasi
pelayanan transportasi udara nasional dilakukan
dengan menerapkan strategi peningkatan peran
pemerintah dalam melakukan evaluasi teknis, operasi,
ekonomi, SDM dan keuangan khususnya dalam
penerbitan sertifikat operator pesawat udara;
penyempurnaan dan harmonisasi dengan peraturan
internasional dalam penerbitan sertifikasi tipe dan
sertifikasi produksi pesawat; audit mutu berkala AOC
(sertifikat operator pesawat udara); ijin pengoperasian
pesawat udara dalam negeri terkait dengan registrasi
asing dan tanda pendaftaran Indonesia bagi pesawat
udara sipil milik warga negara atau badan hukum asing.
Untuk meningkatkan keselamatan penerbangan,
penyediaan armada pesawat udara harus diimbangi oleh
ketersediaan inspektur penerbangan. Sedangkan untuk
efisiensi operasi penerbangan diharapkan operator
dapat melakukan peremajaan dan penambahan armada
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 90 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

pesawat udara sesuai dengan forecast demand dan


kapasitas bandar udara. Ketentuan terkait penyediaan
jumlah pesawat udara minimal telah diatur dalam UU
No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan pasal 118.
Sedangkan peremajaan pesawat udara telah diatur
dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 160
Tahun 2015 tentang Peremajaan Armada Pesawat Udara
Angkutan Udara Niaga. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pemenuhan kebutuhan armada pesawat udara:
a. kepemilikan jumlah armada pesawat udara:
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 97 Tahun 2015 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Kepemilikan dan Penguasaan Pesawat
Udara bahwa:
- Angkutan udara niaga berjadwal memiliki paling
sedikit 5 (lima) unit pesawat udara dan
menguasai paling sedikit 5 (lima) unit pesawat
udara dengan jenis yang mendukung
kelangsungan usaha sesuai dengan rute yang
dilayani;
- Angkutan udara niaga tidak berjadwal memiliki
paling sedikit 1 (satu) unit pesawat udara dan
menguasai paling sedikit 2 (dua) unit pesawat
udara dengan jenis yang mendukung
kelangsungan usaha sesuai dengan daerah
operasi yang dilayani;
- Angkutan udara niaga khusus mengangkut
kargo memiliki paling sedikit 1 (satu) unit
pesawat udara dan menguasai paling sedikit 2
(dua) unit pesawat udara dengan jenis yang
mendukung kelangsungan usaha sesuai dengan
rute atau daerah operasi yang dilayani.
b. peremajaan armada pesawat udara
Sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 160 Tahun 2015 tentang Peremajaan
Armada Pesawat Udara Angkutan Udara Niaga
disebutkan bahwa:
- Pesawat udara kategori transport dan kategori
normal atau komuter untuk angkutan udara
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 91 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

penumpang yang didaftarkan dan dioperasikan


untuk pertama kali di wilayah Republik
Indonesia, maksimum berusia 10 (sepuluh)
tahun;
- Pesawat udara untuk angkutan udara khusus
kargo (freighter) yang didaftarkan dan
dioperasikan untuk pertama kali di wilayah
Republik Indonesia, maksimum berusia 15 (lima
belas) tahun;
- Pesawat udara kategori transport atau normal
atau komuter untuk angkutan udara
penumpang atau angkutan udara khusus kargo
(freighter) yang beroperasi di wilayah Republik
Indonesia, maksimum berusia 30 (tiga puluh)
tahun.
c. tersedianya kecukupan jumlah pilot.
Diperlukan adanya upaya target pengurangan
penggunaan SDM pilot asing dan sepenuhnya
menggunakan SDM pilot dalam negeri dengan:
- Meningkatkan jumlah sekolah penerbangan,
dengan berkoordinasi dengan operator pesawat
udara;
- Mendorong kemudahan rekruitmen pilot untuk
bekerja pada operator pesawat udara dengan
memberikan rekomendasi;
- Mendorong sekolah-sekolah penerbangan untuk
meningkatkan kualifikasi lulusannya dengan
menyediakan fasilitas dan kurukulum
berstandar internasional;
- Meningkatkan kualitas lulusan sekolah
penerbang yang sudah ada.
d. dukungan terhadap industri dirgantara nasional
untuk memproduksi kebutuhan pesawat di
Indonesia. Seperti kebutuhan pesawat untuk
angkutan udara perintis, modifikasi pesawat serta
pengadaan suku cadang pesawat.
e. mendorong organisasi perawatan pesawat udara
Indonesia untuk memiliki lebih dari 1 (satu)
kemampuan perawatan dan mampu melayani 100%
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 92 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

kebutuhan perawatan pesawat udara di Indonesia


melalui:
- Dukungan dari pemerintah pusat dalam
memberikan insentif kebijakan pengurangan
dan atau peniadaan bea masuk suku cadang
impor bagi kebutuhan perawatan pesawat;
- Dukungan dari vendor terkait training, special
tools dan equipment serta technical;
- Pengalokasian dana untuk memiliki fasilitas dan
peralatan yang mengikuti perkembangan
teknologi dan kemajuan pasar dalam negeri;
- Peningkatan kualitas teknisi dan SDM
penunjang;
- Kemudahan pendirian lembaga pendidikan/
pelatihan dengan biaya pelatihan yang
terjangkau.
f. mendorong operator pesawat untuk menggunakan
suku cadang tertentu pesawat buatan lokal.
3. Pemenuhan terhadap rekomendasi dari hasil audit
ICAO-USOAP, FAA audit dan EU Ban.
Untuk menjamin keselamatan penerbangan, sejumlah
program peningkatan keselamatan penerbangan telah
dilakukan Ditjen Perhubungan Udara dengan :
- Membatasi ijin usaha dan ijin operasi operator
penerbangan baru;
- Menyiapkan regulasi penerbangan yang harus selalu
terkini (up to date),
- Meningkatkan kompetensi sumber daya manusia,
- Mempertahankan dan meningkatkan pelaksanaan
pengawasan keselamatan penerbangan secara
berkesinambungan;
- Menerapkan penegakkan hukum secara terbuka,
transparan dan konsisten, diantaranya mencabut
ijin operasi operator penerbangan yang unsafe atau
tidak aman.
4. Sertifikasi Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat
udara dilakukan sebagai berikut:
a. melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap
operator penerbangan untuk meningkatkan
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 93 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

keselamatan penerbangan (Improve Safety Oversight)


yang mencakup:
- Melaksanakan safety audit, surveillance
kelaikan udara dan operasi penerbangan serta
pelaksanaan ramp check secara rutin;
- Pelaksanaan law enforcement terhadap
pemegang sertifikat, baik institusi maupun
personal dengan tujuan meminimalisasikan
angka insiden, serius insiden maupun accident
pesawat udara;
- Menerapkan Safety Management System (SMS)
secara konsisten untuk melengkapi sistem yang
sudah ada dan sebagai alat untuk mengukur
tingkat safety di teknik dan operasi serta
manajemen;
- Pelaksanaan ICAO Project INS 07/802-
Enhancement of Safety Oversight Capability of
DGCA.
- Menjalankan surveillance dan pengendalian
(control) dengan penguatan fungsi Otoritas
Bandar Udara (OBU) melalui:
 Penempatan kecukupan jumlah inspektur
yang memiliki kemampuan melakukan
surveillance/dan pengendalian pada OBU;
 Peningkatan kualitas SDM inspektur yang
bersangkutan melalui program sekolah,
kursus dan training.
b. melaksanakan pengawasan dan pembinaan rancang
bangun pesawat udara meliputi organisasi rancang
bangun; validasi sertifikasi tipe; modifikasi dan
reparasi.
c. melaksanakan sertifikasi Reduced Vertical
Separation Minimal (RVSM);
d. melaksanakan sertifikasi Required Navigation
Performance (RNP-10);
e. melakukan penyusunan, pembuatan dan
penyempurnaan regulasi yang memenuhi seluruh
ketentuan standar internasional (CASR, SI dan AC);

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 94 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

f. melaksanakan pendaftaran dan penghapusan


pesawat udara sesuai program operator yang
mengacu kepada izin pemasukan atau penambahan
dan izin penghapusan pesawat udara dari Ditjen
Perhubungan Udara;
g. melaksanakan pemenuhan dan peningkatan
kuantitas, kualitas dan kompetensi inspektor
kelaikan udara dan operasi penerbangan;
h. pelaksanaan kerjasama hubungan internasional
atau badan internasional (International Cooperation);
i. pembentukan lembaga penyelenggara pelayanan
umum Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat
Udara untuk kemandirian secara finansial dan
kewibawaan institusi;
j. penambahan sarana dan prasarana yang
mendukung peningkatan kinerja:
- Pembuatan dan pengembangan data base
internal sistem (IMSIS) yang terintegrasi;
- Komputerisasi sistem license.
k. mensyaratkan operator menggunakan sistem
pengiriman data penerbangan secara real time;
l. mensyaratkan operator memasang kamera CCTV,
perekam data dan suara di kokpit pesawat;
m. mensyaratkan untuk pemasangan ELT dengan freq
121,5 dan 406 MHz 2 unit bagi pesawat yang
beroperasi di atas perairan atau pesawat yang
beroperasi 50 mile dari pesisir pantai dan 1 unit
bagi pesawat yang beroperasi di atas daratan;
n. mendorong operator menggunakan peralatan
ultrasonic pada pesawat untuk menghindari bird
strikes;
o. mendorong operator menggunakan baterai sebagai
alat pemindai posisi yang lebih tahan lama;
p. mendorong operator menggunakan sistem baru
yang dapat mengirim data pesawat ke satelit;
q. mendorong operator menggunakan alternative bio
fuel secara bertahap untuk mengurangi
ketergantungan menggunakan 100% bahan bakar
avtur;
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 95 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

r. mendorong operator menggunakan komunikasi


dengan data link dan navigasi via frekuensi atau
satelit termasuk penggunaan alat bantu
surveillance (ADS/B) broadcasting dengan
pemasangan ATC transponder mode S;
s. memberikan kemudahan penyebaran pusat-pusat
perawatan pesawat udara di luar pulau Jawa
khususnya pada bandar udara yang bukan titik
penyebaran untuk menjadi home base perawatan;
t. memfasilitasi kemampuan perawatan komponen
pesawat udara yang memerlukan keahlian khusus
dan ketelitian tinggi, serta memfasilitasi kerjasama
perawatan pesawat udara antar perusahaan
penerbangan.

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PENERBANGAN MELALUI


PENGEMBANGAN PESAWAT N219

SEJARAH
N219 adalah pesawat multi fungsi bermesin dua yang
dirancang oleh PT. Dirgantara Indonesia (PT. DI) dengan
tujuan untuk dioperasikan di daerah-daerah terpencil
Indonesia. Pesawat berkapasitas 19 penumpang ini didesain
sebagai pesawat perintis, penghubung daerah terpencil dan
pulau-pulau kecil yang bisa mendarat di landasan tanah,
berumput, atau berkerikil, dengan panjang landasan 600
meter. Pesawat ini terbuat dari logam dan dirancang untuk
mengangkut penumpang maupun kargo. Pesawat yang
dibuat dengan memenuhi persyaratan FAR 23 ini dirancang
memiliki volume kabin terbesar di kelasnya dan pintu
fleksibel yang memastikan bahwa pesawat ini bisa dipakai
untuk mengangkut penumpang dan juga kargo.

Sebelum memasuki serial production, PT DI terlebih dahulu


akan membuat dua unit purwarupa untuk uji terbang serta
satu unit purwarupa untuk tes statis pada tahun 2012.
Program pembuatan purwarupa sendiri direncanakan
memakan waktu selama dua tahun dengan pengalokasian
dana yang dibutuhkan sebesar Rp. 300 miliar.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 96 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Dalam pengembangan pesawat, Lembaga Penerbangan dan


Antariksa Nasional (LAPAN) mempunyai tugas
merencanakan dan membuat purwarupa. Dengan
keberhasilan uji terbang pesawat N219, maka berarti
mewujudkan keinginan perintis industri penerbangan
Indonesia.

N219 akan melakukan uji terbang di laboratorium uji


terowongan angin pada bulan Maret 2010. Pesawat N219
baru akan bisa diserahkan kepada pemesan pertamanya
untuk diterbangkan sekitar 2014-2015. N219 ini merupakan
pengembangan dari NC-212 yang sudah diproduksi oleh PT
DI dibawah lisensi CASA.

Pesawat N219 menjadi awal kebangkitan pengembangan


teknologi penerbangan. Bahkan pembangunan pesawat
N219 potensial untuk membangun sumber daya manusia.
Dengan suksesnya pembuatan N219, diharapkan seluruh
kemampuan dapat bersinergi dalam mewujudkan
pembangunan tersebut.

Sebagai informasi Nurtanio Pringgoadisuryo merupakan


sosok perintis awal penerbangan Indonesia yang
menginginkan bangsa Indonesia bisa membuat pesawat
buatan sendiri. Pada masa awal kemerdekaan, Nurtanio
Pringgoadisuryo bersama beberapa rekannya membuat
pesawat dari logam Indonesia yang dinamai Sikumbang,
Kunang-kunang dengan mesin VW, Belalang dan Gelatik
serta menyiapkan produksi F-27.

Nurtanio Pringgoadisuryo juga berkontribusi membuat


Pesawat Api Revolusi atau Arev, dari bekas rongsokan Super
Aero buatan Cekoslowakia yang tergeletak di Kemayoran.
Karena dedikasinya yang tinggi, setelah Nurtanio gugur
dalam penerbangan uji coba Arev, namanya diabadikan
menjadi Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN), yang
kemudian menjadi PT Dirgantara Indonesia.
PROSES
Terkait proses sertifikasi pesawat terbang PT. Dirgantara
Indonesia (PT.DI) model N219, akan dilaksanakan
―Persiapan Experimental First Flight Pesawat Terbang N219

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 97 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

MSN PD1‖ yang direncanakan penerbangannya pada tanggal


16 Agustus 2017 di Bandar Udara Husein
Sastranegara,Bandung.

Sehubungan target pemenuhan jadwal first flight N219


dimana persyaratan proses sertifikasi Type Certificate (TC)
belum sepenuhnya terpenuhi, PT.DI mengajukan perubahan
status prototipe terbang N219 (PD1) dari
wahana sertifikasi prototipe TC menjadi wahana Research
and Development (R&D). PT. DI telah mengajukan surat No.
PTD/0037/DT0000/03/2017 tanggal 17 Maret 2017 perihal
Rencana Experimental Flight Pesawat Udara N219, dan No.
PTD/0079/DT0000/05/2017 tanggal 19 Mei 2017 perihal
Experimental Flight Pesawat Udara N219 PD1.

Terkait dengan rencana terbang tersebut, Direktorat


Jenderal Perhubungan Udara telah mengeluarkan Certificate
of Registration dengan registrasi PK-XDT pada tanggal 14
Juli 2017 untuk pesawat N219 MSN PD1.

Penerbangan Experimental R&D baru dapat dilakukan


setelah mendapatkan Special Certificate of Airworthiness (C
of A) dengan kategori Eksperimental dari Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara berdasarkan Statement Safe for Flight &
Landing yang disampaikan oleh PT. DI terhadap pesawat
N219 MSN PD1.

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Tim Sertifikasi


pesawat N 219 Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
dengan PT. DI, penerbangan perdana pesawat N219
direncanakan pada tanggal 16 Agustus 2017 di Bandar
Udara Husein Sastranegara dengan beberapa limitasi
terbang sebagai berikut:
a. menggunakan flight envelope yang terbatas dengan
durasi penerbangan sekitar 40 menit;
b. take off dari Bandar Udara Husein Sastranegara,
menuju area Batu Jajar dengan flight level 8000 ft. dan
kembali ke Bandar Udara Husein Sastranegara,
Bandung; dan

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 98 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

c. notam akan dikeluarkan oleh AirNav selama


penerbangan perdana dengan alokasi dari pukul 08.00
s/d 10.00 WIB untuk tanggal 16 Agustus 2017.

Penerbangan perdana akan dilaksanakan apabila


persyaratan kondisi cuaca terpenuhi, dan akan ditunda ke
hari berikutnya jika tidak terpenuhi.

Dan akhirnya, penerbangan perdana pesawat N219 MSN


PD1 dapat dilaksanakan dan berjalan lancar dengan kondisi
cuaca yang sangat baik dan publik menyambut gembira
keberhasilan terbang perdana dan mendarat dengan mulus
pesawat buatan anak bangsa, setelah 20 menit melewati uji
terbang perdana mengitari langit Batu Jajar Bandung
Barat di Bandara Husein Sastranegara, Bandung-Jawa
Barat, Rabu, 16 Agustus 2017.

Tepuk tangan dan ungkapan syukur menyertai pesawat


buatan PT. DI serta LAPAN itu lepas landas mulus. Pesawat
ini dipiloti oleh Capt. Esther Gayatri Saleh. Pilot wanita itu
berhasil memandu service ceiling N219 ini pada ketinggian
sekitar 10.000 kaki. Chief Test Pilot PT. DI, Capt. Esther
Gayatri Saleh turun dengan mata berlinang disambut
jajaran direksi PT. DI dan instansi lainnya.

OPTIMALISASI DAN PENYERAPAN PILOT AB INITIO


Dalam upaya optimalisasi dan penyerapan lulusan pilot
baru (ab initio) yang belum terserap di perusahaan-
perusahaan penerbangan yang tersebar di Indonesia, maka
Kementerian Perhubungan yang terdiri dari Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara, Sekretaris Jenderal
Perhubungan, Inspektorat Jenderal dan Badan
Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM)
Kementerian Perhubungan bekerjasama dengan perusahaan
Penerbangan di Indonesia diataranya Garuda Indonesia,
Citilink, Lion Air, Batik Air, Wings Air, Sriwijaya Air, Nam
Air, Air Asia, dll telah melakukan langkah-langkah serius
untuk menyerap dan mengoptimalkan pilot Ab Initio yang
belum terserap di industri penerbangan.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 99 -
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Berikut tabel penyerapan pilot Ab Initio dari perusahaan


Penerbangan di Indonesia:

Tabel 4.17
Rencana Dan Daya Serap Maskapai Penerbangan Terhadap Pilot Ab Initio
NO MASKAPAI 2016 2017 2018 2019 2020 KETERANGAN

1 Garuda Indonesia Rencana perekrutan


48 72 72 Ab Initio (Prioritas
rated non expirience)
2 Citilink Indonesia 70 36 - 30 40
3 Lion Mentari
- 39
Airlines
4 Batik Air Perekrutan Ab Initio
dikoordinir oleh PT.
117 35
Lion Air, 177 Total
dari 2013
5 Wings Abadi Rencana perekrutan
Ab Initio 3 orang
- 26 36 36
perbulannya

6 Sriwijaya Air 55
7 Nam Air 16 13 - -
8 Indonesia Air Asia 10 16 60 50-60
Sub Total 151 295 203 138 40
Total 827

Kementerian Perhubungan bekerjasama dengan perusahaan


Penerbangan akan melakukan rangkaian kegiatan yaitu:
1. Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat
Udara (DKPPU) Ditjen Perhubungan Udara akan
melakukan rekrutmen terhadap 30 orang lulusan pilot
Ab Initio bekerjasama dengan Jakarta Aviation Training
Centre (JATC) dengan tiga tahapan tes yaitu Psikotes,
Training dan Aeronautical Test, Aptitude Test (Simulator
Test). 30 orang pilot ab initio yang akan di rekrut
nantinya akan menempati posisi sebagai Inspektur
Perbantuan DKPPU (bukan PNS DKPPU) yang akan
disebar ke 10 wilayah Kantor Otoritas Banda Udara
(OBU) yaitu Kantor OBU Wilayah I (Soekarno Hatta),
Kantor OBU Wilayah II (Kualanamu-Medan), Kantor
OBU Wilayah III (Juanda-Surabaya), Kantor OBU
Wilayah IV (Ngurah Rai, Denpasar), Kantor OBU Wilayah
V (Hasanuddin, Makassar), Kantor OBU Wilayah VI
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 100
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

(Minangkabau-Padang), Kantor OBU Wilayah VII


(Sepinggan-Balikpapan), Kantor OBU Wilayah VIII (Sam
Ratulangi-Manado), Kantor OBU Wilayah IX (Rendani-
Manokwari), Kantor OBU Wilayah X (Mopah-Merauke).
Untuk pendaftaran online dapat ke alamat website:
rekrutmen.dkppu.id

2. DKPPU bekerjasama dengan Perusahaan Penerbangan


akan menyelenggarakan Workshop Penyerapan dan
Optimalisasi Pilot Ab Initio.
Kegiatan ini akan menghadirkan perusahaan
Penerbangan Indonesia diantaranya Garuda Indonesia,
Citilink, Lion Air, Batik Air, Wings Air, Sriwijaya Air,
Nam Air, Air Asia untuk memaparkan program
perekrutan terhadap pilot Ab Initio yang telah
dilakukan dari tahun 2016 sampai dengan rencana
perekrutan di tahun 2017, 2018 dan 2019.
Akan disampaikan pola rekrutmen dari masing-masing
perusahaan Penerbangan dan juga kiat kiat untuk dapat
lulus dari seleksi di perusahaan tersebut. Peserta dari
Workshop ini adalah pilot-pilot Ab Initio yang belum
terserap di perusahaan Penerbangan.

4.3.5 KEAMANAN PENERBANGAN


Keamanan Penerbangan adalah suatu keadaan yang
memberikan perlindungan kepada penerbangan dari
tindakan melawan hukum melalui keterpaduan,
pemanfaatan sumber daya manusia, fasilitas, dan prosedur.

Dalam rangka pemenuhan keamanan penerbangan perlu


dibentuk suatu organisasi yang guna mengikuti kebijakan
dan dinamika global industri angkutan udara dan demikian
juga dalam rangka persiapan serta implementasi menuju
pasar tunggal dan Open Sky Policy.

Pengembangan Sistem Keamanan Penerbangan Nasional


2015-2019 melalui Program Keamanan Penerbangan
Nasional adalah sebagai berikut:
1. Program Keamanan Penerbangan Nasional (National
Aviation Security Programme);

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 101
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

2. Program Penanggulangan Keadaan Darurat Keamanan


Penerbangan Nasional (National Aviation Security
Contigency Plan);
3. Program Pendidikan dan Pelatihan Keamanan
Penerbangan Nasional (National Aviation Security
Training Programme);
4. Program Pengawasan Keamanan Penerbangan Nasional
(National Aviation Security Quality Control Programme);
5. Program Pendidikan dan Pelatihan Penanganan Barang
Berbahaya Nasional.

Keempat program tersebut dilakukan melalui:


1. Pengembangan dan penerapan TIK;
2. Integrasi Sistem Keamanan Penerbangan Nasional;
3. Revitalisasi Sarana dan Prasarana;
4. Promosi, publikasi sosialisasi dan harmonisasi
peraturan terkait keamanan penerbangan;
5. Pengawasan implementasi peraturan di bidang
keamanan penerbangan secara intensif melalui Audit,
Inspeksi, Survey dan Test Keamanan Penerbangan;
6. Penegakan hukum baik sanksi administrasi dan pidana.

Kebijakan Umum Keamanan Penerbangan:


1. Peningkatan kinerja fasilitas keamanan penerbangan
(PKP-PK dan Salvage, Aviation Security, serta
penanganan pengangkutan barang berbahaya dan
kargo) melalui pemeliharaan, rehabilitasi, penggantian
dan peningkatan kemampuan fasilitas keamanan
penerbangan;
2. Pengadaan dan pemasangan fasilitas keamanan
penerbangan antara lain:
a. Peralatan Keamanan Penerbangan
- Pengadaan dan pemasangan peralatan X-Ray
(Kabin, Bagasi dan Kargo), Metal Detector,
Closed Circuit Television (CCTV), Body Inspector,
peralatan Security Perimeter for Airport
Surveillance, Centralized Image Secure (CIS) dan
Central Control for Airport Secure (CCAS), Alarm
System, Security Door System, Avsec Radio

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 102
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Communication & Radio Base Station, Remote


Monitoring and Maintaining for X-Ray;
- Pengadaan Security Inspection Car & Security
Inspection Motor Trail, Dummy Test Avsec,
perekam video dan audio, Peralatan Emergency
Operation Center (EOC), Explosive Detector,
Explosive Compartment, Liquid Scaen Detector;
- Pengadaan dan pemasangan peralatan detektor
NUBIKARA;
- Pengadaan kotak penyimpanan peluru petugas
pengamanan di pesawat udara (Air Marshal);
- Pengadaan Computer Base Training;
- Pengadaan peralatan uji fasilitas keamanan
Penerbangan;

Tabel 4.18
Kebutuhan Fasilitas Keamanan Penerbangan 2015-2019
Jumlah TAHUN
Jenis Peralatan
2015 2016 2017 2018 2019
X Ray Cabin Dual View 25 3 - 4 12 6
X Ray Bagasi Dual View 9 4 2 - 2 1
X Ray Cabin Threat Image projection 5 4 1 - - -
X Ray Bagasi Threat Image Projection 12 4 - 3 1 4
Walk Through Metal Detektor (WTMD) 56 15 5 5 20 11
Hand Held Metal Detector 108 66 10 12 16 4
Close Circuit Television (CCTV) 61 9 14 25 7 6
Close Circuit Television (CCTV) Video Analytic 34 3 28 1 1 1
Explosive Detector 50 7 28 6 5 4
Perimeter Intruder Detection (PIDS) 33 2 1 3 13 14
Security Door system 5 2 - 3 - -
Radio Communication for Avsec 76 46 2 6 14 8
Alat Uji Fasilitas keamanan Penerbangan 71 14 14 14 1 28
Body Inspection Machine 34 2 29 1 1 1
Liquid Scan Detector 37 4 26 3 2 2
Pengadaan Peralatan Praktek Ujian DC 3 1 - 1 - 1
Updating sistim Peralatan Penunjang Pengujian 2 1 - - - 1
Personil Penanganan Pengangkutan Barang Berbahaya
Upgrading Peralatan Penunjang Penanganan 4 - 1 1 1 1
Pengangkutan Barang berbahaya
Pengadaan Dokumen Penunjang pengangkutan Barang 4 - 1 1 1 1
Berbahaya
Pengadaan Peralatan Penanganan dan Penanganan 4 - 1 1 1 1
Pengangkutan Barang berbahaya

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 103
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

b. Peralatan PKP-PK
- Pengadaan Foam Tender (FT) Tipe I, II, III, IV, V
dan VI;
- Pengadaan Rapid Intervention Vehicle;
- Pengadaan Rapid Intervention Vehicle (RIV) Tipe
IV;
- Pengadaan Kendaraan Pendukung (Ambulance,
Commando Car);
- Pengadaan Peralatan Salvage;
- Pengadaan Peralatan Pendukung (Breathing
Apparatus Set, Baju Tahan Api, Baju Tahan
Panasm Radio Komunikasi, Kompressor
pengisian BA Set, dll)
- Pengadaan Bahan Pemadam
- Pengadaan Alat Pemadam Portable;
- Pengadaan Kendaraan Operasional test foam
kit;

Tabel 4.19
Kebutuhan PKP-PK 2015-2019
Jumlah Kekurangan
Jenis kendaraan
2015 2016 2017 2018 2019
Foam Tender Tipe (FT I) 3 1 1 1 - -
Foam Tender Tipe (FT II) 7 2 2 2 1 -
Foam Tender Tipe (FT III) 13 3 3 3 2 2
Foam Tender Tipe (FT IV) 37 8 8 7 7 7
Foam Tender Tipe (FT V) 6 2 1 1 1 1
Foam Tender Tipe (FT VI) 17 4 4 3 3 3
Rapid Intervention Vehicle (RIV) 17 4 4 3 3 3
Ambulance 56 16 10 10 10 10
Nurse Tender 28 6 6 6 5 5
Comando Car 27 7 5 5 5 5
Rescue Boat 1 - - 1 - -
Removal Disable A/C (Salvage) - - - - - -
Total 212 53 44 42 37 36

c. Peralatan Penanganan Barang Berbahaya


- Pengadaan Peralatan Penanganan dan
Pengangkutan Barang Berbahaya antara lain:
Sarung Tangan (Hand Gloves); Penutup mulut
dan hidung (Masker); Kaca Mata (Safety
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 104
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Glasses); Sepatu (Safety Shoes); Baju Pelindung


Tubuh (Safety Cloth); Tempat Penyimpanan
Tumpahan DG; Pelindung Kepala; Pelindung
Telinga (Ear Plug).
- Updating Peralatan Penunjang Pengujian
Personil Penanganan Pengangkutan Barang
Berbahaya;
- Upgrading Peralatan Penunjang Penanganan
Pengangkutan Barang Berbahaya;
- Pengadaan Dokumen Penunjang Pengangkutan
Barang Berbahaya.
3. Pelaksanaan Audit Terpadu bidang Keamanan
Penerbangan;
4. Pelaksanaan Seminar dan Workshop di Bidang
Keamanan Penerbangan;
5. Pembentukan Komite Penanggulangan Keadaan Darurat
Keamanan Penerbangan Nasional;
6. Pelaksanaan Man Portable Air Defence System
(MANPADS);
7. Kerjasama dengan negara lain di bidang Keamanan
Penerbangan;
8. Upgrading dan Pemeliharaan Fasilitas dibidang
Keamanan Penerbangan;
9. Pemberian perizinan di bidang keamanan penerbangan;
10. Pertemuan para Manager Avsec bandar udara;
11. Koordinasi/Kesamaan tindak dan Bahasa para
penyelenggara bandar udara terhadap ketertiban dan
keamanan di bandar udara-bandar udara;
12. Di Bidang Keamanan Penerbangan dalam jangka
panjang akan mengikuti strategi offensive yaitu : Audit
Security; Pemeriksaan barang kiriman dengan anjing
pelacak, body scanning inspection dan penggunaan Air
Marshall sebagai pengamanan di dalam pesawat udara;
13. Peningkatan kompetensi SDM di bidang keamanan
penerbangan;
14. Peningkatan dalam penyiapan dan pengembangan
desain keamanan di bandar udara;

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 105
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

15. Penyusunan dan pemenuhan norma, standar, pedoman


dan kriteria di bidang keamanan penerbangan.
Fasilitas PKP-PK Bandar Udara
Fasilitas PKP-PK merupakan fasilitas pokok bandar udara
yang ketersediaannya harus disesuaikan dengan kategori
PKP-PK bandar udara. Kategori PKP-PK bandar udara
dihitung berdasarkan panjang keseluruhan dan lebar
maksimum badan pesawat udara terbesar yang beroperasi
di bandar udara tersebut dengan mempertimbangkan
jumlah pergerakannya selama 3 bulan berturut-turut.

Berdasarkan data penerbangan di 218 Bandar udara,


didapatkan komposisi pesawat terbesar yang beroperasi
dikorelasikan dengan kategori PKP-PK yang dipersyaratkan
(dengan meninjau ketersediaan air/bahan pemadam pada
kendaraan belum menilai kinerja) adalah sebagai berikut:

Tabel 4.20
Korelasi Komposisi Pesawat Dengan Kategori PKP-PK
NO PESAWAT TERBESAR KATEGORI JUMLAH KOMPOSISI
PKP-PK (%)
1 B738/9-sejenisnya 7 35 16.05
2 B737/200/300/400/500 -A320 - Bae 6 14 6.42
146/200
3 ATR 72 – Dash 8 – F50 5 58 26.60
4 ATR 42 – Dornier 328 – MA60 4 20 9.17
5 C212 – DHC 6 3 91 41.74
TOTAL 218 100

Tingkat pemenuhan kategori PKP-PK


Pemenuhan kategori PKP-PK yang disusun/direncanakan
ditetapkan berdasarkan kriteria pemenuhan pelayanan PKP-
PK secara ideal. Pemenuhan pelayanan PKP-PK secara ideal
adalah tersedianya kendaraan PKP-PK dalam mendukung
operasi keselamatan penerbangan sesuai jenis pesawat
terbesar yang beroperasi dan bilamana terjadi kerusakan
ringan dari kendaraan PKP-PK utama tidak sampai
menurunkan status pelayana kategori PKP-PK bandar
udara.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 106
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Penetapan dan mitigasi hal tersebut diatas dilaksanakan


dengan mempertimbangkan:
a. jumlah dan kondisi kendaraan PKP-PK bandar udara
berdasarkan kategori PKP-PK yang ditetapkan;
b. pemenuhan jumlah personil PKP-PK yang sangat sulit
dipenuhi sesuai kategori PKP-PK bandar udara yang
ditetapkan;
c. kondisi kendaraan PKP-PK yang dimungkinkan untuk
direlokasi dengan kinerja kendaraan PKP-PK yang
normal dan usianya ≤ 15 tahun;
d. pembangunan bandar udara baru dengan
mempertimbangkan jangka waktu pembangunan secara
keseluruhan dengan pemenuhan kendaraan PKP-PK
baru atau relokasi kendaraan PKP-PK dari bandar udara
terdekat/sekitarnya;

Mengevaluasi kembali bandar udara yang jumlah frekuensi


penerbangannya sedikit tetapi memiliki kendaraan PKP-PK
berlebih sehingga perlu dilakukan relokasi ke bandar udara
perintis dan bandar udara baru.

Sumber Daya Manusia


Sesuai dengan rencana pemenuhan kategori PKP-PK
terhadap bandar udara existing dan bandar udara yang
akan dioperasikan periode 2015-2019, maka diperlukan
penambahan kebutuhan personel sesuai dengan
penambahan fasilitas yang akan direncanakan. Adapun
Kebutuhan tambahan personel PKP-PK adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.21

Kondisi Existing Jumlah Kebutuhan Personel


Kat. Basic Junior Senior Teknisi Jumlah Basic Junior Senior Teknisi Jumlah
Pemelihara Pemelihara
1 3 3 1 0 7 9 5 0 1 15
2 21 5 3 0 29 74 38 0 8 120
3 134 25 8 0 167 998 583 14 120 1715
4 62 18 13 0 93 270 140 44 46 499
5 103 30 12 0 145 401 218 71 62 753
6 170 79 40 0 289 497 272 70 57 896
7 109 20 39 0 168 199 95 28 18 340

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 107
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

8 0 0 0 0 0
9 11 25 24 0 60 33 11 24 4 72
10 0 0 0 0 0
Jml 613 205 140 0 958 2482 1362 251 316 4411

Tabel Kebutuhan Personel PKP-PK


Tabel 4.22
Tabel Kekurangan Personel PKP-PK
Jumlah Kekurangan Personel
Kategori
Basic Junior Senior Teknisi Pemelihara Jumlah
1 6 2 -1 1 8
2 53 33 -3 8 91
3 864 558 6 120 1548
4 208 122 31 46 406
5 298 188 59 62 608
6 327 193 30 57 607
7 90 75 -11 18 172
8 0 0 0 0 0
9 22 -14 0 4 12
10 0 0 0 0 0
Jml 1869 1157 111 316 3453

4.3.6 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sangat
berkomitmen untuk memenuhi kuantitas dan kualitas serta
mendidik SDM khususnya di bidang keselamatan dan
keamanan penerbangan sesuai dengan peraturan
penerbangan sipil tingkat nasional maupun internasional
melalui:
1. Pemenuhan kebutuhan dan kecakapan SDM Ditjen
Perhubungan Udara di bidang implementasi teknis dan
operasi sesuai kebutuhan minimal secara bertahap
(inspektur penerbangan, PKP-PK, personil navigasi
penerbangan, pilot, avsec, Banglan, apron, listrik,
elektro, mekanikal, dll) yang dihitung berdasarkan
perhitungan analisis beban kerja jabatan;
2. Perlunya kebijakan khusus di bidang pendidikan
penerbangan sehinggapendidikan dapat terselenggara
dengan efisien dan efektif;
3. Pembentukan Standar Kompetensi Direktorat Jenderal
perhubungan Udara melalui pembuatan Kamus
Kompetensi baik kompetensi inti (core) dan kompetensi
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 108
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

teknis pada seluruh level jabatan serta leveling


kompetensi sesuai dengan posisi jabatan;
4. Pemetaan untuk mendapatkan people review bagi
perkembangan organisasi (promosi, mutasi, training)
yang sesuai dengan standar kompetensi di tiap level
jabatan melalui Analisa Jabatan;
5. Penyusunan perencanaan dan pengembangan SDM
melalui tahap pengadaan SDM, mutasi/rotasi
pembinaan, diklat kompetensi, peningkatan pola karier
dan pemenuhan kesejahteraan;
6. Pembinaan profesi oleh organisasi profesi dan
pembinaan karir teknisi penerbangan oleh Pemerintah
Pusat;
7. Peningkatan kemampuan SDM melalui diklat teknis dan
operasional dan tenaga teknis dan operasional wajib
memiliki sertifikat kecakapan personil (SKP);
8. Peningkatan penguasaan Bahasa Inggris;
9. Seluruh inspektur Penerbangan harus dididik melalui
Inspector Training System (ITS);
10. Pembentukan jabatan fungsional dan pemberdayaan
personil di bidang transportasi udara;
- Penambahan jumlah Inspektor dan PPNS sesuai
perkembangan penerbangan di Indonesia;
- Pelatihan Inspektor di dalam dan luar negeri;
- Peningkatan/penambahan sarana dan prasarana
pendidikan penerbangan;
- Peningkatan kualitas instruktur;
- Pembakuan kurikulum pendidikan dan pelatihan
penerbangan.
11. Peningkatan anggaran operasional Ditjen Perhubungan
Udara (Increasing Budget) khususnya untuk renumerasi
dan program oversight;
12. Pemenuhan kebutuhan peralatan maupun ruang kerja
yang nyaman bagi pegawai;
13. Penyediaan ruang pustaka serta fasilitas akses internet
yang memadai;
14. Kebijakan pemerintah tentang moratorium (penundaan
sementara) penerimaan CPNS tahun 2015-2019,
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 109
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

sehingga Ditjen Perhubungan Udara tetap akan


mengupayakan penambahan/pemenuhan SDM tahun
2015-2019 sebanyak 6.382 orang diantaranya tenaga
inspektur penerbangan sebanyak 887 orang, teknisi
penerbangan dan tenaga operasional penerbangan
sebanyak 5.408 orang, dan tenaga medis sebanyak 87
orang (rincian dapat dilihat pada Lampiran IV A dan
Lampiran IV B);
15. Pembinaan administrasi kepegawaian bagi tenaga
teknisi penerbangan yang diperbantukan pada PT.
Angkasa Pura I (Persero), PT. Angkasa Pura II (Persero),
dan Perum LPPNPI.

Kebijakan pengembangan SDM yang dilaksanakan tahun


2017 antara lain telah diatur dengan terbitnya peraturan
terkait SDM di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara:
a. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 36 Tahun
2017 tentang Peta Jabatan dan Uraian Jenis Kegiatan
Jabatan di Lingkungan Unit Pelaksana Teknis
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian
Perhubungan;
b. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 41 Tahun
2017 Tata Cara Penghitungan dan Pemberian
Tunjangan Kinerja Pegawai di Lingkungan Kementerian
Perhubungan;
c. Peraturan Dirjen Perhubungan Udara Nomor: KP 200
Tahun 2017 tentang Perencanaan Sumber Daya
Manusia Pada Jabatan Fungsional Umum di
Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
d. Peraturan Dirjen Perhubungan Udara Nomor: KP 198
Tahun 2017 tentang Perencanaan Sumber Daya
Manusia Pada Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara;

Pembentukan Jabatan Inspektur Penerbangan menjadi


Jabatan Fungsional Tertentu
Kementerian Perhubungan melalui Surat nomor
KP.105/1/6/A/Phb.2013 tanggal 5 Juni 2013 mengajukan
usulan pembentukan Jabatan Fungsional Inspektur
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 110
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Penerbangan Ke Kementerian PAN dan RB dan ditindak


lanjuti dengan melaksanakan ekspose Naskah Akademik
Jabatan Fungsional Inspektur Penerbangan di Kantor
Kementerian PAN dan RB pada tanggal 6 September 2013.
Kementerian Perhubungan melalui Surat Sekretaris
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Nomor
KP.105/1/20 PHB 2014, tanggal 26 Juni 2014 perihal
Penyampaian Penyempurnaan Naskah Akademik Jabatan
Fungsional Inspektur Penerbangan menghasilkan 10
(Sepuluh) Nomenklatur Jabatan Fungsional sebagai berikut:
1. Naskah Akademik Inspektur Kelaikudaraan;
2. Naskah Akademik Asisten Inspektur Kelaikudaraan;
3. Naskah Akademik Inspektur Pengoperasian Pesawat
Udara;
4. Naskah Akademik Asisten Inspektur Pengoperasian
Pesawat Udara;
5. Naskah Akademik Inspektur Navigasi Penerbangan;
6. Naskah Akademik Inspektur Keamanan Penerbangan;
7. Naskah Akademik Inspektur Bandar Udara;
8. Naskah Akademik Asisten Inspektur Bandar Udara;
9. Naskah Akademik Inspektur Angkutan Udara;
10. Naskah Akademik Asisten Inspektur Angkutan Udara.

Dengan demikian pembentukan Jabatan Fungsional


Tertentu Inspektur Penerbangan untuk selanjutnya akan
melaksanakan:
1. Pembahasan Matriks Uraian Kegiatan Inspektur
Penerbangan;
2. Penyusunan Draft PermenpanRB Inspektur
Penerbangan;
3. Pengukuran Beban Kerja dan Uji Petik Lapangan;
4. Penetapan PermenpanRB.

Pada tanggal 26-27 Oktober 2015 Ditjen Perhubungan


Udara melaksanakan finalisasi Pembentukan Jabatan
Fungsional Tertentu Inspektur Penerbangan dengan
narasumber Asisten Deputi Standarisasi Jabatan dan
Pengembangan Kompetensi SDM Aparatur, Kementerian
PAN dan RB. Agenda kegiatan adalah pembahasan

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 111
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Rancangan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur


Negara dan Reformasi Birokrasi tentang Inspektur
Penerbangan dan pembahasan Matriks Uraian Kegiatan
Inspektur Penerbangan untuk masing-masing nomenklatur.

Menindaklanjuti hasil kegiatan finalisasi Pembentukan


Jabatan Fungsional Tertentu Inspektur Penerbangan,
Kementerian Perhubungan dan Kementerian PAN dan RB
serta BKN melaksanakan kegiatan Uji Petik Beban Kerja
Inspektur Penerbangan dengan lokasi kegiatan sebagaimana
berikut:
1. Kantor Pusat pada tanggal 20 April 2017;
2. Kantor Otoritas Bandar Udara Wil. I Jakarta pada
tanggal 27 April 2017;
3. Kantor Otoritas Bandar Udara Wil. III Surabaya pada
tanggal 3-5 Mei 2017;
4. Kantor Otoritas Bandar Udara Wil. VII Balikpapan pada
tanggal 8-10 Mei 2017;
5. Kantor Otoritas Bandar Udara Wil. VIII Manado pada
tanggal 17-19 Mei 2017.

Pada tanggal 3-4 Agustus 2017, Ditjen Perhubungan Udara


bersama BKN serta Biro Kepegawaian dan Organisasi
Kemenhub melaksanakan Pembahasan Validasi Beban Kerja
Jabatan Fungsional Inspektur Penerbangan.

Dengan demikian pembentukan Jabatan Fungsional


Tertentu Inspektur Penerbangan untuk selanjutnya
menunggu persetujuan teknis dari BKN terkait Validasi
Beban Kerja Jabatan Fungsional Inspektur Penerbangan
dan untuk selanjutnya akan melaksanakan ekspose hasil
validasi kepada Kementerian PAN dan RB serta BKN.
Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan Finalisasi
Rancagan PermenPAN dan RB Inspektur Penerbangan
untuk masing-masing nomenklatur.

4.3.7 PENINGKATAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN DI


WILAYAH PAPUA
Wilayah propinsi Papua dan Papua Barat perlu mendapat
perhatian khusus dikarenakan memiliki karakteristik

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 112
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

geografis yang pegunungan serta iklim yang cukup ekstrem


perubahannya. Hal tersebut juga mengakibatkan
transportasi udara memegang peranan penting karena
menjadi penghubung utama dan penjamin aksesibilitas.
Bandar udara yang pada tahun 2016 beroperasi di wilayah
Propinsi Papua dan Papua Barat terdapat 108 Bandar
Udara1).

Angka kecelakaan di wilayah propinsi Papua dan Papua


Barat dari tahun 2012 s/d 2016 cukup tinggi dan
mengalami peningkatan yang cukup linear. Oleh karena itu
Direktorat Jenderal perhubungan Udara memberikan
perhatian khusus kepada keselamatan dan keamanan
terhadap penerbangan di wilayah Papua dan Papua Barat.

Gambar 4.6
Kecelakaan dan Kejadian Serius di Papua (dalam 5 tahun)

Kecelakaan atau kejadian pada penerbangan terdiri dari


berbagai faktor yaitu yaitu manusia (man), pesawat udara
(machine), lingkungan (environment) penggunaan pesawat
udara (mission), dan pengelolaan (management). Hal yang
terpenting dari tindak lanjut kejadian/kecelakaan adalah
mengetahui faktor adalah melakukan tindakan
pencegahannya serta tetap memegang prinsip-prinsip no
blame dan non punitive maka perlu disusun langkah
perbaikan untuk meminimalisir kemungkinan kecelakaan
yang berulang karena akibat yang sama. Mengetahui faktor
penyebab tersebut maka bisa dilakukan langkah-langkah
pengendalian melalui manajemen resiko yang jelas dan tepat
untuk setiap pihak yang terkait dengan pengoperasian
pesawat udara, bandar udara dan navigasi penerbangan.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 113
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Direktorat Jenderal Perhubungan sebagai otoritas


penerbangan berupaya melakukan langkah perbaikan yang
berkelanjutan untuk mengurangi angka kecelakaan.

Bandar Udara pada wilayah Papua dan Papua Barat yang


mencapai 108 bandar udara merupakan 36% dari seluruh
bandar udara umum yaitu 299 Bandar Udara.
Memperhatikan hal tersebut sehingga Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara melakukan beberapa kebijakan terkait
keselamatan penerbangan dengan memperhatikan
karakteristik suatu wilayah agar kebijakan tersebut tepat
sasaran dan efektif.

Prasarana bandar udara memegang peranan penting dalam


kejadian dan kecelakaan penerbangan karena merupakan
sebagai tempat pesawat udara melakukan pendaratan dan
lepas landas yang dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas untuk
mendukung terjaminnya keselamatan dan keamanan
penerbangan. Berdasarkan catatan maka kecelakaan atau
kejadian yang terjadi di Papua periode Mei-Nov 2016
disebabkan adanya runway excursion. Kejadian dan
kecelakaan yang disebabkan oleh Runway Excursion
bahkan pada pada 5 tahun mencapai 25 kejadian dari 45
kejadian.

Tabel 4.23
Daftar Kejadian Serius Dan Kecelakaan Di Papua

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 114
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Gambar 4.7
Grafik Penyebab Kecelakaan dan Kejadian Serius di Papua

Kecelakaan atau kejadian dengan kejadian Runway


Excursion merupakan kejadian yang mengakibatkan
pesawat udara mengalami kejadian keluar dari landasan.
Hal ini bisa dipengaruhi oleh kondisi landasan tersebut. Hal
ini bisa disebabkan oleh beberapa hal terkait dengan
prasarana bandar udara termasuk pemeliharaannya antara
lain: kondisi runway, apron dan drainasi terkait dengan
adanya genangan air, rubber deposit.

Bandar Udara di Wilayah Papua sebagian besar berada pada


daerah pegunungan karena pada dasarnya trasnportasi
udara memegang peranan besar dalam membuka
aksesibilitas di daerah terpencil. Sebaran bandar udara
sebagian besar pada daerah pegunungan. Bandar Udara
dimaksud antara lain : Sinak, Illu, Bilorai, Ilaga, Wamena,
Kelilla, Tanah Merah, Oksibil, Waghete, Mulia, Tiom, Illu,
Batom, Elelim, Dekai dan Kiwirok.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 115
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Gambar 4.8
Peta Sebaran Bandar Udara di Propinsi Papua dan Papua Barat

Pengembangan prasarana bandar udara pada daerah


pegunungan ada kendala tersendiri yaitu keterbatasan
lahan dikarenakan perbukitan dan lembah. Kondisi berbukit
uga menciptakan obstacle bagi lepas landas pesawat udara.

Guna menciptakan ketepatan dan efektifitas dalam


pembangunan prasarana bandar udara maka perlu melihat
pesawat udara yang akan dioperasikan pada bandar udara
tersebut. bandar udara yang digunakan untuk membuka
aksesiblitas merupakan prioritas bagi pengembangan
karena sebagian besar memiliki kondisi prasarana yang
sangat minim akan tetapi memegang peranan penting bagi
perluasan ekonomi dan jaringan penerbangan. Bandar
udara ini ditandai dengan beroperasi penerbangan perintis
pada bandar udara tertentu.

Penerbangan perintis yang beroperasi di wilayah papua


menggunakan pesawat Cessna atau DHC perbandingan
terbesar penggunaan pesawat udara sebagian besar
menggunakan Cessna 208B. Kedua pesawat tersebut
memiliki wing span <15m yang membutuhkan landasan
dengan Code Number 1 yaitu ARFL<800m.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 116
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Gambar 4.9
Grafik Perbandingan Jumlah Pesawat Udara Perintis Yang Beroperasi
Di Wilayah Propinsi Papua Dan Papua Barat

Beberapa bandar udara di pegunungan di Papua sudah


memiliki panjang landasan diatas 800m yang sudah sesuai
standar minimal untuk pesawat Cessna Grand Caravan dan
DHC Twin Otter. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
dalam rangka meningkatkan keselamatan penerbangan dan
mengingat kondisi obstacle maka Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara meningkatkan kapasitas landasan dan
prasarana pada bandar udara di daerah pegunungan diatas
standar minimal yang telah ditetapkan untuk pengoperasian
pesawat udara.

Terhadap prasarana yang telah terbangun memerlukan


pemeliharaan yang berjadwal sesuai prosedur pengoperasian
untuk menjaga utilitas dan performance pada kondisi prima.
Beberapa hal sebagai upaya menjaga utilitas prasarana
bandar udara dilakukan dengan melakukan pemeriksaan
kondisi runway, apron dan drainasi terkait dengan adanya
genangan air, rubber deposit, serta meningkatkan inspeksi
oleh pihak operator.

Pengoperasian pesawat udara merupakan peran utama


dalam mendukung keselamatan penerbangan. Kecelakaan
dan kejadian pada bidang penerbangan tidak luput dari
faktor human error dengan berbagai macam kondisi yang
melatar belakangi. Oleh karena itu faktor ketaatan terhadap
prosedur pengoperasian dan peraturan-peraturan

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 117
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

keselamatan merupakan dasar tercapainya keselamatan


penerbangan.

Setiap operator penerbangan memiliki kewajiban untuk


melaksanakan Safety Management System (SMS) yang
berguna untuk melakukan pembelajaran dari upaya
tindakan preventif menghindari kecelakaan. Perusahaan
penyelenggara jasa penerbangan harus dapat mengetahui
hal-hal yang berpotensi akan membahayakan operasi
penerbangan. Setiap operator penerbangan baik pihak yang
mengoperasikan pesawat udara, bandar udara dan penyedia
jasa navigasi penerbangan diharapkan mampu menentukan
Hazard yang berbahaya. Melakukan identifikasi untuk
selanjutnya melakukan upaya mitigasi upaya kejadian atau
kecelakaan yang akan terjadi. Peran serta mendukung
keselamatan penerbangan dari pihak operator diharapkan
melalui pengawasan intern pada operator penerbangan yang
terkait Safety & Quality, Standar kelaikudaraan dan
limitation yang ditetapkan, Operasi dan Maintenance untuk
melakukan pengawasan langsung di Papua.

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara sebagai regulator


mempunyai tugas untuk melakukan pembinaan kepada
operator penerbangan melalui penerbitan aturan
keselamatan penerbangan. Upaya-upaya yang dilakukan
melalui penerbitan peraturan terkait pengoperasian pesawat
udara dan kenavigasian penerbangan khusus di wilayah
Papua dan Papua Barat seperti penerbitan prosedur
penerbangan Visual Flight Rules (VFR) dan Instrumen Flight
Rules (IFR) yang akan terus dikembangkan sesuai dengan
kondisi geografis dan perkembangan teknologi.

Peran Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam


keselamatan penerbangan adalah melakukan pembinaan
berupa pengaturan, pengawasan dan pengendalian kepada
operator penerbangan. Pengaturan diwujudkan sebagai
upaya menciptakan aturan yang tepat sesuai dengan
kondisi dan lingkungan pendukungnya. Beberapa peraturan
dan surat edaran keselamatan penerbangan telah
diterbitkan antara lain Surat Edaran Direktur Jenderal

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 118
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Perhubungan Udara nomor: SE.24 Tahun 2016 tanggal 9


Nopember 2016, perihal pencegahan kecelakaan
penerbangan di wilayah Papua dan wilayah-wilayan
pegunungan lainnya di Indonesia. Aturan-aturan akan terus
ditetapkan sesuai dengan kondisi yang terjadi secara
sementara sebagai tindakan preventif seperti pada Surat
Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor:
SE.25 Tahun 2016 perihal Peningkatan Kewaspadaan
Dalam Menghadapi Musim Hujan, Kondisi Visibility Below
Minima dan Vocanic Ash di Bandar Udara.

Perum LPPNPI sebagai penyedia pelayanan navigasi


melakukan kegiatan berdasarkan standar dan prosedur
yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara. Pengoperasian pesawat udara sangat terkait dengan
pelayanan navigasi penerbangan dan rute penerbangan.
Pada daerah geografis yang berupa pegunungan pelayanan
navigasi penerbangan sangat membantu pilot dalam
menyusun rencana penerbangan yang aman dan selamat.
Oleh karena itu melalui Peraturan Menteri Perhubungan
nomor PM 131 Tahun 2015 tentang Peningkatan Pelayanan
Keselamatan Navigasi Penerbangan, telah ditetapkan
standar pelayanan dan fasilitas yang harus disediakan oleh
pihak pelayanan navigasi penerbangan terutama di wilayah
Papua.

Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan tidak akan


bekerja efektif apabila tidak timbul ketaatan para pihak
yang terlibat. Kantor Otoritas Bandar Udara sudah
terbentuk yang perlu ditindaklanjuti adalah upaya agar
pelaksanaan tugas pengawasan dan pengendalian yang
telah didelegasikan dari Kantor Pusat kepada Kantor
Otoritas Bandar Udara dapat dilaksanakan secara optimal.
Pada wilayah Papua dan Papua barat telah terbentuk 2
Kantor Otoritas yaitu Kantor Otoritas Bandar Udara Wilayah
IX berkedudukan di Manokwari dan Kantor Otoritas Bandar
Udara Wilayah X di Merauke. Jumlah bandar udara yang
diawasi sebanyak 188 untuk Kantor Otoritas Bandar Udara
Wilayah dan 35 bandar udara untuk Kantor Otoritas Bandar

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 119
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Udara Wilayah IX, cukup besar untuk suatu wilayah


pengawasan dengan kondisi geografis yang memerlukan
perhatian khusus. Oleh karena itu perlu disusun upaya
meningkatkan kompetensi dan memenuhi jumlah
kebutuhan bagi Inspektur Penerbangan. Kewenangan
Kantor Otoritas Bandar Udara perlu diperluas sesuai dengan
tujuan pembentukannya adalah memperpendek rentang
jarak antara Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara dengan Obyek pengawasan dan pengendaliannya
yaitu operator penerbangan.

Pemenuhan kebutuhan Inspektur Penerbangan mengalami


kendala dikarenakan keterbatasan Jumlah Inspetur
Penerbangan di bidang Kelaikudaraan dan Pengoperasian
pesawat udara. Pemenuhan kebutuhan yang diperlukan
secara cepat dan berkompeten maka dilakukan penunjukan
beberapa Sumber Daya Manusia yang berasal dari Operator
penerbangan melalui makanisme pengangkatan Principal
Operations Inspector (POI) dan Principal Maintenance
Inspectors (PMI) yang bertugas melakukan pengawasan
terkait pengoperasian pesawat udara dan kualitas kontrol
pemeliharaan pesawat udara sesuai kewenangannya.

Menghindari timbulnya kejenuhan dan meningkatkan


pengalaman pada Inspektur Penerbangan maka Pembinaan
Inspektur Penerbangan disusun pola rotasi dengan berbasis
kompetensi. Pola rotasi merupakan penempatan secara
bergiliran pada Kantor Otoritas Bandar Udara terutama
yang berada di wilayah Papua dan Papua Barat dengan
memperhatikan beban kerja yang tinggi.

Pengelolaan pencegahan kecelakaan dengan mengukur dan


membandingkan dengan negara lain akan bermanfaat dapat
memperoleh gambaran secara nyata, pada sisi lain hal ini
akan meningkatkan kompetensi Inspektur Penerbangan.
Kerjasama dengan negara lain telah terlaksana dengan
diadakannya workshop mountainous flying pada tanggal 22-
23 Nov 2016 di Sorong dengan CASA Australia. Kerjasama
ini akan ditingkatkan dan diperluas dengan isu-isu yang
berkembang dan dengan negara-negara lain.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 120
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Pada tanggal 14 s/d 15 Desember 2016 di Sentani telah


diadakan forum diskusi dalam rangka peningkatan
keselamatan penerbangan di wilayah Papua, dibuka oleh
Direktur Kelaiudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara
dan dihadiri oleh ±100 orang diantaranya perwakilan
operator penerbangan khususnya AOC 135, para Direktur di
lingkungan Ditjen Perhubungan Udara, INACA, Ikatan Pilot
Indonesia, Yayasan Jasa Aviasi Indonesia, Federasi Pilot
Indonesia dan Ikatan Flight Operation Officer Indonesia.
Tujuan dilaksanakannya forum tersebut adalah untuk
mendapatkan masukan dari para operator penerbangan
untuk meningkatkan keselamatan penerbangan di wilayah
Papua dengan permasalahannya sehingga dapat dipecahkan
bersama regulator dan dapat di akomodir apa yang menjadi
harapan operator penerbangan. Diharapkan dari hasil forum
tersebut agar setiap operator penerbangan mempunyai flight
plan serta disiplin dalam menjalankan kegiatan
penerbangan khususnya di wilayah Papua yang kondisi
wilayahnya terdapat gunung dan bukit serta cuaca yang
cepat berubah. Adapun rekomendasi yang dihasilkan dalam
forum tersebut antara lain:
1. Airnav diharapkan untuk meningkatkan performance
terkait managementslotime, operator holding time,
separasi antar pesawat, dan adjusment traffc terutama
da golden time. Kuantitas dan kualitas personil Airnav
diharapkan bisa bertambah dan semakin baik untuk
menunjang operasi penerbangan di Papua.
2. Segera menstandarisasi dan melegalisasi approach
procedure agar segera bisa digunakan oleh semua
operator yang beroperasi di Papua.
3. Approach wamena procedure akan segera direvisi oleh
pihak yang berwenang.
4. Procedure enroute dan regulasi yang mendukung operasi
penerbangan di Papua akan segera dibuat oleh pihak
yang berwenang. Diharapkan operator untuk dapat fully
complience terhadap regulasi yang telah disepakati.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 121
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

5. Perlu adanya realisasi dan legalisasi Apron oleh pihak


yang berwenang serta menyiapkan personil yang
qualified.
6. Kondisi cuaca di Papua yang cenderung cepat berubah,
dan infrastruktur penunjang untuk menyediakan
informasi cuaca terkini masih kurang dan belum
optimal. Diharapkan kepada pihak yang berwenang
dalam hal ini BMKG untuk bisa segera menyiapkan
infrastruktur beserta personil yang qualified yang cukup
dan fast response untuk menunjang update informasi
terkini. Infrastruktur yang disiapkan oleh BMKG juga
diharapkan bisa menyediakan informasi berupa vertical
cloud. Terkait pengamanan terhadap infrastruktur
BMKG diharapkan bisa di kordinasikan dengan TNI
Papua.
7. Perizinan untuk Flight Aprroval dan Security Clearance
masih menjadi penghambat dalam optimalisasi
penerbangan di Papua. Diharapkan pihak berwenang
untuk bisa mengkordinasikan agar Flight Approval dan
Security Clearence bisa di provide dengan
mempertimbangkan kebutuhan operasi di Papua.
8. Diperlukan adanya special Approval OPSPEC sesuai
dengan kebutuhan operasi di Papua. Kebutuhan operasi
di Papua yang cenderung membutuhkan OPSPEC.
Combination Cargo dan Passenger.
9. Diperlukan adanya routine evaluation terhadap kelaikan
dan kualifikasi personil operator ataupun pengguna RNP
Approach oleh Ditjen Perhubungan Udara dan Airnav
Indonesia.
10. Diperlukan adanya spesial dangerous good permit untuk
OC 91 dan meningkatkan jumlah certified operator
untuk dangerous good. Terutama untuk kargo baterai
kering dan fuel.
11. Diperlukan regulasi operasi penerbangan khusus
wilayah operasi Papua.
12. Perlu ditinjau kembali regulasi terkait internal kargo
dan external kargo, dan penentuan tarif batas dan batas
bawah untuk pengangkutan kargo.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 122
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

13. Kedisiplinan terhadap internal operator dan kepatuhan


terhadap SOP Operator untuk dapat ditingkatkan.
14. Setiap operator diharapkan bisa menyiapkan dan
memastikan personil Pilot yang sudah ditraining,
qualified, dan dianggap siap untuk operasi penerbangan
di Papua.
15. Data Statistik berupa hasil inspeksi ataupun finding
Operator yang telah dilaksanakan oleh inspektur agar
dapat di akses oleh operator dalam rangka
meningkatkan keselamatan penerbangan.
16. Perlu adanya inspeksi dan evaluasi rutin (Ramp Check)
terhadap Bandar Udara, landasan, apron, peralatan
navigasi, peralatan penunjang bandar udara, ground
handling dan personil pelaksana bandar udara.

Mendasari dengan tingginya angka kecelakaan penerbangan


di wilayah Papua, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
telah beberapa kali melaksanakan rapat koordinasi guna
peningkatan keselamatan penerbangan di wilayah Papua
yang antara lain dilaksanakan pada:
- Tanggal 11 November 2016 bertempat di Jakarta;
- Tanggal 21-23 November 2016 bertempat di Sorong;
- Tanggal 14-15 Desember 2016 bertempat di Sentani;
- Tanggal 4 Januari 2017 bertempat di Jakarta;
- Tanggal 27-28 April 2017 bertempat di Jayapura.

Terkait dengan hal ini, didapatkan beberapa rekomendasi


yang harus segera ditindaklanjuti sesuai dengan
penanggung jawab masing-masing dengan target
penyelesaian paling lambat bulan Agustus 2017 sebagai
berikut:

Tabel 4.24
PROGRAM LANJUTAN UNTUK PENINGKATAN KESELAMATAN
PENERBANGAN DI PAPUA
(Jayapura, 27-28 April 2017)
Penanggung Target
No. Rekomendasi Peserta Forum Tindak Lanjut
Jawab Time
1 Perlu adanya ketentuan peraturan DKPPU Single Engine sudah Agustus
tentang single engine IFR, GPS diajukan dalam CASR 2017
Stand Alone dan IFR low altitude untuk GPS stand

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 123
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Penanggung Target
No. Rekomendasi Peserta Forum Tindak Lanjut
Jawab Time
untuk penerbangan di Papua alone
2 Saat ini sedang dikerjakan revisi DKPPU Agustus
tentang CASR 91 dan 135 yang 2017
berhubungan dengan Single Engine
Operation yang inline dengan ICAO
ANNEX 6, sampai saat ini sedang
dalam proses legalisasi di Bagian
Hukum Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara
3 Mengenai IFR Route sudah DITNAVPEN Agustus
dipublish dari Perum Lembaga & AIRNAV 2017
Penyelenggara Pelayanan Navigasi
Penerbangan Indonesia
4 Mengenai Weather Informasi pihak BMKG Agustus
KNKT dan BMKG sudah bertemu 2017
dengan KASAU untuk bekerjasama
dan memberi pelatihan kepada
Petugas Paskhas yang berada di
bandara-bandara Papua terkait
weather information, kemudian dari
informasi yang dikeluarkan
merupakan atas nama BMKG
Indonesia
5 Pada saat pagi hari di Wamena, BANDARA Agustus
kondisi jaringan internet lemah WAMENA & 2017
sehingga penggunaan Radio VHF AOC
dan HF khususnya di bandara-
bandara kecil sangat membantu
6 Karena keterbatasan jangkauan DITNAVPEN Agustus
maka lebih memungkinkan untuk & AOC 2017
menggunakan HF dibanding VHF.
Untuk pengadaan VHF Radio sudah
dikomunikasikan dengan Dishub
Jayapura
7 Kondisi medan di Papua tidak DITNAVPEN Agustus
memungkinkan pemasangan ILS & AIRNAV 2017
sehingga lebih baik menggunakan
RNP approach
8 Mengembangkan ADSB di daerah- DITNAVPEN Agustus
daerah Papua, di Timika sudah & AIRNAV 2017
menggunakan radar monitor,
menggabungkan antara Low
Altitude IFR dengan penggunaan
ADSB. Tidak akan lagi
mengembangkan NDB. Membangun
2 (dua) rute di jalur-jalur Papua
untuk IFR dan VFR, SENTANI-
OKSIBIL-DEKAI

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 124
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Penanggung Target
No. Rekomendasi Peserta Forum Tindak Lanjut
Jawab Time
9 Menjadikan status penggunaan DITNAVPEN Agustus
PBN yang berdasarkan GPS dan & AIRNAV 2017
satellite agar dapat menjadi legal
(menjadi primary)
10 Peningkatan status pelayanan AFIS DITNAVPEN Agustus
di Ilaga menjadi tower & AIRNAV 2017
11 Penambahan frekuensi radio DITNAVPEN Agustus
komunikasi dimana berdasarkan & AIRNAV 2017
hasil uji coba maka akan
digunakan frekuensi 122,25 Mhz
12 AIP Wamena sudah direvisi dengan DITNAVPEN Agustus
kondisi aktual di Wamena sudah di & AIRNAV 2017
publish dan aktif tanggal 27 April
2017
13 Pengadaan windshock di airstrip di DBU Agustus
Papua sebanyak 342 akan segera 2017
direalisasikan dengan anggaran
tahun 2017 yang akan
didistribusikan melalui Bandar
Udara Sentani, Wamena dan
Nabire. Untuk pemasangan akan
diserahkan kepada operator
penerbangan dan penduduk
setempat
14 Terkait pelayanan meteorologi pada BMKG Agustus
bandara yang masih sedikit 2017
pelayanan meteorologinya akan
segera dikoordinasikan dengan
BMKG
15 Direktorat Kelaikudaraan dan DKPPU Agustus
Pengoperasian Pesawat Udara akan 2017
mempercepat proses penerbitan
Special Approval OPSPEC
(kombinasi kargo dan penumpang).
Adapun progressnya sebagian
sudah selesai, sebagian dalam
proses dan sebagian lagi belum ada
yang mengajukan
16 Implementasi slot time di Bandar Bandara Agustus
Udara Sentani dan Wamena sudah Sentani, 2017
dilakukan revisi dengan komposisi Bandara
60 irreguler dan 40 reguler Wamena &
DITANGUD
17 Dalam rangka melakukan DKUPPU Agustus
pengawasan secara intensif di 2017
Papua serta untuk menurunkan
angka kecelakaan di Papua,
Direktorat Kelaikudaraan dan

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 125
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Penanggung Target
No. Rekomendasi Peserta Forum Tindak Lanjut
Jawab Time
Pengoperasian Pesawat Udara
menempatkan inspektur di 4
bandara (Sentani, Wamena, Timika
dan Nabire) dengan personil
sebanyak 2 inspektur di masing-
masing bandara dan waktu tugas
selama 2 minggu dimulai sejak
bulan Januari 2017
18 Peningkatan Pengawasan internal AOC Agustus
pada operator penerbangan di 2017
Papua dilakukan dengan
menempatkan key person di daerah
operasinya secara bergilir
19 Operator harus meningkatkan AOC Agustus
kedisiplinan bagi flight crew, 2017
ground crew, untuk menurunkan
tingkat incident dan accident yang
disebabkan oleh human factor
20 Sebagian besar bandara-bandara di AOC Agustus
Indonesia belum memiliki Airport 2017
Planning Manual (APM).
Seharusnya dari masing-masing
operator penerbangan
21 Diharapkan agar terpasangnya AOC Agustus
satellite tracking pada pesawat- 2017
pesawat di Papua sehingga posisi
pesawat dapat terus dipantau
22 Perusahaan ATR akan membantu DITNAVPEN Agustus
proses pemasangan PBN pada 2 2017
bandara di Papua
23 Kendala di Papua dalam hal DITKAMPEN Agustus
pengangkutan bahan bakar 2017
Gasoline 60 liter dari hasil forum
diskusi ini akan diajukan
diferensial dengan annex 18
24 Pengangkutan 200 liter gasoline DITKAMPEN Agustus
akan dibuat aturan khusus dan 2017
diharapkan dapat diajukan
diferences ke ICAO
25 Untuk airlines yang belum AOC Agustus
mempunyai izin DG (pengangkutan 2017
senjata) harus segera diurus
perizinannya
26 Agar izin dalam pengangkutan DG DITKAMPEN Agustus
di daerah Papua terutama yang 2017
terbang ke daerah terpencil dapat
langsung mendapatkan izin
membawa DG (tidak perlu masing-

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 126
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Penanggung Target
No. Rekomendasi Peserta Forum Tindak Lanjut
Jawab Time
masing airline mengajukan izin
khusus)
27 Agar dapat dimintakan kepada DITKAMPEN Agustus
ICAO dan IATA soal country 2017
variation dalam pengangkutan DG
dengan standard tertentu

28 Banyak ditemukan pada saat ramp DKPPU & Agustus


check operator yang mengangkut AOC 2017
cargo tanpa memiliki Cargo
Handling Manual dan DG Handling
Manual

Beberapa kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka


peningkatan keselamatan penerbangan di wilayah Papua
sebagai berikut:
1. Pengembangan Bandar Udara di Papua;
Peningkatan keselamatan penerbangan di wilayah
Papua antara lain dilakukan melalui kegiatan
Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana
Bandar Udara pada bandar udara di Wilayah Papua
yang sebagian besar berada pada daerah pegunungan.
Pengembangan bandar udara UPBU di wilayah Papua
tahun 2015-2017 antara lain dilakukan melalui
kegiatan perpanjangan runway, pembuatan apron,
taxiway dan perbaikan permukaan runway pada Bandar
Udara Illaga, Bandar Udara Oksibil, Bandar Udara
Tanah Merah, Bandar Udara Ewer, Bandar Udara Raja
Ampat, Bandar Udara Elelim, dan Bandar Udara Bilorai.

2. Peningkatan Pelayanan Navigasi Penerbangan di


Papua;
Seringnya terjadi kecelakaan di Papua salah satunya
disebabkan oleh minimnya tingkat pelayanan navigasi di
Papua, keadaan topografi yang variatif dan meteorologi
yang sangat cepat berubah dan labil. Sehingga peralatan
konvensional tidak bisa digunakan dan juga
mengakibatkan biaya kalibrasi menjadi sangat tinggi.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 127
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Gambar 4.10
Kontur Bandar Udara di Pulau Papua

Gambar 4.11
Bandar Udara di Pulau Papua dan Navaid

Gambar 4.12
Kontur Wamena dan Alternatif VOR Wamena
Penyelesaian:
Pengunaan atau penerapan teknologi satelit (dapat
mengatasi permasalahan meteorologi dan topografi)
dengan menggunakan GNSS dan Surveillance
Convensional (ADS–B/C dan CPDLC).
Hal-hal yang dilakukan:

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 128
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

- Training penerbangan baik di simulator atau di


lapangan;
- Informasi yang tepat terhadap end user.

Kebijakan Peningkatan Keselamatan di Wilayah


Papua
Peningkatan pelayanan navigasi penerbangan di wilayah
Papua dengan melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
- Pembuatan prosedur penerbangan PBN
(Performance Based Navigation) di Papua;
- Melakukan reorganisasi dan penyempurnaan
pengoperasian Flight Information Service dan Flight
Service Station (FSS);
- Melakukan peremajaan fasilitas telekomunikasi
penerbangan;
- Menerapkan pengoperasian ADS-B di bawah Flight
Level 290 (F290);
- Melengkapi stasiun meteorologi penerbangan di
semua aerodrome sesuai dengan kualifikasi atau
dapat menjangkau semua aerodrome sesuai
kebutuhan informasi penerbangan secara akurat
dan cepat.

 20 PBN Procedure Designers (DNP+AirNav);


 PBN Tools: PANADES 4 licenses and GeoTitan 1 license;
 RAIM Services;
 GNSS (GPS) on board.

Dalam meningkatkan Keselamatan Penerbangan di Papua


membutuhkan:
 PBN  electronic Terrain and Obstacle Data;
 ATM centralized flight planning, ATS remote services,
AWOS (all weather observation system);
 ADS-B (in)  Broadcast: Flight Info, Traffic Info, Weather
Info;
 Capacity Building  ATC, Pilot, regulator;
 Supported Regulation  Aircraft Ops, Air Traffic Services.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 129
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Tabel 4.25
Roadmap PBN di Papua
Program 2015 2016 2017

Implement PBN for arrival, Continuation PBN Connecting Route:


PBN departure and non Program & Expand for • Between Hub and
precision approach ATS Route Spoke
• Between Spoke
and Spoke

ATM & • GNSS • Centralized FPL


Avionic • Moving map • ATS Remote system
Upgrade • ADS-B (in)
- TIS-B
- FIS-B

CNS • Expand ADS-B Gnd Station


Installation Communication
coverage
• GBAS/SBAS

AIS & MET • Remote Weather • Electronic Terrain & • Expand Remote
Information Obstacle Data Weather
• Update AIP Vol – IV • Expand updating AIP Information
data Base • Electronic Terrain
• Published AIP Vol - V & Obstacle Data

Tabel 4.26
List of PBN Procedures Papua
AKIMUGA, Mimika ELELIM KEPI NUMFOR, Biak
AYAWASI ENAROTALI KIMAM SEGUN
BADE EWER KOKONAO SENGGEH
BATOM ILLAGA MANGELUM SENGGO, Mapi
BINTUNI INANWATAN MANOKWARI TANAH MERAH
BILORAI KAIMANA MARARENA,Sarmi TEMINABUAN
BOKONDINI KARUBAGA MARINDA, Waisai TOREA
BOMAKIA KAMBUAYA MERDEY, Manokwari
DABRA KAMUR, Asmat MINDIPTANAH
DEKAI KEBAR MULIA
NABIRE WASIOR OKSIBIL
WAGHETE WERUR, Manokwari SERUI

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 130
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.3.8 PEMBANGUNAN PERHUBUNGAN UDARA DI KAWASAN


PERBATASAN DAN RAWAN BENCANA TAHUN 2015-
2019

4.3.8.1 Kondisi Umum


Konflik yang terjadi dengan negara tetangga
mengenai perebutan suatu pulau maupun batas
wilayah telah memberikan arti yang lebih penting
untuk sebuah bandar udara. Hilangnya
kepemilikan Indonesia atas Pulau Sipadan dan
Pulau Ligitan dalam peradilan internasional telah
memberikan sinyal bahwa wilayah perbatasan
harus dikelola dengan lebih baik dan lebih
terencana serta dibangun lebih cepat. Dan dalam
rangka mempercepat pembangunan di wilayah
perbatasan ini diperlukan peningkatan
aksesibilitas yang juga mencakup angkutan
udara. Sehingga bandar udara-bandar udara yang
berada di wilayah perbatasan perlu mendapat
perhatian khusus dan perlu ditingkatkan
kapasitasnya. Karena itulah, bandar udara-
bandar udara di sepanjang wilayah perbatasan
harus mampu melayani pesawat sekelas Hercules
C-130 dan/atau CN-295 untuk mendukung
kegiatan militer.

Transportasi udara di daerah perbatasan bersifat


promoting function dengan pendekatan
penawaran (supply approach) berdasarkan tingkat
kepentingan, yaitu untuk mempertahankan
kedaulatan NKRI, mengembangkan potensi
ekonomi dan sosial budaya dalam rangka
mempertahankan jati diri bangsa.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun


2009 tentang Penerbangan, sebagai negara
berdaulat, Republik Indonesia memiliki
kedaulatan penuh dan utuh di wilayah udara
Republik Indonesia. Hal ini sesuai dengan

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 131
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

ketentuan Konvensi Chicago 1944 tentang


Penerbangan Sipil Internasional dan Konvensi
Hukum Laut Internasional Tahun 1982 yang telah
diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 17
Tahun 1985 Tentang Pengesahan United Nations
Convention on the Law of the Sea. Merupakan
kewenangan dan tanggung jawab negara Republik
Indonesia untuk mengatur penggunaan wilayah
udara yang merupakan bagian dari wilayah
Indonesia. Dalam rangka penyelenggaraan
kedaulatan negara atas wilayah udara NKRI,
Pemerintah melaksanakan wewenang dan
tanggung jawab pengaturan ruang udara untuk
kepentingan penerbangan, perekonomian
nasional, pertahanan dan keamanan negara,
sosial budaya, serta lingkungan udara. Wilayah
udara yang berupa ruang udara di atas wilayah
daratan dan perairan Republik Indonesia
merupakan kekayaan nasional sehingga harus
dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kepentingan
rakyat, bangsa, dan negara.

Daerah perbatasan adalah wilayah daratan/ laut


tertentu yang ditetapkan sebagai batas wilayah
kedaulatan negara Republik Indonesia dengan
negara tetangganya. Bandar udara di daerah
perbatasan negara adalah bandar udara yang
terletak pada atau dekat dengan garis perbatasan
negara untuk perbatasan darat dengan negara
tetangga dan bandar udara yang terletak di suatu
pulau terluar yang berbatasan laut dengan negara
tetangga.

Daerah rawan bencana adalah wilayah atau


daerah yang sudah terjadi atau kemungkinan
akan terjadi akibat gempa bumi (tektonik atau
Vulkanik) termasuk didalamnya tsunami.Bandar
udara di daerah rawan bencana adalah bandar
udara yang terletak pada daerah yang rawan

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 132
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

terhadap terjadinya gempa bumi yang


menyebabkan keruntuhan maupun gelombang
tsunami di daerah pesisir.

Hasil evaluasi intensitas gempa bumi yang


dilakukan oleh U.S. Coast and Geodetic Survey di
wilayah Indonesia menunjukkan adanya jalur
gempa akibat tumbukan dan patahan lempeng
dengan intensitas gempa bumi yang ditunjukkan
dengan besarnya skala akselerasi (cm/det2) atau
dalam skala gravity fraction (g), dibagi menjadi 6
(enam) wilayah yaitu:
1. Wilayah-1 : gravity fraction = 0.03 g
2. Wilayah-2 : gravity fraction = 0.10 g
3. Wilayah-3 : gravity fraction = 0.15 g
4. Wilayah-4 : gravity fraction = 0.20 g
5. Wilayah-5 : gravity fraction = 0.25 g
6. Wilayah-6 : gravity fraction = 0.30 g

Gempa bumi adalah getaran (goncangan) yang


terjadi karena pergerakan (bergesernya) lapisan
batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah
permukaan bumi dan juga bisa karena adanya
letusan gunung berapi. Gempa bumi sering terjadi
di daerah yang berada dekat dengan gunung
berapi dan juga di daerah yang dikelilingi lautan
luas.

Faktor-faktor penyebab gempa bumi:


1. Disebabkan karena bergeser dan terpisahnya
lapisan-lapisan/ lempeng/ patahan yang
terdapat dalam kerak bumi (tektonik) antara
lain: lempeng Eurasia dan Australia, Lempeng
Philiphina dan pasifik, Laut Celebes, laut
Molusca, laut Seram, Laut banda dan Sebelah
Utara Pulau Irian.
2. Adanya letusan gunung berapi yang sangat
dasyat (Vulkanik). Letusan yang dasyat
tersebut juga selain menyebabkan goncangan
yang kuat juga sering menyebabkan adanya

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 133
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

gelombang ombak yang sangat tinggi di lautan


yang terkenal dengan nama tsunami. Antara
lain bagian barat Pulau Sumatera, bagian
selatan Pulau jawa, Provinsi Bali, NTB, NTT,
Maluku Utara, dan Sulawesi Utara.

Indonesia adalah negara kepulauan dan dikenal


sebagai negara yang mempunyai gunung aktif
sebnyak 129 buah (13% dari jumlah gunung api
aktif di dunia) yang berderet pada jalur tektonik
sepanjang 7000 km, mulai dari Pulau Sumatera,
Pulau jawa, kepulauan Nusa Tenggara, Banda,
sulawesi dan halmahera. Sepuluh persen dari
penduduk Indonesia bermukim di kawasan
gunung api, yang dapat merasakan secara
langsung dampak positif maupun negatifnya.

4.3.8.2 Sasaran
Sasaran pembangunan transportasi udara di
daerah perbatasan dan rawan bencana tahun
2015-2019adalah untuk memperlancar distribusi
barang dan jasa serta mobilitas penduduk dalam
rangka mengurangi disparitas antar daerah,
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan
mendukung misi kemanusiaan penanganan
wilayah yang terkena bencana alam. Sasaran
tersebut difokuskan kepada:
1. Tersedianya prasarana dan sarana
perhubungan udara dengan kapasitas dan
kualitas pelayanan memadai;
2. Terjangkaunya pelayanan perhubungan udara
ke wilayah perbatasan dan rawan bencana;
3. Terjaminnya keselamatan dan keamanan
dalam pelayanan jasa perhubungan udara;
4. Meningkatnya aksebilitas angkutan udara di
daerah terpencil, pulau-pulau kecil dan
daerah perbatasan negara.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 134
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.3.8.3 Strategi
Kebijakan pembangunan transportasi udara di
daerah perbatasan dan rawan bencana
difokuskan pada:
1. Pembangunan dan pengembangan bandar
udara di perbatasan negara, daerah lokasi
bencana dan daerah rawan bencana dengan
klasifikasi landas pacu 3C untuk dapat
melayani pesawat Hercules C-130 dan
pesawat berpenumpang 50 (lima puluh) orang.
2. Bandar udara harus tersedia sarana dan
prasarana penunjang bandar udara sehingga
mampu mengelola dan mengendalikan
ataupun mampu melayani operasi
penerbangan.
3. Memberikan kompensasi subsidi operasi dan
subsidi angkutan BBM pada operator
pelaksanaan angkutan udara perintis.
4. Memberikan kemudahan berupa ijin
penerbangan lintas batas kepada operator
pelaksana angkutan udara di wilayah
perbatasan meliputi pelaksanaan hak
kebebasan ke-5, kebebasan dalam penentuan
frekuensi.
5. Meningkatkan kemampuan manajemen
penanggulangan bencana dengan melakukan
perencanaan dan pengelolaan bandar udara-
bandar udara yang berada di daerah rawan
bencana.

4.3.8.4 Program Pembangunan


Penggunaan pesawat Fokker-27 oleh TNI
Angkatan Udara akan dikurangi
pengoperasiannya secara bertahap dan diganti
dengan pesawat angkut generasi terbaru yaitu
pesawat CN-295. Pesawat ini akan ditugaskan
dalam berbagai misi seperti operasi militer,
dropping logistik, bantuan kemanusiaan, maupun

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 135
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

misi evakuasi medis. Oleh karena itu


pembangunan dan pengembangan bandar udara
di daerah perbatasan untuk melaksanakan
pengamanan wilayah (baik secara security
approach maupun prosperity approach) serta
daerah lokasi bencana dan rawan bencana dibuat
program pembangunan dan pengembangan
bandar udara untuk didarati pesawat sekelas
Hercules C-130 dan/atau CN-295 pada lokasi
yang sudah ada atau belum ada bandar udara.
Pelaksanaannya dilakukan secara bertahap
dengan prioritas berdasarkan kebutuhan di
lapangan dan ketersediaan dana.

Kebijakan Pengembangan Bandara di Daerah


Perbatasan:
1. Bandara harus dapat mendukung keamanan
wilayah dan mampu melayani pesawat
berpenumpang 50 orang dengan pesawat
hercules C-130.
2. Tersedia sarana dan prasarana penunjang
bandara sehingga mampu
mengelola/mengendalikan/melayani operasi
penerbangan.
3. Bandar udara di daerah perbatasan dibangun
atau dikembangkan dengan klasifikasi
landasan 3C.
4. Bandara pada daerah perbatasan, Pemerintah
memberikan:
1) Kompensasi subsidi operasi;
2) Subsidi angkutan BBM pada operator
angkutan udara perintis;
3) Kemudahan berupa izin penerbangan
lintas batas;
4) Hak kebebasan dalam menentukan
frekuensi penerbangan.

Usulan prioritas pengembangan bandar udara di


daerah perbatasan dengan mempertimbangkan:

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 136
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

1. Daerah tersebut mempunyai potensi konflik


sosial;
2. Daerah tersebut rawan untuk penyelundupan
(orang, barang dan hewan);
3. Daerah tersebut merupakan daerah tertinggal;
4. Daerah tersebut merupakan daerah terisolasi;
5. Mempunyai potensi ekonomi wilayah;
6. Jumlah penduduk di hinterlandnya cukup
besar.

Usulan prioritas pengembangan bandar udara di


daerah rawan bencana dengan
mempertimbangkan:
1. Berada pada daerah yang pernah terjadi
bencana;
2. Berada pada daerah rawan bencana;
3. Jumlah penduduk yang menjadi
hinterlandnya cukup besar;
4. Keterbatasan akssibilitas (darat/laut;)
5. Mempunyai potensi ekonomi wilayah cukup
besar;
6. Merupakan daerah tertinggal dan terisolasi;
7. Kondisi fasilitas bandar udara yang sangat
terbatas;
8. Mempunyai panjang landasan kurang dari
1600 m;
9. Dimungkinkan bandar udara tersebut dapat
dikembangkan.

Adapun kriteria pengembangan/pembangunan


bandar udara didaerah perbatasan berdasarkan
PM 69 Tahun 2013 adalah sebagai berikut:
1. Perbatasan wilayah darat:
a. berada didaerah perbatasan antar negara;
b. daerah perbatasan yang berpotensi
konflik sosial;
c. wilayah yang merupakan jalur rawan
penyelundupan (barang, orang dan
hewan);

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 137
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

d. ditetapkan oleh BNPP (Badan Nasional


Pengelola Perbatasan).
2. Merupakan pulau-pulau kecil terluar:
a. wilayah yang merupakan jalur rawan
penyelundupan (barang, orang dan
hewan);
b. ditetapkan oleh BNPP (Badan Nasional
Pengelola Perbatasan);
c. wilayah rawan terhadap pencurian
sumber daya alam.

Berdasarkan Rancangan Rencana Induk


Pengelolaan Perbatasan Negara Tahun 2015-2019,
telah ditetapkan 13 Provinsi, 41 Kab/Kota dan
187 Lokasi Prioritas (Lokpri) yang merupakan
lokasi cakupan pengelolaan kawasan perbatasan
tahun 2015-2019. Dari 13 Provinsi tersebut telah
diidentifikasi 39 bandar udara di 129 Lokasi
Prioritas dan 30 bandar udara di 20 PKSN (daftar
terlampir, temasuk di dalamnya 22 bandar udara
yang telah tercantum dalam PM 69 Tahun 2013).
Kebijakan mengenai bandar udara di daerah
perbatasan dan rawan bencana juga telah diatur
dalam PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan
Kebandarudaraan Nasional dimana terdapat 18
bandar udara di daerah perbatasan, 53 bandar
udara di daerah rawan bencana, dan 12 bandar
udara di daerah perbatasan dan rawan bencana.
Sesuai Instruksi Menteri Perhubungan IM 5
Tahun 2015 tentang Fokus Program dan Kegiatan
dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Perhubungan Tahun 2016. Dalam IM 5 Tahun
2015 butir g point 2, menyebutkan bahwa Bandar
udara baru hanya dibangun dengan APBN di
daerah terjauh, terluar, terdalam, perbatasan dan
rawan bencana.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 138
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Tabel 4.27
Pembangunan/Pengembangan Bandar Udara Di Daerah Perbatasan
Dan Rawan Bencana (Target RPJMN Tahun 2015-2019)
NO BANDAR UDARA
1 Maimun Saleh – Sabang*
2 Lasikin - Sinabang*
3 Teuku Cut Ali – Tapak Tuan
4 Rembele - Takengon
5 Gayo Lues
6 Lasondre – Pulau-Pulau Batu*
7 Letung - Anambas*
8 Bandar Udara Tambelan - Kepri*
9 Rokot – Sipora*
10 Raja Haji Abdullah - Tj Balai Karimun*
11 Depati Parbo - Kerinci
12 Muko-Muko
13 Enggano - Bengkulu*
14 Bawean - Gresik
15 Trunojoyo - Sumenep
16 Haliwen - Atambua*
17 Kabir - Alor*
18 David Constantijn Saudale - Rote*
19 Long Ampung*
20 Yuvai Semaring - Long Bawang*
21 Data Dawai*
22 Maratua - Kaltim*
23 Miangas - Sulut*
24 Moa – Maluku*
25 Mopah- Merauke*
Sumber : Subdit.Prasarana Bandar Udara, DBU
Keterangan :
* 18 Bandar Udara Di Daerah Perbatasan (Peraturan BNPP/PM 69 Tahun 2013).

4.3.8.5 Training GARD (Get Airport Ready for Disaster)


Bandar Udara memiliki peran penting pada saat
kejadian bencana karenabandar udara
merupakan elemen penting dalam supply chain
(pendistribusian bantuan logistik) sehingga
bandar udara perlu dilibatkan dalam program

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 139
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

pengurangan resiko bencana. Memperhatikan


kondisi tersebut dimana bandar udara merupakan
titik transit dengan jumlah arus masuk dan
keluar personel yang besar, maka pengelola
bandar udara harus memperhatikan fasilitas
seperti terminal, area pelayanan personel,
akomodasi, pasokan makanan, air dan tenaga
listrik. Serta memperhatikan alur proses bila
terdapat bantuan dari luar negeri, dalam hal ini
bagaimana menangani proses imigrasi, admin,
pendaftaran dan evakuasi.

Training Get Airport Ready for Disaster (GARD)


hadir sebagai program pelatihan untuk
manajemen bandar udara dan pegawai
penerbangan sipil, kerjasama antara Deutsche
Post DHL, United Nations Development Programme
(UNDP), Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB), serta Direktorat Bandar Udara Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara Kementerian
Perhubungan. Tujuan program GARD ini antara
lain:
1. Mengevaluasi kemampuan bandar udara dari
perspektif penanggulangan bencana alam,
misalnyabanjir, gempabumi, topan, dll;
2. Menyiapkan rencana tindakan untuk
menangani padatnya traffic penerbangan pada
saat terjadi bencana;
3. Mengetahui contact person yang relevan
dihubungi pada saat terjadi bencana.

Sejak tahun 2010 Direktorat Jenderal


Perhubungan Udara bekerjasama dengan UNDP
(United Nation Development Programme) dan
Deutch PostDHL in Bonn melakukan training
/workshop mengenai Disaster Management yang
disebut Get Airport Ready For Disaster
(GARD).Training GARD telah dilaksanakan di
lokasi sebagai berikut:

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 140
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

1. Tahun 2010 di Palu;


2. Tahun 2011 di Kupang dan Bali;
3. Tahun 2012 di Medan, Aceh dan Bengkulu;
4. Tahun 2013 di Padang.

Dalam training GARD ini, para peserta yang terdiri


dari personel bandar udara, petugas kantor
imigrasi, perwakilan dari militer diajak untuk
terlibat dalam penyusunan laporan assessment.
Laporan assessment bandar udara tersebut
memberikan tuntunan untuk melakukan analisis
terhadap kapasitas bandar udara guna
mengurangi faktor penghambat dan memberikan
alternatif penggunaan fasilitas di dan sekitar
bandar udara sehingga meminimalisir kendala-
kendala yang dapat terjadi.

Pada tahun 2015-2019 training GARD


direncanakan dapat dilaksanakan setiap tahun di
beberapa lokasi yang ditentukan dan
dilaksanakan /dilatih oleh Personil Direktorat
Bandara tanpa bantuan Deutsche Post dan UNDP.

Dalam mendukung kegiatan GARD dan


mendukung penanganan bencana jika terjadi
bencana alam, Ditjen Perhubungan Udara telah
melakukan pengadaan peralatan Air Traffic Control
Tower (Mobile Tower Set) pada tahun 2011, AFL
mobile tahun 2012, emergency ground
communication pada tahun 2012, NDB portable
pada tahun 2013 dan water treatment mobile, x-
ray portable dan genset portable.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 141
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.3.9 PERENCANAAN DAN PROGRAM ADAPTASI SERTA


MITIGASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DAN PENURUNAN
EMISI GASRUMAH KACA PADA SUB SEKTOR
TRANSPORTASI UDARA

4.3.9.1 Rencana Aksi Nasional-Adaptasi Perubahan


Iklim (RAN-API)
Seperti telah diketahui, perubahan iklim
mengakibatkan perubahan pola curah hujan,
kenaikan tinggi muka laut, serta kejadian cuaca
ekstrem, yang berdampak pada kualitas
pelayanan infrastruktur nasional. Untuk
mendukung bidang ketahanan sistem kehidupan
yang berkelanjutan dan tahan terhadap
perubahan iklim, sasaran utama pada bidang
infrastruktur adalah peningkatan cakupan
pelayanan dan penguatan sistem infrastruktur
yang handal dan berkualitas dalam menghadapi
dampak perubahan iklim. Sasaran utama tersebut
dapat dicapai melalui beberapa sasaran antara
sebagai berikut:
1. Pengembangan konsep ketahanan
infrastruktur yang adaptif terhadap
perubahan iklim;
2. Pengembangan prasarana yang adaptif
terhadap perubahan iklim;
3. Penyediaan dan penyesuaian infrastruktur
yang berdampak langsung pada kesehatan
masyarakat yang memiliki tingkat
aksesabilitas tinggi khususnya bagi kelompok
masyarakat yang rentan dan tangguh
terhadap perubahan iklim;
4. Pengelolaan tata letak infrastrukur yang
terintegrasi dengan penataan ruang dalam
pembangunan berkelanjutan.

Dampak perubahan iklim pada infrastruktur


memberi pengaruh siginifikan pada keberlanjutan
aktivitas masyarakat khususnya soial dan
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 142
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

ekonomi. Infrastruktur yang ada saat ini,


khususnya di wilayah perkotaan maupun wilayah
khusus seperti pulau-pulau kecil dan pesisir pada
umumnya belum dibangun dengan pertimbangan
perubahan iklim dan proyeksi dampak yang
mungkin terjadi. Sementara untuk perencanaan
infrastruktur baru harus mempertimbangkan
proyeksi dampak perubahan iklim yang akan
terjadi. Maka, perlu ada arahan pelaksanaan
dalam bentuk program aksi adaptasi sub bidang
infrastruktur yang tangguh terhadap perubahan
iklim. Strategi utama yang perlu dilakukan untuk
sub bidang infrastruktur, yaitu:
1. Penyesuaian baik dari struktur, komponen,
desain maupun lokasi infrastruktur yang
tangguh terhadap perubahan iklim;
2. Perbaikan infrastruktur eksisting yang rentan
terhadap perubahan iklim baik dari segi
struktur, fungsi maupun lokasinya;
3. Fasilitasi aktivitas kajian dan penelitian
mengenai konsep ketahanan infrastruktur
terhadap perubahan iklim.

Klaster (Program Utama) Pengurangan Risiko


Terganggunya Fungsi Aksesibilitas Transportasi
pada Jalan, Jembatan, Perkeretaapian, Pelabuhan
dan Bandara Akibat Dampak Perubahan Iklim.
Rencana aksi pada klaster ini diarahkan pada
pengurangan risiko terganggunya fungsi
aksesibilitas pada jalan dan jembatan akibat
dampak perubahan iklim, perencanaan,
Manajemen dan Sistem operasi transportasi darat,
pengelolaan perkeretaapian, pengelolaan
transportasi laut dan pengelolaan transportasi
udara yang memperhatikan dampak perubahan
iklim.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 143
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Rencana aksi yang terkait pengelolaan


transportasi udara yang memperhatikan dampak
perubahan iklim adalah sebagai berikut:
1. Melakukan penyesuaian kebutuhan panjang
runway sesuai dengan tipe pesawat yang
digunakan;
2. Penyusunan standar desain bandara;
3. Penggunaan perkerasan landasan yang lebih
tahan terhadap suhu yang tinggi;
4. Penentuan zoning-zoning di lingkungan
bandara yang disesuaikan dengan Rencana
Tata Ruang Wilayah setempat;
5. Perencanaan pembangunan bandara melalui
kajian lingkungan secara komprehensif dan
ramah lingkungan serta meningkatkan elevasi
di sisi muka runway;
6. Peningkatan teknologi sistem informasi bagi
penundaan/ pembatalan penerbangan;
7. Perkuatan prasarana di bandara dan
perlindungan terhadap sarana bandara;
8. Peningkatan kemampuan SDM dalam
menghadapi kejadian darurat termasuk
evakuasi kecelakaan;
9. Pelaksanaan Program Eco Airport;
10. Penggunaan sumber energi terbarukan untuk
bandara seperti angin, air, dan surya;
11. Peningkatan sistem Navigasi Penerbangan
untuk mengurangi kepadatan air flow.

4.3.9.2 Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas


Rumah Kaca Bidang Transportasi Udara Tahun
2012-2020
Penyusunan Rencana Aksi Nasional Penurunan
Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) Bidang
Transportasi Udara Tahun 2012-2020 merupakan
tindaklanjut atas komitmen Pemerintah RI untuk
berpartisipasi aktif serta berkontribusi dalam
penanggulangan perubahan iklim dan emisi gas

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 144
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

rumah kaca yang dicanangkan pertama kali oleh


Presiden RI pada Konferensi Internasional G-20
tahun 2009 di Pittsburgh, Amerika Serikat, dan
disampaikan kembali pada United Nation
Framework Climate Change Conference (UNFCCC)
Cope Of Parties (COP)-15 tahun 2009 di
Kopenhagen-Denmark, dalam hal ini Indonesia
berkomitmen menurunkan emisi GRK sebesar
26% pada tahun 2020 dengan usaha sendiri atas
basis emisi tahun 2005.

Direktorat Jenderal Perhubungan Udara


Kementerian Perhubungan Republik Indonesia
telah menyampaikan komitmen Rencana Aksi
Nasional untuk penurunan emisi GRK pada ICAO
Asssembly 37 tahun 2010 di Montreal - Canada
dalam bentuk dokumen ―Indonesia Action Plan on
Aviation and Climate Change‖, dan disusul dengan
pengiriman ―State Action Plans‖ pada bulan Juni
2012, dimana Indonesia termasuk 3 negara
anggota pertama pada regional Asia Pasifik yang
memenuhi kewajiban sesuai tenggat waktu dari
ICAO.

Roadmap RAN-GRK Bidang Transportasi Tahun


2012-2020 telah dipublikasikan pada forum
sosialisasi, Forum Group Discussion (FGD),
seminar tingkat nasional maupun internasional
selama periode tahun 2011-2013 antaralain pada
ICAO ―Assistance for Action-Aviation and Climate
Change Seminar‖ yang diselenggarakan di
Montreal 23-24 Oktober 2012 dan Pada bulan Juli
tahun 2013 telah diselenggarakan conference The
Int’l Green Aviation Initiatives for Sustainable
Development of Air Transportation, yang dihadiri
oleh stakeholder di bidang penerbangan dengan
beberapa pembicara dari International Civil
Aviation Organization ICAO, FAA-USA, IATA,
Airport Council International, SENASA/OBSA

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 145
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Spain, Boeing Company, Universitas Indonesia,


Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral,
Garuda Indonesia, Pertamina, dan PT. Angkasa
Pura (Persero).

Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang


Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca merupakan salah satu langkah aksi
kebijakan dan payung hukum bagi pelaksanaan
komitmen Republik Indonesia dalam usaha
penurunan emisi GRK sebesar 26% pada tahun
2020, hal ini dirumuskan ditingkat Kementerian
Perhubungan dengan menerbitkan Keputusan
Menteri Perhubungan Nomor 909 Tahun 2011
tentang Pembentukan Kelompok Kerja
Pelaksanaan RAN-GRK Terhadap Perubahan Iklim
Pada Sektor Transportasi di Lingkungan
Kementerian Perhubungan Tahun 2011-2020.
Berdasarkan hasil kerja pokja tersebut telah
ditetapkan Keputusan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor: KP. 201 Tahun 2013
Tentang Penetapan Rencana Aksi Nasional
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Sektor
Perhubungan (RAN-GRK Perhubungan) dan
Inventarisasi GRK Sektor Perhubungan Tahun
2010 Sampai dengan Tahun 2020.

Rencana Aksi Nasional


Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah
menyampaikan komitmen untuk berpartisipasi
aktif dan berkontribusi dalam penurunan emisi
karbon penerbangan internasional maupun
domestik secara berkelanjutan dalam bentuk
―INDONESIA ACTION PLAN ON AVIATION AND
CLIMATE CHANGE‖, meliputi:
1. Peremajaan Armada Angkutan Udara
Pelaksanaan peremajaan armada pesawat
udara telah dimulai sejak 2012 sampai 2017,
dengan asumsi bahwa penurunan armada
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 146
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

pesawat udara dengan teknologi terdahulu


adalah 10% selama 2012-2013, dan 15%
selama periode 2014-2017, sehingga pada
tahun 2018 dapat dianggap bahwa total
armada pesawat udara dengan teknologi baru
telah menggantikan armada pesawat udara
dengan teknologi terdahulu dimana armada
pesawat udara dengan teknologi baru yang
membakar lebih sedikit bahan bakar telah
mencapai 80%.

Salah satu upaya untuk mengurangi emisi


karbon dan biaya pemeliharaan, beberapa
maskapai nasional telah memperbaharui
armada mereka dengan jenis terbaru. Sesuai
dengan data Dirjen Perhubungan Udara telah
terdaftar sekitar 150 pesawat udara per
tahun (2009-2014) di mana 40-50% adalah
merek pesawat baru. Hal tersebut sejalan
dengan PM Nomor 7 Tahun 2016 yang
mensyaratkan batasan usia minimum
pesawat udara yang beroperasi dan usia
maksimal beroperasi di wilayah Republik
Indonesia.

2. Perbaikan operasional dan pemeliharaan


pesawat udara.
Tindakan ini bertujuan untuk peningkatan
prosedur operasional dan perawatan pesawat
untuk kategori pesawat udara transport.
Tujuan utamanya adalah untuk penghematan
bahan bakar dan suku cadang. Mengenai
pelaksanaan kegiatan tersebut, inisiatif
awalnya diusulkan oleh operator udara yang
sudah familiar dengan prosedur operasional
mereka sendiri. Dua pesawat udara (Garuda
Indonesia dan Indonesia Air Asia) aktif terlibat
untuk meningkatkan prosedur operasional
mereka.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 147
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Beberapa contoh prosedur ditingkatkan untuk


dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. menggunakan satu engine saat taxy-in;
b. memanfaatkan bandara alternatif yang
terdekat;
c. continous descent arrival mendarat);
d. menggunakan satu engine saat taxy-out;
e. optimalisasi titik pusat gravitasi pada
pesawat udara;
f. optimalisasi penggunaan GPU (Ground
Power Unit);

3. Penggunaan BBM Alternatif (bio-fuel) untuk


pesawat udara (dimulai tahun 2018) dan GSE
(15% dimulai tahun 2015).
Pemanfaatan bahan bakar bio-jet telah
diamanatkan melalui Keputusan Nomor 25
Tahun 2013 Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral yang diawali dengan bauran
sebesar 2% pada 2016, 3% pada 2018 dan
5% pada 2020. Pada akhir 2013, beberapa
kegiatan telah dilakukan untuk mendukung
penggunaan bahan bakar bio-jet. Hal tersebut
diawali dengan disetujuinya nota
kesepahaman antara Kementerian
Perhubungan dan Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral pada akhir 2013 dan
dilanjutkan dengan pembentukan Aviation
Biofuels dan Energi Terbarukan Task Force
pada pertengahan 2014 yang diharapkan
dapat memperkuat implementasi dari kegiatan
tersebut.

Mengenai upaya industriliasasi, perusahaan


minyak nasional bersama-sama dengan mitra
mereka telah melakukan studi rinci kelayakan
tentang produksi bahan bakar bio-jet yang
telah selesai pada awal tahun 2015 dan tahap
selanjutnya bergerak untuk melakukan

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 148
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

rekayasa desain dan rekayasa konstruksi


pengadaan. Bahan bakar bio-jet produksi
diharapkan akan dimulai pada akhir 2018
dengan investasi USD 400-500000000 dan
kapasitas produksi 257.000 kl / tahun.
Dalam rangka untuk memastikan fasilitas
hilir dan produksi dapat berjalan sesuai
jadwal, industri minyak mengharapkan
adanya beberapa insentif dan kebijakan
khusus dari segi harga bahan baku.
Adanya tekanan dari sejumlah organisasi
masyarakat madani (civil society organization)
yang bergerak di isu lingkungan hidup kepada
ICAO terkait pemanfaatan palm oil sebagai
alternative aviation bio-fuel (Disampaikan
pada The Second ICAO Conference on Aviation
and Alternative Fuels di Mexico City, tanggal
11-13 Oktober 2017). Diharapkan upaya
tersebut dapat mengurangi emisi di tahun
2020.

4. Energi terbarukan (solar-cell, angin-hybrid,


berbasis air) untuk fasilitas bandara (mulai
2015).
Penggunaan energi terbarukan di bandara ini
telah meningkat secara signifikan dari tahun
2011 sampai dengan 2014. Sistem sel surya
telah dipasang di 39 bandara di Indonesia,
yang hampir mendekati target nasional untuk
memasang solar-cell di 50 bandara sampai
2020. Terdapat 34 bandara yang dioperasikan
oleh Departemen Perhubungan dan 5 bandara
yang dioperasikan oleh operator bandara di
bawah pengelolaan Kementerian Badan Usaha
milik Negara yang sudah terpasang dengan
solar-sel.
Pemerintah Indonesia masih dalam tahap
pengembangan untuk melaksanakan

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 149
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

pemanfaatan energi angin dan hidro untuk


menghasilkan energi terbaharukan di 5
bandara internasional dan 5 bandara
domestik.

5. Meningkatkan sistem manajemen udara


melalui PBN (Star-SID, RNP-10, RNP-5, R-
Nav-App).
Kegiatan tersebut digunakan untuk
meningkatkan efisiensi sistem dan prosedur
pelayanan navigasi dengan menerapkan
teknologi berbasis PBN dan pada saat yang
sama untuk dimulianya penggunaan teknologi
pesawat generasi baru.

Beberapa inisiatif kegiatan telah dilakukan


sejak 2011 sampai sekarang dan masih
berlanjut hingga 2017. Pelaksanaan Prosedur
pesawat keberangkatan langsung udara ke
ketinggian jelajah dan prosedur kedatangan
untuk terbang langsung ke ketinggian
tertentu telah dimulai sejak 2011-2013 di 9
bandara internasional . Dan pada tahun 2016,
diharapkan 20 bandara selanutnya akan
menerapkan prosedur ini.

Modernisasi rute ATS berdasarkan fasilitas


navigasi darat menjadi navigasi berbasis
kinerja telah dimulai sejak 2012 dan
diharapkan akan dilaksanakan pada tahun
2015. Selain itu, pembuatan rute langsung
untuk penerbangan domestik dan
internasional untuk mengurangi jarak
penerbangan tersebut akan selesai 2017.

6. Eco-bandara implementasi terus menerus.


Program Eco-bandara yang meliputi tiga hal
utama yang akan dilakukan. Pemanfaatan
energi terbarukan, penggunaan light emitting
diode (LED) dan Program penghijauan

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 150
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

merupakan tiga fokus utama kegiatan


tersebut. Pemanfaatan energi terbarukan di
bandara telah dilaksanakan di 34 bandara
sampai 2014. Pemasangan sel surya ini telah
menghasilkan sekitar 1,5 juta kwh listrik
tenaga hingga Mei 2015. Sementara itu
terdapat proyek terbaru yang menyangkut
penggunaan pembangkit listrik tenaga surya
dan akan terbangun empat bandara di
Indonesia timur (Labuan Bajo, Maumere, Rote
dan Tambolaka). Dengan kegiatan tersebut
diharapkan pembangkit listrik tenaga surya
dapat menghasilkan tenaga hingga 1 MW.

Selain itu, pemasangan LED telah


diimplementasikan di 16 bandara dan pada
2016 dan akan direncanakan pemanfaatan
LED di 5 bandara tambaha, yaitu: Solo,
Semarang, Surabaya, Denpasar, Ambon dan
Ujung Pandang. Sehingga program
penghijauan yang ditargetkan untuk 55
bandara dengan 300 pohon untuk setiap
bandara dapat diimplementasikan di 14
bandara. Sejak 2010 hingga 2014, 151.642
pohon (trembesi) telah ditanam di 14 bandara
tersebut. Program ini akan dilanjutkan hingga
tercapai sejumlah 55 bandara.

Perumusan RAN-GRK Bidang Transportasi


Udara 2012-2020 di mulai dengan
inventarisasi bahan-bahan referensi baik
berupa peraturan dan regulasi nasional dan
internasional, prosedur, panduan dan guide
line, pengumpulan data-data primer dan
sekunder terkait dengan pesawat udara dan
mesin pesawat udara, rute (city pairs),
frekuensi penerbangan, kapasitas
penumpang, prasarana bandar udara dan
navigasi penerbangan, sumber daya manusia,

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 151
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

operator penerbangan dan bandar udara, data


penggunaan bahan bakar avtur dalam negeri
dan internasional, program-program
penurunan emisi pada operator, dan lain-lain.
Khusus untuk data-data kuantitatif angkutan
udara, sarana dan prasarana di ambil dalam
periode 2009-2011 dengan pertimbangan
pada periode tersebut data-data yang
dibutuhkan cukup lengkap, solid dan lebih
akurat.

Metoda, pendekatan, formulasi perhitungan,


asumsi-asumsi dalam perumusan RAN-GRK
Bidang Transportasi Udara mengacu kepada
bahan referensi dokumen Intergovernmental
Panel on Climate Change (IPCC) Guide Line
―National Greenhouse Gas Inventories‖ tahun
2006, perangkat lunak (software) ICAO
Carbon Emissions Calculator Version 2.3, dan
Pedoman Pelaksanaan Rencana Aksi
Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca,
Kementerian Perencanaan
Nasional/Bappenas, 2011, demikian juga
beberapa bahan referensi dari regulator
(antara lain: FAA-Amerika Serikat, Uni Eropa,
Australia) dan operator negara lain, baik
dalam bentuk laporan atau dokumen
panduan yang digunakan secara spesifik
didalam merumuskan inventori emisi dan
program penurunan emisi. Demikian juga
dalam perhitungan pertumbuhan baik
penumpang, sarana pesawat udara,
kebutuhan bakar bakar, maupun
kecenderungan peningkatan emisi karbon
(CO2) digunakan perangkat lunak berbasis
Microsoft Trend.

Perumusan kebijakan, strategi dan tindakan


terukur (basket of measures) adalah

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 152
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

berdasarkan inventarisasi dan analisis


potensi-potensi program dan kegiatan baik
ditingkat pemerintah maupun operator yang
dapat dirumuskan sasaran, program, jadwal,
rincian aksi secara detail dan anggarannya,
serta dapat dilakukan pengawasan
(monitoring-pelaporan dan verifikasi) dalam
pelaksanaan dan diukur tingkat
keberhasilannya. Proses perumusan RAN-GRK
berjalan secara paralel untuk keperluan RAN-
GRK domestik dan RAN-GRK intenasional
untuk memenuhi kewajiban sebagai anggota
ICAO. Perhitungan emisi tanpa intervensi
kebijakan (Business As Usual-BAU ) bagi
penerbangan domestik dan internasional
dilakukan dengan menghitung total emisi
yang berasal dari kegiatan pengoperasian
pesawat udara kategori transport yang secara
signifikan mengeluarkan emisi hasil
pembakaran bahan bakar avtur, dalam hal ini
emisi yang berasal dari pengoperasian bandar
udara dan pelayanan navigasi diasumsikan
tidak ada (negligible) dengan alasan dan
pertimbangan bahwa inventori emisi di
masing-masing operator tersebut belum
diselenggarakan dan hal ini sejalan dengan
ICAO Guide Line untuk perhitungan emisi
penerbangan internasional di hitung dari
penggunaan bahan bakar.

Program dalam Mendukung Rencana Aksi


Nasional
1. Merumuskan peraturan bersama dengan
kementerian terkait untuk penerapan bahan
bakar biofuel, GSE bio-diesel, energi
terbarukan, PBN, eco-airport dan roadmap
nasional tentang Program Pengurangan Emisi
(2012-2020);

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 153
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

2. Implementasi CORSIA (Carbon Offsetting and


Reduction Scheme for International Aviation).
Indonesia akan menjadi Negara volunteer
dalam fase pertama implementasi. Saat ini
Ditjen Perhubungan udara sedang
mempersiapkan pembangunan infrastruktur
CORSIA seperti prosedur MRV dimana
rencana penerapan MRV pada 1 Januari
2019;
3. Pengembangan kapasitas dan kerjasama
internasional mengenai masalah perubahan
iklim dan mitigasi GRK (ICAO, FAA, Airbus,
IATA);
4. Mengembangkan Sistem Manajemen
Lingkungan dimana semua informasi akan
dilaporkan oleh operator, dipantau oleh setiap
Direktorat terkait.

4.3.9.3 Kebijakan dan Strategi RAN-GRK Bidang


Transportasi Udara Tahun 2012-2020
Perumusan kebijakan dan strategi RAN-GRK
Bidang Transportasi Udara 2012-2020 adalah
sebagai berikut:

Kebijakan RAN-GRK Bidang Transportasi Udara:


1. Inisiatif penyempurnaan (update) dan
pembuatan kebijakan dan regulasi guna
menjaga pertumbuhan industri penerbangan
dan lingkungan hidup secara berkelanjutan.
2. Inisiatif peremajaan sarana pesawat udara
(armada nasional) yang memiliki teknologi
hemat bahan bakar, rendah emisi gas buang
dan kebisingan.
3. Inisiatif pengembangan infrastruktur dan
fasilitas penerbangan yang ramah
lingkungan, hemat energi dan rendah emisi
gas buang pada bandar udara.
4. Inisiatif peningkatan manajemen dan
efisiensi dalam pengelolaan lalu lintas
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 154
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

penerbangan dan penyelenggaraan


pelayanan navigasi penerbangan.
5. Inisiatif pemanfaatan dan penggunaan
bahan bakar alternatif dan energi
terbarukan (energi matahari, angin, air, dll)
secara bertahap untuk konservasi dan
mengurangi pemakaian bahan bakar fosil.
6. Inisiatif pengembangan dan penerapan
mitigatasi emisi GRK berbasis pasar.

Strategi RAN-GRK Bidang Transportasi Udara:


1. Mendorong pengembangan, implementasi
regulasi dan penegakan hukum serta
meningkatkan pengetahuan dan kapasitas
dari pemangku kepentingan bidang
transportasi udara (Regulatory Framework
and Capacity Building of Stakeholders).
2. Mendorong pelaku industri transportasi
udara untuk menggunakan dan
memanfaatkan teknologi terkini yang lebih
ramah lingkungan dan hemat bahan bakar
(Technology Improvement).
3. Mendorong pelaku industri transportasi
udara untuk memperbaiki dan
meningkatkan efisiensi dalam pengoperasian
sarana dan prasarana (Operational
Efficiencies).
4. Mengembangkan infrastruktur dan fasilitas
pelayanan serta prosedur navigasi
penerbangan yang lebih efektif dan
kompatibel dengan sarana pesawat udara
(Effectives and Seamless Infrastructures).
5. Mengembangkan infrastruktur bandar udara
yang ramah lingkungan, hemat energi dan
rendah emisi GRK (Eco Airport).
6. Mengembangkan dan menerapkan tindakan
mitigasi emisi GRK berbasis pasar (Market-
Based Measures /MBMs) yang mengacu

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 155
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

pada Annex 1, ICAO Assembly Resolution A-


37-19.

Tindakan Terukur (Basket of Measures):


1. Kebijakan dan Regulasi serta Peningkatan
Kapasitas SDM.
2. Penurunan Emisi Karbon Pada Operator
Penerbangan.
3. Penurunan Emisi Karbon Pada Operator
Penyelenggara Pelayanan Navigasi dan
Manajemen Lalu Lintas Penerbangan.
4. Penurunan Emisi Karbon Pada Pengoperasian
Bandar Udara.
5. Penurunan Emisi Karbon Pada Penerapan
Penggunaan Sumber Energi Baru dan
Terbarukan (aviation bio fuel, bio diesel dan
renewable energy : Solar-Wind-Hybrid-Water-
base Energy).
6. Penerapan Pasar Karbon (Market Base
Measures).

Hasil perhitungan total emisi CO2 tanpa


intervensi kebijakan (BAU) hingga tahun 2020
untuk penerbangan domestik dan internasional
adalah sebesar 148,1 juta Ton CO2, sedangkan
perhitungan total emisi penerbangan nasional
dengan intervensi kebijakan program RAN-GRK
hingga tahun 2020 adalah sebesar 15,9 juta Ton
CO2 dapat dlihat pada gambar dibawah.

Gambar 4.13
Potensi Emisi Karbon B A U vs Potensi Penurunan Emisi
Karbon Program RAN-GRK Bidang Transportasi Udara Tahun
2012-2020
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 156
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Untuk melihat potensi penurunan emisi karbon


dari setiap inisiatif program Rencana Aksi
Nasional-Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.28
Potensi Penurunan Emisi Karbon dengan Program RAN-GRK
Bidang Transportasi Udara Tahun 2017-2019

Kegiatan RAN-GRK Penurunan Emisi (Juta


Ton)

2017 2018 2019

Inisiatif modernisasi sarana pesawat udara 2.107 2.854 4.478


Inisiatif penggunaan bahan bakar aviation 0.762 1.345 2.726
biofuel dan biodiesel
Inisiatif efisiensi operasional pesawat udara 1.025 1.605 2.978
Inisiatif Air traffic Management dan PBN 0.912 1.350 2.519
Inisiatif penggunaan energi terbaharukan 1.462 2.030 3.238
dan eco-airport
Total 11.240 13.570 15.945

4.3.10 PENGARUSUTAMAAN GENDER SUB SEKTOR


TRANSPORTASI UDARA
Pengarusutamaan Gender (PUG) adalah strategi yang
dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu
dimensi integral dari perencanaan, penyusunan,
pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan
program pembangunan nasional. PUG sebagai salah satu
prinsip pengarusutamaan yang menjadi landasan
operasional pembangunan nasional selain tata kelola
pemerintahan yang baik dan pengarusutamaan
pembangunan berkelanjutan. Sesuai konteks pelaksanaan
pembangunan tahap kedua RPJMN 2010-2014 dalam
Perpres Nomor 5 Tahun 2010, prinsip pengarusutamaan
gender diarahkan untuk dapat tercermin di dalam keluaran
(output) pada kebijakan pembangunan. Prinsip-prinsip
pengarusutamaan ini akan menjadi jiwa dan semangat yang
mewarnai berbagai kebijakan pembangunan di setiap
bidang.

Berdasarkan Perpres Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN


Tahun 2015-2019 (Buku II), secara umum sasaran
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 157
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

pengarusutamaan gender dalam 5 (lima) tahun ke depan


adalah meningkatnya kesetaraan gender. Secara khusus,
sasaran PUG lima tahun kedepan adalah:
1. Meningkatnya kualitas hidup dan peran perempuan di
berbagai bidang pembangunan, yang diukur antara lain
dari status kesehatan ibu, rasio AMH laki-laki dan
perempuan, rasio rata-rata lama sekolah laki-laki dan
perempuan, rasio partisipasi sekolah laki-laki dan
perempuan, sumbangan pendapatan penduduk
perempuan di sektor non pertanian, serta persentase
perempuan sebagai pengambil keputusan di legislatif,
eksekutif, dan yudikatif;
2. Meningkatnya perlindungan perempuan dari berbagai
tindak kekerasan, termasuk TPPO, yang diukur dari
prevalensi/jumlah kasus kekerasan terhadap
perempuan dalam kurun waktu tertentu;
3. Meningkatnya kapasitas kelembagaan PUG dan
kelembagaan perlindungan perempuan dari berbagai
tindak kekerasan di tingkat nasional dan daerah, yang
diukur dari ketersediaan peraturan perundang-
undangan, aturan pelaksanaan terkait PUG dan
kekerasan terhadap perempuan, data terpilah dan data
kekerasan terhadap perempuan, SDM yang terlatih,
serta terlaksananya kooordinasi antar-K/L/SKPD dan
antar pusat dan daerah dalam pelaksanaan PPRG serta
pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap
perempuan.

Arah kebijakan pengarusutamaan gender dalam 5 (lima)


tahun ke depan dalam RPJMN Tahun 2015-2019 antara
lain:
1. Meningkatkan kualitas hidup dan peran perempuan di
berbagai bidang pembangunan, yang dilakukan melalui
strategi:
a. peningkatan pemahaman dan komitmen para
pelaku pembangunan tentang pentingnya
pengintegrasian perspektif gender dalam berbagai
tahapan, proses, dan bidang pembangunan, di
tingkat nasional maupun di daerah;
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 158
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

b. penerapan Perencanaan dan Penganggaran yang


Responsif Gender (PPRG) di berbagai bidang
pembangunan, di tingkat nasional dan daerah; dan
c. peningkatan pemahaman masyarakat dan dunia
usaha tentang kesetaraan gender.
2. Meningkatkan perlindungan perempuan dari berbagai
tindak kekerasan, termasuk TPPO.
3. Meningkatkan kapasitas kelembagaan PUG dan
kelembagaan perlindungan perempuan dari berbagai
tindak kekerasan.

Sesuai dengan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor


9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam
Pembangunan Nasional, yang diterbitkan pada tanggal 19
Desember 2010 telah menginstruksikan semua
Kementerian/lembaga dan pemerintah daerah harus
melaksanakan Pengarusutamaan Gender (PUG) pada setiap
tahapan pembangunan, mulai dari perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan, monitoring, dan evaluasi.

Sedangkan untuk memberikan muatan substansi prinsip


pengarusutamaan gender dalam penyelenggaraan
transportasi, Kementerian Perhubungan melakukan
kesepakatan bersama dengan Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak melalui MOU No.
31/Men PP dan PA/01/2011 dan No. PM 6 Tahun 2011
tentang Pengarusutamaan Gender dan Pengarusutamaan
Hak Anak di Bidang Perhubungan. Kesepakatan ini dibuat
dengan maksud untuk mensinergikan program guna
peningkatan aksesibilitas, partisipasi, kontrol dan manfaat
di bidang perhubungan kepada masyarakat dengan
memperhatikan kesetaraan gender dan peduli terhadap hak
anak. Sedangkan tujuan kesepakatan bersama untuk
mempercepat terwujudnya kesetaraan gender dan
pemenuhan hak anak di bidang perhubungan.

Perihal perwujudan penyediaan dan pelayanan sarana


prasarana transportasi udara dengan kesetaraan gender
telah terakomodir dalam beberapa peraturan yang
ditetapkan. Dalam peraturan tersebut istilah

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 159
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

pengarusutamaan gender identik dengan istilah


pengguna/penumpang berkebutuhan khusus. Salah satu
peraturan perundangan transportasi udara yang secara
substansi sudah responsif gender adalah UU Republik
Indonesia No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan:
a. Pasal 121 ayat (3) tentang data penumpang pra
kedatangan atau keberangkatan penerbangan ke dan
dari wilayah Indonesia tercantum keterangan tentang
―jenis kelamin‖.
b. Bagian Keenam Pengangkutan untuk Penyandang
Cacat, Lanjut Usia, Anak-Anak, dan/atau Orang Sakit,
Pasal 134 ayat (1); ayat (2) dan ayat (3) telah mengatur
tentang pelayanan berupa perlakuan dan fasilitas
khusus dari badan usaha angkutan udara niaga untuk
penyandang cacat, orang lanjut usia, anak-anak
dibawah usia 12 (dua belas), dan/atau orang sakit.
c. Pasal 239 ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) telah mengatur
tentang pelayanan berupa perlakuan dan fasilitas
khusus dari badan usaha bandarudara atau unit
penyelenggara bandar udara terhadap penyandang
cacat, orang sakit, orang lanjut usia dan anak-anak.

Sebagai tindak lanjut dan acuan percepatan pelaksanaan


pengarusutamaan gender sub sektor transportasi udara,
pada tahun 2013 telah disusun Grand Design pelaksanaan
pengarusutamaan gender pada sub sektor transportasi
udara. Diharapkan dengan adanya Grand Design
Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender pada Sub Sektor
Perhubungan Udara ini, bagi pihak internal pembuat dan
pelaksana kebijakan akan memberikan kejelasan terhadap
suatu proses pelayanan yang berdasarkan prinsip-prinsip
pengarusutamaan gender, sekaligus memberikan
peningkatan mutu pelayanan kepada pihak eksternal yang
membutuhkan pelayanan yang berperspektif gender. Selain
itu terjadi peningkatan kepuasan pihak eksternal yang
memanfaatkan berbagai pelayanan Sub Sektor Perhubungan
Udara Kementerian Perhubungan sekaligus peningkatan
kinerja organisasi secara terukur dan berkesinambungan
sesuai tuntutan Reformasi Birokrasi.
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 160
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.3.11 TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) SUB


SEKTOR TRANSPORTASI UDARA
4.3.11.1 Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
Ditjen Perhubungan Udara
Sebagaimana kita ketahui bahwa Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) telah berkembang
sangat jauh saat ini dan telah merevolusi cara
hidup kita, baik terhadap cara berkomunikasi,
cara belajar, cara bekerja, cara berbisnis, dan lain
sebagainya. Era informasi memberikan ruang
lingkup yang sangat besar untuk
mengorganisasikan segala kegiatan melalui cara
baru, inovatif, instan, transparan, akurat, tepat
waktu, lebih baik, memberikan kenyamanan yang
lebih dalam mengelola dan menikmati kehidupan.
Dengan teknologi informasi dan komunikasi
semua proses kerja dan konten akan
ditransformasikan dari fisik dan statis menjadi
digital, mobile, virtual dan personal. Akibatnya
kecepatan kinerja bisnis meningkat dengan cepat.
Kecepatan proses meningkat sangat tajam di
banyak aktivitas modern manusia. Oleh karena
itu diperlukan peningkatan kualitas sumber daya
manusia untuk mendorong kelangsungan
teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

Salah satu kunci keberhasilan Direktorat Jenderal


Perhubungan Udara dalam berbagai usaha untuk
mencapai visi dan misinya terletak pada
kemampuan organisasi dalam mengelola
(manajemen) arus informasi yang esensial secara
efektif dan efisien. Sedangkan pengelolaan
informasi memerlukan suatu sistem informasi dan
teknologi sebagai tulang punggung (backbone)
yang berkinerja tinggi. Sistem informasi dengan
kinerja tinggi tersebut secara mutlak harus
dimiliki oleh Ditjen Perhubungan Udara

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 161
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

mengingat bahwa penguasaan terhadap informasi


merupakan kunci keberhasilan proses koordinasi.

Untuk membangun sebuah sistem informasi yang


holistik dan terintegrasi secara baik, maka
dibutuhkan prasarana pengolahan data yang
terintegrasi, mudah ditangani dan memiliki
kualifikasi penampung koleksi data yang lengkap.
Selanjutnya koleksi data tersebut dapat
ditampilkan secara informatif kepada publik
sebagai pemenuhan kepada tuntutan keterbukaan
informasi.

Pembangunan dan Pengembangan bidang


Teknologi Informasi dan Komunikasi di
lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara erat kaitannya untuk dapat mewujudkan
pelaksanaan dan peningkatan kinerja organisasi
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara secara
optimal serta mendukung dan merealisasikan
pencapaian program e-government yang
mendasarkan kepada peraturan pemerintah
melalui Instruksi Presiden No. 3 tahun 2003
tentang Kebijaksanaan dan Strategi Nasional
Pengembangan Electronic Government, sudah
dilakukan dengan baik melalui prakarsa dari
Bagian Perencanaan sebagai koordinator pengelola
Data dan Informasi di Lingkungan Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara (sesuai ketetapan
KM 60 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Perhubungan RI). Sebagai
tindak lanjut langkah evaluasi pelaksanaan dan
pencapaian, serta kesinambungan langkah
perencanaan pemanfaatan Teknologi Informasi di
lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara dalam mencapai tujuan, maka Bagian
Perencanaan melakukan serangkaian inisiatif
kegiatan untuk mengevaluasi, dan mengkaji
tentang rencana induk pemanfaatan Teknologi

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 162
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Informasi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara


dengan memperhatikan ketajaman dan ketepatan
bentuk strategi perencanaan berdasarkan hasil
evaluasi monitoring pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi.

Kegiatan Teknologi Informasi dan Komunikasi di


lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara, berlandaskan hukum pada:
1. UU No.1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan,
Pasal 376 – Sistem Informasi Penerbangan.
2. UU No.14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan
Informasi Publik.
3. Instruksi Presiden No.3 Tahun 2003 Tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional
Pengembangan E-Government.
4. PM KP.39 Tahun 2009 Tentang Recana Induk
TIK Kementerian Perhubungan.
5. PM Menkominfo
No.28/PER/M.Kominfo/9/2006 tentang
Penggunaan Nama Domain go.id untuk Situs
Resmi Pemerintah Pusat dan Daerah.
6. PM Menteri Perhubungan No.60 Tahun 2010
Tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perhubungan.

Tabel 4.29
Kegiatan teknologi informasi dan komunikasi di lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara

NO. UNIT KERJA KEGIATAN TIK DATA DAN INFORMASI


1. Sekditjen Perhubungan  Website Ditjen  Penyiapan data peraturan
Udara Perhubungan Udara; penerbangan
 Tata Persuratan  Penyiapan data kepegawaian
online;  Penyiapan data laporan
 E-Monitoring; keuangan
 Integrasi jaringan LAN;  Penyiapan data anggaran,
 Sistem informasi RKA- laporan tahunan dan
KL; rencana strategis
 Sistem informasi

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 163
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

PNBP;
 Sistem Informasi
Kepegawaian
2. Direktorat Angkutan Sistem informasi Penyiapan data bidang
Udara perijinan online angkutan udara antara lain :
data lalu lintas angkutan
udara, data perusahaan
penerbangan yang beroperasi
baik niaga berjadwal maupun
niaga tidak berjadwal, data
angkutan udara perintis, data
perjanjian bilateral dan
multilateral
2. Direktorat Bandar Sistem informasi Penyiapan data di bidang
Udara bandara bandar udara seperti : data
prasarana bandar udara, data
personel dan operasi bandar
udara, data peralatan dan
utilitas bandar udara, jadwal
penerbangan
3. Direktorat Keamanan Sistem informasi Penyiapan data di bidang
Penerbangan Sertifikasi Fasilitas dan personil aviation security
Personil (avsec), data personil
dangerous good (DG), data
personil pertolongan pemadam
kebakaran & pemadam
kebakaran (PKP-PK), dan data
peralatan keselamatan
penerbangan
4. Direktorat Navigasi  Sistem informasi ATC Penyiapan data di bidang
Penerbangan  Sistem informasi peralatan navigasi
lisensi dan SKP Teknisi penerbangan, data personil,
 Sistem informasi dan data umum bandar udara
Software Flight
Procedure Design
 Sistem Informasi
Aeronautika
 Sistem Informasi
Notam Office
 Sistem Informasi
Aeronautical
Information
Management (AIM)
 ESIR (Electronic Safety
Incident Reporting)

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 164
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

5. Direktorat  Aplikasi IMSIS Penyiapan data di bidang data


Kelaikudaraan dan (Internal Management hasil audit, data surveillance
Pengoperasian Pesawat Safety Information dan reporting, data service
Udara System) difficulty report (SDR), data law
 Aplikasi Sistem enforcment, data personel
Database Keselamatan duty, data ramp cehck, data C
Penerbangan Nasional of A, data curriculum vitae,
(SDKPN) data engineering ( R&A (repair
 Pelayanan Perijinan and alteration), noise
Lisensi Dan Rating certificate, RVSM, RNP,
Personil Operasi Helicopter TC & LOA,
Pesawat Udara Dan Airworthiness Directive, DOA
Personil Penunjang (Design Organization
Operasi Pesawat Udara Approval), data personel

 Pelayanan Perijinan training, data licensing ( pilot

Lisensi Dan Rating licensing, engineering

Personil Operasi licensing, pilots, cabin

Pesawat Udara Dan personel, FOO (flight operation

Personil Penunjang officer)), data accident, data

Operasi Pesawat Udara agendar, dan data A/C


register, data tingkat kepuasan
pengguna jasa.

4.3.11.2 Roadmap Teknologi Informasi dan Komunikasi


Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun
2015-2019

Tabel 4.30
Roadmap Teknologi Informasi dan Komunikasi Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara 2015-2019

No. Improvement Area 2013 2015 2016 2017 2018 2019

1. Up dated Data &


Informasi

2. Perijinan On Line
(approval, licence,
etc)

3. Integrasi SIM

4. Pengembangan Web
based

5. Kolaborasi data &


information

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 165
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

No. Improvement Area 2013 2015 2016 2017 2018 2019

6. Executive
Information System
(EIS)

7. Bussines Inteligence
Module (BIM)

1. Update Data dan Informasi


Terdapat beberapa jenis data dan informasi di
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara,
semuanya disajikan dalam format hardcopy
dan softcopy. Tetapi itu semua tidak akan
dapat digunakan apabila data dan informasi
yang tersaji tidak terupdate secara periodik.
Di beberapa unit kerja terdapat data dan
informasi yang harus di update sewaktu-
waktu ada perubahan, misal : update
peraturan yang berlaku di dunia penerbangan
pada Setditjen Perhubungan Udara. Data dan
informasi yang harus di update setiap bulan,
misal : update data dan informasi hasil audit
pada Direktorat Kelaikan Udara dan
Pengoperasian Pesawat udara, data produksi
angkutan udara pada Direktorat Angkutan
Udara. Data dan informasi yang harus di
update setiap tahun, misal: data umum
bandar udara pada Direktorat Bandar Udara,
data peralatan navigasi penerbangan pada
Direktorat Navigasi Penerbangan dan data
peralatan keamanan penerbangan pada
Direktorat Keamanan Penerbangan.

Oleh sebab itu, update data dan informasi


merupakan hal yang sangat penting dalam
implementasi roadmap TIK Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 166
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

2. Perijinan Online (Approval, License, etc)


Dengan semakin berkembangnya teknologi
informasi dan komunikasi saat ini, dimana
penggunaan TIK tinggi sehingga dirasa perlu
untuk merubah cara kerja dari yang semula
manual menjadi berbasis IT. Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara merasa perlu
untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat
menjadi organisasi yang dapat diandalkan
pada era globalisasi.

Implementasi tata pemerintahan yang baik


(good governance) menuntut kondisi dimana
pemerintah harus dapat memberikan
pelayanan yang optimal kepada masyarakat,
dan juga pihak pemerintah sendiri harus
dapat menyelenggarakan tata kelola
pemerintahan yang baik. Sehubungan dengan
hal tersebut, maka salah satu tindak lanjut
dari hal tersebut diatas yaitu dengan
melaksanakan perijinan online di masing-
masing unit kerja, misalkan : angud online
dimana didalamnya terdapat Flight Approval
online dan SIUP (Surat Ijin Usaha
Perusahaan) online pada Direktorat Angkutan
Udara.

3. Integrasi Sistem Informasi Manajemen


Masing-masing unit kerja di lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara telah
memiliki sistem informasi yang menunjang
tupoksi. Untuk menghasilkan penyajian data
dan informasi yang baik di lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dan
menunjang kebutuhan pimpinan dan
masyarakat, maka dirasa perlu untuk
melakukan integrasi sistem informasi
manajemen ke dalam satu data warehouse
yang dikelola secara terpusat oleh

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 167
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

administrator Direktorat Jenderal


Perhubungan Udara.

4. Pengembangan Web-Based
Pada saat ini penggunaan teknologi informasi
untuk kepentingan bisnis Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara dirasa perlu untuk
ditingkatkan dari aplikasi berbasis desktop
menjadi web-based. Pengembangan aplikasi
web-based akan memudahkan user maupun
masyarakat publik untuk mengupdate data
dan informasi. Sehingga penggunaan aplikasi
berbasis web-base sangat dianjurkan untuk
diterapkan pada masing- masing unit kerja.

5. Kolaborasi Data dan Informasi


Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
dipandang perlu untuk melakukan kolaborasi
data dan informasi terhadap data dan
informasi yang tersebar di masing-maisng unit
kerja menjadi satu bagian data dan informasi
yang utuh yang dapat digunakan untuk
kepentingan Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara.

6. Executive Information System (EIS)


Pengolahan data dan informasi di lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara yang
baik dan benar dipandang perlu untuk
penyajian informasi yang tepat dan akurat
untuk kebutuhan pimpinan dalam
pengambilan keputusan yang strategis.

7. Bussines Intelligence Module (BIM)


Dewasa ini penggunaan teknologi informasi
yang diintegrasikan dengan proses pekerjaan
di suatu organisasi sudah menjadi kebutuhan
mutlak. Hal ini dikarenakan adanya
kebutuhan dari organisasi tersebut untuk
meningkatkan kemampuannya dalam

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 168
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

menganalisis masalah-masalah yang


dihadapinya serta dalam pengambilan
keputusan. Ketersediaan data dan informasi
yang lengkap, benar dan tepat sudah menjadi
kebutuhan pokok bagi kelangsungan hidup
suatu organisasi.

Business Intelligence (BI) merupakan salah


satu bentuk implementasi yang mampu
menjawab kebutuhan di atas. BI telah banyak
digunakan oleh organisasi-organisasi dalam
mengelola data dan informasi sampai dengan
dukungan pengambilan keputusan. Secara
ringkas, BI dapat diartikan sebagai
pengetahuan yang didapatkan dari hasil
analisis data yang diperoleh dari kegiatan
(usaha) suatu organisasi. BI biasanya
dikaitkan dengan upaya untuk
memaksimalkan kinerja suatu organisasi.
Business Intelligence System merupakan
istilah yang umumnya digunakan untuk jenis
aplikasi ataupun teknologi yang digunakan
untuk membantu kegiatan BI, seperti
mengumpulkan data, menyediakan akses,
serta menganalisa data dan informasi
mengenai kinerja perusahaan.

BI dapat membantu Direktorat Jenderal


Perhubungan Udara dalam pengambilan
keputusan serta sekaligus meningkatkan
keunggulan (competitive advantage), selain itu
BI juga dapat membantu Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara dalam menganalisis
perubahan tren yang terjadi sehingga akan
membantu dalam menentukan strategi yang
diperlukan dalam mengantisipasi perubahan
tren tersebut.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 169
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.3.11.3 Kegiatan Teknologi Informasi dan Komunikasi


Yang Telah Dilaksanakan Di Lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Dalam rangka menindaklanjuti roadmap
pengembangan teknologi informasi dan
komunikasi di lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara 2015 – 2019 telah dilakukan
sosialisasi di lingkungan bagian perencanaan dan
kantor pusat Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara dengan waktu pelaksanaan seperti
terangkum dalam tabel di bawah ini:

Tabel 4.31
Jadwal Sosialisasi di Lingkungan Bagian Perencanaan dan Kantor Pusat
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
No Kegiatan Yang Telah Dilaksanakan Waktu Pelaksanaan

1 Monitoring Penggunaan Teknologi Informasi dan 16 – 22 April 2013


Komunikasi (TIK) Di Lingkungan Kantor Pusat Ditjen
Perhubungan Udara Tahun 2013
2 Sosialisasi RoadMap Teknologi Informasi dan 21 Oktober 2013
Komunikasi di Lingkungan Bagian Perencanaan
3 Sosialisasi RoadMap Teknologi Informasi dan 22 Oktober 2013
Komunikasi di Lingkungan Kantor Pusat Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara
4 Sosialisasi database bandar udara dan angkutan 28 Oktober – 18 Desember
udara di 9 (Sembilan) UPT bandar udara 2013
5 Sosialisasi kepada UPT Ditjen Perhubungan Udara Januari – Februari 2014
tentang aplikasi bandar udara dan angkutan udara
berbasis web pada saat pembahasan pertama rencana
kegiatan Tahun 2015 (Satuan 1)
6 Sosialisasi kepada Para Kepala Kantor UPBU pada Oktober 2014
acara sosialisasi Penataan Organisasi dan Tata
Laksana serta Penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran untuk Mendukung Tersusunnya
Perencanaan Strategis Transportasi Udara 2015 –
2019 di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara di Makassar, Surabaya dan medan
7 Bimbingan teknis ke bandar udara HAS. November 2014
Hanandjoeddin – Tj.Pandan, Mamuju – Tampa Padang,
dan Komodo – Labuhan Bajo

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 170
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.3.11.4 Kegiatan Peningkatan Kapasitas (Capacity


Building) Teknologi Informasi dan Komunikasi
Inisiatif peningkatan kapasitas sumber daya
manusia merupan salah satu pilar utama dan
menjadi kunci bagi keberhasilan dalam
pelaksanaan kebijakan, strategi dan program aksi
implementasi teknologi informasi dan komunikasi.
Karena itu, Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara melalui kelompok kerja pengelolaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi telah fokus
dalam kegiatan peningkatan kapasitas sebagai
kagiatan pokok baik yang diselenggarakan secara
mandiri atau bekerjasama dengan instansi dan
lembaga lain. Penyelenggaraan peningkatan
kapasitas tersebut dilaksanakan melalui forum
seminar, workshop dan training yang melibatkan
anggota kelompok kerja.

Pada kurun waktu tahun 2013, Direktorat


Jenderal Perhubungan Udara melalui kelompok
kerja pengelolaan teknologi informasi dan
komunikasi telah berkontribusi dalam kegiatan
peningkatan SDM. Pada table dibawah ini telah
dirangkum beberapa kegiatan dalam upaya
peningkatan kapasitas SDM yang akan diikuti
oleh anggota kelompok kerja pengelolaan teknologi
informasi dan komunikasi.

Tabel 4.32
Kegiatan Dalam Upaya Peningkatan Kapasitas SDM Yang Akan Diikuti
Oleh Anggota Kelompok Kerja Pengelolaan Teknologi Informasi Dan
Komunikasi
NO. SEMINAR/WORKSHOP/TRAINING PENYELENGGARA KETERANGAN
Value Consult Training
1 Audit Teknologi Informasi 2 Days
Indonesia
ALC Training Sdn Bhd
ITIL (IT Infrastruktur Library)
2 Kuala Lumpur – 3 Days
Foundation
Malaysia/Singapore
ALC Training Sdn Bhd
3 COBIT 4.1 dan COBIT 5 Foundation 3 Days
Kuala Lumpur – Malaysia

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 171
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

NO. SEMINAR/WORKSHOP/TRAINING PENYELENGGARA KETERANGAN


ALC Training Sdn Bhd
4 Bisnis Analysis Foundation Kuala Lumpur – 4 Days
Malaysia/Australia
Value Consult Training
5 IT Governance 2 Days
Indonesia
ALC Training Sdn Bhd
6 Enterprise Cloud Computing Kuala Lumpur – 2 Days
Malaysia/Singapore
ALC Training Sdn Bhd
7 Architecting Secure Cloud 2 Days
Kuala Lumpur – Malaysia
Value Consult Training
8 Quality Management in IT Service 2 Days
Indonesia
Information Technology Project Value Consult Training
9 2 Days
Management Indonesia
Network Security Technical ALC Training Sdn Bhd
10 2 Days
Workshop Kuala Lumpur – Malaysia
SABSA (Sherwood Applied Business ALC Training Sdn Bhd
11 Security Architecture) Foundation Kuala Lumpur – 5 Days
for Information Security Malaysia/Australia

4.3.12 KEBIJAKAN KEAMANAN INFORMASI (CYBER SECURITY)


PADA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
Serangan Cyber Security
Dengan memiliki konektivitas yang besar, maka akan
terdapat kerentanan dan peluang sistem untuk
dieksploitasi. Contoh serangan cyber di indonesia antara
lain serangan cyber pada Airnav Indonesia yang terjadi
setelah Airnav bersama Pemda setempat melakukan
sosialisasi tentang pelarangan pelepasan balon udara pada
lokasi Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan.

Ancaman Cyber Security


1. Pelaku
a) penjahat siber
b) negara dan atau disponsori negara
c) teroris
d) kelompok hacktivist
e) ancaman 'insider‗

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 172
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

2. Jenis Ancaman
a) Data Leakage
b) APTs & Malware infection along with Botnets (PCs,
Severs, Aircrafts,..)

Advanced Persistent Threat (APTs) adalah serangan


melalui jaringan dimana orang yang tidak sah mendapatkan
akses ke suatu jaringan dan menetap disana tanpa
terdekteksi untuk waktu yang lama. Tujuannya lebih ke
melakukan pencurian data daripada menimbulkan
kerusakan terhadap jaringan maupun organisasi.
Setelah akses diperoleh, penyerang akan menciptakan
sebuah back door. Kemudian, penyerang mengumpulkan
informasi dari user serta menciptakan lebih banyak back
door. Melalui back door ini, penyerang menyebarkan
malware yang tetap tersembunyi dalam jangka waktu lama
untuk kemudian mencuri data
Malware adalah istilah yang digunakan untuk perangkat
lunak berbahaya yang dirancang untuk merusak atau
melakukan tindakan yang tidak diinginkan terhadap sistem
komputer.
c) Mobile Channel Risks
d) Phishing adalah tindakan memperoleh informasi
pribadi seperti User ID, Password dan data-data
sensitif lainnya dengan menyamar sebagai orang
atau organisasi yang berwenang melalui sebuah
email.
e) Unauthorized Access (Loyalty points, compromised
systems, …).
f) Black markets (Tickets, Passports, …).
g) Supply chain issues (GDS systems, …).
Global Distribution System (GDS) is a network operated by a
company that enables automated transactions between
travel service providers (mainly airlines, hotels and car rental
companies) and travel agencies.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 173
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

3. Dampak
a) berpotensi menyebabkan gangguan ekonomi dan
sosial yang besar;
b) merusak reputasi dan kepercayaan;
c) dapat mengancam keamanan dan keselamatan
penerbangan.

Ancaman Cyber tidak hanya dipengaruhi oleh hal-hal


teknik tetapi juga dipengaruhi faktor psikologi, yaitu:
1) Ketika seorang pilot/ATC tidak bisa mendapatkan
informasi waktu yang akurat dan tepat terkait
situasi yang terjadi.
2) Penyusup akan selalu berusaha merusak sistem.
Serangan yang dikembangkan memiliki konsekuensi
merubah pilot atau controller dalam mendapatkan
informasi yang dapat dipercaya.
3) Secara umum serangan cyber crime mendominasi
dalam proses kehilangan kontrol. Seorang penyusup
bisa saja memaksakan ATC dan Pilot untuk
melakukan tindakan yang tidak sesuai prosedur dan
tidak direncanakan.

Peraturan Perundang-Undangan Terkait Keamanan


Informasi
1. UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik;
2. UU No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik;
3. UU No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Pasal 376 –
Sistem Informasi Penerbangan;
4. Instruksi Presiden No.3 Tahun 2003 tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan E-Government;
5. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
No.28/PER/M.Kominfo/9/2006 tentang Penggunaan
Nama Domain go.id untuk Situs Resmi Pemerintah
Pusat dan Daerah;
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KP. 39 Tahun
2009 tentang Rencana Induk Pemanfaatan Teknologi

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 174
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Informasi dan Komunikasi (TIK) di Lingkungan


Departemen Perhubungan;
7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 127 Tahun
2015 tentang Program Keamanan Penerbangan
Nasional;
8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan;
9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 90 Tahun
2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 127 Tahun 2015 tentang
Program Keamanan Penerbangan Nasional;
10. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 93 Tahun
2016 tentang Program Keselamatan Penerbangan
Nasional;
11. Instruksi Menteri Perhubungan Nomor IM 4 Tahun 2015
tentang Penerapan Teknologi Informasi di Lingkungan
Kementerian Perhubungan;
12. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor
KP. 17 Tahun 2017 tentang Pedoman Teknis
Operasional Bagian 171-09 (Advisory Circular Part 171-
09) tentang Penggunaan Internet Publik Untuk Aplikasi
Aeronautika;
13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 88 Tahun
2011 tentang Alur Data dan Informasi di Kementerian
Perhubungan;

REGULASI AVIATION CYBER SECURITY (ICAO ANNEX 17


– SECURITY)
4.9 Measures relating to cyber threats
4.9.1 Recommendation.— Each Contracting State should, in
accordance with the risk assessment carried out by its
relevant national authorities, ensure that appropriate
measures are developed in order to protect the confidentiality,
integrity and availability of critical information and
communications technology systems and data used for civil
aviation purposes from interference that may jeopardize the
safety of civil aviation.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 175
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

4.9.2 Recommendation.— Each Contracting State should


encourage entities involved with or responsible for the
implementation of various aspects of the national civil aviation
security programme to identify their critical information and
communications technology systems and data, including
threats and vulnerabilities thereto, and develop protective
measures to include, inter alia, security by design, supply
chain security, network separation, and remote access control,
as appropriate.

Pedoman Teknis Operasional


1. KP 017 tahun 2017 tentang Pedoman Teknis
Operasional Bagian 171-09 (Advisory Circular Part 171-
09) Penggunaan Internet Publik Untuk Aplikasi
Aeronautika.
2. KP 017 tahun 2017 mengatur penggunaan Internet
Publik untuk pelayanan aeronautika sebagai berikut:
 Informasi AIS;
 Informasi Flight Plan;
 Informasi Meteorologi;
 Flight Regularity Message;
 Administrative Message;
 Service Message (apabila diperlukan).

KEBIJAKAN KEAMANAN INFORMASI


Kondisi Saat Ini Dan Kondisi Mendatang
Tabel 4.33
Aspek Keamanan Informasi (Kondisi Saat Ini dan Kondisi Mendatang)
Kondisi Mendatang dan
No Aspek Kondisi Saat Ini
Tindak Lanjut
1 Document Security Policy Belum dijumpai dokumen tertulis Penyusunan Dokumen
(dokumen kebijakan terkait terkait dengan program keamanan Kebijakan, Standar, Pedoman,
keamanan) informasi Prosedur Praktik keamanan
Informasi di Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara
2 Information infrastructure Keamanan infrastruktur sudah Peningkatan keamanan
(media yang berperan diterapkan, namun belum infrastruktur yang sesuai dan
dalam kelangsungan terintegrasi dengan kebijakan, terintegrasi dengan kebijakan,
operasi informasi) standar, pedoman, prosedur dan standar, pedoman, prosedur dan
praktik keamanan informasi praktik keamanan informasi di
Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 176
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Kondisi Mendatang dan


No Aspek Kondisi Saat Ini
Tindak Lanjut
3 Perimeter Defense (media Pertahanan dengan firewall sudah Tersedianya peralatan untuk
yang berperan sebagai dilakukan, namun belum ada alat identifikasi dan deteksi serangan
komponen pertahanan untuk mendeteksi serangan dan dengan IDS (Intrusion Detection
pada infrastruktur pertahanan terpusat pada end System) dan IPS (Intrusion
informasi) point. Prevention System). Termasuk
antivirus untuk end point.
4 Network Monitoring System Beberapa tools monitoring sudah Tersedianya peralatan untuk
(media yang berperan terpasang dan dikelola dengan monitoring sampai level end user
untuk memonitor baik, akan tetapi belum ada untuk pengaturan hak akses dan
kelayakan, utilisasi, dan pengukuran dan evaluasi terhadap analisis forensik jika terjadi
kinerja infrastruktur objek yang dimonitor serta level insiden.
informasi) monitoring belum ke end user.
5 Network Security Saat ini kontrol terhadap jaringan Peningkatan Manajemen Risiko
Assessment (mekanisme sudah dilaksanakan dengan baik, Keamanan dengan Sistem dan
kontrol dan memberikan namun belum dilakukan Network Assessment.
measurement level assessment terhadap sistem secara
keamanan informasi) periodik.
6 Human resource dan Belum ada pelatihan tentang Pelatihan bagi personal dan
security awareness (SDM Keamanan Informasi baik pada pengelola TIK di Direktorat
dan awareness-nya pada level pengelola TIK maupun pada Jenderal Perhubungan Udara
keamanan ) level end user. tentang Keamanan Informasi.

ROADMAP PENGEMBANGAN

Gambar 4.14
Roadmap Pengembangan Keamanan TIK

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 177
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

PROGRAM KERJA TERKAIT KEAMANAN TIK

Tabel 4.34
Program Kerja Terkait Keamanan TIK
PROGRAM KERJA – KEGIATAN 2016 2017 2018 2019 2020
P.3.1 - Penyusunan Kebijakan, Standar, Pedoman,
Prosedur dan Praktek Keamanan Informasi di
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
KS.1.1 - Penyusunan Kebijakan Keamanan Sistem
Informasi
KS.1.2 - Penyusunan Standart, Pedoman dan Prosedur
Keamanan Sistem Informasi
KS.1.3 - Penyusunan Praktek Keamanan Sistem
Informasi
P.3.2 - Implementasi Keamanan Infrastruktur sesuai
dengan Kebijakan, Standar, Pedoman, Prosedur dan
Praktek Keamanan Informasi di Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara
KS.2.1 - Optimasi Keamanan Server (Server Hardening)

KS.2.2 - Optimasi Keamanan Jaringan Kabel dan


Nirkabel
KS.2.3 - Optimasi Keamanan PC dan Device Portabel
User
P.3.3 - Software Perlindungan (anti virus) endpoint
untuk PC, Laptop dan Server File
KS.3.1 - Pembelian Lisensi antivirus
P.3.4 - Pelatihan Keamanan Sistem Informasi
KS.4.1 - Pelatihan pengamanan terhadap infrastruktur
dan aplikasi
P.3.5 - Manajemen Resiko Keamanan dengan Sistem
dan Network Assessment
KS.5.1 – Penetration testing terhadap infrastruktur dan
aplikasi 1
P.3.6 - Peralatan Keamanan Informasi untuk
Monitoring dan Kontrol Akses
KS.6.1 - Pengadaan Peralatan Keamanan Informasi
untuk Monitoring dan Kontrol Akses 1
P.3.7 - Peralatan Keamanan Informasi untuk
Intrusion Detection System (IDS) dan Intrusion
Prevention System (IPS)
KS.7.1 - Pengadaan Peralatan Keamanan Informasi
untuk Intrusion Detection System (IDS) dan Intrusion
Prevention System (IPS) 1
P.3.8 - Peralatan Keamanan Informasi untuk Analisis
Trafik dan Digital Forensik
KS.8.1 - Pengadaan Peralatan Keamanan Informasi
untuk Analisis Trafik dan Digital Forensik 1

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 178
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

KEGIATAN KEAMANAN TIK

Tabel 4.35
Kegiatan Keamanan TIK
No Keamanan Sistem Keterangan

Penyusunan dokumen kebijakan keamanan sistem informasi,


Dokumen kebijakan keamanan standart, pedoman, prosedur dan praktek keamanan. Dokumen
1
sistem informasi ini akan menjadi pedoman dalam menjalankan keamanan
sistem informasi secara menyeluruh.
Melakukan optimasi keamanan infrastruktur yang sesuai
dengan kebijakan, standart, pedoman, prosedur dan praktek
Implementasi keamanan
2 keamanan informasi. Optimasi dapat dilakukan pada PC server,
infrastruktur
jaringan kabel dan nirkabel serta pada PC dan device portabel
user.
Melindungi endpoint yang berupa PC, laptop dan server file dari
potensi serangan dengan menggunakan software anti virus.
3 Software anti virus
Software perlindungan ini dapat dikendalikan secara terpusat
sehingga memudahkan pada proses perawatan dan updatenya.
Meningkatkan kesadaran keamanan informasi dengan
melakukan pelatihan tentang pentingnya keamanan informasi.
4 Pelatihan keamanan informasi Pelatihan ini dapat dilakukan pada level administrator pengelola
dan penanggung jawab infrastruktur sistem serta pada level end
user sebagai pengguna sistem.
Meminimalisir resiko keamanan sistem informasi dengan
melakukan sistem dan network assessment. Salah satu
Manajemen resiko keamanan bentuknya adalah dengan melakukan penetration testing
5
informasi terhadap infrastruktur dan sistem aplikasi yang ada.
Assessment ini dilakukan secara periodik mengingat potensi
serangan yang selalu berkembang dan semakin canggih.
Peralatan yang berfungsi untuk melakukan monitoring dan
analisa terkait dengan potensi keamanan sistem informasi.
Fungsi peralatan dapat dijabarkan sebagai berikut:
6 Peralatan monitoring Monitoring dan akses kontrol aktifitas end user
Monitoring anomali sistem dan jaringan dengan Intrusion
Detection System (IDS) dan Intrusion Prevention System (IPS)
Analisa trafik dan kebutuhan digital forensik

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 179
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

PROGRAM KEAMANAN PENERBANGAN NASIONAL (PM 127


TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KEAMANAN PENERBANGAN
NASIONAL) TERKAIT KEAMANAN INFORMASI
Tabel 4.36
Program Keamanan Penerbangan Nasional dan Draft Revisi
Terkait Keamanan Informasi
URAIAN PM 127 TAHUN 2015 DRAFT REVISI
(TARGET SEBELUM 25 SEPTEMBER 2017)

1. Memiliki langkah-langkah Penyelenggara Pelayanan 1. Unit Penyelenggara Bandar Udara dan


pengamanan teknologi Navigasi Penerbangan Pimpinan Badan Usaha Bandar Udara
informasi dan komunikasi 2. Badan Usaha Angkutan Udara
(cyber security) 3. Perusahaan Angkutan Udara Asing
4. Penyelenggara Pelayanan Navigasi
Penerbangan
5. Badan Hukum yang melakukan kegiatan
usaha di bandar udara
6. Badan Hukum Yang Mendapat Pendelegasian

2. Perlindungan Sistem Belum terinci 1. Langkah-langkah Perlindungan Sistem


Teknologi Informasi Teknologi Informasi Komunikasi dari
Komunikasi dari serangan Serangan Siber antara lain:
siber (cyber attack) a. Pengendalian administratif;
b. Pengendalian virtual dan logical; dan
c. Pengendalian fisik.

2. Membuat penilaian kerawanan (vulnerability


assessment) terhadap sistem dan data
Teknologi Informasi Komunikasi

3. Menetapkan langkah-langkah mitigasi


terhadap kemungkinan terjadinya serangan
siber (cyber attack)

IMPLEMENTASI KEAMANAN INFORMASI


Keterlibatan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
dalam Cyber Security:
a) sosialisasi untuk menumbuhkan kepedulian akan
bahaya serangan cyber security;
b) membuat aturan terkait cyber security;
c) kolaborasi data penerbangan dengan stakeholder
transportasi penerbangan;
d) pertukaran informasi terkait cyber security.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 180
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

BENTUK KERJASAMA DALAM PENYEDIAAN LAYANAN


CYBER SECURITY
Kerjasama AIRBUS dan SITA
Airbus dan SITA bekerjasama untuk menyediakan layanan
cyber security yang sangat berguna untuk industri angkutan
udara. Pada tanggal 3 April 2017 Airbus dan SITA telah
melaunching layanan pusat operasi security baru yang
dibentuk khusus untuk industri angkutan udara. Layanan
ini menyediakan informasi tentang kegiatan cyber yang tidak
normal dan berdampak terhadap bisnis airline, airport dan
stakeholder dalam dunia penerbangan.

LANGKAH PENTING YANG HARUS DILAKUKAN


Beberapa langkah penting yang harus dilakukan setiap
negara dalam rangka penanggulangan cyber crime :
1. Melakukan modernisasi hukum pidana nasional beserta
hukum acaranya, yang diselaraskan dengan konvensi
internasional yang terkait dengan kejahatan tersebut.
2. Meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer
nasional sesuai standar internasional.
3. Meningkatkan pemahaman serta keahlian aparatur
penegak hukum mengenai upaya pencegahan,
investigasi dan penuntutan perkara-perkara yang
berhubungan dengan cybercrime.
4. Meningkatkan kesadaran warga negara mengenai
masalah cybercrime serta pentingnya mencegah
kejahatan tersebut terjadi.
5. Meningkatnya kerjasama antar negara, baik bilateral,
regional maupun multilateral, dalam upaya penanganan
cybercrime, antara lain melalui perjanjian ekstradisi dan
mutual assistance treaties.

Langkah-langkah yang harus dilakukan terkait cyber crime :


• Soft Control : memastikan orang-orang terlibat dalam
dunia penerbangan terbiasa dengan budaya
―awareness‖ terhadap cyber crime.
• Hard Control : pengelolaan mobile devices dan USB,
pengawasan remote access, pengelolaan yang
melibatkan akses khusus.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 181
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

UPAYA PENANGGULAN BAHAYA CYBER CRIME


1. Faktor pelaksanaan otentikasi;
2. Manajemen resiko;
3. Trap code;
4. Penghapusan metadata dari dokumen umum;
5. Penghapusan cyber;
6. Mengadakan perjanjian dengan layanan Cyber Threats
Intelligence;
7. Memonitor supply chain dan mengenalkan perjanjian
hukum berikut penaltinya.

4.3.13 PERWAKILAN TETAP INDONESIA UNTUK ICAO


Karakteristik tranportasi udara yang berhubungan erat
dengan dunia internasional perlu mendapat perhatian serius
dari pemerintah. Oleh karena itu untuk mengambil langkah-
langkah strategis dalam upaya pengembangan transportasi
udara Indonesia di kancah internasional perlu adanya
upaya penguatan dan pengembangan kerja sama Indonesia
dengan Sekretaris Jenderal ICAO dan peningkatan
partisipasi Indonesia dalam seluruh kegiatan ICAO.

Untuk mewujudkan maksud tersebut Ditjen Perhubungan


Udara telah membentuk Kantor Kepentingan Indonesia pada
ICAO yang diresmikan oleh Wamen Perhubungan pada
tanggal 2 Februari 2012 di Montreal, Kanada. Saat ini
perwakilan Indonesia pada ICAO terdiri dari permanent
representative yang dijabat Duta Besar RI untuk Kanada
serta alternate representative yang dijabat Atase
Perhubungan.

Tugas pokok dan fungsi Alternate Representative untuk


ICAO adalah sebagai berikut:
a. sebagai Negara anggota dari ICAO yang berkedudukan
di Montreal, mandate alternate representative adalah
mewakili Pemerintah Republik Indonesia untuk ICAO.
Tugas utamanya adalah meningkatkan kerjasama yang
erat antara Indonesia dan ICAO di bidang penerbangan
sipil.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 182
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

b. mandat spesifik alternate representative ICAO adalah


bertanggung jawab atas isu-isu teknis dalam seluruh
aspek penerbangan sipil. Penunjukan wakil Negara atau
alternate representative untuk ICAO berasal dari
Kementerian Perhubungan khususnya Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara.
c. peran alternate representative untuk ICAO adalah
membantu perwakilan tetap Indonesia (Duta Besar
Republik Indonesia) dalam meningkatkan dan
mempromosikan keselamatan penerbangan dan
keamanan penerbangan baik domestik maupun
internasional melalui kerjasama yang erat dengan ICAO
serta berpartisipasi dalam semua kegiatan seperti
menghadiri rapat-rapat yang diadakan ICAO, pertemuan
dewan, simposium, workshop, konferensi, panel task
force dan sebagainya dalam kaitannya dengan
International Standard Regulations and Recommended
Practices (SARPs) dalam bidang penerbangan sipil.

Dengan karakteristik beban kerja tugas Atase Perhubungan


sebagai alternate representative untuk ICAO yang bersifat
multilateral di kota Montreal, yang juga bertugas sebagai
Atase Perhubungan dengan sifat bilateral pada Kantor
Kedutaan Besar RI di Ottawa, maka sangat penting kedua
tugas ini dilaksanakan oleh personil yang berbeda dari
Kementerian Perhubungan untuk dapat meningkatkan
kualitas diplomasi dari negara Indonesia di bidang
transportasi udara.

Dalam pelaksanaan tugas Atase Perhubungan, kantor


perwakilan kepentingan Indonesia untuk ICAO mempunyai
posisi yang penting didalam pelaksanaan diplomasi yang
bersifat multilateral. Adapun target penting dari keberadaan
alternate representative yang juga dijabat Atase
Perhubungan dan kantor perwakilan kepentingan Indonesia
adalah salah satunya mengamankan amanat Undang-
undang yang terkait dalam pelayanan navigasi penerbangan
yaitu pengambilalihan sektor A,B,C pada tataran diplomasi
internasional.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 183
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Adapun langkah-langkah yang diperlukan untuk


mendukung kebijakan transportasi udara ditataran
internasional tersebut adalah:
1. Menetapkan status kantor dan kepala kantor perwakilan
dimaksud sebagai unit teknis yang dibantu fungsi
diplomatik;
2. Menetapkan waktu yang tepat untuk mencalonkan
kembali untuk menjadi anggota ICAO council yaitu pada
tahun 2016 atau 2019 dengan memperhatikan capaian
pada pencalonan sebelumnya.

4.3.14 KETAHANAN PENERBANGAN SIPIL


Ketahanan penerbangan sipil tidak bisa dilepaskan dalam
konteks ketahanan nasional. Ketahanan nasional diartikan
adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang berisi
keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan
ketahanan, Kekuatan nasional dalam menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, hambatan, ancaman dan
gangguan baik yang datang dari dalam maupun dari luar.
Juga secara langsung ataupun tidak langsung yang dapat
membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan
hidup bangsa dan negara.

Dengan melihat terminologi ketahanan nasional, untuk


ketahanan penerbangan sipil dapat didefinisikan sebagai
suatu kondisi penerbangan yang mampu menghadapi dan
mengatasi segala tantangan, hambatan, ancaman dan
gangguan dari dalam maupun luar negeri secara langsung
atau tidak langsung yang dapat membahayakan
kelangsungan pelayanan transportasi udara yang dapat
merugikan kepentingan nasional.

Ketahanan penerbangan sipil secara operasional dapat pula


diartikan sebagai ketersediaan jaringan prasarana dan
pelayanan transportasi udara yang berkelanjutan serta
kemudahan masyarakat untuk mendapatkan akses
transportasi udara.

Ketahanan penerbangan merupakan ukuran kepentingan


nasional terhadap gangguan di masa depan atau ketiadaan
pelayanan transportasi udara yang diakibatkan oleh
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 184
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

berbagai faktor seperti kegagalan pasar dalam industri


penerbangan, pemogokan komunitas penerbangan,
kelangkaan bahan bakar, ketidakstabilan ekonomi,
peperangan dan sebagainya.

Dalam rangka menjamin keberlangsungan pelayanan


transportasi udara dan sebagai antisipasi terhadap
gangguan pelayanan transportasi udara di masa depan yang
disebabkan oleh faktor tersebut diatas, maka perlu
disiapkan strategi untuk mempertahankan ketersediaan
pelayanan transportasi udara.

Sebelum merumuskan strategi kebijakan yang perlu


diputuskan, akan diidentifikasi komponen utama yang
mempengaruhi penyelenggaraan penerbangan dalam
kerangka ketahanan penerbangan adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah atau regulator.
Melakukan fungsi pembinaan sebagai pengaturan,
pengendalian, dan pengawasan.
2. Navigasi Penerbangan.
Saat ini Lembaga penyelenggara pelayanan navigasi
penerbangan yang memberikan pelayanan navigasi
penerbangan pesawat udara sipil oleh PT. LPPNPI
(Airnav Indonesia). Pelayanan navigasi juga dilakukan
oleh TNI untuk melayani kepentingan militer.
3. Bandar Udara.
Saat ini pengoperasian bandara dilakukan oleh BUMN
yaitu PT. Angkasa Pura I yang mengelola 13 Bandar
Udara dan PT. Angkasa Pura II yang mengelola 13
Bandar Udara dan 211 bandara yang dikelola oleh UPT
Ditjen Perhubungan Udara/Pemda. Pada bandara
tersebut terdapat 17 bandar udara merupakan enclave
sipil dan 26 bandar udara enclave militer, dimana
pangkalan udara milik TNI dan bandar udara umum
digunakan bersama.
4. Sarana/pesawat udara.
Saat ini jumlah pesawat udara yang beroperasi
berdasarkan data tahun 2017 (September) sebanyak
1.202 pesawat, dengan rincian untuk AOC 121

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 185
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

sebanyak 581 pesawat, AOC 135 sebanyak 328 pesawat


dan AOC 137, OC91, pilot school dan FASI sebanyak
293 pesawat. Pesawat tersebut dioperasikan oleh 17
perusahaan angkutan udara niaga berjadwal (termasuk
kargo) dan 47 perusahaan angkutan udara niaga tidak
berjadwal (termasuk kargo). Adapun jumlah SDM yang
terkait langsung dengan kegiatan operasional pesawat
udara adalah pilot sebanyak 11.460 orang, aircraft
maintenance engineer sebanyak 8.473 orang, flight
operation officer (FOO) sebanyak 4.934 orang dan cabin
crew sebanyak 18.892 orang.
5. Jaringan dan rute penerbangan.
Ketersediaan jaringan dan rute penerbangan sangat
penting dalam pelayanan angkutan udara untuk
menghubungkan antar wilayah diseluruh Indonesia.
Saat ini jaringan rute penerbangan dalam negeri
sebanyak 359 rute yang menghubungkan 124 kota
dengan dilayani oleh 14 maskapai penerbangan
(angkutan penumpang). Untuk jaringan rute
penerbangan luar negeri menghubungkan 19 kota di
Indonesia dengan 46 kota pada 22 negara yang dilayani
oleh 44 maskapai penerbangan asing, selain itu rute
penerbangan luar negeri yang dilayani oleh maskapai
penerbangan nasional sebanyak 12 maskapai (9
penumpang dan 3 kargo) yang menghubungkan 15 kota
dalam negeri dengan 34 kota pada 13 negara. Pada
tahun 2017, Pemerintah juga menyelenggarakan
angkutan udara perintis sebanyak 188 rute, untuk
membuka keterisolasian dan menghubungkan daerah
perbatasan, terpencil/tertinggal dan pulau-pulau
terluar.

4.4. KERANGKA REGULASI


Dari sisi regulasi, Ditjen Perhubungan Udara telah memiliki berbagai
dasar hukum pembangunan dan pengelolaan sektor transportasi
udara, yang ditandai dengan terbitnya Undang-Undang Penerbangan
beserta peraturan pelaksanaannya yang telah mengamanatkan
perubahan pola kelembagaan penyelenggaraan transportasi yang pada
intinya pemisahan antara peran regulator dan operator.
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 186
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Selanjutnya akan dilakukan identifikasi peraturan-peraturan yang


masih perlu dijabarkan lagi turunannya, serta akan dilakukan
langkah-langkah deregulasi untuk peraturan yang dinilai dapat
menghambat iklim investasi dan usaha di Indonesia. Disamping hal
tersebut, mengingat jumlah peraturan perundang-undangan yang
berlaku, akan dilakukan simplikasi peraturan perundangan di bidang
penerbangan untuk menyederhanakan.
• Parameter Deregulasi:
1. Peraturan yang dapat membawa dampak negatif dalam
menimbulkan minat terhadap dunia usaha dan investasi.
2. Peraturan yang mengakibatkan beban ekonomi (pembiayaan
yang tidak tentu jumlahnya) baik bagi operator maupun bagi
pengguna jasa.
3. Perizinan bidang usaha yang otoritasnya bersifat sentralisasi
dan birokrasi yang berbelit-belit.
• Parameter Simplifikasi:
1. Inventarisasi, identifikasi dan analisis peraturan sesuai
dengan bussines process, klasifikasi dan kluster yang sejenis.
2. Harmonisasi dan sinkronisasi peraturan perundang-undangan
yang overlapping baik dari sisi penanganan maupun
pembiayaan.

Tanggung jawab penyelesaian peraturan pelaksanaan Undang-undang


Penerbangan bukan hanya berada pada Kementerian
Perhubungan/Ditjen Perhubungan Udara, namun juga
Kementerian/Lembaga (K/L) lain seperti, Kementerian Pertahanan,
LAPAN, serta keterlibatan stake holder diantaranya operator pesawat
udara, bandara dan Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi
Penerbangan Indonesia (LPPNPI). Dalam Tahun 2018-2019 ditargetkan
dapat diselesaikan 136 Peraturan Bidang Perhubungan Udara.

4.5. KERANGKA KELEMBAGAAN

4.5.1 Penataan Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara


(UPBU)
Penataan Kantor UPBU Ditjen Perhubungan Udara telah
dilaksanakan dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 8 Tahun 2018 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 40
Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 187
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Penyelenggara Bandar Udara. Adapun evaluasi yang


dilakukan yang menjadi dasar perubahan kelas bandar
udara dan penambahan Satpel BU baru sebagai berikut:
- adanya pertumbuhan penerbangan dan/atau telah
selesainya pengembangan infrastruktur dan peran
strategis bandar udara untuk mendukung kebijakan
nasional. Tingginya angka pergerakan pesawat,
penumpang dan kargo menjadikan beban kerja pada
Bandar Udara ini terus meningkat, disamping adanya
isu lingkungan strategis seperti pembangunan
pariwisata dan konektivitas nasional untuk
pembangunan di daerah-daerah. UPBU Kelas III yang
telah dievaluasi dan naik menjadi Kelas II adalah
Bandar Udara Karel Sadsuitubun-Tual (Langgur)-
Maluku Tenggara, Bandar Udara Tampa Padang-
Mamuju-Sulawesi Barat, Bandar Udara Nop Goliat
Dekai-Kab. Yahukimo-Papua.
- saat ini terdapat 16 Satuan Pelayanan Bandar Udara,
dari 16 tersebut telah dievaluasi dan terdapat 5 Satuan
Pelayanan Bandar Udara yang dievaluasi dikarenakan
lokasi yang strategis dalam peningkatan pariwisata dan
pertumbuhan ekonomi serta meningkatnya kegiatan
penerbangan. Satuan Pelayanan Bandar Udara yang
naik menjadi Unit Penyelenggara Bandar udara Kelas III,
yaitu Bandar Udara Silampari-Kab. Lubuk Linggau-
Sumatera Selatan dan Bandar Udara Tojo Una Una-Kab.
Ampana-Sulawesi Tengah.
- untuk Bandar Udara Baru, saat ini terdapat bandar
udara yang baru selesai dibangun dan siap dioperasikan
dan/atau bandar udara hasil hibah dari pemerintah
daerah yang perlu mendapat kejelasan kelembagaannya.
Adapun bandar udara yang telah menjadi UPBU/Satpel
BU Ditjen Perhubungan Udara yaitu Bandar Udara
Ranai-Natuna-Kepulauan Riau, Bandar Udara Miangas-
Kab. Talaud-Sulawesi Utara, Bandar Udara Letung-
Anambas-Kepulauan Riau, Bandar Udara Maratua-Kab
Berau-Kalimantan Timur, Bandar Udara Korowai Batu-
Kab. Boven Digoel-Papua, Bandar Udara Kutacane-Aceh

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 188
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Tenggara-Aceh; dan Bandar Udara Pulau Gebe-Kab.


Halmahera Tengah-Maluku Utara.

4.5.2 Penataan Organisasi Balai-Balai


Penataan organisasi Balai-balai di lingkungan Ditjen
Perhubungan Udara telah dilakukan dengan menetapkan
Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan dan Balai
Kesehatan Penerbangan menjadi Badan Layanan Umum
(BLU) melalui PM Nomor 122 Tahun 2016 tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Balai Besar Kalibrasi Fasilitas
Penerbangan dan PM nomor 55 Tahun 2017 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Kesehatan Penerbangan,
kemudian melalui keputusan Menteri Keuangan Nomor
13/KMK.05/2016 tentang Penetapan Balai Besar Kalibrasi
Fasilitas Penerbangan pada Kementerian Perhubungan
sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan Pengelolaan
Keuangan Badan Layanan Umum dan sesuai Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 148/KMK.05/ 2016 tentang
Penetapan Balai Kesehatan Penerbangan pada Kementerian
Perhubungan sebagai Instansi Pemerintah yang menerapkan
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

4.5.3 Penataan Organisasi Kantor Otoritas Bandar Udara


Sedang dilakukan penyusunan kriteria klasifikasi dan
penataan organisasi dan tata kerja kantor otoritas bandar
udara. Kriteria klasifikasi akan dapat menjawab berapa
banyak Kantor Otoritas Bandar Udara dan berapa bandara
yang diawasi. Fokus penataan organisasi adalah
penyelarasan struktur organisasi di semua kelas organisasi
Kantor Otoritas Bandar Udara dan mencerminkan bagian
dari Kantor pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

4.5.4 Penataan Kantor Kepentingan Indonesia di ICAO-


Montreal
Sejak Tahun 2012 telah terbentuk Kantor Kepentingan
Indonesia di ICAO-Montreal yang secara kelembagaan
merupakan Jabatan rangkap dengan Atase Perhubungan di
Canada, sejalan dengan peran stategis Indonesia sebagai
anggota ICAO dan pencalonan Indonesia kembali sebagai
anggota dewan ICAO, adanya perkembangan hubungan
Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan
IV – - 189
-
TINJAU ULANG RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

bilateral Indonesia-Canada yang mengangkat kerjasama


bidang Transportasi seperti pengadaan pesawat terbang,
Diklat, Pelatihan SAR, dll maka dipandang perlu
memisahkan antara Kantor Kepentingan Indonesia di ICAO
dengan Atase Perhubungan, Kantor Kepentingan Indonesia
di ICAO berkedudukan di Montreal sedangkan Atase
Perhubungan berkedudukan di Ottawa, pada tahap
berikutnya adalah penempatan orang atau Pegawai
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara untuk magang di
ICAO.

Bab IV – Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi dan Kerangka Kelembagaan


IV – - 190
-
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

BAB V

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

5.1 TARGET KINERJA


Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Presiden, ditetapkan Sasaran
Pembangunan Nasional sebagaimana dituangkan dalam Perpres Nomor
2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015-2019 yaitu:
1. Sasaran Makro;
2. Sasaran Pembangunan Manusia dan Masyarakat;
3. Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan;
4. Sasaran Dimensi Pemerataan;
5. Sasaran Pembangunan Wilayah dan Antarwilayah;
6. Sasaran Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan.

Berdasarkan sasaran pembangunan nasional tersebut di atas, sub


sektor transportasi udara memegang peranan dalam mewujudkan
Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan pada Bidang Infrastruktur
Dasar dan Konektivitas, serta Lingkungan, sebagaimana ditunjukkan
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 5.1
Sasaran Pokok Pembangunan Nasional Sub Sektor Transportasi Udara
Baseline Sasaran
No. Pembangunan
2014 2019
1 Jumlah Bandar Udara 237 252
2 On-Time Performance Penerbangan 75 % 95 %
3 Emisi Gas Rumah Kaca 15,5 %  26 %
Sumber : Buku I RPJMN Tahun 2015-2019 (hal 5-10)

Sesuai dengan Agenda Pembangunan Nasional dalam Perpres Nomor 2


Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015-2019, terdapat 9 (Sembilan) Agenda
Pembangunan Nasional (Nawa Cita) sebagaimana telah tersebut
sebelumnya pada Bab II, dimana sub sektor transportasi udara
berperan dalam agenda nomor 6 (enam) yaitu Meningkatkan
Produktivitas Rakyat Dan Daya Saing Di Pasar Internasional, dengan
sub agenda prioritas adalah Membangun Konektivitas Nasional Untuk
Mencapai Keseimbangan Pembangunan.

V-1 BAB V – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Sebagaimana telah tertuang dalam Buku II RPJMN Tahun 2015-2019


dalam agenda pembangunan Bidang Penyediaan Sarana dan
Prasarana, terdapat Sasaran Umum/Sasaran Bidang yang hendak
dicapai oleh Sektor Infrastruktur pada RPJMN Tahun 2015-2019
adalah sebagai berikut:
1. Terpenuhinya jaringan Infrastruktur yang sesuai dengan
perencanaan tata ruang nasional;
2. Terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat untuk bertempat
tinggal yang layak dengan didukung prasarana, sarana dan utilitas
yang memadai dalam mendorong peningkatan produktivitas rakyat
dan daya saing di pasar internasional;
3. Terwujudnya pertumbuhan bidang Infrastruktur minimal dua kali
pertumbuhan ekonomi nasional dalam rangka memberikan
sumbangan terhadap kesinambungan pertumbuhan ekonomi
nasional (sustainable growth) yang berkualitas dan perluasan
lapangan kerja;
4. Terjaminnya kepastian dan stabilitas penyediaan jasa Infrastruktur
ke seluruh pelosok tanah air untuk meningkatkan kelancaran
distribusi barang, jasa dan mobilitas penumpang dalam rangka
memberikan kontribusi terhadap pengendalian laju inflasi, serta
pertumbuhan ekonomi yang berkualitas;
5. Terwujudnya peningkatan dan pemerataan pelayanan jasa
Infrastruktur ke seluruh pelosok tanah air dalam rangka
memberikan kontribusi terhadap pemerataan pembangunan dan
hasil-hasilnya dan menjaga keutuhan dan kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara maritim yang maju
dan berdaulat;
6. Tercapainya peran dan investasi swasta yang optimal dalam
pembangunan infrastruktur guna meningkatkan efisiensi anggaran
serta kuantitas dan kualitas layanan infrastruktur.

Adapun sasaran-sasaran khusus dari Indikator Kinerja Infrastruktur


Sub Sektor Transportasi Udara selama 5 tahun ke depan yang
diklasifikasikan berdasarkan isu strategis adalah sebagai berikut:

V-2 BAB V – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Tabel 5.2
SASARAN RPJMN 2015-2019 BIDANG INFRASTRUKTUR
(Sub Sektor Transportasi Udara)
NO SASARAN INDIKATOR

Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan


Pembangunan
1 Meningkatnya kapasitas sarana dan a. Meningkatnya jumlah
prasarana transportasi dan keterpaduan penumpang yang diangkut
system transportasi multimoda dan maskapai penerbangan nasional
antarmoda untuk mengurangi menjadi 162
backlogmaupun bottleneck kapasitas juta/penumpang/tahun dengan
prasarana transportasi dan sarana membangun 15 bandara baru di
transportasi antarmoda dan antarpulau Kertajati, Letung, Tambelan,
sesuai dengan system transportasi Tebelian, Muara Teweh,
nasional dan cetak biru Samarinda Baru,Maratua, Buntu
transportasi multimoda. Kunik, Morowali, Miangas, Siau,
Namniwel, Kabir Patar, Werur,
Koroy Batu, dan pengembangan
dan rehabilitasi yang lama
tersebar di Pulau Sumatera,
Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi,
Nusa Tenggara, Maluku dan
Papua.
b. Pengembangan 9 bandara untuk
pelayanan kargo udara di
Kualanamu, Soekarno-Hatta,
Juanda, Syamsuddin Noor,
Sepinggan, Hassanuddin, Sam
Ratulanggi, Frans kaisepo,
Sentani.
c. Peningkatan On-time Performance
Penerbangan menjadi 95%.
d. Moderenisasi sistem pelayanan
navigasi penerbangan dan
pelayaran.
2 Meningkatnyakinerja pelayanan dan a. Meningkatnya peran serta sektor
industry swasta dalam pembangunan dan
transportasi nasional untuk mendukung penyediaan transportasi melalui
Konektivitas Nasional,Sistem Logistik Kerjasama Pemerintah dan
Nasional (Sislognas) dan Konektivitas Swasta (KPS) atau investasi
Global langsung sektor swasta.
b. Terpisahkannya fungsi operator
dan regulator serta
pemberdayaan dan peningkatan
daya saing BUMN transportasi

V-3 BAB V – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

NO SASARAN INDIKATOR

untuk memperbesar pasar dan


industry transportasi nasional.
c. Meningkatnya SDM transportasi
yang bersertifikat menjadi 2 kali
lipat dibandingkan kondisi
baseline dengan meningkatkan
penyelenggaraan pendidikan
paling tidak untuk lulusan
pendidikan perhubungan laut
sebanyak 1 juta orang, lulusan
pendidikan udara sebanyak 30
ribu orang, lulusan pendidikan
darat dan perkeretaapian
sebanyak 35 ribu orang.
d. Terhubungkannya konektivitas
nasional dengan konektivitas
global melalui penyelenggaraan
pelayanan transportasi lintas
batas negara dalam kerangka
kerja sama sub-regional maupun
regional.
e. Termanfaatkannya hasil industri
transportasi nasional dalam
rangka pemberdayaan hasil
industri transportasi dalam
negeri yang meliputi
pengembangan pesawat udara (N-
219), armada serta galangan
kapal nasional, bus, fasilitas dan
sarana perkeretaapian nasional,
serta industri aspal buton dan
meningkatnya kapasitas jasa
kontruksi nasional.
3 Meningkatnya tingkat keselamatan dan Menurunnya rasio kecelakaan
keamanan penyelenggaraan pelayanan transportasi udara pada AOC 121 dan
transportasi. AOC 135 menjadi kurang dari 3
kejadian/1 juta flight cycle.
4 Menurunnya emisi gas rumah kaca Menurunnya emisi gas rumah kaca
(RAN-GRK) di sektor transportasi. (RANGRK) sebesar2,982 juta ton
CO2e untuk subsektor transportasi
darat, 15,945 juta ton CO2e untuk
subsektor transportasi udara, dan
1,127 juta ton CO2e untuk subsektor
transportasi perkeretaapian hingga
tahun 2020 melalui penyediaan

V-4 BAB V – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

NO SASARAN INDIKATOR

sarana dan prasarana transportasi


yang ramah lingkungan dan responsif
terhadap perubahan iklim/cuaca
ekstrem.
5 Tersedianya layanan transportasi serta Terselenggaranya pelayanan
komunikasi dan informatika transportasi perintis secara terpadu
diperdesaan, perbatasan negara, pulau meliputi bus, penyeberangan, sungai
terluar, dan wilayah non komersial dan danau, laut, dan udara di wilayah
lainnya. perdalaman, perbatasan, dan pulau
terluar.
Peningkatan Efektivitas dan Efisiensi dalam Pembiayaan Infrastruktur
6 Menjadikan skema KPS sebagai Prioritisasi penggunaan skema KPS
development approach dalam pada tingkat sektor dan daerah untuk
pembangunan infrastruktur sektoral proyek-proyek infrastruktur yang
maupun lintas sektor. bersifat cost-recovery.
Sumber : Buku II RPJMN Tahun 2015-2019 (hal 9-30)

Penetapan sasaran pembangunan nasional tersebut di atas


ditindaklanjuti melalui penetapan Sasaran dan Indikator Kinerja Utama
Kementerian Perhubungan dalam Renstra Kementerian Perhubungan
Tahun 2015-2019 dan dijabarkan dalam Sasaran dan Indikator Kinerja
Utama Ditjen Perhubungan Udara dalam Renstra Ditjen Perhubungan
Udara Tahun 2015-2019.

Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan ukuran keberhasilan yang


menggambarkan kinerja utama instansi pemerintah sesuai dengan
tugas fungsi serta mandat (core business) yang diemban. Oleh karena
itu, penetapan Indikator Kinerja Utama (IKU) Ditjen Perhubungan
Udara disusun sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Ditjen
Perhubungan Udara untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam rangka
pemenuhan visi dan misinya. IKU dipilih dari seperangkat indikator
kinerja yang berhasil diidentifikasi dengan memperhatikan dokumen
RPJMN 2015-2019, Rencana Strategis Kementerian Perhubungan
Tahun 2015-2019, dan kebijakan umum lainnya. Indikator Kinerja
Utama (IKU) pada Ditjen Perhubungan Udara adalah indikator hasil
(outcome) dan atau keluaran (output).

Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara


tahun 2015-2019 disusun sebagai indikator outcome dan bukan
merupakan indikator output, yang dijabarkan dari sasaran startegis
yang dibagi dalam empat perspective yaitu stakeholder perspective,

V-5 BAB V – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

costumer perspective, internal process perspective dan learning and


growth perspective, dengan uraian detail sebagai berikut:
5.1.1 Stakeholder Perspective
Sasaran Strategis pertama (SS1) adalah Terwujudnya
Pelayanan Transportasi Udara yang Handal, Berdaya Saing
dan Memberikan Nilai Tambah dalam Rangka Mewujudkan
Konektivitas Nasional dengan indikator kinerja:

5.1.2 Customer Perspective


a. Sasaran Strategis kedua (SS2) adalah Meningkatnya
Keselamatan dan Keamanan Transportasi Udara dengan
indikator kinerja:
1) Rasio Kejadian Kecelakaan Transportasi Udara,
dengan baseline tahun 2014 sebesar 6,56 (rasio
kejadian/ 1 juta flight), dan ditargetkan sampai
pada tahun 2019 sebesar 2,45 (rasio kejadian/ 1
juta flight).
2) Rasio Air Traffic Incident (Kejadian dari 100.000
pergerakan), dengan baseline tahun 2014 sebesar
<4x10-5 dan ditargetkan pada tahun 2019 sebesar
<3.30x10-5 rasio.
3) Rasio Gangguan Keamanan Pada Pelayanan Jasa
Transportasi Udara, dengan baseline tahun 2014
sebesar 0.27 dan ditargetkan pada tahun 2019
sebesar 0,17 rasio.
4) Rasio Pemenuhan Sertifikasi Di Bidang Pelayanan
Navigasi Penerbangan, dengan baseline tahun 2014
sebesar 0.74 dan ditargetkan pada tahun 2019 sebesar
0.80 rasio;
5) Persentase Pemenuhan sertifikasi Bandar Udara,
dengan baseline tahun 2014 sebesar 0.5 dan
ditargetkan pada tahun 2019 sebesar 1.
b. Sasaran Strategis (SS3) adalah Meningkatnya Kinerja
Pelayanan Sarana dan Prasarana Transportasi Udara,
dengan indikator kinerja:
1) Persentase Penurunan Gas Rumah Kaca dari Sektor
Transportasi Udara, dengan baseline tahun 2014
sebesar 26.65 % dan ditargetkan pada tahun 2019
sebesar 100 %.

V-6 BAB V – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

2) Persentase Capaian On Time Performance (OTP) Sub


Sektor Transportasi Udara, dengan baseline tahun
2014 sebesar 79 % dan ditargetkan pada tahun
2019 sebesar 88 %.
3) Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap layanan
jasa berbasis online untuk sertifikasi personil operasi
pesawat udara, dengan target pada tahun 2019
sebesar 90.25%;
4) Persentase Kota/Daerah Yang Terhubungi, dengan
baseline tahun 2014 sebesar 81% dan ditargetkan
pada tahun 2019 sebesar 100%.
c. Sasaran Strategis (SS4) adalah Meningkatnya Kapasitas
Sarana dan Prasarana Transportasi Udara, dengan
indikator kinerja :
1) Persentase Peningkatan Kapasitas Sarana
Transportasi Udara, dengan baseline tahun 2014
sebesar 39.39% dan ditargetkan pada tahun 2019
sebesar 47,23%.
2) Persentase Peningkatan Kapasitas Prasarana
Transportasi Udara, dengan baseline tahun 2014
sebesar 50% dan ditargetkan pada tahun 2019
sebesar 90%.
d. Sasaran Strategis (SS5) adalah Meningkatnya Layanan
Transportasi Udara di Daerah Rawan Bencana, Perbatasan
Terluar dan Terpencil, dengan indikator kinerja:
Rasio Layanan Transportasi Udara Daerah Rawan
Bencana, Perbatasan, Terluar dan Terpencil, dengan
baseline tahun 2014 sebesar 3.35 dan ditargetkan
pada tahun 2019 sebesar 3,41 rasio.

5.1.3 Internal Process Perspective


Pencapaian Sasaran Strategis (SS6) adalah Terlaksananya
Perumusan Kebijakan dalam Penyelenggaraan Transportasi,
dengan Indikator Kinerja:
Persentase Pelaksanaan Deregulasi Peraturan di Lingkungan
Ditjen Perhubungan Udara, dengan target pada tahun 2019
sebesar 100 %.

V-7 BAB V – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

5.1.4 Learn and Growth


a. Sasaran Strategis (SS7) adalah Tersedianya SDM Ditjen
Perhubungan Udara yang Kompeten dan Profesional,
dengan Indikator Kinerja:
1) Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan fungsional
teknisi penerbangan yang bersertifikat, dengan target
pada tahun 2019 sebesar 68 %;
2) Rasio Pemenuhan Inspektur Penerbangan, dengan
target pada tahun 2019 sebesar 1.
b. Sasaran Strategis (SS8) adalah Terwujudnya Good
Governance and Clean Government di Ditjen Perhubungan
Udara, dengan Indikator Kinerja :
1) Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara, dengan baseline
tahun 2014 sebesar 90.75 dan ditargetkan pada tahun
2019 sebesar 90.80.
2) Persentase Penyerapan Anggaran Ditjen Perhubungan
Udara, dengan baseline tahun 2014 sebesar >84 % dan
ditargetkan pada tahun 2019 sebesar >89 %.
3) Persentase Nilai Aset Ditjen Perhubungan Udara yang
Diinventarisasi, dengan baseline tahun 2014 sebesar
70 % dan ditargetkan pada tahun 2019 sebesar 100 %.

5.2 KERANGKA PENDANAAN


5.2.1 Kebutuhan Pendanaan Ditjen Perhubungan Udara Tahun
2015-2019
Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara
tahun 2015-2019 bertujuan untuk mendukung transportasi
udara yang lancar, terpadu dan nyaman, sehingga mampu
meningkatkan efisiensi pergerakan orang dan barang,
memperkecil kesenjangan pelayanan angkutan udara antar
wilayah serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.

Pembangunan Transportasi Udara bertujuan melanjutkan


kebijakan peningkatan kualitas pelayanan transportasi udara
melalui penerapan pelayanan dasar sesuai dengan standar
pelayanan minimal, peningkatan dukungan terhadap daya
saing sektor riil serta peningkatan investasi proyek-proyek
infrastruktur yang dilakukan oleh swasta melalui berbagai
skema kerjasama antara pemerintah dan swasta dengan
prioritas menunjang pertumbuhan, pengentasan kemiskinan,

V-8 BAB V – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

dan membuka lapangan kerja dijabarkan dalam 6 (enam)


kegiatan yaitu:
1. Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
Bertujuan untuk mewujudkan reformasi kelembagaan,
peraturan perundang-undangan, SDM dan pelayanan
transportasi udara, menjamin prioritas kegiatan
penegakan hukum, peningkatan sarana dan prasarana
penunjang teknis, pemberantasan korupsi dan reformasi
birokrasi serta mewujudkan penyempurnaan peraturan
dibidang penerbangan dan ratifikasi konvensi-konvensi
internasional.
2. Pelayanan Angkutan Udara Perintis;
Tujuan diselenggarakannya angkutan perintis adalah
untuk membuka keterisolasian dan menghubungkan
daerah terpencil/tertinggal atau daerah yang belum
terlayani oleh moda transportasi lain sehingga mampu
mendorong perkembangan ekonomi daerah tersebut.
3. Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana
Bandar Udara;
Kegiatan ini bertujuan mewujudkan pengembangan/
pembangunan prasarana bandar udara sesuai pola
jaringan prasarana dan pelayanan transportasi udara
nasional, menjamin implementasi tatanan
kebandarudaraan nasional yang berdasarkan hirarki
fungsi secara efisien dan efektif dengan pertimbangan
pemenuhan permintaan jasa transportasi udara serta
menunjang wawasan nusantara dan ketahanan nasional.
4. Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana
Keamanan Penerbangan;
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja
fasilitas keamanan penerbangan (PKP-PK dan Salvage,
Aviation Security, serta penanganan pengangkutan barang
berbahaya dan kargo) melalui pemeliharaan, rehabilitasi,
penggantian prasarana keamanan penerbangan, guna
menjamin pemenuhan terhadap standar internasional.
5. Program Pembinaan Navigasi Penerbangan;
Kegiatan ini berfungsi sebagai pengaturan, pengendalian,
dan pengawasan dalam mewujudkan jasa pelayanan
V-9 BAB V – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

navigasi penerbangan sesuai standar dan efisien serta


mewujudkan jaringan pelayanan navigasi penerbangan
secara terpadu, serasi dan harmonis dalam lingkup
nasional, regional dan internasional dalam rangka
meningkatkan keselamatan penerbangan.
6. Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan
Pengoperasian Pesawat Udara;
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan fungsi
pengawasan (audit, surveillance dan inspeksi) terhadap
operator penerbangan sebagai upaya peningkatan
keselamatan penerbangan.

Adanya penetapan kebijakan baru terkait dengan dinamika


pembangunan yang belum diakomodasi dalam Rencana
Strategis Ditjen Perhubungan Udara dapat dimutakhirkan
dalam dokumen Rencana Kerja Pemerintah (RKP).

Untuk dapat melaksanakan arah kebijakan, strategi, dan


program pembangunan Ditjen Perhubungan Udara, serta
mencapai target sasaran utama, dibutuhkan dukungan
kerangka pendanaan yang memadai. Pendanaan
pembangunan akan bersumber dari pemerintah belanja
pemerintah dan sumber lainnya sesuai dengan peraturan dan
perundang undangan yang berlaku. Pendanaan melalui
belanja Pemerintah Ditjen Perhubungan Udara akan
digunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat melalui peningkatan konektivitas ke
seluruh wilayah Indonesia.
a. Alokasi Pendanaan 2015-2017
Alokasi anggaran Ditjen Perhubungan Udara tahun 2015-
2017 adalah sebesar Rp.11.762.587 Milyar pada tahun
2015, Rp. 9.555.530 Milyar pada tahun 2016 dan Rp.
8.916.555 Milyar pada tahun 2017. Adapun rincian
realisasi anggaran masing-masing kegiatan sebagaimana
tabel berikut.

V-10 BAB V – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Tabel 5.3
Alokasi Pendanaan Ditjen Perhubungan Udara
Tahun 2015-2017

PAGU ALOKASI ANGGARAN (Rp.


PROGRAM/KEGIATAN Milyar)
2015 2016 2017

PROGRAM PENGELOLAAN DAN


PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI 11,762.587 9,555.530 8,916.555
UDARA

Pelayanan Angkutan Udara Perintis 482.913 548.211 632.209

Pembangunan, Rehabilitasi dan


7,676.565 5,512.298 4,848.398
Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara

Pembangunan, Rehabilitasi dan


Pemeliharaan Prasarana Keamanan 588.773 374.730 514.724
Penerbangan

Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan


Udara dan Pengoperasian Pesawat 505.823 532.563 402.113
Udara

Program Pembinaan Navigasi


213.064 106.865 220.689
Penerbangan

Dukungan Manajemen dan Dukungan


Teknis Lainnya Ditjen Perhubungan 2,295.450 2,480.864 2,298.422
Udara

b. Kebutuhan Pendanaan 2018-2019


Pembangunan sub sektor transportasi udara dilakukan di
seluruh pulau di Indonesia yang meliputi pembangunan
dan pengembangan sisi udara (landas pacu, taxiway,
apron, dll), terminal penumpang/kargo dan fasilitas
keselamatan dan keamanan penerbangan. Besarnya
kebutuhan pendanaan dalam Rencana Strategis Ditjen
Perhubungan Udara 2015-2019 untuk tahun 2018-2019
adalah sebesar Rp. 25,201.111 Milyar meliputi kegiatan-
kegiatan antara lain pengembangan bandar udara,
pembangunan/rehab terminal, pengadaan fasilitas
keamanan penerbangan, pengadaan fasilitas pelayanan
darurat, kegiatan pembinaan dan pengawasan, sertadan
kegiatan dukungan manajemen dan teknis lainnya.

V-11 BAB V – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

Kebutuhan pendanaan Kementerian Perhubungan tahun


2018-2019 untuk pembangunan sektor transportasi
sebesar Rp. 12,000.529 Milyar pada tahun 2018 dan
13,200.582 Milyar pada tahun 2019. Adapun rincian
kebutuhan pendanaan untuk masing-masing kegiatan
sebagaimana tabel berikut.

Tabel 5.4
Alokasi Kebutuhan Pendanaan Ditjen Perhubungan Udara
Tahun 2018-2019
PAGU KEBUTUHAN (Rp. Milyar)
PROGRAM/KEGIATAN
2018 2019
PROGRAM PENGELOLAAN DAN
PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI 12,000.529 13,200.582
UDARA
Pelayanan Angkutan Udara Perintis 850.343 935.377
Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan 7,200.466 7,920.513
Prasarana
2018 2019
Bandar Udara
Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan
513.310 564.641
Prasarana Keamanan Penerbangan
Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara
260.003 286.004
dan Pengoperasian Pesawat Udara
Program Pembinaan Navigasi Penerbangan 368.945 405.839
Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis
2,807.463 3,088.209
Lainnya Ditjen Perhubungan Udara

Dalam rangka melaksanakan kebijakan dan strategi untuk


Program Pengelolaan dan Penyelenggaraan Transportasi Udara
tahun 2015-2019, telah diidentifikasi kebutuhan pembiayaan
yang bersumber dari APBN sebesar Rp. 55,4 Trilyun.
Kebutuhan pembiayaan pembangunan berdasarkan masing-
masing kegiatan pada sub sektor transportasi udara sampai
tahun 2019 dapat dilihat pada tabel di bawah.

Tabel 5.5
Rekapitulasi Alokasi Pendanaan Ditjen Perhubungan Udara
Tahun 2015-2019

ALOKASI (Rp. Miliar) TOTAL


PROGRAM/ ALOKASI
NO TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
KEGIATAN 2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019
(Rp. Miliar)

PROGRAM
PENGELOLAAN DAN
D PENYELENGGARAAN 11,762.587 9,555.530 8,916.555 12,000.529 13,200.582 55,435.782
TRANSPORTASI
UDARA

V-12 BAB V – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

ALOKASI (Rp. Miliar) TOTAL


PROGRAM/ ALOKASI
NO TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
KEGIATAN 2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019
(Rp. Miliar)

Pelayanan Angkutan
1 482.913 548.211 632.209 850.343 3,449.052
Udara Perintis 935.377
Pembangunan,
Rehabilitasi dan
2 Pemeliharaan 7,676.565 5,512.298 4,848.398 7,200.466 7,920.513 33,158.239
Prasarana Bandar
Udara
Pembangunan,
Rehabilitasi dan
3 Pemeliharaan 588.773 374.730 514.724 513.310 564.641 2,556.178
Prasarana Keamanan
Penerbangan
Pengawasan dan
Pembinaan Kelaikan
4 Udara dan 505.823 532.563 402.113 260.003 286.004 1,986.505
Pengoperasian Pesawat
Udara
Program Pembinaan
5 213.064 106.865 220.689 368.945 405.839 1,315.401
Navigasi Penerbangan
Dukungan Manajemen
dan Dukungan Teknis
6 2,295.450 2,480.864 2,298.422 2,807.463 3,088.209 12,970.407
Lainnya Ditjen
Perhubungan Udara

5.2.2 Skema Pembiayaan Alternatif


Tingginya angka kebutuhan pembangunan infrastruktur
perhubungan terkendala dengan keterbatasan anggaran
pemerintah dalam melakukan pembangunan sektor
transportasi, sehingga diperlukan perubahan paradigma
dalam pembiayaan pembangunan infrastruktur transportasi
dengan sumber pendanaan selain APBN. Untuk itu di dalam
Rencana Strategis Ditjen Perhubungan Udara perlu
dipertimbangkan proyek pembangunan/pengembangan
infrastruktur transportasi udara yang berpotensi untuk
didanai dengan pendanaan alternatif selain APBN.

Adapun pembangunan/pengembangan infrastruktur


transportasi udara yang berpotensi untuk dibiayai dengan
pembiayaan selain APBN dapat dilakukan melalui antara lain
melalui:
a) Kerja Sama Operasional (KSO) yaitu pendayagunaan aset
BLU dan/atau aset milik pihak lain dalam rangka tugas
dan fungsi BLU, melalui kerjasama antara BLU dengan

V-13 BAB V – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

pihak lain yang dituangkan dalam naskah perjanjian


(Peraturan Menteri Keuangan No. 136/PMK.05/2016).
b) Kerja Sama Pemanfaatan (KSP) yaitu pendayagunaan BMN
oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dalam rangka
peningkatan penerimaan negara bukan pajak dan sumber
pembiayaan lainnya (PMK No. 78/PMK.06/2014).
c) Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) adalah
kerjasama antara pemerintah dan Badan Usaha dalam
Penyediaan Infrastruktur untuk kepentingan umum
dengan mengacu pada spesifikasi yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh Menteri/Kepala Lembaga/Kepala
Daerah/BUMN/BUMD, yang sebagian atau seluruhnya
menggunakan sumber daya Badan Usaha dengan
memperhatikan pembagian risiko diantara para pihak
(Perpres No.38 Tahun 2015).
d) Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dapat disebut
Sukuk Negara, adalah surat berharga negara yang
diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti
atas bagian penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam
mata uang rupiah maupun valuta asing (UU No.19 Tahun
2008).

Berdasarkan PPP Book Bappenas tahun 2017, tidak terdapat


proyek terkait sub sektor transportasi udara, baik untuk
proyek yang siap ditawarkan (ready to offer project) maupun
untuk proyek dalam persiapan (under preparation project).
Adapun daftar proyek yang akan dibiayai pendanaan alternatif
selain APBN untuk sub sektor transportasi udara adalah:
1. Kerjasama Operasi (KSO)
 Bandar Udara Sentani-Jayapura;
 Bandar Udara Juwata-Tarakan;
 Bandar Udara Radin Inten II-Lampung;
 Bandar Udara Fatmawati Soekarno-Bengkulu;
 Bandar Udara HAS Hanandjoeddin-Tanjungpandan;
 Bandar Udara Mutiara Sis Al Jufri-Palu;
 Bandar Udara Kalimarau-Berau;
 Bandar Udara DJalaluddin-Gorontalo.

V-14 BAB V – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

2. Kerjasama Pemanfaatan (KSP) BMN


 Bandar Udara Tjilik Riwut-Palangkaraya;
 Bandar Udara Maimun Saleh-Sabang;
 Bandar Udara FL Tobing-Sibolga;
 Bandar Udara Syukuran Aminuddin-Luwuk.

3. Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU)


 Bandar Udara Komodo-Labuhan Bajo;
 Bandar Udara Bali Utara;
 Surat Berharga Syariah Negara (SBSN);
 Bandar Udara Nabire Baru;
 Bandar Udara Buntukunik.

V-15 BAB V – TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN


REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

BAB VI
PENUTUP

Naskah Perubahan/Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan


Udara Tahun 2015-2019 ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 681 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun
2015-2019, yang akan menjadi pedoman bagi Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara dalam melaksanakan kebijakan dan program Pemerintah
di sub sektor transportasi udara.
Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2015-
2019 disusun dalam rangka menjaga kesinambungan pembangunan nasional
khususnya di sub sektor transportasi udara serta untuk menjadi arah dan
pedoman pelaksanaan penyelenggaraan perhubungan udara bagi seluruh unit
kerja dan stakeholder di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Untuk itu ditetapkan kaidah-kaidah pelaksanaan sebagai berikut:
1. Seluruh unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
secara bersama-sama mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan
Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun
2015-2019 dengan sebaik-baiknya.
2. Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun
2015-2019 dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara Tahun 2015-2019 dan menjadi acuan bagi seluruh
unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam
menyusun Rencana Kerja Tahun 2015 sampai Tahun 2019.
3. Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun
2015-2019 diharapkan menjadi acuan bagi pemerintah daerah dalam
menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun 2015-2019
dengan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015-2019
khususnya sub sektor transportasi udara.
4. Direktorat Jenderal Perhubungan Udara berkewajiban menjaga konsistensi
antara Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
Tahun 2015-2019 dengan Rencana Kerja seluruh unit kerja di lingkungan
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.

VI - 1 BAB VI – PENUTUP
REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

5. Dalam rangka menjaga efektivitas pelaksanaan Reviu Rencana Strategis


Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2015-2019, masing-
masing unit keija di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
berkewajiban melaksanakan pemantauan dein evaluasi kinerja terhadap
pelaksanaan Reviu Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara Tahun 2015-2019 dalam keterkaitannya dengan Rencana Keija
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2015-2019.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd.

POLANA B. FRAMESTl
Pembina Utama Muda (IV/c)
NIP. 19611102 198703 2 001

Salinan sesuai dengan aslinya

BAGIAN HUKUM

END NAMA SARI


Pem Tk.I (IV/b)
04 199503 2 001

VI-2 I BABVI-PENUTUP
LAMPIRAN A
MATRIK CAPAIAN PEMBANGUNAN TRANSPORTASI UDARA DAN REALISASI ALOKASI ANGGARAN TAHUN 2015-2017
(Rp. Miliar)
TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2015-2017
PROGRAM / KEGIATAN
NO TARGET Realisasi GAP TARGET Realisasi GAP TARGET Realisasi GAP TARGET Realisasi GAP
STRATEGIS
Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya Volume Biaya

D PROGRAM PENGELOLAAN 11.745,870 9.776,364 1.969,506 18.376,110 8.229,557 10.146,553 17.820,380 8.916,555 8.903,825 47.942,360 26.922,476 21.019,884
DAN PENYELENGGARAAN
TRANSPORTASI UDARA

1 Pelayanan Angkutan Udara 466,620 402,789 63,831 620,700 489,336 131,364 631,480 632,209 -0,729 1.718,800 1.524,333 194,467
Perintis
1 Jumlah rute pelayanan 217 216 1 228 209 19 240 184 56 270 268 2
perintis dan subsidi untuk
angkutan udara (rute)

2 Jumlah subsidi angkutan 6.677 5.897 780 6.677 6.996 -319 6.677 8.775 -2.098 20.031 21.668 -1.637
BBM (drum)

2 Pembangunan, Rehabilitasi 8.278,292 6.745,748 1.532,544 14.075,608 5.046,317 9.029,291 13.562,820 4.848,398 8.714,422 35.916,720 16.640,462 19.276,258
dan Pemeliharaan Prasarana
Bandar Udara
1 Jumlah Bandar Udara yang 100 3.321,325 147 4.039,287 -47 -717,962 100 9.481,253 140 3.220,963 -40 6.260,290 100 11.448,820 141 3.364,580 -41 8.084,240 100 24.251,398 151 10.624,830 -51 13.626,568
direhabilitasi dan
dikembangkan (antara lain
perpanjangan, pelebaran dan
peningkatan kekuatan,
pekerjaan tanah, rehab
gedung terminal, gedung
operasional, dll)
2 Jumlah Bandar Udara yang 8 1.271,842 14 1.074,146 -6 197,696 13 1.007,923 13 544,003 0 463,920 - 0,000 - 0,000 - 0,000 13 2.279,765 13 1.618,149 0 661,616
direhabilitasi dan
dikembangkan
(perpanjangan, pelebaran dan
peningkatan kekuatan,
pekerjaan tanah) untuk
didarati B-737 Series

3 Jumlah Bandar Udara yang 9 166,352 5 44,506 4 121,846 9 270,152 5 96,320 4 173,832 - 0,000 - 0,000 - 0,000 9 436,504 6 140,825 3 295,679
direhabilitasi dan
dikembangkan
(perpanjangan, pelebaran dan
peningkatan kekuatan,
pekerjaan tanah) untuk
didarati ATR-42 & ATR-72

4 Jumlah 8 240,743 6 191,685 2 49,058 26 760,280 14 249,655 12 510,625 5 283,000 3 274,738 2 8,262 26 1.284,023 19 716,079 7 567,944
pembangunan/pengembanga
n terminal penumpang
bandar udara
5 Jumlah Bandar Udara yang 25 2.288,030 20 462,770 5 1.825,260 25 980,000 20 339,029 5 640,971 25 730,000 19 375,992 6 354,008 25 3.998,030 20 1.177,791 5 2.820,239
Dikembangkan di Daerah
Perbatasan dan Rawan
Bencana (5 bandar udara
yang dikembangkan di daerah
perbatasan dan rawan
bencana merupakan bandar
udara baru sehingga alokasi
2015-2019 dikurangi alokasi
5 bandar udara yang sudah
masuk dalam pembangunan
bandar udara baru)
6 Jumlah pembangunan 15 949,350 12 919,240 3 30,110 15 1.376,000 8 585,135 7 790,865 15 956,000 11 798,879 4 157,121 15 3.281,350 12 2.303,254 3 978,096
bandar udara baru
7 Jumlah pembangunan 3 40,650 2 14,113 1 26,537 3 200,000 2 11,212 1 188,788 3 145,000 2 34,209 1 110,792 3 385,650 2 59,534 1 326,116
bandar udara baru (3 bandar
udara baru dalam quick wins
merupakan bagian dari 15
bandar udara baru)
3 Pembangunan, Rehabilitasi 265,888 436,667 -170,779 434,202 336,977 97,225 260,835 514,724 -253,889 960,925 1.288,369 -327,444
dan Pemeliharaan Prasarana
Keamanan Penerbangan
1 Jumlah peningkatan fasilitas 53 185,050 80 277,026 -91,976 44 174,750 67 212,586 -37,836 42 166,750 59 301,687 -134,937 139 526,550 206 791,298 -67 -264,748
pelayanan darurat (paket)
2 Jumlah peningkatan fasilitas 186 80,838 99 159,641 -78,803 164 259,452 120 124,392 135,060 90 94,085 104 213,037 -118,952 440 434,375 323 497,070 117 -62,695
keamanan penerbangan
(paket)

4 Pengawasan dan Pembinaan 331,370 315,311 16,059 659,150 300,058 359,092 622,840 402,113 220,727 1.613,360 1.017,482 595,878
Kelaikan Udara dan
Pengoperasian Pesawat
Udara
1 Jumlah Surveillance (paket) 50 36,460 1 4,873 31,587 52 56,180 1 1,410 54,770 54 73,850 1 59,361 14,489 156 166,490 3 65,644 100,846
2 Jumlah Inspection (paket) 1.272 36,460 13 12,477 23,983 1.631 56,180 1 17,047 39,133 1.673 73,850 1 53,466 20,384 4.576 166,490 15 82,990 83,500
3 Jumlah Audit (paket) 70 16,530 1 4,508 12,022 75 24,080 1 1,045 23,035 80 31,650 1 30,458 1,192 225 72,260 3 36,011 36,249
4 Jumlah pengadaan Pesawat 4 221,290 4 279,112 -57,822 4 492,630 271,026 221,604 4 405,840 248,458 157,382 12 1.119,760 4 798,596 321,164
Udara Kalibrasi (Multiyears
contract)
5 Dukungan sertifikasi 1 5,000 1 1,701 3,299 1 6,000 1 2,000 4,000 1 6,000 1 2,000 4,000 3 17,000 3 5,701 11,299
terhadap pesawat industri
nasional N-219 (paket)
6 Alat uji kesehatan (unit) 5 15,630 11 12,640 2,990 7 24,080 11 7,530 16,550 9 31,650 11 8,370 23,280 21 71,360 33 28,540 42,820

5 Program Pembinaan 160,000 63,116 96,884 265,000 50,456 214,544 359,365 220,689 138,676 784,365 334,260 450,105
Navigasi Penerbangan
1 Pembinaan (Pengaturan, 1.096 70,400 0,000 70,400 1.488 115,480 9,460 106,020 1.481 146,975 111,753 35,222 4.064 332,855 121,213 211,642
Pengendalian, Pengawasan)

2 Penunjang tupoksi 89,600 63,116 26,484 149,520 40,996 108,524 212,390 108,936 103,454 451,510 213,048 238,462

6 Dukungan Manajemen dan 2.243,700 1.812,733 430,967 2.321,450 2.006,414 315,036 2.383,040 2.298,422 84,618 6.948,190 6.117,570 830,620
Dukungan Teknis Lainnya

JUMLAH 65.302,098 48.524,488 ######### 101.659,150 33.945,515 67.713,636 110.888,141 46.498,944 64.366,217 259.940,819 112.615,822 147.296,486
LAMPIRAN B

MATRIKS SASARAN STRATEGIS DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

Baseline
NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA (OUTCOME) SATUAN 2017 2018 2019 KETERANGAN PERHITUNGAN
2014

STAKEHOLDER PERSPECTIVE

Terwujudnya pelayanan transportasi udara


yang handal, berdaya saing dan memberikan Luas Cakupan Area Pelayanan Bandara / Luas Wilayah Daratan Indonesia
SS1 IK1 Rasio konektivitas antar wilayah Rasio 0,66 0,70 0,72 0,74
nilai tambah dalam rangka mewujudkan
konektivitas nasional

CUSTOMER PERSPECTIVE

Meningkatnya keselamatan dan keamanan Rasio kejadian kecelakaan transportasi Jumlah Accident (AOC 121 dan AOC 135) / Aircraft Departure (AOC 121
SS2 IK2 Rasio 6,56 3,43 2,94 2,45
transportasi udara udara dan AOC 135) x 1.000.000

Rasio Air Traffic Incident (Kejadian dari


IK3 Rasio < 4x10-5 < 3.47x10-5 < 3.30x10-5 < 3.30x10-5 Jumlah kejadian Risk Collision / faktor kontribusi ATS
100.000 pergerakan)

Rasio gangguan keamanan pada pelayanan Jumlah Pengaktifan Contingency Plan Kondisi Merah / Jumlah Bandara
IK4 Rasio 0,27 0,17 0,17 0,17
jasa transportasi udara Yang Melayani ≥500.000 Penumpang Pertahun

Rasio pemenuhan sertifikasi di bidang Jumlah Pemenuhan Sertifikasi Bidang Navigasi Penerbangan / target
IK5 Rasio 0,74 0,80 0,82 0,84
pelayanan navigasi penerbangan Pemenuhan Sertifikasi Bidang Navigasi

jumlah sertifikasi bandar udara ditahun berjalan dibagi jumlah target


IK6 Rasio pemenuhan sertifikasi Bandar Udara Rasio 0,50 1,00 1,00 1,00
sertifikasi bandar udara

Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan Persentase penurunan gas rumah kaca dari Jumlah Penurunan GRK / Target Nasional Penurunan GRK Sub Sektor
SS3 IK7 % 26,65 39,31 57,59 100
prasarana transportasi udara sektor transportasi udara Transportasi Udara × 100%

Persentase capaian On Time Performance Jumlah Kejadian Waktu On Time Keberangkatan Dalam 1 Tahun /
IK8 % 79,00 85,00 87,00 88,00
(OTP) sektor transportasi udara Jumlah Izin Rute Keberangkatan Dalam 1 Tahun x 100%

Persentase kepuasan pengguna jasa terhadap Jumlah pemilihan indikator kepuasan (exellent dan good) terhadap survey
IK9 layanan jasa berbasis online untuk sertifikasi % 0 83,25 85,25 90,25 kepuasan yang ada pada sistem aplikasi online / jumlah survey yang masuk
personil operasi pesawat udara x 100 %

(Jumlah kota atau daerah existing yang terhubungi / target jumlah kota
IK10 Persentase kota/daerah yang terhubungi % 81 90 95 100
atau daerah yang terhubungi) x 100%

Meningkatnya kapasitas sarana dan Persentase peningkatan kapasitas sarana Jumlah Pesawat Yang Memilki Sertifikat Kelaikudaraan Pada Tahun
SS4 IK11 % 39,39 43,31 45,27 47,23
prasarana transportasi udara transportasi udara Tertentu / Estimasi Total Pertumbuhan Pesawat × 100%
(∑ Bdr UPBU & Satpel BU Dgn Klasifikasi Bdr Sesuai TKN Pada Tahun
Persentase peningkatan kapasitas
IK12 % 50 70 80 90 Tertentu) / (∑ Target Jumlah Bdr UPBU & Satpel BU Dgn Klasifikasi Bdr
prasarana transportasi udara
Sesuai TKN Pada Tahun Tertentu) × 100%

Meningkatnya layanan transportasi udara di Rasio layanan transportasi udara di daerah (Jumlah Rute Yang Melayani Bandar Udara Di Daerah Terisolir, Rawan
SS5 daerah rawan bencana, perbatasan, terluar IK13 rawan bencana, perbatasan, terluar dan Rasio 3,35 3,35 3,38 3,41 Bencana, Dan Perbatasan) / (Jumlah Bandar Udara Di Daerah Terisolir,
dan terpencil terpencil Rawan Bencana, Dan Perbatasan)

INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE

Parameter Deregulasi adalah : 1) peraturan yang dapat membawa dampak


negatif dalam menimbulkan minat terhadap dunia usaha dan investasi; 2)
peraturan yang mengakibatkan beban ekonomi (pembiayaan yang tidak tentu
Terlaksananya perumusan kebijakan dalam Persentase pelaksanaan deregulasi peraturan
SS6 IK14 % 0 78,00 89,00 100,00 jumlahnya) baik bagi operator maupun bagi pengguna jasa; 3) perizinan
penyelenggaraan transportasi Udara di lingkungan Ditjen Perhubungan Udara
bidang usaha yang otoritasnya bersifat sentralisasi dan birokrasi yang
berbelit-belit. (Target 9 peraturan = 2017 : 7 peraturan, 2018 : 1 peraturan,
2019 : 1 peraturan)

LEARN AND GROWTH

Teknisi Penerbangan yang bersertifikat adalah Teknisi Penerbangan yang


telah mendapatkan sertifikat jabatan fungsional Teknisi Penerbangan.
Persentase pemenuhan kebutuhan jabatan
Tersedianya SDM Ditjen Perhubungan Udara Berdasarkan KP 198 Tahun 2017 pemenuhan kebutuhan akan terealisasi
SS7 IK15 fungsional teknisi penerbangan yang % 21,37 36,92 73,73 100,00
yang kompeten dan professional 100 % pada tahun 2022 dengan jumlah 5044, sehingga kebutuhan sampai
bersertifikat
tahun 2019 sejumlah 3551 orang

Jumlah inspektur penerbangan dibagi jumlah target inspektur penerbangan.


Berdasarkan KP 606 Tahun 2015
IK16 Rasio pemenuhan inspektur penerbangan Rasio 0,63 0,65 0,91 1,00 pemenuhan kebutuhan akan terealisasi 100 % pada tahun 2020 dengan
jumlah 1786, dimana sampai tahun 2019 kebutuhan sejumlah 1201 orang

Terwujudnya good governance dan clean


SS8 IK17 Nilai AKIP Ditjen Perhubungan Udara Nilai AKIP 90,75 90,75 90,75 90,80 Angka target merupakan target yang harus di capai pada tiap tahunnya.
government di Ditjen Perhubungan Udara

Tingkat penyerapan anggaran adalah realisasi anggaran belanja pegawai,


Persentase penyerapan anggaran Ditjen
IK18 % >84 >87 >88 >89 belanja barang dan belanja modal dibandingkan dengan pagu anggaran
Perhubungan Udara
dalam 1 tahun

Persentase nilai asset Ditjen Perhubungan Nilai aset tahun lalu dijumlahkan nilai aset yang berhasil diinventarisir
IK19 % 70,00 80,00 90,00 100,00
Udara yang diinventarisasi tahun berjalan (aset kumulatif) dibagi target aset yang diinventarisir
LAMPIRAN C.1
TABEL INDIKASI PENDANAAN DAN LOKASI KEGIATAN DALAM REVIU RENSTRA DITJEN PERHUBUNGAN UDARA 2015-2019

NO PROGRAM / KEGIATAN STRATEGIS TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 TOTAL ALOKASI
JUMLAH
ANGGARAN
VOLUME
2015-2019
2015-2019
(Rp. Miliar)
ALOKASI ALOKASI ALOKASI
VOL. VOL. VOL. ANGGARAN VOL. ANGGARAN VOL.
ANGGARAN ANGGARAN ANGGARAN

D PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN 11.762,587 9.555,530 8.916,555 12.000,529 13.200,582 55.435,782
TRANSPORTASI UDARA

RPJMN TAHUN 2015-2019 9.502,163 16.054,661 15.437,333 15.222,091 15.206,084 71.422,332


1 Pelayanan Angkutan Udara Perintis 482,913 548,211 632,209 850,343 935,377 3.449,052
Jumlah rute pelayanan perintis dan subsidi untuk 216 209 201 206 206 301
angkutan udara (rute)
Jumlah subsidi angkutan BBM (drum) 6.677 7396 11642 11755 11755 49.225
KPA Nagan Raya, KPA Takengon, KPA Gn.Sitoli, KPA Singkep, KPA Bengkulu, KPA Tarakan, KPA Palangkaraya, KPA Samarinda, KPA
Sumenep, KPA Ketapang, KPA Waingapu, KPA Gorontalo, KPA Mamuju, KPA Masamba, KPA Selayar, KPA Ternate, KPA Langgur, KPA
2015 Manokwari, KPA Sorong, KPA Jayapura, KPA Merauke, KPA Nabire, KPA Timika, KPA Wamena, KPA Oksibil

KPA Nagan Raya, KPA Takengon, KPA Gn.Sitoli, KPA Singkep, KPA Bengkulu, KPA Tarakan, KPA Palangkaraya, KPA Samarinda, KPA
Sumenep, KPA Ketapang, KPA Waingapu, KPA Gorontalo, KPA Mamuju, KPA Masamba, KPA Selayar, KPA Ternate, KPA Langgur, KPA
2016
Manokwari, KPA Sorong, KPA Jayapura, KPA Merauke, KPA Nabire, KPA Timika, KPA Wamena, KPA Oksibil

KPA Nagan Raya, KPA Takengon, KPA Gunung Sitoli, KPA Bengkulu, KPA Singkep, KPA Palangkaraya, KPA Ketapang, KPA Tarakan, KPA
Samarinda, KPA Sumenep, KPA Melonguane, KPA Selayar, KPA Masamba, KPA Waingapu, KPA Ternate, KPA Langgur, KPA Sorong, KPA
2017
Manokwari, KPA Nabire, KPA Jayapura, KPA Wamena, KPA Timika, KPA Merauke, KPA Oksibil, KPA Dekai

KPA Sumenep, KPA Nagan Raya, KPA Takengon, KPA Gn.Sitoli, KPA Ketapang, KPA Palangkaraya, KPA Samarinda, KPA Selayar, KPA
2018 Masamba, KPA Langgur, KPA Jayapura, KPA Merauke, KPA Wamena, KPA Nabire, KPA Oksibil, KPA Timika, KPA Dekai, KPA Bengkulu, KPA
Ternate, KPA Singkep, KPA Manokwari, KPA Sorong, KPA Mamuju, KPA Tarakan
KPA Nagan Raya, KPA Takengon, KPA Gunung Sitoli, KPA Bengkulu, KPA Singkep, KPA Palangkaraya, KPA Ketapang, KPA Tarakan, KPA
Samarinda, KPA Sumenep, KPA Melonguane, KPA Selayar, KPA Masamba, KPA Waingapu, KPA Ternate, KPA Langgur, KPA Sorong, KPA
2019 Manokwari, KPA Nabire, KPA Jayapura, KPA Wamena, KPA Timika, KPA Merauke, KPA Oksibil, KPA Dekai

2 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan 7.676,565 5.512,298 4.848,398 7.200,466 7.920,513 33.158,239
Prasarana Bandar Udara

Jumlah Bandar Udara yang direhabilitasi dan 5.053,201 147 3.869,214 141 2.942,197 141 3.869,385 147 5.969,613 147 21.703,609 158
dikembangkan (antara lain perpanjangan, pelebaran dan
peningkatan kekuatan, pekerjaan tanah, rehab gedung
terminal, gedung operasional, dll)
Fasilitas penunjang operasional (unit kerja) 439,790 16 141,365 14 220,983 12 762,971 13 839,268 13 2.404,376 16
Pembangunan/pengembangan/rehab gedung terminal 429,887 38 470,549 30 490,89 37 592,064 31 708,924 35 2.692,313 123
Bandar Udara Pekonserai, Bandar Udara Tjilik Riwut, Bandar Udara Djalaluddin, Bandar Udara M Salahuddin, Bandar Udara DEO Sorong,
Bandar Udara Mopah, Bandar Udara Wamena, Bandar Udara Nabire, Bandar Udara Frans Sales Lega, Bandar Udara Binaka, Bandar Udara
Mindiptanah, Bandar Udara Oksibil, Bandar Udara Kaimana, Bandar Udara Pangsuma, Bandar Udara Komodo, Bandar Udara Bua, Bandar
Udara Amahai, Bandar Udara Kisar, Lapter Pasema, Silimo, Holuwun, Sobaham, Ninia & Anggruk, Bandar Udara Silampari, Bandar Udara
2015 Pitu, Bandar Udara Lasondre, Bandar Udara Saumlaki, Bandar Udara Mozes Kilangin, Bandar Udara Kamur, Bandar Udara Soa, Bandar
Udara Okaba, Bandar Udara Moanamani, Bandar Udara Sanggu Buntok, Bandar Udara Andi Jemma,Bandar Udara Aek Godang, Bandar
Udara Wunopito, Bandar Udara Iskandar

Bandar Udara HAS Hanandjoedin, Bandar Udara Radin Inten II, Bandar Udara Tjilik Riwut, Bandar Udara Sultan Muhammad Kaharuddin,
Bandar Udara Umbu Mehang Kunda, Bandar Udara Frans Seda, Bandar Udara Mopah, Bandar Udara Frans Sales Lega, Bandar Udara Cut
Nyak Dhien, Bandar Udara H Asan Sampit, Bandar Udara Naha, Bandar Udara Syukuran Aminuddin Amir, Bandar Udara Sultan Bantilan,
2016 Bandar Udara Depati Parbo, Bandar Udara Oesman Sadik, Bandar Udara Gewayantana, Bandar Udara Bone, Bandar Udara Larat, Bandar
Udara Silampari, Bandar Udara Emalamo, Bandar Udara Aroepala, Bandar Udara Melak, Bandar Udara Kepi, Bandar Udara Kuabang,
Bandar Udara Melongguane, Bandar Udara Tardamu, Bandar Udara Kuala Pembuang, Bandar Udara Muara Bungo, Bandar Udara
Kambuaya, Bandar Udara Senggeh

Bandar Udara FL Tobing, Bandar Udara Sibisa, Bandar Udara HAS Hanandjoedin,Bandar Udara Tjilik Riwut, Bandar Udara M Salahuddin,
Bandar Udara Mopah, Bandar Udara Senggo, Bandar Udara Gusti Sjamsir Alam, Bandar Udara Torea, Bandar Udara Binaka, Bandar Udara
Naha, Bandar Udara Syukuran Aminuddin Amir, Bandar Udara Tanah Merah, Bandar Udara Teuku Cut Ali, Bandar Udara Pongtiku, Bandar
Udara Gamarmalamo, Bandar Udara Gewayantana, Bandar Udara Seko, Bandar Udara Bua, Bandar Udara Elelim, Bandar Udara Nop Goliat
2017 Dekai, Bandar Udara Pitu, Bandar Udara Aroepala, Bandar Udara Rembele, Bandar Udara Kutacane, Bandar Udara Banyuwangi, Bandar
Udara Pogogul, Bandar Udara Mozes Kilangin, Bandar Udara Soa, Bandar Udara Muko Muko, Bandar Udara Nangapinoh, Bandar Udara
Bokondini, Bandar Udara Teminabuan, Bandar Udara Kuala Kurun, Bandar Udara Ewer, Bandar Udara Long Apung, Bandar Udara
Sugimanuru
Bandar Udara Harun Thohir, Bandar Udara Cut Nyak Dhien, Bandar Udara Rokot, Bandar Udara Silampari, Bandar Udara Tjilik Riwut,
Bandar Udara Tumbang Samba, Bandar Udara Kuala Kurun, Bandar Udara Melongguane, Bandar Udara Syukuran Aminuddin Amir,
Bandar Udara Pongtiku, Bandar Udara Betoambari, Bandar Udara Gewayantana, Bandar Udara Komodo, Bandar Udara Sentani, Bandar
2018 Udara Mozes Kilangin, Bandar Udara Kimam, Bandar Udara Kokonao, Bandar Udara Ewer, Bandar udara Ilu, Bandar Udara Akimuga,
Bandar Udara Fatmawati, Bandar Udara Enggano, Bandar Udara Babullah, Bandar Udara Gebe, Bandar Udara Buli, Bandar Udara H. As.
Hanandjoeddin, Bandar Udara Ayawasi, Bandar Udara Tampa Padang, Bandar Udara Juwata, Bandar Udara Tanjung Harapan, Bandar
Udara Yuvai Semaring

Bandar Udara Dewadaru, Bandar Udara Trunojoyo, Bandar Udara Ngloram, Bandar Udara R. Inten II, Bandar Udara Pangsuma, Bandar
Udara Nangapinoh, Bandar Udara Iskandar, Bandar Udara Gusti Sjamsir Alam, Bandar Udara Data Dawai, Bandar Udara Sultan Bantilan,
Bandar Udara Rampi, Bandar Udara Sugimanuru, Bandar Udara Wahai, Bandar Udara Dobo, Bandar Udara Umbu Mehang Kunda, Bandar
Udara Gewayantana, Bandar Udara Sentani, Bandar Udara Mopah, Bandar Udara Nabire, Bandar Udara Soedjarwo Tjondronegoro, Bandar
2019 Udara Mararena, Bandar Udara Enarotali, Bandar Udara Mozes Kilangin, Bandar Udara Dabra, Bandar udara Okaba, Bandar Udara Numfor,
Bandar Udara Ilu, Bandar Udara Bade, Bandar Udara Fatmawati Soekarno, Bandar Udara Oesman Sadik, Bandar Udara Gamarmalamo,
Bandar Udara H. As. Hanandjoeddin, Bandar Udara Seibati, Bandar Udara Kebar, Bandar Udara Ilaga

3 2 1 1 2 9
Pengembangan Bandar Udara Untuk Pelayanan Kargo
Udara
Bandar Udara Frans Kaisiepo - Biak, Bandar Udara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan - Balikpapan, Bandar Udara Sam Ratulangi
2015 - Manado

2016 Bandar Udara Soekarno - Hatta, Bandar Udara Kualanamu - Medan

2017 Bandar Udara Sentani - Jayapura

2018 Bandar Udara Juanda - Surabaya

2019 Bandar Udara Sultan Hasanuddin - Makassar, Bandar Udara Syamsuddin Noor - Banjarmasin
Jumlah Bandar Udara yang Dikembangkan di Daerah 667,917 20 404,727 20 361,24 19 454,869 20 105,687 16 1.994,442 25
Perbatasan dan Rawan Bencana (5 bandar udara yang
dikembangkan di daerah perbatasan dan rawan bencana
merupakan bandar udara baru sehingga alokasi 2015-
2019 dikurangi alokasi 5 bandar udara yang sudah
masuk dalam pembangunan bandar udara baru)

Bandar Udara Sabang, Bandar Udara Lasikin, Bandar Udara Teuku Cut Ali, Bandar Udara Rembele, Bandar Udara Blangkejeren/Gayo Lues,
Bandar Udara Lasondre, Bandar Udara Rokot, Bandar Udara Tanjung Balai Karimun, Bandar Udara Kerinci, Bandar Udara Muko Muko,
Bandar Udara Enggano, Bandar Udara Bawean, Bandar Udara Sumenep, Bandar Udara Atambua, Bandar Udara Rote, Bandar Udara Long
2015 Apung, Bandar Udara Long Bawan, Bandar Udara Datah Dawai,, Bandar Udara Moa, Bandar Udara Mopah (Bandar Udara Letung, Bandar
Udara Tambelan, Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Maratua, Bandar Udara Miangas ditampung dalam alokasi pembangunan bandar
udara baru)
Bandar Udara Sabang, Bandar Udara Lasikin, Bandar Udara Teuku Cut Ali, Bandar Udara Rembele, Bandar Udara Blangkejeren/Gayo Lues,
Bandar Udara Lasondre, Bandar Udara Rokot, Bandar Udara Tanjung Balai Karimun, Bandar Udara Kerinci, Bandar Udara Muko Muko,
Bandar Udara Enggano, Bandar Udara Bawean, Bandar Udara Sumenep, Bandar Udara Atambua, Bandar Udara Rote, Bandar Udara Long
2016
Apung, Bandar Udara Long Bawan, Bandar Udara Datah Dawai,, Bandar Udara Moa, Bandar Udara Mopah (Bandar Udara Letung, Bandar
Udara Tambelan, Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Maratua, Bandar Udara Miangas ditampung dalam alokasi pembangunan bandar
udara baru)
Bandar Udara Sabang, Bandar Udara Lasikin, Bandar Udara Teuku Cut Ali, Bandar Udara Rembele, Bandar Udara Blangkejeren/Gayo Lues,
Bandar Udara Lasondre, Bandar Udara Rokot, Bandar Udara Tanjung Balai Karimun, Bandar Udara Kerinci, Bandar Udara Muko Muko,
Bandar Udara Bawean, Bandar Udara Sumenep, Bandar Udara Atambua, Bandar Udara Rote, Bandar Udara Long Apung, Bandar Udara
2017
Long Bawan, Bandar Udara Datah Dawai, Bandar Udara Moa, Bandar Udara Mopah (Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan,
Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Maratua, Bandar Udara Miangas ditampung dalam alokasi pembangunan bandar udara baru)

Bandar Udara Maimun Saleh, Bandar Udara Lasikin, Bandar Udara Teuku Cut Ali, Bandar Udara Rembele, Bandar Udara Gayo Lues,
Bandar Udara Lasondre, Bandar Udara Rokot, Bandar Udara Raja Haji Abdullah,Bandar Udara Depati Parbo,Bandar Udara Muko Muko,
Bandar Udara Enggano, Bandar Udara Bawean, Bandar Udara Trunojoyo, Bandar Udara Haliwen, Bandar Udara DC Saudale, Bandar Udara
2018
Long Apung, Bandar Udara Long Bawan, Bandar Udara Data Dawai, Bandar Udara Moa,Bandar Udara Mopah (Bandar Udara Letung,
Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Miangas ditampung dalam alokasi pembangunan bandar udara baru)

Bandar Udara Maimun Saleh, Bandar Udara Lasikin, Bandar Udara Teuku Cut Ali, Bandar Udara Rembele, Bandar Udara Lasondre, Bandar
Udara Rokot, Bandar Udara Raja Haji Abdullah, Bandar Udara Enggano, Bandar Udara Bawean, Bandar Udara Trunojoyo, Bandar Udara DC
2019 Saudale, Bandar Udara Long Apung, Bandar Udara Long Bawan, Bandar Udara Data Dawai, Bandar Udara Moa,Bandar Udara Mopah
(Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Miangas ditampung dalam alokasi pembangunan
bandar udara baru)
Jumlah pembangunan bandar udara baru (3 bandar 1.085,770 14 626,443 11 833,09 13 1.521,177 14 297,021 11 4.363,499 15
udara baru dalam quick wins merupakan bagian dari 15
bandar udara baru)
Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Tebelian, Bandar Udara Kertajati, Bandar Udara Miangas, Bandar Udara
2015 Siau, Bandar Udara Morowali, Bandar Udara Buntu Kunik, Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Namniwel, Bandar Udara Werur, Bandar
Udara Koroway Batu, Bandar Udara Muara Teweh, Bandar Udara Maratua
Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Tebelian, Bandar Udara Kertajati, Bandar Udara Miangas, Bandar Udara
2016 Siau, Bandar Udara Morowali, Bandar Udara Namniwel, Bandar Udara Koroway Batu, Bandar Udara Maratua, Bandar Udara Muara Teweh

Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Tebelian, Bandar Udara Miangas, Bandar Udara Siau, Bandar Udara
2017 Morowali, Bandar Udara Buntu Kunik, Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Namniwel, Bandar Udara Werur, Bandar Udara Koroway Batu,
Bandar Udara Maratua, Bandar Udara Muara Teweh
Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Tebelian, Bandar Udara Kertajati, Bandar Udara Miangas, Bandar Udara
2018 Siau, Bandar Udara Morowali, Bandar Udara Buntu Kunik, Bandar Udara Kabir, Bandar Udara Namniwel, Bandar Udara Werur, Bandar
Udara Koroway Batu, Bandar Udara Samarinda Baru,Bandar Udara Muara Teweh
Bandar Udara Letung, Bandar Udara Tambelan, Bandar Udara Miangas, Bandar Udara Siau, Bandar Udara Morowali, Bandar Udara
2019 Namniwel, Bandar Udara Werur, Bandar Udara Koroway Batu, Bandar Udara Samarinda Baru, Bandar Udara Muara Teweh, Bandar Udara
Maratua
Jumlah pembangunan bandar udara baru dan siap 2 2 3 4 4 15
beroperasi

3 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan 588,773 374,730 514,724 513,310 564,641 2.556,178
Prasarana Keamanan Penerbangan

Jumlah peningkatan fasilitas pelayanan darurat (paket) 299,435 83 222,430 77 301,687 59 307,986 109 338,784 73 1.470,322 401
Bandara Sentani, Bandara Djalaluddin, Bandara Juwata, Bandara Mopah, Bandara Hanandjoeddin, Bandara Tjilik Riwut, Bandara
Haluoleo, Bandara Wunopito, Bandara Muara Bungo, Bandara Muko-muko, Bandara Dobo, Bandara Dumatubun, bandara Pogogul,
bandara Oesman Sadik, Bandara Torea, Bandara Sultan M. Kaharuddin, Bandara Sangia Nibandera, Bandara Komodo, Bandara Pekon
Serai, Bandara Malinau, Bandara Sanggu, Bandara Melonguane, Bandara Enggano, bandara Pangsuma Putussibau, Bandara Andi
Jemma,Bandara Soa Bajawa, Bandara Rokot, Bandara Kufar, Bandara Oksibil, Bandara Senggo, Bandara Mulia, Bandara Moanamani,
Bandara Tanah Merah, Bandara Syukuran Aminuddin Amir, Bandara Waghete, Bandara Lasondre, Bandara Maimun Saleh, Bandara Bilorai,
Bandara Tambolaka, Bandara Dominic Eduard Osok, Bandara Radin Inten II, Bandara Japura, Bandara Mutiara Sis-Aljufri, Bandara
2015 Rendani, Bandara Susilo, Bandara Kalimarau, Bandara Bintuni, Bandara Sarmi, Bandara Pongtiku, Bandara Rampi, Bandara Matahora,
Bandara Nop Goliat Dekai, Bandara Silampari, Bandara Saumlaki, Bandara Banyuwangi, Bandara Namniwel, Bandara Numfor, Bandara
Illu, Bandara Bade, Bandara Senggeh, Bandara S. Babullah, Bandraa Douw Aturure, Bandara Budiarto, Bandara Kasiguncu, Bandara Cut
Nyak Dhien, Bandara Rahadi Oesman, Bandara Maratua, Bandara Naha, Bandara Sultan Bantilan, Bandara Serui, Bandara Mindiptanah,
Bandara Raja Haji Abdullah, Bandara Depati Parbo, Bandara Pitu, Bandara Blangkejeren, Bandara Abd. Saleh, Bandara Melak, Badara
Nanga pinoh, Bandara David Constantijn Saudale, Bandara Aek Godang, Bandara Ayawasi, Bandara Long Apung, Bandara Miangas

Bandara Mopah, Bandara Hanandjoeddin, Bandara Halueleo, Bandara Beringin, Bandara Muko-muko, Bandara FL Tobing, bandara Pogogul,
Bandara Torea, Bandara Sangia Nibandera, bandara Pangsuma Putussibau, Bandara Rokot, Bandara Senggo, Bandara Mulia, Bandara
Tanah Merah, Bandara Syukuran Aminuddin Amir, Bandara Waghete, Bandara Lasondre, Bandara Maimun Saleh, Bandara Bilorai, Bandara
Tambolaka, Bandara Radin Inten II, Japura, Mutiara Sis-Aljufri, Morowali, Sultan Babullah, Fransiskus Xaverius Seda, Rendani, Fatmawati,
Budiarto, Frans Sales Lega, Kasiguncu, Cut Nyak Dhien, Binaka, Rahadi Oesman, Susilo, Naha, Betoambari, Kufar, H.Aroeboesman,
2016
Bintuni, Teuku Cut Ali, Depati parbo, Tampa Padang, Pongtiku, Gamarmalamo, Gewayantana, Seko, Bone, Bua, Amahai, Wahai, Jhon
Becker, Elelim, Akimuga, Marinda, Emalamo, Aroepala, Banyuawangi, Mathilda Batlayeri, Melak, Kimam,Bokondini, Kepi, Okaba,
Teminabuan, Kuabang, David Constantijn Saudale, Tanjung Harapan, Aek Godang, Dewadaru, Yuvai Semaring, Karubaga, Illu, Kambuaya,
Batom, Illaga, Ayawasi

Bandara Djalaluddin, Bandara Juwata, Bandara Mopah, Bandara Hanandjoeddin, Bandara Tjilik Riwut, Bandara Sangia Nibandera,
Bandara Malinau, Bandara Andi Jemma, Bandara Soa Bajawa, Bandara Oksibil, Bandara Bilorai, Tunggul Wulung, Trunojoyo, Bawean,
Lasikin, Rahadi Oesman, Nanga Pinoh, Kuala Kurun, Temindung, Maratua, Melak, Naha, Kasiguncu, Sultan Bantilan, Seko, Sugimanuru,
2017 Matahora, Namniwel, Jhon Becker, Larat, Namrole, Amahai, Fransiskus Xaverius Seda, H. Aroeboesman, Gewayantana, Wamena, Tiom,
Kamur, Bokondini, Batom, Kiwirok, Fatmawati, Babullah, Gamarmalamo, Buli, Dabo, Teminabuan, Merdey, Marinda, Tanjung harapan,
Nunukan, Long ampung, Haluoleo, Gebe, Domine Eduard Osok, Iskandar, Kalimarau, Tampa Padang, Emalamo
Cakrabhuwana, Dewadaru, Banyuwangi, Trunojoyo, Alas Leuser, FL. Tobing, Depati Parbo, Muara Bungo, R. Inten Ii, Tumbang Samba,
Sanggu, Temindung, Melak,Data Dawai, Siau, Matahora, Kufar, Dobo, Saumlaki, Namniwel, Amahai, Wahai, Fran Sales Lega, Kabir, Komodo,
Dc.Saudale, Sentani, Mopah, Wamena, Nabire, Tanah Merah, Koroway Batu, Manggelum, Mararena, Mindiptanah, Oksibil, Waghete, Mozes
Kilangin, Kimam, Kamur, Bomakia, Dabra, Kepi, Karubaga, Bade, Batom, Bilorai, Elelim, Nop Goliat Dekai, Fatmawati, Muko-Muko,
Gamarmalamo, Morotai, Hanandjoeddin, Deo, Werur, Toreo, Kaimana, Kebar, Ayawasi, Marinda, Tampa Padang, Juwata, Malinau, Tanjung
2018 Harapan, Long Ampung,Tunggul Wulung, Blangkejeren, Binaka, Aek Godang, Japura, Pasir Pangarayan, Beringin, Gusti Sjamsir Alam,
Naha, Mutiara Sis Aljufri, Kasiguncu, Pogogul, Pongtiku, Seko, Aroepala, Bone, Betoambari, Jhon Becker, Moa, Larat, Namrole, M. Slahudin,
Gewayantana, Wunopito, Senggo, Tiom, Bokondini, Numfor, Kokonao, Ewer, Illu, Babullah, Gebe, Sanana, Budiarto, Djalaluddin, Letung,
Rendani, Wasior, Inanwatan, Teminabuan, Merdey, Kambuaya

Cut Nyak Dhien, Teuku Cut Ali, Rembele, Singkil, Malikul Saleh, Sibisa, Seibati, Dabo, Tempuling, Tambelan, Enggano, Pekonserai,
Wiriadinata, Kertajati, Wirasaba, A. Rahman Saleh, Bawean, S. Muhamad Kaharuddin, A.A. Bere Tallo, Tardamu, Rahadi Oesman, Susilo,
Pangsuma, Paloh, Iskandar, Kuala Pembuang, Kuala Kurun, Murung Raya, Kalimarau, Yuvei Semaring, Long Apung, Nunukan, Maratua,
2019 Melongguane, Miangas, Morowali, Sumarorong, Rampi, Haluoleo, Karel Satsuitubun, Bandaneira, Kuabang, Oesman Sadik, Pitu, Kiwirok,
Akimuga, Enarotali, Mulia, Moanamani, Okaba, Ilaga, Sobaham, Obano, Sinak, Mugi, Kenyam, Pasema, Silimo, Koroway, Anggruk,
Mapendum, Holuwun, Dekai, Torea, Bintuni, Ijahabra, Inanwatan, Kuala Batu, Pasaman Barat, Bagan Siapi-Api, Bengkalis, Pameungpeuk,
Citarate

Jumlah peningkatan fasilitas keamanan penerbangan 289,338 111 152,300 122 213,037 104 205,324 119 225,856 143 1.085,855 599
(paket)
Budirto-Curug, Nabire, Rokot-Sipora, Mutiara-Palu, Djalaluddin-Gorontalo, Juwata, Susilo-Sintang, Kasiguncu-Poso, Torea-Fak-fak, Radin
Inten II-Lampung, Fatmawati-Bengkulu, Aekgodang-Padang Sidempuan, Dabo-Singkep, H.Asan-SAmpit, Satartacik- Ruteng, Betoambari-
Bau Bau, S.Bantilan-Toli toli, S.Babullah - Ternate, Deo-Sorong, Rendani -Manokwari, Franseda-Maumere, M.Salahudin-Bima, Tampa
Padang-Mamuju, Miangas, Lasikin-Sinabang, T.Cut ali- Tapak tuan, SeiBati - Tj. Balai Karimun, Cakrabuana-Cirebon, tambolaka-
Waikabubak, Kuala Pembuang,Dumatubun/ibra, Nunukan, Haliwen-Atambua, Sentani-Jayapura, Mopah-Merauke, Kalimarau-Tj. Redep,
Syukuran Aminudin Amir - Luwuk, Umbu Mehang Kunda- Waingapu,H.AS. Hanandjuddin - Tj Pandan, Iskandar, Gusti Syamsir Alam,
Enarotali, Mulia, Depati parbo, Sangia Ni Bandera, Namrole, Nop Goliat Dekai, Rembele, Trunojoyo, Kepi, Wasior, Kuabang, David
2015 Constantijn Saudale, Numfor, Karubaga, Cut Nyak Dhien, H. Hasan Aroeboesman, Pitu, Nanga Pinoh, Wunopitu, Muara Bungo, Illu, Bade,
Bilorai, Temindung, Rahadi Oesman, Bintuni, Tanah Merah, Pongtiku, Oesman Sadik, Gamarmalamo, Rampi, Buli Maba, Bone, Marinda,
Silampari, Aroepala, Lasondre, Banyuwangi, Pogogul Buol, Saumlaki, Malinau, Muko-Muko, Teminabuan, Tardamu, Kambuaya,
Sugimanuru, Kuala Kurun, Yuvei Semaring, Sibisa, Pekonserai, Senggo, Enggano, Beringin, Tojo Una-Una, Kaimana, Lapter Pasema-Silimo-
Holuwun-Sobaham-Ninia-anggruk, Blangkejeren, Dit. Keamanan Penerbangan, Kantor OBU I, Kantor OBU II, Kantor OBU III, Kantor OBU V,
Kantor OBU VI, Kantor OBU VII, Kantor OBU X

Rendani - Manokwari, Radin Inten II - Lampung, Iskandar - Pangkalan Bun, Kalimarau - Tj. Redep, Rahadi Oesman - Ketapang, Nunukan -
Nunukan, HS. Hananjoeddin - Tj. Pandan, Syukuran Aminuddin Amir - Luwuk, Depati Parbo - Kerinci, Sentani - Jayapura, Fransiskus
Xaverius Seda, Umbu Mehang Kunda - Waengapu, Tampa Padang - Mamuju, Gusti Syamsir Alam - Kota Baru, Melonguane, Olilit -
Saumlaki, Susilo - Sintang, Cut Nyak Dien - Meulaboh, Lasikin - Sinabang, Teuku Cut Ali - Tapak Tuan, Komodo - Labuan Bajo, Fatmawati
Soekarno - Bengkulu, Maimun Saleh - Sabang, Sei Bati - Tj. Balai Karimun, Leukenik - Rote, Tardamu - Sabu, Pangsuma - Putusibau,
Seluwing - Malinau, John Becker - Kisar, Enarotali, Oksibil, Okaba, Karubaga, Haliwen - Atambua, Naha - Tahuna, Dobo, Mopah - Merauke,
Wamena - Wamena, Temindung - Samarinda, Nabire - Nabire, Mau Hau - Waingapu, M. Salahuddi - Bima, FL. Tobing, Dabo, Pekonserai,
Tjilik Riwut, Djalaluddin, Mutiara Sis Aljufri, Haluoleo, Sultan Babullah, Sultan M.Kaharuddin, Tambolaka, Budiarto, Kasiguncu, Torea,
2016 Enggano, Tunggul Wulung, Binaka, H. Asan, Beringin, Sultan Bantilan, Betoambari, Kufar, MOA, Serui, Bintuni, Waghete, Rokot, Pongtiku,
Gamarmalamo, Gewayantana, Seko, Bone, Bua, Matahora, Sangia Ni Bandera, Amahai, Wahai, Larat, Elelim, Nop Goliat Dekai, Kiwirok,
Marinda, Silampari, Emalamo, Aroepala, Rembele, Lasondre, Banyuwangi, Pogogul, Mozes Kilangin, Namniwel, Pasir Pangarayan, Trunojoyo,
Bawean, Kimam, kamur, Bomakia, Dabra, Tumbang Samba, Nanga Pinoh, Bokondini, Kepi, Wasior, Teminabuan, Sanggu, Tanjung Harapan,
Adi Jemma, Dumatubun, Aek Godang, Cakrabhuwana, Wunopitu, Kuala Pembuang, Yuvai Semaring, Muara Bungo, Babo, Bade, Ilaga, Long
Apung, Sugimanuru, Morowali, Direktorat Keamanan, Balai Teknik penerbangan
DEO - Sorong, HS. Hananjoeddin - Tj. Pandan, Frans seda - Maumere, Syukuran Aminuddin Amir - Luwuk, Rahadi Oesman - Ketapang,
Nunukan - Nunukan, Tj. Harapan - Tj. Selor, Gewayantanah - Larantuka, Satar Tacik - Ruteng, Mali - Alor, Tambolaka - Waikabubak, Soa -
Bajawa, Sei Bati - Tj. Balai Karimun, Tardamu - Sabu, John Becker - Kisar, Tanah Merah, Mulia, Oksibil, Okaba, Karubaga, Umbu Mehang
Kunda - Waengapu, M. Salahuddin - Bima, Mutiara - Palu, Djalaluddin - Gorontalo, Japura - Rengat, Nangapinoh - Nangapinoh,
Melonguane, Lasikin - Sinabang, Binaka - Gn. Sitoli, Fl. Tobing - Sibolga, Aek Godang - Pd. Sidempuan, Komodo, Cakrabhuwana, Tunggul
Wulung, Depati parbo, Silampari, H.Asan, Sanggu, Kuala pembuang, Kuala Kurun, Gusti Sjamsir, Melak, Data Dawai, Pongtiku, Aroepala,
Andi Jemma, Bone, Bwua, Haluoleo, Betoambari, Sugimanuru, Sangia Ni Bandera, Matahora, Kufar, Dobo, Saumlaki, Larat, namrole,
2017
Amahai, Sultan Kaharuddin, Wunopito, Wamena, Mindiptanah, Tiom, Mozes Kilangin, Bomakia, Kepi, Ewer, Fatmawati, Muko-Muko, Sultan
Babullah, Gamarmalamo, Buli, Inanwatan, Kambuaya, Ayawasi, Marinda, Malinau, Yuvai Semaring, Long Ampung,Gebe, R. Inten II,Juwata,
Rendani, Sentani,Douw Aturure, Budiarto, Cut Nyak Dhien, Iskandar, Kalimarau, Sarmi, Tampa Padang, Nop Goliat dekai, Dit Keamanan
Penerbangan, Kantor OBU I, Kantor OBU II, Kantor OBU III, Kantor OBU V, Kantor OBU VI, Kantor OBU VII, Kantor OBU VIII, Kantor OBU
IX, Kantor OBU X, Balai Teknik Penerbangan

Cakrabhuawana, Tunggul Wulung, Dewadaru, Banyuwangi, Trunojoyo, Cut Nyak Dhien, Teuku Cut Ali, Lasikin, Alas Leuser, Maimun Saleh,
Aek Godang, Rokot, Pasir Pangarayan, Depati Parbo, Muara Bungo, Silampari, Radin Inten II, Rahadi Oesman, Tebelian, Pangsuma, Tjilik
Riwut, H. Asan, Tumbang Samba, Sanggu, Kuala Pembuang, Kuala Kurun, Kalimarau, Maratua, Melak, Data Dawai, Mutiara, Kasiguncu,
Syukuran Aminuddin, Sultan Bantilan, Pogogul, Rampi, Aroepala, Andi Jemma, Bone, Bua, Haluoleo, Matahora, Bandaneira, Kufar,
Saumlaki, Namniwel, Tual Baru, Jhon Becker, MOA, Namrole, Amahai, Wahai, M.Kaharuddin, M Salahuddin, Umbu Mehang Kunda, Frans
Seda, Frans Sales Lega, H. Aroeboesman, Mali, Kabir, Gewayantana, Komodo, Haliwen, DC Saudale, Tardamu, Sentani, Mopah, Wamena,
2018 Nabire, Sudjarwo, Tanah Merah, Mararena, Mindiptanah, Oksibil, Enarotali, Mulia, Tiom, Mozes Kilangin, Kimam, Bomakia, Bokondini, Kepi,
Moanamani, Numfor, Karubaga, Ewer, Ilu, Senggeh, Bilorai, Illaga, Akimuga, Elelim, Nop Goliat Dekai, Enggano, Muko-muko, Oesman Sadik,
Buli, Morotai, Budiarto, Hanandjoeddin, Djalaluddin, Dabo, Letung Seibati, Rendani, DEO, Werur, Toreo, Wasior, Inanwatan, Teminabuan,
Merdey, Babo, Kambuaya, Kebar, Ayawasi, Marinda, Tampa padang, Sumarorong, Juwata, Malinau, Tanjung Harapan, Yuvai Semaring,
Nunukan, Long Ampung

Cakrabhuawana, Tunggul Wulung, Dewadaru, Banyuwangi, Trunojoyo, Cut Nyak Dhien, Teuku Cut Ali, Lasikin, Alas Leuser, Maimun Saleh,
Aek Godang, Rokot, Pasir Pangarayan, Depati Parbo, Muara Bungo, Silampari, Radin Inten II, Rahadi Oesman, Tebelian, Pangsuma, Tjilik
Riwut, H. Asan, Tumbang Samba, Sanggu, Kuala Pembuang, Kuala Kurun, Kalimarau, Maratua, Melak, Data Dawai, Mutiara, Kasiguncu,
Syukuran Aminuddin, Sultan Bantilan, Pogogul, Rampi, Aroepala, Andi Jemma, Bone, Bua, Haluoleo, Matahora, Bandaneira, Kufar,
Saumlaki, Namniwel, Tual Baru, Jhon Becker, MOA, Namrole, Amahai, Wahai, M.Kaharuddin, M Salahuddin, Umbu Mehang Kunda, Frans
Seda, Frans Sales Lega, H. Aroeboesman, Mali, Kabir, Gewayantana, Komodo, Haliwen, DC Saudale, Tardamu, Sentani, Mopah, Wamena,
Nabire, Sudjarwo, Tanah Merah, Mararena, Mindiptanah, Oksibil, Enarotali, Mulia, Tiom, Mozes Kilangin, Kimam, Bomakia, Bokondini, Kepi,
2019 Moanamani, Numfor, Karubaga, Ewer, Ilu, Senggeh, Bilorai, Illaga, Akimuga, Elelim, Nop Goliat Dekai, Enggano, Muko-muko, Oesman Sadik,
Buli, Morotai, Budiarto, Hanandjoeddin, Djalaluddin, Dabo, Letung Seibati, Rendani, DEO, Werur, Toreo, Wasior, Inanwatan, Teminabuan,
Merdey, Babo, Kambuaya, Kebar, Ayawasi, Marinda, Tampa padang, Sumarorong, Juwata, Malinau, Tanjung Harapan, Yuvai Semaring,
Nunukan, Long Ampung, Harun Thohir, FL. Tobing, Japura, Beringin, Gusti Sjamsir Alam, Naha, Morowali, Pongtiku, Seko, Betoambari,
Sugimanuru, Sangia Ni Bandera, Dobo, Tambolaka, Soa Bajawa, Wunopito, Senggo, Waghete, Fatmawati, Sultan Babullah, Gamarmalamo,
Sanana, Bintuni, Kaimana

4 Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan 505,823 532,563 402,113 260,003 286,004 1.986,505
Pengoperasian Pesawat Udara

5 Program Pembinaan Navigasi Penerbangan 213,064 106,865 220,689 368,945 405,839 1.315,401

6 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya 2.295,450 2.480,864 2.298,422 2.807,463 3.088,209 12.970,407

JUMLAH 57.877,769 48.206,429 56.264,675 81.897,657 103.073,416 347.364,071


LAMPIRAN C.2

TABEL REKAPITULASI ALOKASI PENDANAAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2015-2019

ALOKASI (Rp. Miliar) TOTAL ALOKASI


NO PROGRAM/ KEGIATAN TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 2015-2019
(Rp. Miliar)
(Alokasi Anggaran) (Alokasi Anggaran) (Alokasi Anggaran) (Pagu Kebutuhan) (Indikasi Anggaran)
D PROGRAM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI UDARA 11.762,587 9.555,530 8.916,555 12.000,529 13.200,582 55.435,782
1 Pelayanan Angkutan Udara Perintis 482,913 548,211 632,209 850,343 935,377 3.449,052
2 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Bandar Udara 7.676,565 5.512,298 4.848,398 7.200,466 7.920,513 33.158,239
3 Pembangunan, Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana Keamanan Penerbangan 588,773 374,730 514,724 513,310 564,641 2.556,178
4 Pengawasan dan Pembinaan Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara 505,823 532,563 402,113 260,003 286,004 1.986,505
5 Program Pembinaan Navigasi Penerbangan 213,064 106,865 220,689 368,945 405,839 1.315,401
6 Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perhubungan Udara 2.295,450 2.480,864 2.298,422 2.807,463 3.088,209 12.970,407

Keterangan :
Untuk tahun 2015-2016 menggunakan pagu akhir DIPA TA 2015-2016
Untuk tahun 2017 menggunakan pagu awal DIPA TA 2017
Untuk tahun 2018-2019 menggunakan pagu kebutuhan/indikasi anggaran

Lampiran C.1 - Tabel Alokasi Pendanaan 1 dari 1 Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019
LAMPIRAN D
DAFTAR PROYEK KERJASAMA PEMERINTAH BADAN USAHA (KPBU)
SUB SEKTOR TRANSPORTASI UDARA

TAHUN 2018 TAHUN 2019


Indikasi Indikasi
NO PROGRAM / KEGIATAN KET
Volume Anggaran (Rp. Lokasi Volume Anggaran (Rp. Lokasi
Milyar) Milyar)

1 Persiapan pelaksanaan kegiatan KPBU 1 Paket 20,00 Direktorat Bandar Udara 1 Paket 20,00 Direktorat Bandar Udara
(Kerjasama Pemerintah Badan Usaha) pada
Bandar Udara Bali Baru dan Bandar Udara
Matahora - Wakatobi
Lampiran E
Matriks Kerangka Pendanaan APBN Dalam RPJMN Tahun 2015 -2019
Sub Sektor Transportasi Udara

TOTAL
TARGET ALOKASI
PROGRAM SASARAN INDIKATOR
2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019 (Rp. Milyar)
PROGRAM PENGELOLAAN
DAN PENYELENGGARAAN 71.422,30
TRANSPORTASI UDARA

Meningkatnya pelayanan dan


pengelolaan perhubungan
udara yang lancar, terpadu,
aman, dan nyaman, sehingga
mampu, meningkatnya
efisiensi, pergerakan orang
dan barang, memperkecil
kesenjangan, pelayanan
angkutan udara antar,
wilayah serta mendorong,
ekonomi nasional

Pelayanan Angkutan Udara


2.675,15
Perintis
Meningkatnya aksesibilitas
dan kapasitas jaringan
transportasi udara

Jumlah rute pelayanan


perintis dan subsidi untuk 217 228 240 252 265
angkutan udara (rute)

Jumlah subsidi angkutan


6.677 6.677 6.677 6.677 6.677
BBM (drum)
TOTAL
TARGET ALOKASI
PROGRAM SASARAN INDIKATOR
2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019 (Rp. Milyar)
Pembangunan, Rehabilitasi
dan Pemeliharaan Prasarana 61.568,00
Bandar Udara

Jumlah Bandar Udara yang


Meningkatnya aksesibilitas direhabilitasi dan
dan kapasitas jaringan dikembangkan 100 100 100 100 100 28.035,30
transportasi udara (perpanjangan, pelebaran
dan peningkatan kekuatan)

Jumlah Bandar Udara yang


Dikembangkan di Daerah
25 25 25 4.161,50
Perbatasan dan Rawan
Bencana*

Jumlah pembangunan
15 15 15 28.084,30
bandar udara baru

Meningkatnya aksesibilitas
dan kapasitas jaringan
transportasi udara pada
bandar udara di Kalimantan : Jumlah pembangunan
3 3 3 385,65
bandar udara Muara teweh bandar udara baru**
Baru, Bandar Udara Maratua,
dan Bandar Udara Samarinda
Baru

Pengembangan bandara Meningkatnya aksesibilitas


menjadi klasifikasi landas dan kapasitas jaringan 901,2
pacu 4C transportasi udara
TOTAL
TARGET ALOKASI
PROGRAM SASARAN INDIKATOR
2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019 (Rp. Milyar)
Pembangunan, Rehabilitasi
dan Pemeliharaan Prasarana 1.257,05
Keamanan Penerbangan

Meningkatnya pemenuhan
Jumlah peningkatan fasilitas
standar keselamatan 53 44 42 37 36 761,6
pelayanan darurat (paket)
transportasi udara
Meningkatnya pemenuhan Jumlah peningkatan fasilitas
standar keamanan keamanan penerbangan 186 164 90 98 95 495,5
transportasi udara (paket)
Pengawasan dan Pembinaan
Kelaikan Udara dan
3.205,50
Pengoperasian Pesawat
Udara
Meningkatnya pemenuhan
standar keselamatan Jumlah Audit 70 75 80 105 110 578,8
transportasi udara
Jumlah Surveillance 50 52 54 56 58 591,3
Jumlah Inspection 1272 1631 673 1631 1713 7.240,80
Jumlah pengadaan Pesawat
Udara Kalibrasi (Multiyears 4 4 4 2.267,60
contract)
Dukungan sertifikasi
terhadap pesawat industri 1 1 1 34
nasional N-219
Alat uji kesehatan 5 7 9 10 12 180,7
Pembangunan, Rehabilitasi
dan Pemeliharaan Prasarana 2.716,60
Navigasi Penerbangan
TOTAL
TARGET ALOKASI
PROGRAM SASARAN INDIKATOR
2015-2019
2015 2016 2017 2018 2019 (Rp. Milyar)
Jumlah Fasilitas
Meningkatnya pemenuhan
Komunikasi Penerbangan
standar keselamatan 15 17 16 7 5 499,1
yang dibangun dan yang
transportasi udara
direhabilitasi (paket)

Jumlah Fasilitas Bantu


Navigasi Penerbangan yang
17 14 12 12 14 1.724,10
dibangun dan yang
direhabilitasi (paket)

Jumlah Fasilitas
Pengamatan Penerbangan
7 15 6 5 8 663,4
yang dibangun dan yang
direhabilitasi (paket)

Sumber : Perpres No. 2 Tahun 2015 tentang RPJMN Tahun 2015-2019


LAMPIRAN F

PETA SEBARAN PEMBANGUNAN BANDAR


UDARA
&
PETA PELAYANAN ANGKUTAN UDARA
PERINTIS DAN PROGRAM JEMBATAN UDARA
PEMBANGUNAN BANDAR UDARA RAWAN BENCANA DAN PERBATASAN
TAHUN 2015-2019

1 23

5
4 19
2 3 7
20
22
8 21
6
10

9 11
12

13
14
15
24 25
17
16

18

1. Bandar Udara Sabang 6. Bandar Udara Lasondre 11. Bandar Udara Kerinci 16. Bandar Udara Atambua 21. Bandar Udara Datah Dawai
2. Bandar Udara Lasikin 7. Bandar Udara Letung 12. Bandar Udara Muko-Muko 17. Bandar Udara Kabir 22. Bandar Udara Maratua
3. Bandar Udara Teuku Cut Ali 8. Bandar Udara Tambelan 13. Bandar Udara Enggano 18. Bandar Udara Rote 23. Bandar Udara Miangas
4. Bandar Udara Rembele 9. Bandar Udara Rokot 14. Bandar Udara Bawean 19. Bandar Udara Long Apung 24. Bandar Udara Moa
5. Bandar Udara Gayo Lues 10. Bandar Udara Tj. Balai Karimun 15. Bandar Udara Sumenep 20. Bandar Udara Long Bawan 25. Bandar Udara Merauke

Bandar Udara di Daerah Rawan Bencana Bandar Udara di Perbatasan

Indikasi 2015 2016 2017 2018 2019 Total


Pendanaan (Rp.
Miliar) 685.503 477.004 442.73 487.864 225.567 2,318.669
15 BANDAR UDARA BARU TARGET RPJMN 2015-2019

1
9
7
2

3 4 5
14

10
11 13

15

12

1. Bandar Udara Letung 4. Bandar Udara Muara Teweh 7. Bandar Udara Maratua 10. Bandar Udara Morowali 13. Bandar Udara Namniwel
2. Bandar Udara Tambelan 5. Bandar Udara Samarinda Baru 8. Bandar Udara Miangas 11. Bandar Udara Buntu Kunik 14. Bandar Udara Werur
3. Bandar Udara Tebelian 6. Bandar Udara Kertajati 9. Bandar Udara Siau 12. Bandar Udara Kabir 15. Bandar Udara Koroway Batu

Selesai Dibangun Tahap Pembangunan

Indikasi Pendanaan 2015 2016 2017 2018 2019 Total


(Rp. Miliar)
1,085.770 626.443 833.09 1,521.177 296.799 4,363.277
LOKASI RENCANA PEMBANGUNAN/PENGEMBANGAN DAN REHABILITASI BANDAR UDARA

135

76
56 105
119
29 85 40
7
57 110
113 3b 39a 40b 65
1 39
59 42 40a 72
32 3a 61 137 79
34 2 8 11
83 36 136
86
77 144
36a 118 37 112 19c12719b
3 24 64
94 41a 133
41 19 44e 18
91 6a 9 28
60 102
93 35 109 101 19a 46
38 69 70 119 100 47 49
117 99
58 37 62 9a 44c 90
38a 44a 30 54
4 117
31
6 44d 95
17
27 63 82 126
23 73 55 22 53 132 71 21 130
44b 131 123
10 81 21a 17b
122 44 103 17c 89
141 10a 43 98 17a
23a 5 115 10b 80 124 8788142 52
138 51
74 75
25 140 48a 48b
143 114 84 48
129 50
96 128
139 78 44e 97
12 13 116 67 66
33 68 20
92 26 16
106
45
14
15 107

Target Minimal 158 bandara yang direhabilitasi dan dikembangkan (perpanjangan, pelebaran, peningkatan kekuatan, dll) tahun 2015-2019

Indikasi 2015 2016 2017 2018 2019 Total


Pendanaan (Rp.
Miliar)
5,053.201 3,869.214 2,942.197 3,869.385 5,969.613 21,703.609
LOKASI RENCANA PEMBANGUNAN/PENGEMBANGAN DAN REHABILITASI BANDAR UDARA TAHUN 2015-2019

1 BANDAR UDARA DR F.L. TOBING - TAPANULI TENGAH 56 BANDAR UDARA TEUKU CUT ALI TAPAK TUAN 111 BANDAR UDARA ANDI JEMMA MASAMBA 167 BANDAR UDARA PANTAR
2 BANDAR UDARA JAPURA RENGAT 57 BANDAR UDARA LASIKIN SINABANG 112 BANDAR UDARA DUMATUBUN LANGGUR 168 BANDAR UDARA ABOY
3 BANDAR UDARA DABO SINGKEP 58 BANDAR UDARA ROKOT SIPORA 113 BANDAR UDARA AEK GODANG 169 BANDAR UDARA TERAPLU
BANDAR UDARA A.S HANANDJOEDDIN TANJUNG 114 BANDAR UDARA CAKRABUWANA CIREBON 170 BANDAR UDARA ELELIM
4 PANDAN 59 BANDAR UDARA SEI BATI TANJUNG BALAI KARIMUN 115 BANDAR UDARA DEWADARU KARIMUN JAWA 171 BANDAR UDARA DEKAI
5 BANDAR UDARA RADIN INTEN LAMPUNG 60 BANDAR UDARA DEPATI PARBO KERINCI 116 BANDAR UDARA WUNOPITO LEWOLEBA 172 BANDAR UDARA KOROWAY BATU
6 BANDAR UDARA TJILIK RIWUT PALANGKARAYA 61 BANDAR UDARA PANGSUMA PUTUSSIBAU 117 BANDAR UDARA KUALA PEMBUANG 173 BANDAR UDARA MANGGELUM
7 BANDAR UDARA JUWATA TARAKAN 62 BANDAR UDARA TAMPA PADANG MAMUJU 118 BANDAR UDARA KUALA KURUN 174 BANDAR UDARA KENYAM NDUGA
8 BANDAR UDARA DJALALUDDIN GORONTALO 63 BANDAR UDARA PONGTIKU TANA TORAJA BANDAR UDARA YUVAI SEMARING LONG
9 BANDAR UDARA MUTIARA PALU 64 BANDAR UDARA OESMAN SADIK LABUHA 119 BAWAN 175 BANDAR UDARA SINAK
10 BANDAR UDARA HALU OLEO-KENDARI 65 BANDAR UDARA GAMARMALAMO GALELA 120 BANDAR UDARA NUNUKAN 176 BANDAR UDARA ENGGANO
11 BANDAR UDARA SULTAN BABULLAH DI TERNATE 66 BANDAR UDARA MALI ALOR 121 BANDAR UDARA NUMFOR 177 BANDAR UDARA MOROTAI
BANDAR UDARA SULTAN MUHAMMAD KAHARUDDIN 122 BANDAR UDARA MUARA BUNGO - KAB. BUNGO 178 BANDAR UDARA POHUWATO
12 KABUPATEN SUMBAWA 67 BANDAR UDARA GEWAYANTANA LARANTUKA 123 BANDAR UDARA KARUBAGA IRIAN JAYA 179 BANDAR UDARA TAMBELAN
13 BANDAR UDARA MUHAMAD SALAHUDIN BIMA 68 BANDAR UDARA KOMODO LABUAN BAJO 124 BANDAR UDARA EWER IRIAN JAYA 180 BANDAR UDARA ANAMBAS
14 BANDAR UDARA UMBU MEHANG KUNDA-MAUHAU 69 BANDAR UDARA SEKO 125 BANDAR UDARA ILLU IRIAN JAYA 181 BANDAR UDARA SEGUN
15 BANDAR UDARA TAMBOLAKA WAIKABUBAK 70 BANDAR UDARA RAMPI 126 BANDAR UDARA BABO, IRIAN JAYA 182 BANDAR UDARA WERUR
16 BANDAR UDARA FRANS SEDA MAUMERE 71 BANDAR UDARA TIOM PAPUA 127 BANDAR UDARA KAMBUAYA, IRIAN JAYA 183 BANDAR UDARA MARINDA RAJA AMPAT
17 BANDAR UDARA SENTANI JAYAPURA 72 BANDAR UDARA BULI MABA 128 BANDAR UDARA BADE 184 BANDAR UDARA SUMARORONG
18 BANDAR UDARA RENDANI MANOKWARI 73 BANDAR UDARA SILAMPARI 129 BANDAR UDARA SENGGEH 185 BANDAR UDARA GADING
19 BANDAR UDARA DOMINE EDUARD OSOK - SORONG 74 BANDAR UDARA AROEPALA - SELAYAR 130 BANDAR UDARA BATOM 186 BANDAR UDARA SINGKAWANG
20 BANDAR UDARA MOPAH MERAUKE 75 BANDAR UDARA DOBO 131 BANDAR UDARA BILORAI 187 BANDAR UDARA APALAPSILI
21 BANDAR UDARA WAMENA 76 BANDAR UDARA REMBELE - TAKENGON 132 BANDAR UDARA ILLAGA NABIRE 188 BANDAR UDARA AKIMUGA
22 BANDAR UDARA NABIRE 77 BANDAR UDARA LASONDRE - PULAU PULAU BATU 133 BANDAR UDARA KEBAR MANOKWARI 189 BANDAR UDARA PAGAR ALAM
23 BANDAR UDARA FATMAWATI SOEKARNO BENGKULU 78 BANDAR UDARA BANYUWANGI 134 BANDAR UDARA AYAWASI SORONG 190 BANDAR UDARA TOWE HITAM
24 BANDAR UDARA TEMINDUNG SAMARINDA 79 BANDAR UDARA POGOGUL BUOL 135 BANDAR UDARA MAIMUN SALEH SABANG 191 BANDAR UDARA ALAS LEUSER KUTACANE
25 BANDAR UDARA BUDIARTO CURUG TANGERANG 80 BANDAR UDARA SAUMLAKI 192 LAPTER PASEMA, SILIMO, HOLUWUN, SOBAHAM,
BANDAR UDARA LONG APUNG KALIMANTAN
NINIA, ANGGRUK, DAN SERADALA
26 BANDAR UDARA FRANS SALES LEGA-RUTENG 81 BANDAR UDARA MOZES KILANGIN-TIMIKA 136 TIMUR
27 BANDAR UDARA GUSTI SJAMSIR ALAM KOTABARU 82 BANDAR UDARA NAMNIWEL KAB. BURU 193 BANDARA GEBE
BANDAR UDARA DATA DAWAI KALIMANTAN
28 BANDAR UDARA KASIGUNCU POSO 83 BANDAR UDARA PASIR PANGARAYAN - RIAU 137 TIMUR
29 BANDAR UDARA CUT NYAK DHIEN - NAGAN RAYA 84 BANDAR UDARA TRUNOJOYO - SUMENEP 139 BANDAR UDARA SUGIMANURU MUNA
30 BANDAR UDARA TOREA FAK-FAK 85 BANDAR UDARA MALINAU - KALTIM
31 BANDAR UDARA ISKANDAR PANGKALAN BUN 86 BANDAR UDARA MELAK - KALTIM BANDAR UDARA ABDULRACHMAN SALEH -
32 BANDAR UDARA HANG NADIM BATAM 87 BANDAR UDARA KIMAM - PAPUA 140 MALANG
33 BANDAR UDARA TUNGGUL WULUNG CILACAP 88 BANDAR UDARA KAMUR - PAPUA 141 BANDAR UDARA BAWEAN
34 BANDAR UDARA BINAKA GUNUNG SITOLI KAB.NIAS 89 BANDAR UDARA BOMAKIA - PAPUA 142 BANDAR UDARA PEKONSERAI
35 BANDAR UDARA RAHADI OESMAN KETAPANG 90 BANDAR UDARA DABRA - PAPUA 143 BANDAR UDARA SENGGO
36 BANDAR UDARA SUSILO SINTANG 91 BANDAR UDARA TUMBANG SAMBA - KALTENG 144 BANDAR UDARA KERTAJATI MAJALENGKA
37 BANDAR UDARA H. ASAN SAMPIT 92 BANDAR UDARA SOA BAJAWA BANDAR UDARA SUNGAI SIRING/SAMARINDA
38 BANDAR UDARA BERINGIN MUARA TEWEH 93 BANDAR UDARA MUKO-MUKO 145 BARU
39 BANDAR UDARA KALIMARAU TANJUNG REDEB 94 BANDAR UDARA NANGAPINOH SINTANG 146 BANDAR UDARA GAYO LUES
40 BANDAR UDARA NAHA TAHUNA 95 BANDAR UDARA BOKONDINI 147 BANDAR UDARA SIBISA PARAPAT
41 BANDAR UDARA SYUKURAN AMINUDDIN AMIR LUWUK 96 BANDAR UDARA KEPI MERAUKE 148 BANDAR UDARA TEBELIAN
42 BANDAR UDARA SULTAN BANTILAN-TOLI TOLI 97 BANDAR UDARA OKABA MERAUKE 149 BANDAR UDARA MURUNG RAYA
43 BANDAR UDARA BETO AMBARI BUTON 98 BANDAR UDARA MOANAMANI NABIRE 150 BANDAR UDARA MARATUA
44 BANDAR UDARA BANDANAIRA PULAU BANDA 99 BANDAR UDARA WASIOR MANOKWARI 151 BANDAR UDARA SIAU
45 BANDAR UDARA HASAN AROEBOESMAN ENDE 100 BANDAR UDARA INANWATAN SORONG 152 BANDAR UDARA BOLAANG MONGONDOW
46 BANDAR UDARA SERUI BIAK 101 BANDAR UDARA TEMINABUAN SORONG 153 BANDAR UDARA MIANGAS
47 BANDAR UDARA BINTUNI MANOKWARI 102 BANDAR UDARA MERDEI MANOKWARI 154 BANDAR UDARA MOROWALI
48 BANDAR UDARA TANAH MERAH MERAUKE 103 BANDAR UDARA KOKONAO TIMIKA 155 BANDAR UDARA TOJO UNA UNA
49 BANDAR UDARA MARARENA SARMI 104 BANDAR UDARA KUABANG KAO 156 BANDAR UDARA BUNTU KUNIK
50 BANDAR UDARA MINDIPTANA MERAUKE 105 BANDAR UDARA MELONGUANE SANGIR TALAUD 157 BANDAR UDARA BUA
51 BANDAR UDARA OKSIBIL WAMENA 106 BANDAR UDARA HALIWEN ATAMBUA 158 BANDAR UDARA BONE
52 BANDAR UDARA ENAROTALI NABIRE 107 BANDAR UDARA DC SAUDALE-ROTE 159 BANDAR UDARA SANGIA NIBANDERA KOLAKA
53 BANDAR UDARA WAGHETE NABIRE 108 BANDAR UDARA TARDAMU SABU 160 BANDAR UDARA MATAHORA
54 BANDAR UDARA MULIA NABIRE 109 BANDAR UDARA SANGGU BUNTOK 161 BANDAR UDARA AMAHAI
55 BANDAR UDARA KAIMANA FAK FAK 110 BANDAR UDARA TANJUNG HARAPAN TANJUNG SELOR 162 BANDAR UDARA WAHAI
163 BANDAR UDARA NAMROLE
164 BANDAR UDARA MOA
165 BANDAR UDARA KISAR
166 BANDAR UDARA KUFAR

Keterangan :
Bandara yang dibangun/dikembangkan/direhab termasuk bandara rawan bencana & perbatasan, dan bandara baru.
LOKASI RENCANA PEMBANGUNAN/REHABILITASI GEDUNG TERMINAL
TAHUN 2015-2019

50
33 70
80
18 23
107
97 5
73
75 41 111
1
35 25 11046
37 92 53 7
21 6
91
51
79 37 109 114
40 89
63 24
60 6 13
36 81
62 22 72 68 85 27
44 45 112 90 29
35 78
38 59
74 19
2 117
20
4 101
12
98 39 116 126
16 47 15 32 64 103
100 88
99 55 84 117 108
82 106
67 104
3 76 93 69 83 5758
26 31
48 49
105 96
56 28
115 87 30
54
65 86
94 52 102 113 66
8 9 11 77 42
43 14
61 17

10
71

Indikasi 2015 2016 2017 2018 2019 Total


Pendanaan (Rp.
Miliar)
429.887 470.549 490.889 592.064 708.924 2,692.313
LOKASI RENCANA PEMBANGUNAN/REHABILITASI GEDUNG TERMINAL
TAHUN 2015-2019

38. BANDAR UDARA TAMPA PADANG MAMUJU 84. BANDAR UDARA ILLU
1. BANDAR UDARA DR F.L. TOBING - TAPANULI TENGAH 39. BANDAR UDARA PONGTIKU TANA TORAJA 85. BANDAR UDARA KAMBUAYA
2. BANDAR UDARA A.S HANANDJOEDDIN TANJUNG PANDAN 40. BANDAR UDARA OESMAN SADIK LABUHA 86. DANDAR UDARA BADE
3. BANDAR UDARA RADIN INTEN II LAMPUNG 41. BANDAR UDARA GAMARMALAMO GALELA 87. BANDAR UDARA SENGGEH
4. BANDAR UDARA TJILIK RIWUT PALANGKARAYA 42. BANDAR UDARA GEWAYANTANA LARANTUKA 88. BANDAR UDARA ILLAGA NABIRE
5. BANDAR UDARA JUWATA TARAKAN 43. BANDAR UDARA KOMODO LABUAN BAJO 89. BANDAR UDARA KEBAR MANOKWARI
6. BANDAR UDARA DJALALUDDIN GORONTALO 44. BANDAR UDARA SEKO 90. BANDAR UDARA AYAWASI SORONG
7. BANDAR UDARA SULTAN BABULLAH DI TERNATE 45. BANDAR UDARA RAMPI 91. BANDAR UDARA LONG APUNG KALIMANTAN TIMUR
8. BANDAR UDARA SULTAN MUHAMMAD KAHARUDDIN 46. BANDAR UDARA BULI MABA 92. BANDAR UDARA DATA DAWAI KALIMANTAN TIMUR
KABUPATEN SUMBAWA 47. BANDAR UDARA SILAMPARI 93. BANDAR UDARA SUGIMANURU MUNA
9. BANDAR UDARA MUHAMAD SALAHUDDIN BIMA 48. BANDAR UDARA AROEPALA - SELAYAR 94. BANDAR UDARA HARUN THOHIR BAWEAN
10. BANDAR UDARA UMBU MEHANG KUNDA-MAUHAU 49. BANDAR UDARA DOBO 95. BANDAR UDARA PEKONSERAI
11. BANDAR UDARA FRANS SEDA MAUMERE 50. BANDAR UDARA REMBELE - TAKENGON 96. BANDAR UDARA SENGGO
12. BANDAR UDARA SENTANI JAYAPURA 51. BANDAR UDARA LASONDRE - PULAU PULAU BATU 97. BANDAR UDARA SIBISA PARAPAT
13. BANDAR UDARA DOMINE EDUARD OSOK - SORONG 52. BANDAR UDARA BANYUWANGI 98. BANDAR UDARA GUSTI SYAMSIR ALAM KOTABARU
14. BANDAR UDARA MOPAH MERAUKE 53. BANDAR UDARA POGOGUL BUOL 99. BANDAR UDARA BONE
15. BANDAR UDARA NABIRE 54. BANDAR UDARA MATHILDA BATLAYERI (SAUMLAKI) 100. BANDAR UDARA AMAHAI
16. BANDAR UDARA FATMAWATI SOEKARNO BENGKULU 55. BANDAR UDARA MOZES KILANGIN-TIMIKA 101. BANDAR UDARA WAHAI
17. BANDAR UDARA FRANS SALES LEGA-RUTENG 56. BANDAR UDARA TRUNOJOYO - SUMENEP 102. BANDAR UDARA KISAR
18. BANDAR UDARA CUT NYAK DHIEN - NAGAN RAYA 57. BANDAR UDARA KIMAM - PAPUA 103. BANDAR UDARA ELELIM
19. BANDAR UDARA TOREA FAK-FAK 58. BANDAR UDARA KAMUR - PAPUA 104. BANDAR UDARA NOP GELIAT DEKAI
20. BANDAR UDARA ISKANDAR PANGKALAN BUN 59. BANDAR UDARA DABRA - PAPUA 105. BANDAR UDARA ENGGANO
21. BANDAR UDARA BINAKA GUNUNG SITOLI KAB.NIAS 60. BANDAR UDARA TUMBANG SAMBA - KALTENG 106. BANDAR UDARA AKIMUGA
22. BANDAR UDARA H. ASAN SAMPIT 61. BANDAR UDARA SOA BAJAWA 107. BANDAR UDARA ALAS LEUSER KUTACANE
23. BANDAR UDARA NAHA TAHUNA 62. BANDAR UDARA MUKO-MUKO 108. LAPTER PASEMA, SILIMO, HOLUWUN, SOBAHAM, NINIA,
24. BANDAR UDARA SYUKURAN AMINUDDIN AMIR LUWUK 63. BANDAR UDARA NANGAPINOH SINTANG ANGGRUK DAN SERADALA
25. BANDAR UDARA SULTAN BANTILAN-TOLI TOLI 64. BANDAR UDARA BOKONDINI 109. BANDAR UDARA MELAK – KALTIM
26. BANDAR UDARA BETO AMBARI BUTON 65. BANDAR UDARA KEPI MERAUKE 110. BANDAR UDARA KUABANG
27. BANDAR UDARA SOEDJARWO TJONDRONEGORO SERUI 66. BANDAR UDARA OKABA MERAUKE 111. BANDAR UDARA PITU-MOROTAI
28. BANDAR UDARA TANAH MERAH MERAUKE 67. BANDAR UDARA MOANAMANI NABIRE 112. BANDAR UDARA EMALAMO
29. BANDAR UDARA MARARENA SARMI 68. BANDAR UDARA TEMINABUAN SORONG 113. BANDAR UDARA LARAT
30. BANDAR UDARA MINDIPTANA MERAUKE 69. BANDAR UDARA KOKONAO TIMIKA 114. BANDAR UDARA GEBE
31. BANDAR UDARA OKSIBIL 70. BANDAR UDARA MELONGGUANE SANGIR TALAUD 115. BANDAR UDARA NGLORAM
32. BANDAR UDARA ENAROTALI 71. BANDAR UDARA TARDAMU SABU 116. BANDAR UDARA BUA PALOPO
33. BANDAR UDARA TEUKU CUT ALI TAPAK TUAN 72. BANDAR UDARA SANGGU BUNTOK 117. BANDAR UDARA WAMENA
34. BANDAR UDARA ROKOT SIPORA 73. BANDAR UDARA TANJUNG HARAPAN TANJUNG SELOR
35. BANDAR UDARA SEI BATI TANJUNG BALAI KARIMUN 74. BANDAR UDARA ANDI JEMMA MASAMBA
36. BANDAR UDARA DEPATI PARBO KERINCI 75. BANDAR UDARA AEK GODANG
37. BANDAR UDARA PANGSUMA PUTUSSIBAU 76. BANDAR UDARA DEWADARU KARIMUN JAWA
77. BANDAR UDARA WUNOPITO LEWOLEBA
78. BANDAR UDARA KUALA PEMBUANG
79. BANDAR UDARA KUALA KURUN
80. BANDAR UDARA YUVAI SEMARING LONG BAWAN
81. BANDAR UDARA NUMFOR
82. BANDAR UDARA MUARA BUNGO - KAB. BUNGO
83. BANDAR UDARA EWER
LOKASI PENINGKATAN FASILITAS PELAYANAN DARURAT

43 173 60
154

70 78 117 138
108 27
172 153 25 72
93 3
12 176 115
125 51 71 142 77
89 177 184 84 95 114
82 178
147 141 108 73 17
47 29 2 66
139105
174
175 50 80 126 9 127 146 132
42 10 136 18 49 62
48 119 83 31
76 140 69 40
33 75 26 34 53
14
6 97 55 85 113 137
11 52
58 5 94 30 106 61 101 19 1
54 99 91 67 44 135
63
131
87 185 157 41 118
158 21 100 148 120
7 81
37 103
130 159 38110 35
24 46 10457 124 134
116 124 56 15 13
28 13310965 39 145 74
68 182 90
123 107 111 36
183 22 129
180 111
179181 59 88 86 23 123 102
122 16
20 8 112 4
32 96
45 92

156
81
46. Bandara DEO – Sorong
47. Bandara Radin Inten II - Lampung

Indikasi 2015 2016 2017 2018 2019 Total


Pendanaan (Rp.
Miliar)
299.435 222.430 301.687 307.986 338.784 1,470.322
LOKASI PENINGKATAN FASILITAS PELAYANAN DARURAT TAHUN 2015-2019

1. BANDARA SENTANI 41. BANDARA WAGHETE 81. BANDARA DAVID CONSTANTIJN SAUDALE/ 121. BANDARA ILAGA 161. BANDARA SINAK
2. BANDARA DJALALUDDIN 42. BANDARA LASONDRE LEKUNIK 122. BANDARA TUNGGUL WULUNG 162. BANDARA MUGI
3. BANDARA JUWATA 43. BANDARA MAIMUN SALEH 82. BANDARA AEK GODANG 123. BANDARA TRUNOJOYO 163. BANDARA MAPENDUM
4. BANDARA MOPAH 44. BANDARA BILORAI (SUGAPA) 83. BANDARA AYAWASI 124. BANDARA BAWEAN 164. BANDARA KENYAM
5. BANDARA HANANJOEDDIN 45. BANDARA TAMBOLAKA 84. BANDARA LONG APUNG 125. BANDARA LASIKIN 165. BANDARA PASEMA
6. BANDARA TJILIK RIWUT 46. BANDARA R. INTEN II 85. BANDARA MOROWALI 126. BANDARA KUALA KURUN 166. BANDARA SILIMO
7. BANDARA HALUOLEO 47. BANDARA JAPURA 86. BANDARA FRANSISKUS XAVERIUS SEDA 127. BANDARA TEMINDUNG 167. BANDARA ANGGRUK
8. BANDARA WONOPITO 48. BANDARA MUTIARA SIS AL JUFRI 87. BANDARA FATMAWATI SOEKARNO 128. BANDARA SUGIMANURU 168. BANDARA HOLUWUN
9. BANDARA BERINGIN 49. BANDARA RENDANI 88. BANDARA FRANS SALES LEGA 129. BANDARA LARAT 169. BANDAR IJAHABRA
10. BANDARA MUARA BUNGO 50. BANDARA SUSILO 89. BANDARA BINAKA 130. BANDARA NAMROLE 170. BANDARA INANWATAN
11. BANDARA MUKO-MUKO 51. BANDARA KALIMARAU 90. BANDARA BETOAMBARI 131. BANDARA WAMENA 171. BANDARA SINGKIL
12. BANDARA FL. TOBING 52. BANDARA BINTUNI 91. BANDARA KUFAR 132. BANDARA TIOM 172. BANDARA KUALA BATU
13. BANDARA DOBO 53. BANDARA SARMI 92. BANDARA H. AROEBOESMAN 133. BANDARA KAMUR 173. BANDAAR MALIKUL SALEH
14. BANDARA KETAPANG 54. BANDARA PONGTIKU 93. BANDARA TEUKU CUT ALI 134. BANDARA KIWIROK 174. BANDARA PASAMAN BARAT
15. BANDARA DUMATUBUN 55. BANDARA RAMPI 94. BANDARA TAMPA PADANG 135. BANDARA BULI 175. BANDARA TEMPULING
16. BANDARA A.SALEH 56. BANDARA MATAHORA 95. BANDARA GAMARMALAMO 136. BANDARA DABO 176. BANDARA BAGAN SIAPI API
17. BANDARA POGOGUL 57. BANDARA NOP GELIAT DEKAI 96. BANDARA GEWAYANTANA 137. BANDARA MERDEY 177. BANDARA BENGKALIS
18. BANDARA OESMAN SADIK 58. BANDARA SILAMPARI 97. BANDARA SEKO 138. BANDARA NUNUKAN 178. BANDARA BANDARA TAMBELAN
19. BANDARA TOREA 59. BANDARA BANYUWANGI 98. BANDARA BONE 139. BANDARA GEBE 179. BANDAR PAMEUNGPEUK
20. BANDARA SULTAN M. KAHARUDDIN 60. BANDARA MIANGAS 99. BANDARA BUA 140. BANDARA TUMBANG SAMBA 180. BANDARA CITARATE
21. BANDARA SANGIA NIBANDERA 61. BANDARA NAMNIWEL 100. BANDARA AMAHAI 141. BANDARA DATA DAWAI 181. BANDARA WIRIADINATA
22. BANDARA MATILDA BATLAYERII 62. BANDARA NUMFOR 101. BANDARA WAHAI 142. BANDARA SIAU 182. BANDARA KERTAJATI
23. BANDARA KOMODO 63. BANDARA ILLU 102. BANDARA JHON BECKER 143. BANDARA KABIR 183. BANDARA WIRASABA
24. BANDARA PEKON SERAI 64. BANDARA BADE 103. BANDARA ELELIM 144. BANDARA KOROWAY BATU 184. BANDARA PALOH
25. BANDARA MALINAU 65. BANDARA SENGGEH 104. BANDARA AKIMUGA 145. BANDARA MANGGELUM 185. BANDAR ISKANDAR
26. BANDARA SANGGU 66. BANDARA SULTAN BABULLAH 105. BANDARA MARINDA 146. BANDARA WERUR 186. BANDARA MURUNG RAYA
27. BANDARA MELONGGUANE 67. BANDARA DOUW ATURURE/NABIRE 106. BANDARA EMALAMO 147. BANDARA PASIR PANGARAYAN
28. BANDARA ENGGANO 68. BANDARA BUDIARTO 107. BANDARA AROEPALA 148. BANDARA KAIMANA
29. BANDARA PANGSUMA 69. BANDARA KASIGUNCU 108. BANDARA ALAS LEUSER 149. BANDARA MOZES KILANGIN
30. BANDARA ANDI JEMMA 70. BANDARA CUT NYAK DHIEN 109. BANDARA KIMAM 150. BANDARA BOMAKIA
31. BANDARA STEVANUS RUMBEWAS 71. BANDARA MARATUA 110. BANDARA BOKONDINI 151. BANDARA DABRA
32. BANDARA SOA 72. BANDARA NAHA 111. BANDARA KEPI 152. BANDARA KEBAR
33. BANDARA ROKOT 73. BANDARA SULTAN BANTILAN 112. BANDARA OKABA 153. BANDARA SIBISA
34. BANDARA DEO 74. BANDARA MINDIPTANAH 113. BANDARA TEMINABUAN 154. BANDARA REMBELE
35. BANDARA OKSIBIL 75. BANDARA RAJA HAJI ABDULLAH 114. BANDARA KUABANG 155. BANDARA HALIWEN
36. BANDARA SENGGO 76. BANDARA DEPATI PARBO 115. BANDARA TANJUNG HARAPAN 156. BANDARA TARDAMU
37. BANDARA MULIA 77. BANDARA PITU 116. BANDARA DEWADARU 157. BANDARA KUALA PEMBUANG
38. BANDARA MOANAMANI 78. BANDARA BLANGKEJEREN 117. BANDARA YUVEI SEMARING 158. BANDARA SUMARORONG
39. BANDARA TANAH MERAH 79. BANDARA MELAK 118. BANDARA KARUBAGA 159. BANDARA SOBAHAM
40. BANDARA SYUKURAN AMINUDDIN 80. BANDARA NANGA PINOH 119. BANDARA KAMBUAYA 160. BANDARA OBANO
120. BANDARA BATOM
LOKASI PENINGKATAN FASILITAS KEAMANAN PENERBANGAN

43 60
140
78
70 160 117 138
142 168 25 72 27
93 3
115
12 162 77
125 89 84 51 95
82 114
47 157 108 73 17
151 29 66
16150 2 139105
42 80 126 9 127 179 169
136 18
10
48 145 119 170
83
49 62
76 6 79 69 40
33 75 26 34 153 53
113 137
11
14 16 154 97 55 85 159 52 149
58 5 38 94 30 106 61 101 19 141 1
120 5499 91 67 44 135
63
131
87 171 100 41 118 120
21 7 146 165 81
37 103
130 163 150 110 35
24 46 57
116 56 13 134
28 124 15 74
31 90 133109 39
123 107 111 152 36
68 22 129
102 111
59 20 104 88 86 23 143 156
122
148 112 4
32 96 8
45 71 92 65

144
81

Indikasi 2015 2016 2017 2018 2019 Total


Pendanaan (Rp.
Miliar)
289.338 152.300 213.037 205.324 225.856 1,085.855
LOKASI PENINGKATAN FASILITAS KEAMANAN PENERBANGAN TAHUN 2015-2019

1. BANDARA SENTANI 41. BANDARA WAGHETE 81. BANDARA DAVID CONSTANTIJN 121. BANDARA ILAGA 160. BANDARA ALAS LEUSER
2. BANDARA DJALALUDDIN 42. BANDARA LASONDRE SAUDALE 122. BANDARA TUNGGUL WULUNG 161. BANDARA TEBELIAN
3. BANDARA JUWATA 43. BANDARA MAIMUN SALEH 82. BANDARA AEK GODANG 123. BANDARA TRUNOJOYO 162. BANDARA MARATUA
4. BANDARA MOPAH 44. BANDARA BILORAI (SUGAPA) 83. BANDARA AYAWASI 124. BANDARA BAWEAN 163. BANDARA BANDANEIRA
5. BANDARA HANANJOEDDIN 45. BANDARA TAMBOLAKA 84. BANDARA LONG APUNG 125. BANDARA LASIKIN 164. BANDARA KABIR
6. BANDARA TJILIK RIWUT 46. BANDARA R. INTEN II 85. BANDARA MOROWALI 126. BANDARA KUALA KURUN 165. BANDARA MOANAMANI
7. BANDARA HALUOLEO 47. BANDARA JAPURA 86. BANDARA FRANSISKUS 127. BANDARA TEMINDUNG 166. BANDARA SENGGEH
8. BANDARA WONOPITO 48. BANDARA MUTIARA SIS AL JUFRI XAVERIUS SEDA 128. BANDARA SUGIMANURU 167.BANDARAAKIMUGA
9. BANDARA BERINGIN 49. BANDARA RENDANI 87. BANDARA FATMAWATI 129. BANDARA LARAT 168.BANDAR LETUNG
10. BANDARA MUARA BUNGO 50. BANDARA SUSILO SOEKARNO 130. BANDARA NAMROLE 169.BANDARA MERDEY
11. BANDARA MUKO-MUKO 51. BANDARA KALIMARAU 88. BANDARA FRANS SALES LEGA 131. BANDARA WAMENA 170.BANDARA KEBAR
12. BANDARA FL. TOBING 52. BANDARA BINTUNI 89. BANDARA BINAKA 132. BANDARA TIOM 171.BANDARA SUMARORONG
13. BANDARA DOBO 53. BANDARA SARMI 90. BANDARA BETOAMBARI 133. BANDARA KAMUR 172.BANDARA ENAROTALI
14. BANDARA KETAPANG 54. BANDARA PONGTIKU 91. BANDARA KUFAR 134. BANDARA KIWIROK 173.BANDARA MULIA
15. BANDARA DUMATUBUN 55. BANDARA RAMPI 92. BANDARA H. AROEBOESMAN 135. BANDARA BULI 174.BANDARA SILIMO
16. BANDARA H. ASAN 56. BANDARA MATAHORA 93. BANDARA TEUKU CUT ALI 136. BANDARA DABO 175.BANDARA HOLUWUN
17. BANDARA POGOGUL 57. BANDARA NOP GELIAT DEKAI 94. BANDARA TAMPA PADANG 137. BANDARA ENAROTALI 176.BANDARA SOBAHAM
18. BANDARA OESMAN SADIK 58. BANDARA SILAMPARI 95. BANDARA GAMARMALAMO 138. BANDARA NUNUKAN 177.BANDARA NINIA
19. BANDARA TOREA 59. BANDARA BANYUWANGI 96. BANDARA GEWAYANTANA 139. BANDARA GEBE 178.BANDARA ANGGRUK
20. BANDARA SULTAN M. 60. BANDARA MIANGAS 97. BANDARA SEKO 140. BANDARA REMBELE 179.BANDARA SANANA
KAHARUDDIN 61. BANDARA NAMNIWEL 98. BANDARA BONE 141. BANDARA WASIOR
21. BANDARA SANGIA NIBANDERA 62. BANDARA NUMFOR 99. BANDARA BUA 142. BANDARA SIBISA
22. BANDARA MATILDA BATLAYERII 63. BANDARA ILLU 100. BANDARA AMAHAI 143. BANDARA WUNOPITO
23. BANDARA KOMODO 64. BANDARA BADE 101. BANDARA WAHAI 144. BANDARA TARDAMU
24. BANDARA PEKON SERAI 65. BANDARA HALIWEN 102. BANDARA JHON BECKER 145. BANDARA TOJO UNA-UNA
25. BANDARA MALINAU 66. BANDARA SULTAN BABULLAH 103. BANDARA ELELIM 146. BANDARA UTAROM
26. BANDARA SANGGU 67. BANDARA DOUW 104. BANDARA M. SALAHUDDIN 147. LAPTER PASEMO
27. BANDARA MELONGGUANE ATURURE/NABIRE 105. BANDARA MARINDA 148. BANDARA MOA
28. BANDARA ENGGANO 68. BANDARA BUDIARTO 106. BANDARA EMALAMO 149. BANDARA SUDJARWO T/SERUI
29. BANDARA PANGSUMA 69. BANDARA KASIGUNCU 107. BANDARA AROEPALA 150. BANDARA MOZES KILANGIN
30. BANDARA ANDI JEMMA 70. BANDARA CUT NYAK DHIEN 108. BANDARA MELAK 151. BANDARA PASIR PANGARAYAN
31. BANDARA CAKRABHUWANA 71. BANDARA UMBU MEHANG KUNDA 109. BANDARA KIMAM 152. BANDARA BOMAKIA
32. BANDARA SOA 72. BANDARA NAHA 110. BANDARA BOKONDINI 153. BANDARA DABRA
33. BANDARA ROKOT 73. BANDARA SULTAN BANTILAN 111. BANDARA KEPI 154. BANDARA TUMBANG SAMBA
34. BANDARA DEO 74. BANDARA MINDIPTANAH 112. BANDARA OKABA 155. BANDARA BABO
35. BANDARA OKSIBIL 75. BANDARA RAJA HAJI 113. BANDARA TEMINABUAN 156. BANDARA MALI
36. BANDARA SENGGO ABDULLAH/SEIBATI 114. BANDARA KUABANG 157. BANDARA DATA DAWAI
37. BANDARA MULIA 76. BANDARA DEPATI PARBO 115. BANDARA TANJUNG HARAPAN 158. BANDARA EWER
38. BANDARA KUALA PEMBUANG 77. BANDARA PITU 116. BANDARA DEWADARU 159. BANDARA INANWATAN
39. BANDARA TANAH MERAH 78. BANDARA BLANGKEJEREN 117. BANDARA YUVEI SEMARING 160. BANDARA ALAS LEUSER
40. BANDARA SYUKURAN 79. BANDARA MELAK 118. BANDARA KARUBAGA
AMINUDDIN 80. BANDARA NANGA PINOH 119. BANDARA KAMBUAYA
120. BANDARA GUSTI SYAMSIR
ALAM
DUKUNGAN BANDAR UDARA PADA
25 KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL*
TAHUN 2016

Maimun Saleh

Kualanamu

Sibisa Ranai
Pitu
Silangit
Binaka Sam Ratulangi
Hang Nadim

Pangsuma Marinda

HAS Hananjoeddin Iskandar Pongtiku

Matahora
Soekarno-Hatta
Juanda
Abdulrahman Saleh
Blimbingsari
Lombok Komodo
Adi Sutjipto/Kulonprogo
I Gusti Ngurah Rai
H.H. Aroeboesman

Dukungan 24 bandar udara pada 25 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN Kintamani – Danau Batur, Bali, KSPN Kuta – Sanur
– Nusa Dua, Bali, KSPN Menjangan – Pemuteran, Bali, KSPN Rinjani, NTB, KSPN Gili Tramena, NTB, KSPN Ende – Kalimutu, NTT, KSPN
Komodo, NTT, KSPN Weh, Aceh, KSPN Toba, Sumut, KSPN Teluk Dalam – Nias, Sumut, KSPN Nongsa – P. Abang, Kepri, KSPN Anambas –
Natuna, Kepri, KSPN Tanjung Kelayang, Babel, KSPN Borobudur, Jateng, KSPN Kota Tua - Sunda Kelapa, DKI Jakarta, KSPN Kepulauan
Seribu, DKI Jakarta, KSPN Bromo – Tengger – Semeru, Jatim, KSPN Ijen – Baluran, Jatim, KSPN Tanjung Putting, Kalteng, KSPN
Sentarum, Kalbar, KSPN Toraja, Sulsel, KSPN Bunaken, Sulut, KSPN Wakatobi, Sultra, KSPN Morotai, Malut, KSPN Raja Ampat, Papua
Barat).

* Fokus dan Prioritas Kementerian Pariwisata Tahun 2016


DUKUNGAN BANDAR UDARA PADA
10 KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA NASIONAL

KSPN
KSPN TOBA,
KSPN TOBA, SUMUT
TOBA, SUMUT
SUMUT
BANDARA
BANDARA KUALANAMU
BANDARA KUALANAMU
KUALANAMU

KSPN
KSPN TOBA,
KSPN TOBA,
TOBA,SUMUT
SUMUT
SUMUT KSPN & KEK PARIWISATA MOROTAI,
BANDARA SILANGIT
KSPN
KSPN &
& KEK
KEK PARIWISATA
PARIWISATA MOROTAI,
MOROTAI,MALUT
MALUT
BANDARA
BANDARA SILANGIT
SILANGIT MALUT
BANDARA
BANDARA PITU
BANDARA PITU MOROTAI
PITU MOROTAI
MOROTAI

KSPN TOBA,
KSPN TOBA, SUMUT
SUMUT
BANDARA KSPN&& KEK PARIWISATA TANJUNG KELAYANG,
BANDARA SIBISA
SIBISA KSPN KEK PARIWISATA TANJUNG KELAYANG, BABEL
BABEL
BANDARA HAS.HANANDJOEDDIN
BANDARA HAS.HANANDJOEDDIN

KSPN WAKATOBI,
KSPN WAKATOBI, SULTRA
SULTRA
BANDARA MATAHORA
BANDARA MATAHORA

KSPN
KSPN BROMO-TENGGER-SEMERU,
BROMO-TENGGER-SEMERU, JATIM
JATIM
KSPN
KSPN KEPULAUAN
KEPULAUAN SERIBU,
SERIBU, DKI
DKI JAKARTA BANDARA JUANDA
BANDARA JUANDA
JAKARTA
BANDARASOEKARNO
BANDARA SOEKARNO HATTA
HATTA

KEK PARIWISATA MANDALIKA,


NTB
BANDARA INTERNASIONAL
KEK PARIWISATA TANJUNG LESUNG, LOMBOK
BANTEN
BANDARA BANTEN SELATAN
KSPN BROMO-TENGGER-SEMERU,
KSPN LABUAN BAJO, NTT
JATIM
BANDARA KOMODO
BANDARA ABDURRAHMAN SALEH

KSPN BOROBUDUR, JATENG


BANDARA ADI SOETJIPTO/BANDARA
KULONPROGO

Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN)


Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Sumber : Perpres No.56 Tahun 2018 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
PROYEK STRATEGIS NASIONAL
SUB SEKTOR TRANSPORTASI UDARA

BANDARA SULTAN BABULLAH

BANDARA TJILIK RIWUT


BANDARA TJILIK RIWUT

BANDARA
BANDARASYAMSUDDIN NOOR
SYAMSUDDIN NOOR

BANDARA KERTAJATI
BANDARA KERTAJATI BANDARA
BANDARA ACHMAD YANI
ACHMAD YANI

BANDARA KEDIRI

BANDARA INT’I DI JOGJAKARTA

Proyek Revitalisasi Bandar Udara

Proyek Pembangunan Bandar Udara Baru

Proyek Bandar Udara Strategis Lainnya

Sumber : Perpres No.56 Tahun 2018 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 Tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek
Strategis Nasional
PEMGEMBANGAN BANDAR UDARA UNTUK ANGKUTAN KARGO
TAHUN 2015-2019

5 8

9
3

2
4

1. Bandar Udara Kualanamu - Medan 4. Bandar Udara Juanda - Surabaya 7. Bandar Udara Samratulangi - Manado
2. Bandar Udara Soekarno Hatta - Jakarta 5. Bandar Udara Sepinggan - Balikpapan 8. Bandar Udara Frans Kaisepo – Biak
3. Bandar Udara Syamsuddin Noor - Banjarmasin 6. Bandar Udara Sultan Hasanuddin - Makassar9. Bandar Udara Sentani - Jayapura
DUKUNGAN BANDAR UDARA DALAM KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK)

1
8
5 7

6
2

5. KEK MALOY BATUTA


1. KEK SEI MANGKEI 3. KEK TANJUNG LESUNG 7. KEK BITUNG
TRANS KALIMANTAN
• Pelabuhan Kuala Tanjung • Pelabuhan Tanjung Priuk • Pelabuhan Maloy • Pelabuhan Hub Int. Bitung
• Bandara Kualanamu • Bandara Banten Selatan • Akses Jalan • Bandara Samratulangi
• Akses Jalan • Akses Jalan • Pembangkit Listrik • Akses Jalan
• Akses Jalur KA • Akses ASDP • Akses Penyeberangan
• Pembangkit Listrik • Akses Jalur KA • Akses Kereta Api
• Pembangkit Listrik • Pembangkit Listrik

2. KEK TANJUNG API-API 4. KEK MANDALIKA 6. KEK PALU 8. KEK MOROTAI


• Bandara Sultan Mahmud • Bandara Int. Lombok • Bandara Mutiara Sis Aljufri • Pelabuhan Ternate
Badaruddin II • Pelabuhan Lembar Baru Palu • Bandara Pitu Morotai
• Akses Jalan • Integrasi Moda • Pelabuhan Pantolan • Akses Jalan
• Akses Jalur KA • Akses Jalan • Akses Jalan • Akses Penyeberangan
• Pembangkit Listrik • Akses Ferry • Akses Penyeberangan • Pembangkit Listrik
• Pembangkit Listrik • Pembangkit Listrik
LAMPIRAN G
PETA PELAYANAN ANGKUTAN UDARA
PERINTIS DAN PROGRAM JEMBATAN UDARA
TAHUN 2015-2019
LOKASI KEGIATAN PELAYANAN ANGKUTAN UDARA PERINTIS

Daftar KPA Penyelenggara Tahun 2017 :


KPA Nagan Raya (4 Rute) KPA Tarakan (10 Rute) KPA Waingapu (4 Rute) KPA Jayapura (8 Rute)
KPA Takengon (7 Rute) KPA Samarinda (5 Rute) KPA Ternate (4 Rute) KPA Wamena (11 Rute)
KPA Gunung Sitoli (8 Rute) KPA Sumenep (3 Rute) KPA Langgur (10 Rute) KPA Timika (23 Rute)
KPA Bengkulu (3 Rute) KPA Melonguane (2 Rute) KPA Sorong (6 Rute) KPA Merauke (22 Rute)
KPA Singkep (10 Rute) KPA Selayar (3 Rute) KPA Manokwari (6 Rute) KPA Oksibil (6 Rute)
KPA Palangkaraya (6 Rute) KPA Masamba (5 Rute) KPA Nabire (10 Rute) KPA Dekai (8 Rute)
KPA Ketapang (4 Rute)

Indikasi 2015 2016 2017 2018 2019 Total


Pendanaan
(Rp. Miliar) 482.913 548.211 632.209 850.343 935.377 3,449.052
PELAYANAN ANGKUTAN UDARA PERINTIS TA.2018
PELAYANAN ANGKUTAN UDARA PERINTIS KARGO 2018:
PENYELENGGARA = 5 KORWIL
PELAYANAN ANGKUTAN UDARA PERINTIS PENUMPANG 2018:
JUMLAH RUTE = 41 RUTE
PENYELENGGARA = 22 KORWIL
JUMLAH DRUM = 2563 DRUM
JUMLAH RUTE = 209 RUTE
RUTE & PENYELENGGARA SUBSIDI ANGKUTAN UDARA KARGO 2018:
JUMLAH DRUM = 8187 DRUM
PENYELENGGARA = 1 KORWIL
JUMLAH RUTE = 2 RUTE

PENYELENGGARA ANGKUTAN UDARA PERINTIS


PENUMPANG : Korwil Ketapang (4 Rute) Korwil Waingapu (5 Rute) Korwil Jayapura (10 Rute)
Korwil Nagan Raya (10 Rute) Korwil Ketapang (4 Rute) Korwil Ternate (4 Rute) Korwil Wamena (11 Rute)
Korwil Gunung Sitoli (7 Rute) Korwil Tarakan (10 Rute) Korwil Langgur (8 Rute) Korwil Timika (26 Rute)
Korwil Bengkulu (3 Rute) Korwil Samarinda (5 Rute) Korwil Sorong (7 Rute) Korwil Merauke (15 Rute)
Korwil Singkep (12 Rute) Korwil Sumenep (4 Rute) Korwil Manokwari (11 Rute) Korwil Tanah Merah (14 rute)
Korwil Palangkaraya (5 Rute) Korwil Masamba (5 Rute) Korwil Nabire (10 Rute) Korwil Dekai (23 Rute)
Mamit
Enggolok

Mugi
Ilaga
WAMENA
Anggruk
Sinak
Ubahak
Beoga
Silimo Korupun
Mapenduma
TIMIKA

Kenyam
DEKAI

Keterangan
: Rute Angud Kargo Perintis
: Rute Penyambung (Subsidi Angud Kargo) dgn Pesawat Udara sekelas Boeing 737-F
: Sambungan Tol Laut

• Rute penyambung eksisting saat ini bukan subsidi pemerintah ( Komersil )


• Rute Timika – Wamena yang melayani penerbangan kargo adalah PT. TRI M.G INTRA
ASIA AIRLINES, PT. TRIGANA AIR SERVICE ( KOMERSIL)

PROGRAM INTEGRASI MODA TOL LAUT DENGAN JEMBATAN UDARA


UNTUK LOGISTIK (KARGO) TA. 2017
WAMENA

TIMIKA

• Rute penyambung kargo TOL LAUT yang direncanakan mendapatkan


subsidi dari APBN dengan menggunakan tipe pesawat udara sekelas
Boeing 733-F
• Rute Kargo Timika – Wamena saat ini dilayani oleh PT. TRI M.G INTRA
ASIA AIRLINES, PT. TRIGANA AIR SERVICE ( KOMERSIL)
PROGRAM INTEGRASI MODA TOL LAUT DENGAN SUBSIDI
ANGKUTAN UDARA
UNTUK LOGISTIK (KARGO) TA. 2017
TIMIKA WAMENA

Mozes Kilangin

DEKAI
Pelabuhan
Pomako

• Rute penyambung kargo TOL LAUT yang direncanakan mendapatkan


subsidi dari APBN dengan menggunakan tipe pesawat udara sekelas
Boeing 733-F (masih dalam proses lelang dan direncanakan akan
dilakukan penunjukan langsung)
• Rute Kargo Timika – Wamena saat ini dilayani (penerbangan komersial)
oleh PT. TRI M.G INTRA ASIA AIRLINES dan PT. TRIGANA AIR SERVICE.

PROGRAM INTEGRASI MODA TOL LAUT


DENGAN JEMBATAN UDARA TA. 2018
Mamit

Wangbe
Beoga Enggolok
Sinak
Ilaga Agadugume
Mugi WAMENA
Potowai Tsinga Kilmit Anggruk
Arwanop Ninia
Jila Alama Silimo Ubahak
Mapenduma Sobaham
Kapiraya Walma
TIMIKA Holuwun Pasema
Kenyam Kulemdaua Korupun
Langda Nalca
Werima Oksibil
DEKAI Sela

• Untuk wilayah Timika dan Dekai pasokan barang-barang (sesuai perpres 71/ 2015)
selama ini bisa berasal dari Bandara Sentani dan Pelabuhan Pomako serta melalui
Sungai Agats.
• Untuk wilayah Wamena pasokan barang selama ini hanya berasal dari Bandara
Sentani (sehingga sangat membutuhkan sambungan TOL LAUT)

Angkutan Udara PERINTIS Kargo di PAPUA TA. 2018


Long Bawan Nunukan

TARAKAN
Malinau
Tanjung
Selor

Datah dawai
Long
Apung

SAMARINDA

ANGKUTAN UDARA PERINTIS KARGO DI KALIMANTAN TA. 2018


• Belum dapat dilaksanakan karena masih menunggu PM. dari Kemendag terkait jenis barang yang
akan diangkut
• Secara pararel telah dilakukan proses lelang untuk mempercepat proses apabila PM Kemendag
telah diundangkan
Morowali

Seko

MASAMBA

Rampi

Angkutan Udara PERINTIS Kargo di Sulawesi TA. 2018


• Belum dapat dilaksanakan karena masih menunggu PM. dari Kemendag terkait jenis barang yang
akan diangkut
• Secara pararel telah dilakukan proses lelang untuk mempercepat proses apabila PM Kemendag
telah diundangkan
Lampiran H
DAFTAR LOKASI PRIORITAS PENANGANAN BNPP
TAHUN 2015-2019

LOKASI
BATAS BANDAR UDARA
PRIORITAS
(PEMBANGUNAN/P
KABUPATEN/ (LOKPRI)
NO PROVINSI ENGEMBANGAN KET
KOTA PENANGANAN
TAHUN 2015-
TAHUN 2015-
2019)
D/L 2019
1 Aceh Kota Sabang L Sukakarya 1.Bandar Udara
Maimun Saleh –
Sabang *)
PKSN : Sabang
2 Sumatera Serdang L Tanjung
Utara Bedagai Beringin
3 Riau Rokan Hilir L Pasir Limau
Kapas
L Bangko
L Sinaboi
Bengkalis L Bukit Batu
L Bantan
L Rupat Utara
L Rupat
L Bengkalis
Indragiri Hilir L Pulau Burung
L Kateman
L Tanah Merah
Kep.Meranti L Merbau
L Rangsang
L Pulau Merbau
L Tasik Putri Uyu
L Rangsang Barat
Rangsang
L Pesisir
Kota Dumai L Dumai

L Medang Kampa

Pelalawan L Kuala Kampar


4 Kepulauan Natuna L Bunguran Timur
Riau
L Serasan
L Bunguran Barat
L Midai
L Pulau Laut
L Subi
L Serasan Timur
L Bunguran Utara

Kep.Anambas L Jemaja 2.Bandar Udara Bandar Udara


Letung – Letung-
Kep.Anambas *) Kep.Anambas
merupakan
bandar udara
baru yang sedang
dibangun.
L Jemaja Timur
L Palmatak
L Siantan
L Siantan Timur
L Siantan Tengah
LOKASI
BATAS BANDAR UDARA
PRIORITAS
(PEMBANGUNAN/P
KABUPATEN/ (LOKPRI)
NO PROVINSI ENGEMBANGAN KET
KOTA PENANGANAN
TAHUN 2015-
TAHUN 2015-
2019)
D/L 2019
Kota Batam L Belakang 3.Bandar Udara Sesuai PP 65
Padang Hang Nadim – Tahun 2014,UPT
Batam Ditjen
Perhubungan
Udara di Bandar
Udara Hang
Nadim Batam
tetap
melaksanakan
tugas dan
fungsinya sampai
dengan
terbentuknya
Badan Usaha
Bandar Udara
Kawasan Batam.
L Batam Kota PKSN : Batam
L Lubuk Raja
L Nongsa
Bintan L Bintan Utara 4.Bandar Udara Bandar Udara
Tambelan – Tambelan-
Kep.Bintan *) Kep.Bintan
merupakan
bandar udara
baru yang sedang
dibangun.
L Tambelan
L Bintan Pesisir
L Teluk Sebong
Karimun L Meral 5.Bandar Udara Nama lama
Raja Haji Abdullah Bandar Udara
– Tj Balai Karimun Seibati.
*)

L Tebing

L Karimun
L Buru
L Kundur Utara
L Kundur
L Moro

5 Kalimantan Sambas D Paloh


Barat
D Sajingan Besar
Bengkayang D Jagoi Babang
D Siding
Sanggau D Entikong
D Sekayam
Sintang D Ketungau Hulu 6.Bandar Udara Bandar Udara
Susilo – Tebelian
Sintang/Tebelian merupakan
(Sintang Baru) bandar udara
baru yang sedang
dibangun dan
direncanakan
sebagai pengganti
Bandar Udara
Susilo Sintang.
D Ketungau
Tengah PKSN : Jasa
LOKASI
BATAS BANDAR UDARA
PRIORITAS
(PEMBANGUNAN/P
KABUPATEN/ (LOKPRI)
NO PROVINSI ENGEMBANGAN KET
KOTA PENANGANAN
TAHUN 2015-
TAHUN 2015-
2019)
D/L 2019
Kapuas Hulu D Badau 7.Bandar Udara
Pangsuma –
Putussibau
D Puring Kencana PKSN : Nanga
Badau
D Batang Lupar
D Embaloh Hulu
Putussibau
D Utara
Putussibau
D Selatan
6 Kalimantan Mahakam Ulu D Long Apari 8.Bandar Udara
Timur Datah Dawai -
Datah Dawai *)
D Long Pahangai PKSN : Long
Pahangai
7 Kalimantan Malinau D Kayan Hulu
Utara 9.Bandar Udara
RA.Bessing –
Malinau

D Pujungan 10.Bandar Udara


Long Apung –
Malinau*
D Kayan Hilir PKSN : Long
Nawan
D Bahau Hulu
D Kayan Selatan
Nunukan D Sebatik Barat 11.Bandar Udara
Nunukan –
Nunukan
12.Bandar Udara
Yuvei Semaring -
D Krayan Long Bawan*
D Sebatik PKSN :
D Krayan Selatan Nunukan
D Lumbis Long Midang
D Sebuku Simanggaris
D Lumbis Ogong
D Simanggaris
D/L Tulin Onsoi
D Sebatik Tengah
D/L Sebatik Timur
D/L Sebatik Utara
8 Nusa Kupang L Amfoang Timur
Tenggara
Timur
L Kupang Barat
L Nekamese
L Amarasi Barat
L Amarasi Selatan
L Amarasi Timur
L Semau Selatan
Timor Tengah D Insana Utara
Utara (TTU)
D Bikomi Utara
D Bikomi Nilulat
D Kefamenanu
LOKASI
BATAS BANDAR UDARA
PRIORITAS
(PEMBANGUNAN/P
KABUPATEN/ (LOKPRI)
NO PROVINSI ENGEMBANGAN KET
KOTA PENANGANAN
TAHUN 2015-
TAHUN 2015-
2019)
D/L 2019
D Naibenu
D Miaomaffo Barat
D Bikomi Tengah
D Mutis
D Musi

Belu D Lamaknen 13.Bandar Udara Nama lama


Selatan A.A. Bere Tallo – Bandar Udara
Atambua * ) Haliwen.
D Tasifeto Timur PKSN : Atambua
D Atambua
D Lamaknen
D Lasiolat
D Raihat
D Tasifeto Barat
D Nanaet Dubesi
Malaka D Kobalima Timur
D Malaka Barat
D Kobalima
D Malaka Tengah
D Wewiku
Rote Ndao L Rote Barat Daya 14.Bandar Udara Nama lama
David Constantijn Bandar Udara
Saudale - Rote Lekunik.
Ndao *)
L Rote Barat
L Rote Selatan
L Lobalain
L Pantai Baru

Alor L Teluk Mutiara 15.Bandar Udara Bandar Udara


Mali – Alor Kabir-Pantar
merupakan
bandar udara
baru yang sedang
dibangun.
L Alor Sealatan 16.Bandar Udara
Kabir – Pantar,Alor
L Alor Barat Daya PKSN : Kalabahi
L Pureman
L Mataru
L Pantar Tengah
L Alor Timur

Sabu Raijua L Raijua 17.Bandar Udara


Tardamu – Sabu

Sulawesi Kepulauan L Tabukan Utara 18.Bandar Udara


9 Utara Sangihe Naha – Tahuna
L Tahuna PKSN : Tahuna
L Marore
L Kendahe
L Nusa Tabukan
LOKASI
BATAS BANDAR UDARA
PRIORITAS
(PEMBANGUNAN/P
KABUPATEN/ (LOKPRI)
NO PROVINSI ENGEMBANGAN KET
KOTA PENANGANAN
TAHUN 2015-
TAHUN 2015-
2019)
D/L 2019
Kepulauan L Melonguane 19.Bandar Udara Bandar Udara
Talaud Melongguane – Miangas-Talaud
Talaud merupakan
bandar udara
baru yang sedang
dibangun.
20.Bandar Udara
L Miangas Miangas – Talaud *)
PKSN :
L Nanusa Melonguane
10 Maluku Maluku Barat L Wetar 21.Bandar Udara Bandar Udara
Daya (MBD) John Becker – Moa-MBD
Kisar merupakan
bandar udara
baru yang sedang
dibangun.
22.Bandar Udara
Pulau-pulau Moa – Maluku
L Terselatan Barat Daya *)

L Pulau Leti PKSN : Ilwaki


L Moalakor
L P.Masela
Maluku L Tanimbar 23.Bandar Udara Nama lama
Tenggara Selatan Mathilda Batlayeri Bandar Udara
Barat (MTB) – MTB Olilit.
L Selaru PKSN : Saumlaki
L Wertamrian
L Kormomolin
L Nirunmas
L Tanimbar Utara
L Yaru
Kepulauan Aru Tengah 24.Bandar Udara
Aru L Selatan Dobo – Kep. Aru
Aru Selatan
L Timur PKSN : Dobo
Aru Utara
L

11 Maluku P.Morotai L Morotai Selatan 25.Bandar Udara


Utara Pitu – Morotai
L Morotai Jaya PKSN : Daruba
L Morotai Utara
L Morotai Barat
L Morotai Timur

12 Papua Merauke D Eligobel 26.Bandar Udara


Mopah – Merauke
*)
27.Bandar Udara
D Sota Okaba – Merauke
28.Bandar Udara
D Muting Kimam – Merauke
D Ulilin PKSN : Merauke
D Naukenjerai
Boven Digoel D Mondobo 29.Bandar Udara
Mindiptana-Boven
Digoel
30.Bandar Udara
Bomakia - Boven
D Mindiptana Digoel
LOKASI
BATAS BANDAR UDARA
PRIORITAS
(PEMBANGUNAN/P
KABUPATEN/ (LOKPRI)
NO PROVINSI ENGEMBANGAN KET
KOTA PENANGANAN
TAHUN 2015-
TAHUN 2015-
2019)
D/L 2019
31.Bandar Udara
Tanah Merah -
D Waropko Boven Digoel
32.Bandar Udara
Manggelum - Boven
D Sesnuk Digoel
PKSN : Tanah
D Ninati Merah
D Kombut
D Jair
Pegunungan D Batom 33.Bandar Udara
Bintang Oksibil - Peg.
Bintang
34.Bandar Udara
Kiwirok - Peg.
D Iwur Bintang
35.Bandar Udara
Batom - Peg.
D Kiwirok Bintang
D Pepera
D Oksomol
D Tarub
D Murkim
D Kiwirok Timur
D Mufinop
Keerom D Web 36.Bandar Udara Bandar Udara
Senggeh - Keerom Towe Hitam
merupakan
bandar udara
baru yang sedang
dibangun sebagai
pengganti Bandar
Udara Waris -
Keerom yang
sudah tidak
beroperasi.
37.Bandar Udara
Towe Hitam –
D Senggi Keerom
D Waris
D Arso Timur
D Towe
Kota Jayapura D Muara Tami 38.Bandar Udara Bandar Udara
Sentani – Jayapura Sentani -
Jayapura terletak
di Kabupaten
Jayapura.
D Jayapura Utara PKSN : Jayapura

Supiori L Supiori Barat


L Supiori Utara
L Kep. Aruri
13 Papua Raja Ampat L Kep. Ayau 39.Bandar Udara
Barat Marinda – Waisai
L Ayau
LOKASI
BATAS BANDAR UDARA
PRIORITAS
(PEMBANGUNAN/P
KABUPATEN/ (LOKPRI)
NO PROVINSI ENGEMBANGAN KET
KOTA PENANGANAN
TAHUN 2015-
TAHUN 2015-
2019)
D/L 2019
13 41 Kab/Kota 187 Lokpri 39 Bandar Udara
Provinsi di 128 Lokpri
30 Bandar Udara
di 20 PKSN

Sumber :
Peraturan BNPP No. 1 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengelolaan Perbatasan Negara Tahun 2015-
2019 (Matriks Rencana Program, kegiatan pengelolaan batas wilayah Negara dan kawasan perbatasan hal.
370)

Catatan :
Untuk Kabupaten Boven Dioel belum memasukkan Bandar Udara Koroway Batu
Untuk Kabupaten MTB belum memasukkan Bandar Udara Larat
LAMPIRAN I
CAKUPAN PENGELOLAAN KAWASAN PERBATASAN
(Peraturan Badan Nasional Pengelola Perbatasan Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Desain Besar Pengelolaan
Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun 2011-2025)

Cakupan Kawasan Provinsi Kabupaten Kecamatan Bandar Udara Keterangan


Kawasan Perbatasan Kalimantan Sambas Paloh, Sajingan Besar, Paloh - Sambas
Darat RI - Malaysia Barat Teluk Keramat, Sejangkung
Bengkayang Seluas, Jagoi Babang, -
Siding
Sanggau Entikong, Sekayam -
Sintang Ketungau Tengah, Susilo – Sintang/
Ketungau Hulu Tebelian (Sintang Baru)
Kapuas Hulu Putussibau Utara, Pangsuma – Putussibau
Putussibau Selatan,
Embaloh Hulu, Batang
Lupar, Empanang, Badau,
Puring Kencana
Kalimantan Kutai Barat Long Pahangai, Long Apari Melak – Sendawar
Timur
Datah Dawai – Kutai Pemekaran Kabupaten
Barat Kutai Barat (UU No.2
Tahun 2013) Menjadi
Kabupaten Mahakam Ulu –
Kec.Long Pahangai – Datah
Dawai
Kalimantan Nunukan Sebatik, Krayan, Nunukan, Nunukan –Nunukan
Utara Lumbis, Krayan Selatan,
Sebuku, Sebatik Barat.
Yuvei Semaring - Long
Bawan
Cakupan Kawasan Provinsi Kabupaten Kecamatan Bandar Udara Keterangan
Malinau Long Pujungan, Kayan RA.Bessing – Malinau
Hulu, Kayan Hilir, Bahau
Hulu, Kayan Selatan

Long Apung – Malinau


Kawasan Perbatasan Papua Jayapura Jayapura Utara, Jayapura Sentani – Jayapura
Darat RI - PNG Selatan, Abepura, Muara
Tami
Mararena – Jayapura
Keerom Arso, Senggi, Web, Waris, Senggeh
Skanto
Waris
Towe Hitam

Pegunungan Oksibil, Kiwirok, Iwur, Oksibil Ada rencana pemekaran


Bintang Kiwirok Timur, Batom, menjadi kabupaten
Okbibab ketengban. Batom masuk
di dalamnya (masih dalam
pengusulan)
Kiwirok
Batom
Merauke Merauke, Sofa, Eligobel, Mopah
Ulilin, Muting, Noukenjeri

Kimam
Okaba
Cakupan Kawasan Provinsi Kabupaten Kecamatan Bandar Udara Keterangan
Boven Digul Jair, Mindiptana, Waropko, Mindiptana Ada rencana pemekaran
Kouh, Tanah Merah, menjadi kabupaten muyu
Bomakia mandobo. Mindiptana
masuk di dalamnya (masih
dalam pengusulan)
Bomakia
Tanah Merah
Manggelum
Koroway Batu
Kawasan Perbatasan Nusa Kupang Amfoang Timur Eltari – Kupang Eltari masuk dalam wilayah
Darat RI – Timor Leste Tenggara Kota Kupang.
Timur
Timor Tengah Kefamenanu, Nalbenu, -
Utara Insana Utara, Miaomaffo
Barat, Bikomi Utara,
Bikomi Tengah, Bikomi
Nalulat, Mutis, Musi
Belu Atambua, Kobalima Timur, Haliwen – Atambua
Lamaknen, Lamaknen
Selatan, Lasiolat, Raihat,
Tasifeto Timur, Tasifeto
Barat, Nanaet Dubesi,
Kakuluk Mesak, Malaka
Barat, Kobalima, Wewiku
Kawasan Perbatasan Aceh Kota Sabang Sukakarya Maimun Saleh – Sabang
Laut RI –
Thailand/India/Malay
sia
Sumatera Serdang Bedagai Tanjung Beringin -
Utara
Cakupan Kawasan Provinsi Kabupaten Kecamatan Bandar Udara Keterangan
Kawasan Perbatasan Riau Bengkalis Bukut Batu, Bantan, Rupat -
Laut RI – Malaysia Utara
dan
Vietnem/Singapura Indragiri Hilir Enok, Gaung, Kateman Tempuling
Rokan Hilir Sinaboi, Pasirlimau Kapuas -
Kep.Meranti Merbabu, Rangsang -
Dumai Dumai Pinang Kampai – Dumai
Pelalawan Kuala Kampar -
Kepulauan Bintan Bintan Pesisir, Bintan Tambelan – Kep.Bintan
Riau Utara, Bintan Timur,
Tambelan, Teluk Bintan
Karimun Tebing, Kundur, Melar, Seibati – Tj Balai
Moro Karimun
Kep.Anambas Paltamak, Siantan, Jemaja Letung – Kep.Anambas
Kota Batam Nongsa, Batam, Bulang, Hang Nadim – Batam
Belakang Padang,
Sekupang
Natuna Bunguran Barat, Midai, Ranai – Natuna
Pulau Laut, Serasan,
Bunguran Timur, Subi
Lingga Bulang, Senayang, Daek Dabo Singkep – Lingga

Kawasan Perbatasan Kalimantan Berau Maratua, Talisayang Kalimarau – Berau


Laut RI – Malaysia dan Timur Maratua - Berau
Filipina
Kalimantan Nunukan Sebatik, Sebatik Barat Nunukan –Nunukan
Utara
Yuvei Semaring – Long
Bawan
Sulawesi Toli-Toli Dampal Utara, Toli-Toli Sultan Bantilan – Toli
Tengah Utara Toli
Cakupan Kawasan Provinsi Kabupaten Kecamatan Bandar Udara Keterangan
Sulawesi Bolaang Pinogaluman -
Utara Mangondou Utara
Minahasa Utara Wori -

Sangihe Kandahe, Tabukan Utara, Naha – Tahuna


Tahuna
Kepulauan Talaud Nanusa, Melonguane, Melongguane-Talaud
Miangas Miangas-Talaud
Siau Tagulandang Siau Barat Sitaro-Siau
Biaro Tangguladang Biaro
Kawasan Perbatasan Maluku Halmahera Tengah Patani Utara Tepeleo – Halmahera
Laut RI - Palau Utara Tengah
P.Morotai Morotai Selatan Morotai – P.Morotai
Papua Supiori Supiori Barat -
Papua Raja Ampat Kep. Ayau Marinda - Waisai
Barat
Sorong Sausapor Domine Eduard Osok DEO masuk dalam wilayah
Kota Sorong.
Kawasan Perbatasan Papua Merauke Kimam Mopah
Laut RI – Timor Leste
dan Australia
Okaba
Kimam
Asmat Agats Ewer – Agats

Maluku Maluku Tenggara Selaru, Tanimbar Utara, Olilit/Saumlaki Baru –


Barat Tanimbar Selatan MTB
Larat (Liwur Bunga) –
P.Larat
Cakupan Kawasan Provinsi Kabupaten Kecamatan Bandar Udara Keterangan
Maluku Barat Daya Babar Timur, Leti Moa John Becker –Kisar
Lakor, Mdona Heira, Kisar,
PP.Wetar, PP.Terselatan
Moa – MBD

Kepulauan Aru Aru Selatan, Aru Tengah, Dobo – P.Aru


Warabal

Kawasan Perbatasan Nusa Alor Kalabahi, Kabola, Lembur, Mali – Alor


Laut RI – Timor Leste Tenggara Mataru, Pantar
Timur Pantar Barat, Pantar Barat
Laut, Pantar Tengah,
Pantar Timur
Pulau Pura, Pureman,
Teluk Mutiara, Alor Barat
Daya, Alor Barat laut
Alor Selatan, Alor Tengah
Utara, Alor Timur, Alor
Timur Laut
Kabir – Pantar Alor
Rote Ndao Rote Barat Daya Lekunik-Rote
Sabu Raijua Raijua Tardamu-Sabu
Sumba Timur Karera -
Kawasan Perbatasan Aceh Aceh Jaya Sampai Niat -
Laut RI – Laut Lepas
Aceh Besar Lok Nga -
Simeuleu Alafan, Simeuleu Tengah Lasikin – Simeuleu
Sumatera Nias Pulau-Pulau Batu Lasondre – Nias
Utara
Binaka - Gunung.Sitoli Pemekaran Kab Nias
menjadi Kota Gunung Sitoli
Cakupan Kawasan Provinsi Kabupaten Kecamatan Bandar Udara Keterangan
(UU 47 Tahun 2008).
Bandara Binaka - Gn.Sitoli
masuk wilayah Kab Nias.
Saat ini Ibukota Kab Nias
masih Gunung Sitoli
karena menunggu proses
penetapan ibukota yang
baru.
Nias Selatan Afulu Teluk Dalam – Nias
Selatan
Sumatera Kep.Mentawai Pagai Selatan, Siberut Rokot – Sipora
Barat Selatan
Bengkulu Bengkulu Utara Enggano Enggano – P.Enggano
Lampung Lampung Barat Krui Pekon Serai Pemekaran Kab Lampung
Barat menjadi Kab Pesisir
Barat (UU No.22.Tahun
2012) ibukota Krui.
Bandara Pekon Seray
terletak di Krui.
Banten Pandeglang Cikeusik Tanjung Lesung-
Pandeglang
Jawa Barat Tasikmalaya Cikalong -
Jawa Cilacap Cilacap Selatan Tunggul Wulung –
Tengah Cilacap
Jawa Jember Puger Noto Hadinegoro –
Timur Jember
Trenggalek Watulimo -
Nusa Lombok Barat Sekotong -
Tenggara
Barat
Sumber :
Peraturan Badan Nasional Pengelola Perbatasan Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Desain Besar Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan Perbatasan Tahun 2011-2025
LAMPIRAN J
MATRIKS RENCANA PENANDATANGAN DAN RATIFIKASI PERJANJIAN KERJASAMA
ANGKUTAN UDARA BILATERAL DAN MULTILATERAL
TAHUN 2016-2019

TAHUN
No KEGIATAN
2016 2017 2018 2019
ANGKUTAN UDARA BILATERAL
1 Penandatangan Perjanjian Angkutan Udara Bilateral
a. Mesir
b. Ceko
c. UAE
d. Qatar
e. Hongkong
f. Vietnam
g. Timor Leste
h. Bangladesh
i. Saudi Arabia
j. Oman
k. India
l. Ethopia
m. Macau SAR
n. Turkmenistan
o. Korea Utara
p. Srilanka

2 Ratifikasi Perjanjian Angkutan Udara Bilateral


a. Australia
b. UK
c. EU
d. India
e. Inggris
f. Turki
g. Swiss
h. Argentina
i. Iran
j. Meksiko
k. Qatar
l. Kanada
m. Ethiopia
n. PNGl
o. Timor Leste
p. Iran

ANGKUTAN UDARA MULTILATERAL


1 Ratifikasi Perjanjian Angkutan Udara Multilateral
a. ASEAN Framework on Air Service 8
b. ASEAN – China Protocol 2
c. ASEAN Framework on Air Services 9
d. BIMP - EAGA
e. ASEAN Framework on Air Service 10

2 Penandatangan Perjanjian Angkutan Udara Multilateral


a. MoU BIMP EAGA
b. IMT-GT Protocol to Amend (MOU) on Expansion of Air
Linkages
c. Protocol 3 ASEAN – China (AC – ATA)
d. ASEAN - EU
PERENCANAAN DAN REALISASI SDM TAHUN 2009 S/D 2014 DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
BERDASARKAN TINGKAT KEAHLIAN

USLAN FORMASI TAHUN 2009 SAMPAI DENGAN REALISASI FORMASI TAHUN 2009 SAMPAI DENGAN
NO KEAHLIAN TAHUN 2014 TAHUN 2014 KET
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2009 2010 2011 2012 2013 2014
A TENAGA TEKNIS

1 Tenaga Teknisi Penerbangan 534 479 - - 1184 100 184 203 - - 83 14


(ATNU, AIS(RPA), TNU(PTR/RTR),ATC (PLLU/RLLU),
PTBL, TLB (PTL/RTL) PENERBANG DAN RKP )
2 TENAGA MEDIS 233 201 - - 46 20 11 36 - - 5
(spesialis, Dokter, Dokter gigi, Perawat, AKG,
Farmasi ),
3 TEKNIK 557 377 - - 1602 500 268 141 - - 46 86
(OBU, T. Sipil, T. Mesin, T. Komputer,
T. Informatika, T. Geodesi, T. Elektronika,
T. Telekomunikasi,T.Mesin Penerb,
STM/SMK ( Listrik, Elektro, Otomotif, Bangunan, Apron )
4 PKP-PK 1620 1244 - - 1410 1500 544 338 - - 70
(SLTA Sederajat )
5 AVSEC 1197 1164 - - 1211 1380 563 335 - - 263 79
(SLTA Sederajat )

B TENAGA FASILITATIF

1 EKONOMI/AKUNTANSI 1507 1239 - - 910 23 157 59 - - 2 16


(Akuntasi, Ekonomi, Ak. Perpajakan , Ak.
Komputer, Ek. Manajemen, Ek. Pembangunan)
2 LAIN-LAIN 1231 994 - - 615 180 153 88 - -
(kualifikasi pendidikan dan keahlian yang
dimiliki diluar dari poin-poin tersebut diatas (sanitasi,
ambulance,Apron, agendaris, dsb)
JUMLAH 6879 5698 0 0 6978 3703 1880 1200 0 0 394 270
LAMPIRAN K.1
REKAPITULASI JUMLAH USULAN FORMASI TAHUN ANGGARAN 2015 - 2019
DILINGKUNGAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

JUMLAH JUMLAH KEBUTUHAN PER TAHUN (FORMASI)


NO JENIS FORMASI JABATAN KEKURANGAN 5 RENCANA PENEMPATAN KET.
TH TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
2015 2016 2017 2018 2019
1 2 5 6 7 8 9 10 11 12
JUMLAH 6382 1671 1680 1435 1064 549
TENAGA INSPEKTUR PENERBANGAN 887 251 184 171 153 145
1 Inspektur Bidang Perawatan Pesawat Udara 28 4 6 6 6 6 Direktorat + 10 Kantor Otoritas
Inspektur Bidang Rancang Bangun Pesawat Udara Bandara
Direktorat
2 5 5 3 2 2 2
3 Inspektur Kelaikan Udara Bidang Operasi Pesawat Udara 122 32 26 29 18 17 Direktorat + 10 Kantor Otoritas
4 Inspektur Bidang Produk Aeronautika 2 2 2 2 2 2 Bandara
Direktorat
5 Inspektur Kelaikan Udara Bidang Perawatan Pesawat Udara 72 9 18 17 15 13 Direktorat + 10 Kantor Otoritas
6 Inspektur KUPPU 18 1 5 4 4 4 Bandara
Direktorat + 10 Kantor Otoritas
7 Inspektur Angkutan Udara 136 21 34 27 28 26 Bandara
Direktorat + 10 Kantor Otoritas
8 Inspektur Bandar Udara Bidang Operasional 75 23 14 12 14 12 Bandara + 10 Kantor Otoritas
Direktorat
9 Inspektur Bandar Udara Bidang Peralatan dan Utilitas Bandar Udara 63 29 10 5 10 9 Bandara
Direktorat + 10 Kantor Otoritas
10 Inspektur Bandar Udara Bidang Prasarana Bandara Udara 50 23 7 11 3 6 Bandara
Direktorat + 10 Kantor Otoritas
11 Inspektur Aviation Security (Avsec) 57 19 11 11 6 10 Bandara
Direktorat + 10 Kantor Otoritas
12 Inspektur
Inspektur Pelayanan
Penanganan Darurat (PKP-PK Barang
Pengangkutan dan Salvage)
Berbahaya (Dangerous 59 24 11 9 10 5 Bandara + 10 Kantor Otoritas
Direktorat
13 Good) 66 21 12 12 11 10 Bandara
Direktorat + 10 Kantor Otoritas
14 Inspektur Navigasi Penerbangan Bidang Teknis 66 17 12 11 14 12 Bandara
Direktorat + 10 Kantor Otoritas
15 Inspektur Navigasi Penerbangan Bidang Operasional 68 21 13 13 10 11 Bandara
Direktorat + 10 Kantor Otoritas
Bandara
TENAGA MEDIS 87 5 37 32 7 6
1 Dokter Gigi 8 2 2 2 2 Balai
2 Dokter Spesialis 8 2 2 2 2 Balai
3 Dokter Umum 14 5 3 2 2 2 Balai
4 Perawat gigi 4 0 2 2 0 0 Balai
5 Perawat 3 1 1 1 Balai
6 Perawat Umum 50 0 27 23 0 0 UPBU

TENAGA OPERASIONAL PENERBANGAN 3929 838 1131 953 695 312


1 Petugas Mekanik Bandara 305 0 141 134 16 14 Balai + UPBU
2 Penerbang 25 8 5 5 5 2 Balai
3 Petugas Apron 471 0 165 149 136 21 UPBU
4 Petugas AVSEC Bandara 1260 388 318 240 190 124 UPBU
5 Petugas PKP-PK Bandara 1353 442 322 267 198 124 UPBU
6 Alat - Alat Besar 500 0 175 154 146 25 UPBU
7 Flight Operation Efficer (FOO) 15 5 4 4 2 Balai

TENAGA TEKNISI PENERBANGAN 1479 577 328 279 209 86


1 Teknisi Elektronika Penerbangan 645 285 128 116 68 48 Balai + UPBU
2 Teknisi Bangunan dan landasan 95 0 31 27 22 15 UPBU
3 Teknisi Listrik Bandara 724 292 164 132 115 21 UPBU
4 Teknisi Pengujian dan Peneraan 3 1 1 1 Balai
5 Teknisi Perawatan Pesawat Udara 12 4 3 3 2 Balai
LAMPIRAN K.2
USULAN FORMASI INSPEKTUR PENERBANGAN TAHUN 2015-2019
DILINGKUNGAN DITJEN PERHUBUNGAN UDARA

INSPEKTUR PENERBANGAN

Inspektur Keamanan Inspektur Navigasi


Inspektur Bandar Udara Inspektur Angkutan Udara Inspektur Kelaikan Udara
Penerbangan Penerbangan
NO UNIT KERJA KEB EXSI keku KEB EXSI keku KEB EXSI keku KEB EXSI keku KEB EXSI keku KET.
UTU STIN rang UTU STIN rang UTU STIN rang UTU STIN rang UTU STIN rang
TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH TAH
HAN G an HAN G an HAN G an HAN G an HAN G an
UN UN UN UN UN UN UN UN UN UN UN UN UN UN UN UN UN UN UN UN UN UN UN UN UN
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019

JUMLAH 284 131 153 59 25 25 24 20 292 126 166 62 25 28 31 20 246 86 160 35 33 32 30 30 491 155 336 80 67 66 64 59 217 147 70 147 161 180 197 217

1 DIREKTORAT ANGKUTAN UDARA 0 0 45 33 12 5 2 2 2 1 0 0

2 DIREKTORAT BANDAR UDARA 78 55 23 5 5 5 5 3 0 0 0 0 0

DIREKTORAT KEAMANAN
3 0 73 64 9 3 2 2 1 1 0 0 0 0
PENERBANGAN

4 DIREKTORAT KELAIKAN UDARA 0 0 0 0 0 260 128 132 43 25 25 25 14 0

DIREKTORAT NAVIGASI
5 0 0 0 0 0 0 0 110 77 33 77 82 88 98 110
PENERBANGAN

KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA


6 33 17 16 10 2 2 2 28 12 16 8 2 2 2 2 27 15 12 3 2 3 2 2 30 8 22 5 5 4 4 4 16 13 3 13 14 15 15 16
WILAYAH I

KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA


7 24 10 14 8 2 2 1 1 22 8 14 7 2 2 2 1 22 5 17 3 4 3 3 4 28 6 22 4 5 4 4 5 14 13 1 13 13 13 13 14
WILAYAH II

KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA


8 25 13 12 4 2 2 2 2 26 10 16 7 2 3 2 2 25 6 19 3 3 4 5 4 27 7 20 4 4 4 4 4 12 10 2 10 10 11 11 12
WILAYAH III

KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA


9 22 8 14 6 2 2 2 2 27 7 20 6 4 4 4 2 24 8 16 4 3 3 3 3 29 4 25 4 5 5 5 6 11 11 0 11 11 11 11 11
WILAYAH IV

KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA


10 27 13 14 6 2 2 2 2 26 10 16 6 3 3 2 2 22 7 15 3 4 3 3 2 25 2 23 5 5 5 4 4 10 12 12 12 12 12 10
WILAYAH V

KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA


11 16 2 14 6 2 2 2 2 21 3 18 7 2 3 4 2 19 2 17 4 3 4 3 3 19 19 3 3 4 4 5 8 2 6 2 3 5 7 8
WILAYAH VI

KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA


12 16 4 12 4 2 2 2 2 23 6 17 6 2 3 4 2 18 5 13 3 3 3 2 2 20 20 3 4 4 4 5 8 5 3 5 6 7 7 8
WILAYAH VII

KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA


13 19 7 12 4 2 2 2 2 18 3 15 5 2 2 4 2 19 5 14 3 3 3 3 2 23 23 3 5 5 4 6 8 2 6 2 4 6 7 8
WILAYAH VIII

KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA


14 13 2 11 3 2 2 2 2 13 13 4 2 2 3 2 13 13 2 3 2 2 4 15 15 3 3 3 3 3 9 1 8 1 3 6 7 9
WILAYAH IX

KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA


15 11 11 3 2 2 2 2 15 3 12 3 2 2 3 2 12 12 2 3 2 2 3 15 15 3 3 3 3 3 11 1 10 1 3 6 9 11
WILAYAH X
LAMPIRAN III
MATRIKS KERANGKA REGULASI SUB SEKTOR TRANSPORTASI UDARA
TAHUN 2015-2019

Urgensi
Pembentukan
Arah Kerangka Regulasi
Berdasarkan Target
No dan/atau Kebutuhan KETERANGAN
Evaluasi Regulasi Penyelesaian
Regulasi
Eksisting, Kajian
dan Penelitian
A Pasal dalam Undang-Undang No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan yang Mengamanatkan
Pembuatan Peraturan Pemerintah
1 Pasal 12 Mengenai Belum terdapat
pembinaan, lembaga, fungsi Peraturan
perumusan kebijakan dan Pemerintah (PP) yang
fungsi pemberian mengatur.
pertimbangan di bidang
penerbangan dan antariksa.
2 Pasal 70 Mengenai pesawat Saat ini sedang
udara Negara. disusun RPP
Pesawat Udara
Negara yang
diprakarsai oleh
Kementerian
Pertahanan
3 Pasal 374 Mengenai Belum terdapat
pemberdayaan industri dan Peraturan
pengembangan teknologi Pemerintah (PP) yang
penerbangan. mengatur.
B Pasal dalam Undang-Undang No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan yang mengamanatkan
dibentuknya Keputusan Presiden
1 Pasal 259 Mengenai Saat ini sedang 2018 DIT BU, DIT NP
penggunaan bersama dalam proses
bandar udara dan penyusunan
pangkalan udara Peraturan Presiden
Republik Indonesia
tentang Penggunaan
Bersama Bandar
Udara, Pangkalan
Udara, dan Ruang
Udara.
Posisi rancangan
Peraturan Presiden
RI ini ada di Biro
Hukum Kementerian
Perhubungan RI
C Pasal dalam Undang-Undang No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan yang mengamanatkan
dibentuknya Peraturan Menteri
1 Pasal 242 Mengenai Belum ada pengaturan
tanggung jawab atas tentang tanggung jawab
kerugian serta tata cara dan atas kerugian yang
prosedur pengenaan sanksi diderita oleh pengguna
administratif. jasa bandar udara
dan/atau pihak ketiga
yang diakibatkan oleh
pengoperasian bandar
udara.
2 Pasal 256 ayat (4) Ketentuan tentang syarat
dan kriteria bandara
Ketentuan lebih lanjut internasional belum
mengenai bandar udara diatur. Untuk
internasional diatur dengan dipertimbangkan masuk
Peraturan Menteri dalam ketentuan tentang
Tatanan
Materi Pokok: Ketentuan Kebandarudaraan.
Urgensi
Pembentukan
Arah Kerangka Regulasi
Berdasarkan Target
No dan/atau Kebutuhan KETERANGAN
Evaluasi Regulasi Penyelesaian
Regulasi
Eksisting, Kajian
dan Penelitian
Bandar Udara Internasional
3 Pasal 379 ayat (5) Ketentuan tata cara
penyampaian dan
Ketentuan lebih lanjut pengelolaan sistem
mengenai tata cara informasi penerbangan
penyampaian dan belum diatur.
pengelolaan sistem
informasi penerbangan
diatur dengan Peraturan
Menteri
4 Pasal 398 Mengenai peran 2019 Dalam kegiatan
serta masyarakat. penerbangan.
Belum ada
pengaturannya dalam
Peraturan Menteri.
REGULASI YANG SUDAH DITETAPKAN

Arah Kerangka Regulasi


Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
A Pasal dalam Undang-Undang No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan yang
Mengamanatkan Pembuatan PP
1 Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2018
2018 tentang
Ketentuan lebih lanjut
mengenai pelanggaran Ditetapkan: 13 Februari 2018
wilayah kedaulatan,
penetapan kawasan udara Diundangkan: 19 Februari 2018
terlarang, kawasan udara
terbatas, pelaksanaan Lembar Negara Republik Indonesia
tindakan terhadap pesawat Tahun 2018 Nomor 12; Tambahan
udara dan personel pesawat Lembaran Negara Republik Indonesia
udara serta tata cara dan Nomor 6181.
prosedur pelaksanaan
tindakan pemaksaan oleh
pesawat udara negara diatur
dengan Peraturan
Pemerintah.
2 Pasal 94 ayat (3)  Besaran denda administratif telah 2016, 2017
diatur dalam PP 15 Tahun 2016
Prosedur dan tata cara tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
pengenaan sanksi Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang
sebagaimana dimaksud pada Berlaku Pada Kementerian
ayat (2) diatur dalam Perhubungan;
Peraturan Pemerintah  Pengenaan Sanksi Administratif telah
mengenai penerimaan diatur dalam PM 78 Tahun 2017
negara bukan pajak. tentang Pengenaan Sanksi
Administratif Terhadap Pelanggaran
Peraturan Perundang-Undangan Di
Bidang Penerbangan;
3 Pasal 95 ayat (3) Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 15 Tahun 2016 tentang
Besaran denda administratif Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
sebagaimana dimaksud pada Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada
ayat (2) diatur dalam Kementerian Perhubungan
Peraturan Pemerintah
mengenai penerimaan
negara bukan pajak.
3 Pasal 191 Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2011
2011 tentang Angkutan Multimoda
Ketentuan lebih lanjut
mengenai angkutan
multimoda diatur dengan
Peraturan Pemerintah
4 Pasal 216 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012
2012 tentang Pembangunan dan
Ketentuan lebih lanjut Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar
mengenai pembangunan Udara.
bandar udara diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
5 Pasal 260 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012
2012 tentang Pembangunan dan
Ketentuan lebih lanjut Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar
mengenai tingkat Udara.
kebisingan, pencemaran,
serta pemantauan dan
pengelolaan lingkungan
diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
6 Pasal 356 Mengenai Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 2014
pencarian dan pertolongan tentang Pencarian dan Pertolongan
terhadap kecelakaan (Menjadi Undag-Undang)
pesawat udara.

7 Pasal 369 Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2013


Ketentuan lebih lanjut 2013 tentang Investigasi Kecelakaan
mengenai investigasi Transportasi
kecelakaan pesawat udara
dan penyelidikan lanjutan
diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
B Pasal dalam Undang-Undang No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan yang
mengamanatkan dibentuknya Peraturan Menteri
1 Pasal 11 ayat (4) Mengenai 1. Peraturan Menteri Perhubungan
pendelegasian kewenangan Nomor KM 25 Tahun 2009 tentang 2009, 2018
pembinaan kepada unit di Pendelegasian Kewenangan Menteri
bawah menteri. Perhubungan Kepada Direktur
Jenderal Perhubungan Udara di
Bidang Penerbangan
2. Peraturan Menteri Perhubungan RI
Nomor: PM 122 Tahun 2018 tentang
Organisasi Dan Tata Kerja
Kementerian Perhubungan
2 Pasal 18 Tata cara dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2015
prosedur mendapatkan PM 98 Tahun 2015 tentang Peraturan
surat persetujuan rancang Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian
bangun, kegiatan rancang 21 (Civil Aviation Safety Regulations Part
bangun, dan perubahan 21) Tentang Prosedur Sertifikasi Untuk
rancang bangun pesawat Produk Dan Bagian-Bagiannya
udara, sertifikat tipe, serta (Certification Procedures For Product And
sertifikat validasi tipe. Parts)
3 Pasal 20 Tata cara dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2015
prosedur memperoleh PM 98 Tahun 2015 tentang Peraturan
sertifikat produksi pesawat Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian
udara. 21 (Civil Aviation Safety Regulations Part
21) Tentang Prosedur Sertifikasi Untuk
Produk Dan Bagian-Bagiannya
(Certification Procedures For Produtc And
Parts)
4 Pasal 23 Mengenai lembaga Biaya sertifikasi ditampung dalam 2016
penyelenggaran pelayanan Peraturan Pemerintah tentang
umum, serta proses dan Penerimaan Negara Bukan Pajak Sektor
biaya sertifikasi. Perhubungan yaitu: Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif Atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
Yang Berlaku Pada Kementerian
Perhubungan, dan dalam petunjuk
pelaksanaannya terdapat dalam:
Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 81 Tahun
2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
5 Pasal 30 Ketentuan lebih 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2009, 2017
lanjut mengenai tata cara Nomor KM 61 Tahun 2009 tentang
dan prosedur pendaftaran Perubahan Atas Peraturan Menteri
dan penghapusan tanda Perhubungan Nomor KM 60 Tahun
pendaftaran dan tanda 2008 Tentang Peraturan Keselamatan
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
kebangsaan Indonesia serta Penerbangan Sipil Bagian 45 (Civil
pemberian sanksi Aviation Safety Regulations Part 45)
administratif diatur dengan Tentang Identifikasi Dan Tanda
Peraturan Menteri. Pendaftaran Pesawat Udara
(Identification And Registration).

2. Peraturan Menteri Perhubungan


Nomor PM 52 Tahun 2018 tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan
Sipil Bagian 47 (Civil Aviation Safety
Regulations Part 47) tentang
Pendaftaran Pesawat Udara (Aircraft
Registration)

3. Peraturan Menteri Perhubungan


Republik Indonesia Nomor PM 78
Tahun 2017 tentang Pengenaan
Sanksi Administratif Terhadap
Pelanggaran Peraturan Perundang-
Undangan Di Bidang Penerbangan;
6 Pasal 33 Mengenai lembaga Biaya sertifikasi ditampung dalam 2016
penyelenggara pelayanan Peraturan Pemerintah tentang
umum serta proses dan Penerimaan Negara Bukan Pajak Sektor
biaya sertifikasi. Perhubungan yaitu: Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif Atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
Yang Berlaku Pada Kementerian
Perhubungan, dan dalam petunjuk
pelaksanaannya terdapat dalam:
Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 81 Tahun
2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
7 Pasal 40 Mengenai tata cara 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2015, 2017
dan prosedur untuk Nomor PM 98 Tahun 2015 tentang
memperoleh sertifikat Peraturan Keselamatan Penerbangan
kelaikudaraan dan Sipil Bagian 21 (Civil Aviation Safety
pemberian sanksi Regulations Part 21) Tentang
administratif. Prosedur Sertifikasi Untuk Produk
Dan Bagian-Bagiannya (Certification
Procedures For Produtc And Parts);

2. Peraturan Menteri Perhubungan


Republik Indonesia Nomor PM 78
Tahun 2017 tentang Pengenaan
Sanksi Administratif Terhadap
Pelanggaran Peraturan Perundang-
Undangan Di Bidang Penerbangan;
8 Pasal 45 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2013
Ketentuan lebih lanjut Nomor PM 28 Tahun 2013 Tentang
mengenai tata cara dan Peraturan Keselamatan Penerbangan
prosedur memperoleh Sipil Bagian 121 Tentang Persyaratan-
sertifikat operator pesawat Persyaratan Sertifikasi dan Operasi
udara atau sertifikat Bagi Perusahaan Angkutan Udara
pengoperasian pesawat yang Melakukan Penerbangan Dalam
udara dan pemberian sanksi Negeri, International dan Angkutan
administratif diatur dengan Udara Niaga Tidak Berjadwal
Peraturan Menteri Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 36 Tahun
2015;
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
Perubahan Ke-2: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 107
Tahun 2015;
Perubahan ke-3: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 41 Tahun
2016.
Perubahan ke-4: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 61 Tahun 2017
2. Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor KM 18 Tahun 2002 tentang
Persyaratan-Persyaratan Sertifikasi
dan Operasi Bagi Perusahaan
Angkutan Udara Niaga untuk
Penerbangan Komuter dan Charter
Perubahan ke-1: Keputusan Menteri
Perhubungan RI Nomor KM 17 Tahun
2003;
Perubahan ke-2: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor KM 12 Tahun
2008;
Perubahan ke-3: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor KM 45 Tahun
2008;
Perubahan ke-4: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor KM 18 Tahun
2009;
Perubahan ke-5: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor KM 42 Tahun
2009;
Perubahan ke-6: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 4 Tahun
2012;
Perubahan ke-7: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 34 Tahun
2015;
Perubahan ke-8: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 152
Tahun 2015;
Perubahan ke-9: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 53 Tahun
2016;
Perubahan ke-10: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 63 Tahun
2017.
3. Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 78
Tahun 2017 tentang Pengenaan
Sanksi Administratif Terhadap
Pelanggaran Peraturan Perundang-
Undangan Di Bidang Penerbangan;
9 Pasal 51 Mengenai tata cara, 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2009, 2015,
prosedur, dan pemberian Nomor KM 17 Tahun 2009 Tentang 2017
sertifikat organisasi Peraturan Keselamatan Penerbangan
perawatan pesawat udara Sipil Bagian 145 Amanddemen 3
dan pemberian sanksi Tentang Organisasi Perusahaan
administratif. Perawatan Pesawat Udara;
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 164 Tahun
2015;
Perubahan ke-2: Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 57 Tahun
2017;
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi

2. Peraturan Menteri Perhubungan


Nomor PM 75 Tahun 2017 tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan
Sipil Bagian 65 (Civil Aviation Safety
Regulations Part 65) Sertifikasi Ahli
Perawatan Pesawat Udara (Licensing
Of Aircraft Maintenance Engineer)
Edisi 1 Amandemen 0 (Edition 1
Amendment 0);

3. Peraturan Menteri Perhubungan


Republik Indonesia Nomor PM 78
Tahun 2017 tentang Pengenaan
Sanksi Administratif Terhadap
Pelanggaran Peraturan Perundang-
Undangan Di Bidang Penerbangan;
10 Pasal 57 Mengenai 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2015, 2017
keselamatan dan keamanan Nomor PM 94 Tahun 2015 Tentang
dalam pesawat udara, Peraturan Keselamatan Penerbangan
kewanangan kapten Sipil Bagian 91 (Civil Aviation
penerbangan selama Safetyregulations Part 91) Tentang
penerbangan, dan Pengoperasian Pesawat Udara
pemberian sanksi (General Operating And Flight Rules);
administratif.
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 81 Tahun
2017 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 94 Tahun 2015 Tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan
Sipil Bagian 91 (Civil Aviation
Safetyregulations P Art 91) Tentang
Pengoperasian Pesawat Udara
(General Operating And Flight Rules).

2. Peraturan Menteri Perhubungan


Republik Indonesia Nomor PM 78
Tahun 2017 tentang Pengenaan
Sanksi Administratif Terhadap
Pelanggaran Peraturan Perundang-
Undangan
11 Pasal 61 Mengenai 1. Keputusan Menteri Perhubungan 2001, 2010
persyaratan, tata cara, dan Nomor : KM.42 Tahun 2001 tentang
prosedur memperoleh Iisensi Sertifikasi Penerbang dan Instruktur
atau sertifikat kopetensi dan Terbang;
lembaga pendidikan Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
dan/atau pelatihan. Perhubungan RI Nomor KM 61 Tahun
2008;
Perubahan ke-2: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor KM 30 Tahun
2010;
Perubahan ke-3: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 50 Tahun
2016;
Perubahan ke-4: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 66 Tahun
2017;

2. Peraturan Menteri Perhubungan


Nomor: KM 57 Tahun 2010 tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan
Sipil Bagian 141 (Civil Aviation Safety
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
Regulation Part 141) tentang
Persyaratan Sertifikasi dan Operasi
untuk Sekolah Penerbang
(Certification and Operating
Requirements for Training Centers);
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 64 Tahun
2015;
Perubahan ke-2: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 51 Tahun
2016;
Perubahan ke-3: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 64 Tahun
2017;

3. Peraturan Menteri Perhubungan


Nomor KM 16 Tahun 2010 tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan
Sipil (PKPS) Bagian 63 (Civil Aviation
Safety Regulations (CASR) Part 63)
tentang Persyaratan Personel Pesawat
Udara Selain Penerbang dan Personel
Penunjang Operasi Pesawat Udara
(Licensing Flight Crew Members Other
Than Pilot, Flight Operation Officers,
And Certification Of Flight Attendant).
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 49 Tahun
2016;
Perubahan ke-2: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 59 Tahun
2017;

4. Peraturan Menteri Perhubungan


Nomor KM 58 Tahun 2010 tentang
Peraturan Keselamatn Penerbangan
Sipil Bagian 142 (Civil Aviation Safety
Regulations Part 142) Tentang
Persyaratan Sertifikasi dan Operasi
Pusat Pendidikan Dan Pelatihan
(Certification And Operating
Requirements For Training Centers).
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 60 Tahun
2017;
Perubahan ke-2: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 96 Tahun 2018
12 Pasal 62 ayat (3) 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2002, 2013,
Nomor PM 28 Tahun 2013 Tentang 2017
Ketentuan lebih lanjut Peraturan Keselamatan Penerbangan
mengenai wajib asuransi
Sipil Bagian 121 Tentang
dalam pengoperasian
pesawat udara dan Persyaratan-Persyaratan Sertifikasi
pemberian sanksi dan Operasi Bagi Perusahaan
administratif sebagaimana Angkutan Udara yang Melakukan
dimaksud pada ayat (2) Penerbangan Dalam Negeri,
diatur dengan Peraturan International dan Angkutan Udara
Menteri. Niaga Tidak Berjadwal
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 36 Tahun
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
2015;
Perubahan Ke-2: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 107
Tahun 2015;
Perubahan ke-3: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 41 Tahun
2016.
Perubahan ke-4: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 61 Tahun 2017.

2. Keputusan Menteri Perhubungan


Nomor KM 18 Tahun 2002 tentang
Persyaratan-Persyaratan Sertifikasi
dan Operasi Bagi Perusahaan
Angkutan Udara Niaga untuk
Penerbangan Komuter dan Charter
Perubahan ke-1: Keputusan Menteri
Perhubungan RI Nomor KM 17 Tahun
2003;
Perubahan ke-2: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor KM 12 Tahun
2008;
Perubahan ke-3: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor KM 45 Tahun
2008;
Perubahan ke-4: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor KM 18 Tahun
2009;
Perubahan ke-5: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor KM 42 Tahun
2009;
Perubahan ke-6: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 4 Tahun
2012;
Perubahan ke-7: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 34 Tahun
2015;
Perubahan ke-8: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 152
Tahun 2015;
Perubahan ke-9: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 53 Tahun
2016;
Perubahan ke-10: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 63 Tahun
2017.

3. Peraturan Menteri Perhubungan


Republik Indonesia Nomor PM 78
Tahun 2017 tentang Pengenaan
Sanksi Administratif Terhadap
Pelanggaran Peraturan Perundang-
Undangan Di Bidang Penerbangan;
13 Pasal 63 ayat (6) Mengenai 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2015, 2017
pengoprasian pesawat udara Nomor PM 85 Tahun 2015 Peraturan
sipil dan pemberian sanksi Keselamatan Penerbangan Sipil
administratif. Bagian 129 (Civil Aviation Safety
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
Regulations Part 129) Tentang
Validasi Dan Pengawasan
Perusahaan Angkutan Udara Asing
Dan Operator Asing Yang
Mengoperasikan Pesawat Udara
Indonesia (Validation And Surveillance
Of Foreign Air Operators And Foreign
Operators Of Indonesian-Registered
Aircraft);
2. Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 78
Tahun 2017 tentang Pengenaan
Sanksi Administratif Terhadap
Pelanggaran Peraturan Perundang-
Undangan Di Bidang Penerbangan;
14 Pasal 66 Mengenai lembaga Biaya sertifikasi ditampung dalam 2016
penyelenggara pelayanan Peraturan Pemerintah tentang
umum, serta proses dan Penerimaan Negara Bukan Pajak Sektor
biaya sertifikasi. Perhubungan yaitu: Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 2016 tentang Jenis dan Tarif Atas
Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
Yang Berlaku Pada Kementerian
Perhubungan, dan dalam petunjuk
pelaksanaannya terdapat dalam:
Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 81 Tahun
2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Jenis Dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;
15 Pasal 96 Mengenai angkutan 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2008, 2017
udara niaga, kerja sama Nomor KM 25 Tahun 2008 Tentang
angkutan udara dan Penyelenggaraan Angkutan Udara;
prosedur pengenaan sanksi
administratif. a. Perubahan ke-1: Peraturan
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor: PM 77 Tahun
2014;

b. Perubahan Ke-2: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor: PM 5 Tahun
2015;

c. Perubahan ke-3: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor: PM 41 Tahun
2015;

d. Perubahan ke-4: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor: PM 68 Tahun
2015;

e. Perubahan ke-5: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 159 Tahun
2015;
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
f. Perubahan ke-6: Peraturan
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 177 Tahun
2015;

g. Perubahan ke-7: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 40 Tahun
2016.

h. Perubahan ke-8: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 56 Tahun
2016;

i. Perubahan ke-9: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 38 Tahun
2017;

j. Perubahan ke-10: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 45 Tahun
2017.

2. Peraturan Menteri Perhubungan


Republik Indonesia Nomor PM 78
Tahun 2017 tentang Pengenaan
Sanksi Administratif Terhadap
Pelanggaran Peraturan Perundang-
Undangan Di Bidang Penerbangan;
16 Pasal 100 Ketentuan lebih Peraturan Menteri Perhubungan 2015
lanjut mengenai pelayanan Republik Indonesia Nomor PM 185
badan usaha angkutan Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan
udara niaga berjadwal diatur
Penumpang Kelas Ekonomi Angkutan
dengan Peraturan Menteri
Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri;

17 Pasal 103 Mengenai kegiatan 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2008, 2017


angkutan udara bukan Nomor KM 25 Tahun 2008 Tentang
niaga, tata cara, dan Penyelenggaraan Angkutan Udara;
prosedur pengenaan sanksi
administratif.

a. Perubahan ke-1: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor: PM 77 Tahun
2014;
b. Perubahan Ke-2: Peraturan
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor: PM 5 Tahun
2015;
c. Perubahan ke-3: Peraturan
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor: PM 41 Tahun
2015;
d. Perubahan ke-4: Peraturan
Menteri Perhubungan Republik
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
Indonesia Nomor: PM 68 Tahun
2015;
e. Perubahan ke-5: Peraturan
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 159
Tahun 2015;
f. Perubahan ke-6: Peraturan
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 177
Tahun 2015;
g. Perubahan ke-7: Peraturan
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 40 Tahun
2016.
h. Perubahan ke-8: Peraturan
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 56 Tahun
2016;
i. Perubahan ke-9: Peraturan
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 38 Tahun
2017;
j. Perubahan ke-10: Peraturan
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 45 Tahun
2017.
2. Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 78
Tahun 2017 tentang Pengenaan
Sanksi Administratif Terhadap
Pelanggaran Peraturan Perundang-
Undangan Di Bidang Penerbangan;
18 Pasal 107 Mengenai 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2008, 2017
angkutan udara perintis. Nomor KM 25 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Udara;

2. Perubahan ke-1: Peraturan Menteri


Perhubungan Republik Indonesia
Nomor: PM 77 Tahun 2014;

a. Perubahan Ke-2: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor: PM 5 Tahun
2015;

b. Perubahan ke-3: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor: PM 41 Tahun
2015;

c. Perubahan ke-4: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor: PM 68 Tahun
2015;

d. Perubahan ke-5: Peraturan


Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 159 Tahun
2015;

e. Perubahan ke-6: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 177 Tahun
2015;

f. Perubahan ke-7: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 40 Tahun
2016.

g. Perubahan ke-8: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 56 Tahun
2016;

h. Perubahan ke-9: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 38 Tahun
2017;

i. Perubahan ke-10: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 45 Tahun
2017.

3. Peraturan Menteri Perhubungan


Republik Indonesia Nomor PM 79
Tahun 2017 tentang Kriteria Dan
Penyelenggaraan Kegiatan
Angkutan Udara Perintis Dan
Subsidi Angkutan Udara Kargo.
19 Pasal 114 Mengenai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2008
persyaratan, tata cara, dan KM 25 Tahun 2008 Tentang
prosedur memperoleh izin Penyelenggaraan Angkutan Udara;
usaha angkutan udara niaga
dan pengangkatan direksi a. Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
perusahaan angkutan udara
Perhubungan Republik Indonesia
niaga.
Nomor: PM 77 Tahun 2014;
b. Perubahan Ke-2: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor: PM 5 Tahun 2015;
c. Perubahan ke-3: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor: PM 41 Tahun 2015;
d. Perubahan ke-4: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor: PM 68 Tahun 2015;
e. Perubahan ke-5: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 159 Tahun 2015;
f. Perubahan ke-6: Peraturan
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 177 Tahun
2015;
g. Perubahan ke-7: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 40 Tahun 2016.
h. Perubahan ke-8: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 56 Tahun 2016;
i. Perubahan ke-9: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 38 Tahun 2017;
j. Perubahan ke-10: Peraturan
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 45 Tahun
2017.
20 Pasal 117 Mengenai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2008
persyaratan, tata cara, dan KM 25 Tahun 2008 Tentang
prosedur memperoleh izin Penyelenggaraan Angkutan Udara;
kegiatan angkutan udara
bukan niaga. a. Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor: PM 77 Tahun 2014;
b. Perubahan Ke-2: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor: PM 5 Tahun 2015;
c. Perubahan ke-3: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor: PM 41 Tahun 2015;
d. Perubahan ke-4: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor: PM 68 Tahun 2015;
e. Perubahan ke-5: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 159 Tahun 2015;
f. Perubahan ke-6: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 177 Tahun 2015;
g. Perubahan ke-7: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 40 Tahun 2016.
h. Perubahan ke-8: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 56 Tahun 2016;
i. Perubahan ke-9: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 38 Tahun 2017;
j. Perubahan ke-10: Peraturan
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 45 Tahun
2017.
21 Pasal 120 Kewajiban 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2008, 2017
pemegang izin angkutan Nomor KM 25 Tahun 2008 Tentang
udara, persyaratan, tata Penyelenggaraan Angkutan Udara;
cara dan prosedur
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
pengenaan sanksi. a. Perubahan ke-1: Peraturan
Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor: PM 77 Tahun
2014;

b. Perubahan Ke-2: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor: PM 5 Tahun
2015;

c. Perubahan ke-3: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor: PM 41 Tahun
2015;

d. Perubahan ke-4: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor: PM 68 Tahun
2015;

e. Perubahan ke-5: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 159 Tahun
2015;

f. Perubahan ke-6: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 177 Tahun
2015;

g. Perubahan ke-7: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 40 Tahun
2016.

h. Perubahan ke-8: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 56 Tahun
2016;

i. Perubahan ke-9: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 38 Tahun
2017;

j. Perubahan ke-10: Peraturan


Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor PM 45 Tahun
2017.

2. Peraturan Menteri Perhubungan


Republik Indonesia Nomor PM 78
Tahun 2017 tentang Pengenaan
Sanksi Administratif Terhadap
Pelanggaran Peraturan Perundang-
Undangan Di Bidang Penerbangan;
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
22 Pasal 130 Mengenai tarif 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2016, 2017
angkutan udara niaga Nomor PM 14 Tahun 2016 Tentang
berjadwal dalam negeri kelas Mekanisme Formulasi Perhitungan
ekonomi dan angkutan dan Penetapan Tarif Batas Atas dan
udara perintis serta tata Batas Bawah Penumpang Pelayanan
cara dan prosedur Kelas Ekonomi Angkutan Udara
pengenaan sanksi Niaga Berjadwal dalam Negeri.
administratif. 2. Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 39 Tahun 2018 tentang
Tata Cara dan Formulasi
Perhitungan Biaya Operasi
Penerbangan Angkutan Udara
Perintis.
3. Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 78
Tahun 2017 tentang Pengenaan
Sanksi Administratif Terhadap
Pelanggaran Peraturan Perundang-
Undangan Di Bidang Penerbangan;
23 Pasal 133 Mengenai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2000
persyaratan, tata cara, dan KM 51 Tahun 2000 tentang Perwakilan
prosedur pemberian izin Dan Agen Penjualan Umum (General
kegiatan usaha penunjang Sales Agent/GSA) Perusahaan Angkutan
angkutan udara. Udara Asing
(Sedang proses revisi)
24 Pasal 135 Mengenai Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: 1999
pelayanan berupa pelakuan KM.71 Tahun 1999 tentang Aksesibilitas
dan fasilitas khusus. Bagi Penyandang Cacat dan Orang Sakit
pada Sarana dan Prasarana
Perhubungan.
25 Pasal 137 Mengenai 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2013, 2017
prosedur dan tata cara Nomor: PM 90 Tahun 2013 tentang
pengenaan sanksi Keselamatan Pengangkutan Barang
administratif sebagaimana
Berbahaya dengan Pesawat Udara;
dimaksud dalam pasal 136
ayat (5) Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor : PM 58 Tahun
2016
2. Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 78
Tahun 2017 tentang Pengenaan
Sanksi Administratif Terhadap
Pelanggaran Peraturan Perundang-
Undangan Di Bidang Penerbangan;
26 Pasal 139 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2013, 2017
Nomor: PM 90 Tahun 2013 tentang
Ketentuan lebih lanjut Keselamatan Pengangkutan Barang
mengenai tata cara prosedur
Berbahaya dengan Pesawat Udara;
pengangkutan barang
khusus dan barang Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
berbahaya serta pengenaan Perhubungan Nomor : PM 58 Tahun
sanksi administratif diatur 2016
dengan Peraturan Menteri. 2. Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 78
Tahun 2017 tentang Pengenaan
Sanksi Administratif Terhadap
Pelanggaran Peraturan Perundang-
Undangan Di Bidang Penerbangan;
27 Pasal 149 Mengenai batas Peraturan Menteri Perhubungan RI 2015
waktu keterlambatan Nomor PM 89 Tahun 2015 Tentang
angkutan udara.
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
Penanganan Keterlambatan Penerbangan
(Delay Management) Pada Badan Usaha
Angkutan Udara Niaga Berjadwal Di
Indonesia;
28 Pasal 165 ayat (1) Peraturan Menteri Perhubungan RI 2011
Nomor PM 77 Tahun 2011 Tentang
Jumlah ganti kerugian Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan
untuk setiap penumpang Udara.
yang meninggal dunia, cacat Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
tetap, atau luka-luka Perhubungan RI Nomor PM 92 Tahun
sebagaimana dimaksud 2011
dalam Pasal 141 ayat (1)
ditetapkan dengan
Peraturan Menteri.
29 Pasal 168 ayat (1) Peraturan Menteri Perhubungan RI 2011
Nomor PM 77 Tahun 2011 Tentang
Jumlah ganti kerugian Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan
untuk setiap bagasi tercatat Udara.
dan kargo sebagaimana Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
dimaksud dalam Pasal 144 Perhubungan RI Nomor PM 92 Tahun
dan Pasal 145 ditetapkan 2011
dengan Peraturan Menteri.
30 Pasal 170 Peraturan Menteri Perhubungan RI 2011
Nomor PM 77 Tahun 2011 Tentang
Jumlah ganti kerugian Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan
untuk setiap keterlambatan Udara.
sebagaimana dimaksud Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
dalam Pasal 146 diatur lebih Perhubungan RI Nomor PM 92 Tahun
lanjut dengan Peraturan 2011
Menteri.
31 Pasal 172 ayat (4) Peraturan Menteri Perhubungan RI 2011
Nomor PM 77 Tahun 2011 Tentang
Ketentuan lebih lanjut Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan
mengenai besaran ganti Udara.
kerugian sebagaimana Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
dimaksud pada ayat (1) Perhubungan RI Nomor PM 92 Tahun
ditetapkan dengan 2011
Peraturan Menteri.
32 Pasal 184 ayat (3) Peraturan Menteri Perhubungan RI 2011
Nomor PM 77 Tahun 2011 Tentang
Ketentuan lebih lanjut Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan
mengenai penghitungan Udara.
besaran ganti kerugian, Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
persyaratan, dan tata cara Perhubungan RI Nomor PM 92 Tahun
untuk memperoleh ganti 2011
kerugian diatur dengan
Peraturan Menteri.
33 Pasal 186 ayat (2) Peraturan Menteri Perhubungan RI 2011
Ketentuan lebih lanut Nomor PM 77 Tahun 2011 Tentang
mengenai tanggung jawab Tanggung Jawab Pengangkut Angkutan
pengangkut diatur dengan Udara.
Peraturan Menteri. Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 92 Tahun
2011
34 Pasal 200 ayat (4) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : 2013
Ketentuan lebih lanjut PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan
mengenai tata cara dan Kebandarudaraan Nasional
prosedur penetapan tatanan
kebandarudaraan diatur
dengan Peraturan Menteri.
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
35 Pasal 213 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: 2013
Ketentuan lebih lanjut PM 69 Tahun 2013 tentang Tatanan
mengenai tata cara dan Kebandarudaraan Nasional
prosedur penetapan lokasi
bandar udara dan tempat
pelayanan penunjang di luar
daerah lingkungan kerja
diatur dengan Peraturan
Menteri.
36 Pasal 218 Mengenai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : 2017
keamanan dan keselamatan PM 83 Tahun 2017 tentang Peraturan
penerbangan, pelayanan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian
jasa bandar udara, serta tata 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part
cara dan prosedur untuk 139) Tentang Bandar Udara (Aerodrome)
memperoleh sertifikat
Bandar udara atau register
Bandar udara dan
pengenaan sanksi
administratif.
37 Pasal 221 Mengenai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : 2017
pengoprasian fasilitas PM 83 Tahun 2017 tentang Peraturan
Bandar udara serta tata cara Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian
dan prosedur pengenaan 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part
sanksi administratif 139) Tentang Bandar Udara (Aerodrome)
38 Pasal 225 Mengenai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : 2017
persyaratan, tata cara dan PM 83 Tahun 2017 tentang Peraturan
prosedur memperoleh Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian
lisensi, lembaga pendidikan 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part
dan/atau pelatihan, serta 139) Tentang Bandar Udara (Aerodrome)
pengenaan sanksi
administratif.
39 Pasal226 ayat (4) Mengenai Peraturan Menteri Perhubungan 2015
kegiatan pemerintah di Republik Indonesia Nomor: PM 61 Tahun
Bandar udara. 2015 tentang Fasilitasi (FAL) Udara
40 Pasal 231 Peraturan Menteri Perhubungan 2011
Republik Indonesia Nomor: PM 41 Tahun
Ketentuan lebih lanjut 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja
mengenai otoritas bandar Kantor Otoritas Bandar Udara
udara diatur dengan
Peraturan Menteri.
41 Pasal 238 Mengenai kegiatan Peraturan Menteri Perhubungan RI 2015
pengusahaan di bandar Nomor PM 56 Tahun 2015 Tentang
udara, serta tata cara dan Kegiatan Pengusahaan Bandar Udara;
prosedur pengenaan sanksi Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
administratif. Perhubungan Nomor PM 187 Tahun
2015
42 Pasal 246 Mengenai tata Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2014
cara dan prosedur PM 36 Tahun 2014 Tentang Tata Cara
pengenaan tarif jasa Dan Prosedur Pengenaan Tarif Jasa
kebandarudaraan. Kebandarudaraan;
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 179 Tahun
2015
43 Pasal 252 Mengenai izin Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : 2017
pembangunan dan PM 83 Tahun 2017 tentang Peraturan
pengoprasian Bandar udara Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian
khusus, serta perubahan 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part
status menjadi Bandar 139) Tentang Bandar Udara (Aerodrome)
udara yang dapat melayani
kepentingan umum.
44 Pasal 255 Mengenai tata Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : 2017
cara dan prosedur PM 83 Tahun 2017 tentang Peraturan
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
pemberian izin Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian
pembangunan dan 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part
pengoprasian tempat 139) Tentang Bandar Udara (Aerodrome)
pendaratan dan Iepas landas
helikopter.
45 Pasal 268 Peraturan Menteri Perhubungan 2016
Ketentuan lebih lanjut Republik Indonesia Nomor PM 55 Tahun
mengenai tata cara dan 2016 tentang Tatanan Navigasi
prosedur penetapan Tatanan Penerbangan Nasional
Ruang Udara Nasional dan
jalur penerbangan diatur
dengan Peraturan Menteri.
46 Pasal 277 1. Peraturan Menteri Perhubungan RI 2011, 2017
Ketentuan lebih lanjut Nomor PM 57 Tahun 2011 tentang
mengenai tata cara dan Peraturan Keselamatan Penerbangan
prosedur pembentukan dan Sipil Bagian 171 (Civil Aviation Safety
sertifikasi lembaga Regulation Part 171) Tentang
penyelenggara pelayanan Penyelenggara Pelayanan
navigasi penerbangan, serta Telekomunikasi Penerbangan
biaya pelayanan jasa (Aeronautical Telecommunicatlon
navigasi penerbangan diatur Service Providers);
dengan Peraturan Menteri. Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor 29 Tahun
2013;
Perubahan ke-2: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor 38 Tahun
2014;
Perubahan ke-3: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor 48 Tahun
2017;

2. Peraturan Menteri Perhubungan


Nomor: PM 49 Tahun 2011 tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan
Sipil Bagian 172 (CASR Part 172)
tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Lalu Lintas Penerbangan (Air Traffic
Service Provider);
3. Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor: PM 65 Tahun 2017 tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan
Sipil Bagian 170 tentang Peraturan
Lalu Lintas Penerbangan (Air Traffic
Rules).
47 Pasal 280 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: 2017
PM 65 Tahun 2017 tentang Peraturan
Ketentuan lebih lanjut Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian
mengenai tata cara dan 170 tentang Peraturan Lalu Lintas
prosedur pelayanan lalu Penerbangan (Air Traffic Rules).
lintas penerbangan diatur
dengan Peraturan Menteri.
48 Pasal 283 Peraturan Menteri Perhubungan RI 2017
Nomor: PM 65 Tahun 2017 tentang
Ketentuan lebih lanjut Peraturan Keselamatan Penerbangan
mengenai tata cara dan Sipil Bagian 170 tentang Peraturan Lalu
prosedur pelayanan Lintas Penerbangan (Air Traffic Rules).
telekomunikasi penerbangan
diatur dengan Peraturan
Menteri
49 Pasal 286 Peraturan Menteri Perhubungan RI 2015
Nomor: PM 60 Tahun 2015 tentang
Ketentuan lebih lanjut Peraturan Keselamatan Penerbangan
mengenai tata cara dan Sipil Bagian 175 (Civil Aviation Safety
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
prosedur pelayanan Regulation Part 175) Tentang Pelayanan
informasi aeronautika diatur Informasi Aeronautika (Aeronautical
dengan Peraturan Menteri. Information Service)
50 Pasal 290 Peraturan Menteri Perhubungan RI 2015
Ketentuan lebih lanjut Nomor: PM 95 Tahun 2018 tentang
mengenai tata cara dan Peraturan Keselamatan Penerbangan
prosedur pelayanan Sipil Bagian 174 (Civil Aviation Safety
informasi meteorologi Regulations Part 174) tentang Pelayanan
penerbangan diatur dengan Informasi Meteorologi Penerbangan
Peraturan Menteri. (Aeronautical Meteorological Information
Services)
51 Pasal 291 ayat (3) Peraturan Menteri Perhubungan RI 2015
Ketentuan lebih lanjut Nomor: PM 115 Tahun 2015 tentang
mengenai tata cara dan Peraturan Keselamatan Penerbangan
prosedur pelayanan Sipil Bagian 176 (Civil Aviation Safety
informasi pencarian dan regulation Part 176) tentang Pencarian
pertolongan diatur dengan dan Pertolongan Pada Kecelakaan
Peraturan Menteri. Pesawat Udara (Search and Rescue)
52 Pasal 295 1. Peraturan Menteri Perhubungan RI 2015, 2017
Ketentuan lebih lanjut Nomor PM: 1 Tahun 2014 Tentang
mengenai persyaratan, tata Peraturan Keselamatan Penerbangan
cara dan prosedur Sipil Bagian 69 (Civil Aviation Safety
memperoleh lisensi, lembaga Regulations Part 69) Tentang Lisensi,
pendidikan dan/atau Rating, Pelatihan Dan Kecakapan
pelatihan, dan pengenaan Personel Navigasi Penerbangan;
sanksi administratif diatur Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
dengan Peraturan Menteri. Perhubungan RI Nomor PM: 17
Tahun 2016
2. Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 78
Tahun 2017 tentang Pengenaan
Sanksi Administratif Terhadap
Pelanggaran Peraturan Perundang-
Undangan Di Bidang Penerbangan;
53 Pasal 301 1. Peraturan Menteri Perhubungan RI 2011, 2017
Ketentuan lebih lanjut Nomor PM 57 Tahun 2011 tentang
mengenai tata cara dan Peraturan Keselamatan Penerbangan
prosedur pemasangan, Sipil Bagian 171 (Civil Aviation Safety
pengoperasian, Regulation Part 171) Tentang
pemeliharaan, pelaksanaan Penyelenggara Pelayanan
kalibrasi, dan pengenaan Telekomunikasi Penerbangan
sanksi administratif diatur (Aeronautical Telecommunicatlon
dengan Peraturan Menteri. Service Providers);
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor 29 Tahun
2013;
Perubahan ke-2: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor 38 Tahun
2014;
Perubahan ke-3: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor 48 Tahun
2017;

2. Peraturan Menteri Perhubungan


Republik Indonesia Nomor PM 78
Tahun 2017 tentang Pengenaan
Sanksi Administratif Terhadap
Pelanggaran Peraturan Perundang-
Undangan Di Bidang Penerbangan;

54 Pasal 304 Peraturan Menteri Perhubungan 2016


Republik Indonesia Nomor PM 59 Tahun
Ketentuan lebih lanjut 2016 tentang Sertifikasi Stasiun
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
mengenai tata cara dan Penerbangan Di Pesawat Udara (Aircraft
prosedur penggunaan Aeronautical Station License);
frekuensi radio untuk
kegiatan penerbangan diatur
dengan Peraturan Menteri.
55 Pasal 311 Mengenai program Peraturan Menteri Perhubungan 2016
keselamatan penerbangan Republik Indonesia Nomor: PM 93 Tahun
nasional. 2016 tentang Program Keselamatan
Penerbangan Nasional
56 Pasal 312 ayat (5) Mengenai Untuk pengawasan keselamatan dan unit 2015
pengawasan keselamatan kerja diatur dalam:
penerbangan, unit kerja dan Peraturan Menteri Perhubungan RI
lembaga penyelenggara Nomor PM 59 Tahun 2015 Tentang
pelayanan umum. Kriteria, Tugas, Dan Wewenang
Inspektur Penerbangan
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 142 Tahun
2016
57 Pasal 317 Mengenai sistem 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2017
manajemen keselamatan Republik Indonesia Nomor PM 62
penyedia jasa penerbangan, Tahun 2017 tentang Peraturan
tata cara, dan prosedur Keselamatan Penerbangan Sipil
pengenaan sanksi Bagian 19 tentang Sistem Manajemen
administratif. Keselamatan ;
2. Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 78
Tahun 2017 tentang Pengenaan
Sanksi Administratif Terhadap
Pelanggaran Peraturan Perundang-
Undangan Di Bidang Penerbangan;
58 Pasal 322 Mengenai budaya Peraturan Menteri Perhubungan 2016
keselamatan penerbangan, Republik Indonesia Nomor: PM 93 Tahun
tata cara, dan prosedur 2016 tentang Program Keselamatan
pengenaan sanksi Penerbangan Nasional
administratif sebagaimana
dimaksud dalam pasal 321
ayat (3).
59 Pasal 330 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2017
Ketentuan lebih lanjut PM 80 Tahun 2017 tentang Program
mengenai tata cara dan Keamanan Penerbangan Nasional.
prosedur pembuatan atau
pelaksanaan program
keamanan penerbangan
nasional diatur dengan
Peraturan Menteri.

60 Pasal 333 Mengenai 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2015, 2017


pengawasan keamanan Nomor PM 80 Tahun 2017 tentang
penerbangan nasional. Program Keamanan Penerbangan
Nasional.
2. Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 92 Tahun 2015 tentang
Program Pengawasan Keamanan
Penerbangan Nasional.

61 Pasal 339 Mengenai tata Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2017


cara dan prosedur PM 80 Tahun 2017 tentang Program
keamanan pengoperasian Keamanan Penerbangan Nasional.
bandar udara.
62 Pasal 343 Mengenai tata Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2017
cara dan prosedur PM 80 Tahun 2017 tentang Program
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
pelaksanaan keamanan Keamanan Penerbangan Nasional.
pengoperasian pesawat
udara.
63 Pasal 347 Mengenai tata 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2015, 2017
cara dan prosedur Nomor PM 80 Tahun 2017 tentang
penanggulangan tindakan Program Keamanan Penerbangan
melawan hukum serta Nasional.
penyerahan tugas dan 2. Peraturan Menteri Perhubungan
komando penanggulangan. Nomor PM 140 Tahun 2015 tentang
Program Penanggulangan Keadaan
Darurat Keamanan Penerbangan
Nasional.

64 Pasal 351 Mengenai fasilitas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2017


keamanan penerbangan. PM 80 Tahun 2017 tentang Program
Keamanan Penerbangan Nasional.
65 Pasal 380 ayat (2) Mengenai Peraturan Menteri Perhubungan 2017
tata cara dan prosedur Republik Indonesia Nomor PM 78 Tahun
pengenaan sanksi 2017 tentang Pengenaan Sanksi
administratif sebagaimana Administratif Terhadap Pelanggaran
dimaksud pada ayat (1) serta Peraturan Perundang-Undangan Di
besarnya denda Bidang Penerbangan
administratif.

66 Pasal 381 ayat (5) Mengenai DKP: 2014,2015,


penyediaan dan Peraturan Menteri Perhubungan 2016, 2017
pengembangan sumber daya Republik Indonesia Nomor PM 137
manusia di bidang Tahun 2015 tentang tentang Program
penerbangan. Pendidikan dan Pelatihan Kemanan
Penerbangan Nasional
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor
PM 94 Tahun 2016;

DNP: CASR 69 dan CASR 143


1. Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 1
Tahun 2014 Tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil
Bagian 69 (Civil Aviation Safety
Regulations Part 69) Tentang Lisensi,
Rating, Pelatihan Dan Kecakapan
Personel Navigasi Penerbangan
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 17 Tahun 2016;

2. Peraturan Menteri Perhubungan


Republik Indonesia Nomor PM 43
Tahun 2016 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil
Bagian 143 (Civil Aviation Safety
Regulations Part 143) tentang
Penyelenggara Pendidikan Dan
Pelatihan Bidang Navigasi
Penerbangan (Air Navigation Training
Provider)

DBU:
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
PM 83 Tahun 2017 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian
139 (Civil Aviation Safety Regulation Part
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
139) tentang Bandar Udara (Aerodrome).
1. Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor KP 20
Tahun 2015 tentang Pedoman Teknis
Operasional Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 139-07
(Advisory Circular CASR Part 139-
07), Pemberian Akreditasi Lembaga
Pendidikan Dan/Atau Pelatihan
Personel Bandar Udara;
2. Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor KP 22
Tahun 2015 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil
Bagian 139-14 (Advisory Circular
CASR PART 139-14), Standar
Kompetensi Personel Bandar Udara;
3. Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor KP 23
Tahun 2015 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil
Bagian 139-02 (Staff Instruction
CASR Part 139-02), Pengujian
Personel Bandar Udara
4. Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor KP 041
Tahun 2017 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil
Bagian 139-11 (Advisory Circular
CASR Part 139-11), Lisensi dan/atau
Rating Personel Bandar Udara;
67 Pasal 392 Mengenai Peraturan Menteri Perhubungan 2017
sertifikat kompetensi dan Republik Indonesia Nomor PM 68 Tahun
Iisensi serta penyusunan 2017 tentang Program Pelatihan Bagi
program pelatihan. Personel Teknis di Lingkungan Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara
68 Pasal 395 (2) Mengenai DKP: 2010, 2015,
peraturan hari kerja, Untuk mekanisme skema shift kerja 2017
pembatasan jam kerja, dan diatur dalam:
persyaratan jam istirahat Peraturan Direktur Jenderal
sebagaimana dimaksud pada Perhubungan Udara Nomor SKEP / 2765
ayat (1). / XII /2010 tentang Tata Cara
Pemeriksaan Keamanan Penumpang,
Personel Pesawat Udara Dan Barang
Bawaan yang Diangkut dengan Pesawat
Udara dan Orang Perseorangan;

DBU:
1. Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor KP 287
Tahun 2015 tentang Pedoman Teknis
Operasional Bagian 69-01 (Advisory
Circular Part 69-01) tentang Lisensi,
Rating, Pelatihan dan Kecakapan
Personel Pemandu Lalu Lintas
Penerbangan
Perubahan ke-1: Peraturan Direktur
Jenderal Perhubungan Udara Nomor
KP 218 Tahun 2017;
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
Pasal dalam Peraturan Pemerintah Nemer 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan
C dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandara Udara yang mengamanatkan
dibentuknya Peraturan Menteri
1 Pasal 6 ayat (2) Mengenai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 2014
keadaan tertentu PM 20 Tahun 2014 tentang Tata Cara
pemindahan penetapan Dan Prosedur Penetapan Lokasi Bandar
lokasi Bandar Udara. Udara
2 Pasal 10 ayat (2) Mengenai 1. Keputusan Menteri Perhubungan 2001
standar rancang bangun Nomor KM 25 Tahun 2001 tentang
dan/atau rekayasa fasilitas Peraturan Keselamatan Penerbangan
Bandara Udara, serta Sipil Bagian 23 tentang Rancang
standar kelaikan fasilitas. Bangun Standar Kelakan Udara
Untuk Pesawat Udara Kategori
Normal, Utiliti, Akrobatik dan
Komuter;
2. Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 45
Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Keputusan Menteri Perhubungan
Nomor KM 25 Tahun 2001 tentang
Peraturan Keselamatan Penerbangan
Sipil Bagian 23 tentang Rancang
Bangun Standar Kelakan Udara
Untuk Pesawat Udara Kategori
Normal, Utiliti, Akrobatik dan
Komuter
3 Pasal 17 ayat (3) Mengenai Peraturan Menteri Perhubungan 2016
rancangan teknik terinci Republik Indonesia Nomor PM 87
fasilitas pokok Bandar udara Tahun 2016 tentang Tata Cara dan
dan pengesahan. Prosedur Pemberian Izin Mendirikan
Bangunan Bandar Udara dan
Persetujuan Pengembangan Bandar
Udara
4 Pasal 22 ayat (3) Mengenai Peraturan Menteri Perhubungan 2016
tata cara prosedur Republik Indonesia Nomor PM 87 Tahun
pemberian izin mendirikan 2016 tentang Tata Cara dan Prosedur
bangunan bandar udara. Pemberian Izin Mendirikan Bangunan
Bandar Udara dan Persetujuan
Pengembangan Bandar Udara
5 Pasal 25 ayat (4) Mengenai Peraturan Menteri Perhubungan 2016
bangunan Bandar udara dan Republik Indonesia Nomor PM 87 Tahun
persetujuan pengembangan 2016 tentang Tata Cara dan Prosedur
Bandar udara. Pemberian Izin Mendirikan Bangunan
Bandar Udara dan Persetujuan
Pengembangan Bandar Udara
6 Pasal 29 ayat (3) Mengenai Peraturan Menteri Perhubungan 2019
perjanjian kerjasama Republik Indonesia Nomor PM 193
pembangunan bandar Tahun 2015 tentang Konsesi Dan Bentuk
udara. Kerjasama Lainnya Antara Pemerintah
Dengan Badan Usaha Bandar Udara
Untuk Pelayanan Jasa Kebandarudaraan
7 Pasal 30 ayat (3) Mengenai Peraturan Menteri Perhubungan 2019
kerjasama pembangunan Republik Indonesia Nomor PM 193
dan/atau pengembangan Tahun 2015 tentang Konsesi Dan Bentuk
bandar udara. Kerjasama Lainnya Antara Pemerintah
Dengan Badan Usaha Bandar Udara
Untuk Pelayanan Jasa Kebandarudaraan
8 Pasal 46 ayat (3) Mengenai 1. Peraturan Menteri Perhubungan 2019
tahapan, penerapan bandar Republik Indonesia Nomor PM 54
udara ramah lingkungan Tahun 2017 tentang Pengelolaan
dan penyampaian laporan. Limbah Dan Zat Kimia
Pengoperasian Pesawat Udara Dan
Arah Kerangka Regulasi
Tahun
No dan/atau Kebutuhan Nomor Peraturan
Penetapan
Regulasi
Bandar Udara;
2. Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor SKEP
124/VI/2009 tentang Pedoman
Pelaksanaan Bandar Udara Ramah
Lingkungan (Eco Airport)

REGULASI LAIN YANG AKAN DIBUAT


No. Nama Rancangan Peraturan/Keputusan Menteri Maksud dan Tujuan
Perhubungan RI Pembentukan
DIREKTORAT BANDAR UDARA
1 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 69 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2013 tentang Tatanan Kebandarudaraan
Nasional.

2 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 36 Penyempurnaan Peraturan


Tahun 2014 tentang Tata Cara Dan Prosedur
Pengenaan Tarif Jasa Kebandarudaraan.
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan RI
Nomor PM 179 Tahun 2015.
3 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 56 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2015 tentang Kegiatan Pengusahaan Di Bandar
Udara.
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan RI
Nomor PM 187 Tahun 2015.
4 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 77 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2015 tentang Standarisasi Dan Sertifikasi
Fasilitas Bandar Udara.
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan RI
Nomor PM 92 Tahun 2016.
5 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM Penyempurnaan Peraturan
178 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Pengguna
Jasa Bandar Udara.
6 Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 174 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2015 tentang Pembatasan Usia Peralatan
Penunjang Pelayanan Darat Pesawat Udara (Ground
Support Equipment/GSE) Dan Kendaraan Operasional
Yang Beroperasi Di Sisi Udara.
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan RI
Nomor PM 91 Tahun 2016.
7 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 83 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2017 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety
Regulation Part 139) Tentang Bandar Udara
(Aerodrome).
8 Rancangan Peraturan Menteri Perhubungan RI tentang Peraturan Baru
Customer Satisfaction Index.
9 Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan RI Keputusan Baru
tentang Rencana Induk Bandar Udara Andi Jemma di
Kabupaten Luwu Utara Provinsi Sulawesi Selatan
10 Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan RI Keputusan Baru
tentang Rencana Induk Bandar Udara Sam Ratulangi
di Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara
11 Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan RI Keputusan Baru
tentang Rencana Induk Bandar Udara Sultan
Hasanuddin di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi
Selatan
12 Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan RI Keputusan Baru
tentang Rencana Induk Bandar Udara David
Constantijn Saudale Di Kabupaten Rote Ndao Provinsi
Nusa Tenggara Timur
13 Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan RI Keputusan Baru
tentang Rencana Induk Bandar Udara Internasional
Zainuddin Abdul Madjid di Kabupaten Lombok Tengah
Provinsi Nusa Tenggara Barat
14 Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan RI Keputusan Baru
tentang Penetapan Lokasi Bandar Udara Abreso
Kabupaten Manokwari Selatan Provinsi Papua Barat.
15 Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan RI Keputusan Baru
tentang Rencana Induk Bandar Udara Tanjung
Warukin di Kabupaten Tabalong Provinsi Kalimantan
Selatan
16 Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan RI Keputusan Baru
tentang Rencana Induk Bandar Udara Sanggu Buntok
Provinsi Kalimantan Tengah
DIREKTORAT ANGKUTAN UDARA
1 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor KM Penyempurnaan Peraturan
25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan
Udara
2 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor KM Penyempurnaan Peraturan
51 Tahun 2000 tentang Perwakilan dan Agen Penjualan
Umum (General Sales Agent/GSA) Perusahaan
Angkutan Udara Asing
3 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM Penyempurnaan Peraturan
tentang Jaringan Dan Rute Penerbangan
4 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 18 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2015 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan
Keuangan dan Evaluasi Kinerja Keuangan Badan
Usaha Angkutan Udara Niaga
5 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 61 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2015 tentang Fasilitasi (FAL) Udara.
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan RI
Nomor PM 106 Tahun 2018.
6 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM Penyempurnaan Peraturan
185 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan
Penumpang Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga
Berjadwal Dalam Negeri
7 Rancangan Keputusan Menteri Perhubungan RI Menetapkan besaran tarif
tentang Tarif Angkutan Udara Perintis Tahun Anggaran perintis tahun anggaran
2019 2019.
DIREKTORAT NAVIGASI PENERBANGAN
1 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 55  Updating program kerja
Tahun 2016 tentang Tatanan Navigasi Penerbangan realignment Flight
Nasional Information Region (FIR)
Jakarta di Ruang Udara
diatas Natuna, Tarempa
dan Kepulauan Riau.
 Penyesuai dengan doc
9426 tentang Global Air
Navigation Plan (GANP)
dan Aviation System
Block Upgrade (ASBU).
 Updating Pengaturan
mengenai Kawasan
pelatihan terbang.
 Updating pengaturan
mengenai implementasi
performance based
navigation (PBN).
 Updating pengaturan
mengenai manajemen
ruang udara.
 Updating pengaturan
mengenai rencana Induk
Navigasi Penerbangan.
2 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 1  Reviu ketentuan
Tahun 2014 tentang Peraturan Keselamatan penambahan
Penerbangan Sipil Bagian 69 (Civil Aviation Safety kewanangan personel
Regulation Part 69) tentang Lisensi, Rating, Pelatihan pemandu lalu lintas
dan Kecakapan Personel Navigasi Penerbangan) penerbangan dapat
memberikan pelayanan
pada unit AFIS.
 Deregulasi perijinan
lisensi dan rating
personel navigasi
penerbangan.
 Penyesuaian dengan
Permenhub PM 90 Tahun
2018 tentang Norma,
Standar, Prosedur dan
Kriteria Perijinan
Berusaha Terintegrasi
secara Elektronik Sektor
Perhubungan di bidang
Udara.
3 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 180  Perkembangan
Tahun 2015 tentang Peraturan Pengendalian Pengoperasian Pesawat
Pengoperasian Sistem Pesawat Udara Tanpa Awak di Udara Tanpa Awak
Ruang Udara yang Dilayani Indonesia (pengiriman barang dan
urban aerial taxy).
 Peningkatan
pengoperasian pesawat
udara tanpa awak di
Indonesia.
 Updating pengaturan
sesuai hasil air navigation
conference dan Legal
Commite.
 Surat Menkopolhukam
nomor: B-
278/HK.00.02/11/2018
tanggal 23 Nop 2018
perihal pengendalian
pengoperasian pesawat
udara tanpa awak (drone)
untuk kepentingan
pertahanan keamanan
penerbangan.
 Implementasi PP 4
tentang Pamwilud pasal
27 ayat 5.
 Penyesuaian dengan
Permenhub PM 90 Tahun
2018 tentang Norma,
Standar, Prosedur dan
Kriteria Perijinan
Berusaha Terintegrasi
secara Elektronik Sektor
Perhubungan di bidang
Udara.
4 Amandement Peraturan Menteri Perhubungan Nomor :  Penyesuaian dengan
PM 65 Tahun 2017 tentang Peraturan Keselamatan amandement 90 Annex
Penerbangan Sipil Bagian 170 (Civil Aviation Safety 10 Vol. II .
Regulation Part 170) tentang Peraturan Lalu Lintas  Penyesuaian dengan
Penerbangan (Air Traffic Rules) amandement PANS ATM
(doc 4444).
5 Peraturan Menteri Perhubungan tentang Peraturan  Tindaklanjut update
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 172 (Civil temuan ICAO USOAP
Aviation Safety Regulation Part 172) tentang bidang ANS mengenai
Penyelenggara Pelayanan Penerbangan penambahan ketentuan
SOP pelayanan lalu lintas
penerbangan.
 Harmonisasi dengan
Peraturan Perundanga di
Bidang Navigasi
Penerbangan.
 Penyesuaian Norma,
Standar, Prosedur dan
Kriteria Perijinan
Berusaha Terintegrasi
secara Elektronik Sektor
Perhubungan di bidang
Udara.
6 Amandement Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : Reviu Mekanisme
PM 34 Tahun 2017 tentang Tata Cara Pengajuan dan Persetujuan Investasi
Persetujuan Rencana Investasi Perusahaan Pelayanan Tahunan Perum LPPNPI,
Navigasi Penerbangan Indonesia disinkronisasikan dengan
Penetapan Rencana Kerja
dan Anggaran Perusahaan
di kementerian BUMN.
7 Amandement Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : Update ketentuan mengenai
PM 17 Tahun 2014 tentang Formulasi dan Mekanisme penambahan:
Penetapan Biaya Pelayanan Jasa Navigasi Penerbangan  Service level agreement
(SLA) dan kewajiban
pembayaran biaya
pelayanan jasa navigasi
penerbangan.
 Pemberian dispensasi
terhadap pengenaan
biaya PJNP oleh Sekolah
Penerbangan.
8 Amandement Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : Update ketentuan
PM 60 Tahun 2016 tentang Pengalihan pengalihan pelayanan
penyelenggaraan Pelayanan Navigasi Penerbangan navigasi penerbangan dari
segi pemanfaatan dan
pengalihan aset navigasi
penerbangan.
9 Peraturan Menteri Perhubungan tentang Peraturan  Penyesuaian dengan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 171 (Civil Amandement 84, 85, 86,
Aviation Safety Regulation Part 171) tentang 87, 88, dan 89 Annex 10
Penyelenggaraan Pelayanan Telekomunikasi Volume I, Volume III,
Penerbangan (Aeronautical Telecommunication Services Volume IV, dan Volume
Provider) V.
 Penyesuaian dengan
amandement 90 Annex
10 Vol. I dan Vol III.
 Ketentuan Pelaksanaan
kalibrasi fasilitas navigasi
dan prosedur
penerbangan.
 Update standar kinerja
pelayanan
telekomunikasi
penerbangan, antara lain
ASMGCS, AMHS.
 Penyesuaian dengan
permenhub PM 90 Tahun
2018 tentang Norma,
Standar, Prosedur dan
Kriteria Perijinan
Berusaha Terintegrasi
secara Elektronik Sektor
Perhubungan di bidang
Udara.
10 Amandement Peraturan Menteri Perhubungan Nomor :  Harmonisasi dengan
PM 115 Tahun 2015 TENTANG Peraturan Keselamatan peraturan perundangan
Penerbangan Sipil Bagian 176 (Civil Aviation Safety badan SAR Nasional
Regulation Part 176) tntang Pencarian dan Pertolongan yaitu :
pada Kecelakaan Pesawat Udara (Search and rescue)  Uu No. 29 Tahun 2014
tentang Pencarian dan
Pertolongan
 PP no. 22 Tahun 2017
tentang Operasi
pencarian dan
pertolongan
 Perpres No 83 Tahun
2016 tentang Badan
Nasional Pencarian dan
Pertolongan.
 Update ketentuan
pencarian dan
pertolongan pada
kecelakaan pesawat
udara, meliputi :
 Pelaksanaan
pengawasan dan
keinspekturan pada
bidang SAR
 Penerapan safety
management system
dibidang SAR.
11 Amandement Peraturan Menteri Perhubungan tentang  Penyesuaian dengan
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173 amandement 58 dan 59
(Civil Aviation Safety Regulation Part 173) tentang Annex 4.
Perancang Prosedur Penerbangan (Flight Procedure  Penambahan ketentuan
Design) mengenai pelaksanaan
periodik reviu setiap
prosedur penerbangan
secara berkala.
 Penyesuaian dengan
Permenhub PM 90 Tahun
2018 tentang Norma,
Standar, Prosedur dan
Kriteria Perijinan
Berusaha Terintegrasi
secara Elektronik Sektor
Perhubungan di bidang
Udara.
12 Amandement Peraturan Menteri Perhubungan tentang  Penyesuaian dengan
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 175 amandement 58 dan 59
(Civil Aviation Safety Regulation Part 175) tentang annex 4.
Pelayanan Informasi Aeronautika (Aeronautical  Penyesuaian dengan
Information Services) penerbit PANS – AIM.
DIREKTORAT KELAIKUDARAAN DAN PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA
1 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 28 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 34 Amandemen 1 (Civil
Aviation Safety Regulations Part 34 Amandement 1)
tentang Persyaratan Bahan Bakar Terbuang dan Emisi
Gas Buang Untuk Pesawat Udara yang Digerakkan
dengan Mesin Turbin (Fuel Venting And Exhause
Emission Requirement For Turbin Engine Powered
Airplanes)
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 49 Tahun 2015
2 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 29 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 36 Amandemen 1 (Civil
Aviation Safety Regulations Part 36 Amendement 1)
tentang Sertifikasi Standar Kebisingan Jenis Pesawat
Terbang dan Kelaikan Udara (Noise Standards: Aricraft
Type and Airworthiness Certifications)
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan RI
Nomor PM 58 Tahun 2017
3 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM Penyempurnaan Peraturan
163 Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 107 (Civil Aviation Safety
Regulations Part 107) tentang Sistem Pesawat Udara
Kecil Tanpa Awak (Small Unmanned Aircraft System)
4 Part 1 Definition and Abbreviation Penyempurnaan Peraturan
5 Revisi Rancangan Peraturan Menteri Perhubungan RI Penyempurnaan Peraturan
Nomor PM 98 Tahun 2015 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 21 (Civil
Aviation Safety Regulations Part 21) tentang Prosedur
Sertifikasi untuk Produk dan Bagian-Bagiannya
(Certification Procedures for Produtc and Parts)
6 Part 43 Maintenance, Preventive Maintenance, Penyempurnaan Peraturan
Rebuilding And Alteration
7 Revisi Rancangan Peraturan Menteri Perhubungan RI Penyempurnaan Peraturan
Nomor KM 60 Tahun 2008 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 45 (Civil
Aviation Safety Regulations Part 45) tentang Identifikasi
dan Tanda Pendaftaran Pesawat Udara (Identifcation
and Registration Marking)
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor KM 61 Tahun 2009
8 Revisi Rancangan Peraturan Menteri Perhubungan RI Penyempurnaan Peraturan
Nomor PM 52 Tahun 2018 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 47 (Civil
Aviation Safety Regulations Part 47) tentang
Pendaftaran Pesawat Udara (Aircraft Registration)
9 Revisi Rancangan Peraturan Menteri Perhubungan Penyempurnaan Peraturan
Nomor KM 56 Tahun 2010 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 60 (Civil
Aviation Safety Regulations Part 60) Tentang
Persyaratan Alat Bantu Pelatihan Sintetis (Synthetic
Training Devices)
10 Part 61 Certification Pilots And Flight Instructors Penyempurnaan Peraturan
11 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 16 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2010 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 63 (Civil Aviation
Safety Regulations (CASR) Part 63) tentang Persyaratan
Personel Pesawat Udara Selain Penerbang Dan Personel
Penunjang Operasi Pesawat Udara.
1. Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 49 Tahun 2016;
2. Perubahan ke-2: Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 59 Tahun 2017.
12 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 94 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 91 (Civil Aviation Safety
Regulations Part 91) tentang Pengoperasian Pesawat
Udara (General Operating And Flight Rules)
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 81 Tahun 2017.
13 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 28 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2013 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 121 (Civil Aviation Safety
Regulation Part 121) tentang Persyaratan-Persyaratan
Sertifikasi dan Operasi Bagi Perusahaan Perusahaan
Angkutan Udara Yang Melakukan Penerbangan Dalam
Negeri, Internasional dan Angkutan Udara Niaga Tidak
Berjadwal (Certification and Operating Requirements:
Domestic, Flag, and Supplemental Air Carries)
1. Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan
RI Nomor PM 36 Tahun 2015;
2. Perubahan Ke-2: Peraturan Menteri Perhubungan
RI Nomor PM 107 Tahun 2015;
3. Perubahan ke-3: Peraturan Menteri Perhubungan
RI Nomor PM 41 Tahun 2016.
4. Perubahan ke-4: Peraturan Menteri Perhubungan
RI Nomor PM 61 Tahun 2017.
14 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2008 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 133 (Civil Aviation Safety
Regulations Part 133) tentang Pengoperasian Rotorcraft
Muatan Eksternal (Rotorcraft Extermal Load Operations)
15 Part 135 Certification And Operating Requirements Penyempurnaan Peraturan
: For Commuter And Charter Air Carriers
16 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 57 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2010 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 141 (Civil Aviation Safety
Regulations Part 141) Tentang Persyaratan Sertifikasi
Dan Operasi Untuk Sekolah Penerbang (Certification
And Operating Requirement For Pilot Schools)
1. Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor: PM 64 Tahun 2015;
2. Perubahan ke-2: Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 51 Tahun 2016;
3. Perubahan ke-3: Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 64 Tahun 2017;
17 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 58 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2010 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 142 (Civil Aviatlon Safety
Regulations Part 142) tentang Persyaratan Sertifikasi
dan Operasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan
(Certification and Operatlng Requirements for Training
Centers)
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 60 Tahun 2017.
Perubahan ke-2: Peraturan Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor PM 96 Tahun 2018.
18 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 17 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 145 Amandemen 3 (Civil
Aviation Safety Regulations Part 145 Amandement 3)
tentang Organisasi Perusahaan Perawatan Pesawat
Udara (Approved Maintenance Organizations)
1. Perubahan Ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 164 Tahun 2015;
2. Perubahan Ke-2: Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 57 Tahun 2017
19 Part 183 Representatives of The Director General Penyempurnaan Peraturan
DIREKTORAT KEAMANAN PENERBANGAN
1 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 137 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2015 tentang Program Pendidikan dan Pelatihan
Kemanan Penerbangan Nasional
Perubahan ke-1: PM 94 Tahun 2016
2 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 53 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2017 tentang Pengamanan Kargo dan Pos Serta
Rantai Pasok (Supply Chain) Kargo dan Pos Yang
Diangkut dengan Pesawat Udara
3 Revisi Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 80 Penyempurnaan Peraturan
Tahun 2017 tentang Program Keamanan Penerbangan
Nasional
4 Peraturan Menteri Perhubungan tentang Peraturan  Penyesuain terhadap
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 92 (Civil ketentuan terbaru dari
Aviation Safety Regulation Part 92) tentang Keselamatan ICAO Annex 18
Pengangkutan Barang Berbahaya dengan Pesawat amandement terakhir.
Udara  Sebagai penunjang dalam
rangka menutup finding
ICAO USOAP, khususnya
area OPS DG.
5 Peraturan Menteri Perhubungan tentang Penanganan Memberikan panduan secara
Pengangkutan Kargo Udara regulasi, perlindungan dan
jaminan terkait
pengangkutan kargo udara
kepada operator pesawat
udara dan para stakeholder –
nya.
REKAPITULASI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI BIDANG PERHUBUNGAN UDARA
DAFTAR PERATURAN YANG DITERBITKAN PADA TAHUN 2017

No. JENIS REGULASI JUMLAH


1 Peraturan Pemerintah Tahun 2017 -
1.1. Peraturan Pemerintah Tahun 2017 (Berkaitan Dengan Kegiatan Transportasi Seluruh Instansi Di -
Kementerian Perhubungan RI)
2. Peraturan Presiden Tahun 2017 -
2.1 Peraturan Presiden Tahun 2017 (Berkaitan Dengan Kegiatan Transportasi Seluruh Instansi Di 5 (Lima)
Kementerian Perhubungan RI)
3 Keputusan Presiden Tahun 2017 (Berkaitan Dengan Kegiatan Transportasi Seluruh Instansi di 2 (Dua)
Kementerian Perhubungan RI
4 Peraturan Menteri Perhubungan Tahun 2017 37 (Tiga Puluh Tujuh)
4.1. Peraturan Menteri Perhubungan Tahun 2017 (Berkaitan Dengan Kegiatan Transportasi Seluruh 14 Empat Belas)
Instansi Di Kementerian Perhubungan RI)
5 Keputusan Menteri Perhubungan Tahun 2017 13 (Tiga Belas)
5.1. Keputusan Menteri Perhubungan Tahun 2017 (Berkaitan Dengan Kegiatan Transportasi Seluruh 16 (Enam Belas)
Instansi Di Kementerian Perhubungan RI)
6 Instruksi Menteri Perhubungan Tahun 2017 1 (satu)
6.1 Instruksi Menteri Perhubungan Tahun 2017 (Berkaitan Dengan Kegiatan Transportasi Seluruh 14 (Empat Belas)
Instansi Di Kementerian Perhubungan RI)
7 Surat Edaran Menteri Perhubungan Tahun 2017 -
7.1. Surat Edaran Menteri Perhubungan Tahun 2017 (Berkaitan Dengan Kegiatan Transportasi Seluruh 15 (Lima Belas)
Instansi Di Kementerian Perhubungan RI)
8 Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2017 66 (Enam Puluh Enam)
9 Keputusan Direktur Jendral Perhubungan Udara Tahun 2017 38 (Tiga Puluh Delapan)
10 Instruksi Direktur Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2017 8 (Delapan)
11 Surat Edaran Direktur Jenderal Perhubungan Udara Tahun 2017 4 (Empat)
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 DI BIDANG PERHUBUNGAN UDARA YANG TELAH DITETAPKAN
(BERKAITAN DENGAN KEGIATAN TRANSPORTASI SELURUH INSTANSI DI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RI)
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
1 Peraturan Presiden Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor Ditetapkan: 15 Juni 2017
Republik Indonesia 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Diundangkan: 16 Juni 2017
Nomor 58 Tahun 2017 Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 119

Merubah: Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 tentang


Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
2 Peraturan Presiden Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Ditetapkan: 12 Juli 2017
Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2012 tentang Diundangkan: 17 Juli 2017
Nomor 65 Tahun 2017 Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 158
Mahkamah Konstitusi

Merubah:
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2012 tentang
Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah Konstitusi.
Perubahan ke-1: Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 49
Tahun 2012 tentang Kepaniteraan dan Sekretariat Jenderal Mahkamah
Konstitusi.
3 Peraturan Presiden Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Ditetapkan: 18 Juli 2017
Republik Indonesia Publik Untuk Angkutan Barang Dari Dan Diundangkan: 21 Juli 2017
Nomor 70 Tahun 2017 Ke Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 165
Dan Perbatasan

Mencabut:
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik untuk Angkutan Barang di Laut.
 Semua Peraturan pelaksanaan dalam rangka penyelenggaraan kewajiban
pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, dinyatakan tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan belum diganti berdasarkan ketentuan
Peraturan Presiden ini.
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
4 Peraturan Presiden Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018 Ditetapkan: 8 Agustus 2017
Republik Indonesia Diundangkan: 18 Agustus 2017
Nomor 79 Tahun 2017
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 184
5 Peraturan Presiden Percepatan Pelaksanaan Berusaha Ditetapkan: 22 September 2017
Republik Indonesia Diundangkan: 18 Agustus 2017
Nomor 91 Tahun 2017
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 210

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2017 DI BIDANG PERHUBUNGAN UDARA YANG TELAH DITETAPKAN
(BERKAITAN DENGAN KEGIATAN TRANSPORTASI SELURUH INSTANSI DI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RI)
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
1 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Program Penyusunan Peraturan Pemerintah Ditetapkan: 10 Juli 2017
Tahun 2017 Tahun 2017
Program untuk perhubungan udara adalah:
1. RPP tentang Pesawat Udara Negara;
2. RPP tentang Penggunaan Bersama Bandar
Udara dan Pangkalan Udara;
2 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 21 Program Penyusunan Peraturan Presiden Tahun Ditetapkan: 10 Juli 2017
Tahun 2017 2017

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN RI TAHUN 2017 DI BIDANG PERHUBUNGAN UDARA YANG TELAH DITETAPKAN
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
1 Peraturan Menteri Formulasi Biaya Operasi Penerbangan Ditetapkan: 21 Februari 2017
Perhubungan Angkutan Udara Perintis dan Tarif Diundangkan: 22 Februari 2017
Republik Indonesia Penumpang Angkutan Udara Perintis Tahun
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 316
Nomor PM 18 Tahun 2017
2017
Mencabut: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 194
Tahun 2015 tentang Tarif Angkutan Udara Perintis Tahun 2016
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 2002)
Ditetapkan: 15 Desember 2015
Diundangkan: 29 Desember 2015
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
2 Peraturan Menteri Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Ditetapkan: 27 April 2017
Perhubungan Penerbangan Indonesia Diundangkan: 8 Mei 2017
Republik Indonesia
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 662
Nomor PM 31 Tahun
2017
Mencabut: Peraturan Menteri Perhubungan Ri Nomor KM 64 Tahun 2000 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia
3 Peraturan Menteri Organisasi dan Tata Kerja Politeknik Ditetapkan: 27 April 2017
Perhubungan Penerbangan Surabaya Diundangkan: 8 Mei 2017
Republik Indonesia
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 663
Nomor PM 32 Tahun
2017
Mencabut: Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 86 Tahun 2014 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan
Surabaya (Berita Negara RI Tahun 2014 Nomor 1933)

4 Peraturan Menteri Tata Cara Pengajuan dan Persetujuan Ditetapkan: 2 Mei 2017
Perhubungan Rencana Investasi Perusahaan Umum Diundangkan: 9 Mei 2017
Republik Indonesia Lembaga Penyelenggaraan Pelayanan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 669
Nomor PM 34 Tahun Navigasi Penerbangan Indonesia
2017
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
5 Peraturan Menteri Peta Jabatan Dan Uraian Jenis Kegiatan Ditetapkan: 8 Mei 2017
Perhubungan Jabatan di Lingkungan Unit Pelaksana Diundangkan: 10 Mei 2017
Republik Indonesia Teknis Direktorat Jenderal Perhubungan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 679
Nomor PM 36 Tahun Udara Kementerian Perhubungan
2017
Mencabut: Ketentuan yang mengatur mengenai peta jabatan dan uraian jenis
kegiatan jabatan di:
1. lingkungan Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas Utama;
2. lingkungan Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas I;
3. lingkungan Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas II;
4. lingkungan Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Kelas III;
5. lingkungan Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara Budiarto;
6. Balai Kesehatan Penerbangan;
7. Balai Teknik Penerbangan;
8. Kantor Otoritas Bandar Udara Kelas Utama;
9. Kantor Otoritas Bandar Udara Kelas I; dan
10. Kantor Otoritas Bandar Udara Kelas II.
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 102 Tahun 2014 tentang
Peta Jabatan dan Uraian Jenis Kegiatan di Lingkungan Unit Pelaksana Teknis
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Berita
Negara RI Tahun 2015 Nomor 100)

6 Peraturan Menteri Perubahan Kesembilan Atas Peraturan Ditetapkan: 9 Mei 2017


Perhubungan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun Diundangkan: 19 Mei 2017
Republik Indonesia 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 732
Nomor PM 38 Tahun Udara
2017
Merubah: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Udara

Catatan:
1. Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor:
PM 77 Tahun 2014;
2. Perubahan Ke-2: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor:
PM 5 Tahun 2015;
3. Perubahan ke-3: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor:
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
PM 41 Tahun 2015;
4. Perubahan ke-4: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor:
PM 68 Tahun 2015;
5. Perubahan ke-5: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
PM 159 Tahun 2015;
6. Perubahan ke-6: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
PM 177 Tahun 2015;
7. Perubahan ke-7: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
PM 40 Tahun 2016.
8. Perubahan ke-8: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
PM 56 Tahun 2016.
7 Peraturan Menteri Perubahan Kesepuluh Atas Peraturan Ditetapkan: 7 Juni 2017
Perhubungan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun Diundangkan: 9 Juni 2017
Republik Indonesia 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 817
Nomor PM 45 Tahun Udara
2017 Merubah: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 Tentang
Penyelenggaraan Angkutan Udara

Catatan:
1. Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor:
PM 77 Tahun 2014;
2. Perubahan Ke-2: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor:
PM 5 Tahun 2015;
3. Perubahan ke-3: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor:
PM 41 Tahun 2015;
4. Perubahan ke-4: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor:
PM 68 Tahun 2015;
5. Perubahan ke-5: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
PM 159 Tahun 2015;
6. Perubahan ke-6: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
PM 177 Tahun 2015;
7. Perubahan ke-7: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
PM 40 Tahun 2016.
8. Perubahan ke-8: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
PM 56 Tahun 2016.
9. Perubahan ke-9: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
PM 38 Tahun 2017.
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
8 Peraturan Menteri Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Ditetapkan: 16 Juni 2017
Perhubungan Perhubungan Nomor PM 57 Tahun 2011 Diundangkan: 6 Juli 2017
Republik Indonesia tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 912
Nomor PM 48 Tahun Sipil Bagian 171 (Civil Aviation Safety
2017 Regulation Part 171) tentang Penyelenggara
Pelayanan Telekomunikasi Penerbangan
(Aeronautical Telecomunication Service
Providers)
9 Peraturan Menteri Pengamanan Kargo dan Pos Serta Rantai Ditetapkan: 10 Juli 2017
Perhubungan Pasok (Supply Chain) Kargo dan Pos Yang Diundangkan: 18 Juli 2017
Republik Indonesia Diangkut Dengan Pesawat Udara
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 981
Nomor PM 53 Tahun
2017
Mencabut:
1. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: PM 45 Tahun
2015 tentang Persyaratan Kepemilikan Modal Badan Usaha Di Bidang
Transportasi yang mengatur mengenai kepemilikan modal Regulated Agent
dan Known Consignor.
2. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 153 Tahun
2015 tentang Pengamanan Kargo dan Pos Serta Rantai Pasok (Supply Chain)
Kargo dan Pos Yang Diangkut Dengan Pesawat Udara.
10 Peraturan Menteri Pengelolaan Limbah dan Zat Kimia Ditetapkan: 13 Juli 2017
Perhubungan Pengoperasian Pesawat Udara dan Bandar Diundangkan: 26 Juli 2017
Republik Indonesia Udara
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1033
Nomor PM 54 Tahun
2017
11 Peraturan Menteri Organisasi dan Tata Kerja Balai Kesehatan Ditetapkan: 21 Juli 2017
Perhubungan Penerbangan Diundangkan: 26 Juli 2017
Republik Indonesia
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1034
Nomor PM 55 Tahun
2017
Mencabut: Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor SK
38/OT 002/Phb-83 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Kesehatan
Penerbangan
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
12 Peraturan Menteri Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Ditetapkan: 4 Agustus 2017
Perhubungan Perhubungan Nomor KM 17 Tahun 2009 Diundangkan: 8 Agustus 2017
Republik Indonesia Tentang Peraturan Keselamatan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1093
Nomor PM 57 Tahun Penerbangan Sipil Bagian 145 Amandemen 3
2017 Tentang Organisasi Perusahaan Perawatan Mencabut:
Pesawat Udara 1. Keputusan MenteriPerhubungan Nomor KM 27 Tahun 2003 tentang
Sertifikasi dan Persyaratan Operasional untuk Distributor Produk-Produk
Aeronautika.
2. Keputusan MenteriPerhubungan Nomor KM 40 Tahun 2004 tentang
Organisasi Perusahaan Perawatan Pesawat Udara (Approved Maintenance
Organizations).
Merubah:
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 17 Tahun 2009 Tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 145 Amanddemen 3 Tentang Organisasi
Perusahaan Perawatan Pesawat Udara
Perubahan Ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 164 Tahun 2015;
13 Peraturan Menteri Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Ditetapkan: 4 Agustus 2017
Perhubungan Perhubungan Nomor KM 29 Tahun 2009 Diundangkan: 8 Agustus 2017
Republik Indonesia Tentang Peraturan Keselamatan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1094
Nomor PM 58 Tahun Penerbangan Sipil Bagian 36 Amandemen 1
2017 Tentang Sertifikasi Standar Kebisingan Jenis Merubah:
Pesawat Terbang dan Kelaikan Udara Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 29 Tahun 2009 Tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 36 Amandemen 1 Tentang Sertifikasi
Standar Kebisingan Jenis Pesawat Terbang dan Kelaikan Udara
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 50 Tahun 2015;
14 Peraturan Menteri Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Ditetapkan: 4 Agustus 2017
Perhubungan Perhubungan Nomor KM 16 Tahun 2010 Diundangkan: 8 Agustus 2017
Republik Indonesia Tentang Peraturan Keselamatan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1095
Nomor PM 59 Tahun Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 63 Tentang
2017 Persyaratan Personel Pesawat Udara Selain Merubah:
Penerbangan dan Personel Penunjang Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 16 Tahun 2010 Tentang Peraturan
Operasi Pesawat Udara Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) Bagian 63 Tentang Persyaratan Personel
Pesawat Udara Selain Penerbangan dan Personel Penunjang Operasi Pesawat
Udara
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 49 Tahun 2016;
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
15 Peraturan Menteri Perubahan Atas Peraturan Menteri Ditetapkan: 4 Agustus 2017
Perhubungan Perhubungan Nomor KM 58 Tahun 2010 Diundangkan: 8 Agustus 2017
Republik Indonesia Tentang Peraturan Keselamatan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1096
Nomor PM 60 Tahun Penerbangan Sipil Bagian 142 Tentang
2017 Persyaratan Sertifikasi dan Operasi Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Merubah: Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 58 Tahun
2010 Tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 142 Tentang
Persyaratan Sertifikasi dan Operasi Pusat Pendidikan dan Pelatihan
16 Peraturan Menteri Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Ditetapkan: 4 Agustus 2017
Perhubungan Perhubungan Nomor PM 28 Tahun 2013 Diundangkan: 8 Agustus 2017
Republik Indonesia Tentang Peraturan Keselamatan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1097
Nomor PM 61 Tahun Penerbangan Sipil Bagian 121 Tentang
2017 Persyaratan-Persyaratan Sertifikasi dan Merubah:
Operasi Bagi Perusahaan Angkutan Udara Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 28 Tahun 2013 Tentang Peraturan
yang Melakukan Penerbangan Dalam Negeri, Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 121 Tentang Persyaratan-Persyaratan
International dan Angkutan Udara Niaga Sertifikasi dan Operasi Bagi Perusahaan Angkutan Udara yang Melakukan
Tidak Berjadwal Penerbangan Dalam Negeri, International dan Angkutan Udara Niaga Tidak
Berjadwal

Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 36 Tahun 2015;


Perubahan Ke-2: Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 107 Tahun 2015;
Perubahan ke-3: Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 41 Tahun 2016.
17 Peraturan Menteri Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Ditetapkan: 4 Agustus 2017
Perhubungan Bagian 19 Tentang Sistem Manajemen Diundangkan: 8 Agustus 2017
Republik Indonesia Keselamatan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1098
Nomor PM 62 Tahun
2017 Mencabut:
1. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 Tahun 2009 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan (Safety Management System); dan
2. semua ketentuan mengenai sistem manajemen keselamatan (safety
management system) yang diatur dalam peraturan perundang-undangan lain
yang ditetapkan sebelum berlakunya Peraturan ini.
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
18 Peraturan Menteri Perubahan Kesepuluh Atas Keputusan Ditetapkan: 4 Agustus 2017
Perhubungan Menteri Perhubungan Nomor KM 18 Tahun Diundangkan: 8 Agustus 2017
Republik Indonesia 2001 Tentang Persyaratan-Persyaratan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1099
Nomor PM 63 Tahun Sertifikasi dan Operasi Bagi Perusahaan
2017 Angkutan Udara Niaga Untuk Penerbangan
Komuter dan Charter Merubah:
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 18 Tahun 2002 tentang Persyaratan
Sertifikasi dan Operasi Bagi Perusahaan Angkutan Udara Niaga untuk
Penerbangan Komuter dan Charter

Catatan:
1. Perubahan ke-1: Keputusan Menteri PerhubunganNomor:KM. 17 Tahun 2003
tentang Penyempurnaan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 18
Tahun 2002 tentang Persyaratan-Persyaratan Sertifikasi dan Operasi Bagi
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Berjadwal dan Angkutan Udara Niaga
Tidak Berjadwal;
2. Perubahan ke-2: Peraturan Menteri PerhubunganNomor:KM 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 18
Tahun 2002 Tentang Persyaratan-Persyaratan Sertifikasi dan Operasi Bagi
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Untuk Penerbangan Komuter dan Charter;
3. Perubahan ke-3: Peraturan Menteri PerhubunganNomor:KM 45 Tahun 2008
tentang Perubahan Ketiga Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 18
Tahun 2002 Tentang Persyaratan-Persyaratan Sertifikasi Dan Operasi Bagi
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Untuk Penerbangan Komuter dan Carter;
4. Perubahan ke-4: Peraturan Menteri PerhubunganNomor:KM 18 Tahun 2009
tentang Perubahan Keempat Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM
18 Tahun 2002 tentang Persyaratan-Persyaratan Sertifikasi dan Operasi Bagi
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Untuk Penerbangan Komuter dan Charter;
5. Perubahan ke-5: Peraturan Menteri PerhubunganNomor:KM.42 Tahun 2009
tentang Perubahan Kelima Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM
18 Tahun 2002 Tentang Persyaratan-Persyaratan Sertifikasi Dan Operasi Bagi
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Untuk Penerbangan Komuter dan Charter;
6. Perubahan ke-6: Peraturan Menteri PerhubunganNomor PM 4 Tahun 2012
tentang Perubahan Keenam Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM
18 Tahun 2002 tentang Persyaratan-Persyaratan Sertifikasi dan Operasi Bagi
Perusahaan Angkutan Udara Niaga Untuk Penerbangan Komuter dan Charter;
7. Perubahan ke-7: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor:
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
PM 34 Tahun 2015 tentang Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 18 Tahun 2002 Tentang Persyaratan-Persyaratan
Sertifikasi Dan Operasi Bagi Perusahaan Angkutan Udara Niaga Untuk
Penerbangan Komuter dan Charter;
8. Perubahan ke-8: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor:
PM 152 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedelapan Atas Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 18 Tahun 2002 Tentang Persyaratan-Persyaratan
Sertifikasi Dan Operasi Bagi Perusahaan Angkutan Udara Niaga untuk
Penerbangan Komuter Dan Charter.
9. Perubahan ke-9: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
PM 53 Tahun 2016 tentang Perubahan Kesembilan atas Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 18 Tahun 2002 tentang Persyaratan Sertifikasi dan
Operasi Bagi Perusahaan Angkutan Udara Niaga untuk Penerbangan Komuter
dan Charter
19 Peraturan Menteri Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Ditetapkan: 4 Agustus 2017
Perhubungan Perhubungan Nomor KM 57 Tahun 2010 Diundangkan: 8 Agustus 2017
Republik Indonesia tentang Peraturan Kesealamatan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1100
Nomor PM 64 Tahun Penerbangan Sipil Bagian 141 tentang
2017 Persyaratan Sertifikasi dan Operasi untuk Merubah:
Sekolah Penerbang Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 57 Tahun 2010 tentang Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 141 (Civil Aviation Safety Regulation Part
141) tentang Persyaratan Sertifikasi dan Operasi untuk Sekolah Penerbang
(Certification and Operating Requirement for Pilot Schools);
Perubahan ke-1:
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: PM 64 Tahun 2015
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 57 Tahun
2010 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 141 (Civil Aviation
Safety Regulations Part 141) tentang Persyaratan Sertifikasi dan Operasi untuk
Sekolah Penerbang (Certification and Operating Requirement for Pilot Schools)
Perubahan ke-2:
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 51 Tahun 2016
tentang tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
KM 57 Tahun 2010 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 141
(Civil Aviation Safety Regulation Part 141) tentang Persyaratan Sertifikasi dan
Operasi untuk Sekolah Penerbang (Certification and Operating Requirement for Pilot
Schools)
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
20 Peraturan Menteri Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Ditetapkan: 4 Agustus 2017
Perhubungan Bagian 170 tentang Peraturan Lalu Lintas Diundangkan: 8 Agustus 2017
Republik Indonesia Penerbangan (Air Traffic Rules)
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1101
Nomor PM 65 Tahun
2017 Mencabut: Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 14 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 170 (Civil Aviation Safety RegulationPart 170) tentang
Peraturan Lalu Lintas Penerbangan (Air Traffic Rules)
21 Peraturan Menteri Perubahan Keempat atas Keputusan Menteri Ditetapkan: 4 Agustus 2017
Perhubungan Perhubungan Nomor KM 42 Tahun 2001 Diundangkan: 8 Agustus 2017
Republik Indonesia tentang Sertifikasi Penerbang dan Instruktur
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1102
Nomor PM 66 Tahun Terbang
2017 Merubah:
Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 42 Tahun 2001 tentang Sertifikasi
Penerbang dan Instruktur Terbang
Catatan:
1. Perubahan Ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
KM 61 Tahun 2008;
2. Perubahan Ke-2: Peraturan Menteri PerhubunganNomor:KM 30 Tahun 2010
tentang Perubahan Kedua Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 42
Tahun 2001 tentang Sertifikasi Penerbang dan Instruktur Terbang.
3. Perubahan ke-3: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor
PM 50 Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Menteri
Perhubungan Nomor KM 42 Tahun 2001 tentang Sertifikasi Penerbang dan
Instruktur Terbang
22 Peraturan Menteri Pengecualian dari Kewajiban Pemenuhan Ditetapkan: 4 Agustus 2017
Perhubungan Standar Keselamatan Penerbangan Sipil Diundangkan: 8 Agustus 2017
Republik Indonesia (EXEMPTION)
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1103
Nomor PM 67 Tahun
2017 Mencabut: Peraturan Menteri Nomor PM 82 Tahun 2015 tentang Pengecualian
(Exemption) dari Kewajiban Pemenuhan Standar Keselamatan, Keamanan dan
Pelayanan Penerbangan Sipil
23 Peraturan Menteri Program Pelatihan Bagi Personel Teknis di Ditetapkan: 4 Agustus 2017
Perhubungan Lingkungan Direktorat Jenderal Diundangkan: 8 Agustus 2017
Republik Indonesia Perhubungan Udara
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1104
Nomor PM 68 Tahun
2017
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
24 Peraturan Menteri Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Ditetapkan: 4 Agustus 2017
Perhubungan Bagian 67 tentang Standar Kesehatan dan Diundangkan: 8 Agustus 2017
Republik Indonesia Sertifikasi Personel Penerbangan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1105
Nomor PM 69 Tahun
2017 Mencabut: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 8 Tahun 2015 tentang
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 67 (Civil Aviation Safety Regulation Part 67)
tentang Standar Kesehatan dan Sertifikasi Personel Penerbangan
25 Peraturan Menteri Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Ditetapkan: 21 Agustus 2017
Perhubungan Bagian 830 (Civil Aviation Safety Regulation Diundangkan: 22 Agustus 2017
Republik Indonesia Part 830) tentang Prosedur Investigasi
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1155
Nomor PM 74 Tahun Kecelakaan Dan Kejadian Serius Pesawat
2017 Udara Sipil Mencabut: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 14 Tahun 2015
tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 830 (Civil Aviation
Safety Regulation Part 830) tentang Pemberitahuan dan Pelaporan Kecelakaan,
Kejadian atau Keterlambatan Kedatangan Pesawat Udara dan Prosedur
Investigasi Kecelakaan dan Kejadian Serius Pesawat Udara Sipil
26 Peraturan Menteri Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Ditetapkan: 21 Agustus 2017
Perhubungan Bagian 65 (Civil Aviation Safety Regulations Diundangkan: 4 September 2017
Republik Indonesia Part 65) Sertifikasi Ahli Perawatan Pesawat
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1211
Nomor PM 75 Tahun Udara (Licensing Of Aircraft Maintenance
2017 Engineer) Edisi 1 Amandemen 0 (Edition 1 Mencabut: Keputusan Menteri Perhubungan dan Telekomunikasi Nomor KM 80
Amendment 0) Tahun 2000 tentang Sertifikat Kecakapan bagi Personil Perawatan Pesawat Udara.
27 Peraturan Menteri Perizinan Lisensi dan Rating Personel Ditetapkan: 25 Agustus 2017
Perhubungan Operasi Pesawat Udara dan Personel Diundangkan: 20 September 2017
Republik Indonesia Penunjang Operasi Pesawat Udara dengan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1293
Nomor PM 77 Tahun Aplikasi Berbasis Teknologi Informasi (Sistem
2017 Online)
28 Peraturan Menteri Pengenaan Sanksi Administratif Terhadap Ditetapkan: 29 Agustus 2017
Perhubungan Pelanggaran Peraturan Perundang-Undangan Diundangkan: 4 September 2017
Republik Indonesia Di Bidang Penerbangan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1212
Nomor PM 78 Tahun
2017
Mencabut: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 30
Tahun 2015 tentang Pengenaan Sanksi Administratif Terhadap Pelanggaran
Peraturan Perundang-Undangan Di Bidang Penerbangan
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
29 Peraturan Menteri Kriteria dan Penyelenggaraan Kegiatan Ditetapkan: 29 Agustus 2017
Perhubungan Angkutan Udara Perintis dan Subsidi Diundangkan: 4 September 2017
Republik Indonesia Angkutan Udara Kargo
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1213
Nomor PM 79 Tahun
2017
Mencabut: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 9
Tahun 2016 tentang Kriteria dan Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis
30 Peraturan Menteri Program Keamanan Penerbangan Nasional Ditetapkan: 5 September 2017
Perhubungan Diundangkan: 8 September 2017
Republik Indonesia
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1237
Nomor PM 80 Tahun
2017
Mencabut:
1. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 127 Tahun 2015 tentang Program
Keamanan Penerbangan Nasional;
2. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 90 Tahun
2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM
127 Tahun 2015 tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional;
31 Peraturan Menteri Perubahan Atas Peraturan Menteri Ditetapkan: 6 September 2017
Perhubungan Perhubungan Nomor PM 94 Tahun 2015 Diundangkan: 20 September 2017
Republik Indonesia tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1294
Nomor PM 81 Tahun Sipil Bagian 91 (Civil Aviation Safety
2017 Regulations Part 91) tentang Pengoperasian
Pesawat Udara (General Operating And Flight Mencabut: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 94
Rules) Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 91 (Civil
Aviation Safety Regulations Part 91) Tentang Pengoperasian Pesawat
Udara (General Operating And Flight Rules)
32 Peraturan Menteri Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Ditetapkan: 13 September 2017
Perhubungan Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation Diundangkan: 20 September 2017
Republik Indonesia Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome)
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1295
Nomor PM 83 Tahun
2017
Mencabut: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 55
Tahun 2015 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil
Aviation Safety Regulations Part 139) Tentang Bandar Udara (Aerodrome)
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
33 Peraturan Menteri Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Ditetapkan:13 September 2017
Perhubungan Bagian 147 (Civil Aviation Safety Regulations Diundangkan: 4 Oktober 2017
Republik Indonesia Part 147) Organisasi Pusat Pelatihan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1384
Nomor PM 84 Tahun Perawatan Pesawat Udara (Aircraft
2017 Maintenance Training Organization) Edisi 1
Amandemen 0 (Edition 1 Amendment 0) Mencabut: Lampiran V mengenai Civil Aviation Safety Regulations Part 147
Aircraft Maintenance Training Organizations dari Keputusan Menteri Perhubungan
dan Telekomunikasi Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Pesawat Udara,
Sertifikasi Personil Pesawat Udara, Pengoeprasian Pesawat Udara, Organisasi
Pendidikan dan Pelatihan serta Perawatan Pesawat Udara.
34 Peraturan Menteri Organisasi dan Tata Kerja Akademi Teknik Ditetapkan: 26 September 2017
Perhubungan dan Keselamatan Penerbangan Medan Diundangkan: 28 September 2017
Republik Indonesia
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1339
Nomor PM 86 Tahun
2017
Mencabut: Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor KM 71 Tahun 2002
tentang Organisasi dan Tata Kerja Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan
35 Peraturan Menteri Organisasi dan Tata Kerja Akademi Teknik Ditetapkan: 26 September 2017
Perhubungan dan Keselamatan Penerbangan Makassar Diundangkan: 28 September 2017
Republik Indonesia
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1340
Nomor PM 87 Tahun
2017
Mencabut: Keputusan Menteri Perhubungan RI Nomor KM 71 Tahun 2002
tentang Organisasi dan Tata Kerja Akademi Teknik dan Keselamatan Penerbangan

36 Peraturan Menteri Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan Ditetapkan: 26 September 2017
Perhubungan dan Pelatihan Penerbangan Jayapura Diundangkan: 28 September 2017
Republik Indonesia
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1347
Nomor PM 94 Tahun
2017
Mencabut: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 18
Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan
Penerbangan
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
37 Peraturan Menteri Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan Ditetapkan: 26 September 2017
Perhubungan dan Pelatihan Penerbang Banyuwangi Diundangkan: 28 September 2017
Republik Indonesia
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1348
Nomor PM 95 Tahun
2017
Mencabut: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 123
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan
Penerbang Banyuwangi

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN RI TAHUN 2017 YANG TELAH DITETAPKAN


(BERKAITAN DENGAN KEGIATAN TRANSPORTASI SELURUH INSTANSI DI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RI)
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
1 Peraturan Menteri Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Ditetapkan: 9 Februari 2017
Perhubungan Republik Lingkungan Kementerian Perhubungan Diundangkan: 14 Februari 2017
Indonesia Nomor PM 12
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 288
Tahun 2017

Mencabut: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor


PM 56 Tahun 2014 tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara di Lingkungan Kementerian Perhubungan
Ditetapkan: 10 November 2014
Diundangkan: 10 November 2014
2 Peraturan Menteri Pedoman Standar Pelayanan di Lingkungan Ditetapkan: 21 Februari 2017
Perhubungan Republik Kementerian Perhubungan Diundangkan: 23 Februari 2017
Indonesia Nomor PM 19
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 324
Tahun 2017
3 Peraturan Menteri Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Ditetapkan: 15 Maret 2017
Perhubungan Republik Nomor PM 128 Tahun 2016 tentang Pengangkatan Diundangkan: 17 Maret 2017
Indonesia Nomor PM 21 Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan di Lingkungan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 433
Tahun 2017 Kementerian Perhubungan

Merubah: Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 128 Tahun


2016 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan di
Lingkungan Kementerian Perhubungan
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
4 Peraturan Menteri Pedoman Pembentukan Unit Layanan Pengadaan Ditetapkan: 30 Mei 2017
Perhubungan Republik Di Lingkungan Kementerian Perhubungan Diundangkan: 7 Juni 2017
Indonesia Nomor PM 43
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 794
Tahun 2017
Mencabut: Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 41 Tahun
2012 tentang Pedoman Pembentukan Unit Layanan Pengadaan (ULP) di
Lingkungan Kementerian Perhubungan sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 141
Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 41 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pembentukan Unit Layanan Pengadaan (ULP) di Lingkungan
Kementerian Perhubungan.
Peraturan Menteri ini mulai berlaku efektid setelah 60 (enam puluh)
hari terhitung sejak tanggal diundangkan.
5 Peraturan Menteri Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Ditetapkan: 7 Juni 2017
Perhubungan Republik Perhubungan RI Nomor PM 189 Tahun 2015 Diundangkan: 9 Juni 2017
Indonesia Nomor PM 44 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 816
Tahun 2017 Perhubungan

Merubah: Peraturan Menteri Perhubungan RI Nomor PM 189 Tahun


2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan.
Perubahan ke-1: Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Nomor PM 86 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan
6 Peraturan Menteri Penyelenggaraan dan Pengusahaan Jasa Ditetapkan: 3 Juli 2017
Perhubungan Republik Pengurusan Transportasi Diundangkan: 6 Juli 2017
Indonesia Nomor PM 49
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 913
Tahun 2017

Mencabut:
1. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 74
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Jasa
Pengurusan Transportasi;
2. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 78
Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
Perhubungan RI Nomor PM 74 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
dan Pengusahaan Jasa Pengurusan Transportasi;
3. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 146
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 74 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
dan Pengusahaan Jasa Pengurusan Transportasi;
4. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 12
Tahun 2016 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 74 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
dan Pengusahaan Jasa Pengurusan Transportasi; dan
5. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 130
Tahun 2016 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri
Perhubungan RI Nomor PM 74 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
dan Pengusahaan Jasa Pengurusan Transportasi
7 Peraturan Menteri Pedoman Penyusunan Peta Proses Bisnis Dan Ditetapkan: 6 Juli 2017
Perhubungan Republik Standar Operasional Prosedur Di Lingkungan Diundangkan: 12 Juli 2017
Indonesia Nomor PM 50 Kementerian Perhubungan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 948
Tahun 2017

Mencabut:
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 61
Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Standar Operasional
Prosedur di Lingkungan Kementerian Perhubungan
8 Peraturan Menteri Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Ditetapkan: 11 Agustus 2017
Perhubungan Republik Kementerian Perhubungan Diundangkan: 16 Agustus 2017
Indonesia Nomor PM 70
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1138
Tahun 2017

Mencabut:
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 68
Tahun 2012 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan
Kementerian Perhubungan
9 Peraturan Menteri Penyediaan Aksesibilitas Pada Pelayanan Jasa Ditetapkan: 2 Oktober 2017
Perhubungan Republik Transportasi Publik Bagi Pengguna Jasa Diundangkan: 4 Oktober 2017
Indonesia Nomor PM 98 Berkebutuhan Khusus
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1385
Tahun 2017
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
Mencabut:
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 71 Tahun 1999 tentang
Aksesibilitas bagi Penyandang Cacat dan Orang Sakit
10 Peraturan Menteri Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Ditetapkan:5 Oktober 2017
Perhubungan Republik Perhubungan Nomor 199 Tahun 2015 tentang Diundangkan:10 Oktober 2017
Indonesia Nomor PM 101 Penyesuaian Kelas Jabatan Di Lingkungan
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1406
Tahun 2017 Kementerian

Merubah:
1. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 199
Tahun 2015 tentangPenyesuaian Kelas Jabatan Di Lingkungan
Kementerian.
2. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 62
Tahun 2016 tentangPerubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 199 Tahun 2015 tentang Penyesuaian Kelas Jabatan Di
Lingkungan Kementerian Perhubungan.
11 Peraturan Menteri Pedoman Penataan dan Evaluasi Organisasi Di Ditetapkan:16 Oktober 2017
Perhubungan Republik Lingkungan Kementerian Perhubungan Diundangkan:17 Oktober 2017
Indonesia Nomor PM 106
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1439
Tahun 2017

Mencabut:
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 60
Tahun 2012 tentangPedoman Penataan Organisasi Di Lingkungan
Kementerian Perhubungan.
12 Peraturan Menteri Pedoman dan Proses Perencanaan Di Lingkungan Ditetapkan:21 November 2017
Perhubungan Republik Kementerian Perhubungan Diundangkan:28 November 2017
Indonesia Nomor PM 112
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1710
Tahun 2017

Mencabut:
Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KM 31
Tahun 2006 tentangPedoman dan Proses Perencanaan Di Lingkungan
Departemen Perhubungan.
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
13 Peraturan Menteri Tata Cara Pengangkatan Ke Dalam Jabatan Ditetapkan:15 Desember 2017
Perhubungan Republik Fungsional Bidang Perhubungan Melalui Diundangkan:27 Desember 2017
Indonesia Nomor PM 116 Penyesuaian/ Inpassing
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1890
Tahun 2017
14 Peraturan Menteri Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Ditetapkan:18 Desember 2017
Perhubungan Republik Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Diundangkan:27 Desember 2017
Indonesia Nomor PM 117 Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian
Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1891
Tahun 2017 Perhubungan

Merubah:
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan;
1. Perubahan ke-1:Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 86
Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Kementerian Perhubungan;
2. Perubahan ke-2:Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 44
Tahun 2017 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Kementerian Perhubungan;

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN RI TAHUN 2017 DI BIDANG PERHUBUNGAN UDARA YANG TELAH DITETAPKAN
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
1 Keputusan Menteri Pembentukan Kelompok Kerja Penyelesaian Corrective Ditetapkan: 12 Januari 2017
Perhubungan Republik Action Plan (CAP) ICAO UNIVERSAL SAFETY OVERSIGHT Berlaku pada tanggal ditetapkan dan berlaku surut sejak tanggal
Indonesia Nomor: KP 68 AUDIT PROGRAMME CONTINOUS MONITORING APPROACH 1 Juli 2016
Tahun 2017 (USOAP-CMA)
2 Keputusan Menteri Perubahan Nama Bandar Udara di Kabupaten Bone Ditetapkan:20 Januari 2017
Perhubungan Republik Provinsi Sulawesi Selatan menjadi Bandar Udara Arung
Indonesia Nomor: KP Palakka
101 Tahun 2017
3 Keputusan Menteri Rencana Induk Bandar Udara Rar Gwamar-Dobo Di Ditetapkan: 27 April 2017
Perhubungan Republik Kabupaten Kepulauan Aru Maluku
Indonesia Nomor: KP
441 Tahun 2017
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
4 Keputusan Menteri Izin Mengangkut Penumpang Umum dan Barang Mission Ditetapkan: 8 Mei 2017
Perhubungan Republik Aviation Fellowship (MAF)
Indonesia Nomor: KP
Surat Keputusan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan
467 Tahun 2017
dari Surat Izin Kegiatan Angutan Udara Bukan Niaga Mission
Aviation Fellowship (MAF) Nomor: SKEP/310/XII/1999tanggal 2
Desember 1999.
5 Keputusan Menteri Rencana Induk Bandar Udara Sultan Muhammad Ditetapkan: 19 Juni 2017
Perhubungan Republik Kaharuddin di Kabupaten Sumbawa Provinsi Nusa
Indonesia Nomor: KP Tenggara Barat
585 Tahun 2017
6 Keputusan Menteri Perubahan Atas Keputusan Menteri Perhubungan Nomor Ditetapkan: 17 Juli 2017
Perhubungan Republik KP 68 Tahun 2017 tentang Pembentukan Kelompok Kerja
Indonesia Nomor: KP Peyelesaian Corrective Action Plan (CAP) ICAO Universal
Merubah Keseluruhan Susunan Keanggotaan pada Lampiran:
652 Tahun 2017 Safety Oversight Audit Programme Continous Monitoring
Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor: KP
Approach (USOAP-CMA)
68 Tahun 2017 tentang Pembentukan Kelompok Kerja
Penyelesaian Corrective Action Plan (CAP) ICAO UNIVERSAL
SAFETY OVERSIGHT AUDIT PROGRAMME CONTINOUS
MONITORING APPROACH (USOAP-CMA)
7 Keputusan Menteri Rencana Induk Bandar Udara Mindiptana Kabupaten Ditetapkan: 19 Juli 2017
Perhubungan Republik Boven Digoel Provinsi Papua
Indonesia Nomor: KP
660 Tahun 2017
8 Keputusan Menteri Penetapan Nama Bandar Udara Samarinda Baru Di Ditetapkan: 27 Juli 2017
Perhubungan Republik Provinsi Kalimantan Timur Menjadi Bandar Udara Aji
Indonesia Nomor: KP Pangeran Tumenggung Pranoto
676 Tahun 2017
9 Keputusan Menteri Tim Percepatan Pengundangan dan Penerjemahan Ditetapkan: 2017
Perhubungan Republik Peraturan Perundang-Undangan Tindak Lanjut Temuan
Indonesia Nomor: KP ICAO USOAP
790 Tahun 2017
10 Keputusan Menteri Penetapan Bandar Udara Silangit di Kabupaten Tapanuli Ditetapkan: 8 September 2017
Perhubungan Republik Utara, Provinsi Sumatera Utara sebagai Bandar Udara
Indonesia Nomor: KP Internasional
821 Tahun 2017
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
11 Keputusan Menteri Perubahan Nama Bandar Udara Blimbingsari Diubah Ditetapkan: 13 September 2017
Perhubungan Nomor: KP Menjadi Bandar Udara Banyuwang Di Kabupaten
830 Tahun 2017 Banyuwangi Provinsi Jawa Timur
12 Keputusan Menteri Penetapan Nama Bandar Udara Langgur Di Kabupaten Ditetapkan: 13 September 2017
Perhubungan Republik Maluku Tenggara Menjadi Bandar Udara Karel
Indonesia Nomor: KP Sadsuitubun
833 Tahun 2017
13 Keputusan Menteri Rencana Induk Bandar Udara Bomakia Kabupaten Boven Ditetapkan: 22 September 2017
Perhubungan Republik Digoel Provinsi Papua
Indonesia Nomor: KP
854 Tahun 2017

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TAHUN 2017 YANG TELAH DITETAPKAN


(BERKAITAN DENGAN KEGIATAN TRANSPORTASI SELURUH INSTANSI DI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RI)
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
1 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Tim Penilai Angka Kredit Jabatan Fungsional Perancang Peraturan Ditetapkan: 18 Januari
Indonesia Nomor: KP 99 Tahun 2017 Perundang-undangan Di Lingkungan Kementerian Perhubungan 2017
2 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Spesimen Tanda Tangan dan Paraf Pejabat yang Diberi Kuasa untuk Ditetapkan: 3 Februari
Indonesia Nomor KP 166 Tahun 2017 Menandatangani Keputusan Mutasi Kepegawaian di Lingkungan 2017
Kementerian Perhubungan
3 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Spesimen Tanda Tangan dan Paraf Pejabat yang Diberi Delegasi dan Ditetapkan: 3 Februari
Indonesia Nomor: KP 197 Tahun 2017 Kuasa untuk Menandatangani Keputusan Mutasi Kepegawaian di 2017
Lingkungan kementerian Perhubungan
4 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Pelaksanaan Kunjungan Kerja Dalam Rangka Pembinaan Pembangunan Ditetapkan: 31 Maret 2017
Indonesia Nomor: KP 399 Tahun 2017 Transportasi di Wilayah Provinsi
5 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Tim Koordinasi Penyelenggaraan Angkutan Lebaran Terpadu Tahun Ditetapkan: 24 Mei 2017
Indonesia Nomor: KP 522 Tahun 2017 2017 (1438H)
6 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Rencana Operasi Penyelenggaraan Angkutan Lebaran Terpadu Tahun
Indonesia Nomor: KP 569 Tahun 2017 2017
7 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Standar Operasional Prosedur Layanan Unggulan Kementerian Ditetapkan: 3 Juli 2017
Indonesia Nomor: KP 606 Tahun 2017 Perhubungan Tahun 2017
8 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Pemberian Penghargaan Penyelenggaraan Angkutan Lebaran Terpadu Ditetapkan: 7 Juli 2017
Indonesia Nomor: KP 626 Tahun 2017 Tahun 2017 (1438 H)
9 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Standar Operasional Prosedur Penyusunan Rencana Kebutuhan Barang Ditetapkan: 24 Agustus
Indonesia Nomor: KP 786 Tahun 2017 Milik Negara Di Lingkungan Kementerian Perhubungan 2017
10 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Reviu Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 Ditetapkan: 2 Oktober
Indonesia Nomor: KP 873 Tahun 2017 2017
11 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Rapat Kerja Kementerian Perhubungan Tahun 2017 Ditetapkan: 26 Oktober
Indonesia Nomor: KP 934 Tahun 2017 2017
12 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Penggunaan Bersama Bandar Udara Khusus Matak di Pulau Matak Ditetapkan:13 Nopember
Indonesia Nomor: KP 985 Tahun 2017 Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau Milik Satuan 2017
Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Huku Minyak dan Gas Bumi
yang Dioperasikan oleh Medco E&P Natuna LTD sebagai Bandar Udara Mencabut: Keputusan
Khusus yang dapat Melayani Penerbangan Kepentingan Umum Menteri Perhubungan
Republik Indonesia Nomor:
KP 195 Tahun 2012 tentang
Penggunaan Sementara
Bandar Udara Khusus
Matak Di Pulau Matak
Kabupaten Kepulauan
Anambas, Provinsi
Kepulauan Riau Milik BP-
Migas yang Dioperasikan
oleh Conocophilips
Indonesia Inc. Ltd Sebagai
Bandar Udara Khusus yang
dapat Melayani
Penerbangan Kepentingan
Umum.
13 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Pembentukan Tim Kajian Naskah Akademis Rancangan Undang-Undang Ditetapkan:13 Nopember
Indonesia Nomor: KP 988 Tahun 2017 Sistem Transportasi Nasional 2017
14 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Satuan Tugas Percepatan Pelaksanaan Berusaha Kementerian Ditetapkan:15 Nopember
Indonesia Nomor: KP 996 Tahun 2017 Perhubungan 2017
15 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Pemberian Izin Usaha Angkutan Multimoda Kepada PT. Berkah Multi Ditetapkan:15 Nopember
Indonesia Nomor: KP 997 Tahun 2017 Cargo Untuk Menyelenggarakan Angkutan Multimoda 2017
16 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Penetapan Pemenang Penilaian Manajemen Keselamatan Penyelenggara Ditetapkan:15 Desember
Indonesia Nomor: KP 1087 Tahun 2017 Jasa Angkutan (Transportation Safety Management A Ward) Tahun 2017 2017
INSTRUKSI MENTERI PERHUBUNGAN TAHUN 2017 DIBIDANG PERHUBUNGAN UDARA YANG TELAH DITETAPKAN

No. Nama Peraturan Tentang Keterangan


1 Instruksi Menteri Perataan Distribusi Jadwal Penerbangan dan Slot Time Ditetapkan: 20 Juli 2017
Perhubungan Republik Di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta
Indonesia Nomor: IM 16 Tangerang Untuk Peningkatan Pelayanan dan Mencabut: Instruksi Menteri Perhubungan Republik Indonesia
Tahun 2017 Keselamatan Penerbangan Nomor IM 8 Tahun 2016 tentang Perataan Distribusi Jadwal
Penerbangan dan Slot Time Di Bandar Udara Internasional
Soekarno-Hatta Tangerang Untuk Peningkatan Pelayanan dan
Keselamatan Penerbangan

INSTRUKSI MENTERI PERHUBUNGAN TAHUN 2017YANG TELAH DITETAPKAN


(BERKAITAN DENGAN KEGIATAN TRANSPORTASI SELURUH INSTANSI DI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RI)

No. Nama Peraturan Tentang Keterangan


1 Instruksi Menteri Perhubungan Peningkatan Keselamatan dan Keamanan Dalam Ditetapkan: 3 Januari 2017
Republik Indonesia Nomor: IM 1 Penyelenggaraan Pelayanan Transportasi
Tahun 2017
2 Instruksi Menteri Perhubungan Kelengkapan Data Dukung Minimum Usulan Kegiatan Dikeluarkan: 3 Januari 2017
Republik Indonesia Nomor: IM 2 Pagu Kebutuhan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
Tahun 2017 Kementerian Perhubungan Tahun 2018
3 Instruksi Menteri Perhubungan Pencegahan Penularan Human Immunodeficiency Virus Dikeluarkan: 1 Februari 2017
Republik Indonesia Nomor IM 3 (HIV), Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Penanggulangan
Tahun 2017 Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Mencabut: Instruksi Menteri Perhubungan Republik
Lingkungan Kementerian Perhubungan Indonesia Nomor IM 3 Tahun 2005 tentang Tim
Penanggulangan HIV/AIDS Dan Penyalahgunaan
Narkoba Di Lingkungan Departemen Perhubungan
Ditetapkan: 6 September 2005
4 Instruksi Menteri Perhubungan Pelaksanaan Piket Sabtu dan Minggu untuk Peningkatan Dikeluarkan: 3 Februari 2017
Republik Indonesia Nomor IM 4 Pelayanan Publik Bidang Jasa Transportasi di Lingkungan
Tahun 2017 Kementerian Perhubungan Tahun 2017 Mencabut: Instruksi Menteri Perhubungan Republik
Indonesia Nomor IM 20 Tahun 2016 tentang
Pelaksanaan Piket Sabtu dan Minggu untuk
Peningkatan Pelayanan Publik Bidang Jasa
Transportasi di Lingkungan Kementerian Perhubungan
Ditetapkan: 24 November 2016
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
5 Instruksi Menteri Perhubungan Pendidikan dan Pelatihan Bidang Pembangunan Karakter Dikeluarkan: 22 Februari 2017
Republik Indonesia Nomor IM 7 Aparatur Kementerian Perhubungan Tahun 2017
Tahun 2017
6 Instruksi Menteri Perhubungan Peningkatan Pemanfaatan Aplikasi Layanan Aspirasi dan Dikeluarkan: 15 Maret 2017
Republik Indonesia Nomor IM 9 Pengaduan Online Rakyat di Bidang Perhubungan
Tahun 2017
7 Instruksi Menteri Perhubungan Pemeriksaan Kelaikan Sarana Transportasi Dikeluarkan: 25 April 2017
Republik Indonesia Nomor: IM 10
Tahun 2017
8 Instruksi Menteri Perhubungan Monitoring Angkutan Lebaran Terpadu Tahun 2017 Dikeluarkan: 7 Juni 2017
Republik Indonesia Nomor: IM 12 (1438H)
Tahun 2017
9 Instruksi Menteri Perhubungan Perubahan Pelaksanaan Monitoring dan Berakhirnya Dikeluarkan: 1 Juli 2017
Republik Indonesia Nomor: IM 14 Masa Penyelenggaraan Angkutan Lebaran Terpadu Tahun
Tahun 2017 2017 (1438 H)
10 Instruksi Menteri Perhubungan Pelaksanaan Piket Sabtu dan Minggu untuk Peningkatan Dikeluarkan: 10 Juli 2017
Republik Indonesia Nomor: IM 15 Pelayanan Publik Bidang Jasa Transportasi Di Linkungan
Tahun 2017 Kementerian Perhubungan Tahun 2017
11 Instruksi Menteri Perhubungan Pelaksanaan Hasil Rapat Kerja Kementerian Perhubungan Dikeluarkan: 17 November 2017
Republik Indonesia Nomor: IM 18 Tahun 2017
Tahun 2017
12 Instruksi Menteri Perhubungan Pelaksanaan Monitoring Perkembangan Proyek Strategis Dikeluarkan: 17 November 2017
Republik Indonesia Nomor: IM 19 Nasional Melalui Aplikasi E-Psn
Tahun 2017
13 Instruksi Menteri Perhubungan Pelaksanaan Penetapan Pengelola Anggaran Di Dikeluarkan: 11 Desember 2017
Republik Indonesia Nomor: IM 20 Lingkungan Kementerian Perhubungan
Tahun 2017
14 Instruksi Menteri Perhubungan Monitoring Angkutan Natal Tahun 2017 dan Tahun Baru Dikeluarkan: 14 Desember 2017
Republik Indonesia Nomor: IM 21 2018
Tahun 2017
SURAT EDARAN MENTERI PERHUBUNGAN RI TAHUN 2017 YANG TELAH DITETAPKAN
(BERKAITAN DENGAN KEGIATAN TRANSPORTASI SELURUH INSTANSI DI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RI)

No. Nama Peraturan Tentang Keterangan


1 Surat-Edaran Nomor: SE 3 Tahun Pembangunan, Pengembangan dan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Ditetapkan: 16 Januari 2017
2017 Komunikasi (TIK) di Lingkungan Kementerian Perhubungan
2 Surat-Edaran Nomor: SE. 6 Tahun Kewajiban Memberikan Pelayanan Pada Hari Libur Nasional Dalam Rangka Ditetapkan: 14 Februari 2017
2017 Hari Pemungutan Suara Pemilihan Gubernur Dan Wakil Gubernur, Bupati
Dan Wakil Bupati, Serta Walikota Dan Wakil Walikota Tahun 2017
3 Surat-Edaran Nomor: SE. 7 Tahun Penyiapan Materi Menteri Perhubungan dan Petunjuk Pejabat Pendamping Ditetapkan: 10 Maret 2017
2017 Serta Pelaksanaan Kunjungan Kerja Menteri Perhubungan
4 Surat-Edaran Nomor: SE. 9 Tahun Pelaksanaan Anggaran Tahun 2017 Serta Rencana Kerja Dan Anggaran Ditetapkan: 31 Maret 2017
2017 Tahun 2018
5 Surat-Edaran Nomor: SE. 15 Tahun Larangan Penyampaian Pendapat di Muka Umum pada Obyek-obyek Vital Ditetapkan: 28 Mei 2017
2017 Transportasi Nasional
6 Surat-Edaran Nomor: SE. 19 Tahun Musyawarah Rencana Pembangunan Nasional (MUSRENBANGNAS) Tahun Ditetapkan: 26 Mei 2017
2017 2017
7 Surat-Edaran Nomor: SE. 22 Tahun Persiapan Dan Monitoring Angkutan Lebaran Tahun 2017 (1438 H) Ditetapkan: 15 Juni 2017
2017

8 Surat-Edaran Nomor: SE. 23 Tahun Peningkatan Keselamatan Penyelenggaraan Transportasi dan Persiapan Ditetapkan: 15 Juni 2017
2017 Angkutan Lebaran Tahun 2017 (1438 H)
9 Surat-Edaran Nomor: SE. 25 Tahun Pelaksanaan Tugas Operasional/Monitoring Angkutan Lebaran Tahun 2017 Ditetapkan: 19 Juni 2017
2017
10 Surat-Edaran Nomor: SE. 30 Tahun Program Pengendalian Gratifikasi Di Lingkungan Kementerian Perhubungan Ditetapkan: 2 Oktober 2017
2017
11 Surat-Edaran Nomor: SE. 31 Tahun Tindak Lanjut Arahan Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Kabinet Ditetapkan: 12 Oktober 2017
2017 Paripurna Tanggal 29 Agustus 2017 Tentang Percepatan Pemerataan
Pembangunan
12 Surat-Edaran Nomor: SE. 32 Tahun Percepatan Penyerapan Anggaran Tahun 2018 Ditetapkan:7 November 2017
2017
13 Surat-Edaran Nomor: SE. 34 Tahun Monitoring Angkutan Natal Tahun 2017 Dan Tahun Baru 2018 Ditetapkan:14 Desember 2017
2017
14 Surat-Edaran Nomor: SE. 37 Tahun Peningkatan Keselamatan Penyelenggaraan Transportasi Dan Persiapan Ditetapkan:21 Desember 2017
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan
2017 Pelaksanan Angkutan Natal Tahun 2017 Dan Tahun Baru 2018
15 Surat-Edaran Nomor: SE. 38 Tahun Persiapan Menghadapi Natal Tahun 2017 dan Tahun Baru 2018 Ditetapkan:21 Desember 2017
2017

PERATURAN DIRJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017 DIBIDANG PERHUBUNGAN UDARA YANG TELAH DITETAPKAN

No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT


1 Peraturan Direktur Tatanan Jaringan Komunikasi Ditetapkan: 18 Januari 2017 DIREKTORAT NAVIGASI
Jenderal Perhubungan Penerbangan Nasional PENERBANGAN
Udara Nomor: KP 008
Tahun 2017
2 Peraturan Direktur Pedoman Teknis Operasional Bagian 171- Ditetapkan: 25 Januari 2017 DIREKTORAT NAVIGASI
Jenderal Perhubungan 09 (Advisory Circular Part 171-09) PENERBANGAN
Udara Nomor: KP. 017 Penggunaan Internet Publik Untuk
Tahun 2017 Aplikasi Aeronautika
3 Peraturan Direktur Perubahan Atas Peraturan Direktur Ditetapkan: 7 Februari 2017 DIREKTORAT BANDAR
Jenderal Perhubungan Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP UDARA
Udara Nomor: KP 036 40 Tahun 2015 tentang Standar Teknis
Merubah: Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
Tahun 2017 dan Operasi Peraturan Keselamatan
Udara Nomor KP 40 Tahun 2015 tentang Standar
Penerbangan Sipil-Bagian 139 (Manual Of
Teknis dan Operasi Peraturan Keselamatan
Standard CASR-139) Volume II Tempat
Penerbangan Sipil-Bagian 139 (Manual Of Standard
Pendaratan dan Lepas Landas Helikopter
CASR-139) Volume II Tempat Pendaratan dan Lepas
(Heliports)
Landas Helikopter (Heliports)
Ditetapkan: 11 Februari 2015

4 Peraturan Direktur Apron Management Service Ditetapkan: 9 Februari 2017 DIREKTORAT BANDAR
Jenderal Perhubungan UDARA DAN NAVIGASI
Udara Nomor: KP 038 PENERBANGAN
Tahun 2017
5 Peraturan Direktur Peraturan Keselamatan Penerbangan Ditetapkan: 14 Februari 2017 DIREKTORAT BANDAR
Jenderal Perhubungan Sipil Bagian 139-11 (Advisory Circular Mencabut: UDARA
Udara Nomor: KP 041 CASR Part 139-11), Lisensi dan/atau 1. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Tahun 2017 Rating Personel Bandar Udara Nomor : KP 21 Tahun 2015 tentang Pedoman
Teknis Operasional Peraturan Keselamatan
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
Penerbangan Sipil Bagian 139–11 (Advisory
Circular CASR Part 139-11), Lisensi Personel
Bandar Udara
Ditetapkan: 26 Januari 2015

2. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara


Nomor KP 123 Tahun 2016 tentang Perubahan
Atas Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
Udara Nomor KP 21 Tahun 2015 tentang
Pedoman Teknis Operasional Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-11
(Advisory Circular CASR Part 139-11), Lisensi
Personel Bandar Udara
Ditetapkan: 8 April 2016
6 Peraturan Direktur Pedoman Teknis Operasional Bagian 171- Ditetapkan: 18 April 2017
Jenderal Perhubungan 10 (Advisory Circular Part 171-10) Tata
Udara Nomor: KP 110 Cara Dan Prosedur Penggunaan
Tahun 2017 Frekuensi Radio Untuk Kegiatan
Penerbangan
7 Peraturan Direktur Tata Cara Pengelolaan Alokasi Ditetapkan: 21 April 2017
Jenderal Perhubungan Ketersediaan Waktu Terbang (Slot Time) Mencabut:
Udara Nomor: KP 112 Bandar Udara
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Tahun 2017
Nomor : KP 280 Tahun 2015 tentang Tata Cara
Pengelolaan Slot Time
8 Peraturan Direktur Pedoman Teknis Operasional Bagian 69- Ditetapkan: 18 April 2017 DIREKTORAT NAVIGASI
Jenderal Perhubungan 03 (Advisory Circular Part 69-03) tentang Mencabut:Peraturan Direktur Jenderal PENERBANGAN
Udara Nomor: KP 113 Lisensi, Rating, Pelatihan dan Kecakapan Perhubungan Udara Nomor SKEP/171/VII/1997
Tahun 2017 Personel Pemandu Komunikasi tentang Sertifikat Kecakapan dan Rating Pemandu
Penerbangan Komunikasi Penerbangan
Ditetapkan:

9 Peraturan Direktur Pedoman Penyusunan Program Ditetapkan: 04 Mei 2017 DIREKTORAT KEAMANAN
Jenderal Perhubungan Pengawasan dan Investigasi Keamanan PENERBANGAN
Udara Nomor: KP 120 Penerbangan Internal
Tahun 2017
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
10 Peraturan Direktur Program dan Tata Cara Pengawasan dan Ditetapkan: 05 Mei 2017 DIREKTORAT KEAMANAN
Jenderal Perhubungan Investigasi Keselamatan Pengangkutan Mencabut: Peraturan Direktur Jenderal PENERBANGAN
Udara Nomor: KP 128 Barang Berbahaya dengan Pesawat Udara Perhubungan Udara Nomor 573 Tahun 2015
Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengawasan
Pengangkutan Barang Berrbahaya dengan Pesawat
Udara
Ditetapkan: 29 September 2015
11 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Pengawasan dan Ditetapkan: 05 Mei 2017 DIREKTORAT KEAMANAN
Jenderal Perhubungan Investigasi Keamanan Penerbangan PENERBANGAN
Udara Nomor: KP 129
Mencabut: Peraturan Direktur Jenderal
Tahun 2017
Perhubungan Udara Nomor KP 506 Tahun 2015
tentang Petunjuk Teknis Pengawasan Keamanan
Penerbangan
Ditetapkan: 04 Agustus 2015
12 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Pendistribusian, Ditetapkan: 20 Juni 2017
Jenderal Perhubungan Pemberian Tanggapan Dan Pemantauan Mencabut:
Udara Nomor: KP 158 ICAO State Letter
a. ketentuan yang terkait dengan Pendistribusian,
Tahun 2017
Pemberian Tanggapan dan Pemantauan ICAO
State Letter yang tercantum dalam Peraturan
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor
KP 10 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis
Tata Cara Tetap Penyusunan Peraturan
Perundang-Undangan di Lingkungan Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara;dan
b. Peraturan Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara Nomor KP 141 Tahun 2015 tentang
Penetapan Personel Penanggung Jawab ICAO
State Letter dan Prosedur Manajemen
Pendistribusian ICAO State Letter di
Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan
Udara;
13 Peraturan Direktur Perubahan atas Peraturan Direktur Ditetapkan: 5 Juli 2017
Jenderal Perhubungan Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP
Udara Nomor: KP 162 564 Tahun 2015 tentang Protokol
Merubah: Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
(Checklist) Pengawasan pada Pelayanan
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
Tahun 2017 NavigasI penerbangan Udara Nomor KP 564 Tahun 2015 tentang Protokol
(Checklist) Pengawasan pada Pelayanan NavigasI
penerbangan
14 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Ditetapkan: 17 Juli 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Penerbangan Sipil Bagian 21-02 (Staff Mencabut: Peraturan Direktur Jenderal KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 171 Instruction CASR 21-02) tentang Sertifikat Perhubungan Udara Nomor KP 275 Tahun 2015 PENGOPERASIAN PESAWAT
Tahun 2017 Kelaiudaraan untuk Pesawat Udara dan tentang Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan UDARA
Persetujuan yang Berkaitan Penerbangan Sipil Bagian 21-02 (Staff Instruction
(Airworthiness Certification of Aircraft and CASR 21-02) tentang Sertifikat Kelaikudaraan untuk
Related Products) Pesawat Udara dan Persetujuan yang Berkaitan
(Airworthiness Certification of Aircraft and Related
Products)
Ditetapkan: 8 April 2015
15 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Pengawasan Rencana Ditetapkan: 18 Juli 2017 DIREKTORAT KEAMANAN
Jenderal Perhubungan Penanggulangan Keadaan Darurat PENERBANGAN
Udara Nomor: KP 172 Bandar Udara (Airport Emergency Plan)
Tahun 2017 dan Pertolongann Kecelakaan
Penerbangan dan Pemadam Kebakaran
(PKP-PK)
16 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Penatausahaan Ditetapkan: 18 Juli 2017
Jenderal Perhubungan Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Mencabut: Peraturan Direktur Jenderal
Udara Nomor: KP 173 Berlaku Pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 572 Tahun 2011
Tahun 2017 Perhubungan Udara tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penerimaan,
Penyetoran, Penggunaan dan Pelaopran Penerimaan
Negara Bukan Pajak
17 Peraturan Direktur Peraturan Keselamatan Penerbangan Ditetapkan: 17 Juli 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Sipil Bagian 21-01 (Staff Instruction CASR Mencabut: Peraturan Direktur Jenderal KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 174 Part 21-01) Prosedur untuk Sertifikasi Perhubungan Udara Nomor: KP 64 Tahun 2016 PENGOPERASIAN PESAWAT
Tahun 2017 Tipe (Type Certification Procedures) tentang Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan UDARA
Penerbangan Sipil Bagian 21-01 (Staff Instruction
CASR Part 21-01) Prosedur untuk Sertifikat Tipe
(Type Certification Procedures)
Ditetapkan: 26 Februari 2016
18 Peraturan Direktur Perubahan Atas Peraturan Direktur Ditetapkan: 3 Agustus 2017 DIREKTORAT NAVIGASI
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP Merubah: Peraturan Menteri Perhubungan Udara PENERBANGAN
Udara Nomor: KP 180 650 Tahun 2015 tentang Petunjuk Teknis Nomor: KP 650 Tahun 2015 tentang Petunjuk
Tahun 2017 Peraturan Keselamatan Penerbangan Teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil
Sipil Bagian 69-01 (Staff Instruction Part Bagian 69-01 (Staff Instruction Part 69-01) Pengujian
69-01) Pengujian Lisensi dan Rating Lisensi dan Rating Personel Pemandu Lalu Lintas
Personel Pemandu Lalu Lintas Penerbangan
Penerbangan
19 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Pelaksanaan Ditetapkan: 3 Agustus 2017
Jenderal Perhubungan Pengawasan Oleh Inspektur Navigasi Mencabut: Peraturan Direktur Jenderal
Udara Nomor: KP 182 Penerbangan Perhubungan Udara Nomor : KP 429 Tahun 2015
Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengawasan
Inspektur Navigasi Penerbangan
20 Peraturan Direktur Pedoman Teknis Operasional Peraturan Ditetapkan: 3 Agustus 2017 DIREKTORAT BANDAR
Jenderal Perhubungan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian Mencabut: Peraturan Direktur Jenderal UDARA
Udara Nomor: KP 197 139-08, Buku Pedoman Pengoperasian Perhubungan Udara Nomor: KP 577 Tahun 2015
Tahun 2017 Bandar Udara (Advisory Circular 139-08) tentang Pedoman Teknis Operasional Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-08,
Buku Pedoman Pengoperasian Bandar Udara
(Advisory Circular 139-08)
21 Peraturan Direktur Perencanaan Sumber Daya Manusia Pada Ditetapkan: 18 Agustus 2017
Jenderal Perhubungan Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara
Udara Nomor: KP 198
Tahun 2017
22 Peraturan Direktur Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Ditetapkan: 18 Agustus 2017
Jenderal Perhubungan Pengaturan, Pengendalian dan Keterangan:
Udara Nomor: KP 199 Pengawasan di Lingkungan Direktorat
Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, seluruh
Tahun 2017 Jenderal Perhubungan Udara
peraturan pelaksana
Dari:
1. Peraturan Menteri nomor PM 189 tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perhubungan sebagaimana
diubah dengan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor PM 44 Tahun 2017; dan
2. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM
41 tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
Kerja Kantor Otoritas Bandar Udara.
Dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dan/atau belum diubah atau diganti
dengan peraturan baru berdasarkan Peraturan
ini.
Mencabut: Peraturan Direktur Jenderal
Perhubungan Udara Nomor 63 Tahun 2016
tentang Uraian Kegiatan Organisasi di Lingkungan
Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian
Pesawat Udara
23 Peraturan Direktur Perencanaan Sumber Daya Manusia Pada Ditetapkan: 18 Agustus 2017
Jenderal Perhubungan Jabatan Fungsional Umum di
Udara Nomor: KP 200 Lingkungan Direkotrat Jenderal
Tahun 2017 Perhubungan Udara
24 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Ditetapkan: 23 Agustus 2017 DIREKTORAT BANDAR
Jenderal Perhubungan Penerbangan Sipil Bagian 139-10 (Staff UDARA
Udara Nomor: KP 212 Instruction 139-10) tentang Prosedur
Tahun 2017 Pengawasan Program Pemeliharaan
Konstruksi Perkerasan Bandar Udara
(Pavement Management System)
25 Peraturan Direktur Peraturan Keselamatan Penerbangan Ditetapkan: 22 Agustus 2017
Jenderal Perhubungan Sipil Bagian 8900-5.14 (Staff Instruction
Udara Nomor: KP 214 Part 8900-5.14) tentang Pengujian
Catatan:
Tahun 2017 Kecakapan Bahasa Inggris (English
Language Proficiency Testing) Pasal 2: Sertifikat Kecakapan Bahasa Inggris
(English Proficiency Test) yang diterbitkan sebelum
peraturan ini berlaku akan dilakukan evaluasi ulang
(re-assessment) paling lambat 3 (tiga) tahun sejak
ditetapkannya peraturan ini
26 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Ditetapkan: 23 Agustus 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Penerbangan Sipil Bagian 8900-3.324 Mencabut: KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 215 (Staff Instruction 8900-3.324) tentang PENGOPERASIAN PESAWAT
a. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Tahun 2017 Prosedur Persetujuan dan Inspeksi UDARA
Nomor KP 125 Tahun 2016 tentang Petunjuk
terhadap Manual Pengoperasian PEsawat
Teknis Bagian 8900-3.324 (Staff Instruction 8900-
Udara (Approval and Inspection of
3.324) Prosedur Persetujuan Dan Inspeksi
Operation Manual)
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
Terhadap Manual Pengoperasian Pesawat Udara
(Approval And Inspection Of Operation Manual);
dan
b. Volume 3 Chapter 3 Lampiran Peraturan
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor
SKEP/45/III/2010 tentang Staff Instruction 8400-
Flight Operations Inspector's Handbook.

27 Peraturan Direktur Pedoman Teknis Operasional Peraturan Ditetapkan: 23 Agustus 2017 DIREKTORAT BANDAR
Jenderal Perhubungan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian Mencabut: Peraturan Direktur Jenderal UDARA
Udara Nomor: KP 216 139-05, Sertifikasi dan Registrasi Bandar Perhubungan Udara Nomor: KP 575 Tahun 2015
Tahun 2017 Udara (Advisory Circular 139-05) tentang Pedoman Teknis Operasional Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-05,
Sertifikasi dan Registrasi Bandar Udara (Advisory
Circular 139-05)
28 Peraturan Direktur Perubahan Atas Peraturan Direktur Ditetapkan: 25 Agustus 2017
Jenderal Perhubungan Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP Merubah: Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
Udara Nomor: KP 218 287 Tahun 2015 Tentang Pedoman Udara Nomor KP 287 Tahun 2015 Tentang Pedoman
Tahun 2017 Teknis Operasional Bagian 69-01 Teknis Operasional Bagian 69-01 (ADVISORY
(Advisory Circular Part 69-01) tentang Circular Part 69-01) tentang Lisensi, Rating,
Lisensi, Rating, Pelatihan Dan Kecakapan Pelatihan Dan Kecakapan Personel Pemandu Lalu
Personel Pemandu Lalu Lintas Lintas Penerbangan
Penerbangan
29 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis (Staff Instruction) Sistem Ditetapkan: 26 Agustus 2017 DIREKTORAT KEAMANAN
Jenderal Perhubungan Pelatihan Inspektur Keamanan PENERBANGAN
Udara Nomor: KP 219 Penerbangan
Tahun 2017
30 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Ditetapkan: 28 Agustus 2017
Jenderal Perhubungan Penerbangan Sipil Bagian 139-01,
Udara Nomor: KP 220 Sertifikasi dan Registrasi serta
Mencabut:Peraturan Direktur Jenderal
Tahun 2017 Pengawasan Keselamatan Operasi Bandar
Perhubungan Udara Nomor: KP 580 Tahun 2015
Udara (Staff Instruction 139-01)
tentang Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan
Penerbangan Sipil Bagian 139-01, Sertifikasi dan
Registrasi serta Pengawasan Keselamatan Operasi
Bandar Udara (Staff Instruction 139-01)
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
31 Peraturan Direktur Indikator Kinerja Keselamatan (Safety Ditetapkan: 30 Agustus 2017
Jenderal Perhubungan Performance Indicator (SPI)) untuk
Udara Nomor: KP 222 Penyelenggara Bandar Udara Dan
Tahun 2017 Penyelenggara Pelayanan Navigasi
Penerbangan Dan Tata Cara Perhitungan
Tingkat Kinerja Keselamatan Yang Dapat
Diterima (Acceptable Level of Safety
Performance (ALoSP)) untuk Penyedia
Jasa Penerbangan
32 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis PEraturan KEselamatan Ditetapkan: 25 Agustus 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Penerbangan Sipil Bagian 8900-4.10 KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 223 (Staff Instruction 8900-4.10) tentang PENGOPERASIAN PESAWAT
Mencabut: Peraturan Direktur Jenderal
Tahun 2017 Penerbitan dan Pengawasan untuk UDARA
Perhubungan Udara Nomor : KP 274 Tahun 2015
Otorisasi Reduced Vertical Separation
tentang Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan
Minimum (RVSM) (Issuance and
Penerbangan Sipil Bagian 8900-4.10 tentang
Surveillance for Reduced Vertical
Penerbitan Dan Pengawasan Untuk Otorisasi
Separation Minimum (RCVM)
RVSM(SI 8900-4.10 Issuance And Surveillance For
Authorizations)
Reduced Vertical Separation Minimums
Authorizations)

33 Peraturan Direktur Perencanaan Sumber Daya Manusia pada Ditetapkan: 30 Agustus 2017 KEPEGAWAIAN
Jenderal Perhubungan Jabatan Fungsional Umum di
Udara Nomor: KP 224 Lingkungan Kantor Otoritas Bandar
Catatan Pasal 31:
Tahun 2017 Udara
Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
melakukan
Evaluasi terhadap peraturan ini setiap 2 (dua) tahun
sekali.
34 Peraturan Direktur Perubahan atas Peraturan Direktur Ditetapkan: 5 September 2017
Jenderal Perhubungan Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP
Udara Nomor: KP 229 606 Tahun 2015 tentang Perencanaan
Merubah: Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
Tahun 2017 Sumber Daya Manusia Inspektur
Udara Nomor KP 606 Tahun 2015 tentang
Penerbangan di Lingkungan Direktorat
Perencanaan Sumber Daya Manusia Inspektur
Jenderal Perhubungan Udara
Penerbangan di Lingkungan Direktorat Jenderal
Perhubungan Udara
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
35 Peraturan Direktur Perubahan Atas Peraturan Direktur Ditetapkan: 12 September 2017
Jenderal Perhubungan Jenderal Perhubungan Udara Nomor Kp
Udara Nomor: KP 234 283 Tahun 2016 Tentang Petunjuk
Merubah: Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
Tahun 2017 Teknis (Staff Instruction) Inspector
Udara Nomor Kp 283 Tahun 2016 Tentang Petunjuk
Training System (ITS) Inspektur Navigasi
Teknis (Staff Instruction) Inspector Training System
Penerbangan
(ITS) Inspektur Navigasi Penerbangan
36 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Ditetapkan: 18 september 2017 DIREKTORAT NAVIGASI
Jenderal Perhubungan Penerbangan Sipil Bagian 175-02 (Staff PENERBANGAN
Udara Nomor: KP 235 Instruction Part 175-02) Pemberian
Tahun 2017 Persetujuan Penyelenggaraan Pelayanan
Informasi Aeronautika.

37 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Bagian 8900-2.13 Ditetapkan: 18 September 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan (Staff Instruction 8900-2.13) Prosedur KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 236 Sertifikasi Dan Pengakuan Organisasi PENGOPERASIAN PESAWAT
Mencabut: Peraturan Direktur Jenderal
Tahun 2017 Perawatan Pesawat Udara Di Luar UDARA
Perhubungan Udara Nomor KP 464 Tahun 2013
Negeri (Certification or Recognition For
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan
Foreign Approved Maintenance
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 8900-2.13
Organization (AMO))
(Staff Instruction) tentang Prosedur Sertifikasi,
Perpanjangan, Penambahan untuk Organisasi
Perawatan Pesawat Udara Luar Negeri
(Certification, Renewal, And Amendment For
Foreign AMO)
38 Peraturan Direktur Sertifikasi Instruktur Keamanan Ditetapkan: 22 September 2017 DIREKTORAT KEAMANAN
Jenderal Perhubungan Penerbangan PENERBANGAN
Udara Nomor: KP 237
Tahun 2017
39 Peraturan Direktur Pedoman Teknis Manajemen Resiko Ditetapkan: 22 September 2017 DIREKTORAT KEAMANAN
Jenderal Perhubungan (Risk Management) Keamanan PENERBANGAN
Udara Nomor: KP 238 Penerbangan
Tahun 2017
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
40 Peraturan Direktur Pedoman Penyusunan dan Tata Cara Ditetapkan: 22 September 2017 DIREKTORAT KEAMANAN
Jenderal Perhubungan Pengesahan Program Keamanan PENERBANGAN
Udara Nomor: KP 240 Penerbangan
Tahun 2017
41 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamtan Ditetapkan: 22 September 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Penerbangan Sipil Bagian 19-01 (Staff KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 241 Instruction 19-01) Sistem Pelaporan PENGOPERASIAN PESAWAT
Tahun 2017 Kejadian Wajib (Mandaratory Occurrence UDARA
Reporting System)
Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Ditetapkan: 22 september 2017 DIREKTORAT
42 Jenderal Perhubungan Penerbangan Sipil Bagian 19-02 (Staff KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 242 Instruction 19-02) Sistem Pelaporan PENGOPERASIAN PESAWAT
Tahun 2017 Sukarela Voluntary Reporting System UDARA
(VRS)
43 Peraturan Direktur Pedoman Teknis Operasional Peraturan Ditetapkan: 22 september 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 243 19-02 (Advisory Circural 19-02) Sistem PENGOPERASIAN PESAWAT
Tahun 2017 Pelaporan Sukarela ( Voluntary Reporting UDARA
System (VRS))
44 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Ditetapkan: 22 September 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Penerbangan Sipil Bagian 8900-5.2 (Staff KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 244 Instruction 8900-5.2) tentang Prosedur PENGOPERASIAN PESAWAT
Tahun 2017 Sertifikasi Personel Dan Tugas Dan UDARA
Tanggung Jawab Inspektur Operasi
Penerbangan (Personnel Licensing
Procedures And Flight Operations
Inspector Tasks And Responsibilities)
45 Peraturan Direktur Pedoman Teknis Operasional Peraturan Ditetapkan: 22 September 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 245 19-01 (Advisory Circular 19-01) Sistem PENGOPERASIAN PESAWAT
Tahun 2017 Pelaporan Kejadian Wajib UDARA
(Mandatory Occurrence Reporting System)
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
46 Peraturan Direktur Perubahan Atas Peraturan Direktur Ditetapkan: 22 September 2017 SEMUA DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Jenderal Perhubungan Udara Nomor KP
Udara Nomor: KP 246 272 Tahun 2015 Tentang Tanda
Merubah: Nomor KP 272 Tahun 2015 Tentang
Tahun 2017 Pengenal Inspektur Penerbangan
Tanda Pengenal Inspektur Penerbangan
47 Peraturan Direktur Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Ditetapkan: 22 September 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 248 65-01 (Staff Instruction Part 65-01) PENGOPERASIAN PESAWAT
Tahun 2017 tentang Prosedur Pemberian Sertifikasi UDARA
Kecakapan Personel Ahli Perawatan
Pesawat Udara (I)
48 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Ditetapkan: 22 September 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Penerbangan Sipil Bagian 143-01 (Staff KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 249 Instruction Casr Part 143- 01) Sertifikasi PENGOPERASIAN PESAWAT
Tahun 2017 Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan UDARA
Bidang Pelayanan Lalu Lintas
Penerbangan
49 Peraturan Direktur Amatan Penerbangan Sipil Bagian 67-01 Ditetapkan: 25 September 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan (Staff Instruction Part 67-01) Subbagian KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 250 tentang Prosedur Pemeriksaan Kesehatan PENGOPERASIAN PESAWAT
Tahun 2017 Penerbangan (Aviation Medical UDARA
Examinationprocedur)
50 Peraturan Direktur Formulir Petunjuk Teknis-01 Balai Ditetapkan: 25 September 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Kesehatan Penerbangan (Staff Instruction Mencabut: KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 251 (SI)) Form-01 Aviation Medical Center PENGOPERASIAN PESAWAT
1. Bab IV: Human Resources Development For
Tahun 2017 (AMC)) UDARA
Aviation Medical Inspector pada Lampiran
Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor: KP 620 Tahun 2015 tentang Petunjuk
Teknis HRD-01.1 (Staff Instruction HRD-01.1)
Pengembangan Sumber Daya Manusia Personel
Direktorat Kelaikudaraan Dan Pengoperasian
Pesawat Udara;
2. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor: KP 572 Tahun 2015 Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Menteri Perhubungan
Nomor PM 8 Tahun 2015 Tentang Peraturan
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 67 (Civil
Aviation Safety Regulation Part 67) Tentang
Standar Kesehatan Dan Sertifikasi Personel
Penerbangan.
51 Peraturan Direktur Peraturan Keselamatan Penerbangan Ditetapkan: 25 September 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Sipil Bagian 8900-6.2 (Staff Instruction Mencabut: KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 252 Part 8900-6.2) Tentang Pemerikasaan PENGOPERASIAN PESAWAT
1. Volume 3 Chapter 3 Lampiran Peraturan
Tahun 2017 Ramp (Ramp Inspection) UDARA
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor :
SKEP/44/III/2010 tentang Staff instruction
8300 (SI 8300) Airworthiness Inspector's
Handbook; dan

2. Volume 3 Chapter 12 Lampiran Peraturan


Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor :
SKEP/45/III/2010 tentang Staff instruction
8400 (SI 8400) Flight-Operation Inspector's
Handbook.
52 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Ditetapkan: 25 September 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Penerbangan Sipil Bagian 141 (Staff KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 253 Instruction 141-01) tentang Prosedur PENGOPERASIAN PESAWAT
Mencabut: Peraturan Direktur Jenderal
Tahun 2017 Sertifikasi, Persyaratan Operasi dan UDARA
Perhubungan Udara Nomor: SKEP/134/VII/2008
Pengawasan untuk Sekolah Penerbang
tentang Perubahan I Petunjuk Pelaksanaan (Staff
Certification, Operating Requirement and
Instruction) Nomor 141-01 tentang Sertifikasi Dan
Countinuing Surveilance For Pilot Schools)
Persyaratan Operasi Untuk Sekolah Penerbangan
53 Peraturan Direktur Peraturan Keselamatan Penerbangan Ditetapkan: 25 September 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Sipil Bagian 147-01 (Staff Instruction 147- Mencabut: KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 254 01) Sertifikasi atau Perpanjangan atau PENGOPERASIAN PESAWAT
1. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan
Tahun 2017 Perubahan dan Pengawasan untuk UDARA
Udara Nomor SKEP/53/III/2001 tentang
Organisasi Pusat Pelatihan Perawatan
Petunjuk Pelaksanaan (Staff Instruction Nomor
Pesawat udara Bedasarkan PKPS Bagian
147-01) tentang Persetujuan Organisasi
147 (Certification or Renewal or
Pelatihan Perawatan Pesawat Udara;
Amandement and Surveillance of A CASR
2. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan
PART 147 Aircraft Maintenance Training
Udara Nomor SKEP/88/IV/2008 tentang
Organization (AMTO)
Surveillance of Aircraft Maintenance Training
Organizations (AMTO);
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
54 Peraturan Direktur Standar Teknis dan Operasional Ditetapkan: 29 September 2017 DIREKTORAT BANDAR
Jenderal Perhubungan Peraturan Keselamatan Penerbangan Mencabut: Keputusan Direktur Jenderal UDARA
Udara Nomor: KP Sipil Bagian 139 (Manual of Standard Perhubungan Udara Nomr KP 39 Tahun 2015
262 Tahun 2017 CASR-Part 139) Volume I Bandar Udara tentang Standar Teknis dan Operasional Peraturan
(Aerodrome) Keselamatan Penerbangan Sipil-Bagian139 (Manual
of Standard CASR-Part 139) Volume I Bandar Udara
(Aerodrome)
55 Peraturan Direktur Petunjuk teknis peraturan keselamatan Ditetapkan: 2 Oktober 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan penerbangan sipil bagian 183-05 (SI 183- KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 05) tentang administrasi perwakilan PENGOPERASIAN PESAWAT
267 Tahun 2017 dokter penguji kesehatan penerbangan UDARA
yang ditunjuk
56 Peraturan Direktur Petunjuk teknis peraturan keselamatan Ditetapkan: 2 Oktober 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan penerbangan sipil bagian 183-04 (SI 183- Mencabut: Peraturan Direktur Jenderal KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 04) tentang administrasi untuk Perhubungan Udara Nomor KP 278 Tahun 2015 PENGOPERASIAN PESAWAT
268 Tahun 2017 perwakilan pengujian teknisi perawatan tentang Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan UDARA
pesawat udara yang ditunjuk PenerbanganSipilBagian183-04 (Staff Instruction
CASR 183-04) tentang Administrasi (Evaluasi) Untuk
Perwakilan Penguji Teknisi Perawatan Pesawat
Udara Yang Ditunjuk (Administration (Evaluation)
Designated Aircraft Maintenance Engineer Examiner
Representatives (DAMEER))
57 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Ditetapkan: 2 Oktober 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Penerbangan Sipil Bagian 147-02 (AC Mencabut: Keputusan Direktur Jenderal KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 147-02) Penyusunan Kurikulum Dan Perhubungan Udara Nomor: SKEP/282/X/2000 PENGOPERASIAN PESAWAT
269 Tahun 2017 Silabus Dasar tentang Advisory Circular 65-2 Aircraft Maintenance UDARA
Engineer Licence Examination Syllabus
58 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Ditetapkan: 5 Oktober 2017 DIREKTORAT NAVIGASI
Jenderal Perhubungan Penerbangan (Staff Instruction CASR PART PENERBANGAN
Udara Nomor: KP 173-02) tentang Pemberian Persetujuan
276 Tahun 2017 Penyelenggaraan Pereancangan Prosedur
Penerbangan
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
59 Peraturan Direktur Peraturan Keselamatan Penerbangan Ditetapkan: 5 Oktober 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Sipil Bagian 19-03 (Staff Instruction 19- KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 03) Program Analisis Data Penerbangan PENGOPERASIAN PESAWAT
277 Tahun 2017 (Flight Data Analysis Program) UDARA
60 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Ditetapkan: 5 Oktober 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Penerbangan Sipil Bagian 19-04 (Staff KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP Instruction 19-04) Sistem Dokumentasi PENGOPERASIAN PESAWAT
278 Tahun 2017 Keselamatan Penerbangan (Flight Safety UDARA
Document System (FSDS))
61 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Ditetapkan: 5 Oktober 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Penerbangan Sipil Bagian 19-05 (Staff KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP Instruction 19-05) tentang Petunjuk PENGOPERASIAN PESAWAT
279 Tahun 2017 Teknis (Panduan) Safety Management UDARA
System (SMS) untuk Para Inspektur
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara
dan Operator
62 Peraturan Direktur Pedoman Teknis Operasional Peraturan Ditetapkan: 5 Oktober 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 21-45 (Advisory Circular 21-45) PENGOPERASIAN PESAWAT
280 Tahun 2017 Persetujuan Kelaikudaraan Peralatan UDARA
Airbone Automatic Dependent Surveillance
Broadcast (ADS-B) (Airworthiness Approval
of Airbone Automatic Dependent
Surveillance Broadcast (ADS-B) Equipment)
63 Peraturan Direktur Standar Teknis dan Operasi Bagian 170- Ditetapkan: 5 Oktober 2017 DIREKTORAT NAVIGASI
Jenderal Perhubungan 02 (Manual of Standard CASR Part 170- PENERBANGAN
Udara Nomor: KP 02) Prosedur Komunikasi Penerbangan
281 Tahun 2017 (Manual on Aeronautical Communication
Procedures)
64 Peraturan Direktur Pedoman Teknis Operasional Bagian 120- Ditetapkan: 9 Oktober 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan 28 (Advisory Circular 120-28) Kriteria KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP untuk Persetujuan PENGOPERASIAN PESAWAT
283 Tahun 2017 UDARA
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
65 Peraturan Direktur Petujuk Teknis Bagian 8900-3.2 (Staff Ditetapkan: 11 Oktober 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Instruction 8900-3.2) Exemption, KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP Deviations, Waivers and Authorisation PENGOPERASIAN PESAWAT
292 Tahun 2017 UDARA

66 Peraturan Direktur Petujuk Teknis Bagian 8900-3.181 (Staff Ditetapkan: 11 Oktober 2017 Peraturan Direktur Jenderal
Jenderal Perhubungan Instruction 8900-3.181) Authorization, Perhubungan Udara Nomor
Udara Nomor: KP Conditions and Limitations (ACL) : KP 293 Tahun 2017
293 Tahun 2017
67 Peraturan Direktur Petunjuk Teknis Peraturan Keselamatan Ditetapkan: 11 Oktober 2017 Peraturan Direktur Jenderal
Jenderal Perhubungan Penerbangan Sipil Bagian 8900-6.1 (Staff Perhubungan Udara Nomor
Udara Nomor: KP Instruction Part 8900-6.1) tentang : KP 293 Tahun 2017
294 Tahun 2017 Pemeriksaan Pesawat Udara (Aircraft
Inspection)

KEPUTUSAN DIRJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017 DIBIDANG PERHUBUNGAN UDARA YANG TELAH DITETAPKAN
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
1 Keputusan Direktur Penghapusan Barang Milik Negara Pada Kantor Unit Ditetapkan: 23 Januari 2017 BAGIAN KEUANGAN
Jenderal Perhubungan Penyelenggara Bandar Udara Kelas III Sultan
Udara Nomor: KP 015 Muhammad Kaharuddin-Sumbawa Besar Dengan
Tahun 2017 Tindak Lanjut Pemindahtanganan
2 Keputusan Direktur Susunan Keanggotaan Komite Fasilitasi (FAL) Ditetapkan: 26 Januari 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Bandar Udara Internasional Frans Kaisiepo-Biak Mencabut: Keputusan Direktur Jenderal ANGKUTAN UDARA
Udara Nomor: KP. 019 Tahun 2017-2020 Perhubungan Udara Nomor: KP. 11 Tahun 2013
Tahun 2017 tentang Susunan Keanggotaan Komite Fasilitasi
(FAL) Bandar Udara Frans Kaisiepo-Biak Tahun
2013-2016
3 Keputusan Direktur Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Kelas I Mopah- Ditetapkan: 26 Januari 2017 DIREKTORAT BANDAR
Jenderal Perhubungan Merauke Tahun 2017-2020 UDARA
Udara Nomor: KP 20
Tahun 2017
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
4 Keputusan Direktur Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Kelas I Ditetapkan: 26 Januari 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan UtamaSentani-JayapuraTahun 2016-2019 ANGKUTAN UDARA
Udara Nomor: KP 021
Tahun 2017
5 Keputusan Direktur Tim Pelaksanaan Aplikasi Online Sistem Informasi Ditetapkan: 31 Januari 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Sertifikasi Stasiun Penerbangan di Pesawat Udara NAVIGASI
Udara Nomor: KP 030 (Aircraft Aeronautical Station Licence) PENERBANGAN
Tahun 2017
6 Keputusan Direktur Penetapan Inspektur Navigasi Penerbangan Tahun Ditetapkan: 16 Februari 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan 2017 NAVIGASI
Udara Nomor: KP 042 PENERBANGAN
Tahun 2017
7 Keputusan Direktur Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Internasional Ditetapkan: 22 Februari 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Lombok Tahun 2017-2020 ANGKUTAN UDARA
Udara Nomor: KP 048
Tahun 2017
8 Keputusan Direktur Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Ditetapkan: 22 Februari 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Perhubungan Udara Nomor: 4524 Tahun 2016 Mengubah: Lampiran Keputusan Direktur ANGKUTAN UDARA
Udara Nomor: KP 049 tentang Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Jenderal Perhubungan Udara Nomor: 4524
Tahun 2017 Internasional Sam Ratulangi-Manado Tahun 2016- Tahun 2016 tentang Komite Fasilitasi (FAL)
2019 Bandar Udara Sam Ratulangi-Manado Tahun
2016-2019
9 Keputusan Direktur Tim Pelaksana Volcanic Ash Exercise (Volphin 17/01) Ditetapkan: 22 Februari 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan NAVIGASI
Udara Nomor: KP 050 PENERBANGAN
Tahun 2017
10 Keputusan Direktur Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Ditetapkan: 21 Maret 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Perhubungan Udara Nomor KP 353 Tahun 2016 Mengubah: Lampiran Keputusan Menteri ANGKUTAN UDARA
Udara Nomor: KP 068 tentang Rute dan Penyelenggara Angkutan Udara Perhubungan Nomor KP 353 Tahun 2016 tentang
Tahun 2017 Perintis untuk Penumpang serta Penyelenggara dan Rute dan Penyelenggara Angkutan Udara Perintis
Lokasi Subsidi Angkutan Bahan Bakar Minyak untuk Penumpang serta Penyelenggara dan
(BBM) Pesawat Udara Tahun Anggaran 2017 Lokasi Subsidi Angkutan Bahan Bakar Minyak
(BBM) Pesawat Udara Tahun Anggaran 2017
Ditetapkan: 28 November 2016
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
11 Keputusan Direktur Tim Pelaksana Percepatan Pengoperasian Bandar Ditetapkan: 23 Maret 2017 DIREKTORAT BANDAR
Jenderal Perhubungan Udara Baru di Bintan UDARA
Udara Nomor: KP 071
Tahun 2017

12 Keputusan Direktur Tim Kajian Status dan Kelembagaan Lembaga Ditetapkan: 18 April 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan NAVIGASI
Udara Nomor: KP 111 PENERBANGAN
Tahun 2017
13 Keputusan Direktur Third Meeting of The Working Group on The Ditetapkan: 21 April 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Asia/Pasific ATS Inter-Facility Data Communication NAVIGASI
Udara Nomor: KP 116 Implementation (AIDC) Implementation Guidance PENERBANGAN
Tahun 2017 Document (APA IGD WG/3) dan Third Meeting of The
Asia/Pasific ATS Inter-Facility Data-Link
Communication Implementation Task Force (APA
TF/3)
14 Keputusan Direktur Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Ditetapkan: 4 Mei 2017 DIREKTORAT BANDAR
Jenderal Perhubungan Nomor KP 119 Tahun 2017 tentang Penetapan UDARA
Udara Nomor: KP 119 Inspektur Bandar Udara Tahun 2017
Tahun 2017

15 Keputusan Direktur Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Ditetapkan: 9 Mei 2017 DIREKTORAT BANDAR
Jenderal Perhubungan Perhubungan Udara Nomor KP 071 Tahun 2017 UDARA
Udara Nomor: KP 130 tentang Tim Pelaksana Percepatan Pengoperasian
Mengubah: Keputusan Direktur Jenderal
Tahun 2017 Bandara Baru Di Bintan
Perhubungan Udara Nomor KP 071 Tahun 2017
tentang Tim Pelaksana Percepatan Pengoperasian
Bandar Udara Baru Di Bintan

16 Keputusan Direktur Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Internasional Ditetapkan: 19 Mei 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan H.AS. Hanandjoeddin, Tanjung Pandan Tahun ANGKUTAN UDARA
Udara Nomor: KP 142 2017-2020
Tahun 2017

17 Keputusan Direktur Petugas Pelaksana Pengelola Slot Time (Indonesia Ditetapkan: 30 Mei 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Airport Slot Managenment (IASM)) ANGKUTAN UDARA
Udara Nomor: KP 153
Tahun 2017
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
18 Keputusan Direktur Tim Pelaksana Percepatan Pengoperasian Bandar Ditetapkan: 5 Juni 2017 DIREKTORAT BANDAR
Jenderal Perhubungan Udara Jenderal Besar Soedirman di Wirasaba UDARA
Udara Nomor: KP 154
Tahun 2017
19 Keputusan Direktur Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Ditetapkan: 22 Juni 2017 DIREKTORAT BANDAR
Jenderal Perhubungan Perhubungan Udara Nomor KP 154 Tahun 2017 Mengubah: Keputusan Direktur Jenderal UDARA
Udara Nomor: KP 160 tentang Tim Pelaksana Percepatan Pengoperasian Perhubungan Udara Nomor: KP 154 Tahun 2017
Tahun 2017 Bandar Udara Jenderal Besar Soedirman di tentang Tim Pelaksana Percepatan Pengoperasian
Wirasaba Bandar Udara Jenderal Besar Soedirman di
Wirasaba
Ditetapkan: 5 Juni 2017
20 Keputusan Direktur Tim Percepatan Penyelesaian Regulasi Tindak Lanjut Ditetapkan: 2 Agustus 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Temuan ICAO USOAP ANGKUTAN UDARA
Udara Nomor: KP 179
Tahun 2017
21 Keputusan Direktur Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Ditetapkan: 3 Agustus 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Perhubungan Udara Nomor KP 073 Tahun 2017 ANGKUTAN UDARA
Udara Nomor: KP 181 tentang Tim Teknis dan Sekretariat Komite Nasional
Merubah:Perhubungan Udara Nomor KP 073
Tahun 2017 Fasilitasi (FAL) Udara Tahun 2017-2020
Tahun 2017 tentang Tim Teknis dan Sekretariat
Komite Nasional Fasilitasi (FAL) Udara Tahun
2017-2020
22 Keputusan Direktur Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Ditetapkan: 4 Agustus 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Internasional Husein Sastranegara-Bandung Tahun ANGKUTAN UDARA
Udara Nomor: KP 185 2017-2020
Tahun 2017
23 Keputusan Direktur Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Ditetapkan: 5 September 2017 DIREKTORAT BANDAR
Jenderal Perhubungan Perhubungan Udara Nomor KP 119 Tahun 2017 UDARA
Udara Nomor: KP 228 tentang Penetapan Inspektur Bandar Udara Tahun
Merubah: Keputusan Direktur Jenderal
Tahun 2017 2017
Perhubungan Udara Nomor KP 119 Tahun 2017
tentang Penetapan Inspektur Bandar Udara
Tahun 2017
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
24 Keputusan Direktur Penetapan Indikator Kinerja Keselamatan (Safety Ditetapkan: 7 September 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Performance Indicator (SPI)) dan Tingkat Kinerja NAVIGASI
Udara Nomor: KP 231 Keselamatan Yang Dapat Diterima (Acceptable Level PENERBANGAN
Tahun 2017 of Safety Performance (ALoSP)) Bidang Navigasl
Penerbangan

25 Keputusan Direktur Rute dan Penyelenggara Angkutan Udara Perintis Ditetapkan: 11 September 2017 DIREKTORAT BANDAR
Jenderal Perhubungan Kargo dan Subsidi Angkutan Udara Kargo serta UDARA
Udara Nomor: KP 233 Penyelenggara Subsidi Angkutan Bahan Bakar
Tahun 2017 Minyak (BBM) Pesawat Udara untuk Angkutan
Udara Perintis Kargo, sebagai Pelaksanaan Program
Jembatan Udara Tahun Anggaran 2017
26 Keputusan Direktur Tim Pelaksanaan Program Optimalisasi Penyerapan Ditetapkan: 22 September 2017
Jenderal Perhubungan Pilot Baru Lulusan Sekolah Penerbangan (AB
Udara Nomor: KP 247 INITIO) Tahun 2017
Tahun 2017
27 Keputusan Direktur Perubahan atas Keputusan Direktur Jenderal Ditetapkan: 26 September 2017 DIREKTORAT BANDAR
Jenderal Perhubungan Perhubungan Udara Nomor KP 104 Tahun 2017 UDARA
Udara Nomor: KP 261 tentang Komite Nasional Fasilitasi (FAL) Bandar
Tahun 2017 Udara Internasional Sultan Iskandar Muda Banda
Aceh Tahun 2016-2019
28 Keputusan Direktur Program Mitigasi Penerapan Prosedur Pengujian Ditetapkan: 29 September 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Kecakapan Bahasa Inggris KELAIKUDARAAN DAN
Udara Nomor: KP 263 PENGOPERASIAN
Tahun 2017 PESAWAT UDARA
29 Keputusan Direktur Standar Operasional Prosedur Pengadaan Calon Ditetapkan: 29 September 2017 BAGIAN
Jenderal Perhubungan Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Direktorat KEPEGAWAIAN DAN
Udara Nomor: KP 264 Jenderal Perhubungan Udara ORGANISASI
Tahun 2017
30 Keputusan Direktur Perubahan Atas Keputusan Direktur Jenderal Ditetapkan: 5 Oktober 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Perhubungan Udara Nomor: KP 279 Tahun 2016 Merubah: Keputusan Direktur Jenderal ANGKUTAN UDARA
Udara Nomor: KP 274 tentang Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Perhubungan Udara Nomor: KP 279 Tahun 2016
Tahun 2017 Internasional Supadio-Pontianak Tahun 2016 tentang Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara
Internasional Supadio-Pontianak Tahun 2016
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
31 Keputusan Direktur Indikator Kinerja Keselamatan (Safety Perfomance Ditetapkan: 9 Oktober 2017 DIREKTORAT BANDAR
Jenderal Perhubungan Indicator/SPI) dan Tingkat Keselamatan yang dapat UDARA
Udara Nomor: KP 282 Diterima (Acceptable Level of Safety
Tahun 2017 Perfotmance/ALoS) Bidang Bandar Udara
32 Keputusan Direktur Rute dan Penyelenggaraa Angkutan Udara Perintis Ditetapkan: 23 Oktober 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Kargo dan Subsidi Angkutan Udara Kargo serta ANGKUTAN UDARA
Udara Nomor: KP 317 Penyelenggara Subsidi Angkutan Bahan Bakar
Tahun 2017 Minyak (BBM) Pesawat Udara untuk Angkutan
Udara Perintis Kargo, sebagai Pelaksanaan Program
Jembatan Udara Tahun Anggaran 2018
33 Keputusan Direktur Rute dan Penyelenggaraa Angkutan Udara Perintis Ditetapkan: 24 Oktober 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan untuk Penumpang serta Penyelenggara dan Lokasi ANGKUTAN UDARA
Udara Nomor: KP 318 Subsidi Angkutan Bahan Bakar Minyak (BBM)
Tahun 2017 Pesawat Udara Tahun Anggaran 2018
34 Keputusan Direktur Tim Pengawasan Bagasi Penumpang di Bandar Ditetapkan: 27 Oktober 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Udara KEAMANAN
Udara Nomor: KP 319 PENERBANGAN DAN
Tahun 2017 DIREKTORAT BANDAR
UDARA
35 Keputusan Direktur Kelompok Kerja Penyusunan Ratifikaasi Protokol Ditetapkan: 21 Nopember 2017 BAGIAN KERJASAMA
Jenderal Perhubungan tentang PErubahan PAsal 50 (A) dan 56 Konvensi DAN HUMAS
Udara Nomor: KP 341 Penerbangan Sipil Internasional
Tahun 2017
36 Keputusan Direktur Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Internasional Ditetapkan: 23 Nopember 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Kualanamu-Deli Serdang Tahun 2017-2020 ANGKUTAN UDARA
Udara Nomor: KP 343
Tahun 2017
37 Keputusan Direktur Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara Internasional Ditetapkan: 24 Nopember 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Minangkabau-Padang Tahun 2018-2020 ANGKUTAN UDARA
Udara Nomor: KP 344
Tahun 2017
38 Keputusan Direktur Penetapan Tarif Batas Atas dan Batas Bawah Ditetapkan: 8 Desember 2017 DIREKTORAT
Jenderal Perhubungan Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan ANGKUTAN UDARA
Udara Nomor: KP 363 Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri pada Rute
Tahun 2017 Penerbangan yagn belum Tercantum dalam
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan DIREKTORAT
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 14
Tahun 2016 tentang Mekanisme Formulasi
Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas dan
Batas Bawah Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi
Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri

INSTRUKSI DIRJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017 DIBIDANG PERHUBUNGAN UDARA YANG TELAH DITETAPKAN
No. Nama Peraturan Tentang Keterangan Direktorat
1 Instruksi Direktur Jenderal Peningkatan Kewaspadaan Dalam Menghadapi Musim Dikeluarkan: 1 Maret DIREKTORAT KEAMANAN
Perhubungan Udara Nomor: INST Hujan dan Kondisi Visibility Below Minima di Bandar 2017 PENERBANGAN
001 TAHUN 2017 Udara serta Penanganan Dampak Sebaran Abu Vulkanik
Terhadap Operasi Penerbangan
2 Instruksi Direktur Jenderal Smartphone Samsung Galaxy Note7 Dikeluarkan: DIREKTORAT KEAMANAN
Perhubungan Udara Nomor: INST 15 Maret 2017 PENERBANGAN
002 Tahun 2017

3 Instruksi Direktur Jenderal Upaya Peningkatan Penanganan Ancaman Bom (Bomb Ditetapkan: DIREKTORAT KEAMANAN
Perhubungan Udara Nomor: Threat) pada Penerbangan Sipil 30 Maret 2017 PENERBANGAN
INST.003 TAHUN 2017
4 Instruksi Direktur Jenderal Penanggulangan Keadaan Darurat Keamanan Bandar Ditetapkan: 18 Mei DIREKTORAT KEAMANAN
Perhubungan Udara Nomor: INST Udara 2017 PENERBANGAN
004 TAHUN 2017
5 Instruksi Direktur Jenderal Pelaksanaan Angkutan Udara Lebaran Tahun 2017 Dikeluarkan: 8 Juni DIREKTORAT ANGKUTAN
Perhubungan Udara Nomor: INST 2017 UDARA
006 Tahun 2017
6 Instruksi Direktur Jenderal Sikap Personel Keamanan Penerbangan dalam Bertugas Ditetapkan 07 Juli DIREKTORAT KEAMANAN
Perhubungan Udara Nomor: INST di Bandar Udara 2017 PENERBANGAN
008 Tahun 2017
7 Instruksi Direktur Jenderal Pelaksanaan Penyelenggaraan Angkutan Udara Haji Ditetapkan: 26 Juli DIREKTORAT ANGKUTAN
Perhubungan Udara Nomor: INST Tahun 1438 H/2017 M 2017 UDARA
009 Tahun 2017
8 Instruksi Direktur Jenderal Pelaksanaan Hasil Rapat Kerja Dinas Direktorat Jenderal Dikeluarkan: 18 BAGIAN PERENCANAAN
Perhubungan Udara Nomor: INST Perhubungan Udara Tahun 2017 Oktober 2017
010 Tahun 2017
SURAT EDARAN DIRJEN PERHUBUNGAN UDARA TAHUN 2017 DIBIDANG PERHUBUNGAN UDARA YANG TELAH DITETAPKAN

No. Nama Peraturan Tentang Keterangan Direktorat


1 Surat Edaran Nomor: SE.03 Tahun Instruksi Kepada Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Di Lingkungan Direktorat Ditetapkan: 08
2017 Jenderal Perhubungan Udara Maret 2017
2 Surat Edaran Nomor: SE 13 Tahun Pelayanan Penerbangan pada Keadaan Kahar (Force Majeure) yang Disebabkan Ditetapkan: 10
2017 oleh Peningkatan Aktivitas Seismik Gunung Berapi di Indonesia Oktober 2017
3 Surat Edaran Nomor: SE 19 Tahun Dukungan Terhadap Pemulihan Sektor Perekonomian dan Pariwisata di Bali Ditetapkan: 15
2017 Desember 2017
4 Surat Edaran Nomor: SE 20 Tahun Kegiatan yang Berkaitan dengan Pelayanan terhadap Pengguna Jasa Ditetapkan: 18
2017 Desember 2017
DEREGULASI PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
DI BIDANG PENERBANGAN TAHUN 2015 – 2017
(9 PERATURAN)
2
Deregulasi Di Bidang Penerbangan Tahun 2015

No REGULASI PERIHAL SUBTANSI KETERANGAN


1. PM 12 Tahun 2015 Perizinan Angkutan - Proses perizinan di bidang Peraturan Baru
Udara Online angkutan udara melalui
sistem online yaitu:
a. Izin Usaha Angkutan
Udara Niaga
b. Izin Kegiatan Angkutan
Udara Bukan Niaga
c. Izin Rute Penerbangan
d. Persetujuan Terbang
(Flight Approval)
e. Izin Usaha Agen
Penjualan Umum (General
Sales Agent)

- Pengajuan online dapat


dilakukan dengan
menggunakan alamat
domain:
http://aol.dephub.go.id
3
Deregulasi Di Bidang Penerbangan Tahun 2016
No REGULASI PERIHAL SUBTANSI KETERANGAN

1. PM 99 Tahun 2016 Perizinan di Bidang Navigasi - Perizinan di bidang navigasi Peraturan Baru
Penerbangan dan Publikasi penerbangan secara online melalui
Informasi Aeronautika http://hubud.dephub.go.id/SIPDNP/,
(Aeronautical Information terdiri dari:
Publication) Indonesia dengan a. Alokasi kode Emergency Locator
Menggunakan Sistem Berbasis Transmitter (ELT) 406 MHz
Internet (Online System) b. Stasiun Radio Pesawat Udara dan
Stasiun Radio Darat Penerbangan

- Publikasi Informasi Aeronautika


(Aeronautical Information Publication
(AIP)) secara online memuat informasi :
a. Elektronik AIP
b. AIP Amandement
c. AIP Supplement
d. Aeronautical Information Circular
(AIC)
e. NOTAM
f. Informasi Prakiraan (RAIM
Prediction) ketersediaan sinyal
Global Navigation Satellite System
(GNSS) pada Bandar Udara yang
menggunakan prosedur
penerbangan berbasis satelit
4

No REGULASI PERIHAL SUBTANSI KETERANGAN

2. PM 109 Tahun 2016 Perubahan atas Peraturan - Mengatur pemberian Izin Khusus Merubah PM 66
Menteri Perhubungan Nomor Direktur Jenderal Perhubungan Tahun 2015
PM 66 Tahun 2015 tentang Udara untuk “penerbangan
Kegiatan Angkutan Udara angkutan udara bukan niaga luar
Bukan Niaga dan Angkutan negeri dan angkutan udara niaga
Udara Niaga Tidak Berjadwal tidak berjadwal luar negeri dengan
Luar Negeri Dengan Pesawat pesawat udara sipil asing untuk
Udara Sipil Asing Ke Dan Dari penerbangan dengan kepentingan
Wilayah Negara Kesatuan nasional yang strategis, yaitu
Republik Indonesia untuk kepentingan kedaulatan
Negara, keutuhan wilayah nasional,
kepentingan ekonomi nasional,
investasi atau wisata dengan tujuan
wisata tertentu dan tidak bersifat
komersial.”

- Izin Khusus disampaikan melalui


aplikasi berbasis teknologi
informasi (sistem online) dan
berlaku selama 180 hari kalender.

- Memberikan pengecualian bagi


penerbangan VVIP dan VIP
5

No REGULASI PERIHAL SUBTANSI KETERANGAN

3. PM 155 Tahun Batas Usia Pesawat Udara Yang - Mengatur ketentuan mengenai Mencabut PM 160
2016 Digunakan Untuk Kegiatan Pesawat Udara Pertama Kali Tahun 2015
Angkutan Udara Niaga Didaftarkan Dan Dioperasikan Di
Wilayah Republik Indonesia
a. Pesawat udara Kategori transport
dan kategori normal atau
komuter untuk angkutan udara
penumpang, maksimum berusia
10 tahun
b. Pesawat udara untuk angkutan
udara khusus kargo (freighter),
maksimum berusia 25 tahun

- Pesawat udara yang sudah


beroperasi di wilayah Republik
Indonesia
a. Pesawat udara kategori transport
atau normal atau komuter untuk
angkutan udara penumpang,
maksimum berusia 30 (tiga
puluh) tahun
b. Pesawat udara untuk angkutan
udara khusus kargo (freighter),
maksimum berusia 40 (empat
puluh) tahun
6

No REGULASI PERIHAL SUBTANSI KETERANGAN


4. KP 610 Tahun Standar Waktu Proses - Menyederhanakan standar Mencabut KP 17
2016 Pelayanan, Masa Berlaku waktu proses pelayanan Tahun 2015
Kewenangan dan diantaranya:
Penerbitan Perizinan di a. Perizinan oleh Menteri
Bidang Perhubungan Udara Perhubungan: 14 hari kerja
b. Perizinan oleh Direktur
Jenderal: 3-7 hari kerja
c. Perizinan oleh Direktur: 2-3
hari kerja

- Menyederhanakan jumlah
perizinan yang sebelumnya
sebanyak 99 perizinan menjadi
97 perizinan, yang dihapus
adalah Lisensi Navigator
Penerbangan (flight navigator
license) dan pencatatan
penjaminan pesawat udara
7
Deregulasi Di Bidang Penerbangan Tahun 2017
No REGULASI PERIHAL SUBTANSI KETERANGAN
1. PM 38 Tahun Perubahan Kesembilan atas - Memudahkan kegiatan • Merubah KM
2017 Peraturan Menteri berusaha dengan menghapus 25 Tahun 2008
Perhubungan Nomor KM 25 persyaratan modal disetor bagi
Tahun 2008 tentang Badan Usaha Angkutan • Mencabut
Penyelenggaraan Angkutan Udara. ketentuan
Udara permodalan
- Mengubah ketentuan Badan Usaha
pengenaan sanksi berupa Angkutan
pencabutan rute penerbangan Udara dalam
PM 45 Tahun
bagi Badan Usaha Angkutan
2015
Udara yang mengalami
kecelakaan (accident dan/atau
serious incident). Sanksi
administratif baru diberikan
berdasarkan hasil audit oleh
tim yang dibentuk Direktur
Jenderal Perhubungan Udara
8

No REGULASI PERIHAL SUBTANSI KETERANGAN


2. PM 45 Tahun Perubahan Kesepuluh atas Mempermudah ketentuan Merubah KM 25
2017 Peraturan Menteri permohonan izin rute Tahun 2008
Perhubungan Nomor KM 25 penerbangan diantaranya:
Tahun 2008 tentang a. Permohonan izin rute pada
Penyelenggaraan Angkutan rute penerbangan yang belum
Udara ditetapkan dalam lampiran
izin usaha angkutan udara
niaga berjadwal
b. Ketentuan terkait perubahan
rute penerbangan secara
menyeluruh atau
komprehensif dalam lampiran
SIUP
c. Ketentuan terkait
penambahan rute
penerbangan sebagian atau
parsial dalam lampiran SIUP
9

No REGULASI PERIHAL SUBTANSI KETERANGAN


3. PM 53 Tahun Pengamanan Kargo dan Pos - Memudahkan dan menghapus Mencabut PM
2017 Serta Rantai Pasok (Supply persyaratan permodalan bagi 153 Tahun 2015
Chain) Yang Diangkut Regulated Agent.
Dengan Pesawat Udara - Menghapus persyaratan
permodalan bagi pengirim
pabrikan (Known Consignor)
termasuk di dalam aset dan
biaya operasional keseluruhan
dari badan usaha
10

No REGULASI PERIHAL SUBTANSI KETERANGAN


4. PM 77 Tahun 2017 Perizinan Lisensi dan Rating - Perizinan lisensi dan rating personel Peraturan baru
Personel Operasi Pesawat Udara operasi pesawat udara dan personel
dan Personel Penunjung Operasi penunjang operasi pesawat udara
Pesawat Udara Dengan Aplikasi yang melalui sistem online yaitu:
Berbasis Teknologi Informasi a. izin terbang siswa penerbang
(Sistem Online) (Student Pilot Permit/ SPP)
b. lisensi penerbang private (Private
Pilot License/ PPL)
c. lisensi penerbang komersial
(Commercial Pilot License/ CPL)
d. lisensi penerbang sport (Sport
Pilot License/SPL)
e. lisensi flight engineer (Flight
Engineer License/ FEL)
f. lisensi personel penunjang
operasi pesawat udara (Flight
Operation Officer License/FOOL)
g. sertifikasi awak kabin (Flight
Attendant Certificate/ FAQ
h. lisensi instruktur terbang
i. pengakuan peringkat tipe/kelas
(Endorsement Type/Class Rating)
j. instrumen rating.

- Perizinan melalui alamat domain


http:llpel.dephub.go.id
11

DEREGULASI PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN DI BIDANG PENERBANGAN
YANG SUDAH SELESAI TAHUN 2018
12

REGULASI PERIHAL SUBTANSI KETERANGAN


No
1. Revisi KP 610 Standar Waktu Proses - Penyederhanaan Sudah tidak berlaku,
Tahun 2016 Pelayanan, Masa Berlaku waktu proses perizinan karena substansi sudah
Kewenangan dan - Penambahan masa diakomodir di
Penerbitan Perizinan di berlaku izin / non- PM 90 Tahun 2018
Bidang Perhubungan Udara perizinan tentang Norma, Standar,
- Penyederhanaan Prosedur dan Kriteria
kewenangan Perizinan Terintegrasi
penandatanganan Secara Elektronik Sektor
perizinan Perhubungan di Bidang
Udara
- Pendelegasian
kewenangan perizinan
(rekomendasi KKOP)
2. Revisi KM 18 Persyaratan-Persyaratan Penyederhanaan Sudah diakomodir di
Tahun 2001 Sertifikasi dan Operasi Bagi kewenangan PM 90 Tahun 2018
Perusahaan Angkutan penandatanganan tentang Norma, Standar,
Udara Yang Melakukan perizinan AOC 135 dari Prosedur dan Kriteria
Penerbangan Dalam Negeri, Menteri ke Dirjen Perizinan Terintegrasi
Internasional dan Charter Secara Elektronik Sektor
atau Kargo Perhubungan di Bidang
Udara
13

REGULASI PERIHAL SUBTANSI KETERANGAN


No
3. Revisi PM 28 Peraturan Keselamatan Penyederhanaan Sudah diakomodir di
Tahun 2013 Penerbangan Sipil Bagian kewenangan PM 90 Tahun 2018
121 (Civil Aviation Safery penandatanganan tentang Norma, Standar,
Regulation Part 121) tentang perizinan AOC 121 dari Prosedur dan Kriteria
Persyaratan-Persyaratan Menteri ke Dirjen Perizinan Terintegrasi
Sertifikasi dan Operasi Bagi Secara Elektronik Sektor
Perusahaan Angkutan Perhubungan di Bidang
Udara Yang Melakukan Udara
Penerbangan Dalam Negeri,
Internasional dan
Angkutan Udara Niaga
Tidak Berjadwal
4. Revisi PM 94 Peraturan Keselamatan Penghapusan perizinan Perizinan tersebut
Tahun 2015 Penerbangan Sipil Bagian berupa persetujuan waiver sudah dihapus melalui
91 (Civil Avition Safety terbang malam PM 90 Tahun 2018
Regulation Part 91) tentang tentang Norma, Standar,
Pengoperasian Pesawat Prosedur dan Kriteria
Udara (General Operating Perizinan Terintegrasi
and Flight Rules) Secara Elektronik Sektor
Perhubungan di Bidang
Udara
14

No REGULASI PERIHAL SUBTANSI KETERANGAN

5. Revisi PM 59 Sertifikasi Radio di Pesawat Perpanjangan masa Perpanjangan masa


Tahun 2016 Udara berlaku sertifikat dari 1 berlaku sertifikat
tahun menjadi 5 tahun menjadi:
1. Sertifikasi Radio di
Pesawat Udara dari 1
tahun menjadi 2
tahun
2. Sertifikasi Radio
Darat dari 1 tahun
menjadi 5 tahun.

Diakomodir di PM 90
Tahun 2018 tentang
Norma, Standar,
Prosedur dan Kriteria
Perizinan Terintegrasi
Secara Elektronik Sektor
Perhubungan di Bidang
Udara
15

DEREGULASI PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN DI BIDANG PENERBANGAN
YANG DALAM PROSES TAHUN 2018
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

REGULASI PERIHAL SUBTANSI KETERANGAN

R e V isi KM 51 Perwakilan dan Agen Penyederhanaan waktu proses Sedang dalam


Tahun 2000 Penjualan Umum (General perizinan persetujuan proses revisi
Sales Agent/ GSA) penunjukan kantor perwakilan
Perusahaan Angkutan Udara perusahaan angkutan udara
Asing asing
Penyederhanaan waktu proses
izin Agen Penjualan Umum
(General Sales Agent/ GSA)
Revisi PM 56 Kegiatan Pengusahaan di Mengatur ulang terkait dengan Sedang dalam
Tahun 2015 Bandar Udara perizinan Badan Usaha Bandar proses revisi
Perubahan ke-1: Udara
PM 187 Tahun Mengatur ulang terkait dengan
2015 perizinan Jasa Terkait
Kebandeirudaraan.

DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

ttd.

POLANA B. PRAMESTI
na£ i dengan aslinya
EPA IAN HUKUM
<</

IDlRE^TOWi

. \—encahI AMA SARI


Perrjbifl^/Tk.I (IV/b)
196S0704 199503 2 001

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN - DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Web«jte : www.hubud.dephub.go.id

Anda mungkin juga menyukai