Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Tumbuh Kembang Anak

1. Tumbuh Kembang Anak

Setiap potensial yang dimiliki anak mengalami dua hal, yaitu tumbuh

dan kembang. Pada saat itulah, peran stimulasi diperlukan oleh anak.

Bahkan sejak kehamilan memasuki usian enam bulan sangat berpengaruh

pada perkembangan kecerdasan, kesehatan dan spiritual anak selanjutnya.

Setiap anak memiliki kemampuan tumbuh kembang yang terjadi dalam

masa yang relatif singkat, sebagai besar justru berlangsung pada masa usia

dini. (Nina Kurniasih, 2017. Hal. 11).

Tumbuh dan kembang merupakan dua proses yang berlangsung secara

interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini

tidak bisa dipisahkan, akan tetapi bisa dibedakan untuk memperjelaskan

penggunaannya. (Nina Kurniasih, 2017. Hal. 11).

Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dan

proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal

pada anak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga

diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau

keadaan jasmaniah). (Nina Kurniasih, 2017. Hal. 12).

Perkembangan adalah perubahan secara berangsur-angsur dan

bertambah fungsi alat tubuh, meningkat, meluasnya kapasitas seseorang

melalui pertumbuh, kematangan, kedewasaan, dan pembelajaran.

10
11

Perkembangan berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi

sampai keadaan dimana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat

secara bertahap. Proses diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada

diri anak. (Nina Kurniasih, 2017. Hal. 12).

2. Faktor Tumbuh Kembang Anak

Setiap manusia mengalami pertumbuh dan perkembang yang berbeda-

beda antara satu dengan manusia lainnya, bisa dengan cepat bahkan lambat,

tergantung pada individu dan lingkunganya. Proses tersebut dipengaruhi

oleh beberapa faktor-faktor diantarnya :

a. Faktor Genetik

Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,

yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah dan

secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara

kognitif, psikososial maupun spiritual. Merupakan faktor keturunan

secara genetik dari orang tua kepada anaknya. Faktor ini tidak dapat

berubah sepanjang hidup manusia, dapat menetukan beberapa

karkteristik seperti jenis kelamin, ras, rambut, warna mata, pertumbuh

fisik, beberapa keunikan sifat, dan sikap tubuh seperti temperamen.

b. Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi individu setiap hari

mulai lahir sampai akhir hayatnya, dan sangat mempengaruhi hingga

tercapai atau tidaknya potensi yang sudah ada dalam diri manusia

tersebut sesuai dengan genetiknya.


12

c. Faktor Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi dapat berpengaruh pada tumbuh kembang anak.

Anak yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan status sosial yang

tinggi cenderung lebih dapat tercukupi kebutuhan gizinya dibandingkan

dengan anak yang lahir dan dibesarkan dalam status ekonomi yang

rendah.

d. Faktor Nutrisi

Nutrisi adalah salah satu komponen penting dalam menunjang

kelangsungan proses tumbuh kembang. Selama masa tumbuh kembang,

anak sangat membutuhkan zat gizi seperti protein, karbohidrat, lemak,

mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi

maka proses tumbuh kembang selanjutnya dapat terhambat.

e. Faktor Kesehatan

Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian tumbuh kembang.

Pada anak dengan kondisi tubuh yang sehat, percepatan untuk tumbuh

kembang sangat mudah. Namun sebaliknya, apabila kondisi status

kesehatan kurang baik, akan terjadi perlambatan.

3. Ciri Proses Tumbuh Kembang Anak

Menurut Soetjiningsih, tumbuh kembang anak dimulai dari masa

konsepsi sampai dewasa memiliki ciri-ciri tersendiri yaitu :

a. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai

dewasa yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.


13

b. Dalam periode tertentu terdapat percepatan dan perlambatan dalam

proses tumbuh kembang pada setiap organ tubuh berbeda.

c. Pola perkembangan anak adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda

antara anak satu dengan lainnya. Aktivitas seluruh tubuh diganti dengan

respon tubuh yang khas oleh setiap organ.


14

B. Konsep Dasar Medis

1. Anatomi Sistem Imunologi

Gambar 2.1
Budi, (2021) Anatomis sistem imunologi : (https://www.com)

2. Fisiologi Sistem Imunologi

Pada orang dewasa dan anak sel darah merah, sel darah putih,dan sel

pembeku darah dibentuk dalam sumsum tulang. Sumsum seluler yang

aktif dinamakan sumsum kuning. Sumsum tulang merupakan salah satu

organ yang terbesar dalam tubuh, ukuran dan bertanya hampir sama

dengan hati. Darah terdiri dari dua komponen yaitu komponen padat yang

terdiri dari sel darah (sel darah merah atau eritrosit, sel darah putih atau

leukosit, dan sel pembeku darah atau trombosit) dan komponen cair yaitu

plasma darah, sel-sel darah ada 3 macam yaitu :


15

a. Eritrosit (sel darah merah)

Eritrosit merupakan sel darah yang telah berdeferensi jauh dan

mempunyai fungsi khusus untuk transport oksigen. Oleh karena itu di

dalamnya mengadung hemoglobin yang berfungsi mengikat oksigen,

eritrosit membawa oksigen dari paru ke jaringan dan karbon dioksida

dibawa jaringan ke paru untuk dikeluarkan melalui jalan pernapasan.

Sel darah merah : Kekurangan eritrosit, Hb, dan Fe akan

mengakibatkan anemia.

b. Leukosit (sel darah putih)

Sel darah putih : Berfungsi mempertahankan tubuh dari serangan

penyakit dengan cara memakan atau fagositosis penyakit tersebut,

Itulah sebabnya leukosit disebut juga fagosit. Sel darah putih yang

mengandung inti, banyaknya 6.000-9.000/mm3.

c. Trombosit (sel pembekuan)

Keping darah berwujud cakram protoplasmanya kecil yang dalam

peredaran darah tidak berwarna, jumlahnya dapat bervariasi antara

200.000-300.000 keping/mm3. Trombosit dibuat di sumsum tulang,

paru, dan limpa dengan ukuran kira-kira 2-4 mikron. Fungsinya

memegang peranan penting dalam proses pembekuan darah dan

hemostasis atau menghentikan aliran darah. Bila terjadi kerusakan

dinding pembuluh darah, trombosit akan berkumpul di situ dan

menutup lubang bocoran dengan cara saling melekat, berkelompok,


16

dan menggumpal atau hemostasis. Selanjutnya terjadi proses bekuan

darah. Struktur sel darah dalam adalah :

1) Membran sel (selaput sel)

Membran struktur elastik yang sangat tipis, tebalnya hanya 7,5-

10nm. Hampir seluruhnya terdiri dari keping-keping halus

gabungan protein lemak yang merupakan lewatnya berbagai zat

yang keluar masuk sel. Membran ini bertugas untuk mengatur

hidup sel dan menerima segala untuk rangsangan yang datang.

2) Plasma

Terdiri dari beberapa komponen yaitu :

a) Air membentuk 90% volume plasma.

b) Protein plasma, berfungsi untuk menjaga volume dan tekanan

darah dan serta melawan bibit penyakit (immunoglobulin).

c) Garam dan mineral plasma dan gas terdiri atas O2 dan CO2

berfungsi untuk menjaga tekanan osmotic dan Ph darah

sehingga fungsi normal jaringan tubuh.

d) Zat-zat makanan sebagai makanan sel.

e) Zat-zat lain seperti hormon, vitamin, dan enzim yang berfungsi

untuk membantu metabolisme.

f) Antibodi dan antitoksin melindungi badan dari infeksi bakteri.


17

3. Definisi

Demam berdarah (DBD) adalah penyakit yang menyerang anak dan

orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa

demam akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi

Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes

Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus. (Tiara Rizki Fitriani, 2020. Hal. 10).

Dengue Haemorhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan nyamuk

Aedes Aegpt. DHF merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi

penyebab kematian utama di banyak Negara tropis, penyakit Dengue

Haemorhagic Fever (DHF) bersifat endemis, sering menyerang

masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai dengan angka kematian yang

cukup tinggi, khususnya pada mereka yang berusia dibawah 15 tahun.

(Tiara Rizki Fitriani, 2020. Hal. 10).

4. Etiologi

Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam

grup B Anthropod Borne Virus (arboviruses) dan sekarang dikenal sebagai

genus flavivirus, family flaviridae serta memiliki 4 jenis serotype yaitu

DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi dengan salah satu serotype

yang bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain.

(Vika Yuliandira, 2019. Hal. 15).

5. Patofisiologi
18

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan

viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu

di hipotalamus sehingga menyababkan (pelepasan zat bradikinin,

serotonin, thrombin histamin) terjadinya peningkatan suhu. Selain itu

viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang

menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke

intersisiel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi

akibat dari penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibody

melawan virus. (Tiara Rizki Fitriani, 2020. Hal. 15).

Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik

kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini

mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan

mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan

syok. Masa virus dengan inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan

masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegpti. Pertama

yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami

demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal di seluruh tubuh, bintik-bintik

merah pada kulit, hyperemia tenggorakan dan hal lain yang mungkin

terjadi pembesaran kelenjar getah bening, Pembesaran hati atau

hepatomegali. Kemudian virus bereaksi dengan antibody dan terbentuklah

kompleks virus antibody. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi system

komplemen. Akibat aktivitas C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a dua

peptide yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan


19

mediator kuat sebagai faktor meningkatkan permeabilitas dinding kapiler

pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke

ruang ekstarseluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi

hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan

atau syok. Hemokonsentrasi atau peningkatan hematorki >20%

menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran atau pembesaran

sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan

intravena. (Tiara Rizki Fitriani, 2020. Hal. 16).

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstar vaskuler di buktikan

dengan ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu

rongga peritonium, pleura, dan perikardium yang pada otopsi ternyata

melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian intravena,

peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma telah

teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan

dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung,

sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan

mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang

buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik

berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolisme asidosis dan

kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. (Tiara Rizki Fitriani,

2020. Hal. 17).

Pathway
20

Gambar 2.2
(Penyimpangan KDM)

Virus dengue

Gigitan nyamuk
aedes aegypti

Terjadi
Viremia

Nyeri otot Stimulasi Trombositopenia


Hormon
stressor RES
Nyeri
Hepato
megali
Mengatur
Fungsi
suhu
trombosit
Mendesak
rongga
abdoomen
Hipertermia

Mual,
muntah
Resiko
pendarahan
Deifisit
nutrisi

6. Manifestasi Klinis
21

a. Panas tinggi disertai menggigil pada saat serangan

b. Uji tourniquet positif

c. Lemah

d. Nafsu makan berkurang

e. Anoreksia

f. Muntah

g. Nyeri sendi dan otot

h. Pusing

i. Trombistopenia

j. Manifestasi perdarahan seperti : ptekie, epitaksis, gusi berdarah,

melena, dan hematuria masif. (Nur Hasnah, 2020. Hal. 8).

7. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah

dengue yaitu perdarahan dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom

syok dengue (SSD. Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10

tahun. Syok ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak

teraba, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol, tekanan

darah menurun dibawah 80 mmHg atau sampai nol, terjadi penurunan

kesadaran, sianosis disekitar mulut dan kulit ujung jari. (Tiara Rizki

Fitriani, 2020. Hal. 23).

8. Pemeriksaan Penunjang
22

Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita

demam berdarah antara lain adalah. (Tiara Rizki Fitriani, 2020. Hal. 19).

a. Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,

hematokrit, dan jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang

selalu dijumpai pada Dengue Haemorhagic Fever (DHF) merupakan

indikator terjadinya perembesan plasma.

b. Uji serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi

didasarkan atas timbulnya antibody atau antigen didasarkan pada

manifestasi reaksi antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer,

sekunder, dan tersier. Reaksi primer merupakan reaksi tahap awal yang

dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder atau tersier. Yang mana tidak

dapat dilihat dan berlangsung sangat cepat, visualisasi biasanya

dilakukan dengan member label antibody atau antigen dengan

flouresens, radioaktif, atau enzimatik.

9. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanan Dengue Haemorhagic Fever (DHF) menurut WHO

meliputi :

a. Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara

nasal.

b. Berikan 20 ml larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan secepatnya.

c. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid

20 ml secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangan pemberian


23

koloid 10-20 ml.

d. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin

menurun pertimbangan terjadinya perdarahan tersembunyi : berikan

transfuse darah atau komponen.

e. Jika terdapat perbaiki klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer

mulai membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi

hingga 10 ml dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6

jam sesuai kondisi klinis laboratorium.

f. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikaan setelah 36-48

jam. Perlu diingat banyak kematian terjadi karena pemberian cairan

yang terlalu banyak dari pada pemberian yang terlalu sedikit.

10. Pencegahan

Pencegahan dan pemberantasan penyakit demam berdarah menurut

dinas kesehatan kota kupang, 2017 adalah :

a. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN)

Salah satu kegiatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian

karena penyakit adalah dengan melakukan pemberantasan sarang

nyamuk demam berdarah secara berkesinambungan pada wilayah kerja

puskesmas masing-masing.

b. Penyelidikan epidemiologi (PE)


24

Kegiatan ini merupakan kegiatan kunjungan untuk melakukan

pemeriksaan dan penyelidikan epidemiologi pada rumah dan

lingkungan tempat kasus DBD terjadi dalam rangka upaya

memutuskan rantai penuluran penyakit DBD. Melalui kegiatan ini

petugas kesehatan akan secara cepat mengetahui siapa yang tertular,

dimana tempat terbanyak penderita, kapan kejadiannya serta akhirnya

merumuskan tindakan apa yang dapat dilakukan untuk menghindari

terjadinya lebih luas dimasyarakat.

c. Larvasida

Larvasida bertujuan untuk membunuh jentik nyamuk aedes, dengan

cara menaburkan larvasida (abate) pada tempat-tempat penampung air.

Kegiatan ini dilakukan tiga bulan sekali secara selektif pada rumuh

yang ditemukan jentik dan dilanjutkan dengan pemberantasan sarang

nyamuk. Kegiatan larvasida juga diintegrasikan dengan kegiatan lain

seperti pemantauan jentik berkala (PJB), penyelidikan epidemiologi

(PE), dan kegiatan lain yang melibatkan lintas program.

d. Fogging fokus

Untuk mengantisipasi terjadinya penyebar penyakit yang lebih meluas

maka dilakukan kegiatan fogging fokus di lokasi tempat tinggal

penderita yang positif DBD dan sekitar tempat tinggal penderita

dengan radius 200 meter, yang bertujuan untuk memutuskan mata

rantai penularan dengan membunuh nyamuk dewasa yang terinfeksi.

Kegiatan ini akan dilakukan sesuai dengan rekomendasi hasil


25

penyelidikan epidemiologi (PE) bahwa dilokasi tersebut memenuhi

criteria untuk dilakukan fogging fokus.

e. Penyuluhan

Kegiatan ini selalu dilakukan dalam rangka meningkatan pengetahuan

dan kemampuan masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan dan

penanggulangan. Kegiatan ini dilaksanakan oleh program melalui

program promosi dan kesehatan yang melakukan penyuluhan keliling

dan penyuluhan langsung ke masyarakat.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar

utama dan hal yang penting dilakukan baik saat pasien pertama kali masuk

rumah sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit. (Tiara Rizki

Fitriani, 2020. Hal. 25).

a. Identitas pasien

Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan

usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama

orang tua, pendidikan orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan

orang tua.

b. Keluhan Utama

Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DBD untuk datang ke

rumah sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

c. Riwayat Penyakit Sekarang


26

Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil

dan saat demam kesadaran composmetis. Turunnya panas terjadi antara

hari ke 3 dan ke 7 anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai

keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau

konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, persendian, nyeri ulu hati, dan

pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan

pada kulit.

d. Riwayat Penyakit yang pernah diderita

Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya

mengalami serangan ulang DHF dengan tive virus lain.

e. Riwayat Imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan

akan timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.

f. Riwayat Gizi

Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi

baik maupun buruk dapat beresiko, apabila terdapat faktor

predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan

mual, muntah, dan tidak nafsu makan. Apabila kondisi berlanjut dan

tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak

dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya

berkurang.

g. Kondisi Lingkungan
27

Sering terjadi di daerah yang padat penduduk dan lingkungan yang

kurang bersih (seperti air yang menggenang atau gantungan baju

dikamar).

h. Pola Kebiasaan

1) Nutrisi dan metabolism : frekuensi, jenis, nafsu makan berkurang

dan menurun.

2) Eliminasi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang mengalami

diare atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV sering terjadi

hematuria.

3) Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena

mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas

dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.

4) Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan

lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat

sarang nyamuk Aedes Aegypty.

i. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkat DHF,

keadaan anak adalah sebagai berikut :

1) Grade I yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah,

tanda-tanda vital dan nadi lemah.

2) Grade II yaitu kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada

perdarahan spontan petechie, perdarahan gusi, telinga, serta nadi

lemah, kecil, dan tidak teratur.


28

3) Grade III yaitu kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,

nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta tekanan darah menurun.

4) Grade IV yaitu kesadaran koma, tanda-tanda vital : nadi tidak teraba,

tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas

dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.

j. Sistem Integumen

1) Adanya ptechiae pada kulit, turgo kulit menurun, dan muncul

keringat dingin, dan lembab.

2) Kuku sianosis atau tidak

3) Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan

karena demam, mata anemis, hidung kadang mengalami perdarahan

atau epitaksis pada grade II,III,IV. Pada mulut didapatkan bahwa

mukosa mulut kering, terjadinya perdarahan gusi, dan nyeri telen.

Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi

perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV).

4) Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto

thorax terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi

pleura), rales, ronchi, yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.

5) Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati atau

hepatomegaly dan asites

6) Ekstermitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.

k. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :


29

1) HB dan PVC meningkat (>20%)

2) Trombositopenia (>100.000/ml)

3) Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis)

4) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,

hipokloremia, dan hiponatremia.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai

respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang

dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis

keperawatan bertujuan untuk mengidntifikasi respon klien individu,

keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.

(Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia –PPNI, 2017 ).

Teori Diagnosis Menurut buku SDKI :

a. Nyeri akut

b. Hipertermia

c. Defisit nutrsi

d. Resiko Perdarahan

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan

oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis


30

untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan. Tindakan

keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh

perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia – PPNI, 2017).

Tabel 2.1
Intervensi keperawatan

N Standar Standar Luaran Standar Intervensi


O Diagnosis Keperawatan Keperawatan Indonesia
Keperawatan Indonesia
Indonesia
1. D.0077 A. Luaran Utama : A. Intervensi utama :
Nyeri akut Tingkat nyeri 1. Manajemen nyeri
berhubungan B.Luaran a. Observasi
dengan agen Tambahan: 1) Identifikasi lokasi,
pencedera 1. Fungsi karakteristik, durasi,
fisiologis gastrointestinal frekunsi, kualitas,
(inflamasi) 2. Kontrol nyeri intensitas, nyeri.
dibuktikan 3. Mobilitas fisik 2) Identifikasi skala
dengan 4. Penyembuhan nyeri
tampak luka 3) Identifikasi respon
meringis 5. Perfusi nyeri non verbal
miokard 4) Identifikasi faktor
6. Perfusi perifer yang memperberat
7. Pola tidur dan memperingan
8. Status nyeri
Kenyamanan 5) Identifikasi
9. Tingkat Cedera pengetahuan dan
Setelah dilakukan keyakinan tentang
intervensi nyeri
keperawatan 6) Identifikasi
selama 3 x 24 jam pengaruh budaya
maka tingkat nyeri terhadap respon
menurun dengan nyeri
KH: 7) Identifikasi
pengaruh nyeri pada
N Standar Standar Luaran Standar Intervensi
O Diagnosis Keperawatan Keperawatan Indonesia
Keperawatan Indonesia
Indonesia

a. Meringis kualitas hidup


31

menurun (5) 8) Monitor


keberhasilan terapi
komplementer yang
sudah diberikan
9) Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
b. Terapeutik
1) Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri ( mis: TENS,
hipnosis, akupresur,
terapi musik,
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat / dingin,
terapi bermain )
2) Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri ( misal :
suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan )
3) Fasilitasi istirahat
tidur
4) Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemelihan
strategi meredakan
nyeri.
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
N Standar Standar Luaran Standar Intervensi
O Diagnosis Keperawatan Keperawatan Indonesia
Keperawatan Indonesia
Indonesia

3) Anjurkan
32

memonitor nyeri
secara mandiri
4) Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
5) Ajarkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
rasa nyeri
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian analgetik
jika perlu
B. Intervensi Pendukung
1. Pemantauan Nyeri
a. Observasi
1) Identifikasi faktor
pencetus dan pereda
nyeri
2) Monitor kualitas
nyeri (mis.terasa
tajam, tumpul,
diremas-remas,
ditimpa beban berat)
3) Monitor lokasi dan
penyebaran nyeri
4) Monitor intensitas
nyeri dengan
menggunakan skala
5) Monitor durasi dan
frekuensi nyeri
b. Terapeutik
1) Atur interval waktu
pemantauan sesuai
dengan kondisi
pasien
2) Dokumentasi hasil
pemantauan
c. Edukasi
N Standar Standar Luaran Standar Intervensi
O Diagnosis Keperawatan Keperawatan Indonesia
Keperawatan Indonesia
Indonesia

1) Jelaskan tujuan dan


33

prosedur
pemantuan
2) Informasikan hasil
pemantuan, jika
perlu

2. D.0130 A. Luaran Utama: A. Intervensi Utama :


Hipertermia Termoregulasi 1. Manajemen Hipertermia
berhubungan B. Luaran a. observasi
dengan proses Tambahan : 1) Identifikasi
infeksi virus 1. Perfusi perifer penyebab
dibuktikan 2. Status cairan hipertermia ( mis :
dengan suhu 3. Status dehidrasi, terpapar
tubuh diatas kenyamanan lingkungan panas,
nilai normal 4. Status penggunaan
neurologis inkubator)
5. Status nutrisi 2) Monitor suhu
6. Termoregulasi tubuh
neonatus 3) Monitor kadar
Setelah elektrolit
dilakukan 4) Monitor haluaran
intervensi urine
keperawatan 5) Monitor
selama 3 x 24 komplikasi akibat
jam maka hiperterimia
termoregulasi b. Terapeutik
membaik dengan 1) Sediakan
KH: lingkungan yang
a. suhu tubuh dingin
membaik (5) 2) Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3) Basahi dan kipas
permukaan tubuh
4) Berikan cairan oral
5) Ganti linen setiap
hari atau lebih
sering
6) Lakukan
pendinginan
eksternal ( mis :
N Standar Standar Luaran Standar Intervensi
O Diagnosis Keperawatan Keperawatan Indonesia
Keperawatan Indonesia
Indonesia
34

selimut hipotermia,
kompres dingin
pada dahi, leher,
dada, abdomen,
aksila.)
7) Hindari pemberian
antiperik atau
aspirin
8) Berikan
oksigen ,jika perlu
c. Edukasi
1) Anjurkan tirah
baring
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi
pemberian cairan
elektrolit dan
intravena jika perlu
B. Intervensi Pendukung
1. Edukasi Termoregulasi
a. Observasi
1) Identifikasi
Kesiapan dan
kemapuan
menerima
informasi
b. Terapeutik
1) Sediakan materi
dan media
pendidikan
kesehatan
2) Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3) Berikan
Kesempatan untuk
bertanya

N Standar Standar Luaran Standar Intervensi


O Diagnosis Keperawatan Keperawatan Indonesia
Keperawatan Inonesia
Indonesia

c. Edukasi
35

1) Ajarkan kompres
hangat jika demam
2) Ajarkan cara
pengukuran suhu
3) Anjurkan
penggunaan pakaian
yang dapat
menyerap keringat
4) Anjurkan tetap
memandikan pasien,
jika memungkinkan
36

N Standar Standara Luaran Standar Intervensi


O Diagnosis Keperawatan Keperawatan Indonesia
Keperawatan Indonesia
Indonesia

3. D.0019 B. Luaran A. Intervensi Utama :


Defisit nutrsi Tambahan : 1. Manajemen nutrisi
berhubungan 1. Berat badan a. obervasi
dengan 2. Eliminasi 1) Identifikasi
ketidakmampu fekal status nutrisi
an mencerna 3. Fungsi 2) Identifikasi
makanan gastrointestina alergi dan
dibuktikan l intoleransi
dengan nafsu 4. Nafsu makan makanan
makan 5. Perilaku 3) Identifikasi
menurun meningkatkan makanan yang
berat badan di sukai
6. Status 4) dentifikasi
menelan kebutuhan
7. Tingkat kalori dan jenis
depresi nutrien
8. Tingkat nyeri 5) Identifikasi
Setelah dilakukan perlunya
intervensi pengunaan
keperawatan selama selang
3 x 24 jam maka nasogastrik
status nutrisi 6) Monitor asupan
membaik dengan makanan
KH: 7) Monitor berat
a. Porsi makan badan
yang 8) monitor hasil
dihabiskan (5) pemeriksaan
b. Nyeri laboratorium
abdomen b.Terapeutik
menurun (5) 1) Lakukan oral
c. Berat badan hygiene
membaik (5) sebelum
d. Nafsu makan makan ,jika
membaik (5) perlu
2) Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
( mis : piramida
makanan )
3) Sajikan
makanan secara
N Standar Standar Luaran menarik dan
37

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan langkah keempat dari proses

keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan

dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi,

menghilangkan dampak dan respons yang ditimbulkan oleh masalah

keperawatan dan kesehatan. (Tiara Rizki Fitriani, 2020.Hal.122).

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah penilian hasil dan proses. Penilian hasil menentukan

seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan.

Penilian proses menentukan apakah ada kekeliuran dari setiap tahapan

proses mulai dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan

evaluasi. (Tiara Rizki Fitriani, 2020.Hal.124).

Anda mungkin juga menyukai