Makalah Penyakit Pada Crustacea
Makalah Penyakit Pada Crustacea
Disusun oleh :
(185080501111039 )
A. Deskripsi
Bakteri Leucothrix sp. adalah salah satu bakteri dalam genus besar yang
termasuk ke dalam famili Leucothricaceae tetapi juga telah diklasifikasikan ke dalam
famili Thiotrichaceae (Gammaproteobacteria). Leucothrix sp. termasuk bakteri besar
yang membentuk filamen dengan lebar antara 2-3 µm dan panjang hingga 0,5 cm.
Mereka biasanya ditemukan sebagai epiphytes , penghuni air tawar, air laut, yang
mengandung sisa-sisa zat organic yang berasal dari ganggang, tetapi juga tumbuh
melekat pada permukaan lain seperti cangkang crustacea. Seperti genus Thiothrix, sel-sel
individu bakteri Leucothrix sp. dapat dilepaskan dari filamen, membentuk "gonidia",
yang dapat menyebar dan mengkolonisasi permukaan baru. Pada permukaan baru, sel-sel
gonidial bersatu, menghasilkan holdfast, dan berkembang menjadi roset filamen baru.
Filamen bakteri Leucothrix sp. kadang-kadang bisa tumbuh menjadi berbentuk simpul
ketika dibudidayakan di laboratorium dalam kondisi tertentu. Secara fisiologis,
Leucothrix sp. adalah chemoheterotrophic, sifat tersebut membedakan mereka dari
bakteri Thiothrix, yang mampu menggunakan oksidasi sulfur sebagai sumber energi.
Bakteri Leucothrix sp. termasuk ke dalam bakteri kelompok khusus yang bebas sulfur,
membentuk trikoma (bulu).
Kingdom : Bacteria
Phylum : Proteobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Order : Thiotrochales
Family : Thiotrichaceae
Genus : Leucothrix
Species : L. mucor
L. pacifica
B. Struktur
C. Sifat patogen
E. Gejala Klinis
Gejala klinis yang ditunjukkan oleh crustacea yang terserang bakteri Leucothrix
sp. ini adalah sebagai berikut :
1. Perubahan warna organ dari warna aslinya menjadi kuning, kemerahan, pucat atau
gelap meskipun bentuknya tetap.
2. Tidak merusak tubuh crustacea tapi menempati tubuhnya seperti jamur-jamur.
3. Insang menjadi coklat pucat atau kehijauan, dan semakin penuh dengan kotoran dan
jasad penempel, sehingga mengganggu proses pernafasan
4. Perubahan konsistensi menjadi keras atau lunak dan rapuh namun tidak terlalu
terlihat.
5. Terjadi lekatan antara organ yang satu dengan yang lainnya tanpa ada perusakan
organ.
Selain menggunakan antibiotik, terdapat pula cara lain yang lebih efektif, yaitu
menggunakan bahan-bahan kimia yang merupakan ekstrak aktif biota alami laut. Dewasa
ini mulai dikembangkan penelitian mengenai kemungkinan penggunaan bioaktif untuk
menekan perkembangan bakteri patogen. Salah satu yang digunakan adalah ekstrak
spons. Ekstrak spons tersebut digunakan untuk merendam larva yang telah terinfeksi
oleh bakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spons tersebut mampu menekan
perkembangan populasi dan menekan patogenitas bakteri yang menyerang crustacea
sehingga meningkatkan sintasan crustacea. Dosis yang efektif untuk digunakan berkisar
antara 200 dan 300 ppm.
Teknik secara fisika merupakan cara lain di samping penggunaan teknik secara
kimia. Secara garis besar, teknik ini ialah dengan pengaturan kondisi lingkungan
pemeliharaan crustacea, di antaranya meliputi pengaturan suhu, salinitas, pH, maupun
teknis pemberian pakan. Keberadaan bakteri patogen dapat ditanggulangi dengan
mengatur salinitas air laut yang digunakan sebagai media pemeliharaan pada kisaran 28
‰, suhu 30°C dan penggunaan diet semi murni,selain nauplii Artemia untuk
pemeliharaan larva rajungan. Sebagai antisipasi terdapatnya bakteri patogen pada air
pemeliharaan, dilakukan pola penyaringan secara terus menerus atau resirkulasi.
3. Penanggulangan Penyakit Bakteri secara Biologis Alternatif
Teknik lain secara biologis adalah menggunakan musuh alami atau kompetitor bakteri
patogen. Teknik ini menggunakan bakteri maupun organisme lain yang dapat berperan
sebagai musuh alami maupun kompetitor bagi bakteri patogen.
Bagan tersebut
merupakan hasil ringkasan teknik penanggulangan penyakit bakterial pada budidaya
crustacea di Indonesia. Pemilihan teknik penanggulangan penyakit tersebut disesuaikan
dengan kondisi lingkungan, teknik pemeliharaan, dan kemampuan finansial yang ada.
Pemilihan teknik penanggulangan penyakit bakterial yang tepat dapat meningkatkan
hasil. Oleh karena itu diperlukan pengetahuan mengenai teknik penanggulangan penyakit
bakterial.