PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-
anak dari orang dewasa. Anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 20
tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the Child
mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun
(Department of Child and Adolescent Health and Development , 2006).
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu
masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya
cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD
merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak. World
Health Organization (WHO) memperkirakan ada sekitar 50-100 juta dan
500.000 penderita demam berdarah setiap tahunnya, dengan jumlah
kematian sekitar 22.000 jiwa, terutama anak-anak, pada masa 50 tahun
terakhir, insiden dengue diseuruh dunia meningkat 30 kali, hal ini
disebabkan oleh sanitasi lingkungan yang tidak bagus (Soedarto, 2012).
Kementrian kesehatan menyebutkan bahwa di Indonesia masih banyak
kasus demam berdarah. Pada tahun 2009 menyebar ke seluruh Indonesia
dengan jumlah 158,912 kasus. Propinsi-propinsi dengan indens lebih dari 10
per 100.000 penduduk, diantaranya adalah propinsi Sumatera Barat, Riau,
Jambi, Sumatera Selatan, DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan dan Nusa Tenggara Timur. Angka
kematian tertinggi terjadi pada tahun 1968 sebesar 41,3% pada tahun 2009
menurun menjadi 0,89%, tetapi jumlahnya kembali meningkat dari 24 pada
tahun 1968 menjadi 1.420 pada tahun 2009. Perubahan iklim dan buruknya
penanganan lingkungan menyebabkan kasus demam berdarah meluas di
masyarakat. Iklim yang sulit diprediksi, membuat hujan terus terjadi
sepanjang tahun. Kucuran air dari langit inilah yang membuat genangan
semakin banyak. Parahnya kepedulian masyarakat akan kebersihan
cenderung menurun (Soedarmo, 2013).
Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan
kesehatan tentang penyakit DBD dan penanggulangannya, preventif yaitu
untuk mencegah terjadinya DBD dengan cara merubah kebiasaan hidup
sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang sudah di pakai,
menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air, kuratif yaitu untuk
memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta mengkonsumsi
minuman yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurma dll. Dari
aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi klien dan
menganjurkan klien untuk kontrol kembali kerumah sakit bila keluhan
timbul kembali. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik
memilih judul “Asuhan Keperawatan Anak Dengan DHF”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah yaitu
bagaimana asuhan keperawatan anak dengan DHF(Dengue Hemoragic
Fever) ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk menjelaskan asuhan keperawatan anak dengan DHF(Dengue
Hemoragic Fever)
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menjelaskan konsep teori pertumbuhan dan perkembangan
b. Untuk menjelaskan konsep teori DHF(Dengue Hemoragic Fever)
c. Untuk menjelaskan konsep asuhan keperawatan anak dengan
DHF(Dengue Hemoragic Fever)
BAB II
TINJAUAN TEORI
Kurang informasi
2. Diagnosa keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
b. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam
darah/viremia).
c. Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.
d. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan
trombositopenia.
e. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh
yang lemah.
f. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya
volume cairan tubuh akibat perdarahan.
(Herdman, Heather & Kamitsuru, Shigemi, 2015)
3. Intervensi keperawatan
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil : Volume cairan perlahan-lahan teratasi, tidak
muntah–muntah lagi, mukosa bibir kembali normal
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
Rasional : mengetahui atau memantau keadaan umum klien
2) Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit
tidak elastis, ubun-ubun cekung , produksi urine menurun
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan intervensi
lanjut
3) Observasi dan catat intake dan output cairan
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit
atau balance cairan
4) Berikan hidrasi yanga adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan klien
5) Memonitor nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, dan
serum albumin
Rasional : memantau keseimbangan cairan dalam darah
6) Monitor dan catat berat badan
Rasional : mengontrol penambahan berat badan karena pemberian
cairan yang berlebihan
7) Monitor tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang
tanpa bantal
Rasional : memulihkan dan membantu peredaran darah dalam
tubuh supaya lancar sehingga mengurangi syok yang terjadi
8) Pasang infus dan berikan cairan intravena jika terjadi perdarahan
Rasional : membantu proses perbaikan tubuh.
b. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam
darah/viremia).
Tujuan : Hipertemia dapat teratasi
Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36-370 C).
Mukosa lembab t idak ada sianosis atau purpura
Intervensi
1) Kaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
2) Observasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3
jam atau lebih sering.
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum klien.
3) Anjurkan klien untuk banyak minum ± 2,5 liter/24 jam dan
jelaskan manfaatnya bagi klien.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan
tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
4) Lakukan “Tepid Water Sponge”
Rasional : Tepid Water Sponge dapat menurunkan penguapan
dan penurunan suhu tubuh.
5) Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Rasional: Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi panas
dalam tubuh.
6) Kolaborasi berikan terapi cairan IVFD dan obat antipiretik.
Rasional : Pemberian cairan dan obat antipiretik sangat penting
bagi klien dengan suhu tinggi yaitu untuk menurunkan suhu
tubuhnya.
c. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungandengan anoreksia.
Tujuan : Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi.
Kriteria Hasil : Berat badan stabil dalam batas normal. Tidak ada
mual dan muntah.
Intervensi :
1) Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya.
2) Kaji cara/bagaimana makanan dihidangkan
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengarauhi
nafsu makan klien.
3) Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim, dan
hidangkan saat masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.
4) Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi klien terutama saat klien
sakit. Rasional : Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi makan meningkat.
5) Berikan umpan balik positif pada saat klien mau berusaha
menghabiskan makanan.
Rasional : Motivasi dan meningkatklan semangat pasien.
6) Catat jumlah/porsi makan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi.
7) Lakukan oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi yang lunak.
Rasional : Meningkat nafsu makan.
8) Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi klien.
9) Kolaborasi bererikan obat-obatan antasida (anti emetik) sesuai
program/instruksi dokter.
Rasional : Dengan pembarian obat tersebut diharapkan intake
nutrisi klien meningkat karena mengurangi rasa mual dan muntah.
10) Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat.
Rasional : Membantu proses penyembuhan klien.
d. Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan
trombositopenia.
Tujuan : Perdarahan tidak terjadi.
Kriteria Hasil : Tanda-tanda vital normal. Jumlah trombosit klien
meningkat. Tidak terjadi epitaksis, melena, dan hemotemesis.
Intervensi :
1) Monitor tanda-tanda perdarahan dan trombosit yang disertai
dengan tanda-tanda klinis.
Rasional : Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-tanda
adanya perforasi pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat
menimbulkan tanda-tanda klinis berupa perdarahan (petekie,
epistaksis, dan melena).
2) Anjurkan klien untuk banyak istirahat.
Rasional : Aktivitas yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan.
3) Berikan penyelasan pada keluerga untuk segera melaporkan jika
ada tanda-tanda perdarahan.
Rasional : Mendapatkan penanganan segera mungkin.
4) Antisipasi terjadinya perdarahan dengan menggunakan sikat gigi
lunak, memberikan tekanan pada area tubuh setiap kali selesai
pengambilan darah.
Rasional : Mencegah terjadinya pendarahan.
e. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh
yang lemah.
Tujuan : Aktivitas sehari-hari klien kembali normal.
Kriteria Hasil : Keadaan umum membaik. Kebutuhan sehari-hari
terpenuhi seperti: makan, minum, dan personal hyiene (mandi,
menggosok gigi, dan bershampoo).
Intervensi :
1) Kaji kebutuhan klien.
Rasional : Mengidentifikasi masalah klien.
2) Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien berhubungan dengan
kelemahan fisiknya.
Rasional : Mengetahui tindakan keperawtan yang akan diberikan
sesuai dengan masalah klien.
3) Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari klien sesuai
tingkat keterbatasan klien seperti mandi, makan, dan eliminasi.
Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada
saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari tanpa membuat klien
ketergantungan terhadap perawat.
f. Resiko tinggi syok hipovolemik berhibungan dengan kurangnya
volume cairan tubuh akibat perdarahan.
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik.
Kriteria Hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal. Keadaan
umum baik. Syok hipovolemik tidak terjadi.
Intervensi.
1) Monitor keadaan umum kilen.
Rasional : Untuk mengetahui jika terjadi tanda-tanda syok.
2) Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam.
Rasional : Untuk memastikan tidak terjadi per syok.
3) Monitor tanda-tanda perdarahan.
Rasional : Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera teratasi.
4) Anjurkan keluarga/klien untuk segera melapor jika ada tanda-tanda
perdarahan.
Rasional : Untuk membantu tim perawat untuk segara menentukan
tindakan yang tepat.
5) Segera puasakan jika terjadi perdarahan saluran pencernaan.
Rasional : Untuk membantu mengistirahatkan saluran pencernaan
untuk sementara selama perdarahan berasal dari saluran cerna.
6) Perhatikan keluhan klien seperti pusing, lemah, ekstremitas dingin,
sesak nafas.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pengaruh perdarahan.
7) Kolaborasi berikan therapi cairan intra vena jika terjadi perdarahan.
Rasional : Untuk mengetahui kehilangan cairan tubuh yang hebat
yaitu untuk mengatasi syok hipovolemik.
8) Cek Hb, Ht, Trombosit (sito)
Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah
yang dialami klien, dan untuk acuan melakukan tindakan lebih
lanjut.
9) Berikan trasfusi sesuai instruksi dokter.
Rasional : Untuk menganti volume darah serta komponen yang
hilang.
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan dimana
tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesesaikan.
5. Evaluasi Keperawatan
Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respons klien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian
tujuan. Evaluasi terjadi kapan saja perawat berhubungan dengan klien.
Perawat mengevaluasi apakah perilaku pasien mencerminkan suatu
kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh:
Anggota Kelompok 13